Lapsus Gimul

download Lapsus Gimul

of 26

Transcript of Lapsus Gimul

LAPORAN KASUS SEORANG WANITA 19 TAHUN DENGAN TUMOR GINGGIVA CURIGA JINAK REGIO 3.5-3.8Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh : Maful Hidayatulloh Majiid Sumardi Makawa Wulandari 22010110200086 22010110200087 22010110200088

Manggala Maharddhika 22010110200089 Maya Rahmanita 22010110200090

Pembimbing : Drg. Oedijani

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga yang paling banyak terjadi adalah kelainan gingiva, karena merupakan bagian dari jaringan penyangga yang terletak dipermukaan. Salah satu kelainan itu adalah pembesaran gingiva. Pada keadaan yang normal, jaringan gingiva mengisi ruang di antara tiap gigi. Dimulai pada titik kontak antara dua gigi, kemudian mengelilingi leher gigi dan dilanjutkan ke arah bawah dan samping. Pembesaran gingiva adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan ukuran dari gingiva. Dalam keadaan ini, jaringan gingiva menggelembung secara berlebihan di antara gigi dan atau pada daerah leher gigi. Penambahan ukuran ini dapat terjadi secara hipertrofi, hiperplasia, ataupun kombinasi antara keduanya. Dalam penegakan diagnosis pembesaran gingiva, harus dilakukan anamnesis

yang teliti dan melakukan pemeiksaan oral diagnosis. Pada beberapa kasus, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi. Pasien yang datang dengan keluhan gusinya membesar sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya. Secara umum, penyebab pembesaran gingiva dikelompokkan menjadi empat, yaitu pembesaran gingiva karena inflamasi, pengaruh obat-obatan, sistemik, dan herediter. Dengan mengetahui etiologi dari pembesaran gingiva diharapkan dapat mendukung keberhasilan terapi.

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benjolan di Rongga Mulut Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenisjenis benjolan ini adalah: 1. Papula, adalah suatu massa yang menonjol pada kulit/mukosa berbentuk bulat/lonjong degan diameter < 1 cm. 2. Plaque/Plak, adalah suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata. Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah-pecah. Ukurannya lebih besar dari papula. 3. Vesikula (Vesikel, Vesicle), adalah suatu benjolan bulat dan bening, transparan berisi cairan. Ukurannya < 1 cm. 4. Bula (Bulla), sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm. 5. Pustula, sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus (purulen). 6. Nodul (Nodule), suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai dimensi perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.7. Tumor, suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi

perluasan kebawah. Ukurannya > 1 cm.Tumor atau

(Neoplasia) adalah

pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Tumor (neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu: a. Tumor jinak (benign neoplasma) Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (menyebar). b. Tumor ganas (malignant neoplasma) Neoplasma jaringan ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke dan dapat menyebar ke organ-organ lain

sekitarnya

(metastase).Neoplasia ganas sering disebut kanker.

3

Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas: Karakteristik Kecepatan tumbuh Batas Pergerakan Pertumbuhan dalam tulang Pemukaan lesi Keterlibatan saraf Daerah yang terlibat Warna jaringan Neoplasma jinak Lambat Jelas, berkapsul Dapat digerakkan Neoplasma ganas Cepat Tidak berkapsul Cekat

Mendesak tulang/ ekspansif Menembus tulang/ infiltratif Menegang Tidak ada Terlokalisir Normal Ulserasi Ada nyeri, paralise Luas/metastasis Berubah Hipofungsi

Efek terhadap jaringan tubuh Tidak ada/hiperfungsi

2.2 Tumor Rongga Mulut Secara umum tumor rongga mulut dapat dibedakan menjadi tumor odontogen dan non odontogen (jaringan keras, jaringan lunak dan epitel). Menurut penelitian di Amerika, karsinoma di rongga mulut paling banyak merupakan jenis karsinoma sel skuamosa. Batas-batas rongga mulut ialah : Depan Atas Lateral Bawah : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah : palatum durum dan molle : bukal kanan dan kiri : dasar mulut dan lidah

Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula, arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata lidah. Ruang lingkup tumor rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini: a. Bibir b . Lidah 2/3 anterior c . Mukosa bukal d . Dasar mulut 4

e . Ginggiva atas dan bawah f . Trigonum retromolar, palatum durum g . Palatum molle Faktor risiko: 1. Usia Semakin tua usia manusia maka sistem imun tubuh akan menurun, terjadi akumulasi waktu dari mutasi genetik & paparan karsinogen. Menurut penelitian, 95% kasus terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, rata-rata 60 tahun. 2. Keadaan immunosupresi 3. Rokok Kebiasaan merokok merupakan faktor resiko terjadinya karsinoma rongga mulut. Hampir lebih dari 50% perokok 80% nya didapatkan karsinoma rongga mulut. Rokok juga berhubungan dengan kekambuhan, 18% pasien yang tidak melanjutkan merokok kambuh, 30% yang melanjutkan merokok kambuh. 4. Alkohol 5. Trauma yang kronik 6. Riwayat keganasan sebelumnya Rokok dan alkohol memiliki efek sinergis. Perokok yang sering menggunakan obat kumur (alkohol dengan kadar tinggi) memiliki faktor risiko lebih tinggi. Predileksi yang paling sering yaitu pada lidah, orofaring, dan dasar mulut, jarang ditemukan pada bibir, gusi, lidah bagian dorsal, dan palatal. Insidensi Terjadinya Neoplasma Pada Rongga Mulut : 1. Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita. 2. Di negara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya. 3. Berdasarkan beberapa laporan sentral patologi frekuensi kanker rongga mulut di Indonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya. Bagian patologi badan registrasi kanker Indonesia dibawah pengawasan

5

Dirjen Kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari keganasan di Indonesia. 4. Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak: 53,3 % fibroma 13,3 % papilloma 6,7 % periferal giant cell granuloma 14,7 % piogenic granuloma 3 % lipoma 8 % hemangioma 1 % limfangioma 5. Berdasarkan lokasi 33,3 % pada ginggiva 20,3 % pada mukosa bukal 16,7 % pada lidah 13 % pada pallatum 11,7 % pada bibir 5,3 % pada labial comisura 3 % di bawah lidah 2,7 % dasar mulut Tingkatan/Stadium Tumor Jaringan Regio Maksilofasial 1. Tingkatan /stadium pada tumor secara histologi a. Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff), yaitu dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin b. Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff), yaitu dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 50 -75% variasi dalam ukuran sel-selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis yang lebih menonjol c. Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff), yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 25-50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel

6

tumor tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat dibawahnya, dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang. d. Tingkat IV (anaplastik/undiff), yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara 0-25% 2. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker a. Stadium Pra Klinik Penyakit kanker belum diketahui dengan pemeriksaan klinik baik pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya. b. 1) Stadium Klinik Stadium Dini(Early Stage) Tumor masih kecil, terbatas pada organ tempat tumbuh, kerusakan organ belum ada, kemungkinan sembuh besar 2) Stadium Lanjut (Advanced Stage) Tumor tumbuh besar, menjalar ke jaringan sekitar atau kelenjar limfe regional, merusak organ tempat tumbuh, kemungkinan sembuh kecil 3) Stadium Sangat lanjut (Far Advanced Stage) Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh 3. Menurut sistem TNM (UICC tahun 1980), derajat tumor dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: Stage 1 Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 2 Ukuran tumor antara 2-4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 3 Ukuran tumor lebih dari 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer. Stage 4

7

Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot-otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

2.3

Pembagian Tumor

Tumor Jinak Klaisifikasi tumor jinak odontogen (WHO, 1992) Asal sel/ jaringan tumor 1. Tumor yang berasal dari jaringan epitel Nama tumor Ameloblstoma Calcifying ephitelial odontogenic tumor Squamous odontogenic tumor Clear cell odontogenic tumor 2. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa pembentukan jaringan kerass gigi Ameloblastic fibroma Ameloblastic fibro-odontoma Tumor-tumor odontoameloblasma Adenomatid odontgenic tumor Complex odotoma Compound odontoma 3. Tumor yang berasal dari ektomesnkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel odontogen Odotogeic fibroma Myxoma Cementoblastoma

Klasifikasi tumor non odontogen Asal sel 1. Tumor jinak non odontogen yang berasal dari epithelium mulut 2. Tumor jinak non odontogen Nama tumor Papilloma skuamosa Veruka vulgaris Kondiloma akuminata Molluscum contagiosum Keratoakantoma Lesi jaringan keras (tulang)

8

yang berasal dari jaringan ikat mulut

Fibroma Giant cell fibroma Epulis fisuratum Peripheral giant cell granuloma Peripheral ossifying fibroma Palsiaded encapsulated neuroma neurofibroma Neurilemoma/schawnnoma Tumor sel granular Lipoma Pleomorphic adenoma Monomorphic adenoma Whartins tumor

3. Tumor jinak non odonntogen yang berasal dari kelenjar ludah

Tumor Ganas Asal sel 1. Tumor ganas odontogen yang berasal dari ektoderm 2. Tumor ganas odontogen yang berasal dari mesoderm 3. Tumor ganas odontogen yang berasal dari ektoderm dan mesoderm Nama tumor Karsinoma intra-alveolar

Odontogenik sarkoma

Ameloblastoma fibrosarkoma 1. Squamus Cell Carcinoma

4. Tumor ganas non-odontogen

2. Osteosarkoma 3. Ewings Sarkoma 4. Multiple Myeloma

9

Lesi Jaringan Lunak a. Fibroma (fibroma akibat iritasi) Sering terdapat pada mukosa bagian bukal (sepanjang area gigitan), mukosa labial, lidah, dan gusi. Lesi berupa nodus warna merah muda, permukaan yang licin, diameter beberapa milimeter sampai 1,5 cm. Fibroma akibat iritasi biasa terdapat pada dekade ke-4 dan ke-6. Perbandingan antara pria dan wanita1:2. Tatalaksana Fibroma adalah dengan bedah eksisi konservatif. Pemeriksaan histopatologi terhadap hasil eksisi. b. Giant Cell Fibroma Tumor fibrosa dengan prevalensi 5% dari semua tumor fibrosa pada mulut. Terdapat pada gusi (50%), lidah, palatum dan gusi mandibula 2 kali lebih sering dari pada gusi maksila. Gambarannya berupa nodus bulat atau bertangkai dengan permukaan berbenjol-benjol sehingga mirip dengan papiloma. Biasa terjadi pada usia yang lebih muda daripada fibrom teriritasi. Terjadi pada 3 dekade pertama kehidupan (60%). Wanita lebih sering daripada pria. c. Epulis Fisuratum Hiperplasia fibrosa akibat pengunaan gigi palsu. Terdapat pada maksila/ mandibula pada tepi alveolar bagian fasial dan terkadang pada tepi alveolar bagian mandibula. Tampak lipatan tunggal atau multipel dari jaringan hiperplastik pada vestibular alveolar. Lesinya tegas dan pada sebagian lesi dapat berupa ulserasi dan eritema menyerupai granuloma piogenik. Ukuran bervariasi dari 1 cm hingga seluruh panjang dari vestibula. Sering terjadi pada wanita dengan umur menengah dan dewasa tua ketika penggunaan gigi palsu. Tatalaksananya dengan terapi bedah dan pembuatan ulang gigi palsu atau penyesuaian kembali tepi gigi palsu. d. Peripheral Giant Cell Granuloma Merupakan reaksi terhadap iritasi local atau trauma. Terdapat pada gusi atau tepi alveolar edentuolus, berupa massa nodus merah atau biru kemerahan,

10

berbentuk bulat/bertangkai serta dapat disertai ulserasi.Gambaran klinisnya menyerupai granuloma piogenik. Kebanyakan lesi berukuran kurang dari 2 cm. Terdapat pada semua usia dengan puncak prevalensi pada dekade ke-5 dan ke-6 kehidupan. Sekitar 60% kasus terjadi pada wanita.Terdapat pada regio anterior maupun posterior dari ginggiva maupun mukosa alveolar dan mandibula > maksila. Walupun lesi ini berkembang dalam jaringan lunak, terkadang terdapat resorpsi berbentuk mangkuk pada tulang alveolar. Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal hingga kebagian tulang yang mendasarinya. Scalling pada gigi yang berdekatan untuk menghilangkan sumber iritasi lebih lanjut. 10% kasus alami kekambuhan. Pada beberapa kondisi sulit dibedakan dari pasien dengan hiperparatirod (osteoclastik brown tumor). e. Peripheral Ossifying Fibroma Lesi ini terdapat hanya pada gusi. Predileksinya sering pada lengkung maksila dan lebih dari 50 % terdapat pada regio antara gigi insisivus dengan kaninus. Biasanya gigi jarang terlibat.Massa nodus bulat/bertangkai dan permukaannya biasanya mengalami ulserasi. Warnanya bervariasi dari merah (pyogenic granuloma) hingga merah muda (fibromaakibat iritasi). Lesi berukuran kurang dari 2 centimeter, lesi ini biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda dengan prevalensi tertinggi pada usia antara 10 dan 19 tahun. Sekitar 2/3 kasus mengenai wanita. Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal. f. Palisaded Encapsulated Neuroma Sebuah tumor saraf dengan penyebab yang belum diketahui dengan pasti tetapi diperkirakan karena trauma. Predileksi terbatas pada wajah (90%) terutama hidung dan pipi. Pada mulut terdapat pada palatum durum. Antara dekade ke-5 dan ke-7. Permukaan halus, tidak nyeri, papul yang berbentuk kubah/nodul kurang dari 1 cm. terapinya dengan bedah eksisi lokal konservatif. Lesi jarang mengalami kekambuhan.

11

g. Neurofibroma Neoplasma saraf perifer yang paling sering terjadi yang berasal dari percampuran beberapa tipe sel meliputi sel schwan dan perineural fibroblast. Dapat berkembang sebagai tumor soliter atau merupakan bagian dari neurofibromatosis. Tumor soliter paling sering terdapat pada dewasa muda dan tampil sebagai lesi yang berkembang lambat, lunak, tidak nyeri. Lesi ini sering terdapat pada lidah dan mukosa bagian bukal.

2.7

Tahap-Tahap Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosa Anamnesis Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing pasien tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti. Beberapa pasien merasa gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa bingung.Pertanyaan awal membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan meningkatkan kepercayaan diri.Biasanya lebih baik dimulai dengan pertanyaan terbuka. Terkadang sulit dihindari interupsi pasien yang mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya adalah yang paling penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis atau berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan. Teknik pengambilan riwayat kesehatan pasien:

1. Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya 2. Dudukkan pasien 3. Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami pasien 4. Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa sakit yang dialami pasien 5. Hindari jargon 6. Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik 7. Memperkirakan status mental pasien 8. Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan

12

Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut. Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak. Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan gejala dan peawatan gigi harus dicatat. Pemeriksaan Klinis Ekstra oral Pertama lihat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa

mempengaruhi tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular, nodus limfe submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi. Intra Oral Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus, mirro dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi. 1. Jaringan lunak Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan secara sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada mukosa harus dipalpasi. 2. Gigi Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status restorasi. Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiografi Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain.

13

Histopatologi Biopsi Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit pada mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu namun tetap dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin. Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sampel dari makhluk hidup untuk pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir. Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi. Terdapat beberapa macam teknik biopsy. Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi biopsy tumor glandula parotis. Prinsip dari biopsi yang sukses: 1. Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsi harus dilakukan secepat mungkin. 2. Pemilihan dari teknik biopsi yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap kasus. 3. Injeksi langsung dari larutan lokal anastesi kedalam lesi harus dihindari karena ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi. 4. Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu yang tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan. 5. Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila

penggunaannya diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal. 6. 7. Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili. Langsung setelah pengambilan, spesimen jaringan harus diletakkan pada wadah dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar wadah dapat mengerigkan spesimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh atau salah menempatkan spesimen. 8. Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alkohol, atau larutan lain yang dapat merusak jaringan.

14

9.

Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya spesimen.

10. Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan bukan diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya spesimen di laboratorium setelah dibuka. Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsi dari jaringan lunak dan jaringan keras adalah:syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan surgical dan hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator, kuret periapikal, bone file, dan rongeur.Bahan yang diperlukan untuk biopsi adalah:cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical dressing, kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk penempatan spesimen. Untuk biopsi aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan fixative.

Pembesaran GingivaPembesaran gingiva (gingival enlargement/overgrowth) adalah peningkatan ukuran gingiva sehingga menutupi sebagian dari mahkota gigi. Klasifikasi dari pembesaran gingiva menurut etiologi dan perubahan patologisnya dibagi menjadi 5, yaitu: 1. Pembesaran gingiva inflamatorik: a) Akut b) Kronik 2. Pembesaran gingiva fibrotik a) Diinduksi oleh obat b) Idiopatik 3. Kombinasi pembesaran (fibrotik dan inflamasi) 4. Pembesaran ginggiva akibat kondisi / penyakit sistemik a) Kondisi sistemik :

15

Kehamilan Pubertas Defisiensi vitamin C Gingivitis sel plasma Pemesaran gingiva non-spesifik

b) Penyakit sistemik : Leukemia Penyakit Granulomatosa (granulomatosis Wegener,

sarkoidosis) 5. Pembesaran ginggiva akibat neoplasma (tumor ginggiva) a) Tumor jinak b) Tumor ganas 6. Pembesaran semu (palsu)

Klasifikasi menurut Lokasi dan Distribusi : 1. Terlokalisir = hanya 1 atau beberapa gigi 2. Generalisata = melibatkan seluruh ginggiva pada rongga mulut 3. Papillary = terbatas pada papilla interdental 4. Marginal = terbatas pada ginggiva marginal 5. Diffuse = melibatkan ginggiva marginal, ginggiva terfiksir, dan papilla interdental 6. Diskret = sessile terisolasi, pembesaran bertangkai (tumor like)

Derajat Pembesaran Ginggiva : Grade 0 = tidak ada tanda pembesaran ginggiva Grade 1 = pembesaran terbatas pada papilla interdental Grade 2 = pembesaran melibatkan papilla interdental dan margin ginggiva Grade 3 = pembesaran ginggiva sampai menutupi mahkota gigi

16

Pembesaran karena Inflamasi Kronis (Ginggivitis Kronis) 1. Bentuk-bentuknya : Lokal atau Generalisata Diawali dengan bentuk seperti bulatan kecil pada papila interdental dan atau margin gingiva. Pada stadium awal, terjadi penonjolan (bulge) disekitar gigi yang terlibat. Enjolan dapat terlokalisir atau menyeluruh dan berjalan secara lambat dan sedikit nyeri, sampai mengalami komplikasi oleh karena trauma atau infeksi. 2. Diskret (tumor like) : - Massa bertangkai - Terjadi pada gingiva bagian interproximal atau marginal - Berkembang perlahan, tidak nyeri pada massa tersebut, tetapi nyeri pada ulserasi di lipatan antara massa dan ginggiva - Dapat terjadi reduksi secara spontan, dapat diikuti dengan eksaserbasi dan pembesaran kembali 3. Perubahan ginggiva yang berhubungan dengan kebiasaan bernafas lewat mulut - Ginggiva tampak merah dan edematous serta tampak mengkilap - Regio maxilla anterior adalah tempat yang menjadi predileksi. Ginggiva yang mengalami perubahan berbatas tegas dengan ginggiva normal - Patofisiologi bagaimana kebiasaan bernafas lewat mulut menyebabkan pembesaran ginggiva tidak sepenuhnya diketahui - Efek kebiasaan bernafas lewat mulut yang merugikan disebakan oleh iritasi menyeluruh pada permukaan yang dehidrasi

Etiologi dari pembesaran inflamasi kronis - Iritasi lokal yang berkepanjangan, kebersihan mulut yang buruk - Faktor-faktor yang menyebabkan akumulasi dan retensi plak : hubungan yang abnormal antara gigi, over hanging margin, impaksi makanan, iritasi saat mengatupkan rahang, terapi ortodontik, kebiasaan seperti bernafas lewat mulut, menekankan lidah ke ginggiva.

17

Pembesaran karena Inflamasi Akut Abses ginggiva : Terlokalisir, nyeri, lesi menyebar secara cepat Onset yang mendadak, terbatas pada bagian marginal Pada fase awal gingiva bengkak dan berwarna kemerahan, permukaan licin dan mengkilat Fase lanjut fluktuasi (+) berisi eksudat yang purulen dapat ruptur spontan Etiologi Abses Gingiva : Bakteri yang masuk ke dalam jaringan gingiva Benda asing (misal, bulu sikat gigi yang keras)

Pembesaran Fibrotik : Disebabkan oleh faktor-faktor selain iritasi lokal Sebagian besar kasus terjadi terkait dengan terapi medikamentosa seperti: fenitoin, cyclosporine, nifedipine.

Hiperplasia Gingiva Akibat Obat 1. Anti konvulsan, misal: phenytoin - Tidak berkaitan dengan durasi, dosis, atau iritasi lokal - Jarang terjadi di bagian gingiva yang tidak terdapat gigi - Menghilang secara spontan setelah penghentian obat - Gambaran klinis : Gambaran klinis dan mikroskopis dari pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obat yang berbeda mirip. Diawali oleh pembesaran menyerupai manik-manik yang tidak nyeri (di bagian margin gingiva bagian lingual dan papila interdental, yang kemudian menyatu dan membentuk jaringan masif yang menutupi sebagian mahkota gigi. Hiperplasia gingiva akibat obat yang tidak mengalami komplikasi oleh faktor lokal akan berbentuk seperti buah mulberry, batas tegas, berwarna pink pucat. Permukaannya berbenjol-

18

benjol dan tidak mudah berdarah. Jika mengalami komplikasi akibat faktor lokal akan terjadi pembesaran ukuran dengan warna yang kemerahan atau merah kebiruan dan cenderung mudah berdarah.

2.

Obat imunosupresor, misal: cyclosporine Mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui. Pembesaran akibat obat-obatan imunosupresor terjadi pada 30% pasien, baik pemeberian obat secara peroral pembesaran gingiva akibat pemberian fenitoin, tetapi vaskularisasinya maupun intravena. Menurut penelitian, pemberian > 500 mg/hari dapat menginduksi terjadinya pemebesaran gingiva. Secara klinis, gambarannya mirip dengan lebih banyak dibanding akibat fenitoin. Pada beberapa kasus, dapat tampak gambaran inflamasi.

3.

Calcium channel blocker, misal: nifedipine Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat masuknya ion kalsium melalui membran sel jantung dan otot polos sehingga menghambat mobilisasi kalsium intraseluler. Keadaan ini akan menyebabkan dilatasi arteri koronaria dan arteriol, sehinggan meningkatkan suplai oksigen ke otot jkantung dan juga menurunkan hipertensi dengan mendilatasi vaskuler perifer. Nifedipine biasanya juga digunakan bersama cyclosporine pada pasien transplantasi ginjal dan kombinasi kedua obat ini dapat menginduksi pertumbuhan gingiva yang lebih besar.

19

BAB 3 LAPORAN KASUS3.1 IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Alamat Agama Pekerjaan Suku No. CM Tanggal Kunjungan : Nn. Isriyati : 19 tahun : Bungo Wedung Demak : Islam : Tidak Bekerja : Jawa : C348950 : 11 April 2012

3.2 DATA DASAR A. SUBYEKTIF Autoanamnesa dengan penderita (11April 2012 pukul 10.00 WIB) - Keluhan utama: nyeri pada benjolan di rahang bawah bagian kiri belakang - Riwayat Penyakit Sekarang: 8 bulan yang lalu pasien mulai merasakan benjolan seperti daging tumbuh pada daerah rahang kiri bawah bagian belakang yang semakin membesar. Benjolan tidak dirasakan nyeri, kenyal, dan tidak mudah berdarah. Pasien tidak kesulitan saat makan dan minum, tidak ada demam, tidak sakit kepala, tidak sakit menelan, dan tidak ada kesulitan dalam membuka mulut. 1 minggu sebelum datang ke Poliklinik RSUP Dr Karyadi pasien merasa nyeri pada benjolan tersebut terutama saat menelan. Pasien lalu berobat ke RSUD Demak, tidak diberi obat. Pasien disarankan periksa ke RSUP Dr.Kariyadi. - Riwayat Penyakit Dahulu Penderita baru pertama kali sakit seperti ini Riwayat sakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), asma (-) 20

Riwayat tambalan gigi (-) Riwayat menggunakan gigi palsu (-) Pasien mengaku teratur menggosok gigi Riwayat gusi sering tiba-tiba berdarah (-) Riwayat penyakit kelainan darah (-) Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti anti kejang, penurun tekanan darah, antibiotik (-)

- Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa Riwayat DM, penyakit jantung, dan hipertensi dalam keluarga disangkal - Riwayat Sosial Ekonomi Pasien baru lulus SMP, saat ini belum bekerja. Biaya pengobatan saat ini ditanggung Jamkesmas. Kesan: sosial ekonomi kurang.

B. OBYEKTIF (11 April 2012) Keadaan umum : Baik Kesadaran Status Gizi Tanda vital : Compos mentis (GCS: E4M6V5=15) : kesan cukup :T N : 110/70 mmHg : 82 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

RR : 20 x/ menit t : afebris

Pemeriksaan Gigi dan Mulut Ekstra Oral Kelenjar Limfe : pembengkakan nnll leher (-/-) Asimetri muka : (-) Intra Oral Mukosa pipi kiri/kanan : kanan tidak ada kelainan kiri tidak ada kelainan 21

Mukosa palatum, durum-mole Mukosa dasar mulut/lidah Mukosa pharynx Kelainan periodontal Ginggiva RA

: tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan :: gusi tampak membesar dari regio 2.5-2.8

Ginggiva RB

: tampak benjolan memanjang dari regio 3.5 sampai dengan 3.8

Karang gigi

: (+) pada seluruh gigi rahang atas dan rahang bawah

Pocket Status Lokalis Ekstra oral Intra oral

: (-)

: tidak ada kelainan :

Tampak tumor ginggiva regio 3.5-3.8 warna merah muda, lunak, permukaan licin, rata, tidak berbenjol-benjol, tidak mudah digerakkan, tidak mudah berdarah, tidak nyeri tekan. Pada daerah belakang, didaerah belakang tumor tampak sebuah ulkus diameter 2 mm dengan daerah sekitar tampak hiperemis. Tampak pembesaran gusi regio 2.5-2.8, warna kemerahan, permukaan licin, tidak mudah berdarah, tidak nyeri. Tampak kalkulus pada permukaan gigi rahang atas dan rahang bawah

22

3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG Radiologi : X Foto Panoramic

3.4 DIAGNOSIS Diagnosis Keluhan Utama Diagnosis Banding Diagnosis Penyakit lainnya : Tumor ginggiva regio 3.5-3.8 curiga jinak : Hipertrofi dan hiperplasia ginggiva :

1. Hipertrofi ginggiva regio 2.5-2.8 2. Ginggivitis marginalis kronis generalisata

3.5 INITIAL PLAN Pemeriksan Penunjang : Laboratorium : darah rutin dan kimia klinik Radiologi Indikasi Terapi : : X-foto panoramik

Tumor jinak ginggiva regio 3.5-3.8 dilakukan eksisi biopsi Hipertrofi ginggiva regio 2.5-2.8 dilakukan kalkulektomi Gingggivitis margnalis kronis generalisata dilakukan kalkulektomi

23

Terapi

:

Tanggal 11 April 2012 : X-foto panoramik

Struktur tulang baik Tak tampak soft tissue tumor Tak tampak lesi lotik, sklerotik maupun destruksi os mandibula yang terlihat Tak tampak impaksi Tak tampak karies Tak tampak tumpatan

KESAN : Gigi dan os mandibula yan terlihat tampak baik

24

BAB 4 PEMBAHASANSeorang wanita 19 tahun datang ke poli Gigi dan Mulut RSDK dengan keluhan nyeri pada gusi bawah kiri. Dari anamnesis didapatkan 8 bulan yang lalu pasien mengeluh ada benjolan seperti daging tumbuh di rahang kiri bawah belakang. Benjolan lunak, tidak nyeri, dan tidak mudah berdarah. Pasien tidak merasa terganggu oleh benjolan tersebut saat makan. Demam (-), sakit kepala (-), nyeri telan (-), trismus (-). 1 minggu sebelum datang ke Poliklinik RSUP Dr Karyadi pasien merasa nyeri pada benjolan tersebut terutama saat menelan. Sebelumnya pasien memeriksakan diri ke dokter gigi di RS Demak Oktober 2011. Namun, tidak diberi obat dan disarankan agar pasien memeriksakan diri ke RSUP Dr.Karyadi. Pada pemeriksaan intraoral didapakan benjolan di regio 3.5-3.8, warna merah jambu, permukaan licin dan tidak berbenjol-benjol, batas tegas, tidak mudah digerakan, tidak nyeri tekan, lunak, tidak mudah berdarah, pada bagian posterior terdapat sebuah ulkus diameter 2 mm dengan daerah sekitar tampak hiperemis. Selain itu pada regio 2.52.8 ditemukan pembesaran gusi, warna kemerahan, kenyal, permukaan licin, tidak mudah berdarah, tidak nyeri. Tampak kalkulus pada permukaan gigi rahang atas dan bawah. Dari anamnesis dan pemeriksaan yang didapatkan kemungkinan benjolan mengarah pada tumor ginggiva curiga jinak karena permukaan licin, tak berbenjol-benjol, tidak terdapat pembesaran noduli limfatici di leher dan didapatkan kalkulus pada permukaan gigi rahang atas dan bawah sehingga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya iritasi kronik pada gusi di sekitarnya. Untuk dapat menentukan diagnosis pasti dan menyingkirkan diferensial diagnosis maka perlu dilakukan biopsi untuk menentukan jenis histopatologinya. Jika berdasarkan insidensi dan faktor resiko kemungkinan adalah tumor ginggiva curiga jinak. Tata laksana lebih lanjut adalah melakukan eksisi biopsi pada tumor.

25

26