Polmas Perspektif Adr Lkp
-
Upload
agunkz-damsevenfoldism -
Category
Documents
-
view
255 -
download
4
Transcript of Polmas Perspektif Adr Lkp
OLEH
I GUSTI NGURAH SUTARKA,SH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DWIJENDRA
DENPASARNOP 2011
UU No. 2 thn 2002
Psl 15 huruf f :
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagaibagian dari tindakan kepolisian dalam rangkapencegahan.
Tindakan kepoolisian > upayapaksa/tindakan lain mnrt hukum yg bertggjwb> tegaknya hkm & terbinanya tentram masy.
UU No. 2 thn 2002
> Psl 18 ayat 1 :
Untuk kepentingan umum pejabat KepolisianNegara RI dalam melaksanakan tugas danwewnangnya dapat bertindak menurutpenilaiannya sendiri.
bertindak menurut penilaiannya sendiri > tindakan Polri harus mempertimbangkanmanfaat serta resiko dari tindakannya danbetul-betul untuk kepentingan umum.
Pasal 14 huruf f :
penerapan Konsep Alternatif DisputeResolution (pola penyelesaian masalah sosialmelalui jalur alternatif yang lebih efektifberupa upaya menetralisir masalah selainmelalui proses hukum atau non litigasi),misalnya melalui perdamaian.
Konflik terjadi ketika dua orang atau lebihberlomba untuk mencapai tujuan yang samaatau memperoleh sumber yang jumlahnyaterbatas.
Pada umumnya, masyarakat berpandanganbahwa sengketa (konflik) hanya bisadiselesaikan melalui jalur Pengadilan, bahkankalangan profesional hukumpunberpandangan yang sama.
Sampai saat ini, banyak dari kalangan merekahanya terpaku memilih jalur litigasi danmelupakan serta mengabaikan cara-carapenyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi.
Mekanisme pengendali sosial (Friedman)
Sarana rekayasa sosial (Roscoe Pound)
Sarana integrasi sosial
Sebagai Dispute Settlement (sbg
penyelesaian sengketa) (Vago)
PENAL : STRUKTUR LEMBAGA : POLRI,JAKSA ,PENGADILAN, LBH DLL
NON PENAL : USAHA PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI MASYARAKAT BERUPA :
- kebijakan kesejahteraan masyarakat (SosialWelfore Policy),
- kebijakan sosial (Sosial Policy) dan
- kebijakan perlindungan masyarakat (SosialDefence Policy).
PETUGAS POLMAS WAJIB DIBEKALI KETRAMPILAN NONLITIGASI
DASAR HUKUM DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN
pengertian praksis bersangkutpaut dengan kepribadian seseorang ditunjang olehakal lazimnya ada pada bidang ilmu terapan (murni), misalnya teknologi.
Keterampilan dalam bidang hukum (ilmuhumaniora) adalah berbeda dengan bidang praksisteknologi yang hanya mengandalkanakal/intelektual/pikiran yang berhubungan denganfisik.
Lawan dari litigasi(pengadilan) > di luarpengadilan
KETRAMPILAN
NONLITIGASI
MEMUAT 2 PENGERTIAN
Keterampilan Nonlitigasi ataupunketerampilan litigasi justru terlepasdari faktor fisik. Kalau teknologiketerampilan lahir antara hubunganfisik dan intelektualitas, makaketerampilan hukum justru lahir darihubungan antara intelektualitas dannurani.
Terma lain nurani : budi, batin,pikiran bawah sadar (di wilayah inilahpersoalan hukum dapat selesai tuntas)
HUKUM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN
Adagium hukum dibidangketerampilan nonlitigasi yang cukup terkenal mengatakan
“perdebatan dapatdimenangkan, tetapi nuraniorang belum tentu tunduk”.
HUKUM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN
1. FAKTOR KEPRIBADIAN > KEMATANGAN PRIBADI :A. PENDIDIKAN
B. PRESTASI
C. PRESTISE
D. KOMUNIKASI
E. ORGANISASI
2. PENGUASAAN PENGETAHUAN HUKUM.
Ad. A. PENDIDIKAN
orang berpendidikan adalah orangberakal/intelektual. Akal adalah faktordominan tingkah laku bermoral. Orangpandai tidak akan mau melakukan hal-halyang tidak masuk akal
Ad. B. PRESTASI
untuk dihargai dan diterima olehorang lain, pendidikan saja tidakcukup, harus disertai dengan prestasidibidangnya (bidang hukum) dan dibidang lain yang berkaitan dengan itu.
Ad. C. PRESTISE
prestise pribadi harus dijaga, tidakjarang terjadi penerimaan pribadikita oleh orang lain diawali oleh carakita berpakaian, cara bertegur sapa,cara memandang orang lain, caraberbasa-basi dan kualitas harmonisyang kita pakai sebagai pembukajalan.
Ad. D. KOMUNIKASIkomunikasi adalah faktor utama dalamaplikasi nonlitigasi. Kualitas komunikasiadalah kualitas nonlitigasi, semakin rendahkualitas kominikasi kita, semakin rendahmemungkinkan dapat suksesnya aplikasinonlitigasi.Komunikasi yang berhasil harus diawalidengan rasa simpati, dan diselami denganempati, sehingga apa yang kita ucapkan tepatmengenai pada situasi sosial yang kita ajakkomunikasi, yang menyebabkan kitaditerima. Komunikasi yang wajar danterpelajar, universal dapat diterima.
Ad. E. ORGANISASI
Organisasi adalah langkah nyata untukmemasuki kualitas diri berhargasehingga dihargai oleh orang lain.Hendaknya kesukaan untukberorganisasi dimulai atau janganditolak sebagai ciri harga diri dandihargai orang lain.
Tingkatan pembangunan sosial
Perhitungan untung-rugi oleh para pihak
Pengembangan hak-hak secara hukum
[Sheldon Goldman & Austin Sarat]
Tingkat perkembangan masyarakat
Persepsi masyarakat tentang ‘hukum’
Tingkat efektivitas masing-masing mekanisme
penyelesaian
Tingkat kepercayaan pada lembaga hukum
Pengetahuan para pihak yang bermasalah
Kesadaran para pihak yang bermasalah
Keterlibatan ‘ahli hukum’ dalam kasus
Kekuatan Kekuatan Restorative JusticeRestorative Justice
Mampu memulihkan hubungan antar pihak yang Mampu memulihkan hubungan antar pihak yang
menjadi pelaku dan yang menjadi korbanmenjadi pelaku dan yang menjadi korban
Mencegah adanya permusuhan lebih mendalam Mencegah adanya permusuhan lebih mendalam
antar para pihakantar para pihak
Mendorong rekonsiliasi antara pihak pelaku dan Mendorong rekonsiliasi antara pihak pelaku dan
korban secara sukarelakorban secara sukarela
Mendorong adanya partisipasi warga masyarakat Mendorong adanya partisipasi warga masyarakat
lainnya, misalnya anggota keluarga atau tetanggalainnya, misalnya anggota keluarga atau tetangga
Menekankan pentingnya peran korban dalam suatu Menekankan pentingnya peran korban dalam suatu
proses menuju keadilanproses menuju keadilan
• Memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan;
• Leih baik bila difasilitasi bertemu dalam pertemuan yang dilakukan secara profesional
• Bergeser dari lex talionis atau retributive justice, dengan menekankan pada upaya pemulihan (restorative)
• Berpotensi mencuatkan rasa keadilan masyarakat (yang dipuaskan bukan lagi pembalasan, akan tetapi pemulihan)
Pendekatan yang lebih retributif dan legalistik sulit
untuk mengobati ‘luka’ korban
Berupaya menekankan tanggung jawab pelaku atas
perilakunya yang menyebabkan kerugian orang lain
Beban kerja pranata hukum formal yang sudah
berlebihan
Tingginya pemanfaatan pranata hukum formal yang
cenderung tidak difahami orang awam
Penyelesaian hukum tidak selalu memuaskan para
pihak, masih meninggalkan rasa ‘permusuhan’ antar
para pihak
Biaya tinggi untuk mengoperasikan pranata hukum
formal
ANTASEDEN/PREMIS >PROPOSISI YG MENJADI DASAR PENYIMPULAN > PROPOSISI : PERNYTAAN YG DPT DIBUKTIKAN KEBENARANNYA / DITOLAK KESALAHANNYA > REF >
LOGIKA > KARONAMI
Waktu yang lama untuk menuntaskan masalah
melalui proses hukum formal
Proses hukum formal yang acap dianggap berbelit-
belit oleh masyarakat awam
Menurunnya tingkat kepercayaan pada pranata hukum
formal
Bantuan hukum yang tidak selalu tersedia, atau
kalaupun tersedia, biayanya tidak murah
Kesadaran akan peran para pihak sendiri dalam
menentukan keputusan
Model klasikModel Restorative/
Traditional
Keadilan diperoleh melalui
penghukuman pihak yang
bersalah
Mencari keadilan yang
‘menyembuhkan’ luka pada
suatu hubungan sosial
Backward-looking dalam arti
mencari keadilan dengan
bertanya ‘siapa yang bersalah
Forward-looking dengan
memandang konflik sebagai
suatu masalah sosial yang
harus dipecahkan
Menempatkan Negara dan
pelaku di pusat perhatian
mekanisme hukum
Mengupayakan akuntabilitas
penuh dan langsung dari
pelaku terhadap korban
Tidak percaya pada sistem
keadilan tradisional dan
yang berlandaskan
komunitas
Mengupayakan partisipasi penuh
dan konsensus antara korban dan
pelaku. Dialog ditujukan untuk
memulihkan kondisi, memahami
dan menyelesaikan.
Pelaku ‘membayar’ pada
Negara kerugian yang
diakibatkannya pada
korban
Korban dan pelaku diupayakan
untuk sepakat pada bentuk
penggantian terhadap kerugian
yang terjadi
Berangkat dari asumsi
bahwa Negara adalah
‘korban’ yang dirugikan
pelaku
Mengupayakan penyelesaian yang
memuaskan antara pelaku dan
korban
Memandang keadilan
sebagai hasil dari ketentuan
hukum yang telah dilanggar
Ketidakadilan dipandang
sebagai pelanggaran
hubungan manusiawi
Melalu diversi, yakni upaya untuk menghindari
masuknya pelaku ke dalam Sistem Peradilan Pidana,
dengan mengalihkannya ke luar SPP
Mencegah stigmatisasi yang tidak perlu
Menekankan sense of responsibility (tanggung jawab)pada pelaku atas perilakunya yang tidak terpuji
Sekaligus memberikan tempat dan apresiasi padakorban
Membutuhkan aparat hukum yang peka dan handalkarena besarnya discretionary power yang diberikankepadanya
Berkurangnya jumlah orang yang masuk dalam proses
peradilan pidana, khususnya dalam lembaga
pemasyarakatan
Berkurangnya beban Sistem Peradilan Pidana
Meningkatnya partisipasi publik dalam membantu
penyelesaian kasus hukum
Diversi sebagai bentuk Diversi sebagai bentuk
Restorative JusticeRestorative Justice
Merupakan upaya khusus;Merupakan upaya khusus;
Ekuivalen dari ADR untuk kasusEkuivalen dari ADR untuk kasus--kasus kasus
perdata;perdata;
Dapat dilakukan untuk kasus pidana;Dapat dilakukan untuk kasus pidana;
Dapat dibatasi untuk diberlakukan terhadap Dapat dibatasi untuk diberlakukan terhadap
tindak pidana yang sangat serius.tindak pidana yang sangat serius.
Penyelesaian sengketa pidana telah diselesaikan tanpamelalui proses hukum, misalnya melalui
Upaya ‘damai’
Penarikan ‘laporan’ dari kepolisian
Akan tetapi tidak ada dasar hukumnya dan karenanyabanyak menimbulkan syak wasangka di kalanganmasyarakat
Secara tradisional, upaya perdamaian danpenggantian kerugian telah menjadi bagian darihukum adat
Penanganan kasus-kasus anak yang berhadapan dengan hukum di Bandung
Untuk kepolisian telah dikeluarkan STR Kapolri yang mendorong diversi dalam kasus anak yang berhadapan dengan hukum
Kejaksaan dan Pengadilan di Bandung juga telah menerapkan
Diversi juga telah diinkorporasikan ke dalam RUU Peradilan Pidana Anak yang tengah disusun
Tergantung pada pemahaman dan visi pembuathukum
Seyogyanya merupakan hasil urun rembug parapetinggi hukum
Sudah difasilitasi dalam instrumen internasional
Sudah dimulai dalam skala kecil
Perlu difikirkan mekanisme yang tidak justrumenimbulkan beban pada sistem
Perlu dibangun mekanisme kontrol yang efektifuntuk menghindari adanya penyalahgunaankekuasaan
Pemahaman para penegak hukum mengenaisignifikasi dari pendekatan restorative justice
Komitmen para petinggi di lembaga penegak hukum
Monitoring dan evaluasi dari pimpinan lembagapenegak hukum terhadap kinerja jajarannya, agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan
Awareness raising (meningkatkan kesadaran) bagimasyarakat, yang merupakan wadah dimana pelakudan korban berasal
KORBAN
MASYA-RAKAT
NEGARA
PELANG-GAR
1
2
3
4
5
6
7
8
1. Keseimbangan perhatian
2. Penyelesaian konflik
3. Tangungjawab sosial
4. Pencegahan kejahatan
5. Penegakan hukum dan keadilan
6. Pemberdayaan yg mutual dan proses yg adil
7. Resosialisasi
8. Resintegrasi
MEKANISME HUKUM
Pengadilan
MEKANISME NON
HK/ KUASA
HUKUM/ADR
Negosiasi
Mediasi
Arbitrasi
Konsiliasi
Konsultasi
NegosiasiNegosiasi (berunding) berasal daribahasa inggris “Negotiation” yang berati perundingan. Namun secaraumum negosiasi dapat diartikansebagai upaya penyelesaian sengketapara pihak dengan cara berhadapanlangsung mendiskusikan secaratransparan, harmonis suatu masalahatau sengketa untuk mencapaikesepakatan bersama.
MediasiMediasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Mediation” artinya “menengahi”, “penengah”. Jadi, Penengah (Mediator) adalah orang yang memediasi suatu kegiatan. Dalam kontek penyelesaian sengketa, Pola mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara menengahi para pihak yang bersengketa. Fungsi Mediator adalah sebagai Wasit, yang memutuskan sengketa adalah para pihak yang berperkara. Karenaitu Mediator harus benar-benar orang yang bersikap“Netral” dan dapat diterima oleh pihak yang bersengketa. Mediator dapat dipilih dari tokohmasyarakat, tokoh pendidik, tokoh perempuan, tokohagama, dll yang mengetahui, memahami dan mengertipokok masalah yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Mediator yang dipilih bisa bersifat tetapatau ad hoc.
ArbitraseArbitrase berasal dari bahasa latin arbitrareyang berarti kekuasaan untuk menyelesaikansuatu perkara menurut kebijaksanaan. Dalamhal ini ditunjuk satu atau beberapa orangyang diberi kewenangan untuk memutuskansuatu perkara. Hampir sama dengan mediasidimana penyelesaian perkara melibatkanpihak ketiga. Namun bila dalam mediasimediator tidak berhak memutus perkarasedang arbitrator memiliki kewenanganuntuk memutuskan suatu perkara.
KonsultasiKonsultasi adalah upaya penyelesaiansengketa dengan cara memintamasukan dari pihak yang diyakinisebagai Narasumber berdasarkanpengetahuan dan pengalaman dapatmemfasilitasi penyelesaian sengketauntuk mencapai tujuan bersama. Biasanya, Narasumber yang dimintaikonsultasi oleh para pihak adalahNarasumber yang levelnya lebih tinggidan memiliki kompetensi yang jelas.
KonsiliasiKonsiliasi dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai usahamempertemukan pihak yang berselisihuntuk mencapai persetujuan dalamrangka penyelesaian sengketa. Konsiliasi dapat diserahkan kepadasebuah Tim (Konsiliator) yang berfungsi menjelaskan fakta-fakta, membuat usulan-usulan penyelesaian, tetapi sifatnya tidak mengikat. Konsiliator dapat dibentuk bersifattetap dan ad hoc.
DASAR HUKUM DALAM
TINDAKAN KEPOLISIAN
ADR lembaga yang resmi/sah sebagai lembagapenyelesaian sengketa. UU No. 30 / 1999
ADR dikenal pada cabang hukum perdata dan hukumketenagakerjaan atau non-pidana
ADR tidak dikenal dalam hukum pidana, karenapelanggaran hukum pidana tidak termasuk sengketahukum.
Hukum pidana mengenal istilah “penyelesaian perkaradi luar pengadilan”.
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori delik aduan, baik aduan yang bersifat absolut maupun aduan yang bersifat relatif.
Pelanggaran hukum pidana tersebut ancaman pidananya hanya pidana denda dan pelanggar telah membayar denda (Pasal 82 KUHP).
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ”pelanggaran”, bukan ”kejahatan”, yang hanya diancam dengan pidana denda.
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk tindak pidana di bidang hukum administrasi yang menempatkan sanksi pidana sebagai ultimum remedium.
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ringan/serba ringan dan aparat penegak hukum menggunakan wewenangnya untuk melakukan diskresi.
Pelanggaran hukum pidana biasa yang dihentikan atau tidak diproses ke pengadilan (deponir) oleh Jaksa Agung sesuai dengan wewenang hukum yang dimilikinya.
Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori pelanggaran hukum pidana adat yang diselesaikan melalui lembaga adat.
DALAM PERKARA PIDANA:
Tidak ditetapkan bagaimana cara atau mekanismemenyelesaikan perkara pidana di luar pengadilan(perdamaian).
Mekanisme penyelesaiannya tergantung kepada
kebijakan aparat penegak hukum.
Polisi (diskresi)
Jaksa Penuntut Umum dan Jaksa Agung(deponer)
Korban dan pelanggar hukum (tidak laporkepada polisi atau delik aduan)
Masyarakat, korban, dan pelanggar.
MELAKUKAN DISKRESI: PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN
Tidak ada cara penyelesaian yang baku Bentuknya bisa mengembangkan model ADR Mengggunakan kebijakan cara penyelesaian lain
yang tepat dan relevan dengan materi perkaraMELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA MEMPROSES PERKARA PIDANA MELALUI
LEMBAGA PERADILAN
Pertama, dalam hal perkara pidana yangpenyelesaian dapat dilakukan di luar pengadilan,polisi mengembangkan model-model ADR yangdiintegrasikan ke dalam wewenang polisi sebagaibagian dari (sub-sistem) sistem peradilan pidana.Jika menjadi pilihan, maka polisi wajib untukmembekali diri pengetahuan tentang ADR, filsafatdan asas-asasnya, mengusai keterampilan danteknik penyelesaian perkara melalui ADR baikpolisi bertindak sebagai mediator, rekonsiliator,maupun sebagai arbitrator.
Kedua, dalam perkara pidana lain di mana polisi secarahukum boleh menggunakan wewenang diskresinya, makapenggunaan wewenang diskresi dalam menyelesaikanperkara pidana tersebut dapat dikembangkan melalui inovasihukum dengan mencangkokkan filsafat dan asas-asaspenyelesaian perkara melalui ADR dalam perkara pidana.Melalui pendekatan praktek dan nalar induksi ini,pencangkokan bibit ADR tersebut perlu didukung olehanalisis hukum secara cermat dan hati-hati dengan caramengharmonisasikan dan mensinkronisasikan dengan filsafatdan asas-asas hukum penyelenggaraan peradilan pidanasehingga inovasi hukum tersebut dapat memperkokoh kohesiantar sub-sitem dalam sistem peradilan pidana Indonesia.
Untuk mencapai maksud tersebut,diperlukan adanya kebijakan bersamaantar lembaga penegak hukum yangmenjadi bagian (sub-sistem) dari sistemperadilan pidana, yaitu kepolisian,kejaksaan dan kehakiman.
Ketiga, merumuskan kebijakan pembaruan sistemperadilan Indonesia dan hukum pidana materiilIndonesia yang ditindaklanjuti dengan merevisiBuku I KUHP (atau memasukkan ke dalam Buku IRUU KUHP) dan KUHAP (atau RUU KUHAP)yangmemuat dasar-dasar umum di bidang hukumpidana materiil dan hukum pidana formil Indonesiadengan cara memasukkan ketentuan yangmemungkinkan adanya penyelesaian perkarapidana melalui ADR. Oleh sebab itu, kajian ADRdalam hukum pidana harus dilakukan secarakomprehensif dan berkelanjutan serta merumuskanmodel ADR yang cocok dengan sistem peradilanpidana yang berbasis pada budaya masyarakathukum Indonesia.
A. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) sebagai produk hukum nasional,memberikan Wewenang penuntut perkarapidana kepada Jaksa selaku penuntut umum.Dalam persidangan Hakim sifatnya penunggupenuntutan yang diajukan oleh Jaksa. Jikamenurutpertimbangan Jaksa dan demikepentingan umum perkara sesudahterselesaikan dengan uang damai, jaksa tidakperlu melakukan penuntutan ke Pengadilan.Inilah asas oportunitas yang dianut diIndonesia.
B. Oportunitas bisa diartikan sebagai asas danoportunitas sebagai pengecualian. Indonesia sebagaipenganut hukum dasar tertulis dan juga hukum dasartidak tertulis yang berupa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktek penyelenggaraanNegara maupun kebiasaan yang diakui dan dihayatirakyat setempat. Setiap pelanggaran/delik pidanatidak semuanya dilakukan penuntutan oleh jaksamengingat jumlah jaksa sangat terbatas, terutamaperkara ringan yang bisa diselesaikan melaluipembayaran uang tebusan/ganti rugi/uang damai bisadilakukan oleh unit-unit keamanan/ketertiban dankepolisian yang mereka wajib lapor ke atasannya.Inilah oportunitas sebagai pengecualian.
1 52 3 4
PENYELESAIAN DI LUAR PENGADILAN
BISA DALAM BENTUK ADR
HUKUM PIDANANON-HUKUM PIDANA
SAKNSI ADMINISTRASI
SAKNSI PIDANA
UU No. 2 thn 2002
> Psl 13 :
Tugas pokok Kepolisian Negara RepublikIndonesia adalah:
memelihara keamanan dan ketertibanmasyarakat;
menegakkan hukum; dan
memberikan perlindungan, pengayoman, danpelayanan kepada masyarakat.
UU No. 2 thn 2002
> Psl 15 huruf f :
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagaibagian dari tindakan kepolisian dalam rangkapencegahan.
Tindakan kepoolisian > upayapaksa/tindakan lain mnrt hukum yg bertggjwb> tegaknya hkm & terbinanya tentram masy.
UU No. 2 thn 2002
> Psl 18 ayat 1 :
Untuk kepentingan umum pejabat KepolisianNegara RI dalam melaksanakan tugas danwewnangnya dapat bertindak menurutpenilaiannya sendiri.
bertindak menurut penilaiannya sendiri > tindakan Polri harus mempertimbangkanmanfaat serta resiko dari tindakannya danbetul-betul untuk kepentingan umum.
> Pasal 14 huruf f :
penerapan Konsep Alternatif DisputeResolution (pola penyelesaian masalah sosialmelalui jalur alternatif yang lebih efektifberupa upaya menetralisir masalah selainmelalui proses hukum atau non litigasi),misalnya melalui perdamaian.
> SKEP KAPOLRI NO. POL. : SKEP/433/VII/2006 TGL 1 JULI 2006 TTG PANDUAN PEMBENTUKAN OPERASIONALISASI POLMAS, SERI POLMAS 737-3 :“DALAM PENYELESAIAN PERKARA RINGAN/PERTIKAIAN ANTAR WARGA”
NO PASAL KUHP TENTANGANCAMAN < 3
BLN
1 302 PENGANIAYAAN RINGAN THD HEWAN
2 352 PENGANIAYAAN RINGAN THD MANUSIA
3 364 PENCURIAN RINGAN
4 373 PENGGELAPAN RINGAN
5 379 PENIPUAN RINGAN
6 482 PENADAHAN RINGAN
7 315 PENGHINAAN RINGAN
ADR adalah tindakan polisi sebagai tindakan lain(alternative) dalam rangka menyelesaikan konflik ataumasalah pelanggaran hukum. Tindakan lain tersebut dapatsebagai tindakan di luar aturan hukum (penengakan hukumsecara yuridis) dalam menyelesaikan masalah, konflik atautindak pidana. Tindakan tersebut dapat dibenarkanwalaupun tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlakukarena tindakan tersebut bukan demi kepentingan pribadiatau kelompok. Pengambilan tindakan tersebut bukankarena mengharapkan sesuatu (brang,uang, jasa dsb) tetapikarena untuk :
1. Kemanusiaan2. Kepentingan umum3. Mencegah agar tdk terjadi konflik yg lebih luas4. Keadilan5. Edukasi
Tindakan yang diambil oleh kepolisian tersebutdapat dipertanggung jawabkan secara :
1. Administrasi (ada dokumen-dokumen yang tidakdi manipulasi atau dihilangkan),
2. Secara moral (tidak bertentangan terhadap nilai-nilai, etika, norma yang berlaku dalammasyarakat),
3. Secara hukum, (walaupun tindakannya tidaksesuai dengan hukum ) karena tindakan tersebutmerupakan suatu kebijaksanaan, kedewasaan, kepekaan, kepedulian, kesadaran serta tanggungjawab petugas polisi dalam menyelenggarakantugasnya sebagai penegak hukum.
Polisi adalah hukum yang hidup, hukum yangdinamis yang menjabarkan law in the bookmenjadi law in action. Polisi adalah simbolhukum, yang berarti simbol dari peradaban.Sejalan dengan pemikiran tersebut polisi sebagaiaparat penegak hukum mempunyai kewenangandiskresi. Kewenangan diskresi inilah sebenarnyayang dapat dipadankan sebagai tindakan ADR,apabila merupakan tindakan lain (sbg alternatif)atas penyelesaian konflik (pelanggaran hukum) diluar aturan hukum. Dasar dan pertimbangan daritindakan diskresi sama dengan pertimbangantindakan ADR.
Pembatasan tindakan ADR maupun Diskresi sebagaiframe work atau acuan pengambilan keputusan dapatditentukan standar-standar nya yang mencakup :
1. Bentuk tindak pidana yang tergolong tindak pidanaringan atau tidak berdampak luas. Kerugian baikmateriilnya, nama baik atau harga dirinya tidakmenimbulkan tindakan yang kontra produktif apabiladilakukan ADR. Dan apabila ada kerugian jiwa daripihak korban khususnya tindakan ADR tidak bolehdilakukan, kecuali benar-benar ada dampak yang luas(bisa terjadi SARA, konflik antar warga yang dapatmenimbulkan korban yang lebih banyak lagi) apabiladiambil tindakan hukum (penangkapan, penahanandsb).
2. Antara pihak korban maupun tersangka dapat saling menerimaatau ada kesepakatan untuk menyelesaikan secara kekeluargaan(di luar jalur hukum) yang dibuat atas kesepakatan bersama danbukan rekayasa petugas kepolisian.
3. Petugas polisi yang mengambil keputusan melakukan tindakanADR wajib melaporkan kepada atasannya setidaknya dua tingkatdiatasnya dan membuat pertanggung jawaban baik secaraadministrasi, secara hukum dan secara moral petugas polisitersebut mempunyai track record yang baik dan dapat dipercaya(profesional, cerdas, bermoral dan patuh hukum).
4. Berkas atau data-data hasil pemeriksaan awal ( Laporan polisi,berita acara pemeriksaan, surat perintah, surat pernyataan darikedua belah pihak, surat pernyataan dari petugas polisi yangbertanggung jawab atas tindakan ADR tsb).
ADR merupakan suatu tindakan polisi sebagai hukumdlm kehidupan yang nyata (law in action). Walaupunberbeda atau bertentangan dengan aturan hukumnamun tindakan ADR tsb tetap memenuhi unsurprinsip-prinsip penegakan hukum oleh polisi baikuntuk :
1. Penyelesaian konflik dengan cara-cara yang beradab.
2. Pencegahan agar tidak terjadi konflik yang lebih luas
3. Perlindungan, pengayoman dan pelayanan bagikorban maupun pencari keadilan.
4. Kepastian
5. Edukasi
Tentu saja tindakan tersebut bukanlah korupsikarena tetap bertujuan untuk melindungiharkat martabat manusia dan tidak merusakperadaban maupun bukan sebagai tindakanyang kontra produktif.
Bentuk-bentuk tindakan yang dapat diambiladalah : mediasi, negosiasi, konsiliasi,konsultasi
FAKTOR KEPRIBADIAN SANGAT DIDUKUNG OLEH KEMATANGAN PRIBADI YG MELIPUTI PENDIDIKAN PRESTASI PRESTISE,KOMUNIKASI, ORGANISASI DAN PENGUASAAN PENGETAHUAN HUKUM.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai produk hukum nasional, memberikan Wewenangpenuntut perkara pidana kepada Jaksa selaku penuntutumum. Dalam persidangan Hakim sifatnya penunggupenuntutan yang diajukan oleh Jaksa. Jika menurutpertimbangan Jaksa dan demi kepentingan umum perkarasesudah terselesaikan dengan uang damai, jaksa tidak perlumelakukan penuntutan ke Pengadilan. Inilah asasoportunitas yang dianut di Indonesia.
Oportunitas bisa diartikan sebagai asas dan oportunitassebagai pengecualian. Indonesia sebagai penganut hukumdasar tertulis dan juga hukum dasar tidak tertulis yang berupaadat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalampraktek penyelenggaraan Negara maupun kebiasaan yang diakui dan dihayati rakyat setempat. Setiap pelanggaran/ delik pidana tidak semuanya dilakukan penuntutan oleh jaksamengingat jumlah jaksa sangat terbatas, terutama perkararingan yang bisa diselesaikan melalui pembayaran uangtebusan/ganti rugi/uang damai bisa dilakukan oleh unit-unit keamanan/ketertiban dan kepolisian yang mereka wajib laporke atasannya. Inilah oportunitas sebagai pengecualian.
Selamat BertugasSelamat Bertugas
Sekian & Terima KasihSekian & Terima Kasih