Referat otomikosis

19
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Fungi, ( bahasa latin dari jamur ), adalah organism eukariotik, pembawa spora, hanya sedikit mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. 1 Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur ( fungal otitis externa ) digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang menginfeksi epitel skuamosa pada kanalis auditorius eksternus dengan komplikasi yang jarang melibatkan telinga tengah. Walaupun sangat jarang mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan keputus-asaan baik pada pasien maupun ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktu yang diperlukan dalam pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya yang begitu tinggi. 2 Otomikosis adalah suatu bentuk penyakit yang umum ditemukan diseluruh belahan dunia. Frekuensinya bervariasi tergantung pada perbedaan zona geografik, faktor lingkungan, dan juga waktu. 3 Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-klinik THT dan prevalensinya mencapai 9 % dari keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda otitis eksterna. Walaupun terdapat perdebatan pendapat bahwa jamur sebagai penyebab infeksi, melawan pendapat lain yang menyatakan 1

description

makalah

Transcript of Referat otomikosis

Page 1: Referat otomikosis

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Fungi, ( bahasa latin dari jamur ), adalah organism eukariotik, pembawa spora, hanya

sedikit mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.1

Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur ( fungal otitis externa )

digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang menginfeksi epitel

skuamosa pada kanalis auditorius eksternus dengan komplikasi yang jarang melibatkan telinga

tengah. Walaupun sangat jarang mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan

keputus-asaan baik pada pasien maupun ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktu

yang diperlukan dalam pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya

yang begitu tinggi.2

Otomikosis adalah suatu bentuk penyakit yang umum ditemukan diseluruh belahan dunia.

Frekuensinya bervariasi tergantung pada perbedaan zona geografik, faktor lingkungan, dan juga

waktu. 3

Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-klinik THT

dan prevalensinya mencapai 9 % dari keseluruhan pasien yang menunjukkan gejala dan tanda

otitis eksterna. Walaupun terdapat perdebatan pendapat bahwa jamur sebagai penyebab infeksi,

melawan pendapat lain yang menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies sebagai respon

host yang immunocompromise terhadap infeksi bakteri, kebanyakan studi laboratorium dan

pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab patologis yang sebenarnya,

dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur yang terbanyak diperoleh dari isolatnya.2

Banyak faktor yang dikemukakan sebagai predisposisi terjadinya otomikosis, termasuk

cuaca yang lembab, adanya serumen, instrumentasi pada telinga, status pasien yang

immunocompromised , dan peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal.

Pengobatan yang direkomendasikan meliputi debridement lokal, penghentian pemakaian

antibiotik topikal dan anti jamur lokal atau sistemik. Berikut ini akan dibahas tentang anatomi

1

Page 2: Referat otomikosis

telinga itu sendiri, karakteristik, gejala klinis, faktor-faktor predisposisi, dan komplikasi dari

otomikosis, sehingga kita dapat mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat dan tepat.2

I.II Rumusan masalah

Pada rumusan masalah ini penyusun ingin menjelaskan tentang difinisi otomikosis, factor

penyebab, factor presdisposisi, gejala klinis, cara menegakkan diagnose, komplikasi dan

penatalaksanaan .

I.III Tujuan

Tujuan referat ini adalah :

Untuk mengetahui secara rinci tentang otomikosis

Untuk mengetahui cara menegakkan diagnose dan penanganan

Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang di perlukan

I.IV Manfaat

Semoga rferat ini dapat berguna bagi penyusun maupun pembaca untuk lebih mengetahui

tentang difinisi, etiologi, factor penyebab,gejala klinis, komplikasi ,penanganan dan prognosis.

2

Page 3: Referat otomikosis

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga di bagi atas 3 bagian yaitu telinga luar,telinga tengah,telinga dalam.

II.I Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dan tangka

tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri

dari tulang, dengan panjang 2,5 – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat

banyak kelenjar serumen ( modifikasi kelenjar keringat ) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat

pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar

serumen. Serumen memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant terhadap

serangga.4

3

Page 4: Referat otomikosis

Serumen terdiri dari lemak ( 46-73 % ), protein, asam amino, ion-ion mineral, dan juga

mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh rantai ganda. Asam lemak ini

menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh

karena komposisi hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi

impermeable, kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel.4

Otomikosis sendiri merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di telinga

bagian luar, yang terkadang disebabkan oleh ketiadaan serumen.3

II.II Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis ( bulbus jugularis )

Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis.

Batas atas : tegmen timpani ( meningen/otak )

Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontalis, kanalis

fasialis, tingkap lonjong ( oval window ) dan tingkap bundar ( round window ) dan

promontorium.4

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida ( membran

sharpnell ), sedangkan bagian bawah pars tensa ( membran propria ). Pars flaksida hanya berlapis

dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel

kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah,

yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di

bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran didalam telinga saling

berhubungan . Prosessus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat dengan

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba

eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring, dengan

telinga tengah.4

4

Page 5: Referat otomikosis

II.III Telinga tengah

Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.4

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli disebelah

atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala

timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang

terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar

skala vestibuli disebut dengan membrane vestibuli ( Reissner’s membrane ), sedangkan dasar

skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ corti. Pada skala media

terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basalis

melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang

membentuk Organ Corti.4

Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran. Adapun fisiologi pendengaran adalah

sebagai berikut : Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga

dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran

dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga

perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut ,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran ( area 39-40 ) di lobus temporalis.4

5

Page 6: Referat otomikosis

BAB III

OTOMIKOSIS

III.I DIFINISI

Otomikosis ( dikenal juga dengan Singapore Ear ), adalah infeksi telinga yang

disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur, yang superficial pada kanalis auditorius eksternus.4,6

Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akut

dan subakut, dan khas dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini

menyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan

debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri.6,7

III.II Epidemiologi

Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah dengan

cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air. 1 dari 8 kasus infesi

telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan

selebihnya adalah Candida spp. Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh

pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai

pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari

negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna yang

disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.8

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis dijumpai lebih

banyak pada wanita ( terutama ibu rumah tangga ) daripada pria. Otomikosis biasanya terjadi

6

Page 7: Referat otomikosis

pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering

pada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.9

Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102 kasus ditemukan

55,8 % nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan wanita.3

III.III Etiologi

Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi ketiadaan

serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang biasanya

sering disebabkan oleh kapas telinga ( cotton buds ) dan alat bantu dengar. Serumen sendiri

memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur.

Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh

karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanalis

auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga.

Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan asthma.8

Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit, terutama

Aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus, Allescheria boydii,

Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan Candida Spp. Sebagai tambahan, otomikosis

dapat merupakan infeksi sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang

disebabkan bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.9,10

Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur yang

patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum dimengerti. Beberapa dari

faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi, seperti perubahan epitel,

peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen, faktor sistemik ( seperti

gangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor lingkungan

( panas, kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik kronik, post

mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada telinga.3

Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari otomikosis ini. Pada

dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger dilaporkan sebagai penyebab utama. Ozcan

dkk, dan Hurst melaporkan A.niger , juga sebagai penyebab terbanyak otomikosis di Turki dan

Australia. Tetapi, Kaur, dkk, menemukan bahwa A.fumigatus sebagai penyebab terbanyak diikuti

7

Page 8: Referat otomikosis

dengan A.niger. Spesies Aspergillus lainnya yang dihubungkan dengan otomikosis adalah

A.flavus. Penicillum juga dilaporkan oleh Pavalenko. Jamur lainnya yang berhubungan dengan

terjadinya otomikosis adalah C.albicans dan C. parapsilosis. Pada penelitian yang dilakukan Ali

Zarei di Pakistan Tahun 2006, dijumpai A.niger sebagai penyebab utama diikuti dengan

A.flavus.9,10

Aspergillus niger, juga telah dilaporkan sebagai penyebab otomikosis pada pasien

immunokompromis, yang tidak berespon terhadap berbagai regimen terapi yang telah diberikan.

( aspergillus otomikosis ).10

III.IV Gejala klinis

Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna pada

umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, kemudian

diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada telinga dan gatal.2

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun 2006, yakni dari

132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala otomikosis sebagai berikut :

Simptom Jumlah Pasien ( n )

Persentase ( % )

OtalgiaOtorrheaKehilangan pendengaranRasa penuh pada telingaGatalTinnitus

63635944205

48484533234

gbr.6. tabel presentase masing-masing gejala otomikosis

( Tang Ho, et al, 2006)2

8

Page 9: Referat otomikosis

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini

ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.

Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam,

sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.10

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi debris

fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan

kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan

granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.8

III.V Diagnosa

Diagnosa didasarkan pada :

Anamnesis.

Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga. Yang

paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan air, misalnya

berenang, menyelam, dan sebagainya.11

Gejala Klinik.

Yang khas, terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan

dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris

fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan

kulit.11

Pemeriksaan Laboratorium

Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akan

tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecil

dengan diameter 2-3 u.11

Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar.

Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih. Dengan

mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora

berjejer melekat pada permukaannya.11

9

Page 10: Referat otomikosis

III.VI Diagnosa banding

Otomikosis dapat didiagnosa banding dengan otitis eksterna yang disebabkan oleh

bakteri, kemudian dengan dermatitis pada liang telinga yang sering memberikan gejala – gejala

yang sama.11

III.VII Penatalaksanaan

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab, dan

disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek

api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.10

Pengobatan yang dapat diberikan seperti :

Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang telinga biasanya

dapat menyembuhkan.4

Tetes telinga siap beli seperti VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil

asetat ) dan Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.4

Larutan timol 2 % dalam spiritus dilutes ( alkohol 70 % ) atau meneteskan larutan

burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya

memberi hasil pengobatan yang memuaskan.8

Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.8

Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti preparat

yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yang diberikan secara

sistemik.2,4,10

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara komplit

mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak menunjukkan

keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini menjadi penting untuk diingat

bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis

auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah

tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi

yang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat

10

Page 11: Referat otomikosis

merubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan membawa

kepada resolusi komplit dari penyakit ini.3

III.VIII Komplikasi

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari membran

timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh

dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan dengan

nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah.

Angka insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar

antara 12-16 % dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi

terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan konsekuensi

inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi

tersebut dari kulit sekitarnya.2

III.IX Prognosa

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi dengan

anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara

imunologi. Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan

infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius

eksternus masih terganggu. 1

11

Page 12: Referat otomikosis

BAB IV

KESIMPULAN

Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut, sub akut,

maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar ( kanalis auditorius eksternus ).4

Gejala dari otomikosis dapat berupa nyeri pada telinga, keluarnya secret ( otorrhea ),

gatal, sampai berkurangnya pendengaran.4

Faktor predisposisi yang menyebabkannya meliputi ketiadaan serumen, kelembaban yang

tinggi karena sering beraktifitas dalam air seperti berenang, dan penggunaan kortikosteroid, dan

anti mikroba pada infeksi sebelumnya.11

Spesies yang paling terbanyak menyebabkan infeksi ini adalah dari genus Aspergillum

dan Candida.4

Pengobatan dengan menjaga kebersihan telinga, mengurangi kelembaban dan faktor-

faktor predisposisinya, dan pemakaian anti fungal baik secara lokal maupun sistemik.10

12

Page 13: Referat otomikosis

DAFTAR PUSTAKA

1. K Murat Ozcan, Muge Ozcan, Aydin Karaarslan, & Filiz Karaarslan. (2003). Otomycosis in Turkey: Predisposing factors, aetiology and therapy. The Journal of Laryngology and Otology,. Retrieved July , 2009, from ProQuest Medical Library.

2. Tang Ho, Jeffrey T Vrabec, Donald Yoo, Newton J Coker. (2006). Otomycosis : Clinical features and treatment implications. The Journal of Otolaryngology-Head and neck Surgery.

3. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis : Otomycosis.

4. Rusmarjono, Kartosoediro S. Odinofagi. Dalam : Soepardi E, Iskandar N (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung – Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : FK UI. 2001.

5. Figure 1, ear diagram, available from www.entusa.com

6. Otomycosis, available from www.wikipedia.com, last update on June 1, 2009.

7. Dixon, Bernard. (1995). Treating swimmer's ear. British Medical Journal, Retrieved July , 2009, from ProQuest Medical Library.

8. Fungal Ear Infection. available from www.patient.co.uk last update on June 22,2008.

9. Ali Zarei Mahmoudabadi. (2006). Mycological Studies in 15 Cases of Otomycosis. Pakistan Journal of Medical Sciences.

10. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001). Otomikosis.Kapita Selekta Kedokteran ,Jakarta: Media Aesculapius, 3 ( 1),75.

11. Trelia Boel. (2003).Mikosis Superfisial.Retrieved from USU digital Library.

13