GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

57
BERBAGAI EFEK SAMPING OBAT DI RONGGA MULUT Jurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial Region Anisa Rizka 22010112210097 Annindita Kartika Febri 22010112210098 Dian Putri Utami 22010112210099 Valentino Rangga 22010112210124 Sugeng Pramono 22010112210128 Pembimbing : drg. Etis Duhita R

description

gimul

Transcript of GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Page 1: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

BERBAGAI EFEK SAMPING OBAT DI RONGGA MULUTJurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial Region

BERBAGAI EFEK SAMPING OBAT DI RONGGA MULUTJurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial Region

Anisa Rizka 22010112210097

Annindita Kartika Febri22010112210098

Dian Putri Utami 22010112210099

Valentino Rangga 22010112210124

Sugeng Pramono 22010112210128

Pembimbing : drg. Etis Duhita R

Page 2: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

BERBAGAI EFEK SAMPING OBAT DI RONGGA MULUT

BERBAGAI EFEK SAMPING OBAT DI RONGGA MULUT

Jurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial RegionJurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial Region

Page 3: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Berbagai obat kadang dapat menimbulkan banyak kejadian efek samping pada oroafasial, khususnya mulut kering, gangguan pengecapan, ulserasi mukosa oral, dan/atau pembengkakan ginggiva

Page 4: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat yang berhubungan dengan Kelainan Kelenjar Saliva

Obat yang berhubungan dengan Gangguan pengecapan

Obat Yang berhubungan dengan Gangguan Mucosa

Obat yang berhubungan dengan Pigmentasi Mukosa

Obat yang berhubungan dengan Pembengkakan

Obat yang berhubungan dengan Cheilitis

Obat yang berhubungan dengan Neuropati

Obat yang berhubungan dengan Halitosis

Obat yang berhubungan dengan Perubahan Warna Gigi

Page 5: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

1. Obat yang berhubungan dengan Kelainan Kelenjar Saliva

Xerostomia

Pembesaran kelenjar saliva

Nyeri kelenjar saliva

Hipersalivasi

Diskolorisasi saliva

Page 6: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Xerostomia atau mulut keringXerostomia atau mulut kering

Variasi penyebab xerostomia• Kebiasaan merokok tembakau, penggunaan alkohol

(termasuk dalam pencuci mulut), konsumsi minuman yang mengandung kafein (kopi, beberapa minuman ringan

• Penggunaan obat-obatan merupakan penyebab tersering• Xerostomia paling banyak dikeluhkan pasien yang

mendapatkan terapi hipertensi, psikiatri, atau problem urin• Usia dan pengobatan memperlihatkan peran yang penting

terhadap seseorang dengan kejadian hiposalivasi, sedangkan jenis kelamin wanita dan faktor psikologis merupakan faktor yang penting pada individu dengan kejadian xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita > pria.

Page 7: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Xerostomia : mekanisme terjadinya xerostomia paling banyak didasari oleh penggunaan antikolinergik. M3 reseptor muskarinik (M3R) menghubungkan neurotransmitter parasimpatik kolinergik ke glandula salivarius

Xerostomia : mekanisme terjadinya xerostomia paling banyak didasari oleh penggunaan antikolinergik. M3 reseptor muskarinik (M3R) menghubungkan neurotransmitter parasimpatik kolinergik ke glandula salivarius

Antidepresan Antipsikotik Antihistamin Antagonis reseptor muskarinik

yang digunakan untuk terapi overactive bladder

Antagonis reseptor alfa yang digunakan untuk terapi overactive bladder

Diuretik Dekongestan dan “cold cures” Bronkhodilator Antihipertensi

Penekan nafsu makan Relaksan otot skelet Antimigrain Opioid, benzodiazepine,

hypnotics, dan drugs of abuse Antagonis reseptor H2 dan

Inhibitor pompa proton Obat-obatan sitotoksik Retinoid Obat-obatan anti HIV Cytokines

Page 8: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Tabel 1. Obat yang berhubungan dengan Xerostomia

Page 9: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Antidepresan Antidepresan

Antidepresan generasi lama• antidepressant tricyclic (TCAs)

menghambat histamin, kolinergik, dan reseptor alfa-adrenergik, sehingga menyebabkan xerostomia

Antidepresan generasi baru• selective serotonin re-uptake

inhibitors (SSRIs)

Fluoxetine: perubahan salivasi tidak signifikan

Paroxetine: xerostomia << dibanding TCAs

• multiple-receptor antidepressants (venlafaxine, mirtazapine, bupropion, trazodone, and nefazodone)-

Gambar 1. Xerostomia

Page 10: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Antipsikotik• Pengobatan jangka panjang

dari skizofrenia dengan antipsikotik konvensional fenotiazin seperti fluphenazine paling sering berhubungan dengan mulut kering

• Antipsikotik atipikal lain: Olanzepin, tiapride, litium, quetiapin, risperidone

Antihistamin• antihistamin generasi lama

dihubungkan dengan efek sedasi pada sistem saraf pusat (SSP) dan efek antimuskarinik termasuk xerostomia

• Pada penggunaan Antihistamin non-sedasi (antagonis histamin reseptor H1 seperti acrivastine, astemizole, cetirizine, ebastine, fexofenadine, loratadine, mizolastine, dan terfenadine) angka kejadian xerostomia lebih rendah

Page 11: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

pembesaran kelenjar salivapembesaran kelenjar saliva

• Fenilbutazone, oxyphenobutazone, chlorhexidine

• Naproxen• Media kontras radiologi intravena• Anti psikotik (clozapine)

Betanidine

Bretylium

Cimetidine

Clonidine

Clozapine

Deoksisiklin

Famotidine

Guanetidine

Insulin

Interferon

Isoprenalin

Metildopa

Naproxen

Nicardipine

Nifedipine

Nitrofurantin

Oksifenobutazon

Fenilbutazon

Fenitoin

Ranitidine

Ritodrine

Trimepramine

Tabel 2. Obat yang berhubungan dengan nyeri dan pembesaran kel saliva

Page 12: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

nyeri kelenjar salivanyeri kelenjar saliva

• antihipertensi, • agen anti-tiroid, • chlorhexidine, • sitotoksik, • agen blocking ganglion, • iodida, • fenotiazine• sulfonamide

Page 13: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

hipersalivasihipersalivasi

Tabel 3. Obat yang berhubungan dengan hipersalivasi

Alprazolam

Amiodarone

Buprenorfin

Busipirone

Clonazepam

Diazoxide

Etionamid

Gentamisin

Guanetidin

Haloperidol

Imipenem/cilastatin

Iodida

Kanamisin

Ketamin

Lamotrigine

L-dopa

Asam mefenamat

Merkuri

Nicardipine

Niridazole

Pentoxifylline

Remoxipride

Risperidone

Rivastigmine

Tacrine

Tobramisin

Triptorelin

Venlafaxine

Zaleplon

Antikolinesterase adalah penyebab utama hipersalivasi. Clozapine antipsikotik generasi baru mempunyai efek samping hipersalivasi. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan pemberian atropin (eye drop).

Page 14: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

diskolorisasi salivadiskolorisasi saliva

Diskolorisasi saliva (saliva merah atau oranye) maupun cairan tubuh lainnya dapat dilihat pada pasien dengan terapi clofazimin, levodopa, rifampisin, dan rifabutin

Clofazimin L-Dopa Rifabutin Rifampin

Tabel 4. Obat yang berhubungan dengan diskolorisasi saliva

Page 15: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

2. Obat yang berhubungan dengan gangguan pengecapan

Hipogeusi (hilangnya ketajaman pengecapan)

Disgeusi (distorsi pengecapan)

Ageusi (hilangnya indra pengecapan)

ACE inhibitor, anti-tiroid, antibiotik beta-lactam, biguanide, chlorhexidine, opium, dan protease inhibitor adalah obatan-obatan yang terlibat (meskipun jarang).

Page 16: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

3.Obat yang berhubungan dengan Gangguan Mukosa

Ulkus oral

Lesi putih

Page 17: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

a. lepuh oral a. lepuh oral

• Deskuamasi oral atau ulkus dapat mengikuti lesi lepuh yang terjadi karena pengunyahan agen-agen penyebab yaitu:

- lime

- aplikasi lokal aspirin

- terapi sakit gigi

- tablet potasium

- suplemen pankreas

- asam trichloracetic

- hidrogen peroxida

- Sodium lauryl sulfat

- aplikasi kokain

Obat yang berhubungan dengan ulkus oralObat yang berhubungan dengan ulkus oral

Page 18: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

b. ulkus seperti aphtousb. ulkus seperti aphtous

• Banyak laporan penggunaan agen-agen berikut berakibat pada ulkus yang menyerupai ulkus aphtosa:

- Sodium

- beta blocker seperti labetalol

- beberapa obat anti inflamasi non steroid (NSAID)

- mycophenolate atau protease inhibitors

- tacrolimus

- sulfonamide

• Mekanisme patologis yang pasti pada obat-obat ini masih belum jelas.

Page 19: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

c. Fixed drug eruptionsc. Fixed drug eruptions

• Fixed drug eruptions (stomatitis kontak atau stomatitis venenata) terdiri dari ulkus yang berulang pada satu tempat yang sama karena respon obat tertentu dan dapat diakibatkan oleh:

• obat anestesi, antiseptik, barbiturat, chewing gum, kosmetik, material dental, pasta gigi, mouthwash, phenatecin, sulphonamide, tetrasiklin, parasetamol, barbiturat, phenacetin, derivat pyrazolone, cinnamon

• Lesi mungkin terlokalisasi di mulut atau dapat dihubungkan dengan lesi pada lokasi mukokutan yang lain dan bermanifestasi sebagai ulkus, bulla, patch eritematosus, atau erosi superfisial. Awalnya, lesinya soliter, tapi dengan ekposur obat yang berulang, lesinya dapat menjadi multipel.

Page 20: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

\

Gambar 2. Ulkus terinduksi NSAID

Page 21: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

d. mucositisd. mucositis

• Obat sitotoksik sering dihubungkan dengan mucositis dan ulserasi, yang meningkat secara konsisten khususnya yang menggunakan methotrexate, 5-fluorouracil, doxorubicine, melphelan, mercaptopurine, atau bleomisin.

• Pada beberapa keadaan, reaksi tersebut dapat menjadi semakin berat bila obat dihentikan. Ulserasi yang luas meningkat dimulai dari permulaan terapi, rasa sakit kadang membutuhkan terapi opioid dan/atau penggantian atau penghentian dari kemoterapi.

• Ulserasi dapat menjadi pintu masuk dari infeksi dan karena itu potensial menjadi septikemia.

• Obat-obatan seperti phenylbutazone dapat menjadi penyebab agranulositosis yang juga memicu ulkus oral

Page 22: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

• Infeksi oportunistik sekunder karena kemoterapi sitotoksik dapat menyebabkan ulserasi oral.

• Ulkus pada individu imunocompromise iatrogenik mungkin etiologi penyebabnya karena herpesvirus, atau kadang-kadang agen infektif lainnya. Biasanya, herpes simpleks virus 1, varicella zoster, dan cytomegalovirus meningkatkan ulserasi oral

• Lebih jarang ulserasi terjadi karena infeksi bakteri gram negatif (pseudomonas, klebsiella, Escherichia coli, enterobacter, atau proteus) atau bakteri eksogen seperti tuberculosis atau karena jamur seperti mucormycosis atau kadang candidiasis

Page 23: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Tabel 6.

Page 24: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Gambar 3. Ulkus terinduksi Phenylbutazone

Page 25: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

e. neoplasma dan lesi potensial malignae. neoplasma dan lesi potensial maligna

• Ada peningkatan prevalensi displasia dan lesi bibir maligna pada resipien transplantasi renal dan resipien transplant hati yang terimunosupresi.

• Leukoplakia oral berkembang dengan cepat menjadi squamous cell carcinoma dilaporkan pada pasien terimunosupresi

• Penyakit post transplant limfoproliferatif, non-Hodkin's or MALT lymphoma, biasanya bermanifestasi pada ulserasi ginggiva, fauces atau palatum, atau lebih jarang, sarkoma kaposi dapat menjadi komplikasi dari terapi imunosupresif jangka panjang, dan bahkan sudah ada laporan adanya resolusi dari lesi saat imunosupresan dikurangi.

Page 26: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

f. reaksi seperti pemfigoid dan gangguan bullosa yang lainf. reaksi seperti pemfigoid dan gangguan bullosa yang lain

• Sedikitnya ada 30 obat yang dapat meningkatkan kondisi yang menyerupai bulla atau pemfigoid membran mukosa seperti ACE-inhibitors, furosemide, NSAIDs, penicillamine, psoralens, sulphonamida, agen kardioaktif, antibiotik yang mengandung penisilin.

• Mukosa oral sering terpengaruh oleh obat yang menginduksi pemfigus, khususnya penyakit akibat penicillamine, dan dapat hanya mempengaruhi permukaan mukosa, walaupun pasien juga sering mempunyai lesi di daerah kutan.

• Selain lesi mukosa oral yang frekuensinya tinggi, gambaran pembeda secara klinis lainnya dari obat yang berhubungan dengan pemfigoid dibandingkan dengan pemfigus idiopatik (autoimun), hanya umur pasien yang lebih muda dan resolusi dari penyakit terjadi karena penghentian dari agen penyebab.

Page 27: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

g. pemfigusg. pemfigus

• obat yang mempunyai kemampuan menginduksi pemfigus dibagi menjadi dua golongan berdasarkan struktur kimianya -- obat yang mengandung sulfhydryl radical (thiol atau SH) dan non-thiol atau obat lainnya yang sering mempunyai grup amida aktif di molekulnya

• Obat-obatan yang terlibat termasuk peniccilamine, phenol drugs, rifampicin, diclofenac, dan lebih jarang captopril, ACE inhibitor yang lain dan obat lainnya (tabel 8).

• Peran diet dalam etiologi penyebab pemfigus direview di banyak tempat tetapi bawang putih secara khusus dapat menyebabkan kasus pemfigus yang jarang

Page 28: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover
Page 29: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

h. eritema multiformeh. eritema multiforme

• Banyak obat dapat memberi reaksi terjadinya eritema multiforme, dan secara klinis tidak mungkin untuk membedakan eritema multiforme akibat obat dengan penyakit akibat sebab lain.

• Barbiturat, cephalosporin, NSAID, estrogen, phenotiazine, progesteron, protease inhibitor, sulfonamide, derivat sulphonylurea, dan tetrasiklin

• Lesi eritema multiforme khas mempengaruhi mukosa oral, bibir, dan konjungtiva bulbi. Ruptur bulla awal mengakibatkan pseudomembran hemoragik pada bibir dan ulkus oral superfisial yang luas. Permukaan mukokutan yang lain yang jarang terpengaruh yaitu mukosa nasofaring, respirasi dan genital.

Page 30: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

i. toxic epidermal necrolisisi. toxic epidermal necrolisis

• Toxic epidermal necrolisis (TEN; Lyell syndrome) secara klinis dikarakterisasikan sebagai epidermolisis mukokutan ekstensif yang didahului oleh eksantem dan enantem makula atau makulopapular.

• Pada intra oral, ada rasa panas yang luas dan ulserasi pada seluruh permukaan mukosa.

• Toxic epidermolisis dihubungkan dengan penggunaan antimikroba (sulfonamide, thiacetazone), analgesik (phenazone), anti epilepsi, alopurinol, chlormezanone, rifampisin, fluconazole, dan vancomisin

Page 31: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover
Page 32: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

j. kelainan mirip lupusj. kelainan mirip lupus

• SLE dapat dipicu oleh berbagai obat yang berbeda• Lebih dari 70 agen dapat terli bat• Agen paling sering = procainamide dan hydralazine• Patogenesis SLE harus memiliki dasar imunogenetik• Pasien yang terkena memiliki beberapa tampilan imunologikal dari

SLE klasik

Page 33: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat yang berhubungan dengan Lesi PutihObat yang berhubungan dengan Lesi Putih

a. Luka bakar

• Erupsi yang mirip dengan lichen planus mukokutan• Muncul sejak penggunaan terapi anti malaria pada PD II• Obat yang paling sering = NSAID dan inhibitor angiotensin-

converting enzyme• Dapat timbul akibat penggunaan multiple drugs• Patogenesis belum diketahui secara pasti• Identifikasi

• Klinik (subjektif) tendensi unilateral dan erosif pada lesi oral tidak bermakna

• Histologi infiltrat limfositik yang lebih difus, eosinofil (+), sel plasma (+), colloid bodies > LP klasik tidak spesifik

• Imunostaining antibodi sel basal (+) kurang handal• Reaksi hilang ketika withdrawal dan muncul ketika pemberian

agen patient safety• Material restorasi mungkin berhubungan reaksi alergi ,

akumulasi plak• Material yang mungkin berhubungan

• Merkuri• Emas• kobalt

b. Erupsi likenoid

Page 34: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover
Page 35: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

c. Reaksi lupoid

• muncul pada terapi :• kali kedua dengan antibiotik spektrum luas• kortikosteroid (sistemik / inhalan)• resimen imunosupresif lain (cyclosporin)• terapi sitotoksik• mucormycosis dan aspergillosus pada terapi

imunosupresif jangka panjang

d. Candidosis

Page 36: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

• Infeksi human papilloma virus• mirip dengan pertumbuhan kutil• muncul pada pasien dengan terapi

imunosupresif jangka panjang

e. Papilloma

• biasanya merusak perbatasan dorsal dan lateral dari lidah dan dasar mulut

• Dapat menjadi akibat dari infeksi virus epstein-barr• Berhubungan dengan:

• kortikosteroid (topikal dan sistemik)• Ciclosporin• regimen imunosupresif jangka panjang lain

f. Hairy leukoplakia

• Faktor resiko:• Pemakaian tembakau• Pemakaian alkohol• Sanguinarine• pasien imunosupresi iatrogeniik

g. leukoplakia

Page 37: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

4.Obat yang berhubungan dengan pigmentasi mukosa

Diskolorisasi superficial sementara

Pigmentasi intrinsik

Page 38: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat yang Berhubungan dengan Diskolorisasi Superficial SementaraObat yang Berhubungan dengan Diskolorisasi Superficial Sementara

• Dapat muncul dalam berbagai warna (kuning, coklat)• Etiologi:

– makanan dan minuman (kopi dan teh)– Kebiasaan (merokok,pemakaian kokain,sirih)– Pemakaian obat (garam

besi,bismut,chlorhexidine,AB, agen pemicu xerostomia, lanzoprazole + AB, lanzoprazole)

• Black hairy tongue = diskolorisasi nyata pada lidah bagian posterior dorsal dengan papila filiformis memanjang berlebihan dan terdapat noda coklat gelap atau hitam

Page 39: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat yang berhubungan dengan pigmentasi intrinsikObat yang berhubungan dengan pigmentasi intrinsik

• Amalgam → pigmentasi lokal pada mukosa

• Mahkota dengan paduan klogam atau emas → pigmentasi ginggiva

• Garam logam berat → pigmentasi tepi ginggiva

• Antimalaria, phenotiazine, phenytoin

→ pigmentasi mukosa berwarna biru, biru keabuan, atau kecoklatan

• Amiodarone

→pigmentasi keabuan pada orofasial dan mukosa oral

Page 40: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

• Minocycline

→ penyebaran luas pigmentasi biru, biru keabuan, atau kecoklatan pada gingiva dan mukosa secara bertahap.

• Kontrasepsi oral, cyclophosphamide, busulphan, dan ACTH → pigmentasi melanotik (jarang)

• Pada penyakit HIV

→ obat yang memicu pigmentasi melanotik dapat meningkat seiring terapi dengan clofazimine zidovudine dan/atau ketoconazole

→ variasi pigmentasi berbentuk sebaran atau seperti makular.

• Sarkoma Kaposi pada mulut

→ komplikasi immunosupressan (jarang terjadi)

Manifestasi: makula, papul, nodul, atau daerah ulkus yang berwarna biru, merah atau ungu, khas pada palatum atau gingiva, tetapi dapat mempengaruhi daerah mukosa oral lain

Page 41: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

ACTH Chlorhexidine Besi Phenothiazines

Amodiaquine Chloroquine Lead Quinacrine

Antikonvulsan Clofazimine Manganese Quinidine

Arsenik Tembaga Mepacrine Perak

Betel Cyclophosphamide Methyldopa Thallium

Bismuth Doxorubicin Minocycline Timah

Bromine Emas Kontrasepsi oral Vanadium

Busulphan Heroin Phenolphtalein Zidovudine

Tabel 13. Obat yang berhubungan dan pigmentasi mukosa mulut

Page 42: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Biru Coklat

(hipermelanosis)

Hitam Abu-abu Hijau

Amiodarone Aminophenazone Amiodiaquine Amiodiaquine Tembaga

Antimalaria Betel nut Betel nut Chloroquine Timah/Zinc

Bismuth Bismuth Bismuth Fluoxetine

Mepacrine Busulphan Methyldopa Hydroxychloroquinine

Minocycline Clofazimine Minocycline Lead

Phenazopyridine Kontrasepsi Perak

Quinidine

Perak

Sulphasalazine

Tabel 14. Obat yang berhubungan dengan pigmentasi mukosa mulut; pada warna yang berbeda

Page 43: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

5. Obat yang berhubungan dengan pembengkakan

Pembesaran ginggiva

Pembengkakan mukosa dan bibir

Page 44: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Pembesaran ginggivaPembesaran ginggiva

Sering disebabkan: Phenytoin, ciclosporin, dan calcium-channel-blocker nifedipine, diltiazem, verapamil, dan amlodipine

Secara umum, pembesaran gingiva timbul dalam hitungan bulan sejak permulaan terapi obat.

• Sebagian berhubungan dengan higienitas oral yang buruk dan akumulasi plak, serta respon tergantung pada pengendalian plak dan/atau penghentian dan pengurangan terapi obat.

• Obat lain yang kadang dapat menyebabkan pembesaran gingiva: eritromisin, sodium valproate, phenobarbitone dan vigabatrin.

Page 45: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat yang paling sering terlibat Obat yang kadang-kadang terlibat

Amlodipine Co-trimoxazole Nitrendipine

Ciclosporin Erythromycin Norethisterone

Diltiazem Diphenaxylate + mestranol

Felodipine Ethosuximide Phenpbarbitone

Lacidipine Interferon-alpha Primidone

Nifedipine Ketoconazole Sertraline

Kontrasepsi oral Lamotrigine Topiramate

Phenytoin Lithium Valproate

Verapamil Mephenytoin Vigabatrin

Tabel 15. Obat yang berhubungan dengan pembengkakan ginggiva

Page 46: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Pembengkakan mukosa dan bibirPembengkakan mukosa dan bibir

• Obat yang memicu pembengkakan mukosa terutama mempengaruhi bibir dan lidah khas disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I.

• Penicillin, agen anestesi lokal, turunan cephalosporin, angiotensin-converting enzyme inhibitors, aspirin, dan barbiturates → meningkatkan angio-edema

• Hipersensitivitas terhadap latex

→ menyebabkan angio-edema dengan onset cepat pada pasien yang rentan.

• Pembengkakan non-alergik

→ terapi ACE inhibitor.

→ 0,1-0,7 %

→ khas muncul pada minggu awal terapi, dapat terjadi dalam beberapa jam sejak permulaan terapi/setelah terapi jangka panjang

→ biasanya mengenai bibir, walaupun dapat terlokalisir pada lidah

• Plasmasitosis akibat pasta gigi pengendali tartar → pembesaran lokal pada gingiva, lidah, dan mukosa oral lain

Page 47: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

ACE inhibitor Clonidine Indometacin Turunan penicillin

Asparaginase Co-trimoxazole Ketoconazole Turunan pyrazolone

Aspirin Disulphite sodium Mianserin Quinine

Captopril Droperidol Miconazole Streptomycin

Carbamazepine Enalapril Naproxen Sulphonamides

Cephalosporins Epoetin alpha Nitrofurantoin Thiouracil

Clindamycin Ibuprofen Penicillamine

Tabel 16. Obat yang berhubungan dengan angio-edema

Page 48: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Pada umumnya cheilitis disebabkan oleh reaksi kontak terhadap kosmetik atau makanan, tetapi obat juga dapat terlibat, khususnya agen sitotoksik, phenothiazine, protease inhibitor, psoralens, dan retinoid

6. Obat yang berhubungan

dengan Cheilitis

Tabel 17. Obat yang berhubungan dengan Cheilitis

Aktinomisin Cyancobalamin Isotretinoin Streptomisin

Atorvastatin Ethyl alcohol Lithium Sulphasalazine

Busulphan Etretinate Menthol Tetracycline

Busulphan Emas Methyldopa Vitamin A

Clofazimine Indinavir Penicillamine

Clomipramine Isoniazid Selegiline

Page 49: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

7. Obat yang berhubungan dengan neuropati

Neuropati trigeminal

Gerakan muka yang tidak disadari

Nyeri orofasial dan disestesia oral

Page 50: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Neuropati Trigeminal

• Interferon alfa, acetazolamide, labetalol, sulthiame, vincristine, mefloquine, dan agen lain (vaksinasi hepatitis B) dan beberapa protease inhibitor → parestesi, hipestesi, atau anestesi trigeminal

• Anestesi lokal seperti articaine dan procaine dapat menunjukkan neurotoksiksitas derajat kecil.

Gerakan muka yang tidak disadari• Butyrophenone,

phenothiazine, tricyclic antidepressant, dan obat lain

• Antipsikotik → tardive dyskinesia sekunder

• Metoclopramide → distonia• Gerakan abnormal yang

terbatas pada lidah-contohnya, distonia sekunder karena terapi carbamazepine.

Page 51: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Acetazolamide Interferon alpha Nitrofurantoin Streptomisin

Amitryptiline Isoniazid Pentamidine Sulphonylureas

Articaine Labelatol Phenytoin Sulthiame

Chlorpropamide Mefloquine Prilocaine Tolbutamide

Colistin Methysergide Propofol Tricyclics

Ergotamine Monoamine oxidase inhibitors Propanolol Trilostane

Analog GnRH Asam nalidixic Prothionamide Vincristine

Hydralazine Asam nikotonik Stilbamidine Streptomisin

Tabel 18. Obat yang berhubungan dengan parestesia atau hipestesia trigeminal

Carbamazepine Methyldopa Phenytoin

L-dopa Metoclopramide Tetrabenazine

Lithium Metirosine Trifluoroperazine

Tabel 19. Obat yang berhubungan dengan gerakan muka yang tidak disadari

Page 52: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Nyeri orofasial dan disestesia oralNyeri orofasial dan disestesia oral

Beberapa obat, terutama vinca alkaloid seperti vincristine, dapat menyebabkan nyeri orofasial (Tabel 20).

Enalapril dan terkadang ACE inhibitor lain, seperti captopril dan lisinopril, dapat menyebabkan, walaupun jarang, sensasi pada mulut seperti tersiram air panas.

Nyeri orofasial juga dapat menjadi akibat obat pemicu tardive diskinesia namun jarang terjadi.

Benztropine Lithium Stilbamidine

Biperidine Penicillins Ticarcilin

Griseofulvin Phenothiazines Vitamin A

Tabel 20

Page 53: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

8. Obat yang berhubungan dengan halitosis8. Obat yang berhubungan dengan halitosis

Tidak langsung Langsung• isosorbide dinitrate,

dimethyl sulphoxide, atau disulfiram

• Obat yang menyebabkan xerostomia

Dimethyl sulphoxide

(DMSO)

Disulfiram Isorbide dinitrate

Tabel 21.

Page 54: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

9. Obat yang berhubungan dengan perubahan warna gigi

• Chlorhexidine, fluoride, iron, dan kebiasaan seperti merokok dan pengunaan betel, serta antibiotik dan minyak tertentu → perubahan warna pada gigi superfisial

• Perubahan warna intrinsik tampak menonjol saat tetrasiklin diberikan pada anak di bawah 12 tahun, tetapi obat lain, terutama ACE inhibitor, juga dapat menghasilkan perubahan pada warna gigi (lihat tabel )

Enalapril Pentamidine Ramipril

Etidronate Perindopril Terbinafine

Fosinopril Propafenone Trandolopril

Lisinopril Quinapril Zopiclone

Tabel 22.

Page 55: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

KesimpulanKesimpulanJurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial RegionJurnal Reading: Adverse Drug Reactions in the Orofacial Region

Page 56: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

Obat dalam spektrum yang luas dapat meningkatkan sejumlah manifestasi merugikan pada orofasial.

Reaksi yang paling sering terjadi adalah mulut kering, gangguan pengecapan, dan pembengkakan gingiva.

Obat yang memicu ulserasi mukosa oral juga sering terjadi, terutama pada kemoterapi kanker. Selain itu, ada banyak reaksi lain yang terkadang terjadi.

Klinisi harus berhati-hati dalam menanyakan riwayat obat dan selalu mengeksklusi obat yang menyebabkan tanda dan gejala pada oral dan peri-oral.

Page 57: GIMUL (PPT Jurnal ADR in Orofacial)+Cover

TERIMA KASIH