Referat eksotropia

download Referat eksotropia

of 25

Transcript of Referat eksotropia

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    1/25

    1

    Referat

    EKSTROPIA

    Oleh

    Putu Gde Febriant

    08700142

    Pembimbing :

    Dr.Susy, Sp.M

    SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    2/25

    2

    RSUD dr.MOHAMAD SALEH KOTA

    PROBOLINGGO 2013

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas rahmat dan

    karunianyalah sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan

    laporan kasus ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan SMF ilmu

    Opthalfmology, RSUD Moh.Saleh Probolinggo. Dalam penyusunan laporan yang

    berjudul eksotropia ini penulis memperoleh bimbingan , petunjuk serta bantuan

    moral dari berbagai pihak.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan kepada penulis :

    1. Kepada dr. amarusmana,Sp.M selaku kepala SMF Mata2. Kepada dr. Susy, Sp.M selaku dokter pembimbing3. Rekan-rekan dokter muda4. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah

    memberikan banyak masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan

    bahan tinjauan pustaka.

    Menyadari akan masihnya terdapat banyak kekurangan, penulis berharap kritik dan

    saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Semoga

    referat ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya

    kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

    sebagai dokter.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    3/25

    3

    LEMBAR PENGESAHAN

    REFERAT

    SMF ILMU Opthalmology

    Judul

    Eksotropia

    Disusun oleh :

    Putu Gde Febriant

    08700142

    referat

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    4/25

    4

    Penulis Mengetahui

    Putu Gde Febriant dr.Susy.SpM

    Daftar IsI

    Judul halaman1

    Kata pengantar ..2

    Lembar pengesahan...3

    BAB I Pendahuluan............5

    Anatomi dan fisiologi bola mata...5

    Pemeriksaan mata...13

    Penentuan sudut strabismus14

    Pemeriksaan sensorik..17

    BAB II Pembahasan.19

    Eksotropia...19

    Definisi19

    Etiologi20

    Klasifikasi...20

    BAB III Kesimpulan24

    Daftar Pustaka..25

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    5/25

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata

    Otot-otot penggerak bola mata (otot ekstraokular) terdiri atas 6 otot yaitu 4 otot

    muskulus rektus dan 2 obliquus.

    1. Otot-otot rektusKeempat otot rektus mempunyai origo pada anulus Zinn yang mengelilingi nervus

    optikus di apeks posterior orbita. Mereka dinamakan sesuai insersionya ke dalam sklera

    yaitu:

    a. Rektus medial.Rektus medial mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dua saraf optik

    yang sering memberikan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis

    retrobulbar dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot

    mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.

    Otot ini menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).

    b. Rektus lateral

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    6/25

    6

    Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen

    optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N.VI dengan pekerjaan menggerakkan mata

    terutama abduksi.

    c. Rektus inferiorRektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan

    bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan

    dengan oblik inferior diikat leh ligamen Lockwood.

    Rektus inferior dipersarafi oleh N.III. Fungsi menggerakkan mata :

    - depresi (gerak primer)- eksoklotorsi (gerak sekunder)- aduksi (gerak sekunder)d. Rektus superior mata

    Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior

    beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan

    bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang

    limbus dan dipersarafi cabang superior N.III.

    Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral:

    - aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral- insiklotorsi

    2. Otot-otot obliquusKedua otot ini terutama berfungsi untuk mengendalikan gerak torsional dan

    sedikit mengatur gerak bola mata keatas dan kebawah.

    a.Obliquus superiorMuskulus obliquus superior adalah otot mata terpanjang dan tertipis. Origonya

    terletak diatas dan medial foramen opticum dan menutupi sebagian origo muskulus

    levator palpebrae superioris dan berinsersi pada sklera di bagian temporal belakang

    bola mata. Obliquus superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar

    dari bagian dorsal susunan saraf pusat.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    7/25

    7

    Otot ini mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan

    kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat

    ke arah nasal. Otot ini berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer)

    terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi.

    Otot oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.

    b.Obliquus inferiorObliquus inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal dan

    berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf

    okulomotor dan bekerja untuk menggerakkan bola mata ke atas, abduksi dan

    eksiklotorsi

    Gambar 1. Otot-otot ekstraokular

    Fasia

    Semua otot ekstraokular dibungkus oleh fasia. Didekat titik-titik insersio otot-otot ini,

    fasia bergabung dengan otot tenon. Kondensasi fasia dengan struktur orbita didekatnya (ligamen

    check) berperan sebagai origo fungsional otot-oto- eksatraokular.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    8/25

    8

    Tabel 1. Fungsi otot mata

    Otot Kerja Primer Kerja Sekunder

    Muskulus rektus lateralis (LR) Abduksi -

    Muskulus rektus medialis Aduksi -Muskulus rektus superior (SR) Elevasi Aduksi, intorsi

    Muskulus rektus inferior (IR) Depresi Aduksi,ekstorsi

    Muskulus oblikus superior Intorsi Depresi, abduksi

    Muskulus oblikus inferior (IO) Ekstorsi Elevasi, abduksi

    Tabel 2. Otot-otot pasangan searah dalam posisi menatap

    Jurusan penglihatan cardinal Mata kanan Mata kiri

    1. Ke atas kanan

    2. Ke kanan

    3. Ke kanan bawah

    4. Ke bawah kiri

    5. Ke kiri

    6. Ke atas kiri

    m. rektus superior

    m. rektus lateralis

    m. rektus inferior

    m. obliqus superior

    m. rektus medialis

    m. obliqus inferior

    m. obliqus inferior

    m. rektus medialis

    m. obliqus superior

    m. rektus inferior

    m. rektus lateralis

    m. rektus superior

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    9/25

    9

    Gambar 2. Otot-otot pasangan searah dalam posisi menatap

    Persarafan

    Nervus okulomotorius (N.III) mempersarafi muskulus rektus medialias, rektus inferior,

    rektus superior dan obliquus inferior. Nervus abducens (N.VI) mempersarafi muskulus rektus

    lateralis. Nervus troklearis (N.IV) mempersarafi muskulus obliquus superior.

    Pendarahan

    Pasokan darah ke otot ekstraokuler berasal dari cabang-cabang muskuler arteri oftalmika.

    Muskulus rektus lateralis dan obliquus inferior berturut-turut juga di perdarahi oleh cabang-

    cabang arteri lakrimalis dan arteri infraorbitalis.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    10/25

    10

    Gambar 3. Persarafan otot mata

    Fisiologi

    Fungsi Otot Penggerak Bola Mata

    Normalnya mata mempunyai penglihatan binokuler yaitu setiap saat terbentuk bayangan

    tunggal dari kedua bayangan yang diterima oleh kedua mata sehingga terjadi fusi dipusat

    penglihatan. Hal tersebut dapat terjadi karena dipertahankan oleh otot penggerak bola mata agarselalu bergerak secara teratur, gerakan otot yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak

    dari otot yang lainnya sehingga bayangan benda yang jadi perhatian selalu jatuh tepat dikedua

    fovea sentralis. Syarat terjadi penglihatan binokuler normal :

    1. Tajam penglihatan pada kedua mata sesudah dikoreksi refraksi anomalinya tidakterlalu berbeda dan tidak terdapat aniseikonia.

    2. Otot-otot penggerak kedua bola mata seluruhnya dapat bekerja sama dengan baik,yakni dapat menggulirkan kedua bola mata sehingga kedua sumbu penglihatan

    menuju pada benda yang menjadi pusat perhatiannya.

    3. Susunan saraf pusatnya baik, yakni sanggup menfusi dua bayangan yang datang darikedua retina menjadi satu bayangan tunggal.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    11/25

    11

    Fungsi penglihatan pada bayi yang baru lahir belum normal, visus hanya dapat

    membedakan terang dan gelap saja. Visus ikut berkembang dengan perkembangan umur. Pada

    usia 5-6 tahun, visus mencapai maksimal. Perkembangan yang pesat mulai saat kelahiran sampai

    tahun-tahun pertama. Bila tidak ada anomali refraksi / kekeruhan media / kelainan retina maka

    visus tetap sampai hari tua. Tajam penglihatan normal berarti fiksasi dan proyeksi normal

    sehingga mampu membedakan :

    1. Bentuk benda2. Warna3. Intensitas cahayaBersamaan dengan perkembangan visus, berkembang pula penglihatan binokularitasnya.

    Bila perkembangan visus berjalan dengan baik dan fungsi ke 6 pasang otot penggerak bola mata

    juga baik, serta susunan saraf pusatnya sanggup menfusi dua gambar yang diterima oleh retina

    mata kanan dan kiri maka ada kesempatan untuk membangun penglihatan binokular tunggal

    stereoskopik.

    Gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot mata yang tidak

    dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan

    keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan akan menyilang mata menjadi strabismus.

    PENGLIHATAN BINOKULER

    Pengukuran fungsi penglihatan penting sebab dapat membantu menentukan penglihatan

    binokuler sejak awal. Kelainan tajam penglihatan dapat mempengaruhi penglihatan binokuler.

    Adanya perbedaan tajam penglihatan antara mata kanan dan kiri lebih sensitif mempengaruhi

    penglihatan binokuler. Untuk tercapainya penglihatan tunggal diperlukan tiga syarat

    yang harus terpenuhi yaitu faal masing-masing mata harus baik, seluruh otot-otot luar kedua mata

    dapat bekerja sama dengan baik dan susunan saraf pusat yang baik.

    Penglihatan binokuler adalah penglihatan yang mempergunakan kedua mata secara

    serentak disertai koordinasi tingkat tinggi sedemikian rupa sehingga menghasilkan sensasi

    penglihatan tunggal. Worth (1901), membagi penglihatan binokuler menjadi 3 tingkat

    yaitu

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    12/25

    12

    1. persepsi simultan2. Fusi3. penglihatan stereoskopis

    Persepsi simultan adalah kemampuan untuk melihat secara serentak dua bayangan yang

    terbentuk pada masing-masing mata.

    Fusi dibagi menjadi dua macam yaitu fusi sensorik dan fusi motorik. Fusi sensorik

    adalah kemampuan seseorang menyatukan dua bayangan retina mata kanan dan kiri yang sesuai,

    baik di foveamaupun diluar fovea, menjadi satu bayangan tunggal, sedangkan gerakan reflek

    dari kedua mata untuk mendapatkan kedudukan binokuler yang tepat sehingga fusi sensoris dapat

    dipertahankan disebut fusi motorik. Fusi motorik hanya dimiliki oleh retinaperifer.

    Penglihatan stereoskopik adalah pengaturanrelatif dari persepsi kedalaman obyek visual,

    normal 60 detik busur atau lebih kecil

    FUSI

    Fusi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau persatuan, peleburan, dan

    penggabungan di otak yang berasal dari 2 bayangan mata sehingga secara mental berdasarkan

    kemampuan otak didapatkan suatu penglihatan tunggal, yang berasal dari sensasi (penghayatan)

    masing-masing mata.

    Kesan penglihatan tunggal ini mempunyai sifat ketajaman bentuk, warna dan cahaya

    sedangkan ukuran dimensinya hanyalah panjang lebar. Untuk menghindari agar tidak terjadi

    bayangan yang berasal dari titik yang tidak sefaal. Maka terjadi pergerakan refleks vergen

    (konvergen dan divergen).

    Dimana fusi adalah :

    1. Kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berasal dari kedua mata.2. Fusi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada.

    Diperlukan beberapa syarat agar penglihatan binokuler menjadi sensasi tunggal, yaitu:

    1. Bayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    13/25

    13

    2. Bayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral3. Bayangan yang diteruskan ke dalam susunan saraf pusat dapat dapat menimbulkan kedua

    bayangan menjadi bayangan tunggal.

    Bila terjadi hal di atas maka akan terdapat bayangan tunggal binocular, sedang bila salah

    satu factor di atas tidak terjadi maka akan terjadi penglihatan binokulear yang tidak tunggal.

    Penglihatan tunggal dengan kedua mata ini dapat terjadi pada semua bayangan di kedua

    macula dan luar macula sehingga terjadi penglihatan sentral dan perifer bersama-sama.

    Penglihatan dengan kedua mata untuk daerah sentral selalu disertai dengan penglihatan tunggal

    daerah perifer.

    A. PEMERIKSAAN MATA- Tajam penglihatan

    Pemeriksaan tajam penglihatan dapat dinilai dengan menggunakan kartu Snellen atau

    pada anak dapat dinilai dengan menggunakan E jungkir balik (Snellen) atau gambar

    Allen.

    - PupilUkuran pupil, isokor/anisokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung, reflex

    afferent papillary defect(RAPD).

    - DeviasiKonstan atau intermiten. Adanya posisi kepala yang abnormal.

    - Ptosis.Pada ptosis neurogenik jatuhnya kelopak mata atas dapat unilateral, sedangkan pada

    ptosis miogenik biasanya bilateral. Karakteristik pada ptosis unilateral adalah pasien

    berusaha untuk meningkatkan fisura palpebra dengan cara merengut atau mengernyitkan

    dahi (kontraksi dari otot frontalis). Ptosis kongenital biasanya mengenai satu mata saja.

    - Hirschberg reflection test

    o memeriksa reflek cahaya pada kedua permukaan kornea. Dengan tes iniadanya strabismus dapat dideteksi, setiap 1 mm penyimpangan sama dengan

    15 prisma dioptri.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    14/25

    14

    o Ortofori : bila masing -masing refleks cahaya pada kornea berada di tengah-tengah pupil. Heterofori: bila salah satu refleks cahaya pada kornea tidak

    berada di tengah-tengah pupil.

    - Pergerakan MataMemeriksa pergerakan mata pasien dengan meminta pasien mengikuti pergerakan jari

    pemeriksa ke sembilan arah yaitu lurus ke depan, 6 posisi kardinal (kanan, kanan atas,

    kanan bawah, kiri, kiri atas, kiri bawah), keatas, dan ke bawah.

    Pada saat mata melakukan pergerakan ke 6 posisi kardinal hanya satu otot saja yang

    bekerja, sedangkan saat mata melihat ke atas atau ke bawah beberapa otot bekerja

    bersamaan sehingga sulit mengevaluasi kerja masing-masing otot. Oleh karena itu dalam

    menilai kelumpuhan otot-otot ekstraokular, pergerakan mata ke 6 posisi kardinal lebih

    bernilai diagnostik. Selain itu penting juga untuk menilai kecepatan dari gerakan sakadik

    mata, baik secara horizontal ataupun vertikal.

    PENENTUAN SUDUT STRABISMUS

    a. Uji Tutup dan PrismaUji tutup terdiri atas 4 bagian, yaitu ;

    1. Uji tutupSewaktu pemeriksa mengamati satu mata, di depan mata yang lain ditaruh penutup

    untuk menghalangi pandangannya pada sasaran. Apabila mata yang diamati bergerak

    untuk melakukan fiksasi, matatersebut sebelumnya tidak melakukan fiksasi pada

    sasaran, terdapat deviasi yang bermanifestasi (strabismus). Arah gerakan

    memperlihatkan arah penyimpangan ( mis, jika mata yang diamati bergerak ke luar

    untuk melakukan fiksasi, terdapat esotropia ).

    2. Uji membuka penutupSewaktu penutup di angkat setelah uji tutup di lakukanpengamatan pada mata yang

    sebelumnya tertutup tersebut. Apabila posisimata tersebut berubah, terjadi interupsi

    penglihatan binokuler yang menyebabkan berdeviasi dan terdapat heteroforia. Arah

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    15/25

    15

    gerakan korektif memperlihatkan jenis heteroforia nya. Uji tutup / membuka penutup

    dilakukan pada setiap mata.

    3. Uji tutup bergantianPenutup ditaruh bergantian di depan mata yang pertama kemudian ditaruh di mata

    yang lain. Uji ini memperlihatkan deviasi total (heterotropia ditambah heteroforia bila

    ada juga). Penutupharus dipindahkan dengan cepat dari satu mata ke mata yang lain

    untuk mencegah refuse heteroforia.

    4. Uji tutup bergantian plus prismaUntuk mengukur deviasi secara kuantitatif, diletakkan prisma dengan kekuatan yang

    semakin meningkat di depan satu mata sampai tegrjadi netralisasi gerakan mata pada

    uji tutup bergantian. Contohnya, untuk mengukur eso deviasi penuh, penutup di

    pindah pindah sambil diletakkan prisma dengan kekuatan base-out yang semakin

    tinggi di depan satu mata sampai gerakan refiksasi horizontal mata yang berdeviasi

    tersebut di netralisasi. Deviasi yang lebih besar mungkin memerlukan 2 prisma yang

    diletakkan di depan kedua mata, tetapi prisma prisma itu tidak boleh ditumpuk

    pada arah yang sama di depan satu mata.

    b. Uji ObjektifPengukuran dengan prisma dan penutup bersifatobjektif karena tidak memerlukan

    laporan pengamatan sensorik dari pasien. Namun, diperlukan kerjasama dan keutuhan

    penglihatan kedua mata dalam keadaan tertentu. Penentuan klinis posisi mata yang tidak

    memerlukan pengamatan sensorik pasien di anggap kurang akurat, walaupun kadang

    kadang masih bermanfaat. Dua metode yang sering digunakan tergantung pada

    pengamatan posisi refleksi cahaya pada kornea. Hasil dari kedua metode tersebut harus

    dimodifikasi dengan mempertimbangkan sudut Kappa.

    1. Metode HirschbergPasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya berjarak sekitar 33 cm. Pada mata

    yang berdeviasi akan terlihat desentrasi pantulan cahaya. Dengan mempertimbangkan

    18 PD untuk setiap millimeter desentrasi, dapat di buat perkiraan sudut deviasi nya.

    2. Metode refleks prisma ( uji krimsky reverse )Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma ditempatkan di depan

    mata yang di pilih, dan kekuatan prisma yang diperlukan untuk membuat refleks

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    16/25

    16

    cahaya terletak di tengah kornea mata yang strabismus menentukan ukuran sudut

    deviasi nya.

    DUKSI ( ROTASI MONOCULAR )

    Dengan satu mata tertutup, mata yang lain mengikuti sasaran yang bergerak dalam

    semua arah pandangan. Setiap pengurangan gerakan rotasi mengisyaratkan keterbatasan

    dalam bidang kerja otot yang bersangkutan; keterbatasan di sebabkan oleh kelemahan

    kontraksi atau kegagalan relaksasi otot antagonis.

    VERSI (GERAKAN MATA KONJUGAT)

    Hukum hering mengatakannbahwa otot-otot pasangan searah (yoke muscle) menerima

    stimulasi setara pada setiap gerakan mata konjugat.versi diperiksa dengan meminta mata

    pasien mengikuti sumber cahaya disembilan posisi diagnostic : primer-lurus

    kedepan;sekunder-kanan,kiri,atas dan bawah; dan tersier-atas dan kanan,bawah dan kanan,

    atas dan kiri, bawah dan kiri. Perbedaan gerakan rotasi salah satu mata terhadap mata yang

    lain dicatat sebagai suatu overaction atau underaction. Berdasarkan perjanjian, pada posisi

    tersier otot-otot obliquus dikatakan bekerja berlebihan (overacting) atau kurang bekerja atau

    (underaction) dalam kaitannya dengan otot rectus pasangannya. Fiksasi dalam bidang kerja

    suatu otot yang paresis menimbulkan overaction otot pasangannya, karena diperlukan

    persarafan yang lebih besar untuk kontraksi otot yang underacting. Sebaliknya, fiksasi

    dengan mata yang normal akan menyebabkan ototyang paresis kurang bekerja.

    GERAKAN DISJUNGTIF

    a. KonvergensiSewaktu mengikuti sebuah benda yang bergerak mendekat,kedua mata harus berputar

    kedalam untuk mempertahankan kesejajaran sumbu penglihatan dengan obyek yang

    bersangkutan. Otot-otot rektus medialis berkontraksi dan otot-otot rektus lateralis

    berelaksasi dibawah oengaruh stimulasi dan inhibisi saraf.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    17/25

    17

    Konvergensi adalah suatu proses aktif dengan komponen volunteer dan involunter yang

    kuat. Saah satu pertimbangan pejting dan=]lam mengevalujasi otot-otot ektraokuler pada

    strabismus adalah konvergensi.

    Untuk memeriksa konvergensi, sebuah obyek kecil atau sumber cahaya secara perlahan

    dibawa mendekat kejembatan hidung. Perhatian pasien ditujukan kepada benda tersebut

    dengan mengatakan usahakan sekuat mungkin jangan sampoai bayagan terlihat ganda.

    Dalam keadaan normal, konvergensi dapat dipertahankan sampai benda terletak dekat

    dengan jembatan hidung. Nlai numeric konvergensi yang sebenarnya dapat ditentukan

    dengan mengukur jarak dari jembatan hidung (dalam cm) pada saat mata kalah ( yakni

    saat mata nondominan bergerak lateral sehingga konvergensi tidak lagi dapat

    dipertahankan). Titik ini disebut titik dekat konvergensi dan nilai sampai 5cm dianggap

    masih dalam batas normal.

    Rasio konvergensi akomodatif terhadap akomodasi adalah suatu cara untuk mengukur

    hubungan antara konvergensi dan akomodasi (Rasio AC/A). Konvergensi akomodatif

    terjadi sewaktuu mata memandang suatu sasaran akomodatif, yakni sasaran yang

    memiliki kontur atau huruf yang dapat dipisahkan sehingga akomodasi terangsang.

    Hasilnya sering dinyatakan sebagai dioptri prisma konvergensi per dioptri akomodasi.

    Rasio AC/A berguna sebagai alat riset atau klinis yang meneliti dan memeastikan

    hubungan keduanya lebih jauh; sejauh ini,rasio tersebut telah banyak membantu kita

    memahami dan sekaligus mengoreksi esotropia akomodatif-terutama dalam penggunaan

    kacamata bifocal dan miotik.

    b. DivergensiElektromiografi telah memastikan bahwa divergensiadalah suatu proses aktif, bukan

    semata-mata relaksasi konvergensi. Secara klinis, fungsi ini jarang diperiksa kecuali

    dalam meneliti amplitudo fusi.

    PEMERIKSAAN SENSORIK

    Pemeriksaan tersebut meliputi : stereopsis, supresi,dan potensi fusi.

    a. Pemeriksaan stereopsis

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    18/25

    18

    Banyak pemeriksaan stereopsis dilakukan dengan sasaran dan kacaterpolarisasi untuk

    memisahkan rangsangan. Satu mata melihat sasarab melalui lensa yang terpolarisasi horizontal

    dan satu nya melaluilensa yang terpolarisasi vertical. Sasaran yang dilihat secara

    monokularmemiliki petunjukpetunjuk kedalaman yang hampir tidak terlihat. Stereogram titik

    acak ( random dot stereogram ) tidak memiliki petunjuk kedalaman monocular. Masing

    masing mata melihat suatu bidang titik titikacak, tetapi korelasi setiap titik dengan titik

    korespondennya terbuat sedemikian rupa sehingga apabilaterapat stereopsis pasien akan melihat

    suatu bentuk 3 dimensi.

    b. Pemeriksaan supresiAdanya supresi mudah diketahui dengan uji empattitik Worth ( Worth four dot test ). Di

    depan salah satu mata pasien ditaruh kaca yang berisi sebuah lensa merah, sedangkan di mata

    yang lensa hijau. Pasien diperlihatkan senter yang berisi bintikbintik merah, hijau, dan putih.

    Bintikbintik warna tersebut adalah penanda persepsi yang melalui setiap mata; bintik putih

    yang memiliki potensi terlihat oleh kedua mata, dapat menandakan adanya diplopia. Jarak antara

    titik titik dan jarak cahaya yang di pegang menentukan ukuran daerah retina yang diperiksa.

    Daerah foveadapat diperiksa pada jarakjauh; daerah perifer pada jarak dekat.

    c. Potensial fusiPada orang dengan deviasi yang bermanifestasi, status potensial fusi penglihatan binocular

    dapatditentukan dengan uji filter merah. Sebuah filter merah diletakkandi depan salah satu mata.

    Pasien diminta melihat ke suatu sasaran cahaya fiksasi yang terletak jauh atau dekat. Terlihat

    sebuah cahaya putih dan merah. Di depan satu atau kedua mata diletakkan sebuah prisma supaya

    dapat membawa dua bayangan menjadi satu. Apabila terdapat potensial fusi, kedua bayangan

    akan menyatu dan terlihat sebagai sebuah cahaya tunggal berwarna merah muda. Apabila tidak

    terdapat potensial fusi, pasien tetap melihat satu cahaya merah dan satu cahaya putih.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    19/25

    19

    BAB II

    PEMBAHASAN

    EKSOTROPIA

    Strabismus Divergens Non paralitik Akomodatif ( Eksotropi Konkomitan Akomodatif ),

    dimana ditemukan posisi bola mata berdeviasi kearah temporal. Sering juga didapat, bila satu

    mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya tetap baik, sehingga

    rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar.

    Dapat dimulai dengan :

    1. Kelebihan divergensi2. Kelemahan konvergensi.

    Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopia hanya

    sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan konvergensi dan

    timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk penglihatan jauhnya normal.

    tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya

    divergens yang berlebihan yang biasanya merupakan kelainan primer mulai tampak sebagai

    eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga

    menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.

    I. DEFINISIEksotropia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang dimana salah satu sumbu

    penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang

    horizontal ke arah lateral.

    Ekstropia lebih jarang dijumpai dibandingkan esotropia, terutama pada masa bayi dan

    anak. Insidensnya meningkat secara bertahap seiring dengan usia. Tidak jarang bahwa suatu

    tendensi strabismus divergen berawal dari suatu eksoforia yang berkembang menjadi eksotropia

    intermiten dan akhirnya menjadi eksotropia yang menetap apabila tidak dilakukan terapi. Kasus-

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    20/25

    20

    kasus lain berawal sebagai eksotropia intermiten atau konstan dan tetap stasioner. Seperti halnya

    esotropia, pada beberapa kasus mungkin terdapat unsur herediter. Eksoforia dan eksotropia (yang

    dianggap sebagai sebuah entitas deviasi divergen) sering diwariskan sebagai ciri autosomal

    dominan; salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak eksotropia mungkin memperlihatkan

    eksotropia atau eksoforia derajat tinggi.

    Bentuk-bentuk eksotropia:

    1. Eksotropia konkomitan yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arahpandangan.

    2. Eksotropia nonkomitan yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arahpandangan yang berbeda-beda.

    Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan eksotropia adalah hanya yang nonkomitan.

    II. ETIOLOGIPenyebab eksotropia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

    1) Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominan.2) Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensorimotor3) Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon

    III. KLASIFIKASI1. Eksotropia Intermiten2. Eksotropia Konstan

    1. Eksotropia IntermitenEksotropia intermiten merupakan penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari

    anamnesis sering diketahui bahwa kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu

    tanda khas adalah penutupan satu mata dalam cahaya terang. Eksotropia manifes pertama

    tama terlihat pada fiksasi jauh. Pasien biasanya melakukan fusi pada penglihatan dekat,

    mengatasi eksoforia bersudut besar atau kecil.

    Pemeriksaan ekstropia intermiten

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    21/25

    21

    Observasi : ekstropia tidak menetap, sering kembali normal

    Visus : normal

    Deviasi : divergen

    Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik

    Motility : tidak terdapat tahanan

    Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah

    Akomodasi : miopia

    Fiksasi : nistagmus

    Binokular : abnormal

    Supresi : diplopia

    Refraksi dengan siklopegik: normal

    Terapi

    a. Terapi MedisTerapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.

    Apabila rasio AC / A tinggi, pemakaian lensa minum dapat menunda tindakan bedah

    untuk sementara waktu. Kadang kadang latihan konvergensi atau antisupresi dapat

    memberi keuntungan sementara.

    b. Terapi BedahSebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila

    kontrol terhadap fusi nya memburuk. Tindakan bedah dapat juga menghilangkan diplopia

    aau gejala astenopia lainnya.

    Pilihan prosedur tergantung pada pengukuran deviasi. Dianjurkan resesi otot rektus

    lateralis bilateral bila deviasi lebih besar pada penglihatan jauh. Apabila deviasi lebih

    besar pada penglihatan dekat, sebaiknya dilakukan reseksi otot rektus medialis dan resesi

    rektus lateralis ipsilateral. Mungkin diperlukan tindakan bedah pada satu atau bahkan dua

    otot horizontal lainnya untuk deviasi yang sangat besar ( > 50 PD ).

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    22/25

    22

    2. Eksotropia KonstanEksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini

    dapat dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten

    berkembang menjadi eksotropia konstan.

    Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi. Lamanya penyakit atau adanya

    penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan deviasi semakin besar. Aduksi

    mungkin terbatas, dan mungkin juga dijumpai hipertropia

    Pemeriksaan eksotropia konstan

    Observasi : ekstropia menetap

    Visus : ambliopia

    Deviasi : divergen

    Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik

    Motility : terdapat tahanan

    Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah

    Akomodasi : miopia

    Fiksasi : nistagmus

    Binokular : abnormal

    Supresi : diplopia

    Refraksi dengan siklopegik: diplopia

    Terapi

    Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti

    yang dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa

    dapat menyebabkan diplopia. Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini,

    terutama bila mereka telah diberitahu mengenai kemungkinan ini sebelumnya.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    23/25

    23

    Apabila salah satu mata mengalami penurunan penglihatan, prognosis untuk

    mempertahankan posisi yang stabil kurang baik, dengan kemungkinan yang besar akan

    kambuhnya eksotropia setelah pembedahan.

    Pengobatan :

    1. koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.2. hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat.3. meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).4. memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.

    Pengobatan dengan koreksi refraksi pada eksotropia merupakan hal yang penting dan

    harus dilakukan dengan hati-hati. Bila pasien eksotropia dengan hipermetropia maka harus diberi

    kacamata dengan ukuran yang kurang dari seharusnya unutk merangsang akomodasi dan

    konvergensi.

    Bila pasien menderita miopia maka harus diberi kacamata yang lebih besar ukurannya

    dari seharusnya untuk merangsangakomodasi konvergensi.

    Namun pada dasarnya pengobatan ialah operasi. Harus dipertimbangkan sebelumnya hal-

    hal sebagai berikut:

    1. Besarnya sudut deviasi2. Perbandingan pengukuran deviasi untuk jauh dan dekat.

    Operasi pada eksotropia tergantung pada jenis eksotropianya, biasanya dilakukan

    resesi otot rektus lateral dan reseksi otot rektus medial mata yang sama pada yang berdeviasi.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    24/25

    24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Eksotropia merupakan jenis strabismus divergen. Eksotropia intermiten merupakan

    penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari anamnesis sering diketahui bahwa kelainan

    tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda khas adalah penutupan satu mata dalam cahaya

    terang. Eksotropia manifes pertamatama terlihat pada fiksasi jauh. Pasien biasanya melakukan

    fusi pada penglihatan dekat, mengatasi eksoforia bersudut besar atau kecil. Terapi non bedah

    sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia. Sebagian besar pasien

    eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila kontrol terhadap fusinya memburuk.

    Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini

    dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten berkembang menjadi

    eksotropia intermiten. Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi. Lamanya penyakit atau

    adanya penurunan penglihatan pada satu mata. Ambliopia jarang terjadi bila tidak ada

    anisometropia dan sering terlihat perpindahan spontan mata yang melakukan fiksasi. Hampir

    selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti yang dijelaskan untuk

    eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa dapat menyebabkan diplopia.

    Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini, terutama bila mereka telah diberitahu

    mengenai kemungkinan ini sebelumnya. Apabila salah satu mata mengalami penurunan

    penglihatan, prognosis untuk mempertahankan posisi yang stabil kurang baik, dengan

    kemungkinan yang besar akan kambuhnya eksotropia setelah pembedahan.

  • 7/28/2019 Referat eksotropia

    25/25

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Constance, West, Abury. 2000. Oftamologi Umum: Strabismus, Edisi 14. Jakarta: WidyaMedika

    2. Ilyas S, Rahayu S. 2012. Ilmu Penyakit Mata: Otot penggerak mata, Edisi 4. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

    3. Gergard L, Doris R. 2006. Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas: Ocular motility andstrabismus, 2

    ndedition. New York: Thieme.

    4. Olver J, Cassidy L. 2005. Ophtamology At A Glance: Strabismus, 1st edition. USA:Blackwell Science.