Referat Mini Dr Raya Sp b

33
REFERAT MINI KOLELITHIASIS PEMBIMBING: Dr. Raya Batubara Sp.B DISUSUN OLEH: MUHAMAD REDZUAN BIN JOKIRAM 030.08.281 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Transcript of Referat Mini Dr Raya Sp b

Page 1: Referat Mini Dr Raya Sp b

REFERAT MINI

KOLELITHIASIS

PEMBIMBING:

Dr. Raya Batubara Sp.B

DISUSUN OLEH:

MUHAMAD REDZUAN BIN JOKIRAM

030.08.281

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 3 SEPTEMBER – 10 NOVEMBER 2012

Page 2: Referat Mini Dr Raya Sp b

KANDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2

1.2 Tujuan........................................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi kandung empedu.........................................................................................................5

2.2 Fisiologi.....................................................................................................................................6

2.3 Patogenesis.................................................................................................................................7

2.4 Patofisiologi...............................................................................................................................8

2.5 Manifestasi klinis.......................................................................................................................9

2.6 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................11

2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................................................15

2.8 Prognosis..................................................................................................................................19

BAB III KESIMPULAN

........................................................................................................................................................20

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

........................................................................................................................................................21

1

Page 3: Referat Mini Dr Raya Sp b

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam

saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan

batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis (Lesmana dkk,divisi hepatology FKUI

2009).1

Kejadian batu empedu di negara – negara industri antara 10 – 15 %. Di Amerika Serikat,

insiden kolelitiasis diperkirakan 20 juta orang, dengan 70% diantaranya didominasi oleh batu

kolesterol dan 30% sisanya terdiri dari batu pigmen dan komposisi yang bervariasi ( menurut

“Healthy Lifestyle” Desember 2008). Sedangkan penelitian di Jakarta pada 51 pasien pasien

didapatkan batu pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27% pasien ( menurut divisi

Hepatology,Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009 ). Prevalensi tergantung usia,

jenis kelamin, dan etnis. Kasus batu empedu lebih umum ditemukan pada wanita. Faktor risiko

batu empedu memang dikenal dengan singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Fourty ( 40th), Fertile

(subur), dan Female (wanita). Wanita lebih berisiko mengalami batu empedu karena pengaruh

hormon estrogen. Meski wanita dan usia 40th tercatat sebagai faktor risiko batu empedu, itu

tidak berarti bahwa wanita di bawah 40th dan pria tidak mungkin terkena. Penderita diabetes

mellitus ( DM ), baik wanita maupun pria, berisiko mengalami komplikasi batu empedu akibat

kolesterol tinggi. Bahkan, anak – anak pun bisa mengalaminya, terutama anak dengan penyakit

kolesterol herediter.2,3

Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu empedu dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kategori mayor, yaitu :

1. Batu kolesterol dimana komposisi kolesterol melebihi 70%,

2. Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung Ca-bilirubinate

sebagai komponen utama.

3. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.1

2

Page 4: Referat Mini Dr Raya Sp b

Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol :

1. Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu.

2. Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol.

3. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.

Sedangkan patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu,

malnutrisi, dan faktor diet. Kelebihan aktivitas β-glucuronidase bakteri dan manusia

(endogen) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien di negara

timur. 1

Walaupun batu dapat terjadi dimana saja dalam saluran empedu, namun batu kandung empedu

ialah yang tersering didapat. Bila batu empedu ini tetap saja tinggal di dalam kandung empedu,

maka biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Gejala – gejala biasanya timbul bila batu ini

keluar menuju duodenum melalui saluran empedu, karena dapat menyebabkan kolik empedu

akibat iritasi, hidrops, atau empiema akibat obstruksi duktus cysticus. Bila obstruksi terjadi pada

duktus koledokus maka dapat terjadi kolangitis ascendens, ikterus, dan kadang – kadang sirosis

bilier.4,5

Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala biasanya pasien tidak memerlukan pengobatan.

Meski demikian, banyak juga kasus batu empedu yang membutuhkan tindakan operasi yang

disebut cholecystectomy. Saat ini operasi sudah biasa dilakukan dengan laparoskopi atau bedah

minimal. Karena hanya dengan sayatan kecil, proses pemulihannya pun lebih cepat. Bedah

minimal juga hanya menimbulkan sedikit nyeri dan kalaupun terjadi komplikasi hanya ringan

saja, tidak seperti bedah terbuka. Ada pula kasus yang mengharuskan kantong empedu diangkat.

Walaupun organ ini sudah dibuang, seseorang bisa saja melanjutkan kehidupannya dengan

normal dan tetap produktif karena sebetulnya kantong empedu hanya berfungsi sebagai tempat

penampungan. Setelah menjalani pengangkatan kantong empedu, pasien sebaiknya

memperhatikan pola makan yaitu dengan membatasi asupan makanan berlemak atau berminyak.6

3

Page 5: Referat Mini Dr Raya Sp b

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui dan lebih memahami definisi,

patogenesa, gejala klinis, diagnose dan penatalaksanaan kolelitiasis karena penyakit batu empedu

sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat, sedangkan di Indonesia baru

mendapat perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian masih terbatas. Batu empedu

walaupun merupakan kasus yang tidak begitu sering ditemui, tetapi gejalanya yang mirip

penyakit maag, penyakit kuning ( hepatitis ), bahkan bisa mirip usus buntu, radang pankreas dan

irritable bowel syndrome. Karena diagnosa banding yang banyak itu, butuh ketelitian

pemeriksaan fisik dan diagnostik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam diagnosa.

4

Page 6: Referat Mini Dr Raya Sp b

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi kandung empedu

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak tepat dibawah lobus

kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus

bentuknya bulat, ujungnya buntu dari kandung empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari

kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu.8

Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil

dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang

keluar dari permukaan hati sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung

dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.7,8

Gambar 1. Gambaran anatomi kandung empedu

5

Page 7: Referat Mini Dr Raya Sp b

2.2 Fisiologi

Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara 600-1200 ml/hari.

Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Diluar waktu makan, empedu

disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar

50 %. Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan

natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam

empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%.8

Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :

• Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena asam

empedu yang melakukan dua hal antara lain : asam empedu membantu mengemulsikan partikel-

partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang

disekresikan dalam getah pankreas, Asam empedu membantu transpor dan absorpsi produk akhir

lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.

• Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting

dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan

kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.

Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini terjadi ketika

makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dasar yang

menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung empedu, tetapi efektifitas

pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga pintu

keluar duktus biliaris komunis kedalam duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga

dirangsang kuat oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan

enterik. Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum

terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam

makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak

yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam

waktu sekitar 1 jam. 8

6

Page 8: Referat Mini Dr Raya Sp b

Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%) cairan empedu.

Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu adalah steroid yang

dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi

mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau

diperlukan.7,8

2.3 Patogenesis

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu

lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya. Etiologi batu empedu masih

belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting

tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,

stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan

yang paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan kolesterol

dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat meningkatkan

supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi

bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui

peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.1,8

Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi yang abnormal,

kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu. Berbagai kondisi yang

dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu,

terlalu banyak absorbsi garam- garam empedu dan lesitin dari empedu, dan terlalu banyak

sekresi kolesterol dalam empedu. Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh

jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu

produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi

lemak dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu.6 Batu

kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus sistikus. Didalam

perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu

secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik empedu. Kalau batu terhenti di

dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh striktur, batu akan tetap

berada disana sebagai batu duktus sistikus.1,7,8

7

Page 9: Referat Mini Dr Raya Sp b

2.4 Patofisiologi

a. Batu Kolesterol

Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi lebih dari 90 %

kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini merupakan batu kolesterol campuran

yang mengandung paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah

fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan inorganik lain. 7

Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu kolesterol

terjadi dalam empat tahap:

• Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

• Pembentukan nidus.

• Kristalisasi/presipitasi.

• Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan

senyawa lain yang membentuk matriks batu.

b. Batu Kalsium bilirubinat (pigmen coklat)

Disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil-

kecil, dapat berjumlah banyak. Umumnya batu pigmen coklat ini terbentuk di saluran empedu

dalam empedu yang terinfeksi. Batu pigmen coklat biasanya ditemukan dengan ukuran diameter

kurang dari 1 cm, berwarna coklat kekuningan, lembut dan sering dijumpai di daerah Asia. Batu

ini terbentuk akibat faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan karena

disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan parasit. Pada infeksi empedu, kelebihan

aktivitas β-glucuronidase bakteri dan manusia (endogen) memegang peran kunci dalam

patogenesis batu pigmen pada pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut

akan membentuk bilirubin tak terkonjugasi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate.

Enzim β-glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran empedu.

Enzim ini dapat dihambat oleh glucarolactone yang konsentrasinya meningkat pada pasien

dengan diet rendah protein dan rendah lemak.1

8

Page 10: Referat Mini Dr Raya Sp b

c. Batu pigmen hitam

Batu tipe ini banyak dijumpai pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu

pigmen ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Patogenesis terbentuknya batu

pigmen ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan

empedu yang steril. Batu empedu jenis ini umumnya berukuran kecil, hitam dengan permukaan

yang kasar. Biasanya batu pigmen ini mengandung kurang dari 10% kolesterol.

2.5 Manifestasi klinis

2.5.1. Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)

Asimtomatik

Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan gejala (asimtomatik). Dapat

memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri bilier, nyeri abdomen kronik berulang

ataupun dyspepsia atau mual. Studi perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua pasien dengan

batu kandung empedu, tanpa mempertimbangkan jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25

% dari pasien yang benar-benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan merasakan gejalanya

yang membutuhkan intervensi setelah periode waktu 5 tahun. Tidak ada data yang

merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien dengan batu empedu asimtomatik.4

Simtomatik

Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas. Rasa nyeri lainnya

adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa

jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri post prandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh

makanan berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan

kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan muntah

sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.1,7

Pasien dengan komplikasi batu empedu5.:

1. Peradangan kandung empedu. Sebuah batu empedu yang  tersangkut di leher kandung

empedu dapat menyebabkan peradangan kandung empedu (kolesistitis). Kolesistitis dapat

menyebabkan sakit parah dan demam

9

Page 11: Referat Mini Dr Raya Sp b

2. Penyumbatan saluran empedu. Batu empedu dapat menyumbat tuba (saluran) melalui

mana empedu mengalir dari kantong empedu atau hati ke usus kecil Anda. dapat

mengakibatkan Jaundice dan empedu infeksi saluran .

3. Penyumbatan saluran pankreas. Saluran pankreas adalah tabung yang berjalan dari

pankreas ke saluran empedu umum. Jus Pankreas, yang membantu dalam pencernaan,

mengalir melalui saluran pankreas. Batu empedu dapat menyebabkan penyumbatan di

saluran pankreas, yang dapat menyebabkan peradangan pankreas (pankreatitis).

4. kanker Kandung empedu. Orang dengan riwayat batu empedu memiliki peningkatan

risiko kanker kandung empedu. Tetapi kanker kandung empedu sangat langka, jadi

meskipun risiko kanker meningkat, kemungkinan kanker kandung empedu masih sangat

kecil.

Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling umum dan sering

meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita usia pertengahan dan manula.

Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam

infundibulum. Gambaran tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam

dan konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di

daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan pergerakan dan

dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini dapat disertai mual, muntah dan

penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai

tanda toksemia, nyeri tekan pada kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign” (pasien

berhenti bernafas sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya

dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi terbuka atau

laparoskopik.4

2.5.2. Batu Saluran Empedu (Koledokolitiasis)

Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan perut kanan atas disertai

tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. Apabila timbul serangan

kolangitis yang umumnya disertai obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan

beratnya kolangitis tersebut. Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya kolangitis

bakterial non piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan menggigil, nyeri

didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupa kolangitis piogenik

10

Page 12: Referat Mini Dr Raya Sp b

intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa tiga gejala trias Charcot, ditambah

syok, dan kekacauan mental atau penurunan kesadaran sampai koma.3

Koledokolitiasis sering menimbulkan masalah yang sangat serius karena komplikasi mekanik

dan infeksi yang mungkin mengancam nyawa. Batu duktus koledokus disertai dengan

bakterobilia dalam 75% persen pasien serta dengan adanya obstruksi saluran empedu, dapat

timbul kolangitis akut. Episode parah kolangitis akut dapat menyebabkan abses hati. Migrasi

batu empedu kecil melalui ampula vateri sewaktu ada saluran umum diantara duktus koledokus

distal dan duktus pankreatikus dapat menyebabkan pankreatitis batu empedu. Tersangkutnya

batu empedu dalam ampula akan menyebabkan ikterus obstruktif.7

2.6 Pemeriksaan Penunjang7

a.Pemeriksaan Laboratorium

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada

pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut dapat terjadi leukositosis, biasanya

akan diikuti kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu.

Kadar bilirubin serum yang yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus

koledokus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin kadar amylase serum biasanya meningkat

sedang setiap kali terjadi serangan akut.

b. Pemeriksaan Radiologis

· Foto polos abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan

gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu

kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang

kandung empedu yang mengandung empedu berkalsium

11

Page 13: Referat Mini Dr Raya Sp b

tinggi dapat dilihat dengan foto polos abdomen. Pada peradangan akut dengan kandung empedu

yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak

dikuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, flexura hepatica.

· Ultrasonografi

Pemeriksaan ini merupakan metode noninvasif yang sangat bermanfaat dan merupakan pilihan

pertama untuk mendeteksi kolelitiasis dengan nilai sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 95%.

Ultrasonografi dapat memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai :

· Memastikan adanya batu empedu

· Menunjukkan berapa batu empedu yang ada dan juga ukurannya.

· Melihat lokasi dari batu empedu tesebut. Apakah di dalam kandung empedu atau di

dalam duktus.

Ada 2 jenis pemeriksaan menggunakan ultrasonografi, yaitu :

Ø Ultrasonografi transabdominal

Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa nyeri, murah dan tidak membahayakan pasien. Hampir

sekitar 97% batu empedu dapat didiagnosis dengan ultrasonografi transabdominal, namun

kurang baik dalam mengidentifikasi batu empedu yang berlokasi di dalam duktus dan hanya

dapat mengidentifikasi batu empedu dengan ukuran lebih besar dari 45 mm.

Ø Ultrasonografi endoskopi

Ultrasonografi endoskopik dapat memberikan gambaran yang lebih baik daripada ultrasonografi

transabdominal. Karena sifatnya yang lebih invasif dan juga dapat mendeteksi batu empedu yang

berlokasi di duktus biliaris lebih baik. Kekurangannya adalah mahal dari segi biaya dan banyak

menimbulkan risiko bagi pasien.

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu

kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik. Juga dapat

dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem karena peradangan

12

Page 14: Referat Mini Dr Raya Sp b

maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi,

karena terhalang udara didalam usus. Dengan ultrasonografi punktum maksimum rasa nyeri pada

batu kandung empedu yang gangren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

Gb 3. Hasil USG menunjukan adanya batu pada kandung empedu.

· Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah,

sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan

ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubin

serum diatas2 mg/dl, obstruksi pylorus, dan hepatitis karena pada keaadaan tersebut kontras tidak

dapat mencapai hati. Penilaian kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung

empedu.

13

Page 15: Referat Mini Dr Raya Sp b

Gb 4. Hasil Kolesistografi

· ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus,

kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan

visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian

distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus

14

Page 16: Referat Mini Dr Raya Sp b

yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh

obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-

pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda

perforasi/ infeksi.

Gb 6. ERCP menunjukkan batu empedu

· Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)

Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah modifikasi dari Magnetic

Resonance Imaging (MRI), yang memungkinkan untuk mengamati duktus biliaris dan duktus

pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi batu empedu di duktus biliaris dan juga bila terdapat

obstruksi duktus.

2.7 Penatalaksanaan 7

2.7.1 Konservatif

a). Lisis batu dengan obat-obatan

Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimtomatik tidak akan mengalami keluhan dan

jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan dengan timbulnya keluhan selama

pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga penanganan dapat

15

Page 17: Referat Mini Dr Raya Sp b

elektif. Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu kolesterol

dibutuhkan waktu pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.

Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 % dalam 5 tahun1.

Ursodeoxycholic acid diindikasikan untuk batu empedu nonkalsifikasi radio lucent dengan

diameter lebih kecil dari 5 mm ketika kolesistektomi tidak dapat dilakukan. Ursodeoxycholic

acid bekerja sebagai penekan sintesis dan sekresi kolesterol hepatik serta penghambat absorpsi

intestinal. Efek penghambat sintesis dan sekresi asam endogenous bile kedalam bile tidak

mengganggu sekresi fosfolipid kedalam bile. Ursodeoxycholic acid juga bekerja dengan

mendispersi kolesterol menjadi cairan kristal di aquous media. Secara keseluruhan efek dari

UDCA adalah untuk meningkatkan level konsentrasi pada saat saturasi kolesterol terjadi.10

Agen Potensi CatatanDisolusi Asam Bile Oral;Ursodeoxycholic acid(Actigall),8 - 10 mg/kg/hari

Stone clearance: 30–90%Mortaliti : 0%

Untuk batu kolesterol non kalsifikasi; optimal pada batu< 5 mm.

Contact solvents: methyl tert-butyl ether/ n-propyl acetate

Stone clearance: 50–90% 70 % batu yang kambuh; experimental, dengan data insufficient; duodenitis; hemolisis; nephrotoxicity; sedasi ringan

Extracorporeal shock-wave lithotripsy: Elektro hidraulik / Elektro magnetic

Stone clearance:30–90%Mortaliti < 0.1%

70 % batu yang kambuh; tidak dibuktikan dengan FDA; hanya dilakukan pada expert; kriteria: tidak lebih dari satu batu radiolucent(diameter <20mm), cystic duct paten, kandung empedu yang masih berfungsi disertai batu empedu simptomatik tanpa komplikasi.

Tabel terapi non bedah kolelithiasis.10

b). Disolusi kontak

Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut kolesterol ke kandung

empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi2.

c). Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)

16

Page 18: Referat Mini Dr Raya Sp b

Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun yang lalu, analisis

biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang benar-benar telah dipertimbangkan

untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksila

2.7.2 Penanganan operatif

a). Open kolesistektomi

Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu simtomatik.

Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh

kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan

infeksi. Data baru-baru ini menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani kolesistektomi

terbuka pada tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari 65

tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun angka kematian

mencapai 0,5 %.4

b). Kolesistektomi laparoskopik

Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan lebih cepat, hasil

kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah.

Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan

tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang

tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump

17

Page 19: Referat Mini Dr Raya Sp b

duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering dibicarakan,

namun umumnya berkisar antara 0,5–1%. Dengan menggunakan teknik laparoskopi kualitas

pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari,

cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas

olahraga.

c). Kolesistektomi minilaparatomi.

Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi lebih kecil

dengan efek nyeri pasca operasi lebih rendah.

d) terapi alternatif.5

Obat untuk mencegah batu empedu dari menyebabkan komplikasi

Jika Anda memiliki batu empedu yang tidak menyebabkan tanda-tanda atau gejala, Anda

mungkin khawatir bahwa Anda akan mengalami rasa sakit atau gejala lain dari batu empedu di

masa depan. Untuk alasan ini, beberapa orang beralih ke pengobatan komplementer dan

alternatif untuk menyembuhkan batu empedu.

Tidak ada terapi alternatif telah terbukti menyembuhkan atau melarutkan batu empedu.

Beberapa terapi alternatif dapat membantu mengurangi risiko komplikasi batu empedu,

meskipun. Pilihan mungkin termasuk:

Makan makanan tinggi serat yang mencakup lemak sehat. Pilih diet yang penuh dengan

berbagai buah-buahan dan sayuran. Ini makanan tinggi serat dapat membantu mencegah

batu empedu tambahan dari pembentukan. Juga termasuk sehat, lemak tak jenuh dalam

diet Anda. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh termasuk ikan dan kacang-

kacangan.

Mengambil suplemen vitamin. Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin C, vitamin

E atau kalsium mungkin memiliki peningkatan risiko batu empedu. Tidak ada bukti yang

cukup untuk menunjukkan bahwa suplemen yang mengandung vitamin ini dapat

mencegah batu empedu. Tanyakan kepada dokter Anda tentang manfaat dan risiko dari

18

Page 20: Referat Mini Dr Raya Sp b

suplemen vitamin. Cara paling aman untuk mendapatkan lebih banyak vitamin adalah

memilih makanan yang mengandung mereka.

Prognosis

Kurang dari separuh pasien dengan batu empedu menjadi simptomatik. Tingkat kematian

untuk kolesistektomi elektif adalah 0,5% dengan morbiditas kurang dari 10%. Tingkat

kematian untuk kolesistektomi muncul adalah 3-5% dengan morbiditas 30-50%.

Setelah kolesistektomi, batu bisa kambuh di saluran empedu.

Sekitar 10-15% dari pasien memiliki choledocholithiasis terkait. Prognosis pada pasien

dengan choledocholithiasis tergantung pada keberadaan dan tingkat keparahan komplikasi.

Dari semua pasien yang menolak operasi atau tidak layak untuk menjalani operasi, 45% tetap

asimtomatik dari choledocholithiasis, sementara 55% mengalami berbagai tingkat

komplikasi.9

19

Page 21: Referat Mini Dr Raya Sp b

BAB III

KESIMPULAN

Kolelitiasis atau batu empedu merupakan penyakit yang cukup sering diderita oleh wanita,

terutama usia antara 20-60 tahun. Batu empedu umumnya dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: Batu

kolesterol, batu bilirubin atau batu pigmen coklat dan batu pimen hitam. Batu kolesterol

merupakan yang tersering ditemukan, dengan kandungan kolesterol lebih dari 70%. Batu

empedu dapat ditemukan di dalam kandung empedu itu sendiri, atau dapat juga ditemukan di

saluran-saluran empedu, seperti duktus sistikus atau duktus koledokus. Sekitar 80% pasien

dengan batu empedu, biasanya asimtomatis. Sedangkan pada yang simtomatik, keluhan

utamanya biasa berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau prekordium, dan

kolik bilier.

Penyebab dari batu empedu ini belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada 3 faktor

predisposisi terpenting, yaitu: Gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan komposisi

empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu. Adanya faktor resiko terbentuknya batu

empedu dikenal dengan 4F yaitu fatty, fourty, fertile dan female.

Ada banyak cara untuk mendeteksi batu empedu, tetapi yang paling akurat dan sering

digunakan adalah ultrasonografi. Tindakan operatif atau kolesistektomi merupakan terapi pilihan

pada pasien dengan batu empedu.

20

Page 22: Referat Mini Dr Raya Sp b

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi IV.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.479 - 481

2. Lumbantobing S. M, Pemeriksaan fisik dan Mental, Jakarta: Fakultas kedokteran

Univeritas Indonesia, 1998.

3. Brunner & suddart, Keperawatan medical bedah Vol 2. Jakarta.EGC, 2001

4. Wilkison, Judit M, buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC,2006

5. komplikasi batu hempedu available from,

http://www.mayoclinic.com/health/gallstones/DS00165/DSECTION=complications

6. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of

Surgery. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.

7. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-9.

8. Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC, 1997. 1028-1029.

9. prognosis kolelitiasis, available from. :

http://emedicine.medscape.com/article/175667-overview#aw2aab6b2b5aa

10. terapi non bedah kolelithiasis, avaiable from,

http://infopenyakitdalam.com/berita-151-patogenesis-gambaran-klinis-dan-tatalaksana-batu-

empedu.html

21