referat gimul

10
FRAKTUR MAKSILOFASIAL Disusun oleh : Yohanes Irsandy Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Immanuel Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung 2011

Transcript of referat gimul

Page 1: referat gimul

FRAKTURMAKSILOFASIAL

Disusun oleh :

Yohanes Irsandy

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Rumah Sakit Immanuel

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Bandung

2011

Page 2: referat gimul

Pendahuluan Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial, yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang pembentuk wajah, diantaranya maksila dan mandibula.

EtiologiFraktur dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik1). Fraktur traumatic disebabkan oleh :

• Kecelakaan kendaraan bermotor (43%)• Kekerasan atau perkelahian (34%)• Kecelakaan kerja (7%)• Terjatuh (7%)• Kecelakaan berolahraga (4%)• Kecelakaan lainnya (5%)

2). Fraktur patologikFraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis imperfecta, osteomyeleitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.

Klasifikasia. Single fraktur

Pada kasus single fraktur, tulang hanya mengalami fraktur pada satu daerah. Fraktur semacam ini bersifat unilateral. Pada mandibula, kasus ini paling sering terjadi dibeberapa lokasi berikut :- Angulus, khususnya jika ada gigi molar ke-3 yang tidak bererupsi.- Foramen mentale, dan- Leher kondilus.

b. Multiple frakturPada multiple farktur, tulang mengalami fraktur pada dua daerah atau lebih. Multiple fraktur biasanya bilateral. Tipe fraktur inilah yang paling sering terjadi pada mandibula. Multiple fraktur dapat pula bersifat unilateral, dimana tulang yang mengalami fraktur terbagi menjadi beberapa bagian pada salah satu sisi.

c. Simple frakturSimple fraktur adalah fraktur ang tidak berhubungan dengan lingkungan luar intraoral maupun ekstraoral. Fraktur semacam ini dapat terjadi dimana saja pada ramus mandibula, mulai dari kondilus hingga angulus.

d. Compound frakturCompound fraktur merupakan fraktur yang memiliki hubungan dengan lingkungan luar karena disertai dengan pembentukan luka terbuka. Fraktur ini paling sering terjadi disebelah anterior angulus.

e. Comminuted frakturComminuted fraktur paling sering terjadi didaerah simfisis mandibula. Pada kasus fraktur ini tulang terbagi menjadi beberapa bagian atau hancur

f. Complicated frakturFraktur yang sekaligus terjadi pada maxilla dan mandibula, juga fraktur yang terjadi pada keadaan dimana maxilla atau mandibula mengalami edentulisem, digolongkan dalam complicated fraktur

Page 3: referat gimul

g. Complete frakturSuatu fraktur dimana tulang tidak patah seluruhnya secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih. Sering terjadi pada orang dewasa.

h. Incomplete frakturSuatu fraktur dimana tulang tidak patah sama sekali, hanya rusak saja. Disini continuitas tulang tidak terganggu seluruhnya

i. Greenstick fraktursuatu incomplete fraktur terdiri dari tulang-tulang yang calsificasinya belum sempurna. Sering terjadi pada anak-anak.

j. Depressed frakturSuatu fraktur dimana bagian tulang yang frakturnya menekan atau masuk ke dalam rongga.

k. Impacted fraktursuatu fraktur dimana fragmen yang satu terdorong masuk ke dalam fragmen tulang yang lainnya. Ini sering terjadi pada tulang zygomaticus.

Tanda dan gejala1. Nyeri

Rasa nyeri yang hebat dapat dirasakan saaat pasien mencoba menggerakkan rahang untuk berbicara, mengunyah atau menelan.

2. Perdarahan dari rongga mulut. 3. Maloklusi

Keadaan dimana rahang tak dapat dikatupkan, mulut seperti keadaan sebelum trauma.

4. TrismusKetidakmampuan membuka mulut lebih dari 35 mm, batas terendah nilai normal adalah 40 mm.

5. Pergerakan Abnormal.a. Ketidakmampuan membuka rahang membuat dugaan pergesekan pada

prosesus koronoid dalam arkus zygomatikcus.b. Ketidakmampuan menutup rahang menandakan fraktur pada prosessus

alveolar, angulus, ramus dari simfisis. 6. Krepitasi tulang

Krepitasi tulang tulang adalah bunyi berciut yang terdengar jika tepian-tepian fraktur bergesakan saat berlangsungnya gerakan mengunyah, bicara, atau menelan.

7. Mati rasa pada bibir dan pipiPatognomonis untuk fraktur distal dari foramen mandibula.

8. Oedem daerah fraktur dan wajah tidak simetris.

DiagnosisDiagnosis fraktur dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dari riwayat kejadian, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan radiologis.I. Anamnesis

Pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur dicurigai dari adanya nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi saraf mentalis, pembengkakan, memar, perdarahan dari soket gigi, gigi yang fraktur atau tunggal, trismus, ketidakmampuan mengunyah. Selain itu keluhan biasanya disertai riwayat trauma seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh, kecelakaan olah raga ataupun riwayat penyakit patologis.

Page 4: referat gimul

II. Pemeriksaan Klinisa. Pemeriksaan klinis pasien secara umum

Umumnya trauma maksilofasial dapat diketahui keberadaannya pada pemeriksaan awal (primary survey) atau pemeriksaan sekunder (secondary survey). Pemeriksaan saluran napas merupakan suatu hal penting karena trauma dapat saja menyebabkan gangguan jalan napas. Penyumbatan dapat disebabkan oleh terjatuhnya lidah kearah belakang, dapat pula oleh tertutupnya saluran napas akibat adanya lendir, darah, muntahan, dan benda asing.

b. Pemeriksaan local fraktur 1. Pemeriksaan klinis ekstraoral

Tampak diatas tempat terjadinya fraktur biasanya terjadi ekimosis dan pembengkakan. Seringpula terjadi laserasi jaringan lunak dan bisa terlihat jelas deformasi dari kontur mandibula yang bertulang. Jika terjadi perpindahan tempat dari fragmen-fragmen itu pasien tidak bisa menutup geligi anterior, dan mulut menggantung kendur dan terbuka. Pasien sering kelihatan menyangga rahang bawah dengan tangan. Dapat pula air ludah bercampur darah menetes dari sudut mulut pasien.Palpasi lembut dengan ujung-ujung jari dilakukan terhadap daerah kondilus pada kedua sisi, kemudian diteruskan kesepanjang perbatasan bawah mandibula. Bagian-bagian melunak harus ditemukan pada daerah-daerah fraktur, demikian pula terjadinya perubahan kontur dan krepitasi tulang. Jika fraktur mengenai saraf mandibula maka bibir bawah akan mengalami mati rasa.

2. Pemeriksaan klinis intraoralSetiap serpihan gigi yang patah harus dikeluarkan. Dari dalam mulut. Sulkus bukal diperiksa adanya ekimosis dan kemudian sulkus lingual. Hematoma didalam sulkus lingual akibat trauma rahang bawah hampir selalu patognomonik fraktur mandibula.Dengan hati-hati dilakukan palpasi pada daerah dicurigai farktur ibu jari serta telunjuk ditempatkan di kedua sisi dan ditekan untuk menunjukkan mobilitas yang tidak wajar pada daerah fraktur.

III. Pemeriksaan RadiologisEvaluasi radiografis dibutuhkan untuk mempertegas bukti dan memberikan data yang lebih akurat.

PenatalaksanaanA. Perawatan Pendahuluan

Pada penderita cedera wajah terlebih dahulu harus diperhatikan pernapasan, peredaran darah umum dan kesadaran. Jika terdapat patah tulang dengan atau tanpa perdarahan, jalan napas bagian atas mudah tersumbat akibat dislokasi, udem, atau perdarahan. Dalam hal ini selalu harus diingat bahaya aspirasi darah atau isi alir balik lambung (regurgitasi). Disamping itu lidah mudah menutup faring pada penderita yang pingsan.

B. Perawatan defenitifPrinsip umum perawatan fraktur maksilofasial secara esensial tidaklah berbeda dari perawatan fraktur-fraktur manapun saja di badan. Fragmen direduksi ke dalam suatu posisi yang baik dan kemudian dilakukan immobilisasi sampai waktu tertentu sehingga terbentuk penyatuan tulang.

Page 5: referat gimul

C. Perawatan LanjutAdapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien setelah dilakukan fiksasi yaitu :1. Pengawasan umum

Pasien yang telah mengalami trauma dan dirawat rumah sakit harus diperiksa secara hati-hati, fiksasi harus dicek agar dapat melihat jangan sampai alat fiksasi lepas dan fraktur diperiksa untuk memastikan akan diperolehnya kemajuan memuaskan.

2. PosturPasien akan merasa lebih nyaman jika berada dalam posisi duduk dengan dagu kearah depan dengan syarat tidak ada kontraindikasi terhadap postur ini. Pasien keadaan koma atau kesadaran menurun paling baik ditidurkan pada bagian sisinya sehingga air ludah dan darah dapat dikeluarkan melalui mulut.

3. Pencegahan InfeksiUntuk pencegahan infeksi sebaiknya pasien diberikan antibiotic. Jika penyembuhan berjalan baik antibiotic dapat diberikan 5 hari sesudah dilakukan imobilisasi.

4. Kesehatan mulutKesehatan mulut yang dilakukan secara efektif merupakan hal penting dalam mencegah infeksi. Pasien yang sadar hendaknya diberikan pencuci mulut setiap kali sesudah makan. Dan bagi pasien dengan imobilisasi cara pengawatan dapat menjaga fiksasi tetap bersih dengan menggunakan sikat gigi.

5. pemberian makananPada pasien yang dengan imobilisasi intermaksillaris diberikan diet yang dihaluskan. Rata-rata pasien kehilangan berat badan 15 – 20 pon jika dilakukan fiksasi maksillaris selama 4 – 6 minggu. Sedangkan dengan fiksasi plat dapat diberikan diet normal.

Penyembuhan frakturFaktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur:1. Pada fraktur terbuka faktor infeksi memegang peranan penting dalam

penyembuhan fraktur2. Vaskularisasi3. Umur dan keadaan umum penderitaWaktu penyembuhan kira-kira 5-9 minggu.

KomplikasiAdapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu:1. Komplikasi yang timbul selama perawatan

- Infeksi- Kerusakan saraf- Gigi yang berpindah tempat- Komplikasi pada daerah gingival dan periodontal- Reaksi terhadap obat

2. Komplikasi lanjut- Malunion- Union yang tertunda- nonunion

Page 6: referat gimul

Fraktur mandibulaa. Fraktur dento-alveolar

Fraktur dento-alveolar terdiri dari afusi, subluksasi atau fraktur gigi dengan maupun tanpa disertai fraktur alveolar. Fraktur ini dapat saja ditemukan sebagai satu-satunya fraktur yang terjadi pada mandibula, dapat pula berkombinasi atau berhubungan dengan fraktur dibagian lain pada mandibula.

b. Fraktur KondilusFraktur condilus dapat terjadi secara intracapsul, tetapi lebih sering terjadi secara ekstracapsul, dengan atau tanpa dislokasi kepala kondilus. Fraktur pada daerah ini biasanya gagal terdeteksi melalui pemeriksaan sederhana.

c. Fraktur processus koronoidFraktur processus koronoid jarang terjadi, dan biasanya ditemukan saaat dilakukannya operasi kista besar. Fraktur ini sulit terdiagnosis secara pasti pada pemeriksaan klinis.

d. Fraktur ramusOtot pterygiomasseter menghasilkan efek splinting yang kuat sehingga fraktur pada daerah ramus jarang terjadi.

e. Fraktur angulusDaerah ini umumnya mengalami karena tulang pada daerah ini lebih tipis jika dibandingkan dengan tulang pada daerah korpus. Relative tingginya insiden impaksi molar ke tiga menyebabkan daerah ini menjadi lemah.

f. Fraktur korpusKeberadaan gigi kaninus pada kasus fraktur korpus menyebabkan daerah ini menjadi lemah. Tidak bererupsinya gigi molar ke tiga juga berhubungan dengan kejadian fraktur ini.

g. Fraktur simfisis dan parasimfisisFraktur pada daerah simfisis dan parasimfisis jarang terjadi. Ketebalan mandibula pada daerah ini menjamin bahwa fraktur pada daerah simfisis dan para simfisis hanyalah berupa keretakan halus. Keadaan ini akan menghilang jika posisi tulang tetap stabil dan oklusi tidak terganggu.

Fraktur maksilaa. Fraktur dentoalveolar

Fraktur yang meliputi gigi & procc. alveolarisb. Fraktur Le Fort I

Garis Fraktur berjalan dari sepanjang maksila bagian bawah sampai dengan bawah rongga hidung. Disebut juga dengan fraktur “guerin”. Kerusakan yang mungkin :a. Prosesus arteroralisb. Bagian dari sinus maksilarisc. Palatum durumd. Bagian bawah lamina pterigoid-

c. Fraktur Le Fort IIGaris fraktur melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga kea rah lamina pterogoid sampai ke fossa pterigo palatine. Disebut juga fraktur “pyramid”. Fraktur ini dapat merusak system lakrimalis, karena sangat mudah digerakkan maka disebut juga fraktur ini sebagai “floating maxilla (maksila yang melayang) ”

Page 7: referat gimul

d. Fraktur Le Fort IIIGaris Fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fissure orbitalis superior melintang kea rah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum frontal dan sutura temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga “cranio-facial disjunction”. Merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap sutura tulang dan tulang cranial.Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur ini : keluarnya cairan otak melalui atap ethmoid dan lamina cribiformis.

e. Fraktur zygomatikum kompleksOs zygomatic tidak berdiri sendiri, tapi bertemu dengan: os maksila, os temporal, dan os frontal. Sehingga jarang terjadi fraktur hanya pada os zygomatic saja. Fraktur dapat terjadi pada zygomatic arch tanpa disertai zygomatic complex frakture.

f. Fraktur nasal kompleksFraktur pada tulang nasal tidak disertai fraktur tulang-tulang lain disekitarnya.

Page 8: referat gimul

DAFTAR PUSTAKA

- Maria, Luciana K.D., Penuntun Kuliah Ilmu Penyakit Gigi-Mulut, Bagian penyakit gigi-mulut fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

- Elidasari Monika. Pramono Coen., Penatalaksanaan Fraktur Bilateral Pada Angulus Mandibula, Dalam Majalah PABMI, Persatuan Ahli Bedah Mulut Indonesia, Bandung, 2004, 241-245.

- Pederson Gordon., Bedah Mulut, Alih Bahasa Purwanto, EGC, Jakarta, 1990, 236-248

- Tawfilis Adel., Facial Trauma, Mandibular Fractures, Available from http://www.emedicine.com/plastic/topic227.htm

- Barrera Jose, Mandibular Body Fractures, Available From http://www.emedicine.com/ent/topic415htm

- Soule William., Mandible Fractures, Available from http://www.emedicine.com/radio/topic423.htm.

- Manson Paul, John Cameron., Terapi Bedah Mutakhir Jilid Dua, Alih Bahasa Widjaya Kusuma, Edisi Empat, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997, 471, 482-484.

- Archer Harry., Oral And Maxillofacial Surgery, 5 th Edition, W.B Saunders Company, Philadelphia,1978, 1045-1052.

- Banks Peter, Fraktur Pada Mandibula Menurut Killey, Alih Bahasa Wahyono, Edisi Ketiga, Gajah Mada University Press, 1992, 1-79