Referat OCD

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu yang menyebabkan distress. 1 Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang berulang. Sedangkan kompulsif adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung,memeriksa,dan menghindar.Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egodistonik. 1 Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat obsesif komplusif menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia,gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena tetapi diantara remaja,laki-laki lebih lazim terkena dari pada perempuan.Usia rerata awitan sekitar 20 tahun. Orang lajang lebihsering mengalami obsesif komplusif dibandingkan orang yang menikah walaupun temuan ini mungkin mencerminkan kesulitan yang dimiliki orang dengan gangguan ini untuk mempertahankan 1

description

referat

Transcript of Referat OCD

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu yang menyebabkan distress.1Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang berulang. Sedangkan kompulsif adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung,memeriksa,dan menghindar.Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egodistonik. 1Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat obsesif komplusif menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia,gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena tetapi diantara remaja,laki-laki lebih lazim terkena dari pada perempuan.Usia rerata awitan sekitar 20 tahun. Orang lajang lebihsering mengalami obsesif komplusif dibandingkan orang yang menikah walaupun temuan ini mungkin mencerminkan kesulitan yang dimiliki orang dengan gangguan ini untuk mempertahankan suatu hubungan.Orang dengan Obsesif Komplusif lazim terkena gangguan jiwa lain,prevalensi seumur hidup gangguan depresif mayor padaorang dengan OCD sekitar 67% dan untuk fobia sosial sekitar 25%.2Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian moderen telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada awal tahun 1980-an gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang dan berespon buruk terhadap terapi. Sekarang diketahui bahwa gangguan obsesif-kompulsif adalah sering ditemukan dan sangat responsif terhadap terapi.2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi PenyebabGambaran penting Gangguan Obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder,OCD) adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya.Obsesi atau kompulsi memakan waktu cukup mengganggu fungsi rutin normal,pekerjaan,aktifitas social biasa,atau hubungan seseorang.Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya.4Suatuobsesiadalahpikiran, perasaan,ide,atausensasiyang mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidak berdayaan karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.3Dalam DSM-IV TR obsesi didefinisikan sebagai berikut :1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)Pengertian obsesi menurut Kaplan, et all., adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison &Neale, hal-hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol .5Sedangkan kompulsi menurut Davison & Neale adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk menampilkannya agar mengurangi stres.5 Dalam DSM-IV TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut :a. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku. b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.5

2.2 EpidemiologiPrevalensi dari gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum adalah 2 -3%.1,2,3,4 Pada sepertiga pasien obsesif kompulsif, onset gangguan ini adalah sekitar usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun. Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki laki lebih mudah terkena dari pada remaja perempuan.2Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan.32.3 EtiologiPenyebab terjadinya gangguan obsesif-kompulsif yaitu:1. Faktor biologi NeurotransmiterBanya uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat-obatan menunjukkan bahwa disregulasi dari serotonin berhubungan dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif. Data menunjukkan bahwa obat-obatan serotonergik menunjukkan efikasi dalam pengobatan gangguan obsesif-kompulsif, tetapi apakah serotonin berperan menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif masih tidak jelas.6Beberapa laporan menunjukkan perbaikan minor pada gangguan obsesif-kompulsif setelah penggunaan obat oral klonidin, obat yang menurunkan jumlah norepinefrin yang disekresikan dari ujung saraf presinaps.6Terdapat hubungan positif antara infeksi streptokokal dengan gangguan obsesif-kompulsif. Infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A dapat menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30% dari pasien yang terinfeksi mengidap korea Sydenham dan menunjukkan gejala obsesif-kompulsif.3 Studi pencitraan otakPencitraan otak pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan perubahan fungsi pada sirkuit neural antara korteks orbitofrontal, kaudatus, dan thalamus. Pencitraan positron emission tomography (PET) menunjukkan aktivitas metabolisme dan aliran darah yang meningkat pada lobus frontal dan basal ganglia terutama kaudatus. Computed tomographic (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan pengecilan kaudatus bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif.3 GenetikStudi menunjukkan bahwa gangguan obsesif-kompulsif mempunyai komponen genetik yang signifikan.3 Data biologis lainPada pasien gangguan obsesif-kompulsif dijumpai gambaran abnormalitas elektroensefalografi sedikit diatas normal.62. Faktor perilakuMenurut ahli teori belajar,obsesif adalah stimulus yang terkondisi. Stimulus netral akan terasosiasi dengan ansietas melalui proses responden terkondisi dengan situasi yang menyebabkan ansietas. Oleh karena itu, objek dan pikiran netral dapat menjadi stimulus terkondisi yang memicu timbulnya ansietas.3Ketika pasien menemukan aksi tertentu untuk mengurangi ansietas yang berhubungan dengan pikiran obsesif, pasien akan mengembangkan strategi dalam bentuk perilaku kompulsif untuk mengontrol ansietas tersebut. Secara perlahan, usaha pasien untuk mengurangi ansietas tersebut akan menjadi perilaku kompulsif. 33. Faktor psikososial Faktor personalitasGanggguan obsesif-kompulsif berbedan dengan gangguan personalitas obsesif kompulsif. Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif premorbid, dan perilaku tersebut tidak penting atau sufisien untuk berkembangnya gagguan obsesif kompulsif. 34. Faktor psikodinamikaSigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksi. 3 1) Isolasi Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya. 3

2) Undoing Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan. 6

3) Pembentukan reaksi Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai. 3 64) Faktor psikodinamik lainnya Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif-kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan anal-sadistik.65) Ambivalensi Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan. 66) Pikiran magis Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien gangguan obsesif-kompulsif. 62.4 Gejala KlinisObsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal.3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk psikologis.4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 6

Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anak-anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses, urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan adalah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan. 6Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu. Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeriksa kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu. Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan pikiran semata-mata pikiran obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh pasien. 6Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya. Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesif-kompulsif. Trichotillomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. 6Terdapat juga beberapa gagguan yang biasa merupakan bagian dari atau dengan kuat dihubungkan dengan spectrum GOK (gangguan gangguan obsesif-kompulsif)

1. Gangguan dismorfik tubuh (body Dysmorphic Disorder)Pada gangguan ini orang terobsesi dengan keyakinan bahwa mereka buruk rupa atau bagian tubuh mereka berbentuk tidak normal.2. TrikhotilomaniaOrang dengan Trikhotilomania terus menerus mencabuti rambut mereka sehingga timbul daerah-daerah botak.3. Sindrom TourettesGejala sindrom Tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan ucapan kata-kata kotor yang tak terkontrol. 7

Tabel 1. Klasifikasi Obsesi dan Kompulsi 8

2.5 DiagnosisKriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:1. Salah satu obsesi atau kompulsiObsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:a. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas. b. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.c. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.d. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut: a. Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku. b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka dianggap untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan

Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak.

3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan, menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual jika terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat).5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. ( Kaplan & Saddock, 1993).Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:a. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut: Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang. e. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut (Maslim. R, 2003)

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan Pedoman Diagnostika. Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls ( dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)b. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress). (Maslim. R, 2003)

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)Pedoman Diagnostika. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan.Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan. (Maslim. R, 2003)

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan ObsesifPedoman Diagnostika. Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.b. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif terhadap terapi perilaku. (Maslim. R, 2003)

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif LainnyaF42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT. (Maslim. R, 2003)

2.6 Diagnosa BandingBeberapa diagnosa banding dari gangguan obsesif-kompulsif:61. Tourettes DisorderGejala karakteristik dari Tourettes Disorder adalah tik motor dan vokal yang sering dan sebenarnya muncul setiap hari. Tourettes Disorder dan gangguan obsesif-kompulsif mempunyai onset usia dan gejala yang sama. Sekitar 90% orang dengan Tourettes Disorder mempunyai simtom kompulsif, dan sebanyak dua per tiga memenuhi kriteria diagnostik gangguan obsesif-kompulsif.62. Kondisi psikiatrik lainnyaDiagnosa banding lain dari gangguan obsesif-kompulsif yaitu skizofrenia, gangguan personalitas obsesif-kompulsif, fobia, dan gangguan depresi. Gangguan obsesif-kompulsif dapat dibedakan dari skizofrenia dengan simtom yang kurang aneh, dan tilikan pasien terhadap gangguan tersebut. Gangguan personalitas obsesif-kompulsif tidak mempunyai derajat kerusakan fungsional berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan kompulsi, terutama kompulsi menghindar. Gangguan depresif berat kadang diasosiasikan dengan ide-ide asosiatif, tetapi hanya pada pasien yang mengalami gangguan memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresi berat.62.6 Tatalaksanaa) FarmakoterapiData yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).11Clomipramine. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering.11SSRI. Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi. Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas.12

Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil). 11

a. Exposure and Response PreventionTerapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang.5

b. Terapi Keluarga (Family therapy)Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang sesuai yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu.

c. Terapi perilaku (Behavior therapy)Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja dengan gangguan OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique.Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja (Majahudin, 1995) :a. Latihan relaksasi Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.b. Response prevention techniqueMula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.

c. Penurunan kecemasanTujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif. Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.

2.7 PrognosisGangguan obsesif-kompulsif merupakan penyakit yang kronik dengan perode dari gejala-gejala yang seiring dengan berjalannya waktu akan mengalami peningkatan. Penderita gangguan ini tidak biasanya sembuh sempurna atau bebas dari gejala. Walaupun demikian dengan pengobatan, banyak orang yang mengalami perbaikan. Perbaikan tersebut berupa gejala yang berbeda seperti cara merealisasikan suatu obsesif yang berbeda. Diagnosis awal dan terapi yang dilakukan secepatnya akan memberikan hasil yang lebih baik di mana penekanan onset usia dini adalah hal yang patut untuk segera didiagnosis. Selain itu, mereka yang bergerak di bidang kesehatan mesti memahami perbedaan antara gangguan obsesif-kompulsif dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang mana untuk jenis gangguan kepribadian biasanya dimulai pada saat dewasa muda, yaitu umur di atas 20 tahun sedangkan untuk gangguan obsesif kompulsif biasanya dimulai pada usia anak-anak.1,9,10

BAB IIIKESIMPULANGangguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejalagejala obsesif atau tindakan kompulsif atau keduaduanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturutturut. Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesifkompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan tidak bisa sembuh sempurna. Dengan pengobatan bisa memberikan pengurangan gejala.

DAFTAR PUSTAKA

1. .Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 20102. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognizebaffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.3. Jenik3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 2rd rev. ed. Kusuma M, translator. Jakarta: Erlangga; 2010, 56-67 p.4. eMA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65 .Liebowitz MR, Barlow DH, 2004. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. British, R. R. Donelley & Sons Company: 457-463.5. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press6. Sadock BJ, Sadock VA, 2003. Synopsis of Psychiatry. Ninth Edition. Volume I. Philadelphia, Lippincott Williams & Willkins: 616-623. 7. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2rd rev. ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2009, 312-313 p8. Saadi Y. PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif. Madiun : Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI. 2010.9. Greenberg WM, 2006. Obsessive Compulsive Disorder. Diunduh pada tanggal 24 agustus 2014, darihttp://emedicine.medscape.com/article/1934139-overview10. Liebowitz MR, Barlow DH, 2004. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. British, R. R. Donelley & Sons Company: 457-463.11. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry vol.2 6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore12. Pinzon, R. 2006. Tatalaksana Farmakologis. Gangguan Spektrum Autistik:Telaah Pustaka Kini. Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, vol.19, ISSN 0215-7551, hal. 169-172.

.

1