REFERAT infeksi nfas.docx
-
Upload
ahyaitahussein -
Category
Documents
-
view
122 -
download
3
Transcript of REFERAT infeksi nfas.docx
REFERAT
INFEKSI NIFAS
Oleh
Alifian
1102007022
Pembimbing:
dr. Herman Sasongko, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT MOH. RIDWAN MEURAKSA
Periode 21 November 2011 – 28 Januari 2012
Jakarta
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur khadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun telah dapat menyelesaikan referat yang berjudul “INFEKSI NIFAS”. Referat ini
merupakan salah satu syarat akademik guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik dibagian
Ilmu Kebidanan dan Kandungan RS. M. Ridwan Meuraksa.
Pada Kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Herman
Sasongko, Sp.OG yang telah banyak memberikan bimbingan, baik selama pembuatan referat
maupun dalam pelaksanaan kepaniteraan klinik Ilmu kebidanan dan Kandungan di RS. M.
Ridwan Meuraksa.
Dalam penyusunan referat ini, penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kriktik yang membangun dari semua
pihak.
Akhir kata penyusun berharap semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya di bidang Ilmu Kebidanan dan Kandungan.
Jakarta, Desember 2011
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2
1. Definisi ..................................................................................................... 2
2. Frekuensi .................................................................................................. 2
3. Etiologi ..................................................................................................... 2
4. Faktor Predisposisi ................................................................................... 3
5. Patologi .................................................................................................... 6
6. Manifestasi Klinik ................................................................................... 10
7. Diagnosis ................................................................................................. 12
8. Diagnosis Banding .................................................................................. 13
9. Pencegahan ............................................................................................. 13
10. Pengobatan ........................................................................................... 14
11. Prognosa ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan pada traktus genitalis
yang terjadi setelah persalinan, yang ditandai dengan kenaikan suhu badan sampai 38 C atau
lebih selama dua hari dalam sepuluh hari pertama post partum, dengan mengecualikan 24 jam
pertama.1 Dan suhu badan harus diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari.
Dahulu infeksi nifas merupakan sebab kematian maternal paling penting, karena
menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada ibu pasca bersalin, selain itu derajat
komplikasinya bervariasi dan sangat tajam muali dari mastitis hingga adanya koagulasi
intravaskular diseminata.2
Akan tetapi berkat kemajuan ilmu kebidanan, khususnya pengetahuan tentang sebab
infeksi nifas serta pencegahannya dan penemuan obat-obat bar seperti sulfa dan antibiotik
lainnya, maka di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian tersebut sudah
berkurang. Sedangkan di negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh
dari sempurna, peranan infeksi nifas sebagai penyebab kematian masih sangat besar. Demam
dalam masa nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam masa
nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Namun demam dapat juga disebabkan olh
sebab lainnya seperti pyelitis, infeksi pernafasan, malaria, typhus, dan sebagainya.2
Kuman-kuman penyebab infeksi nifas dapat berasal dari luar ataupun dari jalan lahir
penderita sendiri, tetapi golongan yang kedua lebih sering menyebabkan infeksi. Cara
terjadinya infeksi nifas ada beberapa macam dan kemungkinan terbesar adalah dari si
penolong atau pemeriksa sendiri, yaitu pada saat pemeriksaan dalam di mana tangan
pemeriksa atau penolong dapat membawa bakteri yang sudah ada di dalam vagina kedalam
uterus, atau dapat juga karena sarung tangan atau alat-alat sudah terkontaminasi kuman-
kuman dari hidung / tenggorokan penolong atau pemeriksa. Selain itu keadaan umum ibu
yang buruk juga turut memegang peranan dalam terjadinya infeksi nifas. Oleh karena itu
maka hendaknya ditingkatakan kebersihan selama persalinan, kepada penolong persalinan
senantiasa perlu diberikan pada persalinan lama dan pada ketuban pecah dini. Pasien dan
keluarganya perlu diberi penerangan tentang tanda-tanda dini infeksi nifas.2
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalis, yangh terjadi sesudah
melahirkan ditandai dengan kenaikan suhu tubuh sampai 38 C atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.1,2,3,4,5
`
2. FREKUENSI
Dibawah ini deikemukakan angka kejadian infeksi nifas. Walaupun ditiap-tiap
institusi berbeda-beda, namun frekuensi infeksi nifas adalah 1-3%.
Secara proporsional angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :
- Infeksi jalan lahir 25-55% dari kasus-kasus infeksi
- Infeksi saluran kencing 30-60% dari kasus-kasus infeksi
- Infeksi pada mamma 5-10% dari kasus-kasus infeksi
- Infeksi campuran 2-5% dari kasus-kasus infeksi4
3. ETIOLOGI
Kuman-kuman penyebab infeksi nifas dapat berasal dari :
- Eksogen : kuman datang dari luar
- Autogen : kuman masuk dari tempat lahir dalam tubuh
- Endogen : kuman berasal dari jalan lahir sendiri, penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50% oleh streptococcus anaerob. Kuman-kuman yang sering menyebabkan
infeksi :
- Streptococcus haemolyticus aerobicus. Streptococcus ini merupakan penyebab infeksi
yang terberat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen ( dari penderita,
alat atau kain tidak steril, infeksi tenggorokan lain )
- Staphylococcus aureus. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadanhg-kadang menjadi sebab infeksi umum. Staphylococcus banyak ditemukan di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang yang tampaknya sehat.
- Escherichia coli. Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rectum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman
ini menyebabkan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
ii
- Clostridium welchii. Infeksi kuman ini, yang bersifat anaerobik jarang ditemukan,
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
Cara terjadinya infeksi adalah sebagai berikut :
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
Roplet infection . sarung tangan atau alat-alat yang terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau penolong-penolongnya. Oleh karena
itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan
masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain alat-alat yang suci hama, dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan infeksi penting, kecuali bila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi apda partus lama,
apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaaan
dalam. Gejala-gejalanya adalah kenaikan suhu, biasanya disertai leukositosis dan
takikardi, denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban menjadi keruh dan
berbau. Pada infeksi intra partum kuman – kuman dapat menimbulkan infeksi piula
pada janin. Prognosis infeksi intrapartum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak
perlukaan jalan lahir.1
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Partus lama, partus terlantar dan ketuban pacah lama.
Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
Tertinggalnya sisa-sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
i
Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan: perdarahan, kelelahan, malnutrisi,
preeklamsi, eklamsi, infeksi lain yang diderita ibu dan penyakit ibu (penyakit jantung,
tbc paru, pneumonia, dan lain-lain).1,2,3,4,5
5. PATOLOGI
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena
yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum, yang
semua merupakan tempat msuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbats pada
luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
Infeksi yang terlokalisir pada jalan lahir/ yang terbatas pada perineum, vulva, vagina,
serviks, dan endometrium.
Penyebaran ke tempat lain melalui; vena-vena, pembuluh limfe dan permukaan
endometrium.1,4
1. Infeksi yang terlokalisir pada jalan lahir; pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium
a. Vulvitis
Luka bekas episiotomi atau robekan pada perineum , epi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah terlepas dan luka terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
b. Vaginitis
Luka pada vagina akibat tindakan persalinan yang terinfeksi , baik secar langsung
pada luak vagina ataupun melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluaar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
ii
infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
luka. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsusng ke ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometriotis
jenis infeksi yang paling sering adalah endometriotis. Biasanya kuman-kuman
memasuki endometrium pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat dapat
mengenai seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang itdak seberapa patogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan.
Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan terdiri atas
leukosit-leukosit. Pada infeksi yang berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.
2. Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah
Septikemia dan piema
Septikemia adalah keadaan di mana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk kedalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Piema dimulai dengan
tromboflebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa
ke peredaaran darah umum dan terjadinalh infeksi abses pada oragn-organ tubuh yang
dihinggapinya seperti paru-paru, ginjal, otak, dan sebagainya.2
Kuman penyebabnya yang sangat patogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A.
Infeksi ini amat berbahaya dan merupakan 50% dari sebab kematian karena infeksi nifas.
Penyebarab melalui jalan limfe dan jalan lain
A. Peritonitis
Peritonitis dapat terjadi dari :
1. Penyebaran melalui pembuluh darah limfe dari uterus.
2. Dari parametritis yang meluas ke peritoneum.
3. Dari salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum.
4. Langsung sewaktu tindakan perabdominal
Peritoneum yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila
meluas keseluruh rongga peritonium disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
i
B. Parametritis (sellulitis pelvika)
Parametritis yaitu infeksi jaringan ikat pelvis, yang dapat terjadi melalui beberapa jalan:
Dari servisitis atau endometriosis tersebar melalui pembuluh darah limfe.
Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai perimetrium.
Penyebaran sekunder dari tromboemboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum atau menyebar ekstrapritoneal ke semua jurusan. Jika
menjalar ke atas, dapt diraba pada dinding parut sebelah lateral diatas ligamentum
inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Penyebaran pada permukaan endometrium
Salpingitis, ooforitis
Kadang-kadang walaupun jarang infeksi menjalar ke tuba fallopii, bahkan sampai ke
ovarium. Di sini terjadi salpingitis dan atau oovoritis yang sukar dipisahkan dari
pelvioperitonitis.1
ii
6. MANIFESTASI KLINIK
1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan serviks
Gejala berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan kadang-kadang perih
bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38 C,
dan nadi di bawah 100 kali per menit. Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang
tidak keluar, demam bisa naik sampai 39-40 C, dan kadang-kadang disertai menggigil.
2. Endometritis
Gambaran klinik tergantung dari jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan
derajat trauma jalan lahir. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan
selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Uterus agak membesar serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak
meluas, penderita pad ahari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri. Mulai hari ke-
3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam waktu kurang dari satu minggu keadaan sudah kembali normal. Lokia
pada endometritis, biasanya bertambah kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh
menimbulkan tanggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
3. Septikemia dan Piemia
o Baik septikemia maupun piemia merupakan infeksi berat.
o Gejala septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihatan sakit dan lemah.
o Suhu badan naik 39 - 40 C, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 atau
lebih per menit.
o Tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk.
o Sesak nafas, kesadaran menurun, gelisah.
o Pada piemia penderita tidak lama pstopartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu aga meningkat. Tetapi gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil
terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas
pasien dengan piemia adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
mengigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu. Lambat laun timbul gejala abses
paru, pneumonia, pleuritis.
i
4. Peritonitis
o Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bawah tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang terkumpul dalam
kavum duglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegahnya
nanah melalui rektum atau kandung kencing.
o Peritonitis umum; merupakan penyakit yang paling berat dan bahaya, disebabkan
oleh kuman yang sangat patogen. Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, ada defance muskulaire. Muka penderita yang mulanya
kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, yang disebut sebagai
facies hippocratica.
5. Sellulitis pelvika
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan
dan nyeri pada pemeriksaan dalam, perlu dicurigai adanya sellulitis pelvika. Pada
perkembangannya gejala akan lebih jelas. Pada pada pemeriksaan dalam dapat diraba
tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah jaringan yang meradang itu bisa
timbul abses. Delam keadaan ini suhu yang mula-mual tinggi menetap menjadi naik
turun disertai menggigil. Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
6. Salpingitis dan Ooforitis
Salpingitis adalah peradangan dari adneksa dapat timbul dalam 2 manifestasi:
o Salpingitis akut
o Salpingitis kronik
Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut
dapat terjadi piosalping.
7. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan seksama. Perlu diketahui apakah infeksi
terbatas pada tempat masuknya kuman keadaan badan (porte d’entree) atau menjalar keluar
ke tempat lain;
Pasien denganinfeksi meluas diluar porte de’entree tampaknya sakit, suhu meningkat,
kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, dan keluhan lebih banyak. Pada septikemia
gejala-gejala berat termasuk panas tinggi dan keadaan umum yang tidak baik, sudah tampak
segera setelah persalinan selesai. Pada piemia gejala adanya infeksi berat muali tampak tidak
ii
lama sesudah persalinan selesai dan dalam waktu singkat diikuti oleh tanda-tanda peritonitis
nyata. Pada pelvoperitonitis dan sellulitis pelvika gejala umumnya tidak seberat penyakit-
penyakit tersebut di atas. Pada penyakit ini perlu diawasi kemungkinan timbulnya abses.
Untuk mengetahui etiologi infeksi dan untuk menentukan antibiotik yang paling tepat untuk
pengobatan lakukan pemeriksaan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang
berat ambil darah untuk maksud yang sama.1,4,5
8. DIAGNOSA BANDING
o Radang saluran peranfasan ( bronchitis, pneumonia, dan sebagainya)
o Mastitis
9. PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS
1. Dalam kehamilan :
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi anemia, malnutrisi, dan mengobati bila
ada penyakit-penyakit yang diderita ibu. Karena keadaan gizi merupakan faktor yang penting
maka diet yang baik harus diperhatikan.
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan bila tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus
pada hamil tua hendaknya dilarang atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban sehingga muah terjadi infeksi.
2. Dalam persalinan :
Pada prinsipnya adalah melakukan usaha-usaha pencegahan dengan membatasi sebanyak
mungkin masuknya kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya
perdarahan yang banyak.
Usaha-usaha pencegahan tersebut antara lain:
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dan dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat persalinan harus suci
hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominal
dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
i
e. pakaina dan barang-barang atau alt-alt yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesucian hamanya.
f. perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi perdarahan yang banyak harus
segera dilakukan transfusi darah.
3. Dalam Nifas
a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, oleh sebab itu alat-alat,
pakaian, dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama.
b. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya dibatasi sedapat mungkin
c. penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu yang sehat.1,4
10. PENGOBATAN INFEKSI NIFAS
1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan kultur dari sekret vagina serta serviks dan dari
darah, kemudian dilakukan uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotik yang tepat
dalam pengobatan.
2. Lalu berikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotik spektrum luas
sambil menunggu hasil.
4. Disamping pengobatan dengan antibiotik, tinfdakan-tindakan untuk mempertinggi
daya tahan tubuh tetap perlu dilakukan, sehingga penting dilakukan perawatan yang
baik, seperti memberikan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh,
infus, dan transfusi darah bila dilakukan.
5. Pada sellulitis pelvika dan pelvio peritonitis bila terjadi abses, abses harus dibuka
dengan menjaga agar nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum dan pembuluh
darah yang besar jangan sampai dilukai.1,4
11. PROGNOSA
Prognosa baik bila diatasi dengan pengobatan yanhg sesuai. Menurut derajatnya
septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti dengan
peritonitis umum dan piemia.
ii
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardiman M. Infekis Nifas; Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 1997: 689-699.
2. Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD. Infeksi Puerpuralis; Obstetri Patologi; 1983;
244-262
3. Prof. dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, M.P.H. Infeksi Nifas; Accuan Nasional
Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2001: 259-267
4. Mochtar R. Infeksi Nifas; Sinopsi Obstetri, Edisi kedua, Jakarta, Penerbit buku
kedokteran EGC; 1998: 365-372
5. Infeksi Nifas, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Media Aesculapius, FKUI
1999: 316-320
i