Kasus Dementia - Zulfadli
-
Upload
ridy-ishvara-p -
Category
Documents
-
view
72 -
download
2
description
Transcript of Kasus Dementia - Zulfadli
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi kasus : Rabu, 09 November 2011
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSU BAKTI YUDHA, DEPOK
Nama : Zulfadli bin Mohamad Aris
NIM : 11-2010-061
Dokter pembimbing : Dr. Hardhi Pranata, Sp.S, MARS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. TM
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Anyelir 7/56, Depok I
No CM : 15- 86- 57
Tanggal Poliklinik : 29 Oktober 2011
PASIEN DATANG KE RS
Sendiri / bisa jalan / tak bisa jalan / dengan alat bantu
Dibawa oleh keluarga : ya / tidak
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa (anak pasien) pada 29 Oktober
2011.
I. Keluhan utama :
Pasien mudah lupa sejak 5 bulan SMRS.
1
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
II. Keluhan tambahan :
Sulit berjalan sendiri, BAK mengompol.
III. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dibawa ke Poliklinik Saraf RSBY dengan keluhan mudah lupa sejak 5 bulan
SMRS. Sejak 5 bulan SMRS, pasien mengatakan sering lupa bacaan dan gerakan solat,
namun masih bisa mengingat nama anggota keluarga. Keluarga pasien mengeluh pasien
pernah bicara kacau, pernah mengatakan ingin pulang ke rumah, sedangkan saat itu pasien
sudah berada di rumahnya. Aktivitas sehari-hari pasien di rumah hanya berinteraksi dengan
anggota rumah dan sekali-kali bisa melipat pakaian, namun pekerjaan pasien sudah tidak
rapih seperti biasanya. Saat itu pasien masih bisa makan dan minum sendiri tanpa tumpah,
memakai pakaian sendiri, berjalan ke WC untuk buang air tanpa bantuan. Bicara tidak
sulit/pelo, hanya sedikit dan lambat namun bisa dimengerti, ekspresi wajah sesuai emosi.
Pasien mempunyai nafsu makan baik, tidak ada kesulitan makan/minum atau menelan, makan
dengan mandiri namun pergerakan tangan tampak bergetar-getar sehingga makanan di sendok
sering jatuh. Pasien masih bisa menulis nama lengkapnya dengan ballpen saat mengisi
formulir KTP, mengisi tanda tangan sendiri.
Sebulan terakhir ini gerakan berjalan semakin lambat dengan langkah-langkah diseret
hingga keluarga memutuskan membeli kursi roda buat pasien. Pasien semakin sering lupa,
sudah tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, aktivitas sehari-hari masih seperti biasa. Pasien
minta ditemani saat tidur di malam hari. Pasien tidak pernah ditinggalkan sendiri tanpa
ditemani sehingga keluarga menyangkal riwayat intoksikasi racun, logam berat dan selainnya.
BAK dan BAB di tempat tidur dengan pampers, namun sekali-kali pasien berjalan sendiri ke
WC. Mual muntah, nyeri kepala, pusing maupun sempoyongan saat berjalan disangkal pasien.
Halusinasi penglihatan, pendengaran, sensasi raba yang tidak sesuai disangkal pasien.
Keluarga pasien mengatakan ada riwayat hipertensi namun kontrol teratur dengan
modifikasi gaya hidup sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat kejang, diabetes melitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan hati serta stroke disangkal. Tidak ada riwayat trauma kepala berat
atau berulang. Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang.. Tidak ada
riwayat alergi makanan dan obat-obatan. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol maupun
merokok.
2
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
IV. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi : (+) kontrol teratur gaya hidup sejak 1 tahun lalu
Osteoartritis : (+) genu dextra et sinistra
Diabetes mellitus : (-)
Sakit jantung : (-)
Trauma kepala : (-)
V. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat demensia, gangguan kejiwaan, depresi maupun penyakit keturunan
lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit, reguler
Suhu : 37oC (axiller)
Respirasi : 18 x/menit
Habitus : Piknikus
Gizi : Baik
Warna Kulit : Sawo matang
Kuku : Sianosis (-)
Turgor : Cukup
Kepala : Normosefali, tanda trauma (-), Meyerson’s Sign (+)
Mata : Oedem palpebra -/-, CA -/-, SI -/-
Pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), Sekret -/-
Telinga : Normotia, simetris, sekret -/-
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1,
uvula ditengah
Mulut : Mukosa tidak tampak hiperemis, lidah tidak miring
3
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri
Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : SN vesikuler, ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Supel, BU (+) 2 x /mnt, timpani
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Edema - - Akral hangat + +
- - + +
Status Psikiatrikus
Tingkah laku : Realistik, sesuai umur
Perasaan hati : Eutim
Cara berfikir : Pasien sadar, aktif
Daya ingat : Baik, amnesia (–)
Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan
Status Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V6 M5 = 15
Sikap tubuh : Baik
Cara berjalan : Perlahan
Tonus : Normotonus
Gerakan abnormal : (–)
a. Kepala
i. Bentuk : normosefali
ii. Nyeri tekan : (-)
iii. Simetris : (+)
iv. Pulsasi : (-)
b. Leher
i. Sikap : simetris
ii. Pergerakan : bebas
4
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
iii. Kaku kuduk : negatif
c. Urat saraf kepala
Pemeriksaan saraf kranial : Tidak dilakukan.
d. Badan dan anggota gerak
Badan
a. Motorik
Respirasi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Duduk : Dapat duduk, normal
Bentuk kolumna verterbralis : Normal
Pergerakan kolumna vertebralis : Bebas
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Thermi + +
Diskriminasi + +
c. Refleks
Refleks kulit perut atas : +
Refleks kulit perut bawah : +
Refleks kulit perut tengah : +
Anggota gerak atas
a. Motorik kanan kiri
Pergerakan + +
Kekuatan 5555 5555
Tonus normotonus normotonus
Atrofi (-) (-)
5
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Thermi + +
Diskriminasi + +
c. Refleks kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Hoffmann Tromne - -
Anggota gerak bawah
a. Motorik kanan kiri
Pergerakan + +
Kekuatan 4444 4444
Tonus normotonus normotonus
Atrofi (-) (-)
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Thermi + +
Diskriminasi + +
c. Refleks kanan kiri
Patella + +
Achilles + +
Babinski + +
Rossolimo - -
Mendel-Bechterev - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Gordon - -
6
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Oppenheim - -
Klonus kaki - -
Tes Lasegue - -
Tes Kernig - -
Kesan: Paraparese inferior
Koordinasi, gait, dan keseimbangan
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Test Romberg : Tidak dilakukan
Dismetria : Tidak dilakukan
Nystagmus test : Tidak dilakukan
d. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
e. Alat vegetatif
Miksi : Inkontinensia uri
Defekasi : Normal
Pemeriksaan Penunjang
Mini Mental Status Examination (MMSE): Nilai 15
Kesan : Definite gangguan kognitif
7
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
CT- Scan Kepala Polos (10 Agustus 2011)
Kesan : Sesuai gambaran hidrosefalus sinistra > dekstra, e.c.? dengan gambaran atrofi
serebri. Tak tampak ICH, SDH. EDH saat ini. Tak tampak kelainan jaringan
cerebrum/cerebellum.
8
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
RESUME
Seorang perempuan berusia 71 tahun datang dengan keluhan mudah lupa sejak 5 bulan
SMRS. Sejak 5 bulan SMRS, pasien mengatakan sering lupa bacaan dan gerakan solat,
namun masih bisa mengingat nama anggota keluarga. Keluarga pasien mengeluh pasien
pernah bicara kacau, pernah mengatakan ingin pulang ke rumah, sedangkan saat itu pasien
sudah berada di rumahnya. Aktivitas sehari-hari pasien di rumah hanya berinteraksi dengan
anggota rumah dan sekali-kali bisa melipat pakaian, namun pekerjaan pasien sudah tidak
rapih seperti biasanya. Saat itu pasien masih bisa makan dan minum sendiri tanpa tumpah,
memakai pakaian sendiri, berjalan ke WC untuk buang air tanpa bantuan. Bicara tidak
sulit/pelo, hanya sedikit dan lambat namun bisa dimengerti, ekspresi wajah sesuai emosi.
Pasien mempunyai nafsu makan baik, tidak ada kesulitan makan/minum atau menelan, makan
dengan mandiri namun pergerakan tangan tampak bergetar-getar sehingga makanan di sendok
sering jatuh. Pasien masih bisa menulis nama lengkapnya dengan ballpen saat mengisi
formulir KTP, mengisi tanda tangan sendiri. Sebulan terakhir ini gerakan berjalan semakin
lambat dengan langkah-langkah diseret hingga keluarga memutuskan membeli kursi roda buat
pasien. Pasien semakin sering lupa, sudah tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, aktivitas
sehari-hari masih seperti biasa. Pasien minta ditemani saat tidur di malam hari. Pasien tidak
pernah ditinggalkan sendiri tanpa ditemani sehingga keluarga menyangkal riwayat intoksikasi
racun, logam berat dan selainnya. BAK dan BAB di tempat tidur dengan pampers, namun
sekali-kali pasien berjalan sendiri ke WC. Mual muntah, nyeri kepala, pusing maupun
sempoyongan saat berjalan disangkal pasien. Halusinasi penglihatan, pendengaran, sensasi
raba yang tidak sesuai disangkal pasien. Keluarga pasien mengatakan ada riwayat hipertensi
namun kontrol teratur dengan modifikasi gaya hidup sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat kejang,
diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan hati serta stroke disangkal. Tidak ada
riwayat trauma kepala berat atau berulang. Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan
jangka panjang.. Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan. Pasien tidak
mengkonsumsi alkohol maupun merokok.
Objektif :
Dari hasil pemeriksaan fisik pada status presens didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang. TD 120/80mmHg, N 80x/m, RR 18x/m, S 37,00C.
9
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Pada status neurologis didapatkan kesadaran CM, GCS 15, Pada pemeriksaan fisik neurologis
didapatkan pada anggota bawah kekuatan menurun di kedua kaki. Refleks achiless dan patella
menurun. Refleks primitif (+).
Pemeriksaan penunjang :
1. MMSE kesan definite gangguan kognitif
2. Pemeriksaan CT- Scan Kepala Polos kesan gambaran hidrosefalus sinistra > dekstra, e.c.?
dengan gambaran atrofi serebri.
Kekuatan motorik
Refleks fisiologis Refleks primitif
+ +
+ +
Diagnosis
Diagnosa klinis : Gangguan kognitif, paraparese inferior, inkontinentia urin
Diagnosa topic : Korteks Serebri
Diagnosa etiologik : Normal Pressure Hydrecephalus,
Diagnosa patologik : Atrofi Serebri
Penatalaksanaan
Pengelolaan umum:
Medika mentosa:
Aricept 2 x 5mg (asetilkolin esterase)
Asthin Force 2x 4 mg (antioksidan)
Neuline PS 2 x 1 (neuroprotektan)
10
5555 5555
4444 4444
+ +
+ +
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Non Medika Mentosa
Fisioterapi
Asupan gizi yang cukup
Prognosa
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
11
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
PEMBAHASAN TEORI
Mini Referat Dementia
Pendahuluan
Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar
belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global
fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan
merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan
tempat, tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi stress, sehingga menimbulkan
gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian dan sosial. Demensia dapat disebabkan oleh
berbagai keadaan dan sebagian diantaranya bersifat reversibel.1
Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu diagnosis dan ditelusuri
penyebabnya. Penurunan fungsi mental-intelektual (kognitif) yang progresif pada demensia,
dapat disebabkan oleh penyakit organik difus pada hemisfer serebri (demensia kortikal,
misalnya penyakit Alzheimer) atau kelainan struktur subkortikal (demensia subkortikal,
misalnya penyakit Parkinson dan Huntington). Penyebab demensia sangat banyak, namun
tampilan dan gejala klinis umumnya hampir sama. 60% demensia adalah irreversibel (tidak
dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversibel (dapat pulih
kembali). Prevalensi demensia pada populasi lanjut usia (>65 tahun) berkisar 3 – 30%.
Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh dua kali lipat setiap pertambahan usia 5
tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun 3% maka menjadi 6% pada usia 70
tahun, 12% pada 75 tahun dan 24% pada 80 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006
diperkirakan ada 1 juta orang dengan demensia dengan jumlah usia lanjut 20 juta orang.2
Perjalanan Penyakit Demensia
Proses otak menua merupakan bagian dari proses degenerasi pada seluruh organ tubuh
yang dipengaruhi faktor endogen (seperti anatomi, fisiologi, usia, genetik) dan fakor eksogen
(diantaranya pengaruh lingkungan dan gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, dan
makan berlebihan). Proses degenerasi otak yang menyertai penuaan otak akan berpengaruh
pada fungsi kognitif. Pada penuaan normal akan ditemukan gangguan memori, tetapi
gangguan ini masih bisa diatasi bila diberi petunjuk (clue) dan tidak menimbulkan gangguan
ada aktivitas hariannya, keadaan ini disebut gangguan memori terkait usia/ Age-associated
Memory Impairment (AAMI).
12
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Tahap yang lebih lanjut adalah gangguan kognitif ringan. Pada tahap ini gangguan
memori tidak dapat diatasi dengan diberikan petunjuk (clue), namun fungsi kognitif lain
masih baik dan belum terjadi gangguan pada aktivitas hariannya. Keadaan ini disebut
gangguan kognitif ringan/ Mild Cognitive Impairment (MCI). Keadaan ini perlu diwaspadai
karena kemungkinan kelompok ini menjadi demensia lebih tinggi, yaitu 12% pertahun,
dibandingkan dengan kelompok AAMI yang kemungkinannya menjadi demensia 2%
pertahun.
Degenerasi otak patologis akan memberikan gangguan kognitif multipel disertai
gangguan neuropsikiatri yang akan menimbulkan gangguan dalam aktivita harian. Sindroma
ini disebut sebagai demensia.
Klasifikasi demensia
Jenis demensia berdasarkan etiologi dan reversibilitas:
Reversibel/ potensial reversibel:
1. Demensia vaskuler
2. Demensia akibat hidrosefalus
3. Demensia akibat kelainan psikiatri
4. Demensia akibat penyakit umum berat
5. Demensia akibat intoksikasi
6. Demensia akibat defisiensi vitamin B12
7. Demensia akibat gangguan/penyakit metabolik misalnya hiper/hipotiroidi
Irreversibel:
1. Demensia Alzheimer
2. Demensia akibat infeksi (HIV)
3. Demensia akibat trauma kapitis
4. Demensia akibat penyakit Parkinson
5. Demensia akibat penyakit Huntington
6. Demensia akibat penyakit Pick
7. Demensia akibat penyakit Creutzfeld Jacob
Frekuensi demensia yang tertinggi adalah demensia Alzheimer yang meliputi 50 –
55% dari seluruh demensia. Namun, beberapa laporan penelitian di Asia diantaranya
Singapura, Jepang dan India menunjukkan frekuensi demensia vaskuler lebih tinggi dari
demensia Alzheimer.
13
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Penegakan Diagnosis
Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional, dan perilaku sehingga
terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian dan sosial. Diagnosis sementara demensia
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neuropsikologis.
Anamnesis.wawancara meliputi awitan penyakit(akut/perlahan), perjalanan penyakit (stabil,
progresif, membaik), usia awitan, riwayat medis umum dan neurologis, perubahan
neurobehaviour, riwayat psikiatri, riwayat yang berhubungan dengan etiologi (seperti infeksi,
gangguan nutrisi, intoksikasi, penggunaan obat, dan riwayat keluarga). Pemeriksan fisik
meliputi tanda vital, pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis dan neuropsikologis.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologis.
I. Anamnesis
Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka yang
sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh). Hal yang penting
diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi terutama kognitif dibandingkan dengan
sebelumnya, awitan (mendadak/progresif lambat) dan adanya perubahan perilaku dan
kepribadian.
1. Riwayat Medis Umum
Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit, sehingga perlu
diketahui adanya riwayat infeksi kronis (misalnya HIV dan sifilis), gangguan endokrin
(hiper/hipotiroidi), diabetes mellitus, neoplasma, kebiasaan merokok, penyakit
jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia dan aterosklerosis.
2. Riwayat Neurologis
Riwayat neurologis diperlukan untuk mencari etiologi demensia seperti riwayat
gangguan serebrovaskuler, trauma kapitis, infeksi SSP, epilepsi, tumor dan
hidrosefalus.
3. Riwayat Gangguan Kognisi
Riwayat gangguan kognisi merupakan bagian terpenting dalam diagnosis demensia.
Riwayat gangguan memori sesaat, memori pendek, jangka pendek, dan jangka
panjang; gangguan orientasi ruang, waktu dan tempat; gangguan
berbahasa/komunikasi (meliputi kelancaran, menyebut nama benda maupun gangguan
14
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
komprehensi); gangguan fungsi eksekutif (meliputi pengorganisasian, perencanaan,
dan pelaksanaan suatu aktivitas), gangguan praksis, dan visuospasial.
Selain itu perlu ditanyakan mengenai aktivitas harian, diantaranya melakukan
pekerjaan mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan harian, melaksanakan hobi,
dan mengikuti aktivitas sosial. Dalam hal ini perlu pertimbangan berdasarkan
pendidikan dan sosial budaya.
4. Riwayat Gangguan Perilaku dan Kepribadian
Gejala psikiatri dan perubahan perilkau sering dijumpai pada penderita demensia. Hal
ini perlu dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya depresi,
skizofrenia,terutama tipe paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan gejala
neuropsikologis berupa waham, halusinasi, misidentifikasi, depresi, apatis dan cemas.
Gejala perilaku dapat berupa bepergian tanpa tujuan (wandering), agitasi, agresifitas
fisik maupun verbal, restlessness, dan disinhibisi.
5. Riwayat Intoksikasi
Perlu ditanyakan adanya riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida,
insektisida dan lem; alkoholisme dan merokok. Riwayat pengobatan terutama
pemakaian kronis obat antidepresan dan narkotika perlu diketahui pula.
6. Riwayat Keluarga
Riwayat demensia, gangguan psikiatrim depresim penyakit Parkinson, sindroma
Down dan retardasi mental.
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan fisik umum, neurologis dan neuropsikologis.
1. Pemeriksaan fisik umum
Terdiri dari pemeriksaan medis umum sebagaimana dilakukan praktek klinis.
2. Pemeriksaan neurologis
Adanya tekanan tinggi intrakranial, gangguan neurologis fokal, misalnya gangguan
berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi, gangguan penglihatan,
pendengaran, keseimbangan, tonus otot, gerakan abnormal/apraksia, dan adanya
refleks patologis dan primitif.
3. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi evaluasi memori, orientasi, nahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial, dan
visuoperseptual. Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test
15
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
(CDT) merupakan pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya
disfungsi kognisi, menilai efektivitas pengobatan, dan untuk menentukan progresivitas
penyakit. Nilai normal MMSE adalah 24 – 30. Gejala awal demensia perlu
dipertimbangkan pada penderita dengan nilai MMSE kurang dari 27, terutama pada
golongan berpendidikan tinggi. Selain tu perlu pula dilakukan pemeriksaan aktivitas
harian dengan pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL). Hasil pemeriksaan
tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial, dan budaya.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak,
elektroensefalografi dan pemeriksaan genetika.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology (AAN)
berupa pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormon tiroid, dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis dianjurkan
pada penderita risiko tinggi. Pemeriksaan cairan otak dilakukan hanya atas indikasi.
2. Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya
penyakit, maupun prognosis. Computerized Tomography (CT)-Scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi adanya kelainan struktural, sedangkan
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emisson Computerized
Tomography (SPECT) digunakan untuk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi adanya:
– Gambaran normal sesuai dengan usia
– Atrofi serebrum umum
– Perubahan pada pembuluh darah kecil yang tampak sebagai
leukoensefalopati
– Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang khas pada demensia
Alzheimer
– Infark serebri, perdarahan subdural, atau tumor otak
16
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
MRI dapat menunjukkkan kelainan struktur hipokampus secara jelas. MR
spectrosopy dan MRI fungsional berguna untuk membedakan demensia Alzheimer
dengan demensia vaskuler pada stadium awal. Pemeriksaan PET dan SPECT bukan
merupakan pemeriksaan rutin, namun masih terbatas untuk penelitian.
3. Pemeriksaan EEG
EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjut dapat
ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan genetika
Pemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan ruti, dalam penelitian
dilakukan untuk mencari marker APOE, protein Tau, dan lain-lain.
Diagnosis Banding
Demensia potensial reversibel (yang dapat membaik dengan pengobatan efektif,
fungsi intelektual kembali normal/ mendekati normal) perlu ditentukan dan dibedakan dengan
demensia irreversibel.
I. DEMENSIA REVERSIBEL
Ditemukan pada kurang dari 20% penderita demensia. Demensia reversibel dapat disebabkan
oleh:
1. Alkoholisme
Pemakaian jangka panjang berbagai jenis obat antidepresan secara bersamaan,
antiaritmia, antihipertensi, analgetik dan digitalis.
2. Gangguan psikiatri
Depresi, skizofrenia (terutama tipe paranoid), gangguan bipolar dan gangguan
kepribadian berat.
3. “Normal pressure hydrocephalus”\
Ditemukan oada 2 – 6% demensia, biasanya ditemukan pada usia lanjut
dengan gangguan memori, bingung, reaksi lambat, gangguan berjalan, dan
inkontinensia. Pada penderita dapat dijumpai riwayat trauma, meningitis atau
perdarahan subarachnoid, tetapi pada sebagian besar kasus tidak ditemukan kelainan
17
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
sebelumnya. Dengan pemasangan ventriculo-peritoneal shunt, keadaan dapat pulih
kembali.
4. Demensia vaskuler
Meliputi 15 – 25% demensia. Faktor risiko yang dapat ditemukan antara lain:
hipertensi, diabetes melitus, panyakit jantung, usia lanjut, stroke, merokok, obesitas,
alkoholisme, dan faktor risiko serebrovaskuler lain. Awitan biasanya mendadak, usia
lebih muda dari demensia Alzheimer, dan didapatkan adanya pseudobulbar palsy,
gangguan berjalan dan gangguan afek. Gangguan kognitif tidak selalu dimulai dengan
gangguan memori. Gejala yang paling menonjol adalah gangguan fungsi eksekutif.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan skala iskemik Hachinski (berdasarkan awitan dan
perjalanan penyakit, adanya gangguan defisit neurologis fikal atau umum, adanya
faktor risiko vaskuler dan adanya lesi fokal pada pemeriksaan pencitraan).
II. DEMENSIA IRREVERSIBEL
Pada umumnya berhubungan dengan proses degenerasi otak yang besifat permanen.
1. Demensia Alzheimer
Demensia ini mencakup 50% atau lebih dari seluruh demensia, dan biasanya
mempunyai faktor risiko, diantaranya; usia lebih 40 tahun, riwayat keluarga
Alzheimer, Parkinson dan sindroma Down. Demensia Alzheimer terbagi dalam tiga
stadium:
Stadium ringan
Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan ativitas
harian sederhana.
Stadium sedang
Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain. Penderita membutuhkan
bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang kompleks.
Stadium lanjut/berat
Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif berat.
Gangguan kognitif biasanya diikuti oleh penurunan fungsi motorik, sehingga
penderita sulit bergerak dan memerlukan bantuan penuh untuk melakukan
aktivitas hariannya.
18
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat, sehingga kadang-
kadang tidak diketahui awal penyakitnya. Makin muda usia awita, makin cepat
perjalanan penyakitnya.
Perubahan perilaku dapat terjadi pada stadium ringan, sedang maupun lanjut.
Perubahan dimulai dengan penarikan fungsi sosial, indiferen, impulsif, gangguan
tidur, gelisah dan wandering.
2. Pick’s Disease
Penyakit neurogeneratif yang ditandai oleh atrofi kortikal berat, terutama di
daerah frontotemporal. Gejala utama berhubungan dengan gangguan lobus
frontal/temporal yang ditandai dengan penurunan fungsi mental, perubahan perilaku,
dan gangguan tilikan diri. Pada stadium lanjut diikuti gangguan memori jangkan
panjang dan gangguan berbahasa, munculnya refleks primitif. Pada stadium akhir
dapat dijumpai gangguan ganglia basalis.
3. Parkinson’s Disease Dementia
Penyakit neurogeneratif progresif yang ditandai oleh adanya rigiditas,
bradikinesia, tremor dan instabilitas postural; diikuti oleh gangguan bicara, berjalan
dan koordinasi. Gejala demensia terdapat pada lebih 40% penderita, biasanya diawali
dengan gejala disorientasi pada malam hari, diikuti oleh gangguan kognitif lainnya.
4. Demensia terkait AIDS
Dipertimbangkan pada penderita dengan riwayat transfusi, penyimpangan
perilaku seksual, pemakaian obat NAPZA terutama suntikan. Gejala dimulai dengan
mudah lupa, lamban, gangguan konsentrasi dan pemecahan masalah. Gangguan
perilaku yang menonjol adalah apatis dan menarik diri. Dapat ditemukan pula adanya
kelainan fisik, berupa tremor, ataksia, hipertonus, hiperrefleks dan gangguan gerak
bola mata.
Penatalaksanaan
Pendekatan farmakologis dan non-farmakologis bertujuan untuk:
Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang ada secara
optimal.
19
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
Menghambat progresivitas penyakit
Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia
Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya secara realistis dan
emberikan informasi cara perawatan yang tepat.
I. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis pada penderita demensia reversibel ditujukan untuk
pengobatan kausal, misalnya pada hiper/hipotiroidi, defisiensi vitamin B12., intoksikasi
gangguan nutrisi, infeksi dan ensefalopati metabolik. Progresivitas demensia vaskuler dapat
dihentikan dengan pengobatan terhadap faktor risiko dan pengobatan simptomatis. Untuk
substitusi defisit neurotransmitter. Namun hal ini tidak dapat menyembuhkan penderita.
Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan progresivitas
penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa golongan obat yang
direkomendasikan:
1. Pengobatan simtomatis
- Golongan penghambat asetilkolin esterase (seperti donepezil hdroklorida,
rivastigmin, dan galantimin) bertujuan untuk mempertahankan jumlah asetilkolin
yang produksinya menurun. Obat golongan NMDA seperti memantin belum
dipasarkan di Indonesia saat ini.
2. Pengobatan dengan disease modifying agents
- Golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Pada proses pembentukan ssenile plaque dan neurofibriallary tangle dapat
diidentifikasi adanya elements of cell-mediated immune response, sehingga
pemakaian OAINS dapat mengurangi proses ini.
- Antioksidan
Antioksidan berfungsi menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang berlebihan
sehingga merusak sel neuron. Antioksidan ini terdapat pada sayuran dan buah-
buahan, Vitamin E, A dan C.
- Neurotropik
Obat golongan ini merupakan derivat neurotransmiter GABA uang mempunyai
efek fasilitasi neurotransmisi kolinergik dengan stimulasi sintesis dan pelepas
asetilkolin.
- Obat yang bekerja pada beta amiloid, protein tau dan presenilin
20
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
- Vaksin untuk demensia Alzheimer, masih dalam penelitian
II. Penatalaksanaan non-farmakologis
Penatalaksanaan ditujukan untuk keluarga, lingkungan dan penderita dengan tujuan:
Menetapkan program aktivitas harian penderita
Orientasi realitas
Modifikasi perilaku
Memberikan informasi dan pelatihan yang benar pada keluarga, pengasuh dan
penderita
Program harian penderita:
1. Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputilatihan fisik untuk memacu aktivitas
fisik dan orak yang baik (brain-gym).
2. Asupan gizi berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan, mudah dicerna,
penyajian menarik dan praktis.
3. Mencegah/mengelola faktor risiko yang dapat memperberat penyakit; misalnya
hipertensi, gangguan vaskuler, diabetes dan merokok.
4. Melaksanakan hobi dan aktivitas sosial sesuai dengan kemampuan.
5. Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan, dan Asosiasi)
6. Tingkatkan aktivitas saat siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapat cahata
cukup.
Orientasi realitas:
1. Penderita diingatkan akan waktu dan tempat
2. Beri tanda khusus untuk tempat tertentu, misalnya kamar mandi
3. Pemberian stimulasi melalui latihan/permainan. Misalnya permainan monopoli, kartu,
scrabble, mengisi teka-teki silang, sudoku dan lain-lain. Hal ini memberi manfaat
yang baik pada predemensia (Mild Cognitive Impairment).
4. Menciptakan lingkungan yang familiat, aman, dan tenang. Hindarilah keadan yang
membingungkan dan menimbulkan stres. Nerikan keleluasaan bergerak.
Modifikasi perilaku:
1. Gangguan perilaku berupa agitasi, agresivitas, wandering, dan disinhibisi seksual.
2. Observasi perilaku penderita dan mencari faktor pencetusnya.
3. Memberikan informasi yang benar mengenai penyakit pada keluarga dan pengasuh.
21
Dementia “Normal Pressure Hydrocephalus”NOV 2011
4. Membuat rencana pola asuh/perawatan penderita dengan melibatkan seluruh anggota
keluarga maupun pengasuh.
Kesejahteraan keluarga dan pengasuh perlu diperhatikan
1. Keluarga dan pengasuh harus bekerjasama dalam merawat pasien.
2. Pengasuh diberi pelatihan dalam penanganan penderita terutama untuk mengatasi
gangguan perilaku dan inkontinensia urin,
3. Pengasuh diberi waktu istirahat dan kesempatan untuk berkomunikasi dengan
pengasuh lain.
III. Terapi operatif
Demensia yang menyertai Normal Pressure Hydrocephalus dapat disembuhkan dengan
melakukan tindakan operatif dengan pemasangan ventriculo-peritoneal shunt.
Kesimpulan
Deteksi dini demensia perlu dilakukan dengan mengenal gejala, melakukan
pemeriksaan klinis yang akurat, dan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan neuropsikologis dilakukan untuk penapisan demensia, menentukan
derajat keparahan, tindak lanjut dan evaluasi hasil pengobatan.
Bila diagnosis masih meragukan, lakukan rujukan ke spesialis yang mempunyai
kompetensi dalam penatalaksanaan demensia atau ke rumah sakit dengan sarana diagnostik
yang lebih lengkap.
Penggolongan tipe demensia sangat penting terutama untuk memilah tipe yang
reversibel dan irreversibel, sehingga tidak terjadi oemeriksaan dan pengobatan yang
berlebihan. Penatalaksanaa farmakologis dan nonfarmakologis secara dini dan tepat dapat
mengoptimalkan dan mempertahankan kualitas hidup penderita.
Daftar Pustaka:
1. Kelompok Studi Neurobehavior. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia.
PERDOSSI. 2007.
2. Nasrun MWS. Demensia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G (editor). Buku Ajar
Psikiatri. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2010;494–504.
3. American Academy of Neurology (AAN). Guideline Summary for Clinicians:
Detection, Diagnosis And Management Of Dementia. Diunduh dari
www.aan.com/professionals/practice/index.cfm, 07 November 2011.
22