Pembahasan Kasus OCD

25
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Usia : 59 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMP (tamat) Status : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jakarta II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Maret 2014, pukul 10.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan. A. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis. B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis. Pasien masih sering melakukan kegiatan berulang-ulang yang menganggu kegiatannya sehari-hari. Saat ini pasien mengeluh masih ragu-ragu saat melakukan wudhu yaitu pasien mengeluh 1

description

OCD

Transcript of Pembahasan Kasus OCD

Page 1: Pembahasan Kasus OCD

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Usia : 59 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP (tamat)

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jakarta

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Maret 2014, pukul

10.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin

dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin

dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis. Pasien masih sering

melakukan kegiatan berulang-ulang yang menganggu kegiatannya sehari-hari. Saat

ini pasien mengeluh masih ragu-ragu saat melakukan wudhu yaitu pasien mengeluh

masih sering wudhu berulang-ulang sampai kurang lebih sepuluh kali pada saat akan

memulai wudhu. Pasien juga menyatakan menyatakan kadang pada saat shalat merasa

takut bahwa kata “bismillah” yang diucapkannya tidak benar sehingga shalatnya tidak

diterima oleh Tuhan. Bila pasien sedang dalam perasaan tidak nyaman atau sedang

kesal sesaat menjelang sholat maka biasanya pasien mengucapkan kata “bismillah”

kurang lebih tujuh kali namun bila sedang dalam perasaan nyaman dan tidak kesal

pasien hanya mengulang kata “bismillah” sekitar 3 kali. Pasien menyatakan bahwa

kegiatan berulang-ulang mengucapkan “bismillah” itu selalu dilakukan setiap kali saat

pasien sholat. Selain itu pasien juga mengaku saat sholat, takbir dapat dilakukan

1

Page 2: Pembahasan Kasus OCD

berulang berkali-kali sampai pasien merasa takbir yang dilakukan sudah benar. Pasien

juga menyatakan bahwa suami sering mengingatkan pasien untuk hanya melakukan

sekali saja tidak usah berulang-ulang, bahwa hal tersebut juga harus dirubah oleh diri

sendiri, tidak hanya dengan minum obat saja. Namun pasien belum bisa

menghilangkan kebiasaan tersebut. Pasien juga mengungkapkan bahwa dia jarang

pergi sholat berjamaah di masjid, atau mengikuti imam saat sholat karena pasien

masih ragu-ragu jadi sering ketinggalan, karena harus melakukan takbir berulang-

ulang. Namun kadang-kadang pasien ikut pengajian bersama.

Pasien juga menyatakan bahwa pada saat mandi pasien juga membutuhkan

waktu yang cukup lama yaitu sekitar kurang lebih 30-40 menit, karena pasien merasa

belum bersih saat mandi dan dia terus menggosok tubuhnya berulang-ulang sampai

merasa tubuhnya sudah benar-benar bersih. Hal ini juga terjadi saat mencuci tangan

baik sebelum atau sesudah makan dimana pasien membutuhkan waktu yang lebih

lama dari biasanya. Pasien hanya menggunakan sabun sekali saja tetapi pasien terus

menggosok tangannya saat mencuci tangan dengan sabun sampai pasien merasa

bersih.

Pasien mengaku bahwa ia merasa tidak nyaman dengan kondisi ini dan pasien

tidak menyukai pikiran tersebut. Pasien merasa bahwa apa yang dia alami adalah

sesuatu yang salah yaitu suatu penyakit dan pasien ingin sembuh. Pasien menyangkal

melakukan kegiatan berulang-ulang seperti pada saat mengunci pintu, membersihkan

ruangan, atau aktivitas sehari-hari yang lain selain wudhu, mandi, dan mencuci

tangan. Pasien mengaku tidak mengalami gangguan pada saat tidur di malam hari.

Pasien dapat tidur dengan nyenyak saat malah hari.Menurut pasien, ia tidak pernah

marah-marah sendiri tanpa sebab yang jelas. Namun pasien mengaku sering

memikirkan masalah ekonomi keluarga yang menurut pasien kadang masih menjadi

masalah karena hanya dari pensiunan suami sedangkan pasien tidak memiliki

penghasilan dan tidak punya usaha lain sebagai tambahan penghasilan keluarga.

Mulanya keluhan pasien dirasakan sejak tahun 2001. Pasien menyatakan

keluhan tersebut muncul tiba-tiba tanpa ada pemicu atau masalah sebelumnya yang

dialami pasien. Pasien mengaku lupa alasan mengapa suka mengulang-ulang dalam

mengucapkan kata “bismillah” sesaat sebelum wudhu. Pasien merasa bahwa

keluhannya berkurang menjadi lebih enak apabila sudah meminum obat yang

2

Page 3: Pembahasan Kasus OCD

diberikan oleh dokter. Pasien merasa menjadi lebih lega dengan obat yang diberikan

oleh dokter sehingga sampai saat ini pasien selalu rutin untuk kembali kontrol dan

meminta resep obat bila habis dan pasien berobat selalu ditemani oleh suami, karena

pasien takut untuk bepergian sendiri keluar rumah semenjak pasien sakit. Pasien juga

kadang-kadang merasa takut saat sedang duduk-duduk sendiri.

Pasien menyangkal pernah melihat adanya bayangan atau penampakan yang

hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga mengaku tidak pernah merasakan sesuatu rasa

yang berbeda seperti manis, asin, pedas, pahit, pada lidahnya saat pasien sedang tidak

makan. Pasien mengatakan tidak pernah merasakan menghidu bau-bauan yang hanya

dihidu oleh dirinya sendiri sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang

dikeluhkan pasien. Selain itu pasien juga mengungkapkan bahwa tidak pernah

merasakan di sekujur tubuhnya seperti ada yang meraba atau merayapi. Pasien juga

menyangkal saat menonton televisi pembawa acara mengejek atau menertawakan

pasien. Pasien juga tidak pernah merasa seolah-olah rumah pasien menjadi lebih besar

atau lebih kecil daripada biasanya. Pasien juga tidak pernah merasa bahwa dirinya

bukan dirinya sendiri atau saat bercermin melihat bayangan dirinya bukan diri sendiri.

Pasien juga menyatakan tidak pernah merasa pikirannya menjadi kosong seperti isi

pikirannya diserap atau diambil orang lain. Pasien juga menyangkal pernah

merasakan isi pikirannya diketahui atau dapat didengarkan orang lain, maupun

dikontrol orang lain.

Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala sehingga

kemungkinan besar tidak adanya gangguan mental organik. Pasien mengungkapkan

bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Pasien juga mengaku tidak pernah mengkonsumsi atau memiliki riwayat

menggunakan zat psikotropik (NAPZA), alkohol, dan merokok.

Saat ini suasana perasaan pasien adalah biasa-biasa saja. Pasien masih dapat

melakukan aktivitas sehari-hari untuk menjaga higienitas dirinya sendiri seperti mandi

sendiri serta melakukan beberapa pekerjaan rumah di antaranya menyapu, memasak,

mencuci, mengepel, dan menyetrika. Tidak ada masalah dalam pola dan nafsu makan

pasien. Saat ini pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga memiliki kesibukan

lain seperti mengurus kedua cucunya. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga.

3

Page 4: Pembahasan Kasus OCD

Pasien adalah seorang ibu dari 3 orang anak. Anak pertama dan ketiga laki-

laki sedangkan anak kedua perempuan. Pasien juga telah memilki 3 orang cucu. Saat

ini pasien tinggal di rumahnya sendiri bersama suaminya yang sudah pensiun

sedangkan ketiga anaknya telah berumah tangga dan tinggal terpisah dari rumah

pasien. Suami pasien adalah pensiunan dari Departemen Pertanian. Pasien dan

suaminya saling membantu dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus

kedua cucu mereka yang ditipkan oleh anak pasien sesaat sebelum berangkat kerja.

Menurut pasien, ia dilahirkan secara normal dan tidak ada penyulit selama masa

kandungan maupun proses persalinan. Pasien mengenyam pendidikan hanya sampai

kelas 3 SMP dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi. Pasien

adalah anak ke-2 dari enam bersaudara. Hubungan pasien dengan kakak dan adik-

adiknya juga terjalin baik.

Hubungan pasien dengan anggota keluarga terjalin baik termasuk dengan

suami dan anak-anaknya. Pasien tidak pernah merasa takut untuk berinteraksi dengan

orang lain atau berada di tempat keramaian. Pasien tidak pernah merasa orang lain

sedang membicarakan atau menertawakan pasien. Pasien dapat bersosialisasi dengan

baik terhadap tetangganya. Pasien mengaku masih sering mengikuti kegiatan kumpul

bersama tetangga, kumpul keluarga seperti arisan, dan rutin mengikuti pengajian satu

kali dalam seminggu. Kebutuhan sehari-hari pasien yaitu melalui dana pensiunan

suami yang dahulunya bekerja sebagai pegawai di Departemen Pertanian serta

mendapat bantuan finasial dari ketiga anaknya yang sudah bekerja. Namun anak-anak

tidak rutin membantu tergantung pendapatan bila lebih maka mereka memberikan

uang kepada pasien dan suami. Untuk biaya kesehatan dan pengobatan pasien

menggunakan jasa asuransi kesehatan (ASKES). Pasien seorang pemeluk agam Islam

yang taat beribadah, rajin sholat 5 waktu, dan rutin mengikuti pengajian di masjid.

Saat ini pasien memiliki keinginan untuk sembuh dimana pasien tidak perlu lagi

melakukan kegiatan yang berulan-ulang dan bisa beraktivitas di luar atau bepergian

sendiri tanpa harus selalu ditemani suami.

Pada saat anamnesa terlihat intelektual pasien cukup baik yaitu saat ditanya

siapa gubernur DKI Jakarta, pasien dapat menjawab dengan benar, begitu juga saat

ditanya siapa presiden RI, Pasien juga dapat menjawab dengan benar saat ditanya arti

peribahasa yaitu air susu dibalas dengan air tuba. Penilaian terhadap waktu, tempat,

situasi dan personal juga baik. Penilaian terhadap ingatan jangka panjang, pendek,

4

Page 5: Pembahasan Kasus OCD

dan segera juga baik, terbukti dengan pasien masih dapat bercerita tentang

sekolahnya sejak SD dan SMP, dan pasien datang ke rumah sakit dengan kendaraan

umum bersama suaminya, dapat mengingat dan mengulang nama anggota tubuh yang

diucapkan oleh pemeriksa. Saat diberikan perumpamaan bila ada anak kecil ingin

menyebrang jalan di tempat ramai, pasien dapat menjawab akan membantu

menyeberang jalan. Saat ditanyakan tiga keinginan atau cita-cita yang ingin dipenuhi

pasien saat ini adalah pasien ingin sembuh dan dapat melakukan aktivitas di luar

serta bepergian sendiri tanpa selalu ditemani suami.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya

2. Riwayat Gangguan Medik

Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol

Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif, alkohol, dan merokok.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Pranatal

Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal dan tidak ditemukan adanya

penyulit selama masa dalam kandungan maupun saat proses persalinan.

2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana anak seusianya

usianya sehingga pasien tidak terdapat gangguan dalam masa pertumbuhan

dan perkembangannya. Pasien mengaku pernah mengenyam pendidikan hanya

sampai tamat kelas 3 SMP. Prestasi pasien selama menjalani pendidikan

tersebut termasuk biasa-biasa saja dan tidak ada yang menonjol. Pasien tidak

pernah tinggal kelas.

3. Riwayat Masa Akhir Anak – Anak

Pasien tumbuh dengan baik dan tidak terdapat masalah dalam kehidupan

sosial.

5

Page 6: Pembahasan Kasus OCD

4. Riwayat Pendidikan

Pasien mengaku pernah mengenyam pendidikan sampai tamat kelas 3 SMP.

Prestasi pasien selama menjalani masa pendidikan termasuk biasa-biasa saja

dan tidak ada yang menojol. Pasien mampu bersosialisasi dengan teman-teman

disekolahnya.

5. Riwayat pekerjaan

Pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-hari

yaitu mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, menyapu,

mengepel, dan mengurus kedua cucunya.

6. Riwayat agama

Pasien seorang pemeluk agam Islam yang taat dalam menjalankan ibadahnya,

rajin sholat lima waktu, serta rutin mengikuti pengajian

7. Aktivitas sosial

Aktivitas sosial yang dijalankan pasien yaitu bergaul dengan lingkungan

sekitarnya termasuk dengan para tetangga, ikut dalam kegiatan kumpul

keluarga seperti arisan keluarga, dan rutin mengikuti pengajian. Pasien dapat

bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik saat bertemu dengan orang banyak.

E. Hubungan dengan keluarga

Hubungan pasien dengan keluarganya terjalin baik termasuk dengan suami serta

anak, menantu, dan cucunya.

F. Riwayat Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien

G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang

Pasien seorang perempuan, berusia 58 tahun, berstatus menikah dengan seorang

suami, dan pasien adalah ibu dari 3 orang anak. Saat ini tinggal bersama

suaminya di rumah milik pasien sendiri di Cipinang sedangkan ketiga anaknya

sudah.berumah tangga dan tinggal terpisah dari pasien, namun berdekatan. Saat

ini pasien ingin sembuh dan beraktivitas seperti layaknya orang normal. Pasien

juga ingin dapat berakvitas di luar rumah atau bepergian sendiri tanpa harus selalu

ditemani oleh suami Untuk biaya hidup sehari-hari diperoleh melalui dana

6

Page 7: Pembahasan Kasus OCD

pensiunan suami yang dahulunya bekerja sebagai pegawai di Departemen

Keuangan serta terkadang mendapat bantuan finasial dari ketiga anaknya yang

sudah bekerja. Biaya kesehatan serta biaya pengobatan pasien menggunakan jasa

asuransi kesehatan (ASKES).

H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya

Harapan pasien adalah pasien ingin sembuh selayaknya orang normal dan mampu

beraktivitas atau bepergian sendiri tanpa selalu didampingi suami.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien perempuan usia 58 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi,

ekspresi tenang, perawatan diri baik, dan warna kulit sawo matang.

2. Kesadaran

Kesadaran umum : Compos Mentis.

Kontak psikis : Dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Cara berjalan : Baik.

Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, tidak ada

gerakan involunter dan pasien masih dapat fokus serta menjawab

pertanyaan dengan baik.

4. Pembicaraan

Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan

dokter dengan baik dan pasien mampu mengungkapkan isi hatinya

dengan cukup jelas.

Kualitas : Bicara spontan, volume bicara kecil, artikulasi

jelas, pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.

5. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien kooperatif.

B. KEADAAN AFEKTIF

1. Mood : Biasa-biasa saja.

2. Afek : Luas.

7

Page 8: Pembahasan Kasus OCD

3. Keserasian : Mood dan afek serasi.

4. Empati : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien saat

ini.

C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Taraf pendidikan

Pasien mengaku hanya sekolah sampai tamat SMP. Prestasi pasien biasa-

biasa saja dan tidak menonjol selama menempuh pendidikan, serta tidak

pernah tinggal kelas.

Pengetahuan umum

Baik, karena pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang

siapa presiden RI saat ini dan sebelumnya. Pasien juga dapat menjawab

saat ditanya siapa Gubernur DKI Jakarta saat ini

2. Daya konsentrasi

Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai

dengan selesai dan mampu menjawab dengan benar pertanyaan 100-7 = 93.

3. Orientasi

Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat yaitu siang hari.

Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berada di

poliklinik psikiatri RSUP Persahabatan.

Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.

Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berobat dan

diperiksa oleh dokter.

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang

Baik, pasien masih dapat mengingat dimana SD dan SMP tempat dia

sekolah.

Daya ingat jangka pendek

Baik, pasien datang ke RS. Persahabatan menggunakan angkutan umum

ditemani oleh suaminya.

8

Page 9: Pembahasan Kasus OCD

Daya ingat segera

Baik,optimal, pasien dapat mengulang kembali lima nama anggota tubuh

yang diberikan oleh pemeriksa secara berurutan.

Akibat hendaya daya ingat pasien

Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.

5. Pikiran abstrak

Cukup baik, pasien mengerti makna dari pribahasa “air susu dibalas dengan

air tuba” yang diberikan oleh pemeriksa.

6. Bakat kreatif

Pasien tidak memiliki bakat kreatif

7. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu

mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi dan ilusi

Halusinasi : tidak terdapat halusinasi auditorik, visual, olfaktorik,

gustatorik, dan taktil.

Ilusi : tidak terdapat ilusi pada pasien.

2. Depersonalisasi dan derealisasi

Depersonalisasi : Tidak terdapat depersonalisasi pada pasien.

Derealisasi : Tidak terdapat derealisasi pada pasien.

E. PROSES PIKIR

1. Arus Pikir

Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan

pertanyaan, banyak ide-ide yang diutarakan pasien.

Kontinuitas : Baik, koheren.

Hendaya : Tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien ini.

2. Isi Pikiran

Preokupasi : Preokupasi tentang kebersihan dan membaca

“Bismillah” (obsesif kompulsif)

9

Page 10: Pembahasan Kasus OCD

Gangguan pikiran : Tidak terdapat waham pada pasien.

F. PENGENDALIAN IMPULS

Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara

dengan baik.

G. DAYA NILAI

1. Norma Sosial

Pasien dapat besosialisasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Uji Daya Nilai

Baik, pasien dapat menjawab ketika diberi suatu perumpamaan, yaitu jika ada

anak kecil ingin menyeberang di jalan raya yang ramai pasien akan membantu

anak tersebut menyeberangi jalan

3. Penilaian realitas

Baik, pasien tidak terdapat gangguan dalam menilai realita.

H. PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRI DAN KEHIDUPANNYA

Berdasarkan penilaian pemeriksa terhadap pasien yaitu saat ini sadar bahwa ia

sedang sakit dan pasien memiliki keinginan untuk sembuh.

I. TILIKAN / INSIGHT

Tilikan derajat 6, dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan pasien

ingin sembuh

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat

dipercaya, karena pasien konsisten terhadap setiap pertanyaan yang diberikan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

1. Keadaan umum : Baik, Compos Mentis

2. Tanda vital

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Frekuensi nadi : 78 x per menit

- Frekuensi napas : 20 x per menit

- Suhu : Afebris

10

Page 11: Pembahasan Kasus OCD

3. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal

4. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan

5. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan

6. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan

7. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan

8. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

b. Status Neurologis

1. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal

2. Saraf motorik : Kesan dalam batas normal

3. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal

4. Susunan saraf vegetatif : Tidak ada kelainan

5. Fungsi luhur : Tidak ada kelainan

6. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien perempuan berumur 58 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP

Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obatnya habis.

Pasien mengeluh masih sering melakuakn wudhu berulang-ulang sampai

kurang lebih 10 kali. Pasien merasa takut bahwa kata wudhu yang

dilakukannya tidak benar dan pasien masih merasa najis atau kotor.

Pasien mengatakan pada saat shalat sering mengucapkan “bismillah”

berulang-ulang sebanyak 10 kali. Pasien merasa takut ucapan “bismillah” nya

tidak diucapkan dengan benar sehingga shalatnya tidak sah.

Pasien juga mengungkapkan bahwa pada saat mandi pasien membutuhkan

waktu yang cukup lama yaitu sekitar 40 menit. Pasien merasa belum bersih

dan terus menggosok tubuhnya berulang-ulang.

Begitu pula halnya saat mencuci tangan pasien membutuhkan waktu yang

lebih lama dari biasanya. Pasien terus menggosok tangannya saat mencuci

tangan sampai pasien merasa bersih.

Pasien mengaku bahwa ia merasa tidak nyaman dengan kondisi ini dan pasien

tidak menyukai pikiran tersebut.

11

Page 12: Pembahasan Kasus OCD

Keluhan ini sudah berlangsung sejak tahun 2001.

Pasien menyangkal adanya rasa sedih berlebihan, kehilangan minat, dan rasa

mudah lelah. Pasien juga menyangkal adanya aktivitas fisik atau mental yang

berlebihan.

Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma.

Pasien bukan seorang perokok ataupun pengguna obat-obatan terlarang

(NAPZA) dan alcohol.

Penilaian terhadap uji daya nilai , orientasi terhadap waktu, tempat dan

personal baik.

Selama wawancara berlangsung, pasien cenderung untuk terbuka terhadap

semua pertanyaan.

Pasien lahir secara normal, tanpa ada penyulit serta cacat bawaan.

Pasien hanya mengenyam pendidikan sampai tamat kelas 3 SMP dengan

prestasi biasa-biasa saja, tidak menonjol, dan tidak pernah tinggal kelas.

Sejak kecil pasien menganut agama islam, dan dibesarkan di keluarga yang

taat beribadah.

Pasien tidak pernah mengalami gangguan kesehatan, tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 78 x per menit, Respiratory rate 20x per menit, suhu afebris.

Pasien adalah seorang ibu dari 3 orang anak. Pasien juga telah memilki 3

orang cucu. Saat ini pasien tinggal di rumahnya sendiri di daerah Cipinang

bersama suaminya yang sudah pensiun sedangkan ketiga anaknya telah

berumah tangga dan tinggal terpisah dari rumah pasien namun berdekatan.

Pasien dan suaminya saling membantu dalam hal mengerjakan pekerjaan

rumah dan mengurus kedua cucu mereka yang ditipkan oleh anak pasien

sesaat sebelum berangkat kerja. Kebutuhan sehari-hari pasien didapat melalui

dana pensiunan suami yang dahulunya bekerja sebagai pegawai di

Departemen Pertanian serta terkadang mendapat bantuan finasial dari ketiga

anaknya yang sudah bekerja. Untuk biaya kesehatan dan pengobatan pasien

menggunakan jasa asuransi kesehatan (ASKES). Pasien masih sering

memikirkan masalah ekonomi yang menurut pasien sering mengganggu

pikirannya karena hanya berasal dari pensiun suami saja dan tidak ada

penghasilan lain.

Pada pasien ini didapatkan gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang.

12

Page 13: Pembahasan Kasus OCD

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada

pasien terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna

sehingga dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-

hari maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I

Pasien ini tidak memiliki riwayat trauma kepala ataupun penyakit yang dapat

mengakibatkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran,

daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang masih baik

sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0).

Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi obat psikoaktif

(NAPZA) serta tidak ditemukan riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok

sehingga pasien ini bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat

zat psikoaktif atau alkohol (F.1).

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang

ditandai dengan tidak adanya waham dan halusinasi sehingga pasien ini

bukan menderita gangguan psikotik (F.2).

Pada pasien ini tidak ditemukan mood yang meningkat, aktivitas fisik dan

pembicaraan meningkat, makan pasien ini bukan pasien mania. Pasien juga

tidak mengalami mood yang menurun, kehilangan minat dan kegembiraan,

penurunan aktivitas fisik, maka pasien ini bukan menderita gangguan

depresi. Karena pasien ini tidak ditemukan adanya mania dan depresi, maka

pasien ini bukan menderita gangguan perasaan afektif atau mood (F.3).

Saat ini didapatkan kebiasaan perilaku pasien dalam hal pengulangan dalam

berwudhu, menggosok tubuh saat mandi, saat mencuci tangan, serta membaca

“bismillah” saat shalat masih dialami pasien setiap hari. Pasien tidak dapat

melawan keinginannnya tersebut sehingga pasien merasa tidak nyaman

dengan kebiasaannya. Karena adanya kebiasaan melakukan sesuatu yang

berulang-ulang tersebut dan hal ini membuat pasien tidak nyaman, maka

pasien menderita Gangguan Obsesif-Kompulsif (F.42).

Diagnosis Aksis II

13

Page 14: Pembahasan Kasus OCD

Tumbuh kembang pasien normal, pasien mampu bersosialisasi dan

berinteraksi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Maka pada pasien

ini tidak didapatkan gangguan kepribadian. Pasien hanya dapat menyelesaikan

pendidikan sampai tamat kelas 3 SMP karena faktor ekonomi keluarga yang tidak

mencukupi, fungsi kognitif baik & tidak terdapat retardasi mental maka pada pasien

ini tidak ada gangguan retardasi mental. Oleh karena tidak ditemukan gangguan

kepribadian dan gangguan retardasi mental maka pada pasien ini aksis II tidak ada

diagnosis.

Diagnosis Aksis III

Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologis pada pasien

tidak ditemukan adanya gangguan medis, maka pada pasien ini aksis III tidak ada

diagnosis.

Diagnosis Aksis IV

Pasien adalah seorang ibu dari 3 orang anak. Pasien juga telah memilki 3

orang cucu. Saat ini pasien tinggal di rumahnya sendiri di Cipinang bersama

suaminya yang sudah pensiun sedangkan ketiga anaknya telah berumah tangga dan

tinggal terpisah dari rumah pasien tetapi berdekatan. Pasien dan suaminya saling

membantu dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus kedua cucu mereka

yang ditipkan oleh anak pasien sesaat sebelum berangkat kerja. Kebutuhan sehari-hari

pasien melalui dana pensiunan suami yang dahulunya bekerja sebagai pegawai di

Departemen Pertanian serta terkadang mendapat bantuan finasial dari ketiga anaknya

yang sudah bekerja. Namun menurut pasien karena dia tidak bekerja, masalah

ekonomi masih mengganggu pikirannya karena tidak ada penghasilan lain selain

pensiun suami. Untuk biaya kesehatan dan pengobatan pasien menggunakan jasa

asuransi kesehatan (ASKES). Pasien dapat berinteraksi serta bersosialisasi terhadap

keluarga dan lingkungan sekitar dengan baik. Pasien dapat rutin berobat dan akses ke

pelayanan kesehatan yaitu ke rumah sakit dekat. Maka pada pasien ini aksis IV

terdapat Masalah Ekonomi.

Diagnosis Aksis V

14

Page 15: Pembahasan Kasus OCD

Pada pasien ini didapatkan gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang.

Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Obsesif-Kompulsif

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Tidak ada diagnosis

Aksis V : GAF Scale 60-71

VIII. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik : Tidak ada.

Psikologis : Mengerjakan hal yang berhubungan dengan

kebersihan dan mengucapkan “bismillah secara

berulang-ulang.

Sosioekonomi : Masalah ekonomi, karena pasien merasa penghasilan

hanya dari pensiun suami saja tanpa ada penghasilan

lain, karena pasien tidak bekerja. Anak-anak juga tidak

rutin membantu secara finansial.

IX. PROGNOSIS

Prognosis ke arah baik

Pasien mempunyai keinginan yang besar untuk sembuh dan pasien rutin untuk

kontrol dan minum obat, serta respon terhadap pengobatan baik

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan

pasien.

Mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga terhadap kesembuhan pasien

Prognosis ke arah buruk

Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama sejak 12 tahun yang lalu.

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah:

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

15

Page 16: Pembahasan Kasus OCD

Ad sanationam : dubia ad malam

X. TERAPI

Psikofarmaka :

Xanax 1 x 1/2 mg

Haloperidol 1 x 1/2 mg

Psikoterapi :

a. Pada pasien

- Edukasi pada pasien pentingnya untuk kontrol rutin setiap bulan dan minum

obat secara teratur.

- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada

Tuhan YME agar dirinya diberi ketenangan dalam menghadapi masalah yang

ada.

b. Pada keluarga

- Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien, mengingatkan

pasien untuk minum obat teratur, mengingatkan pasien untuk menjaga dan

merawat diri dengan baik.

- Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap pasien.

- Mendampingi pasien untuk kontrol berikutnya.

16

Page 17: Pembahasan Kasus OCD

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama.

PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.

2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT.

Nuh Jaya. Jakarta. 2007.

3. Elvira, Sylvia D,dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2010

17