REFERAT - PICA

30
REFERAT DESEMBER 2015 PICA Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan No. Stambuk : N 111 14 055 Pembimbing : dr. Effendy Salim, Sp.A

description

REFERAT PICA GANGGUAN MAKAN DSM V

Transcript of REFERAT - PICA

Page 1: REFERAT - PICA

REFERAT DESEMBER 2015

PICA

Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan

No. Stambuk : N 111 14 055

Pembimbing : dr. Effendy Salim, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2015

Page 2: REFERAT - PICA

BAB I

PENDAHULUAN

Pica adalah gangguan makan yang didefinisikan sebagai konsumsi

zat-zat yang tidak bergizi secara terus menerus selama kurang lebih satu

bulan. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

edisi keempat (DSM-IV), ingesti zat tidak bergizi harus tidak sesuai

untuk tingkat perkembangan anak. Pica mungkin saja jinak namun bisa

juga mengancam nyawa.1

Pica jauh lebih sering ditemukan pada anak kecil dibandingkan

dengan dewasa. Individu yang terdiagnosis pica dilaporkan menelan

berbagai macam zat non pangan termasuk tanah liat, kotoran, pasir, batu,

kerikil, rambut, es, kuku, kertas, kapur, kayu, bahkan batu bara. Pada

orang dewasa, bentuk pica tertentu, termasuk geofagia (makan tanah) dan

amilofagia (makan kanji), telah dilaporkan terjadi pada wanita hamil.

Walaupun pica diamati paling sering terjadi pada anak-anak, gangguan

makan ini adalah suatu hal yang paling umum terjadi pada individu

dengan retardasi mental. Dalam beberapa masyarakat, pica adalah suatu

hal yang bersifat budaya dan tidak dianggap patologis.1

Pica terjadi di seluruh dunia. Geofagia adalah bentuk paling umum

dari pica pada orang yang hidup dalam kemiskinan serta orang yang

hidup di daerah tropis dan bersuku-suku. Pica adalah hal yang lazim

terjadi di bagian barat Kenya, Afrika Selatan, dan India. Pica juga

dilaporkan di Australia, Kanada, Israel, Iran, Uganda, Wales, Turki, dan

1

Page 3: REFERAT - PICA

Jamaika. Di beberapa Negara, bahkan tanah dijual untuk tujuan

konsumsi. Di Indonesia sendiri belum ada data dan informasi yang jelas

mengenai gangguan makan jenis ini.2

Pica diperkirakan terjadi pada usia 10 sampai 32 persen anak-anak

antara usia 1 dan 6 tahun. Pada anak yang lebih dari 10 tahun, laporan

pica menyatakan angka kira-kira 10 persen dari populasi. Terjadi

penurunan linier seiring dengan bertambahnya usia. Pica kadang-kadang

meluas ke golongan remaja namun jarang ditemukan pada orang dewasa

yang tidak cacat mental. Pada individu dengan keterbelakangan mental,

pica paling sering terjadi pada mereka yang berusia 10-20 tahun.2

Bayi dan anak sering menelan cat, plester, tali, rambut, dan kain.

Anak-anak lebih cenderung suka menelan kotoran hewan, pasir,

serangga, daun, kerikil, dan punting rokok. Sedangkan remaja dan orang

dewasa paling sering menelan tanah liat atau tanah. Pada wanita hamil

muda, pica terjadi selama kehamilan pertama pada masa remaja akhir

atau dewasa awal. Meskipun pica biasanya berhenti pada akhir

kehamilan, namun bisa saja terus berlanjut hingga bertahun-tahun. Pica

biasanya terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan

perempuan, namun sangat jarang pada pria remaja dan dewasa.3

2

Page 4: REFERAT - PICA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Pica ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita

menunjukkan nafsu makan terhadap berbagai atau salah satu obyek

yang bukan tergolong makan, misalnya tanah, pasir, rumput, bulu,

selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat kering, dinding

tembok, dan sebagainya.4

Beberapa subtipe pica yang dinamakan sesuai dengan substansi

yang dimakan misalnya:

Amylophagia (konsumsi pati)

Coprophagy (konsumsi tinja)

Geophagy (konsumsi tanah, tanah liat, atau kapur)

Hyalophagia (konsumsi kaca)

Konsumsi debu atau pasir

Lithophagia (subset dari geophagia, konsumsi kerikil atau batu)

Mucophagia (konsumsi lendir)

Odowa (batu lembut dimakan oleh ibu hamil di Kenya)

Konsumsi cat

Pagophagia (konsumsi patologis es)

Self-kanibalisme (kondisi langka di mana bagian tubuh dapat

dikonsumsi)

Trichophagia (konsumsi rambut, bulu atau wol)

Urophagia (konsumsi urin)

3

Page 5: REFERAT - PICA

Xylophagia (konsumsi kayu atau kertas)

2.2 EPIDEMIOLOGI

Insiden pica jarang pada anak yang berusia lebih tua dan

remaja. Pica lebih lazim pada anak dan remaja dengan retardasi

mental. Pica dilaporkan hingga 15% individu dengan retardasi mental

berat. Pica dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin dengan angka

kejadian sama besar.3

2.

2.1

2.2

2.3 ETIOLOGI

Insiden pica yang lebih tinggi dari perkiraan tampak terdapat

pada kerabat orang dengan gejala ini. Defisiensi gizi didalilkan

sebagai penyebab pica, pada keadaan tertentu, perasaan “nagih” zat-

zat yang tidak dapat dimakan diakibatkan oleh insufisiensi diet.

Contohnya, perasaan “nagih” debu dan es kadang-kadang disebabkan

oleh defisiensi besi dan seng, yang dihilangkan dengan

pemberiannya. Insiden pengabaian dan deprivasi orang tua juga

dikaitkan dengan kasus pica. Teori yang menghubungkan deprivasi

psikologis dan konsumsi zat yang tidak dapat dimakan diajukan

sebagai mekanisme kompensasi untuk memenuhi kebutuhan oral.

Selain itu terdapat kondisi-kondisi tertentu yang dapat

meningkatkan faktor risiko terjadinya pica, yaitu:

4

Page 6: REFERAT - PICA

Terdapat pada golongan anak di bawah umur 3 tahun, biasanya di

atas 1 tahun, sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak

sapihan wajar bila suka memasukkan benda-benda yang

dipegangnya ke dalam mulutnya.

Diet. Orang yang diet mungkin mencoba untuk meringankan

kelaparan dengan makan zat non-pangan untuk mendapatkan

perasaan kenyang,

Malnutrisi dan Penderita defisiensi gizi. Terutama di negara-negara

terbelakang, di mana orang-orang dengan pica paling sering makan

tanah atau tanah liat.

Faktor budaya. Dalam keluarga, agama, atau kelompok yang

makan zat non-pangan, digunakan untuk praktek pembelajaran.

Kelalaian orang tua, kurangnya pengawasan, atau kekurangan

makanan sering terlihat pada anak-anak yang hidup dalam

kemiskinan.

Masalah perkembangan, seperti keterbelakangan mental, autisme,

cacat perkembangan lainnya, atau kelainan otak.

Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan obsesif-kompulsif

(OCD) dan skizofrenia.

Kehamilan. Pica selama kehamilan lebih sering terjadi pada wanita

yang selama masa kecil mereka atau sebelum kehamilan, memiliki

riwayat pica baik dirinysa sendiri, maupun dalam keluarga.5

5

Page 7: REFERAT - PICA

2.4 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding pica6

a. Retardasi Mental

b. Pervasive Developmental Disorder

c. Skizofrenia

d. Autis

e. Kleine-Levin syndrome

2.4

2.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS

Presentasi klinis pica sangat bervariasi dan berhubungan

dengan sifat spesifik dari kondisi medis yang dihasilkan dan zat

tertelan. Pada keracunan atau paparan agen infeksi, gejala dilaporkan

sangat bervariasi dan berhubungan dengan jenis toksin atau agen

infeksi tertelan. Gejala pada saluran Gastrointestinal (GI) seperti

sembelit, sakit perut kronis atau akut yang mungkin menyebar atau

terfokus, mual dan muntah, distensi perut, dan kehilangan nafsu

makan.1,4,5

Pasien mungkin menyembunyikan informasi mengenai

perilaku pica dan menyangkal adanya pica ketika

ditanya. Kerahasiaan ini sering mengganggu diagnosis yang akurat

dan pengobatan yang efektif. Kisaran luas komplikasi yang timbul

6

Page 8: REFERAT - PICA

dari berbagai bentuk pica dan keterlambatan diagnosis yang akurat

dapat menyebabkan gejala ringan sampai mengancam nyawa. 1,4,5

Tabel 1-1 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk Pica

A. Makan zat tanpa gizi yang menetap untuk periode sedikitnya

1 bulan.

B. Makan zat tanpa gizi tidak sesuai dengan tingkat

perkembangan.

C. Perilaku makan bukan bagian dari praktik yang disetujui

budaya.

D. Jika perilaku makan ini terjadi hanya selama perjalanan

gangguan jiwa lain (misalnya retardasi mental, gangguan

perkembangan pervasif, skizofrenia), gangguan ini cukup

berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.

Dari American Psychiatric Association, Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed. Text rev,

Washington, DC: American Psychiatric Association;

copyright 2000, dengan izin

Pemeriksaan fisik

Temuan fisik yang terkait dengan pica sangat bervariasi dan

berhubungan langsung dengan bahan yang tertelan dan konsekuensi

medis selanjutnya. Temuan ini seperti berikut:

7

Page 9: REFERAT - PICA

a. Tanda keracunan

b. Tanda infeksi atau infestasi dari parasit

c. Manifestasi pada Gastrointestinal (GI)

d. Manifestasi pada gigi

Toksisitas adalah keracunan yang paling umum yang terkait

dengan pica. Tanda fisiknya tidak spesifik dan tak terlihat, dan

kebanyakan anak dengan keracunan timah tidak menunjukkan

gejala. Manifestasi fisik dari keracunan dapat seperti gejala

neurologis (misalnya, mudah tersinggung, lesu, ataksia, inkoordinasi,

sakit kepala, kelumpuhan saraf, papilledema , ensefalopati, kejang,

koma, atau kematian) dan gejala pada saluran GI (misalnya, sembelit,

sakit perut, kolik , muntah, anoreksia, atau diare). 1,4,5

Toxocariasis (termasuk larva migrans visceral dan ocular larva

migrans) dan ascariasis merupakan infeksi parasit paling sering yang

terkait dengan pica. Gejala Toxocariasis beragam dan tampaknya

terkait dengan jumlah larva yang tertelan dan organ mana tempat

larva bermigrasi. Temuan fisik yang terkait dengan migrans larva

visceral adalah demam, hepatomegali, malaise, batuk, miokarditis ,

dan encephalitis. Ocular larva migrans dapat menyebabkan lesi retina

dan kehilangan penglihatan. 1,4,5

Manifestasi pada saluran cerna berupa kelainan mekanik usus,

sembelit, ulserasi, perforasi, dan pengahalang usus yang disebabkan

oleh pembentukan bezoar dan konsumsi bahan yang dicerna ke dalam

saluran pencernaan. Kelainan gigi dapat terlihat pada pemeriksaan

8

Page 10: REFERAT - PICA

fisik, termasuk abrasi gigi yang parah, abfraksi, dan kehilangan

permukaan gigi. 1,4,5

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mengkonfirmasi atau

menyingkirkan diagnosis pika, tetapi beberapa tes laboratorium

berguna karena pika sering disertai dengan indeks yang abnormal

misalnya kadar serum besi dan seng. 1,4,5

2.6 TERAPI

Langkah pertama di dalam terapi pika adalah untuk

menentukan penyebabnya jika memungkinkan. Jika pika disebabkan

oleh situasi pengabaian atau penganiayaan, tentu saja keadaan ini

perlu diubah. Pajanan pada zat toksik, seperti timah, harus

dihilangkan. Tidak ada terapi definitif untuk pika; sebagian besar

terapi ditujukan pada edukasi dan modifikasi perilaku. Terapi

menekankan pendekatan psikososial, lingkungan, perilaku, dan

pedoman keluarga. Upaya harus dilakukan untuk mengurangi stresor

psikososial yang signifikan.

1. Terapi lama

Menurut ADAManual Clinical Dietetics tahun 2000, Pica

didefinisikan sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan

keinginan-keinginan yang abnormal untuk memakan sesuatu yang

sebenarnya bukan merupakan makanan yang lazim dikonsumsi

9

Page 11: REFERAT - PICA

seperti tanah, kapur, dan sebagainya. Pica menjadi sebuah

perhatian karena substansi-substansi yang bukan merupakan

makanan itu dikhawatirkan dapat menggantikan nutrisi-nutrisi

dari makanan yang sesungguhnya dan hal ini bisa menjadi

berbahaya. Menurut Andrews, 1998 sebenarnya tidak ada suatu

panduan yang spesifik mengenai rencana terapi pada pica, tetapi

pendekatan personal dan pemberian edukasi serta saran-saran

yang baik mengenai nutrisi yang seimbang pada pasien pica

menjadi suatu hal penting untuk upaya mengurangi keinginan-

keinginan mengkonsumsi benda-benda yang aneh sehingga dapat

tercipta keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Rose, 2000

menyatakan bahwa penatalaksanaan pasien pica dengan cara yang

sama belum tentu mendapatkan hasil yang sama, kesadaran dari

praktisi kesehatan adalah hal yang paling penting dalam

manajemen pasien pica.7

2. Terapi Baru

a. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (Farmakologis)

Terapi baru yang kemungkinan dapat digunakan dan

telah direkomendasikan karena hasil yang memuaskan saat

diuji coba pada pasien pica adalah terapi farmakologis dengan

selective serotonin reuptake inhibitors (SSRi) dan neuroleptic

atipical lain. Terapi baru ini bekerja dengan memblok

reuptake atau reabsorpsi serotonin oleh sel-sel saraf di otak.

10

Page 12: REFERAT - PICA

Beberapa jenis SSRi ini antara lain adalah fluvoxamin,

zimelidin, paroxetin, fluoxetin, dan citalopram.8

b. Bupropion (Farmakologis)

Bupropion merupakan golongan obat dari aminoketone

norepinephrine and dopamine reuptake inhibitor yang terbukti

dapat digunakan sebagai terapi pada gangguan pica yang

persisten, kronik, dan mengalami ketergantungan nikotin

yang parah.9

Intervensi perilaku pada pasien pica dengan tujuan untuk

mengalihkan perhatian, seperti menyusun ulang

llingkungannya, konseling, dan terapi-terapi perilaku yang

lain tidak berhasil, maka terapi farmakologis merupakan opsi

selanjutnya seperti bupropion.9

Pada juli 2003, bupropion dikeluarkan dengan regimen

100 mg dua kali sehari ditambah dengan lamotrigin 200 mg

tiga kali sehari, gabapentin 600 mg tiga kali sehari, topiramat

200 mg tiga kali sehari, zonisamide 300 mg, loratadin 10

mg/hari, naltrexon 50 mg/hari, propanolol 60 mg dua kali

sehari, paroxetin 40 mg/hari, risperidone 3 mg dua kali sehari,

11

Page 13: REFERAT - PICA

multivitamin setiap hari, dan vitamin E 800 IU dua kali

sehari. Pada penelitian yang telah dikakukan, pemberian

bupropion selama 12 bulan, pasien mengalami penurunan

episode pica menjadi 6.25 kali setiap bulan.9

c. Response Effort (Pendekatan perilaku)

Response effort merupakan salah satu terapi pada pica

dengan pendekatan metode perilaku. Pada terapi ini, yang

dinilai adalah usaha pasien untuk berusaha memakan sesuatu

yang menjadi objek pica dan yang bukan objek pica. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Piazza et al (2002), penelitian

ini menggunakan tiga orang yang mengalami gangguan

kejiwaan dan iasn ke klinik Neurobehavioral di Kennedy

Krieger Institute. Pasien pertama memiliki riwayat memakan

kunci mobil, batu, tongkat penunjuk, kotoran, sarung tangan,

dan baterai. Pasien kedua memiliki riwayat memakan batu,

tongkat penunjuk, plastic, dan kotoran. Pasien ketiga

memiliki riwayat memakan batu, tongkat penunjuk, kotoran,

pakaian, sabun, dan feces.10

Penelitian dilakukan di ruang tertutup yang terbuat dari

bahan yang aman jika dimakan, lalu disimpan benda objek

yang biasa dimakan (seperti kunci mobil, kotoran, dll) dan

benda lain yang menjadi pengalih perhatian, dari kedua benda

tersebut akan diletakkan sedemikian caranya sehingga pasien

akan menggunakan low effort atau high effort untuk

12

Page 14: REFERAT - PICA

menjangkau benda-benda tersebut. Penelitian dilakukan

dengan mengamati response effort pada pica dan benda-benda

pengalih perhatian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa pada usaha untuk mendapatkan benda-benda pengalih

perhatian tinggi (high effort) sedangkan usaha untuk

mendapatkan objek pica mudah (low effort) maka pasien akan

menjangkau objek pica dan memakannya. Sehingga, jika kita

menurunkan usaha untuk menjangkau benda yang dapat

dimakan akan menurunkan frekuensi kejadian pica. Pada

keadaan objek pica mudah dijangkau (low effort) misalnya

benda-benda yang didapat bebas ketika sedang bermain; dan

benda-benda pengalih perhatian disimpan susah untuk

dijangkau (misalnya di saku seseorang di sekitar anak) maka

akan menurunkan kejadian pica. Sehingga kesimpulannya,

para orang tua atau yang merawat pasien pica harus

menyimpan benda-benda yang berbahaya untuk dimakan di

tempat-tempat yang aman, dan meletakkan benda-benda

pengalih perhatian di tempat-tempat yang menarik untuk

pasien sehingga dapat mengurangi frekuensi pica pada

pasien.10

d. Response Blocking

Response Blocking merupakan usaha yang dilakukan

oleh individu yang merawat atau menjaga pasien pica agar

tidak mengambil benda (bukan makanan) untuk dimakan.

13

Page 15: REFERAT - PICA

McCord dan Grosser (2005) melakukan penelitian tentang

response blocking pada pasien pica yang dilakukan selama 10

menit selama 3 sampai dengan 5 hari setiap minggu. Pada

penelitian ini, pasien ditempatkan di ruangan tertutup yang di

dalamnya terdapat kertas segi empat yang dilekatkan ke lantai

dan di atas kertas tersebut disimpan benda-benda (bukan

makanan) yang ias dimakan oleh pasien pica. Lalu ada

seorang terapis yang ada di ujung ruangan berjarak 3.1 m dari

benda yang ada di atas lantai. Pada percobaan pertama, terapis

tidak bereaksi apa-apa (tidak mencegah/mem-block) pasien

saat akan mengambil benda di atas kertas. Percobaan kedua,

terapis mencegah ketika benda sudah berjarak 0.3 m dari

mulut pasien, pada percobaan ketiga, terapis mencegah pasien

mengambil benda di atas kertas.11

Pada penelitian ini menunjukan bahwa jika pasien tidak

dicegah maka pasien akan dengan leluasa memakan benda-

benda bukan makanan tersebut, walaupun dicegah, tetapi jika

dicegah saat makanan sudah diambil maka efeknya tidak

efektif, pasien tetap tidak mau menjatuhkan makanan

tersebut. Hasil dari pencegahan ini akan efektif jika perawat

atau seseorang yang menjaga pasien mencegah pasien

mengambil benda-benda berbahaya untuk dimakan. Sehingga,

kesimpulannya adalah pencegahan tidak efektif jika dilakukan

setelah pasien mengambil benda untuk dimakan, tetapi harus

14

Page 16: REFERAT - PICA

dilakukan usaha untuk mencegah pasien menjangkau benda-

benda berbahaya untuk dimakan tersebut.11

2.7 PROGNOSIS

Prognosis untuk pika beragam, meskipun pada anak dengan

intelegensi normal, gangguan ini paling sering bersifat pulih spontan.

Pada anak, pika biasanya pulih seiring dengan meningkatnya usia;

pada perempuan hamil, pika biasanya terbatas pada masa kehamilan

saja. Meskipun demikian, pada beberapa orang dewasa, terutama

mereka yang mengalami retardasi mental, pika dapat berlanjut hingga

bertahun-tahun. Data pemantauan lanjutan pada populasi ini terlalu

terbatas untuk memberikan suatu kesimpulan. Keberhasilan dalam

pengobatan bervariasi, sebagian besar kasus pica berlasung beberapa

bulan dan akan sembuh dengan sendirinya, tapi ada beberapa kasus

yang berlanjut kemasa remaja dan dewasa terutama ketika terjadi

bersamaan dengan gangguan perkembangan.

2.8 KOMPLIKASI

Komplikasi pica dapat berupa11 :

a. Infeksi

b. Obstruksi usus

c. Menyebabkan keracunan

d. Malnutrisi

e. Diare

f. Anemia

15

Page 17: REFERAT - PICA

g. Konstipasi

h. Kecacingan

BAB III

KESIMPULAN

Pica ialah nafsu makan penderita yang menunjukkan terhadap

berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong makan, misalnya

tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat

kering, dinding tembok, dan sebagainya

Gejala pada saluran Gastrointestinal (GI) seperti sembelit, sakit perut

kronis atau akut yang mungkin menyebar atau terfokus, mual dan

muntah, distensi perut, dan kehilangan nafsu makan.

Terapi yang dapat diberikan diantaranya dengan farmakologis yaitu

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors dan Bupropion, serta non

farmakologis dengan respons effort dan respons blocking.

1.

16

Page 18: REFERAT - PICA

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. DSM-V: Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders, Text Revision. American Psychiatric

Press; 2012:103-105.

2. Hagopian, L. P; Rooker, G. W; Rolider, N. U. Identifying Empirically

Supported Treatments for Pica in Individuals with Intellectual

Disabilities. Res Dev Disabil. Nov-Dec 2011;32(6):2114-20.

3. Young, S. L. Pica in Pregnancy: New Ideas About an Old Condition.

Annu Rev Nutr. Aug 21 2010;30:403-22.

4. Hassan, Rusepno., Alatas, Husein. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

5. Hope Interprises Inc. Pica. Available from URL:

http://www.heionline.org/docs/training/pica.pdf

6. Cunningham, Eleese dan Wendy Marcason. 2001. Question of the

month: How do I help patients with pica?. Jurnal of the Academy of

Nutrition and Dietettics. 101(3): 318

7. Morrow, Alina. 2010. Condition & Disease: Eating & Weight

Disorder. Online. Diunduh dari

http://www.omnimedicalsearch.com/conditions-diseases/pica-disorder-

treatment-options.html.

17

Page 19: REFERAT - PICA

8. Ginsberg, David L. 2006. Bupropion SR for Nicotine-Craving Pica in

a Developmentally Disabled Adult: Primary Psychiatry. Vol

13(12):28-30

9. Piazza, Cathleen., Henry S. Roanne., Kris M. Keeney et al. Varying

Response Effort in The Treatment of Pica Maintained by Automatic

Reinforcment: Journal Of Applied Behavior Analysis. Vol (35): 233-

46

10.McCord, Brandon dan Jason W. Grosser. 2005. An Analysis Of

Response-Blocking Parameters In The Prevention Of Pica: Journal Of

Applied Behavior Analysis. Vol (38): 391-4

11.Johnson, C.D., Shynett, B., Dosch, R., Paulson, R. 2007. An Unusual

Case Of Tooth Loss, Abrasion, and Erosion Associated with A

Culturally Accepted Habit. Gen Dent. Vol. 55(5):445-8. 

18