Referat Phlegmon

9
PHLEGMON Pendahuluan Penyebab infeksi odontogen adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut yaitu bakteri dalam plak, sulcus ginggiva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis. Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.

description

referat gilut

Transcript of Referat Phlegmon

Page 1: Referat Phlegmon

PHLEGMON

Pendahuluan

Penyebab infeksi odontogen adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut

yaitu bakteri dalam plak, sulcus ginggiva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar

secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh

periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis.

Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak

berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak

baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan

kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub

periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang

termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon

dasar mulut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi

odontogenik adalah :

1. Jenis dan virulensi kuman penyebab.

2. Daya tahan tubuh penderita.

3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.

4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

Page 2: Referat Phlegmon

5. Adanya tissue space dan potential space.

Pengertian Phlegmon

Menurut kamus kedokteran, kata phlegmon mengacu kepada suatu keradangan supuratif

akut yang mempengaruhi jaringan ikat subcutaneus. Sedangkan arti kata phlegmon di dalam

kamus kedokteran gigi adalah suatu keradangan hebat yang menyebar melalui rongga jaringan

tissue menjadi area peradangan yang luas dan tanpa batas yang jelas. Secara klinis sendiri

phlegmon terlihat berupa bengkak yang keras tak bernanah.

Kasus-kasus phlegmon merupakan kasus yang jarang terjadi. Namun ketika kasus ini

muncul, akan menjadi suatu kasus infeksi serius yang dapat mengancam jiwa. Phlegmon dasar

mulut bahkan dikatagorikan sebagai kegawatdaruratan dibidang bedah yang tercantum pada

lampiran surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 477/Menkes/SK/IV/2004 pada tanggal 19

April 2004.

Phlegmon Dasar Mulut atau Ludwig`s Angina

Phlegmon dasar mulut (submandibular atau sublingual space) atau Ludwig`s angina.

Ludwig`s angina dikemukakan pertama kali oleh Von Ludwig pada 1836 sebagai selulitis dan

infeksi jaringan lunak disekeliling kelenjar mandibula. Kata angina pada Ludwig`s angina

dihubungkan dengan sensasi tercekik akibat obstruksi saluran nafas secara mendadak. Ludwig`s

angina merupakan infeksi yang berasal dari gigi akibat penjalaran pus dari abses periapikal

tergantung jenis gigi (seperti pada fascial spaces).

Kriteria yang mendasari suatu keadaan disebut dengan Ludwig`s angina yaitu:

1. Proses selulitis pada submandibular space (bukan merupakan abses)

Page 3: Referat Phlegmon

2. Keterlibatan dari submandibular space baik unilateral atau bilateral

3. Adanya gangrene dengan keluarnya cairan serosanguinous yang meragukan

ketika dilakukan incise dan tidak jelas apakah itu adalah pus

4. Mengenai fascia, otot, jaringan ikat, dan sedikit jaringan kelenjar

5. Penyebaran secara langsung dan tidak ada penyebaran secara limfatik

Penyebab

Pada suatu penelitian Jankowska, et al yang dilakukan pada 24 pasien, dimana 16

diantaranya menderita abses leher dan 8 lainnya menderita phlegmon pada leher. Didapatkan

hasil yaitu 59% disebabkan oleh adanya infeksi pada gigi dan 29% pada penderita

pharyngotonsilitis. Kultur bakteri positif pada semua kasus. Penyebaran infeksi pada phlegmon

juga didasari oleh adanya defisiensi imunologi.

Gejala-gejala

Gejala dari Ludwig`s angina yaitu: sakit dan bengkak pada leher, leher menjadi merah,

demam, lemah, lesu, mudah capek, bingung dan perubahan mental, dan kesulitan bernapas

(gejala ini menunjukkan adanya suatu keadaan darurat) yaitu obstruksi jalan nafas. Pasien

Ludwig`s angina akan mengeluh bengkak yang jelas dan lunak pada anterior leher, jika dipalpasi

tidak terdapat fluktuasi dan pasien akan merasa sangat nyeri.

Page 4: Referat Phlegmon

Pemeriksaan penunjang

CT-Scan pada regio cervical dapat mendukung diagnosis phlegmon. Pemeriksaan

Ultrasound pada leher cukup untuk mendirikan diagnosis yang tepat pada submandibular space

abcess dan ludwig’s angina. Selain dari pemerikasaan klinis, pemeriksaan radiology yang akurat

dan evaluasi mikrobiologi yang essensial, dapat menentukan penyebab yang potensial dari

proses inflamasi yang ada dan dapat memberikan terapi farmakologi yang tepat pula.

Komplikasi

Pada pasien dengan infeksi cervicofacial yang tidak menrima perawatan yang sesuai

dengan situasi dan perkembangan klinisnya, Komplikasi dapat timbul jika perawatan yang

dilakukan memakan waktu yang lama dan perkembangan yang mematikan tidak dapat acuhkan.

Komplikasi paling serius dari Ludwig`s angina adalah adanya penekanan/kolaps jalan nafas

akibat pembengkakan yang berlangsung hebat.

Penatalaksanaan / Terapi

Setelah mendapat riwayat kesehatan gigi, terutama bila pernah terjadi infeksi gigi, dan

telah melaksanakan pemeriksaan fisik, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah memeriksa

permeabilitas jalan napas lalu dilanjutkan dengan mengecek akan adanya abses. Jika telah

terbentuk abses, direkomendasikan untuk dilakukan terapi pembedahan (abscess drainage).

Namun bila belum terbentuk abscess, kita dapat memilih terapi konservatif, yaitu dengan

pemberian antibiotic IV dan tetap mempertimbangkan kemungkinan operasi tergantung pada

perkembangan penderita 48-72 jam ke depan. Selain itu, pada kasus ini, kita tidak boleh lupa

tentang adanya kemungkinan terjadinya kolaps jalan napas, yang jika terjadi harus

dipertimbangkan kemungkinan untuk melakukan trakeostomi.

Page 5: Referat Phlegmon

Jika telah terjadi kolaps jalan napas, diperlukan tindakan bedah segera dengan

trakeostomi sebagai jalan nafas buatan. Kemudian jika saluran nafas telah ditangani dapat

diberikan antibiotik dan dilakukan incisi pada pus untuk mengurangi tekanan. Perlu dilakukan

perawatan gigi pada gigi penyebab infeksi (sumber infeksi) baik perawatan endodontic maupun

periodontic.

Page 6: Referat Phlegmon

DAFTAR PUSTAKA

Anand H. Kulkarni, Swarupa D. Pai, Basant Bhattarai, Sumesh T. Rao and M. Ambareesha. 2008. Case Report: Ludwig's angina and airway considerations. Department of

Anesthesiology, Kasturba Medical College, Attavar, Mangalore, India

Bassam, dr. 2009. http://dentalbooks-drbassam.blogspot.com/2009/04/ludwigs-angina-review-of-literature-and.html

Asnul Arfani, drg. 2010. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, http://asnuldentist.blogspot.com

Ernest E. Wang MD, FACEP. 2010. Ludwig’s Angina. Evanston Northwestern Healthcare, Northwestern University Medical School, USA

Lisna K. Rezky. 2010. Ludwig’s Angina. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Md. Abu Yusuf Fakir1, Md. Arif Hossain Bhuyan2, Md. Mosleh Uddin3 HM Mustafizur Rahman4 , Syed Hasan Imam Al-Masum5, A.F. Mohiuddin Khan6. Ludwig’s Angina: A Study of 50 Cases. Department of Otolaryngology & Head and Neck Surgery, Dhaka Medical College Hospital and ApolloHospitals Dhaka.Bangladesh J

of Otorhinolaryngology 2008; 14(2) : 51-56

Moch. Aleq Sandar, dr., M.Kes, Sp.B. 2010. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, http://bedahunmuh.wordpress.com/about/

Courtney M. Townsend, Jr., MD, R. Daniel Beauchamp, D, B. Mark Evers, MD and Kenneth L. Mattox, MD. 2009. Sabiston Textbook of Surgery, 18th Edition: Expert

Consult Premium Edition. Elservier Saunders, USA

William H. Saunders, M.D and Paul Wakely, Jr., M.D. 2010. Atlas of the Head and Neck Pathology. The Ohio State University, College of Medicine, Department of Otolaryngology, Head & Neck Surgery, Eye and Ear Institute, Columbus, Ohio, USA