Referat Depresi

29
Daftar Isi Bab I Pendahuluan............................................2 Bab II II.1 Kelainan Afektif..................................3 II.2 Depresi...........................................5 II.3 Patofisiologi dan Etiologi........................5 II.4 Gejala Klinis.....................................8 II.5 Diagnosis.........................................10 II.6 Diagnosis Banding.................................15 II.7 Tatalaksana.......................................16 Bab III Kesimpulan.............................................18 Daftar Pustaka.........................................19 1

description

isi referat

Transcript of Referat Depresi

Page 1: Referat Depresi

Daftar Isi

Bab I

Pendahuluan...............................................................................................................2

Bab II

II.1 Kelainan Afektif..................................................................................................3

II.2 Depresi.................................................................................................................5

II.3 Patofisiologi dan Etiologi....................................................................................5

II.4 Gejala Klinis........................................................................................................8

II.5 Diagnosis.............................................................................................................10

II.6 Diagnosis Banding...............................................................................................15

II.7 Tatalaksana..........................................................................................................16

Bab III

Kesimpulan................................................................................................................18

Daftar Pustaka............................................................................................................19

1

Page 2: Referat Depresi

Pendahuluan

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal

dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap

diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak

diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri.1

Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sering ditemukan dengan

prevalensi seumur hidup adalah kira kira 15%. Pada pengamatan yang universal terlepas dari

kultur atau negara prevalensi gangguan depresi berat pada wanita dua kali lebih besar dari

pria. Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat adalah pada usia 20 sampai 50

tahun, namun yang paling sering adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga sering terjadi

pada orang yang tidak menikah dan bercerai atau berpisah.

Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif

berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang

berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang akan

menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa tidak terdiagnosis kecuali dengan

kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi

kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD

dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter,

ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis

lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.1

Patogenesis depresi kenyataannya sampai saat ini masih membingungkan dan belumlah pasti

sehingga banyak teori-teori semuanya timbul dan berkembang seiring dengan kemajuan

bidang psikofarmakologi.

2

Page 3: Referat Depresi

Pembahasan

II.1 KELAINAN AFEKTIF

Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek

(mood) sebagai gejala primer, sedangkan semua gejala lain bersifat sekunder. Afek

bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa

timbul pada orang yang sama, karena itu dinamai “psikosis manik-depresif”. Penyakit

dengan hanya satu jenis serangan disebut unipolar, dan jika episode manik dan

depresif keduanya ada disebut bipolar.

Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat

diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk sebagai contoh adalah

depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain, mengemukakan mood, merupakan

perasaan, atau nada “perasaan hati” seseorang, khususnya yang dihayati secara

batiniah.

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan

minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati

atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,

kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual

dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya

(handicap) interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.

Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut PPDGJ-III :

F30 Episode Manik

F30.0 Hipomania

F30.1 Mania tanpa gejala psikotik

F30.8 Mania dengan gejala psikotik

F30.9 Episode Manik YTT

F31 Gangguan Afektif Bipolar

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

.30 Tanpa gejala somatik

.31 Dengan gejala somatik

3

Page 4: Referat Depresi

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala

psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala

psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt

F32 Episode Depresif

F32.0 Episode depresif ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F32.1 Episode depresif sedang

.10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatik

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

F32.8 Episode depresif lainnya

F32.9 Episode depresif YTT

F33 Gangguan Depresif Berulang

F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik

F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik

F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi

F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya

F33.9 Gangguan depresif berulang YTT

F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap

F34.0 Siklotimia

F34.1 Distimia

4

Page 5: Referat Depresi

F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap lainnya

F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT

F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya

F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya

.00 Episode afektif campuran

F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) berulang lainnya

.10 Gangguan depresif singkat berulang

F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT

F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT

II.2 DEPRESI

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus

asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.

Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi

jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih

yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi

terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3

Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau

lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood,

atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut

kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak

dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan

tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan

nafsu makan dan berat badan yang signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai

titik dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha

yang luar biasa besar.2,4,5

II.3 PATOFISIOLOGI dan ETIOLOGI

Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu

diasumsikan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa

sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis, dan

sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic,

5

Page 6: Referat Depresi

gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan

dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses

genetic dan neurobiology.1,2,5

Genetik

Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi

Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga kali

lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan onset

umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi adopsi,

kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh lebih

mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang tua asuh

untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang membandingkan kembar monozigot

dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari pengaruh lingkungan

terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar kapasitas depresi

diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang jenis kelamin. hasil

yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar genetik untuk MDD.1

Neurobiologi

Monoamin

Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi selama 50

tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja antidepresan, hipotesis

ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit serotonin (5-HT) di otak

atau neurotransmisi norepinefrin pada sinaps. Antidepresan bertindak dengan

menghalangi transpor serotonin (SERT), yang meningkatkan ketersediaan

neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori ini tidak sesuai dengan

penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan neurotransmiter sinapsi

terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi tryptophan deplesi dan

katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit sederhana di tingkat

neurotransmitter atau fungsi pada MDD.1,2,5

Tidur Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa

studi biologi telah difokuskan pada disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk mendeteksi gangguan tidur di MDD, dan

memperlihatkan beberapa dari tanda-tanda biologis yang paling kuat di depresi. Masih ada kontroversi tentang apakah depresi menyebabkan

perubahan dalam tidur adalah penanda karakteristik, mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang dilaporkan, sehingga

menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.1,5

6

Page 7: Referat Depresi

Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1

Onset awal REM (Rapid Eye Movement)

Peningkatan tidur REM

Peningkatan lamanya REM

Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)

Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam

Gangguan pada slow wave activity (SWA)

Neuropsikologi

Kognitif dan Daya Ingat

Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya ingat,

terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar. Sebagai

tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang dan pengambilan daya

ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif khusus seperti pemilihan strategi dan

pemantauan performa.1

Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur

neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan

ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan episode

yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1

Lingkungan dan kejadian kehidupan

Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada episode

depresi pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti kekerasan

pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk adalah stres yang

paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan bukti yang menyatakan

bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan sistem biologik pada

depresi.1,2,5

Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian saat

hidup dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres tidak

terdapat resiko dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor genetik yang

rendah., tetapi kejadian saat hidup dapat meningkatkan resiko depresi dengan adanya

peningkatan faktor genetik pada depresi.1

7

Page 8: Referat Depresi

II.4 GEJALA KLINIK

Mood yang rendah.

Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood

yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara

kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa

kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya. Beberapa menyampaikannya

dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis, lainnya memperlihatkan

respon emosional yang buruk.1

Minat.

Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada

merupakan salah satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga memperlihatkan

sebagai pembedanya, dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan mood

yang turun. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi,

dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau konflik rumah

tangga.1,6

Tidur.

Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah

terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia),

tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia

pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal

atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau

tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang umum terjadi pada pasien

depresi.1

Tenaga.

Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit

untuk memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa

berhubungan dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat,

aktivitas rutin seperti kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu.

Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana

pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini atau mereka seperti

berjalan di air.1

Rasa bersalah.

8

Page 9: Referat Depresi

Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum

dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah

menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian

negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas

yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang muncul kembali.1

Konsentrasi.

Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang

sering dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya

menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif

bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1

Nafsu makan/berat badan.

Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan

kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya

sendiri untuk makan. Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat

dan glukosa ketika depresi, atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan

dalam makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas dan olahraga akan menyebabkan

peningkatan berat badan dan sindrom metabolic. Perubahan berat badan juga dapat

berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

Aktivitas psikomotor.

Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa

adanya kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran

psikomotor meliputi sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya

ekspresi wajah, respon pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem

dapat menjadi mutisme atau katatonik. Kecemasan juga dapat bersamaan dengan

agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

Bunuh diri.

Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri

diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut,

terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang

serius, pasien depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan

bunuh diri. Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-

15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya karena bunuh diri. Waktu

resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat awalan pengobatan, ketika tenaga

dan motivasinya mulai berkembang baik selain gejala kognitif (keputusasaan),

9

Page 10: Referat Depresi

membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa yang mereka pikirkan dan

rencanakan untuk bunuh diri.1

Gejala lain

Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada

depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan

dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering

terlihat. Variasi diurnal mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul.

Depresi sering menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan

pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan keputusasaan. Depresi juga

berhubungan dengan peningkatan frekuensi sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit

punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.1,6

Gejala pada orang tua

Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda,

sering hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan

gangguan kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi

kognitif yang memburuk.

II.5 DIAGNOSIS

DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi

mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak

terklasifikasikan.1

MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi

mayor (Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada

pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya

terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga harus

memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement dan

beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5

Episode depresi berdasarkan ICD-10 6

Kriteria Umum

1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk

episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu

3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

Gejala Utama

10

Page 11: Referat Depresi

1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir untuk

hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak responsif

terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu

2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan

3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

Gejala Lainnya

1. Kehilangan percaya diri atau harga diri

2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak tepat

3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,

seperti keraguan atau kebimbangan

5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6. Gangguan tidur

7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat badan

yang sesuai

Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan

perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat

1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan

laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang

sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah

2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau

peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan

yang tidak naik

4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan

perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)

6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)

hampir setiap hari

8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa

11

Page 12: Referat Depresi

perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis

D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan)

atau kondisi medis umum (hipotiroid)

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau

saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor

dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki

beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat

keparahan.1

Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi

depresi dengan maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria

depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.1

Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6

Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci

Depresi melankolis Dengan gambaran

melankolis

Mood nonreaktif, anhedonia,

kehilangan berat badan, rasa

bersalah, agitasi dan retardasi

psikomotorik, mood yang

memburuk pada pagi hari,

terbangun di pagi buta

Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak

tidur, makan berlebihan,

paralisis yang dibuat, sensitive

pada penolakan interpersonal

Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham

Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik,

negativism, mutisme,

mannerism, echolalia,

echopraxia (tidak lazim pada

klinis sehari-hari)

Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan

12

Page 13: Referat Depresi

kriteria MDD

Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan

kambuh pada saat musim

tertentu (biasanya musim

gugur/dingin)

Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu

postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-

IV-TR membagi tngkat keparahannya berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab individu dan ada

atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan

saat seseorang menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat keparahan.1,7,8

Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1

Keparahan depresi Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10

Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 gejala depresi lainnya

2. Gangguan minor sosial/

pekerjaan

1. 2 gejala tipikal

2. 2 gejala inti

lainnya

Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial/pekerjaan yang

bervariasi

1. 2 gejala tipikal

2. 3 atau lebih gejala

inti lainnya

Berat 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial atau pekerjaan

yang berat atau ada gambaran

psikotik

1. 3 gejala tipikal

2. 4 atau lebih gejala

inti lainnya

Juga dapat dengan

atau tanpa gejala

psikotik

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.

Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :

• Semua gejala utama depresi :

13

Page 14: Referat Depresi

o afek depresif

o kehilangan minat dan kegembiraan

o berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

• Gejala lainnya:

o konsentrasi dan perhatian berkurang

o harga diri dan kepercayaan diri berkurang

o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

o pandangan masa depan yang suram dan pesimis

o gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

o tidur terganggu

o nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan

tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

Episode depresif ringan menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di

atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode

berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

Episode depresif sedang menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan

urusan rumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya

harus berintensitas berat

14

Page 15: Referat Depresi

(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka

pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya

secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode

depresi berat masih dapat dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)

tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka

yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi

auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau

kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Asesmen Depresi

Geriatric Depression Scale (GDS)

Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah pasien

tersebut masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki sensitivitas

88,9% dan spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek kekhawatiran

somatik, penurunan afek, gangguan kognitif, berkurangnya orientasi terhadap masa

yang akan datang, dan kurangnya harga diri. Skala ini telah direkomendasikan agar

dipergunakan dalam situasi klinis oleh Institute of Medicine.

II.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum

Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis

khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis utama

sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety

and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan

penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan pada gejala

kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama banyaknya dengan

penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes, penyakit tiroid, dan gangguan

neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).1

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

15

Page 16: Referat Depresi

Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi

gangguan mood harus dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan

laboratories digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang

secara fisoilogis akan menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat dapat disembuhkan dengan menghentikan

penggunaan obat tersebut, gejala putus obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.1

Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan

gangguan mood yang dipengaruhi zat1

Alcohol

Amfetamin

Anxiolitik

Kokain

Zat-zat halusinogen

Hipnotik

Inhalant

Opioid

Phencycline

Sedative

II.7 TATALAKSANA

MEDIKAMENTOSA

Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif

telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien.

Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan

farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan

psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya untuk

depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus

dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau

tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1

Farmakoterapi

Anti depresi

- Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine

- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.

16

Page 17: Referat Depresi

- Golongan MAOI Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN

OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide

- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,

Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

- Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4,7,9

Psikologi Terapi 2,4,7,9

- Behaviour therapy

- Interpersonal Therapy

- Problem solving

III. KESIMPULAN

Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau lebih khususnya mengalami

gangguan depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi

motorik, kogintif serta motivasinya dan jika tidak segera diberi penanganan maka

akan memicu timbulnya gangguan depresi mayor satu episode dan depresi mayor

barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani dan

akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada perempuan dan bersarkan usia

rata-rata pada usia 27 tahun.

Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi

biologis karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya neurotransmitter,

dari sisi psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap

17

Page 18: Referat Depresi

timbulnya depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan-lingkungan sekitar yang

tidak mendukung berlangsungnya kehidupan yang baik dan dari sisi spiritual adalah

kurangnya keimanan dan ketakwaan.

18

Page 19: Referat Depresi

DAFTAR PUSTAKA

1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes.

2000. p. 1-57.

2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [June

29th 2014]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm

3. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [June

29th 2014]: Available from : http://www.All About Depression.com

4. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou R,

Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing group

2003. p. 10-3.

5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams &

Wilkins. 2007. p. 1-89.

6. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and

experience in psychiatry. 2002. p. 8-12.

7. W. Long P. Mayor depressive Disorder, Treatment. [online]. Updated on Feb.

9, 1998. Cited on [June 29th 2014]. p 1-31. Available from :

http://www.mentalhealth.com

8. W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. Cited on

[June 29th 2014]. p 1-6. Available from : http://www.mentalhealth.com

9. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the

surgeon general. [online]. Update 0n 2012. Cited on [June 29th 2014]:

Available from : http://www.Mental Health.com

19