Referat Rehabilitasi Medik
description
Transcript of Referat Rehabilitasi Medik
Referat
REHABILITASI MEDIK
PenyajiRoi Holan Ambarita, S.Ked
0718011080
Pembimbingdr. Sanjoto S., Sp.KFR
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASIINSTALASI REHABILITASI MEDIK
RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNGMARET 2013
2
REHABILITASI MEDIK
A. Definisi
Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halangan serta
meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.
Adapun menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk
memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan
penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan
yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983).
Sehingga pelayanan rehabilitasi medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap
gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit
atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau
rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Menkes RI,
2008).
B. Sejarah
Pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah
tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika
tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young
Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk
menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan
fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medik. Frank H. Krusen, MD adalah seorang
dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medik
dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
3
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat
Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas,
yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan
kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri Kesehatan
mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr. Kariadi Semarang, yang
merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit
(PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan
pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi
beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.
Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa
PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik
tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik
(URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan
menaruh perhatian untuk memajukan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi.
Dalam rangka meningkatkan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri
Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti
pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department
Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas di Manila,
Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis KF & R dari
Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan Organisasi
Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter
Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat seminar
untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di
Jakarta. Ketua IDARI pertama adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr.
I.G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu
mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
4
C. Tujuan Rehabilitasi
o Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik, keterapian
fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
o Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya yang
mungkin membawa kecacatan.
o Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi
pada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan
fungsional).
o Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang
berkualitas.
D. Filosofi
Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-filosofi
berikut:
Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara
kondisi tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-berpengharapan
(Rehabilitation is a bridge spanning the gap between uselessness-usefulness,
hopelessness – hopefulness).
Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambah
makna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to life but
also add life to years).
E. Gangguan Fungsi
Menurut WHO tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Impairment, yaitu keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisi
psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi atau fungsi.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
5
2. Disability, yaitu segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk
melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan
impairment.
3. Handicap, yaitu hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh impairment
dan disability yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai
dengan faktor umur, seks, sosial, dan budaya.
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka
penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan
sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan
untuk melatih sesseorang ke arah tercapainya kemampuan fungsional
semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota masyarakat yang
berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik merupakan upaya medik
untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap dengan
memanfaatkan kemampuan yang ada.
F. Pelayanan dalam Rehabilitasi Medik
Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan
mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi
komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi
dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis).
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
6
Pelayanan Terapi Okupasi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau
mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari (Activity Day
Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan
fasilitasi.
Pelayanan Ortotis-Prostetis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada
individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna
pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
G. Prinsip Rehabilitasi
Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu:
a. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat
penderita untuk pertama kalinya.
b. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan,
karena dapat mengakibatkan komplikasi.
c. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita.
d. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan.
e. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih
dapat diperbaiki dengan latihan.
f. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang.
g. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
7
Prinsip - p rinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak
Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus,
diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka
mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu
melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Untuk
mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi
adalah:
Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik
pada aspek fisik, psikis, sosial maupun keterampilan (Total Care Concept
Rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin
ditangani bidang rehabilitasi medik, tidak terbatasi kepada mempercepat
penyembuhan luka, penguatan otot, tetapi juga pembuatan kaki palsu,
mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut,
melatih keterampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dan lain
sebagainya.
Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah
diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.
Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat
mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi
anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau mendahului kegiatan
rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan
pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
8
Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan
kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah
tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.
Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan
sebelumnya, dan dievaluasi setiap kemajuan yang dicapai anak/peserta
didik secara konsisten.
Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan
kemampuan anak/peserta didik.
Prinsip pentahapan
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal
(kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar,
sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang
diharapkan.
Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerus
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan
berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi, tidak berhenti
sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat
kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dan
sebagainya.
Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan
proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya
keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan sebagainya.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
9
2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian
fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai
dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin
dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi
organ tubuh yang lain/keterampilan tertentu yang dapat menggantikan
fungsi organ yang berkelainan.
Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan
setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan
pendekatan individual.
Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok
berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok
usia, dan sebagainya. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan
latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu memerlukan
latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan
latihan ADL, dan sebagainya.
3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider)
Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing
bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik
antar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan
program rehabilitasi.
Prinsip kerja atas dasar profesi
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah
sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko
kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
10
Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu dipahami batas-
batas kewenangan masing-masing dan disusun pembagian tugas secara
tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim
rehabilitasi yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi
secara periodik perlu ditempuh di setiap sekolah, demi kelancaran
kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan
pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan
atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh
pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim
yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, sosial psikologis dan
keterampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa
pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas
rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya.
Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara bersama-
sama, kecuali rehabilitasi keterampilan sebaiknya dilakukan setelah
anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial.
Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan keterampilan massage,
sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah
memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage. Pinsip ini juga
menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan
bersama-sama saat penyampaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
11
Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi
harus dilakukan di rumah sakit.
Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah
harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali
pada kasus-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu
untuk melihat, prothese, dan sebagainya.
Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertakan orangtua atau pembina
asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan
dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih
banyak di rumah atau di asrama.
H. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medik. Rephauge
(dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi medik
mengatakan bahwa rehabilitasi medik merupakan dasar dan penunjang bentuk
rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan pendidikan. Jika ruang
lingkup rehabilitasi medik dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak yang
perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medik.
Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka
rehabilitasi medik tidak bisa terlepas dari cabang ilmu lain seperti:
Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi, Fisiologi, Etika Profesi,
dan lain-lain.
Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medik
memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
12
rehabilitasi medik adalah orang yang pada umumnya pertama dikunjungi oleh
pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke fisioterapis atau okupasi
terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut. Tugas fisioterapis disini adalah
mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan
mengukur sejauh mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya
sehari-hari (fremgen dan frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih dan dibantu
pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis bertugas untuk
mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan
kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi
terapis lebih menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan
produktif dengan tujuan mencapai hidup yang sejahtera.
Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis membantu
pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup mandiri dan
produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat bantu untuk beraktivitas,
sedangkan prostesis menyediakan alat yang merupakan suatu pengganti organ,
misalnya kaki palsu.
Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medik yang ikut
berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan
melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua
tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan
pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
o Upaya Promotif
Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang
tepat untuk mencegah kondisi sakit.
o Upaya preventif
Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/penyakit untuk
mencegah dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
13
o Upaya kuratif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya
rehabilitatif untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan
mempertahankan kemampuan fungsi.
o Upaya rehabilitatif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan
medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-
edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit yang
bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi,
meningkatkan aktivitas dan peran serta/partisipasi di masyarakat.
I. Bentuk Pelayanan
Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:
1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke
2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan
patah tulang
3. Senam nafas sehat, senam hamil
4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain-lain
5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan
perkembangan
6. Mengurangi nyeri, kaku di berbagai bagian tubuh
J. Tim Rehabilitasi Medik
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu, diantaranya:
Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program
rehabilitasi.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
14
Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah
komplikasi serta memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air
besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama fisioterapis dan
terapi okupasi dilakukan di bangsal.
Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik
yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara
individu sesuai keadaan pasien.
Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yang
berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara
makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri sendiri, dan lain-lain.
Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita
dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber
daya yang dipunyainya.
Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah
komunikasi.
Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk
keluarganya.
Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah
disesuaikan guna memperbaiki aktivitas.
Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadai
mengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting untuk mengetahui
gangguan fungsional yang sebenarnya.
Rohaniawan.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA
15
DAFTAR PUSTAKA
Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.
www.google.com. Diakses 12 Maret 2013 pukul 16.15 WIB.
Husnul, M.. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. www.google.com.
Diakses 12 Maret 2013 pukul 16.35 WIB.
Ridwan, dr.. 2011. Rehabilitasi Medis. www.google.com. Diakses 12 Maret 2013
pukul 17.00 WIB.
Roi Holan Ambarita, S.Ked Rehabilitasi Medik FK UNILA