Lapkas Gimul Rani

23
LAPORAN KASUS PERSISTENSI GIGI SULUNG DAN ANGULAR CHEILITIS Disusun Oleh : KHAIRANI FAHMA PARINDURI (101001120) Pembimbing: Drg. TUTI MEUTIA PASARIBU KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA RSUD LANGSA

Transcript of Lapkas Gimul Rani

LAPORAN KASUSPERSISTENSI GIGI SULUNG DAN ANGULAR CHEILITIS

Disusun Oleh :KHAIRANI FAHMA PARINDURI (101001120)

Pembimbing:Drg. TUTI MEUTIA PASARIBU

KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT GIGI DAN MULUTFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARARSUD LANGSA2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iBAB I PENDAHULUAN...............................................................................................BAB IITINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................BAB IIIKESIMPULAN....................................................................................................DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................LAPORAN KASUS....................................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN

Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung belum tanggal, walaupun waktu tanggalnya sudah tiba. Sering di jumpai pada anak usia 6-12 tahun. Suatu gigi dapat di katakan persistensi jika melihat jadwal pergantian gigi sulung dengan gigi permanen. Persistensi gigi sulung tidak mempunyai penyebab tunggal, tetapi merupakan gangguan yang di sebabkan oleh multi faktor, diantaranya Ankilosis, lambatnya resorpsi akar gigi susu, hipotiroid, malposisi beni gigi permanen dan defisiensi vitamin A.Angular Cheilitis pada umumnya dikenal dengan luka di sudut mulut. Biasanya menimbulkan rasa nyeri pada saat membuka mulut. Angular Cheilitis adalah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Beberapa faktor yang menyebabkan angular cheilitis adalah kandidiasis, trauma, gigi tiruan, status gizi anak, manifestasi berbagai penyakit sistemik dan infeksi virus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Gigi SulungGigi susu (gigi decidui) adalah gigi yang pertama kali tumbuh pada masa bayi, sering juga disebut gigi sulung,gigi sementara,atau gigi desidui.Penamaan gigi susu diberikan karena gigi berwarna putih seperti susu, berperan penting untuk perkembangan rahang dan erupsi atau pertumbuhan gigi tetap. Normalnya anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang terdiri dari 10 gigi di rahang atas dan 10 gigi di rahang bawah, dengan jenis gigi seri,taring dan geraham,sedangkan gigi tetap ada dua jenis gigi geraham,yakni geraham kecil dan geraham besar.Gigi tetap jika lengkap atau muncul semua berjumlah 32.Perbedaan gigi susu dan gigi tetap adalah gigi susu berwarna lebih putih dan relatif berukuran kecil dibandingkan gigi tetap. Gigi susu satu dengan lainnya memiliki letak renggang di dalam rongga mulut karena sebagai persiapan tempat gigi tetap yang berukuran lebih besar.Sehingga gigi tetap rapat satu sama lain.Pergantian dapat digolongkan menjadi 3 periode berbeda,yaitu periode gigi susu( 0-5 tahun ),periode gigi bercampur (6-14 tahun ),periode gigi tetap (di atas 14 tahun).

Gigi Sulung Rahang AtasGigiErupsi

Insisif7,5-9 bulan

Kaninus18 bulan

Molar14-24 bulan

Gigi Sulung Rahang BawahGigiErupsi

Insisif6-7 bulan

Kaninus16 bulan

Molar12-20 bulan

Gigi Tetap Rahang AtasGigiErupsi

Insisif7-9 tahun

Kaninus11-12 tahun

Premolar10-12 tahun

Molar6-21 tahun

Gigi Tetap Rahang BawahGigiErupsi

Insisif6-8 tahun

Kaninus9-10 tahun

Premolar10-12 tahun

Molar6-21 ahun

gigi geligi susu

Gigi susu lengkap terdiri dari :8 gigi seri (insisivus )atas-bawah,4 gigi taring (canine) atas-bawah,4 gigi geraham kecil kanan atas-bawah,4 gigi geraham kecil kiri atas-bawah

Gigi susu digantikan gigi tetap atau gigi permanen

Berikut ini panduan perkiraan waktu tumbuhnya gigi susu ( menurut Lunt dan Law )

Tabel waktu tumbuh gigi susu

Daftar ukuran gigi sulung (dalam milimeter)Gigi geligiPanjang korona(mm)Panjang akar(mm)Diameter mesio-distal korona(mm)Diameter mesio-distal serviks(mm)Diameter labio-/buko-palatal-/lingual(mm)Diameter labio-/buko-palatal-/lingual pada serviks(mm)

Rahang atas: insisivus pertama6,010,06,54,55,04,0

Insisivus kedua5,611,45,13,74,03,7

Kaninus6,513,57,05,17,05,5

Molar pertama5,110,07,35,28,56,9

Molar kedua5,711,78,26,410,08,3

Rahang bawah: insisivus pertama5,09,04,23,04,03,5

Insisivus kedua5,210,04,13,04,03,5

Kaninus6,011,55,03,74,84,0

Molar pertama6,09,87,76,57,05,3

Molar kedua5,511,39,97,28,76,4

2.2PersistensiPersistensi gigi susu (gigi dempet) adalah suatu keadaan gigi susu masih berada di mulut / belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita temukan pada gigi mana saja, tetapi seringkali orang tua menemukan gigi depan rahang bawah yang terlihat bertumpuk.

Beberapa faktor penyebab persistensi pada gigi susu yaitu:1. Resorpsi akar gigi susu yang lambat. Hal ini bisa dikarekanakan gangguan nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan saraf yang tidak dirawat.2. Posisi abnormal benih gigi tetap / arah tumbuh gigi tetap tidak searah dengan arah tumbuh gigi susu yang akan digantikannya. yang kosong, bisa di depan atau belakang gigi susunya. 3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi tetap yang akan tumbuh menggantikan gigi susu. Dengan demikian gigi tetap mengarah kepada tempat

Pemeriksaan Subjektif dan Objektif Pada Gigi Persistensi

Pemeriksaan Intra oral (rongga mulut) dengan alat - alat dasar kedokteran gigi Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat.Kemudian, anak juga harus duduk tenang pada kursi perawatan. Pada anak yang sangat muda, pendekatan sebaiknya dilakukan olleh dokter gigi dengan menanyakan berapa banyak gigimu? ; ini tentunya kurang menakutkan bagi anak daripada saya ingin lihat gigi-gigimu jika anak masih tidak mau duduk pada kursi perawatan, orang tua harus diminta untuk memangku anak dengan kepala ditahan dengan lengan kanan orang tua. Pada posisi ini anak akan merasa aman, orang tua dapat membantu menahan gerakan- gerakan yang tidak diinginkan. Pendekatan yang di jelaskan di atas jelas tidak praktis pada anak yang lebih dewasa yang terlalu besar untuk dipangku. Jika anak sudah besar dan kooperatif setelah perencanaan riwayat dan tidak mau duduk pada kursi perwatan, lebih baik menunda pemeriksaan mulut dan dengan proses pembentukan tingkah laku dengan cara berbeda, misalnya penjelasan kesehatan mulut. Pada persistensi gigi susu, dokter gigi akan melakukan pencabutan terhadap gigi susu tersebut. Bila sudah terlihat bertumpuk/ bersusun, segera bawa anak anda ke dokter gigi. Tidak disarankan untuk menunggu hingga gigi susu tersebut lebih goyang lagi atau bahkan hingga tumbuh seluruhnya.Bila segera dilakukan pencabutan, terdapat kemungkinan gigi tetap akan bergerak ke posisi ideal (kadang dibantu didorong dengan lidah) jika posisi memungkinkan dan tersedia tempat untuk gigi tersebut. Terkadang posisi gigi hanya sedikit berubah dan masih terlihat berjejal, sehingga diperlukan perawatan orthodontic (kawat) untuk merapihkan gigi sekaligus mengembalikan fungsi pengunyahan. Waktu yang tepat untuk perawatan orthodontic berbeda untuk masing masing kasus.Bila persistensi dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, gangguan pertumbuhan rahang dan tentunya susunan gigi menjadi tidak estetik.

Salah satu perawatan dalam bidang kedokteran gigi anak adalah prosedur pencabutan gigi sulung. Penabutan gigi sulung pada dasarnya memiliki prosedur yang tidak berbeda dengan pencabutan gigi tetap pada orang dewasa. Dengan memperhatikan beberapa aspek, maka prosedur ini bisa dilakukan dengan mudah.Aspek apa saja yang jadi perhatian dalam pencabutan (ekstraksi) gigi sulung?

1. Aspek PsikologisPasien anak jelas sangat berbeda dengan pasien dewasa. Dalam hal ini, dokter gigi harus bisa mengetahui psikologis si anak saat pertama kali bertemu. Bagaimana sikap anak untuk pertama kali bertemu dengan dokter gigi, berada didalam ruangan, berinteraksi dengan bermacam benda dan alat didalam ruangan, penting sekali dokter gigi untuk mengetahui hal ini.Bisa dilihat sikap dan apresiasi anak tersebut, takut, senang, penasaran dan ingin tahu, acuh (cuek), dan bermacam sikap lainnya.Dengan mengetahui ini, dokter gigi bisa dengan mudah untuk mencoba berkomunikasi sesuai dengan sikap yang ditunjukkan anak. Bila komunikasi sudah tercapai jelas akan mudah didapat apa yang tepat untuk dilakukan dalam perawatan gigi si anak.Peran serta orang tua juga perlu bagi seorang dokter gigi dalam berkomunikasi dengan pasien anak. Dengan berbagai informasi dari orang tua akan bisa memperkuat dokter gigi dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan yang dibutuhkan.2. Aspek EtiologisPencabutan gigi anak jelas harus memperhatikan penyebab utama kondisi gigi anak tidak dapat dipertahankan (tidak dapat dirawat). Insidensi terbesar pencabutan gigi anak jelas karena faktor karies gigi. Karies gigi pada anak, merupakan kondisi patologis yang sering sekali tidak begitu diperhatikan oleh orang tua anak pada umumnya.Karies pada anak, bisa mulai terjadi saat anak mulai tumbuh gigi. Bila orang tua tidak memperhatikan kondisi kesehatan gigi dan mulut anak, sering sekali terjadi rampan karies. Rampan karies merupakan kondisi terdapat karies yang sangat meluas hampir terdapat di setiap gigi.Bila gigi anak terkena karies dan tidak dirawat, maka akan menyebabkan patologis pada gigi, dengan gejala rasa sakit gigi (linu, sakit saat makan dan tidur,gusi mudah berdarah). Kondisi ini sudah memasuki tahap pulpitis, adanya peradangan pada gigi anak. Dan bila tetap segera ditangani, makan akan menyebabkan gigi masuk dalam tahap kondisi non vital, disebut dengan gangren pulpa. Gigi dengan kondisi ini akan mudah cepat rusak dengan cepat. Tindakan ekstraksi sangat perlu dilakukan.3. Aspek Tumbuh dan Kembang Anak

Selain mengetahui kondisi psikologis anak, serta penyebab utama dalam penentuan pencabutan gigi anak. Dokter gigi juga harus bisa mengetahui, proses tumbuh dan kembang anak. Penting untuk diperhatikan, dengan mengetahui hal ini, seorang dokter gigi bisa memperkirakan, efek-efek yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan terhadap gigi geligi anak selanjutnya pasca pencabutan.Tidak hanya berdasarkan etiologi pencabutan karena karies gigi. Pencabutan gigi anak juga bisa dilakukan bila didapatkan adanya keterlambatan dalam faktor pertumbuhan gigi geligi anak. Misalnya saja, seorang anak umur 10 tahun, dalam kondisi normal gigi taring dewasa (Kaninus Tetap) sudah mulai erupsi, bila belum erupsi harus dicek (biasanya lebih baik dengan foto rontgen panoramik) apakah gigi taring sulungnya dalam kondisi menetap atau sudah ada kegoyangan. Dengan kondisi ini, dokter gigi bisa mengambil suatu kesimpulan apakah segera dilakukan pencabutan atau memang tetap ditunggu hingga tanggalnya gigi taring sulung tersebut.Dengan perencanaan yang tepat dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi sulung (gigi anak) akan mempermudah dokter gigi dalam menentukan perawatan gigi anak (tentunya tidak hanya pencabutan).Serta memberikan informasi yang tepat dan sesuai untuk diberikan kepada orang tua anak dalam menjaga dan merawat gigi geliginya.

2.3Angular CheilitisAngular Cheilitis adalah keadaan inflamasi yang dapat terjadi secara unilateral atau bilateral pada sudut mulut. Dapat terjadi secara spontan dan sering terjadi pada anak-anak yang sering menjilat sudut bibir dan menghisap jari, hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa di sadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi dalam menyebabkan Angular CheilitisAngular Cheilitis pada umumnya dikenal dengan luka di sudut mulut. Cheilitis adalah istilah yang luas yang menggambarkan peradangan permukaan yang mempunyai ciri-ciri bibir kering dan pecah-pecah. Sedangkan angular cheilitis merupakan cheilitis yang terjadi pada sudut bibir.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap gangguan ini adalah: Menderita sariawan, bayi atau usia tua, menderita diabetes, menggunakan kortikosteroid atau antibiotik sistemik Menggunakan gigi palsu Gizi buruk seperti kekurangan zat besi, defisiensi riboflavin Menderita penyakit sistemik, terutama penyakit inflamasi usus (ulcerative colitis dan penyakit Crohn) Kulit sensitif, khususnya dermatitis atopic Adanya predisposisi genetik, misalnya dalam sindrom Down Menggunakan obat retinoid oral: isotretinoin untuk jerawat, acitretin untuk psoriasis

Gambaran klinis : Angular cheilitis dapat menyebabkan gejala-gejala dan tanda-tanda berikut di sudut mulut: Rasa perih dan kering pada bibir akibat pecah-pecah Eritema dan fisur pada sudut mulut Sudut bibir dapat berdarah

Etiologi :Umumnya Angular Cheilitis disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida, yang menghasilkan pecah-pecah dan sakit pada sudut mulut.

Pengobatan :

1. Salep anti jamur

Salep antijamur, seperti Neosporin, dapat memberikan bantuan dan menyembuhkan infeksi yang menginfeksi bibir. Joel Gallant, MD, seorang profesor kedokteran di Johns Hopkins, merekomendasikan menggunakan obat antijamur untuk mengobati Angular Cheilitis, yang ditandai dengan peradangan dan luka pada permukaan bibir, di sudut mulut dan di sekitar mulut.

2. Obat antivirus

Antivirus, seperti Valtrex, Famvir dan Zovirax, digunakan untuk mengobati herpes mulut yang merupakan kondisi menular yang menyebabkan munculnya luka dan pecah-pecah di sekitar mulut. Obat antivirus bekerja dengan memperlambat perkembangan virus/replikasi, sehingga memungkinkan tubuh dapat melawannya.

BAB IIIKESIMPULANPersistensi gigi susu adalah suatu keadaan gigi susu masih berada di mulut/ belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang. Beberapa faktor penyebab persistensi gigi susu adalah resorpsi akar gigi susu yang lambat dikarenakan gangguan nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan saraf yang tidak di rawat. Yang kedua adalah posisi abnormal benih gigi tetap atau arah tumbuh gigi tetap tidak searah dengan arah tumbuh gigi susu yang akan di gantikannya. Ketiga, ketidakcukupan tempat bagi gigi tetap yang akan tumbuh menggantikan gigi susu.dengan demikian gigi tetap mengarah kepada tempat yang kosong, bisa di depan atau belakang gigi susunya. Dokter gigi akan melakukan pencabutan terhadap gigi susu tersebut. Bila segera dilakukan pencabutan, terdapat kemungkinan gigi tetap akan bergerak ke posisi ideal. Bila persistensi dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, gangguan pertumbuhan rahang dan susunan gigi menjadi tidak estetik.Angular Cheilitis adalah keadaan inflamasi yang dapat terjadi secara unilateral atau bilateral pada sudut mulut. Dapat terjadi secara spontan dan sering terjadi pada anak-anak yang sering menjilat sudut bibir dan menghisap jari, hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa di sadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi dalam menyebabkan Angular Cheilitis, Lebih banyak disebabkan oleh Candida tropicalis. Gambaran klinisnya di tandai oleh rasa perih, eritema dan fisura di sudut mulut. Prinsip penatalaksanaannya yaitu menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit serta pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggosok gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Schuurs A.H.B. Patologi gigi-geligi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,1992: 15-16.

2. Itjingningsih. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC. 1991: 102-107, 158

3. Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan : USU Press, 2010: 34-40.

4. Susanto AJ. Abnormalitas pada gigi. ( 27 april 2010) < http://repository.ui.ac.id> (17 Oktober 2011).5. The Angular Cheilitis Cure, MayoClinic, The Journal of Family Practice, Livestrong.com6. Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. Burket ilmu penyakit mulut: diagnosa & terapi. Alih Bahasa. PP. Sianita Kurniawan. Grogol: Binarupa Aksara, 1994: 267-287.7. Gupta LC, Gupta A, Gupta A. Oral medicine. 1st ed. Delhi: A.I.T.B.S Publishers & Distributors, 1999: 13-16.8. Soeyoto, Wiyono A, Nindyo A. Gigi dan Mulut.