Referat Pneumotoraks

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pleura terdiri atas pleura viseral dan pleura parietal dengan rongga yang berisi sedikit cairan sebagai fungsi pelumas dalam pergerakan pernapasan. Dalam keadaan normal, pada foto toraks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura. Satu di antara kelainan-kelainan yang sering dijumpai pada pleura adalah pneumotoraks. 1 Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui, sedangkan sekunder jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik. 2 Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu ruang potensial antara pleura viseral dan pleura parietal paru-paru. Gambaran klinis yang dapat ditemukan tergantung pada derajat kolaps paru pada sisi yang terkena. Pneumotoraks dapat mengganggu oksigenasi dan / atau ventilasi. Pneumotoraks yang signifikan dapat menyebabkan terjadinya pergeseran mediastinum dan stabilitas hemodinamik. Udara bisa masuk ke ruang intrapleural melalui dinding dada (pada trauma) atau melalui parenkim paru di pleura viseral. 3 1

description

Referat Pneumotoraks

Transcript of Referat Pneumotoraks

Page 1: Referat Pneumotoraks

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pleura terdiri atas pleura viseral dan pleura parietal dengan rongga yang berisi sedikit cairan

sebagai fungsi pelumas dalam pergerakan pernapasan. Dalam keadaan normal, pada foto

toraks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura. Satu di antara kelainan-kelainan yang sering

dijumpai pada pleura adalah pneumotoraks.1

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada

keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang

terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik.

Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, primer jika penyebabnya tidak

diketahui, sedangkan sekunder jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks

traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik.2

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu

ruang potensial antara pleura viseral dan pleura parietal paru-paru. Gambaran klinis yang

dapat ditemukan tergantung pada derajat kolaps paru pada sisi yang terkena. Pneumotoraks

dapat mengganggu oksigenasi dan / atau ventilasi. Pneumotoraks yang signifikan dapat

menyebabkan terjadinya pergeseran mediastinum dan stabilitas hemodinamik. Udara bisa

masuk ke ruang intrapleural melalui dinding dada (pada trauma) atau melalui parenkim paru

di pleura viseral.3

Insidens pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak

diketahui. Pasien pneumotoraks yang asimtomatik mencapai 10%, dan yang lain dengan

gejala ringan mungkin sulit diketahui oleh para tenaga medis. (IPD, emedicine)

Pneumotoraks spontan primer (PSP) terjadi pada orang berusia 20-30 tahun , dengan kejadian

puncak dalam usia dua puluhan, pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 5:1.2,3

Merokok meningkatkan risiko pneumotoraks spontan dengan lebih dari 20 kali lipat

pada pria dan hampir 10 kali lipat pada wanita dibandingkan dengan risiko pada yang bukan

perokok. Peningkatan risiko pneumotoraks dan kekambuhan naik secara proporsional sesuai

dengan jumlah rokok yang dihisap. Pada pria, risiko pneumotoraks spontan 102 kali lebih

tinggi pada perokok berat daripada bukan perokok. Pneumotoraks spontan paling sering

terjadi pada pria tinggi, kurus, berusia 20-40 tahun.3

Pneumotoraks traumatik dan tension pneumotoraks lebih sering terjadi daripada

pneumotoraks spontan. Pneumotoraks iatrogenik dapat menyebabkan kesakitan dan

1

Page 2: Referat Pneumotoraks

kematian. Insiden pneumotoraks iatrogenik adalah 5-7 per 10.000 rawat inap. Pneumotoraks

juga terjadi pada 1-2% dari semua neonatus, dengan insiden yang lebih tinggi pada bayi

dengan sindrom gangguan pernafasan neonatal. Dalam sebuah penelitian, 19% dari pasien

tersebut menderita pneumotoraks.3

Diagnosis pneumotoraks ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang termasuk didalamnya pemeriksaan

radiologis. (IPD) Ketika ada dugaan pneumotoraks, konfirmasi radiografi toraks dapat

memberikan informasi tambahan yang lebih, seperti tingkat pneumotoraks, penyebab

potensial, dan memberikan informasi yang dapat membantu dalam rencana terapi.

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan dalam menunjang diagnosis antara lain: foto

toraks, CT scan toraks dan USG toraks.3 Pada foto toraks, bayangan udara dalam rongga

pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular

pattern).1

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untuk mengetahui definisi

pneumotoraks, cara menegakkan diagnosa pneumotoraks serta gambaran radiologis pada

pneumotoraks khususnya pada foto toraks.

2

Page 3: Referat Pneumotoraks

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PLEURA DAN RONGGA PLEURA

Gambar 1. Struktur anatomi pleura4

Pleura merupakan membran serosa yang membungkus paru-paru dan melapisi dinding

rongga toraks.5 Pleura dan paru terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam rongga toraks.6

Masing-masing pleura terdiri dari dua lapisan: lapisan parietalis, yang membatasi

dinding toraks, meliputi permukaan diafragma dan lateral mediastinum6,7, dan meluas sampai

ke pangkal leher untuk membatasi permukaan bawah membran suprapleura pada apertura

thoracis;6 dan lapisan viseralis, yang melekat pada seluruh permukaan luar paru dan meluas

ke dalam fissura interlobaris.6,7

Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan satu dengan yang lain pada lipatan

pleura yang mengelilingi alat-alat yang masuk dan keluar dari hilus pulmonis pada setiap

paru. Lipatan pleura tergantung bebas dan disebut ligamentum pulmonal, yang

memungkinkan pergerakan vasa pulmonalis dan bronkus selama respirasi.6

Lapisan parietalis dan lapisan viseralis pleura dipisahkan satu dengan yang lain oleh

suatu ruangan sempit, yaitu rongga pleura (cavitas pleuralis).6 Rongga pleura mengandung

sedikit cairan pleura, yang meliputi permukaan pleura sebagai lapisan tipis dan berfungsi

sebagai pelumas untuk memungkinkan kedua lapisan pleura bergerak satu dengan yang lain

dengan sedikit pergesekan.6,7

3

Page 4: Referat Pneumotoraks

2.2 DEFINISI PNEUMOTORAKS

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.2,8 Pada

keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang

terhadap rongga dada.2 Pneumotoraks dapat terjadi pada dewasa muda yang tampak sehat,

biasanya laki-laki tanpa penyakit paru (pneumotoraks simpel atau spontan), atau akibat

penyakit toraks atau paru (pneumotoraks sekunder), seperti emfisema atau fraktur iga.8

2.3 KLASIFIKASI PNEUMOTORAKS

Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Pneumotoraks spontan dibagi

menjadi primer dan sekunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui, sedangkan sekunder

jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks traumatik dibagi menjadi

pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik.2

Klasifikasi pneumotoraks berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut:2

Pneumotoraks Spontan

Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu

penyebab (trauma ataupun iatrogenik), ada 2 jenis:2

Pneumotoraks spontan primer. Pneumotoraks spontan primer (PSP) adalah suatu

pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya,

umumnya pada individu yang sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui

penyebabnya.

Pneumotoraks spontan sekunder. Pneumotoraks spontan sekunder (PSS) adalah suatu

pneumotoraks yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru,

PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dsb).

Pneumotoraks Traumatik

Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma

penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.

Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Pneumotoraks

traumatik tidak harus disertai fraktur iga maupun luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul

atau kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan pneumotoraks. Beberapa penyebab

trauma penetrasi pada dinding dada adalah, luka tusuk, luka tembak, akibat tusukan jarum

maupun pada saat dilakukan kanulasi vena sentral.2

Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu:2

4

Page 5: Referat Pneumotoraks

Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik. Adalah pneumotoraks yang terjadi karena

jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup,

barotrauma.

Pneumotoraks traumatik iatrogenik. Adalah pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi

dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan menjadi 2 yaitu:

Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental, adalah penumotoraks yang terjadi akibat

tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan

parasentesis dada, biopsi pleura, biopsi transbronkial, biopsi/aspirasi paru perkutaneus,

kanulasi vena sentral, barotrauma (ventilasi mekanik).

Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate), adalah pneumotoraks yang

sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan

alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik), atau untuk

menilai permukaan paru.2

2.4 ETIOLOGI

Tabel 1. Etiologi Pneumotoraks8

Trauma

Trauma

Iatrogenik

Bedah dada / perut

Prosedur intervensi perkutan

Biopsi paru / pleura

Thoracentesis

Penempatan garis pusat

Penempatan tabung pengisi yang menyimpang

Ventilasi mekanis

Esophagoscopic biopsi

Bronchoscopic biopsi

Non iatrogenik

Cedera penetrasi

Luka tusukan

Luka tembak

Cedera Tumpul

Gangguan tracheobronchial

Ruptur esofagus

5

Page 6: Referat Pneumotoraks

Rib patah tulang

Spontan Primer (idiopatik)

Sekunder

Penyakit saluran napas obstruktif

Asma

Emfisema

Infeksi

Kavitasi pneumonia

Abses paru

Septic emboli

Pneumatoceles

Infark paru (jarang)

Tumor

Bronchogenik karsinoma

Neoplasma pada pleura atau dinding dada

Metastasis

Penyakit paru-paru cystic

Sarkoidosis

Eosinophilic granuloma

Cystic fibrosis

Tuberous sclerosis

Lymphangioleiomyomatosis

Pneumotoraks katamenial

Gangguan jaringan ikat

Sindrom Marfan

Sindrom Ehlers-Danlos

Cutis laxa

2.5 PATOGENESIS

a. Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)

PSP terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat pleura viseralis. Penelitian secara

patologis membuktikan bahwa pasien pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak

adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk bleb atau bulla. Bulla merupakan suatu

kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura fibrotik yang menebal, sebagian oleh jaringan

6

Page 7: Referat Pneumotoraks

fibrosa paru sendiri dan sebagian lagi oleh jaringan fibrosa paru emfisematous. Mekanisme

terjadinya bulla atau bleb belum jelas, banyak pendapat menyatakan terjadinya kerusakan

bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau peningkatan distensi pada alveoli daerah

apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih negatif.2

Apabila dilihat secara patologis dan radiologis pada pneumotoraks spontan sering

didapatkan bulla di apeks paru. Observasi klinis yang dilakukan pada pasien PSP ternyata

angka kejadiannya lebih banyak dijumpai pada pria yang berbadan tinggi dan kurus. Kelainan

intrinsil jarang konektif seperti pada sindrom Marfan, prolaps katup mitral, kelainan bentuk

tubuh mempunyai kecenderungan terbentuknya bleb atau bulla. Belum ada hubungan yang

jelas antara aktivitas yang berlebihan dengan pecahnya bleb atau bulla karena pada keadaan

tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat terjadi pneumotoraks. Pecahnya alveoli berhubungan

dengan obstruksi check-valve pada saluran napas kecil sehingga timbul distensi ruang udara

di bagian distalnya. Obstruksi jalan napas bisa diakibatkan oleh penumpukan mukus dalam

bronkioli baik oleh karena infeksi atau bukan infeksi.2

b. Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)

PSS terjadi karena pecahnya bleb viseralis atau bulla subpleura dan sering berhubungan

dengan penyakit paru yang mendasarinya. Patogenesis PSS multifaktorial, umumnya terjadi

akibat komplikasi penyakit PPOK, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis paru, penyakit-penyakit

paru infiltrat lainnya. PSS umumnya lebih serius keadaannya daripada PSP, karena PSS

terdapat penyakit paru yang mendasarinya. Pneumotoraks katamenial (endometriosis pada

pleura) adalah bentuk lain dari PSS yang timbulnya berhubungan dengan menstruasi pada

wanita dan sering berulang. Artritis rheumatoid juga dapat menyebabkan pneumotoraks

spontan karena terbentuknya nodul rheumatoid pada paru.2

c. Pneumotoraks Traumatik dan Iatrogenik

Trauma adalah penyebab paling umum dari pneumothorax.9 Pneumotoraks trauma terjadi

akibat hasil dari cedera tembus maupun yang tidak tembus pada paru-paru.3 Luka tembus

dapat menghasilkan pneumotoraks dengan masuknya udara dari athmosphere ke dalam ruang

pleura atau laserasi pleura viseral, yang mengakibatkan kebocoran udara dari paru-paru. Luka

tembakan dan tusukan di dada dan perut bagian atas, thoracentesis, transbronchial biopsi, dan

biopsi jarum perkutan adalah luka tembus umum yang menyebabkan pneumotoraks

traumatik.9 

7

Page 8: Referat Pneumotoraks

Trauma dada tumpul dapat menyebabkan pneumotoraks melalui dua mekanisme yang

berbeda: (1) peningkatan akut tekanan intrathoracic yang mengakibatkan timbulnya udara

interstitial alveolar yang berlebihan karena adanya gangguan alveolar, yang kemudian pecah

ke dalam rongga pleura, dan (2) laserasi trakeobronkial dapat menghasilkan pneumotoraks

dengan fistual bronkopleural besar. Pada pasien dengan patah tulang rusuk, ujung bebas dari

tulang rusuk yang patah dapat memproyeksikan diri ke dalam untuk mencabik paru dan

menyebabkan pneumotoraks.9

Komplikasi yang dapat terjadi adalah hemopneumotoraks dan fistula bronkopleura.

Pneumotoraks traumatik sering dapat menimbulkan katup 1-arah dalam ruang pleura yang

membuat udara masuk tapi tidak dapat keluar dan dapat mengakibatkan terjadinya tension

pneumotoraks.3

Pneumotoraks iatrogenik merupakan komplikasi dari prosedur medis atau bedah. Yang

paling sering terjadi adalah hasil dari aspirasi jarum transtorakal. Prosedur lain yang sering

menyebabkan pneumotoraks iatrogenik adalah terapi thoracentesis, biopsi pleura, penyisipian

kateter vena sentral, biopsi transbronkial, tekanan positif ventilasi mekanis, dan intubasi

sengaja bronkus.3

2.6 DIAGNOSIS

a. Tanda dan Gejala

Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul adalah:2

Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien

Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Lindskog dan Halasz menemukan

69% dari 72 pasien mengalami nyeri dada.

Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien

Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5-10% dan biasanya pada

PSP.

Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien dengan pneumtoraks biasanya

bervariasi tergantung pada jenis pneumotoraks. Pada spontan pneumotoraks biasanya tidak

ada tanda-tanda klinis hingga ada bleb yang pecah; biasanya terdapat onset akut nyeri dada

dan sesak napas, terutama dengan penumotoraks spontan sekunder.3

Pada pneumotoraks iatrogenik gejalanya mirip dengan pneumotoraks spontan,

tergantung pada usia pasien, adanya penyakit paru yang mendasari serta luasnya

pneumotoraks.3

8

Page 9: Referat Pneumotoraks

b. Pemeriksaan Fisik

Temuan pada auskultasi pada paru bervariasi tergantung pada luasnya pneumotoraks.

Temuan pernapasan yang mungkin muncul adalah takipnea, ekspansi paru yang asimetris,

suara napas melemah sampai menghilang, fremitus melemah sampai menghilang, resonansi

perkusi dapat normal atau meningkat/hipersonor.2,3

Pneumotoraks ukuran kecil biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan dan gejala

yang tidak khas. Pada pneumotoraks ukuran besar biasanya didapatkan suara napas yang

melemah bahkan sampai menghilang pada auskultasi, fremitus raba menurun dan perkusi

hipersonor. Pneumotoraks tension dicurigai apabila didapatkan adanya takikardia berat,

hipotensi dan pergeseran mediastinum atau trakea.2

c. Pemeriksaan Penunjang

Analisis gas darah arteri mengukur derajat asam, hiperkarbia dan hipoksemia. Analisis gas

darah arteri tidak menggantikan fisik diagnostik, serta pengobatan tidak dapat ditunda saat

menunggu hasil pemeriksaan jika gejala pneumotoraks ditemukan.3 Analisis gas darah arteri

memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak

diperlukan. Pada sebuah penelitian didapatkan 17% dengan PO2 < 55 mmHg, 4% dengan

PO2 < 45 mmHg, 16% dengan PCO2 > 50 mmHg dan 4% dengan PCO2 > 60 mmHg. Pada

pasien PPOK lebih mudah terjadi pneumotoraks spontan.2

Pneumotoraks primer paru kiri sering menimbulkan perubahan aksis QRS dan

gelombang T prekordial pada rekaman elektrokardiografi (EKG) dan dapat ditafsirkan

sebagai infark miokard akut (IMA).2

Ketika ada dugaan pneumotoraks, konfirmasi radiografi toraks dapat memberikan

informasi tambahan yang lebih, seperti tingkat pneumotoraks, penyebab potensial, dan

memberikan informasi yang dapat membantu dalam rencana terapi.Pemeriksaan radiologi

yang dapat dilakukan untuk menegakka diagnosis pneumotoraks yaitu radiografi dada,

pemeriksaan CT-scan dada, esofagografi dengan kontras yang ditingkatkan, dan USG dada.3

Pemeriksaan foto dada garis pleura viseralis tampak putih, lurus atau cembung

terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis

pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan udara dan tidak didapatkan corakan

vaskular pada daerah tersebut. Pada tension pneumotoraks gambaran foto dadanya tampak

jumlah udara pada hemitoraks yang cukup besar dan susunan mediastinum yang bergeser ke

arah kontralateral.2

9

Page 10: Referat Pneumotoraks

Pemeriksaan Computed Tomography (CT-scan) mungkin diperlukan apabila dengan

pemeriksaan foto dada diagnosis belum dapat ditegakkan. Pemeriksaan ini lebih spesifik

untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara

dengan cairan intra dan ekstrapulmoner serta untuk membedakan antara pneumotoraks

spontan primer atau sekunder. Sensitivitas pemeriksaan CT-scan untuk mendiagnosis

emfisema subpleura yang bisa menimbulkan pneumotoraks spontan primer antara 80-90%.2

Pemeriksaan endoskopi (torakoskopi) merupakan pemeriksaan invasive, tetapi

memiliki sensitivitas yang lebih besar dibandingkan pemeriksaan CT-scan. Menurut Swierga

dan Vanderschueren, berdasarkan analisa dari 126 kasus pada tahun 1990, hasil pemeriksaan

endoskopi dapat dibagi menjadi 4 derajat yaitu:2

Derajat I : pneumotoraks dengan gambaran paru mendekati normal (40%)

Derajat II : pneumotoraks dengan perlengketan diserati hemotorak (12%)

Derajat III : pneumotoraks dengan diameter bleb atau bulla <2 cm (31%)

Derajat IV : pneumotoraks dengan banyak bulla yang besar, diameter >2 cm (17%)

2.7 GAMBARAN FOTO THORAKS PADA PNEUMOTORAKS

Pneumotoraks terjadi bila udara masuk ruang pleura. Ketika hal ini terjadi, tekanan negatif

yang biasanya ada dalam rongga pleura meningkat lebih tinggi daripada tekanan intraveolar

sehingga dapat terjadi kolaps paru-paru. Pada pneumotoraks pleura parietalis yang berada

pada permukaan dalam dari dinding dada, ditarik oleh pleura viseral menuju hilus bersama

dengan paru-paru yang kolaps. Pleura viseral kemudian terlihat sebagai garis putih tipis yang

digariskan oleh udara pada kedua sisi, menandai perbatasan paru-paru dan menunjukkan

adanya pneumotoraks. Pleura viseral yang terlihat pada gambaran foto thorax ini disebut

garis pleura viseral. Saat terjadi kolaps, paru-paru cenderung untuk mempertahankan

bentuknya yang normal sehingga kelengkungan dari garis pleura viseral sejajar kelengkungan

dinding dada, sehingga garis pleura viseral tampak cembung keluar menuju dinding dada.10

Kehadiran udara-cairan dalam rongga pleura, menurut definisi, merupakan indikasi

bahwa adanya pneumothorax. Dalam posisi terlentang, udara di pneumotoraks dapat

terkumpul di anterior dan inferior dada dan memanifestasikan dirinya dengan menggeser

sulkus kostofrenikus ke inferior serta menghasilkan peningkatan gambaran radiolusen pada

sulkus kostofrenikus. Hal ini disebut deep sulcus sign dan merupakan bukti untuk dugaan

adanya pneumotoraks pada rontgen dada terlentang.10

Beberapa perangkap dapat menyebabkan diagnosis keliru pneumotoraks. Tidak

adanya tanda-tanda paru tidak cukup untuk menjamin diagnosis pneumotoraks karena

10

Page 11: Referat Pneumotoraks

penyakit lain menghasilkan temuan tersebut, seperti pada penyakit bulosa paru-paru, kista

besar di paru-paru, dan emboli paru. Untuk itu perlu diperhatikan kontur struktur yang

dianggap merupakan garis pleura viseral pada hasil roentgen. Berbeda dengan margin bulla,

garis pleura viseral akan cembung keluar terhadap dinding dada dan akan paralel dengan

kurva dinding dada.10

Ketika pasien berbaring langsung pada kaset radiografi (pada radiograf terlentang

portabel), lipatan kulit pasien mungkin dapat terjepit antara punggung pasien dan permukaan

kaset, sehingga lipatan kulit akan nampak seperti garis pleura viseral pada hasil gambaran

roentgen, yang juga paralel terhadap dinding dada. Untuk itu perlu diketahui bahwa tidak

seperti garis pleura viseral yang tipis, lipatan kulit menghasilkan gambaran yang relatif tebal,

dengan gambaran pita yang memiliki densitas yang lebih tinggi.10

Biasanya, pasien diposisikan untuk rontgen dada frontal dan tegak sedemikian rupa

sehingga skapula ditarik ke lateral menuju margin luar dari tulang rusuk, sehingga dapat

mencegah tumpang tindih perbatasan medial skapula pada bidang paru-paru.10

Pada radiografi supine, perbatasan medial skapula dapat menindih lobus atas dan

meniru garis pleura viseral pneumotoraks. Untuk itu sebelum mendiagnosis pneumotoraks

karena adanya gambaran garis pleura viseral, pastikan terlebih dahulu bahwa dapat terlihat

garis skapula di sisi tersebut dan perbatasan medialnya dapat teridentifikasi sebagai bagian

yang terpisah dari garis pleura viseral.10

11

Page 12: Referat Pneumotoraks

Gambar 2. Garis pleura viseral pada pneumotoraks10

Untuk membuat diagnosis yang definitif pada pneumotoraks (tanda panah putih), gambaran garis pleura viseral harus terlihat pada hasil roentgen. Pleura viseral dan parietal biasanya tidak terlihat,

keduanya terletak berdekatan pada dinding dada lateral. Ketika udara memasuki ruang pleura, pleura viseral memendek menuju hilus bersama dengan paru-paru yang kolaps dan terlihat sebagai garis putih yang sangat tipis dengan udara berada di luar garis pada kedua sisi. Perhatikan bagaimana

kontur pneumotoraks terletak sejajar dengan kelengkungan dinding dada.10

12

Page 13: Referat Pneumotoraks

Gambar 3. Deep sulcus sign10

Dalam posisi terlentang, udara di pneumotoraks dapat terkumpul di anterior dan inferior dada dan memanifestasikan dirinya dengan menggeser sulkus kostofrenikus ke inferior serta menghasilkan

peningkatan gambaran radiolusen pada sulkus kostofrenikus (tanda panah hitam). Hal ini disebut deep sulcus sign dan merupakan indikasi adanya pneumotoraks pada rontgen dada terlentang. Perhatikan

bahwa sulkus kostofrenikus kiri nampak sangat rendah dibandingkan sulkus kanan (tanda panah putih).10

Gambar 4. Garis pneumotoraks yang benar11

Perhatikan bahwa garis pleura viseral dapat terlihat dengan jelas, dengan tanda-tanda vaskular yang tidak nampak di belakang garis pleura.11

13

Page 14: Referat Pneumotoraks

Gambar 5. Gambaran lipatan kulit yang menyerupai garis pleura viseral11

Perlu diperhatikan bahwa lipatan kulit dapat menyerupai garis pleura viseral yang merupakan tanda utama pada pneumotoraks, tetapi pada gambaran lipatan kulit tanda-tanda paru masih terlihat di

belakang lipatan kulit.11

14

Page 15: Referat Pneumotoraks

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008:

116.

2. Hisyam, Barnawi; Budiono, Eko. Pneumotoraks Spontan. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009: 2339-42.

3. Daley, Brian J. Pneumothorax. Accessed from:

http://emedicine.medscape.com/article/424547. Updated 18 Jun, 2013.

4. Gambar struktur anatomi pleura. Downloaded from:

http://www.virtualmedicalcentre.com/symptoms/pleural-effusion/59.

5. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Ahli bahasa: Poppy Kumala et al. Jakarta:

EGC; 1998.

6. Snell, Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;

2006: 84-85

7. Faiz, Omar; Moffat, David. At a Glance Anatomi. Jakarta: EMS; 2004: 11.

8. Kumar; Cotran; Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007: 567.

9. Brant, William; Helms, Clyde. Fundamentals of Diagnostic Radiology 3rd Edition.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007: 620.

10. Herring, William. Learning Radiology – Recognizing The Basic. Philadelphia: Mosby

Elsevier; 2007: 133.

11. Al-Hameed, Fahad M. Pneumothorax Imaging. Accessed from:

http://emedicine.medscape.com/article/360796. Updated 1 Aug, 2013.

15