REFERAT SYOK
-
Upload
byan-yuminzhou -
Category
Documents
-
view
130 -
download
1
description
Transcript of REFERAT SYOK
BAB I
PENDAHULUAN
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis
yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi
hemodinamik yang bervariasi tetapi petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan. Setiap keadaan yang mengakibatkan tidak
tercukupinya kebutuhan oksigen jaringan, baik karena suplainya yang kurang atau
kebutuhannya yang meningkat, menimbulkan tanda-tanda syok.1
Syok adalah kolapsnya tekanan arteri sistemik. Pada penurunan tekanan
darah yang berat, aliran darah tidak dapat secara adekuat memenuhi kebutuhan
energi jaringan dan organ. Selain itu, tubuh berespons dengan mengalihkan darah
menjauhi sebagian besar jaringan dan organ agar organ-organ vital yaitu jantung,
otak, dan paru menerima cukup darah. Jaringan dan organ yang terpaksa
kekurangan darah tersebut dapat mengalami gangguan, terutama ginjal, saluran
cerna, dan kulit. Apabila individu yang bersangkutan dapat selamat dari syok
tersebut, sering terjadi gagal ginjal, ulkus saluran cerna, dan kerusakan kulit.2
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh) yaitu tahap awal syok saat tubuh masih mampu
menjaga fungsi normalnya. Gejala tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya
individu yang mengalami syok terlihat normal. Tahap dekompensasi (sudah tidak
dapat ditangani oleh tubuh) yaitu tubuh tidak mampu lagi mempertahankan
fungsi-fungsinya, tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital dengan
mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai dan perut dan mengutamakan aliran
ke otak, jantung dan paru. Jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin
maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah dan denyut jantung.3
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SYOK
Syok adalah suatu kondisi dimana tidak adekuatnya aliran darah ke
jaringan dan sel-sel tubuh yang mengakibatkan tidak adekuatnya oksigen dan
nutrisi ke sel. Syok juga merupakan kondisi hilangnya volume darah sirkulasi
efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang
akibatnya terjadi gangguan metabolik seluler.3
Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik
yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel, karena hipoksia pada syok
terjadi gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul kerusakan
ireversibel pada jaringan organ vital.3
B. ETIOLOGI SYOK
Syok biasanya disebabkan oleh curah jantung yang tidak adekuat. Oleh
karena itu, setiap keadaan yang menurunkan curah jantung di bawah normal,
akan mungkin menyebabkan syok. Ada dua macam faktor yang dapat
memperberat penurunan curah jantung, yaitu: 4
1. Kelainan jantung yang menurunkan kemampuan jantung untuk memompa
darah. Kelainan ini meliputi khususnya infark miokard tetapi juga
keadaan toksik, disfungsi katup jantung yang berat, aritmia jantung, dan
keadaan lainnya.
2. Faktor-faktor yang menurunkan aliran balik vena juga menurunkan curah
jantung karena jantung tidak dapat memompa darah yang tidak mengalir
ke dalamnya. Penyebab paling sering penurunan aliran balik vena adalah
penurunan volume darah, tetapi aliran balik vena juga dapat berkurang
sebagai akibat penurunan tonus vaskular, terutama pada saluran
penampung darah vena, atau obstruksi aliran darah pada beberapa tempat
di sirkulasi, terutama di lintasan aliran balik vena ke jantung.
2
C. TAHAP-TAHAP SYOK
Karena sifat-sifat khas syok dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan,
syok dibagi dalam tiga tahap utama berikut: 4
1. Tahap nonprogressif (kadang-kadang disebut tahap kompensasi). Pada
tahap ini, mekanisme kompensasi sirkulasi yang normal pada akhirnya
akan menimbulkan pemulihan tanpa terapi dari luar.
2. Tahap progressif. Pada tahap ini, tanpa terapi, syok menjadi semakin
buruk sampai timbul kematian.
3. Tahap ireversibel. Pada tahap ini, syok telah jauh berkembang sedemikian
rupa sehingga semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi
menolong pasien, meskipun, pada saat itu, orang tersebut masih hidup.
D. KLASIFIKASI SYOK
a. Syok Hipovolemik
1. Definisi
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana
terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan
beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat
dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.5,6
2. Etiologi
Syok hipovolemik terjadi karena terganggunya sistem sirkulasi akibat
dari volume darah dalam pembuluh darah berkurang. Hal ini bisa
terjadi akibat perdarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.
Perdarahan (perdarahan gastrointestinal, kehilangan plasma (misal
pada luka bakar), kehilangan cairan ekstraseluler (dehidrasi, misal
karena puasa lama, diare,muntah, obstruksi usus).5,6
3. Patofisiologi 6
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem
hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
3
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (melalui pelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu,
platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan
membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan.
Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.
Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi
dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor
di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan
darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit,
otot, dan traktus gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan
keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos,
dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap
4
penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor).
Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air
dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan
lengkung Henle.
4. Diagnosis
Syok hipovolemik didignosa ketika ditemukan tanda berupa
ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya sumber
perdarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi,
kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. 5,6
Gejala Klinik Syok Hipovolemik.5,6
- Kulit dingin, pucat dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
- Takikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
respons homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
- Hipotensi, karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi
perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70
mmHg.
- Oliguria: produk urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30 ml/jam.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain:
analisis Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl,
HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis
(pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah
5
sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan. Jika
dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan
radiologi.5,6
5. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah: 5,6,7
- Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa
sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
- Meredistribusi volume cairan, dan
- Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat
mungkin.
Pengobatan penyebab yang mendasari
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada
tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk
menghentikan perdarahan internal.
Penggantian Cairan dan Darah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar dipasang untuk
membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan
komponen darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan
Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).
Redistribusi cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan
meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan,
trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya untuk
meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidrasi jika penyebab
yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan
pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia,
preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah-muntah.
6
b. Syok Kardiogenik 8
1. Definisi
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan
curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskuler yang cukup
dan dapat menyebabkan hipoksia jaringan.
2. Etiologi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung
yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti
sama sekali. Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner
dan non koroner. Koroner disebabkan oleh infark miokardium
sedangkan non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan
katup, tamponade jantung, dan disritmia.
3. Patofisiologi
Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah
depresi kontraktilitas miokard yang mengakibatkan penurunan curah
jantung, tekanan darah rendah, insufisiensi koroner dan selanjutnya
terjadi penurunan kontraktilitas dan curah jantung. Paradigma klasik
memprediksi bahwa vasokonstriksi sistemik berkompensasi dengan
peningkatan resistensi vaskular sistemik yang terjadi sebagai respon
dari penurunan curah jantung.
4. Diagnosis
- Anamnesis
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok
kardiogenik tersebut. Pasien dengan infark miokard akut dengan
keluhan tipikal nyeri dada yang akut dan kemungkinan sudah
mempunyai riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya. Pasien
dengan aritmia akan mengeluh adanya palpitasi, presinkop, sinkop
atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak, kemudian
pasien akan merasakan letargi akibat berkurangnya perfusi ke
sistem saraf pusat.
7
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan tekanan
darah sistolik yang menurun sampai < 90 mmHg, bahkan dapat
turun sampai < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh
pengobatan yang adekuat. Denyut jantung biasanya cenderung
meningkat sebagai akibat stimulasi simpatis, demikian pula dengan
frekuensi pernapasan yang biasanya meningkat sebagai akibat
kongesti paru. Pemeriksaan dada akan menunjukkan adanya ronkhi.
Sistem kardiovaskuler dapat dievaluasi seperti distensi vena-vena
leher. Pasien gagal jantung kanan yang bermakna akan
menunjukkan beberapa tanda antara lain pembesaran hati, dan
asites.
- Pemeriksaan Penunjang
Gambaran rekaman EKG dan ekokardiografi membantu untuk
menentukan etiologi dari syok kardiogenik. Pada foto polos dada
akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru atau
edema paru pada gagal ventrikel kiri.
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah:
- Membatasi kerusakan myocardium lebih lanjut
- Memulihkan kesehatan myocardium
- Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup:
- Mensuplai tambahan oksigen
- Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula
nasal 3 – 5 liter / menit.
- Mengontrol nyeri dada
Jika pasien mengalami nyeri dada, morfin sulfat diberikan melalui
intravena untuk menghilangkan nyeri. Pemberian posisi semi fowler,
dapat membantu untuk memberikan posisi nyaman dan meningkatkan
ekspansi paru.
8
- Pemberian obat-obat vasoaktif
Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple
untuk memulihkan dan mempertahankan curah jantung yang
adekuat. Pada syok kardiogenik koroner, terapi obat diujukan
untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, mengurangi preload dan
afterload, atau menstabilkan frekuensi jantung. Contoh, Dopamin
dan nitrogliserin.
- Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi
tanda kelebihan cairan. Bolus cairan intravena yang terus
ditingkatkan harus diberikan dengan sangat hati-hati dimulai
dengan jumlah 50 ml untuk menentukan tekanan pengisian
optimal untuk memperbaiki curah jantung.
c. Syok Neurogenik 9
1. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan
tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula
spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga
dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan
glukosa (misalnya reaksi insulin atau syok).
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering,hangat dan bukan
dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya
adalah bradikardi.
2. Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya.
Jika penyebabnya hipoglikemia (syok insulin) dilakukan pemberian
cepat glukosa. Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang
mendapakan anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian
kepala tempat tidur 15–20 derajat untuk mencegah penyebaran
anastetik ke medula spinalis.
9
Pada kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah melalui
imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan medula
spinalis lebih lanjut. Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki
tempat tidur dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai.
Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terhadap pembentukan trombus. Pemberian
heparin, stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai
dapat mencegah pembentukan trombus.
d. Syok Anafilaktik 10,11
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk antibodi terhadap benda asing (antigen)
mengalami reaksi antigen antibodi sistemik.
Etiologi
Obat-obat yang sering memberikan reaksi anafilaktik adalah golongan
antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, seum antidifteri,
dan antirabies. Alergi terhadap gigitan serangga, kuman, insulin, ACTH,
zat radiodiagnostik, obat bius (prokain, lidokain), vitamin, dan makanan
seperti telur, susu, coklat, kacang, ikan laut, kentang, dan lain-lain juga
dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
10
Gambaran Klinis
Sistem Gejala dan Tanda
Umum
Prodormal
Pernapasan
Hidung
Laring
Lidah
Bronkus
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Kulit
Mata
SSP
Lesu, lemah, rasa tak enak yang
sukar dilukiskan, rasa tak enak di
dada dan perut, rasa gatal di hidung
dan palatum.
Hidung gatal, bersin dan tersumbat
Rasa tercekik, suara serak, sesak
napas, stridor, edema, spasme
Edema
Batuk, sesak, mengi, spasme
Pingsan, sinkop, palpitasi,
takikardi, hipotensi-syok, aritmia.
Disfagia, mual, muntah, kolik, diare
yang kadang disertai darah,
peristaltik usus meninggi
Urtikaria, angioedema dibibir,
muka/ekstremitas
Gatal, lakrimasi
Gelisah, kejang
Penatalaksanaan :
Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan
mendukung kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh : epinefrin, aminofilin.
Epinefrin diberikan mendapatkan efek vasokonstriktifnya. Dosis 0,01
ml/kgBB sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan dan dapat diberikan
setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya gejala penyakit bertambah
buruk.5 Difenhidramin diberikan secara intavena untuk melawan efek
histamin dengan begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin
11
diberikan secara intravena untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP).
e. Syok Septik 4
1. Definisi
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar
luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka untuk membuang jaringan nekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci
tangan secara menyeluruh.
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek
yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang
mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah
dua efek tersebut.
2. Gambaran Klinis
Syok septik terjadi dalam 2 fase utama yaitu :
Fase reversible
- Fase panas
Gejalanya : hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil, kulit
kelihatan merah dan panas. Pasien masih sadar dan leukositosis
terjadi dalam beberapa jam.
- Fase dingin
Gejalanya : kulit dingin, mengeriput, sianosis, purpura, jaundice,
penurunan kesadaran yang progresif, dan koma.
12
Fase ireversibel
Terjadi hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala
asidosis metabolik, gagal ginjal akut, gagal jantung, edema pulmonum,
gagal adrenal, dan kematian
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan syok septik merupakan bagian dari penatalaksanaan
sepsis yang komprehensif, mencakup eliminasi patogen penyebab
infeksi, eliminasi sumber infeksi dengan tindakan drainase, terapi
antimikroba yang sesuai, reusitasi bila terjadi kegagalan organ atau
rejatan, vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadapkegagalan
organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respon
imun maladaptif pejamu terhadap infeksi.
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan
baik kristaloid maupun koloid. Albumin merupakan protein plasma
yang juga berfungsi mempertahankan tekanan onkotik plasma. Pada
keadaan serum albumin yang rendah (<2g/dl) disertai tekanan
hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu
diberikan.
Vasopresor diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan
pemberian cairan secara adekuat, akan tetapi pasien masih mengalami
hipotensi. Dapat digunakan dopamin dengan dosis > 8mcg/menit,
norepineprin 0.03-1.5 mcg/menit. Sebagai inotropik digunakan
dobutamin dosis 2-28 mcg/menit, dopamin 3-8 mcg/menit, epinefrin
0,1-0,5 mcg/mnt.
Nutrisi (protein, kalori, asam lemak, cairan, vitamin dan mineral)
merupakan terapi suportif yang penting dan harus diperhatikan dalam
perawatan pasien sepsis.
13
E. PENATALAKSANAAN SYOK
a. Terapi Penggantian.4
- Transfusi Darah dan Plasma
Jika seseorang berada dalam keadaan syok akibat perdarahan, terapi
terbaik yang mungkin dilakukan biasanya adalah transfusi darah
lengkap. Jika syok disebabkan oleh hilangnya plasma, terapi terbaik
adalah pemberian plasma, bila dehidrasi sebagai penyebabnya,
pemberian larutan elektrolit yang tepat dapat memulihkan syok.
Jika darah lengkap tidak tersedia, plasma biasanya dapat menggantikan
darah lengkap karena plasma meningkatkan volume darah dan
mengembalikan hemodinamika normal. Plasma tidak dapat
memulihkan hematokrit normal, tetapi tubuh manusia biasanya dapat
bertahan pada penurunan hematokrit sampai kira-kira separuh normal
sebelum menimbulkan akibat serius jika curah jantung mencukupi.
Karena itu, pada keadaan gawat darurat, cukup beralasan untuk
menggunakan plasma dalam menggantikan darah lengkap guna
mengobati syok hemoragik atau sebagian besar bentuk syok
hipovolemik lainnya.
- Larutan Dekstran Sebagai Pengganti Plasma
Syarat utama pengganti plasma yang benar-benar efektif adalah yang
tetap tinggal di sirkulasi yaitu, tidak tersaring melalui pori-pori kapiler
ke dalam ruang jaringan. Selain itu, larutan tidak boleh bersifat toksik
dan harus mengandung elektrolit yang tepat, guna mencegah
kekacauan elektrolit cairan ekstrasel tubuh pada waktu diberikan. Agar
tetap berada di sirkulasi, pengganti plasma harus mengandung bahan
yang mempunyai ukuran molekul cukup besar untuk mendesak
tekanan osmotik koloid. Sejauh ini salah satu bahan yang paling
memuaskan untuk tujuan tersebut adalah dekstran, suatu polimer
polisakarida glukosa yang besar.
14
b. Terapi lain.4
- Pengobatan dengan posisi kepala di bawah.
Bila tekanan turun terlalu rendah pada sebagian besar syok hemoragik
dan syok meurogenik, dengan menempatkan kepala pasien setidaknya
12 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu dalam
meningkatkan aliran balik vena, dengan demikian menaikkan curah
jantung. Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan dasar pertama
dalam pengobatan berbagai macam syok.
- Terapi Oksigen
Pemberian oksigen pada pasien untuk bernapas akan bermanfaat dalam
banyak keadaan. Walaupun demikian, manfaatnya seringkali jauh dari
yang kita harapkan karena masalah pada sebagian syok bukanlah
oksigenasi darah yang tidak adekuat oleh paru-paru, melainkan tidak
adekuatnya transport darah yang telah dioksigenasi.
- Terapi dengan Glukokortikoid (Hormon Korteks Adrenal yang
Mengatur Metabolisme Glukosa)
Glukokortikoid sering diberikan pada pasien syok berat karena
beberapa alasan:
1. Percobaan telah memperlihatkan secara empiris bahwa
glukokortikoid sering meningkatkan kekuatan jantung pada syok
tahap lanjut.
2. Glukokortikoid menstabilkan lisosom di dalam sel jaringan dan
dengan demikian mencegah pembebasan enzim lisosom ke dalam
sitoplasma sel, jadi mencegah kerusakan dari sumber ini.
3. Glukokortikoid dapat membantu metabolisme glukosa oleh sel
yang mengalami kerusakan.
15
BAB III
KESIMPULAN
Syok merupakan gangguan sistem sirkulasi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara volume darah dengan lumen pembuluh darah sehingga
perfusi dan oksigenasi ke jaringan tidak adekuat.
Hal ini muncul akibat kejadian hemostatis tubuh yang serius seperti
perdarahan massif, trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark
miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak
terkontrol (syok septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik)
atau akibat respon imun (syok anafilaktik).
Penanganan setiap jenis syok membutuhkan penghilangan penyebab utama
syok tersebut. Penanggulangan didasarkan pada diagnosis dini yang tepat.
Langkah awal dalam mengelola syok adalah dengan mengetahui tanda-tanda
klinisnya. Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari
penyebab syok. Terapi harus dimulai sambil kemungkinan mencari penyebab dari
syok tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian anestesiologi
dan terapi intensif FKUI.
2. J. Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. 2001. Jakarta: EGC.
3. Kathula, Bolla, Magann. (Last update: November 18, 2002). Shock and
management of shock. Southern Medical Journal. Available from:
http://www.medscape.com. (accesed: 20 September 2013).
4. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 11. 2007. Jakarta:
EGC.
5. Wijaya Prasetya Ika. Syok Hipovolemik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Hal 180-1.
6. Eser B; Guven M; Unal A; Coskun R; Altuntas F; Sungur M; Serin IS; Sari I;
Cetin M. (2005). Hypovolemic shock. Available from:
http://www.medscape.com. (accesed: 20 September 2013).
7. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit
jilid 1, ed 4.1995. Jakarta: EGC.
8. Alwi Idrus. Syok Kardiogenik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, 2006. Hal 182-6.
9. FH Feng, KM Fock. (2008) Neurogenic shock. Available from:
http://www.medscape.com. (accesed: 20 September 2013).
10. Rengganis Iris, Chen Khie, dkk. Rejatan Anafilaktik dan Penatalaksanaan
Syok Septik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK UI, 2006. Hal 187-190.
11. Solheim, Bernstein. (Last Update: March 18,2004). Anafilactic Shock.
Available from: http://www.medscape.com. (accesed: 20 September 2013).
17