Referat Dementia

57
REFERAT Penatalaksanaan Demensia Pada Lansia Disusun Oleh : Jhon Morris Sirait (11-2012-153) Dokter Pembimbing : Dr. Elly Tania, SpKJ ILMU KEDOKTERAN JIWA PANTI BINA INSAN II - KEDOYA JAKARTA 1

description

case

Transcript of Referat Dementia

REFERATPenatalaksanaan Demensia Pada Lansia Disusun Oleh :Jhon Morris Sirait (11-2012-153)Dokter Pembimbing :Dr. Elly Tania, SpKJ

ILMU KEDOKTERAN JIWAPANTI BINA INSAN II - KEDOYAJAKARTAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAKATA PENGANTARSegala puji dan syukur penyusun panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan pertolongan-Nya, referat yang berjudul Psikoterapi ini dapat selesai disusun. Referat ini disusun sebagai sarana diskusi dan pembelajaran, serta diajukan guna memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Jakarta.Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada dr. Adhi Wibowo, SpKJ yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.Penyusun menyadari bahwa dalam referat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan referat ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Jakarta, Mei 2013

Tim Penyusun

BAB IPENDAHULUANLatar belakangDemensia merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah intelegensia umum, belajar, memori, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruhi. Jika pasien mempunyai suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan memenuhi kriteria diagnostik untuk delirium. Di samping itu, suatu diagnosis demensia menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) mengatakan bahwa gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berat dan merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya.1Butir klinis penting dari demensia adalah indentifikasi gejala dan pemeriksaan klinis tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversibel. Suatu penyebab dasar selalu diasumsikan, walaupun pada kasus yang jarang adalah tidak mungkin untuk menentukan penyebab spesifik. Kemungkinan pemulihan (reversibilitas) demensia adalah berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaan serta penerapan pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15 persen orang dengan demensia mempunyai penyakit-penyakit yang reversibel jika dokter memulai pengobatan tepat pada waktunya, sebelum terjadi kerusakan yang ireversibel.1

BAB IIPEMBAHASAN1. Definisi Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak (organik), yang tidak berhubugan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia merujuk pada gejala klinis yang mempunyai bermacam penyebab. Pasien dengan demensia harus mempunyai gangguan memori selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa, praksis, dan visuospasial. Penurunan yang terjadi harus cukup berat sehingga memengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.2Demensia mungkin disebabkan oleh penyakit metabolik tertentu, intoksikasi obat, atau cedera, di mana kasusnya sering reversibel setelah penyebab yang mendasari diobati. Namun, jika disebabkan oleh suatu penyakit sepertipenyakit Alzheimer, cedera otak, atau degenerasi karena penuaan (pikun), perubahan yang terjadi adalah ireversibel.3Walaupun sebagian besar kasus demensia menunjukkan penurunan yang progresif dan tidak dapat pulih (reversibel), namun bila merujuk pada definisi diatas maka demensia dapat pula terjadi mendadak (misalnya pasca stroke, atau cedera kepala), dan beberapa penyebab demensia dapat sepenuhnya pulih (misalnya hematoma subdural, toksisitas obat, depresi) bila dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Demensia dapat muncul pada usia berapapun meskipun umumnya muncul setelah usia 65 tahun.2Penting pula membedakan demensia dengan delirium. Delirium merupakan keadaan confusion (kebingungan), biasanya timbul mendadak, ditandai dengan gangguan memori dan orientasi (sering dengan konfabulasi) dan biasanya disertai gerakan abnormal, halusinasi, ilusi, dan perubahan afek. Untuk membedakan dari demensia, pada delirium terdapat penurunan tingkat kesadaran. Delirium hanya berfluktuasi intensitasnya dan dapat menjadi demensia bila kelainan yang mendasari tidak teratasi. Penyebab paling sering delirium meliputi ensefalopati akibat penyakit infeksi, toksik dan faktor nutrisi, atau penyakit sistemik..22. EtiologiDemensia mempunyai banyak penyebab tetapi demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular secara bersama-sama berjumlah sebanyak 75 persen dari semua kasus. Penyebab demensia lainnya yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, penyakit Creutz-feldt-Jakob, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, human immunodeficiency virus (HIV), dan trauma kepala.12.1. Demensia Tipe AlzheimerDiagnosis akhir penyakit Alzheimer didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak, namun demnikian, demensia tipe Alzheimer biasanya didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab demensia lainnya telah disingkirkan dari pertimbangan diagnosis.1Walaupun penyebab demensia tipe Alzheimer masih tidak diketahui, telah terjadi kemajuan dalam mengerti dasar molekular dari deposit amiloid yang merupakan tanda utama neuropatologi gangguan. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 persen pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer, jadi faktor genetik dianggap berperan sebagian dalam perkembangan gangguan dalam sekurangnya beberapa kasus. Dukungan tambahan lain adalah bahwa angka persesuaian untuk kembar monozigot adalah lebih tinggi dari angka untuk kembar dizigot. Dalam beberapa kasus yang telah tercatat baik gangguan telah ditransmisikan dalam keluarga melalui satu gen autosomal dominan, walaupun transmisi tersebut adalah jarang.2.2. Demensia VaskularPenyebab utama dari demensia vaskular dianggap adalah penyakit vaskular serebral yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan dulu disebut sebagai demensia multi-infark dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ketiga yang di revisi (DSM-III-R). Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada daerah otak yang luas. Penyebab infark mungkin termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh (sebagai contohnya katup jantung). Suatu pemeriksaan pasien dapat menemukan bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran kamar jantung.12.3. Penyakit Creutzfeldt-JakobPenyakit Creutzfeldt-Jakob adalah penyakit degeneratif otak yang jarang, yang disebabkan oleh agen yang progresif secara lambat, dan dapat ditransmisikan (yaitu, agen infektif), paling mungkin suatu prion, yang merupakan agen proteinaseus yang tidak mengandung DNA atau RNA. Penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan prion adalah scrapie (penyakit pada domba), kuru (suatu gangguan degeneratif sistem saraf pusat yang fatal pada suku di dataran tinggi Guinea dimana prion ditransmisikan melalui kanibalisme ritual), dan sindroma Gesrtman-Straussler (suatu demensia progresif, familial, dan sangat jarang). Semua gangguan yang yang berhubungan dengan prion menyebabkan degenerasi berbentuk spongiosa pada otak, yang ditandai dengan tidak adanya respon imun inflamasi.1Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada manusia penyakit Creutzfeldt-Jakob dapat ditransmisikan secara iatrogenik, melalui transplantasi kornea atau instrumen bedah yang terinfeksi. Tetapi, sebagian besar penyakit, tampaknya sporadik, mengenai individual dalam usia 50-an. Terdapat bukti bahwa periode inkubasi mungkin relatif singkat (satu sampai dua tahun) atau relatif lama (delapan sampai 16 tahun). Onset penyakit ditandai oleh perkembangan tremor, ataksia gaya berjalan, mioklonus, dan demensia. Penyakit biasanya secara cepat progresif menyebabkan demensia yang berat dan kematian dalam 6 sampai 12 tahun. Pemeriksaan cairan serebrospinal biasanya tidak mengungkapkan kelainan, dan pemeriksaan tomografi komputer dan MRI mungkin normal sampai perjalanan gangguan yang lanjut. Penyakit ditandai oleh adanya pola elektroensefalogram (EEG) yang tidak biasa, yang terdiri dari lonjakan gelombang lambat dengan tegangan tinggi.12.5. Penyakit PickBerbeda dengan distribusi patologi parietal-temporal pada penyakit Alzheimer, penyakit Pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan adanya badan Pick neuronal yang merupakan massa elemen sitoskeletal. Badan Pick ditemukan pada beberapa spesimen postmortem tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis. Penyebab penyakit Pick tidak diketahui. Penyakit Pick berjumlah kira-kira lima persen dari semua demensia yang irreversibel. Penyakit ini paling sering terjadi pada laki-laki, khususnya mereka yang mempunyai sanak saudara derajat pertama dengan kondisi tersebut. Penyakit Pick sulit dibedakan dari demensia tipe Alzheimer, walaupun stadium awal penyakit Pick lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relatif bertahan. Gambaran sindroma Kluver-Bucy (sebagai contohnya, hiperseksualitas, plasiditas, hiperoralitas) adalah jauh lebih sering pada penyakit Pick dibandingkan pada penyakit Alzheimer.12.6. Penyakit HuntingtonPenyakit Huntington biasanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia yang terlihat pada penyakit Huntington adalah tipe demensia subkortikal, yang ditandai oleh kelainan motorik yang lebih banyak dan kelainan bicara yang lebih sedikit dibandingkan tipe demensia kortikal. Demensia pada penyakit Huntington ditandai oleh perlambatan psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan tilikan tetap relatif utuh pada stadium awal dan menengah dari penyakit. Tetapi, saat penyakit berkembang, demensia menjadi lengkap dan ciri yang membedakan penyakit ini dari demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insidensi depresi dan psikosis, disamping gangguan pergerakan koreoatetoid yang klasik.12.7. Demensia yang berhubungan dengan Trauma KepalaDemensia dapat merupakan suatu sekuela dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindroma neuropsikiatrik.2.8. Penyakit ParkinsonSeperti penyakit Huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit pada ganglia basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20 sampai 30 persen pasien dengan penyakit Parkinson menderita demensia, dan tambahan 30 sampai 40 persen mempunyai gangguan kemampuan kognitif yang dapat diukur. Pergerakan yang lambat pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah disertai dengan berpikir yang lambat pada beberapa pasien yang terkena, suatu ciri yang disebut oleh beberapa dokter sebagai bradifenia (bradyphenia).12.9. Demensia yang berhubungan dengan HIVInfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) seringkali menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi dengan HIV mengalami demensia dengan angka tahunan kira-kira 14 persen. Diperkirakan 75 persen pasien dengan sindroma immunodefisiensi didapat (AIDS) mempunyai keterlibatan sistem saraf pusat saat otopsi. Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali disertai oleh tampaknya kelainan parenkimal pada pemeriksaan MRI.13. Perjalanan PenyakitPerjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. Dari suatu penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi.4Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling dekat dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler, endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi dalam perkembangannya dapat menjadi nyata dan keluarga pasien biasanya akan membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi sensitif terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari demensia pasien dapat menjadi ibarat cangkang kosong dalam diri mereka sendiri, pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan inkontinensia alvi. 4Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensia dapat berlangsung lambat untuk beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan penyakit pada demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada demensia tipe Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada demensia vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait dengan trauma kepala). 4Begitu banyak faktor penyebab terjadinya demensia pada berbagai penyakit yang telah disebut di atas. Apapun sebabnya, semuanya menyebabkan perubahan psiko neurokimiawi di otak.Secara ringkas bahwa proses demensia adalah terjadinya perubahan neuro kimiawi yang tersebut dibawah ini :1. pengurangan neurotransmitter klasik :asetilkolin,noradrenalin dan metabolitnya,dopamine,5 HT2. pengurangan amino acid neurotransmitter : Glu., Gly., GABA3. pengurangan enzim enzim : AchE, DOPA decarboksilase, GAD., CAT4. pengurangan neuro peptide : somatostatin, dll.4. Gambaran KlinisGejala dini dari demensia seringkali berupa kesulitan mempelajari informasi baru dan mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami. Pada keadaan lebih lanjut muncul gangguan fungsi kognitif kompleks disertai gangguan perilaku, yaitu;a. Disorientasi waktu dan tempatb. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari haric. Tidak mampu membuat keputusand. Kesulitan berbahasae. Kehilangan motivasi dan inisiatif f. Gangguan pengendalian emosig. Daya nilai sosial tergangguh. Dan berbagai perubahan perilaku dan psikologis lainnya (agresif-impulsif, halusinasi, waham)Gejala-gejala klinis di atas pada demensia Alzheimer berkembang perlahan-lahan, semakin lama semakin parah, sampai pada tahap lanjut penderita menjadi tergantung penuh pada keluarga yang merawatnya. Sedang pada demensia vaskular gejala muncul akut, gambaran klinis sesuai kerusakan vaskuler di otak, kemunduran fungsi kognitif berjenjang sejalan dengan serangan kerusakan vaskular berikutnya.54.1.Gangguan memoriDalam bentuk ketidakmampuannya untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari. Sebagian penderita demensia mengalami kedua jenis gangguan memori tadi. Penderita seringkali kehilangan dompet dan kunci, lupa bahwa sedang meninggalkan bahan masakan di kompor yang menyala, dan merasa asing terhadap tetangganya. Pada demensia tahap lanjut, gangguan memori menjadi sedemikian berat sehingga penderita lupa akan pekerjaan, sekolah, tanggal lahir, anggota keluarga, dan bahkan terhadap namanya sendiri.2-54.2. Gangguan orientasiKarena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu. Orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.2-54.3. AfasiaDapat dalam bentuk kesulitan menyebut nama orang atau benda. Penderita afasia berbicara secara samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang panjang, dan menggunakan istilah-istilah yang tak menentu misalnya anu, itu, apa itu. Bahasa lisan dan tertulis dapat pula terganggu. Pada tahap lanjut, penderita dapat menjadi bisu atau mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh ekolalia (menirukan apa yang dia dengar) atau palilalia yang berarti mengulang suara atau kata terus-menerus.2-54.4. ApraksiaAdalah ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik, fungsi sensorik dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan benda tertentu (menyisir rambut) atau melakukan gerakan yang telah dikenali (melambaikan tangan). Apraksia dapat mengganggu keterampilan memasak, mengenakan pakaian, menggambar.2-54.5. AgnosiaAdalah ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda maupun fungsi sensoriknya utuh. Sebagai contoh, penderita tak dapat mengenali kursi, pena, meskipun visusnya baik. Akhirnya, penderita tak mengenal lagi anggota keluarganya dan bahkan dirinya sendiri yang tampak pada cermin. Demikian pula, walaupun sensasi taktilnya utuh, penderita tak mampu mengenali benda yang diletakkan di tangannya atau yang disentuhnya misalnya kunci atau uang logam. 2-54.6. Gangguan fungsi eksekutifYaitu merupakan gejala yang sering dijumpai pada demensia. Gangguan ini mempunyai kaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis. Fungsi eksekutif melibatkan kemampuan berpikir abstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau, dan menghentikan kegiatan yang kompleks. Gangguan dalam berpikir abstrak dapat muncul sebagai kesulitan dalam menguasai tugas/ide baru serta menghindari situasi yang memerlukan pengolahan informasi baru atau kompleks.2-5

4.7. Perubahan KepribadianPerubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Sifat kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan pengasuhnya. Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak. 2-54.8. Gangguan LainPsikiatri. Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40 sampai 50 persen pasien demensia, walaupun sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis, yaitu emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.25. Kriteria diagnosisDiagnosis demensia didasarkan pada pemeriksaan klinis pasien, termasuk pemeriksaan status mental, dan pada informasi dari anggota keluarga, teman-teman, dan perusahaan. Keluhan perubahan kepribadian pada seseorang pasien yang berusia lebih dari 40 tahun menyatakan bahwa suatu diagnosis demensia harus dipertimbangkan dengan cermat.Keluhan dari pasien tentang gangguan intelektual dan menjadi pelupa harus diperhatikan, dengan demikian juga tiap bukti pengelakan, penyangkalan, atau rasionalisasi yang ditujukan untuk menyembunyikan deficit kognitif. Keteraturan yang berlebihan, penarikan sosial, atau kecenderungan untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam perincian yang kecil-kecil dapat merupakan karakteristik.5.1. Menurut PPDGJ III (ICD 10)Demensia Pedoman Diagnostik6 Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kehidupan seharian seseorang seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan air kecil. Tidak ada gangguan kesadaran Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMERPedoman diagnostik4 Terdapatnya gejala demensia Onset bertahap dengan deteriorasi lambat.Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapayt terjadi suatu taraf yang stabil secar nyata. Tidak adanya bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan ooleh penyakit otak atau penyakiat sistemik lainnya yang dapat menimbulkan demensia (misalnya hipotiroidisma, hiperkalsemia, defesiensi vitamin B12, defesiensai niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma subdural) Tidak adanya serangan apoplektik yang mendadak atau gejala neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya hendaya sensoroik, defek lapang pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu.

F00.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER ONSET DINI Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun Perkembangan gejala cepat dan progresif Adanya riwayat keluarga yang berpenyakait Alzhiemer merupakan faktor yang meneyokong diagnosisi tetepi tidak harus dipenuhiF00.1 DEMENSIA PADA PENAYKIT ALZHEIMER ONSET LAMBAT Sama tersebut diatas, hanya onset sesudah usia 6 tahun dan perjalanan penyakit yang lamban dan biasanya gangguandaya ingat sebagai gambaran utamanyaF00.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER TIPE TAK KHAS ATAU TIPE CAMPURAN Yang tidak cocok dengan pedoman untuk F00.0 dan F00.1, tipe campuran adalah demensia Alzheimer dan vaskulerF00.9DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER YTT

F01 DEMENSIA VASKULARPedoman diagnostik4 Terdapat gejala demensia Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative tetap baik. Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai adanya gejala neurologis fokal meningkatkan kemungkinan diagnosis demmensia vascular. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-scan atau pemerikasaan neuropatologis

F01 DEMENSIA VASKULAR ONSET AKUT Biasanya terjadi secara cepat setelah terjadi serangkaian stroke akibat thrombosis sereb vascular, embolisme, dan perdarahan. Pada kasus-kasus yang jarang suatu infark yang besar dapat menjdai penyebabnya.F01.1 DEMENSIA MULTI-INFARK Onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.F01.2 DEMENSIA VASKULAR SUBKORTIKAL Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisfer serebral yang dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan. Kortrks serebri biasanya tetap baik walaupun demikian gambaran klinis masih mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer.F01.3 DEMENSIA VASKULAR CAMPURAN KORTIKAL DAN SUBKORTIKAL Komponen campuran kortikal dan subkortikal dapat diduga berasal dari gambaran klinis, hasil pemeriksaan(termasuk autopsy) atau keduanya.F01.8 DEMENSIA VASKULAR LAINNYAF01.9 DEMENSIA VASKULAR YTTF02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK F02.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT PICK Pedoman Diagnostik4 Adanya gejala demensia yang progresif Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol, sidertai euphoria, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, diinhibisi, dan apatis atau gelisah Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingatF02.1 DEMENSIA PADA PENYAKIT CREUTZFELDT-JAKOBPedoman DiagnostikTrias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini: Demensia yang progresif merusak Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus Elektroensefalogram yang khas (trifasik)F02.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT HUNTINGTONPedoman Diagnostik Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat keluarga dengan penyakit Huntington Gerakan koreiform yang involunterm terutama pada wajah, tangan, dan bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dani dari gangguan ini. Gejala ini biasanya mendahului gejala demensia, dan jarang sekali gejala dini tersebut tak muncul sampai demensia menjadi sangat lanjut Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan daya ingat relative masih terpelihara, sampai saat selanjutnyaF02.3 DEMENSIA PADA PENYAKIT PARKINSON Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkanF02.4 DEMENSIA PADA PENYAKIT HIV Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV, tidak ditemukannya penyakit atau kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV ituF02.8 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDT YDK Demensia yang terjadi sebagai manifestasi atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatik dan serebral lainnya.5.2. Kriteria menurut DSM IVKriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe AlzheimerA. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan dengan baik1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)2) Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut;a) Afasia (gangguan bahasa)b) Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik utuh)c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik utuhd) Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak)B. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.C. Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan kognitif yang terus menerusD. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan karena salah satu berikut ;1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan defisit progresif dalam daya ingat kognisi misalnya penyakit serebrovaskuler, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia misalnya, hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV3) Kondisi yang berhubungan dengan zatE. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu deliriumF. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis lainnya (misalnya, gangguan depresif berat,Skizofrenia)Kriteria Diagnosis untuk Demensia VaskulerA. Perkembangan defisit kognitif multipel yang bermanifestasi oleh baik(1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)(2) Satu atau lebih gangguan kognitif berikut;a) Afasia ( gangguan bahasa)b) Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik utuh)c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik utuhd) Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak)B. Defisit dalam kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnyaC. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa angguan adalah akibat fisiologis langsung dari salah satu kondisi medis selain penyakit Alzheimers atau penyakit serebrovaskuler (misalnya; Infeksi HIV, Trauma kepala, penyakit Parkinson, Penyakit Huntington, penyakit Pick, Penyakit Creutzfeldt-jakob, Hidrosefalus dengan tekanan yang normal, hipotiroidism, tumorotak, atau defisiensi vitamin B12)D. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan deliriumKriteria Diagnostis untuk Demensia Karena Kondisi Medis Umum LainA. Perkembangan deficit kognitif multiple yang dimanifestasikan oleh baik1) gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)2) satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut6. Pemeriksaan Penunjang6.1. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormon tiroid, kadar asam folat.76.2. Imaging Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.76.3. Pemeriksaan EEGElectroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.76.4. Pemeriksaan genetika Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.7Alat skrining kognitif yang biasa digunakan adalah pemeriksaan status mentalmini atau Mini-Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya ingat, kemampuan bahasa dan berhitung. Defisit lokal ditemukan pada demensia vaskular sedangkan defisit global pada penyakit Alzheimer.Pemeriksaan Kognitif :Dilakukan pada penderita pasien demensia dengan tujuan untuk :PenapisanKonfirmasi diagnosa dan subtipenyaDerajat keparahannyaProgresivitasnyaPemeriksaan fungsi kognitif meliputi :Tingkat intelektual sebelumnyaMood dan motivasiOrientasiMemoriBahasa/komunikasiVisuospasial/ kemampuan konstruksiKalkulasiBerfikir abstrak Penilaian diri / insight7. Diagnosis BandingPerbaikan yang terus menerus dalam teknik pencitraan otak, khususnya MRI, telah membuat perbedaan antara demensia, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular agak lebih cepat dibandingkan di masa lalu pada beberapa kasus. Suatu bidang penelitian yang sedang giat dilakukan adalah menggunakan tomografi komputer emisi foton tunggal (single photon emission computed tomography; SPECT) untuk mendeteksi pola metabolisme otak dalam berbagai jenis demensia; dan tidak lama lagi, penggunaan pencitraan SPECT dapat membantu dalam diagnosis banding klinis penyakit demensia.2-57.1. DeliriumGangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada demensia. Delirium juga dicirikan oleh menurunnya kemampuan untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian secara wajar. Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara demensia menunjukkan gejala yang relatif stabil. Gangguan kognitif yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan lebih mengarah kepada demensia daripada delirium. Delirium dapat menutupi dejala demensia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi delirium atau demensia, maka dianjurkan untuk memilih demensia sebagai diagnosa sementara, dan mengamati penderita lebih lanjut secara cermat untuk menentukan jenis gangguan yang sebenarnya.

7.2. DepresiDepresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan memori, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan intelektual secara menyeluruh. Kadang-kadang penderita menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status mental dan neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, sering kali sulit untuk menentukan apakah gejala gangguan kognitif merupakan gejala demensia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan melalui pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan yang ada, urutan munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif, perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta hasil pengobatan. Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat demensia bersama-sama dengan depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua diagnosis dapat ditegakkan bersama-sama. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala yang menonjol, mempunyai lebih banyak tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan sering kali mempunyai riwayat episode depresif di masa lalu.2-57.3. Penuaan Normal Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan kognitif yang bermakna, tetapi suatu derajat ringan masalah ingatan terjadi sebagai bagian dari proses penuaan normal. Kejadian normal tersebut sering kali disebut sebagai kelalaian akibat penuaan ringan (benign senescent forgetfulness) atau gangguan daya ingat yang berhubungan dengan penuaan (age-associated memory impairment). Keadaan tersebut dapat dibedakan dari demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak mengganggu secara bermakna pada kehidupan sosial atau pekerjaan pasien.2-58. PenatalaksanaanWalaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demensia biasanya tidak mungkin, dengan penatalaksanaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup sehari-hari dari penderita (dan juga dari keluarga dan/atau yang merawat). Selama ini pengobatan Dementia terutama jenis Alzheimer hanya ditujukan pada berbagai perubahan prilaku. Pengobatan saat ini, tidak ada obat yang secara klinis terbukti pencegahan atau penyembuhan dari demensia. Meskipun beberapa obat yang disetujui untuk digunakan dalam pengobatan demensia, ini mengobati gejala perilaku dan kognitif demensia, tetapi tidak berpengaruh pada patofisiologi yang mendasarinya.Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit dapat dihambat atau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan. Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yang diberikan dapat berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadap tekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga agar berada dalam batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal menunjukkan perburukan fungsi kognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan demensia vaskuler. Acetylcholinesterase inhibitor : Tacrine (Cognex), Donepezil (Aricept), galantamine (Razadyne), dan rivastigmine (Exelon) disetujui oleh Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Mereka mungkin berguna untuk penyakit serupa lainnya yang menyebabkan demensia seperti Parkinson atau demensia vaskular. inhibitor acetylcholinesterase bertujuan untuk meningkatkan jumlah neurotransmiter asetilkolin, yang kekurangan pada orang dengan demensia. Hal ini dilakukan dengan tindakan menghambat dari enzim acetylcholinesterase, yang asetilkolin breaksdown sebagai bagian dari fungsi otak normal. Meskipun obat ini sering diresepkan, pada minoritas pasien obat ini dapat menyebabkan samping termasuk efek bradikardi dan sinkop . DonepezilDonepezil adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium. Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya diminum satu kali sehari sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan. Dokter akan memberikan dosis rendah pada awalnya lalu ditingkatkan setelah 4 hingga 6 minggu. Efek samping yang sering terjadi sewaktu minum Donepezil adalah sakit kepala, nyeri seluruh badan, lesu, mengantuk, mual, muntah, diare, nafsu makan hilang, berat badan turun, kram, nyeri sendi, insomnia, dan meningkatkan frekwensi buang air kecil.RivastigmineRivastigmine adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium. Setelah enam bulan pengobatan dengan Rivastigmine, 25-30% penderita dinilai membaik pada tes memori, pengertian dan aktivitas harian dibandingkan pada pasien yang diberikan plasebo hanya 10-20%.Rivastigmine biasanya diberikan dua kali sehari setelah makan. Karena efek sampingnya pada saluran cerna pada awal pengobatan, pengobatan dengan Rivastigmine umumnya dimulai dengan dosis rendah, biasanya 1,5 mg dua kali sehari, dan secara bertahap ditingkatkan tidak lebih dari 2 minggu. Dosis maksimum biasanya hingga 6 mg dua kali sehari. Jika pasien mengalami gangguan pencernaan yang bertambah parah karena efek samping obat seperti mual dan muntah, sebaiknya minum obat dihentikan untuk beberapa dosis lalu dilanjutkan dengan dosis yang sama atau lebih rendah.Sekitar setengah pasien yang minum Rivastigmine menjadi mual dan sepertiganya mengalami muntah minimal sekali, seringkali terjadi pada pengobatan di beberapa minggu pertama pengobatan sewaktu dosis ditingkatkan. Antar seperlima hingga seperempat pasien mengalami penurunan berat badan sewaktu pengobatan dengan Rivastigmine (sekitar 7 hingga 10 poun).Seperenam pasien mengalami penurunan nafsu makan. Satu dari lima puluh pasien mengalami pusing. Secara keseluruhan, 15 % pasien (antara sepertujuh atau seperenam) tidak melanjutkan pengobatan karena efek sampingnya.Galantamine HBrGalantamine biasanya diberikan dua kali sehari, setelah makan pagi dan malam. Seringkali Galantamine diberikan dengan dosis rendah pada awalnya yaitu 4 mg dua kali sehari untuk beberapa minggu dan dilanjutkan dengan 8 mg dua kali sehari untuk beberapa minggu pengobatan selanjutnya. Meskipun demikian, beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih besar. Efek samping yang sering terjadi dari Galantamine adalah mual (seperenam pasien mengalaminya) , muntah ( lebih dari 10 %), diare (lebih dari seperdelapan pasien), anoreksia, kehilangan berat badan. Efeks samping ini umumnya terjadi pada awal pengobatan atau ketika dosis ditingkatkan. Efek samping yang terjadi umumnya ringan dan bersifat sementara. Minum Galantamine sesudah makan dan minum dengan air yang cukup akan mengurangi akibat efek sampingnya. Kurang dari 10 % pasien harus menghentikan pengobatan karena efek samping.TacrineSalah satu obat yang menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga meningkatkan kadar asetilkolin . Tacrine memperlambat pemecahan Asetilkolin. Bila penyakit Alzheimer semakin memburuk, Asetilkolin akan semakin berkurang kadarnya sehingga tacrine tidak lagi dapat bekerja dengan baik. Efek samping dari obat tacrine menyebabkan gangguan pada hepar sehingga disarankan untuk dilakukan tes hepar apakah meningkat atau tidak, bila meningkat, stop pemberian obat.Dosis adalah 10 mg dibagi untuk empat kali sehari dan dosis maksimal sebanyak 40 mg dibagi untuk empat kali sehari. Dosis ditingkatkan bila tubuh merespon dengan baik dan tes hepar normal.Obat penyerta lainnya : Obat Antidepresan : Depresi sering dikaitkan dengan demensia dan umumnya memburuk tingkat kognitif dan perilaku . gangguan Antidepresan efektif mengobati gejala kognitif dan perilaku depresi pada pasien dengan penyakit Alzheimer, namun bukti untuk mereka gunakan dalam bentuk lain dari demensia adalah yang lemah. Obat Anxiolytic: Banyak pasien dengan demensia mengalami gejala kecemasan. Meskipun benzodiazepin seperti diazepam (Valium) telah digunakan untuk mengobati kecemasan dalam situasi lain, mereka sering dihindari karena mereka dapat meningkatkan agitasi pada orang dengan demensia dan cenderung memperburuk masalah kognitif atau terlalu menenangkan. Buspirone (BuSpar) sering awalnya mencoba untuk ringan-sampai sedang kecemasan. Ada sedikit bukti untuk efektivitas benzodiazepin dalam demensia, sedangkan ada bukti untuk effectivess antipsikotik (pada dosis rendah). Selegiline , obat yang digunakan terutama dalam pengobatan penyakit Parkinson, muncul untuk memperlambat perkembangan demensia. Selegiline yang untuk bertindak sebagai antioksidan , mencegah radikal bebas merusak. Namun, juga bertindak sebagai stimulan, sehingga sulit untuk menentukan apakah keterlambatan dalam timbulnya gejala demensia adalah karena perlindungan dari radikal bebas atau ke elevasi umum aktivitas otak dari efek stimulan. Obat antipsikotik : Baik antipsikotik khas (seperti haloperidol ) dan antipsikotik atipikal seperti ( risperidone ) meningkatkan risiko kematian pada demensia terkait psikosis. Ini berarti bahwa setiap penggunaan obat antipsikotik untuk demensia terkait psikosis adalah off-label dan hanya harus dipertimbangkan setelah mendiskusikan risiko dan manfaat dari pengobatan dengan obat ini, dan setelah modalitas pengobatan lain gagal. Di Inggris sekitar 144.000 penderita demensia yang tidak perlu resep obat antipsikotik, sekitar 2000 pasien meninggal sebagai akibat dari minum obat setiap tahunnya. Walaupun demikian mengingat harganya yang mahal dan harus diberikan seumur hidup menyebabkan pertimbangan penggunaannya menjadi tidak mudah.8.1. Terapi Psikososial Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan demensia. Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori jangka pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan kasus demensia, dan banyak pasien biasanya mengalami distres akibat memikirkan bagaimana mereka menggunakan lagi fungsi memorinya disamping memikirkan penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring perjalanan penyakitnya, dan mereka hanya dapat sedikit dan semakin sedikit menggunakan daya ingatnya. Reaksi emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasan yang berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa pemahaman akan dirinya (sense of self) menghilang.2-7 Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit yang dideritanya. Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan penerimaan akan perburukan disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga dirinya. Banyak fungsi yang masih utuh dapat dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat bermanfaat. 2-7 Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat membantu. Hal tersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi oleh keluarganya.2-79. PrognosisPrognosis dari demensia yang tertangani adalah baik jika masalah yang mendasari dapat diperbaiki. Prognosis penyakit alzheimer yang merupakan salah satu penyebab demensia yang paling umum adalah sangat tidak nyaman. Menurut studi, penyakit alzheimer biasanya berlangsung perlahan-lahan selama delapan hingga 15 tahun (dapat berkisar dari dua hingga 25 tahun). Saat ini tidak ada obat bagi alzheimer tapi perawatan yang segera bisa membantu untuk meringankan banyak gejala dan dapat menunda perkembangan penyakit.8Prognosis vaskular demensia tergantung pada tingkat kerusakan sebelum diagnosis dan perawatan lebih lanjut. Ada kerusakan di pembuluh darah otak demensia adalah tidak reversibel tetapi kerusakan yang lebih parah dapat dicegah dengan mengambil obat-obatan untuk mengendalikan faktor resiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan obat-obatan untuk tinggi kolesterol (statin). Obat ini tidak membalikkan ada kerusakan otak dan demensia, tetapi lebih rendah resiko depan stroke dan penyakit jantung yang bisa meningkatkan kerusakan otak.810. KomplikasiDemensia dapat mempengaruhi berbagai fungsi sistem tubuh dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas sehari-hari. Demensia dapat menyebabkan beberapa masalah, termasuk: 9

a. Nutrisi InadekuatBanyak orang dengan demensia akhirnya akan mengurangi atau menghentikan makan dan minum. Mereka mungkin lupa untuk makan atau berpikir mereka sudah makan. Perubahan waktu makan atau gangguan dilingkungan mereka dapat mungkin mempengaruhi apa yang mereka makan.Terkadang, demensia lanjutan menyebabkan kehilangan kontrol otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan. Ini mungkin menempatkan risiko tersedak atau aspirasi makanan di paru-paru. Jika ini terjadi, dapat memblokir bernapas dan menyebabkan radang paru-paru (pneumonia). Selain itu, penderita demensia juga kehilangan perasaan kelaparan dan keinginan untuk makan.Depresi, efek samping pengobatan, konstipasi dan kondisi lain juga dapat menurunkan nafsu makan.b. Kurang KebersihanPada demensia sedang dan berat, penderita lambat laun akan kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan tugas harian secara mandiri. Penderita mungkin tidak lagi menjadi mampu untuk mandi, berpakaian, menyikat gigi, menyisir rambut, atau menggunakan toilet sendiri.c. Kesulitan mengambil obat-obatanPengaruh memori terhadap penderita demensia menyebabkan penderita kesulitan untuk mengingat dan membawa jumlah obat yang benar pada waktunya.d. Kerusakan kesehatan emosionalDemensia merubah perilaku dan kepribadian. Beberapa perubahan mungkin disebabkan oleh kerusakan yang sebenarnya terjadi di otak, sedangkan perilaku dan perubahan kepribadian mungkin reaksi emosional untuk mengatasi dengan perubahan dalam otak .e. Kesulitan BerkomunikasiDengan berkembangnya demensia, penderita mungkin kehilangan kemampuan untuk mengingat nama orang dan hal lain. Penderita akan mendapat kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau kesulitan dalam pemahaman dengan orang lain. Kesulitan berkomunikasi dapat menyebabkan perasaan gelisah, depresi dan isolasi.f. Kesulitan TidurPenderita mungkin mengalami kesulitan tidur, seperti bangun sangat awal di pagi hari. Beberapa orang dengan demensia mungkin mengalami gangguan tidur REM atau mengalami resah saat tidur yang dapat menggangu tidur.g. Tantangan Keselamatan PribadiKarena berkurangnya kapasitas untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan masalah keselamatan bagi orang dengan demensia. Ini termasuk mengemudi, memasak, jatuh, tersesat.

11. Peran dokter umum sebagai dokter keluarga pasien dengan demensiaBanyak kondisi yang dapat menyerupai gejala demensia dan tugas dokter memastikan bahwa gejala-gejala yang ada memang disebabkan oleh demensia dan bukan karena disebabkan oleh kondisi lainnya. Bila gejala yang ada disebabkan oleh sakit lainnya, dokter dapat langsung memberikan tatalaksana yang tepat dan sesuai. Diagnosis dini dapat membantu keluarga dalam menyusun rencana ke depannya, bagaimana keluarga bersikap, cara merawat pasien dengan benar, dan juga yang penting bagaimana menurunkan stres dalam keluarga sendiri. Hal ini dapat dikonsultasikan pada dokter psikiater.Masalah pada penderita demensia bukan hanya masalah mudah lupa saja namun juga timbulnya perubahan emosi dan perilaku yang sering menyertainya. Perubahan emosi dan perilaku yang sering tampak misalnya depresi, mudah marah, galak dan mudah memukul, apatis, nampak diam tak mau beraktivitas, tidak mau merawat diri, mengulang-ulang hal yang sudah dikatakan, bicara melantur/berbohong/asal jawab ketika ditanya, tidak mau dan tak mampu merawat diri, jam tidur bangun yang tak sesuai orang normal, takut ditinggal, menjaditak tahu malu, tak dapat menahan keinginannya, berteriak-teriak, berhalusinasi, curiga dengan orang lain, dan lain sebagainya. Perubahan emosi dan perilaku ini dikenal dengan istilah medis BPSD (Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia). BPSD sering kali merupakan sumber stres utama dan terberat bagi keluarga yang merawat penderita.Hingga saat ini belum terdapat obat yang dapat menyembuhkan demensia namun sebetulnya gejala-gejala yang menyertai demensia seperti BPSD sebagian dapat dikontrol dengan terapi menggunakan obat-obatan klinis sekaligus dikombinasikan dengan terapi tanpa obat-obatan misalnya dengan melakukan konseling dan psikoterapi secara teratur terhadap keluarga yang merawat sehingga kadar stres dapat dikurangi dan pada akhirnya hal ini akan membantu membentuk sikap keluarga yang positif terhadap penderita.Dokter dapat membantu pasien untuk menemukan cara berdamai dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan kalender untuk pasien dengan masalah orientasi, membuat jadwal untuk membantu menata struktur aktivitasnya, serta membuat catatan untuk masalah-masalah daya ingat.12. Peran Keluarga dalam kehidupan sehari-hari pasien demensiaKeluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal dirumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat mambantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang dialami penderita demensia. Dukungan keluarga penting bagi penderita demensia. Berikut dukungan yang bisa di berikan untuk membantu penderita demensia:101. Pelajari lebih dalam tentang demensia.1. Curahkan kasih sayang dan berusaha untuk tenang dan sabar dalam menghadapi penderita.1. Berusaha memahami apa yang diderita penderita.1. Perlakukan penderita demensia sebagaimana biasa, tetap hormati dan usahakan untuk tidak berdebat dengan penderita.1. Bantu penderita melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan. Menjalani mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan keteraturan pada penderita.1. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.1. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelakaan pada penderita yang senang jalan-jalan.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.10Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.1

BAB IIIPENUTUPKesimpulanDemensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai gangguan kesadaran. Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak, sifat klinisnya dan menurut klasifikasi PPDGJ-III, DSM-IV.Demensia disebabkan oleh bermacam-macam penyebab. Memperhatikan faktor penyebab tadi, maka ada beberapa jenis demensia yang dapat ditolong dengan mengobati penyebabnya walaupun kadang-kadang tidak mempunyai hasil sempurna. Disamping itu ada jenis demensia yang sampai saat ini belum ada obatnya, ialah demensia pada Creutzfeldt-Jakob dan AIDS. Sementara itu, untuk demensia Alzheimer belum ada obat yang benar-benar manjur.Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan/disepakati dalam DSM-IV. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam melakukan pemeriksaan. Penentuan faktor etiologi merupakan hal yang sangat esensial oleh karena mempunyai nilai prognostik.Penatalaksanaan demensia secara menyeluruh melibatkan seluruh anggota keluarga terdekat. Dengan demikian kepada anggota keluarga perlu diberikan penyuluhan agar penderita dapat dirawat dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Samuels SC, Neugroschl JA. Dementia. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1069-1093.2. Reksodiputro.A.H. Madjid,A. Rachman,A.M. Tambunan,A.S. Nurman,A. Nasution A.R. Ilmu Penyakit Dalam. Dalam Demensia. Oleh Wasilah Rochmah, Kuntjoro Harimurti. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta:Interna Publishing, 2009. hal.837-44.3. Demensia. Diunduh dari kamuskesehatan.com, 3 Mei 2013.4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi ke-8. Surabaya: Airlangga University Press, 2005. hal.1935. Amir N, Pamusu D, Aritonang I, Effendi J, Khamelia, Kembaren L, Wirasto RT. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Jiwa/Psikiatri. Dalam Demensia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2012. hal. 15-186. Maslim, Rusdi. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Cetakan 1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta 2001. hal. 22-6.7. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B, Leckman JF. Current diagnosis and treatment. Lange.2007. hal. 185-90.8. Sachdev P. Prognosis of dementia. Diunduh dari medscape.com, 3 Mei 2013.9. Komplikasi pada demensia. Diunduh dari www.mayoclinic.com, 3 Mei 2013.10. Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. (1998). Behavioral symptom of dementia. In Volicer, L., Hurley, A.C. (Eds), Hospice care for patients with advance progressive dementia. New York: Springer Publishing Company.

36