Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa Yang ......mengakibatkan Digital Dementia...

32
1 PENDAHULUAN Salah satu hasil perkembangan teknologi komunikasi adalah perangkat komunikasi smartphone. Smartphone merupakan telepon yang menyatukan kemampuan-kemampuan terdepan; seperti bentuk kemampuan dari Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone juga memiliki fungsi- fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama seperti telepon biasa. Dengan kata lain, smartphone dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan dimanapun (Barakati, 2013). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs (http : // swa.co.id/ technology/ tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat) (23 Januari 2014) pengguna smartphone di dominasi oleh kalangan muda termasuk mahasiswa. Alasan mahasiswa menggunakan smartphone karena banyaknya fasilitas yang dapat mempermudah mahasiswa dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa untuk belajar maupun digunakan sebagai media sosial untuk berinteraksi serta sebagai hiburan (Parmuarip, Muslim, &Mulyani, 2013). Mahasiswa yang pada umumnya berusia 18-22 tahun merupakan peserta didik di perguruan tinggi yang dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam belajarnya (Amelia, 2011). Namun berbeda kenyataannya mahasiswa kadang tidak bertanggung jawab dalam belajarnya. Misalnya ketika mahasiswa yang menggunakan smartphone untuk berinteraksi di media sosial

Transcript of Perbedaan Self Regulation Learning Antara Mahasiswa Yang ......mengakibatkan Digital Dementia...

  • 1

    PENDAHULUAN

    Salah satu hasil perkembangan teknologi komunikasi adalah perangkat

    komunikasi smartphone. Smartphone merupakan telepon yang menyatukan

    kemampuan-kemampuan terdepan; seperti bentuk kemampuan dari Wireless

    Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan

    menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet,

    email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone juga memiliki fungsi-

    fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama seperti telepon biasa.

    Dengan kata lain, smartphone dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang

    memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan

    dimanapun (Barakati, 2013).

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs (http : // swa.co.id/

    technology/ tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat) (23 Januari 2014)

    pengguna smartphone di dominasi oleh kalangan muda termasuk mahasiswa.

    Alasan mahasiswa menggunakan smartphone karena banyaknya fasilitas yang

    dapat mempermudah mahasiswa dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa

    untuk belajar maupun digunakan sebagai media sosial untuk berinteraksi serta

    sebagai hiburan (Parmuarip, Muslim, &Mulyani, 2013).

    Mahasiswa yang pada umumnya berusia 18-22 tahun merupakan peserta

    didik di perguruan tinggi yang dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung

    jawab dalam belajarnya (Amelia, 2011). Namun berbeda kenyataannya

    mahasiswa kadang tidak bertanggung jawab dalam belajarnya. Misalnya ketika

    mahasiswa yang menggunakan smartphone untuk berinteraksi di media sosial

    http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat)(23http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat)(23

  • 2

    dengan jangka waktu yang lama dapat mengganggu waktu belajar seperti hasil

    wawancara penulis dengan salah satu narasumber yang mengatakan bahwa ketika

    menggunakan smartphone berjam-jam untuk berinteraksi di media sosial,

    narasumber kehilangan semangat untuk belajar (26 Januari 2014). Penggunaan

    smartphone yang berlebihan jelas dapat mengganggu waktu belajar seorang

    peserta didik termasuk mahasiswa. Seperti yang dialami oleh salah satu

    mahasiswi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, ketika ia menggunakan

    smartphone untuk mengakses jejaring sosial yang ada dalam smartphone ia

    merasa konsentrasinya terganggu saat belajar bahkan lupa akan kewajibannya

    sebagai mahasiswa untuk belajar dan kadang-kadang menghambatnya

    mengerjakan tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama, 2011).

    Smartphone ini juga memiliki dampak positif dan negative bagi

    penggunanya misalnya kepada mahasiswa. Seperti hasil penelitian Parmuarip,

    Muslim & Mulyani (2013) mengenai Alasan Penggunaan Smartphone di

    Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung yang menyimpulkan bahwa

    alasan pengguna smartphone dikalangan mahasiswa Politeknik Bandung salah

    satunya adalah pemanfaatan multimedia smartphone sebagai sarana mencari

    informasi dan belajar. Dampak negative dari penggunaan smartphone yaitu bisa

    menimbulkan kecanduan/ketergantungan pengguna terhadap hasil perkembangan

    teknologi komunikasi ini bisa menyebabkan Digital Dementia (kepikunan digital

    yang melanda kaum muda yang kecanduan berat pada gadget) atau penurunan

    kemampuan kognitif yaitu kesulitan untuk mengingat

    (http://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.

  • 3

    Pikun.Digital). Mahasiswa yang kecanduan smartphone ini akan mengganggu Self

    Regulation Learning karena mengalami penurunan kognitif dimana Self

    Regulation Learning berhubungan erat dengan kognisi. Seperti yang dikatakan

    Zimmerman (dalam Daulay & Rola, 2009) bahwa Self Regulated Learning

    merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik harus mengaktifkan dan

    mendorong kognisi. Selain itu juga dampak negatif yang ditimbulkan dari

    smartphone yaitu kepraktisan dan keefektifitasan smartphone dapat digunakan di

    mana saja dan kapan saja termasuk untuk menyontek pada saat ujian, tidak

    memperhatikan dalam kelas dan membuat para mahasiswa kecanduan.

    Kebanyakan juga mahasiswa berpendapat bahwa smartphone membuat mereka

    menjadi malas untuk mencari informasi atau belajar dengan cara yang manual.

    Mereka lebih menyukai belajar dengan praktis dan instan (Barakati, 2013).

    Fenomena mahasiswa menggunakan smartphone jelas terjadi dan dapat

    dilihat di Universitas Kristen Satya Wacana khususnya fakultas Psikologi.Dari

    hasil wawancara (26 Januari 2014) kepada mahasiswi Psikologi pengguna

    smartphonemengenai penggunaan smartphone diketahui bahwa hilangnya salah

    satu aspek Self Regulation Learning yaitu motivasi. Narasumber mengatakan

    bahwa ketika narasumber terlalu asyik menggunakan smartphone untuk

    mengunduh lagu dan video, bergosip melalui media sosial, dan bermain game

    narasumber kehilangan semangat (motivasi) dan menjadi malas untuk

    mengerjakan tugas ataupun belajar materi kuliah yang ada. Selanjutnya perilaku

    menggunakan smartphone untuk keperluan kuliah dan untuk media pembelajaran

    merupakan salah satu aspek Self Regulation Learning karena perilaku tersebut

  • 4

    merupakan upaya mahasiswa untuk mendukung aktivitas belajarnya (Hasil

    wawancara 26 Januari 2014).

    Menurut Martin dan Obsorne (dalam Daulay & Rola, 2009) mahasiswa

    yang memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik dan memiliki batas waktu

    untuk setiap pengerjaan tugasnya adalah salah satu mahasiswa yang berhasil.

    Dalam perkuliahan agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu

    yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang

    dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang jitu (Sukadji 2001, dalam Daulay

    & Rola, 2009). Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peranan penting

    dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi

    diri dalam belajar atau disebut juga dengan Self Regulated Learning (Spitzer 2000

    dalam Daulay & Rola, 2009). Salah satu manfaat Self Regulation Learning pada

    mahasiswa yaitu supaya dapat mencapai keberhasilan dalam kuliah.

    Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Daulay & Rola, 2009) menyatakan

    bahwa Self Regulated Learning adalah konsep bagaimana seorang peserta didik

    menjadi pengatur bagi pengalamannya sendiri. Zimmerman (dalam Daulay &

    Rola, 2009) menambahkan bahwa Self Regulated Learning merupakan sebuah

    proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi

    (cognition), perilaku (behaviour), dan perasaannya (affect). Ada tiga aspek dalam

    Self Regulated Learning yaitu metakognisi, motivasi, perilaku (Mujidin, 2008).

    Ketika mahasiswa menggunakan smartphone untuk media pembelajaran ada

    aspek Self Regulation Learning yang muncul yaitu motivasi. Seperti hasil

    penelitian Barakati (2013) yang menemukan bahwa smartphone memiliki dampak

  • 5

    motivasi bagi mahasiswa karena smartphone bisa memotivasi mahasiswa untuk

    belajar karena kepraktisan smartphone yang bisa digunakan untuk belajar di mana

    saja dan kapan saja.

    Ada tiga faktor yang memengaruhi seseorang sehingga melakukan Self

    Regulated Learning salah satunya adalah perilaku (Mujidin, 2008). Perilaku

    mahasiswa menggunakan smartphone sebagai merupakan upaya yang dilakukan

    individu dalam mengatur proses belajar misalnya membuat agenda atau jadwal

    belajar dan pembagian waktu untuk membuat tugas-tugas kuliah. Hal ini senada

    dengan salah satu alasan mahasiswa di Korea Selatan menggunakan smartphone

    yaitu jadwal mereka tetap terjaga atau tetap ada ketika menggunakan smartphone

    (http://azonerskaryamedia. blogspot.com/ 2011/ 12/ survei - 84 - mahasiswa – di –

    korea -selatan.html). Perilaku tersebut merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi Self Regulation Learning. Perilaku terlalu sering menggunakan

    smartphone dapat juga memengaruhi Self Regulation Learning yang

    menyebabkan terganggunya Self Regulation Learning seorang peserta didik

    misalnya sulit untuk belajar dan sulit untuk mengerjakan pekerjaan rumah

    (Pramiyas,2011), lupa untuk belajar, konsentrasi terganggu saat belajar bahkan

    menghambat mengerjakan tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama,

    2011), karena ketika mahasiswa terlalu sering menggunakan smartphone mereka

    tidak mampu lagi mengatur aktivitas belajar mereka.

    Mahasiswa yang terlalu sering menggunakan smartphone dapat

    menggangu Self Regulation Learningnya sebab mahasiswa tidak mampu lagi

    mengatur aktivitas belajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal seperti hasil-

  • 6

    hasil penelitian sebelumnya ada mahasiswa yang menggunakan media sosial

    melalui smartphone nya sampai menyebabkan mahasiswa tersebut lupa untuk

    belajar, konsentrasinya terganggu saat belajar bahkan menghambat mengerjakan

    tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama, 2011). Mahasiswa yang sering

    menggunakan smartphone juga dapat mengalami kecanduan yang dapat

    mengakibatkan Digital Dementia (kepikunan digital yang melanda kaum muda

    yang kecanduan berat pada gadget) atau penurunan kemampuan kognitif yaitu

    kesulitan untuk mengingat (http : //health.kompas.com / read/2013/ 06/ 24/

    1717056/ Makin. Banyak. Orang. Sakit. Pikun. Digital). Mahasiswa yang

    kecanduan smartphone jelas akan menggangu Self Regulation Learning karena

    mengalami penurunan kognitif, karena menurut Zimmerman (dalam Daulay &

    Rola, 2009) Self Regulated Learning merupakan sebuah proses dimana seorang

    peserta didik harus mengaktifkan dan mendorong kognisi, perilaku dan perasaan.

    Jelas bahwa Self Regulation Learning berhubungan dengan kognisi.

    Dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan smartphone, mahasiswa

    yang menggunakan handphone biasa (bukan smartphone) memiliki banyak waktu

    untuk belajar karena penggunaan handphone bagi mereka hanya sebatas untuk

    berkomunikasi seperti hasil penelitian sebelumnya ditemukan bahwa mahasiswa

    di Turki lebih mungkin menggunakan telepon genggam hanya untuk mengirimkan

    pesan singkat dan bertukar suara/menelpon (Hostut, 2010 ). Hal ini juga didukung

    hasil wawancara penulis dengan narasumber yang hanya menggunakan

    handphone biasa (bukan smatphone) yang mengatakan bahwa narasumber hanya

  • 7

    menggunakan handphone hanya sebatas untuk berkomunikasi entah dengan

    keluarga, sahabat, ataupun teman dekat.

    Disisi lain tidak dapat disimpulkan pengguna smartphone memiliki Self

    Regulation Learning rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Barakati (2013) menyimpulkan bahwa sebagian

    besar mahasiswa berpendapat bahwa smartphone dapat meningkatkan

    kemampuan mereka dalam pembelajaran bahasa Inggris karena smartphone

    memiliki dampak motivasi bagi mahasiswa karena smartphone bisa memotivasi

    mereka untuk belajar. Hasil penelitian oleh Barakati (2013) menghasilkan salah

    satu aspek Self Regulation Learning yaitu dampak motivasi bagi mahasiswa

    pengguna smartphone.Namun demikian ada penelitian di Korea (Chung, 2011)

    menemukan bahwa gadis remaja di Korea kecanduan menggunakan telepon

    selular untuk mengirim Short Message Selular dengan teman mereka yang mereka

    dilakukan di sekolah, dan hal itu dalam rangka memelihara solidaritas bukan

    sebagai media pembelajaran maka dari itu tidak dapat disimpulkan bahwa

    pengguna handphone (bukan smartphone) memiliki Self Regulation Learning

    yang baik sebab bisa juga seorang pengguna handphone biasa (bukan

    smartphone) dapat terganggu Self Regulation Learningnya.

    Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan Self

    Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang

    tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

    Wacana (UKSW). Hasil yang prokontra ini juga memperkuat penulis untuk

    meneliti terhadap pengguna smartphone dan yang tidak. Penulis mengambil

  • 8

    subjek mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW karena subjek ini banyak yang

    menggunakan smartphone serta sesuai dengan fenomena bahwa pengguna

    smartphone di Indonesia diminati kalangan muda khususnya mahasiswa.

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah, “Apakah ada perbedaan yang signifikan Self Regulation Learning antara

    mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan

    smartphone di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)?”

    Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan yang

    signifikan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan

    Smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di Fakultas Psikologi

    Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

    TINJAUAN PUSTAKA

    Self Regulation Learning

    Menurut Purwanto (2000) Self Regulated Learning secara harfiah disusun

    dari dua komponen yaitu Self Regulated yang berarti terkelola diri dan Learning

    berarti belajar. Self Regulated Learning sendiri secara keseluruhan dapat diartikan

    sebagai belajar secara terkelola diri atau dengan kata lain belajaryang bertumpu

    pada pengelolaan diri.Menurut Winne (1997) Self Regulated Learning adalah

    kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya

    sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang

    optimal.Zimmerman (dalam Daulay & Rola, 2009) menambahkan bahwa Self

  • 9

    Regulated Learning merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik

    mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour), dan

    perasaannya (affect).

    Jadi dapat disimpulkan bahwa Self Regulation Learning adalah pengaturan

    diri belajar seorang peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal

    dengan mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour),

    dan perasaannya (affect).

    Aspek-aspek Self Regulation Learning menurut Schunk dan Zimmerman

    (dalam Mujidin, 2008) mencakup tiga aspek yaitu:

    a. Metakognisi

    Metakognisi menurut Schunk & Zimmerman adalah kemampuan individu

    dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan

    diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

    b. Motivasi

    Zimmerman dan Schunk mengatakan bahwa motivasi dalam Self

    Regulated Learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri

    individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi

    yang dimiliki dalam aktivitas belajar.Motivasi merupakan fungsi dari

    kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan

    kompetensi yang dimiliki setiap individu.

    c. Perilaku

    Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk merupakan upaya individu

    untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun

    menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar.

  • 10

    Faktor faktor yang mempengaruhi Self Regulation Learning

    Zimmerman (1989) berpendapat bahwa menurut teori social kognitif terdapat

    3 hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan Self Regulated

    Learning:

    a. Individu

    Individu merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang

    dapat mempengaruhi Self Regulation Learning. Individu, yang termasuk

    dalam faktor individu antara lain;

    1) Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga membantu

    individu melakukan Self Regulated Learning.

    2) Tingkat kemampuan metakognisiindividu semakin tinggi sehingga dapat

    membantu individu melakukan Self Regulated Learning

    3) Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks tujuan

    yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk melakukan Self

    Regulated Learning.

    4) Keyakinan efikasi diri, dimana pembelajar yang memiliki taraf self efficacy

    yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun pada tugas

    akademik ditengah kesulitan, dan lebih baik dalam memantau dirinya dan

    menggunakan strategi belajar.

    b. Perilaku

    Perilaku merupakan salah satu faktor Self Regulation Learning dimana

    perilaku yang dilakukan seseorang bisa membantu dalam proses belajar.

    Fungsi perilaku adalah membantu individu menggunakan segala kemampuan

  • 11

    yang dimiliki lebih besar dan optimal upaya yang dilakukan individu dalam

    mengatur proses belajar, akan meningkatkan Self Regulated Learning pada

    diri individu. Ada 3 tahap perilaku berkaitan dengan Self Regulated Learning

    yaitu self observation, self judgement, self reaction. Apabila dikaitkan dengan

    Self Regulated Learning dapat dibedakan menjadi 3 :

    1) Behavior self reaction yaitu siswa berusaha seoptimal mungkin dalam

    belajar

    2) Personal self reaction ialah siswa berusaha meningkatkan proses yang ada

    dalam dirinya pada saat belajar

    3) Environmental self reaction yakni siswa berusaha merubah dan

    menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebutuhan.

    c. Lingkungan

    Lingkungan merupakan keadaan di luar diri individu yang dapat

    mempengaruhi Self Regulation Learning seseorang. Lingkungan dapat

    mendukung atau menghambat siswa dalam melakukan aktivitas

    belajar.Adapun pengaruh lingkungan bersumber dari luar diri pembelajar,

    dan ini bermacam-macam wujudnya. Pengaruh lingkungan ini berupa social

    and enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru, teman , orangtua

    maupun berbagai bentuk informasi literature dan simbolik lainnya, serta

    struktur konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.

    Kepemilikan Smartphone

    Kepemilikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

    perihal pemilikan atau kepunyaan, hak terhadap sesuatu. Menurut Wikipedia

  • 12

    Indonesia kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk

    memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan

    menggunakannya untuk tujuan pribadi.

    Backer (2010), menyatakan bahwa smartphone adalah telepon yang

    menyatukan kemampuan-kemampuan terdepan; ini merupakan bentuk

    kemampuan dari Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti

    sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant

    (PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone

    juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama

    seperti telepon biasa. Kelebihan yang dimiliki smartphone adalah sistem canggih

    yang berfungsi untuk download dan install aplikasi dengan waktu singkat.

    Aplikasi ini seperti program yang ada di desktop komputer, namun tidak rumit

    dan dapat dibawa kemana-mana.Smartphone memiliki prosesor cepat dan memori

    internal yang besar, tampilan layar besar (sekitar 2” - 3,5 ") dan OS (Operating

    Sisyem/Sistem Operasi) yang sangat user friendly memberikan pengalaman yang

    sangat menyenangkan untuk para pengguna smartphone ini.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan smartphone adalah hak milik,

    kekuasaan dan cara pengelolaan dari seseorang seperti yang memilikitelepon

    berkemampuan canggih seperti Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat

    berfungsi seperti sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal

    digital assistant (PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System

    (GPS) serta memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players

  • 13

    yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun yang tampilan layar berukuran

    sekitar 2” - 3,5 ".

    Pengertian kepemilikan smartphone dalam penelitian ini harus mencakup

    tiga hal yaitu hak milik smartphone merupakan hak milik seseorang (bukan hak

    milik orang lain), pemanfaatan fitur dan aplikasi dalam smartphone serta

    pengaktifan pulsa kuota internet bagi pemilik smartphone, sehingga dalam

    penelitian ini kepemilikan smartphone terdiri atas dua yaitu:

    a. Individu yang memiliki Smartphone

    Dalam penelitian ini pengertian individu yang memiliki

    smartphone adalah seseorang yang memiliki smartphone sebagaihak

    miliknya sendiri (bukan hak milik orang lain) untuk pemanfaatan fitur

    dan aplikasi dalam smartphone serta pengaktifan pulsa kuota internet

    bagi pemilik smartphone tersebut.

    b. Individu yang tidak memiliki Smartphone

    Dalam penelitian ini pengertian individu yang tidak memiliki

    smartphone adalah seseorang yang tidak memiliki smartphone

    sebagaihak miliknya sendiri (bukan hak milik orang lain) dan tidak

    memanfaatkan fitur dan aplikasi dalam smartphone serta tidak

    mengaktifkan pulsa kuota internet bagi pemilik smartphone tersebut.

    Jenis-jenis Smartphone sebagai berikut :

    a. Jenis Smartphone Symbian

    Jenis smartphone yang dikeluarkan oleh brand terkemuka Nokia

    ini merupakan awal mula munculnya smartphone. Banyaknya handphone

    Nokia berbasis symbian ini membuat OS ini melekat pada brand Nokia.

  • 14

    b. Jenis Smartphone Android

    Android merupakan OS yang dipublikasikan oleh Google,sebuah

    perusahaan search engine dan raja internet. Kebanyakan android dinaungi

    oleh Samsung dan sekarang digunakan oleh Leenovo, Oppo dan

    Smartfren.

    c. Jenis Smartphone Windows phone

    Windows Phone adalah Sistem Operasi perangkat mobile yang

    dikembangkan oleh pihak Microsoft dan menjadi sistem operasi pertama

    untuk Platform Windows Mobile pada saat ini. Nokia lumia menjadi

    pengusung windows mobile pertama di Indonesia.

    d. Jenis Smartphone IOS

    IOS atau yang dulu dikenal sebagai iPhone OS adalah sistem

    operasi buatan Apple untuk perangkat mobile buatan Apple.Perangkat

    mobile buatan Apple yang menggunakan iOS sebagai sistem operasi

    adalah iPhone, iPad, iPod touch dan Apple TV.

    e. Jenis Smartphone Blackberry

    Jenis smartphone yang masih menjadi primadonan di Indonesia ini

    merupakan keluaran RIM dengan nama produk yang sama yaitu

    blackberry.BlackBerry adalah perangkat selular yang memiliki

    kemampuan layanan push e-mail,telepon, sms, menjelajah internet,

    messenger (Blackberry Messenger/BBM), dan berbagai kemampuan

    nirkabel lainnya.

    Jenis smartphone yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

    smartphone Symbian, Android, Windows phone, IOS, Blackberry.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Push_e-mailhttp://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_selularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sms

  • 15

    Menurut Parmuarip, Muslim dan Mulyani (2013) perbedaan smartphone dan

    handphone adalah sebagai berikut;

    a. OperatingSystem

    Seperti layaknya komputer, smartphone selalu bekerja

    berdasarkan operating system yang berfungsi untuk menjalankan aplikasi

    di dalamnya.Operating system (OS) smartphone mengintegrasikan

    software dan hardware yang ada pada smartphone. Setiap smartphone

    memiliki sistem operasi yang berbeda-beda.

    b. Processor

    Kecepatan data menjadi pertimbangan khusus untuk aktivitas

    yang sering mengambil data di internet maupun berkirim data via email.

    Beberapa smartphone menawarkan kecepatan data 3G hingga High Speed

    Downlink Package Access (HSDPA) atau 3.5G yang kecepatannya

    mencapai 7 kali kecepatan 3G.

    c. Software

    Jika saat ini hampir semua ponsel memiliki software terinstall di

    dalamnya, seperti address book dan contact manager, maka smartphone

    memiliki software yang bisa melalukan lebih dari apa yang dilakukan

    sebuah ponsel. Smartphone memungkinkan Anda untuk edit dokumen

    Microsoft Office, misalnya. Atau paling tidak, Anda bisa membuka dan

    membaca dokumen Microsoft Word di smartphone. Smartphone juga

    memungkinkan Anda untuk bisa download aplikasi, edit foto,

  • 16

    mendapatkan arah jalan yang benar melalui GPS juga membuat daftar

    lagu-lagu favorit secara digital.

    d. Web Access (Kecepatan )

    Semua smartphone memiliki fitur untuk akses ke internet. Bahkan

    saat ini sudah dilengkapi dengan fasilitas WiFi sehingga memudahkan

    user untuk mengakses internet. Smartphone terbaru bahkan memiliki

    speed tinggi sehingga akses ke internet bisa dilakukan dengan cepat. Salah

    satu faktornya adalah adanya teknologi 3G yang sangat pesat dan kini

    mulai berkembang menjadi 4G, yang pastinya lebih cepat dari 3G.

    e. Keypad QWERTY

    Umumnya, sebuah smartphone menggunakan Qwerty keypad,

    yaitu keypad yang susunan hurufnya mirip dengan susunan huruf di

    keyboard komputer atau laptop. Fasilitas ini mempermudah pengguna

    untuk mengetik pada smartphone dibanding memakai keypad numerik

    atau angka.

    f. Messaging

    Baik ponsel maupun smartphone memiliki fitur SMS. Yang

    membedakan adalah kemampuan smartphone untuk mengirim dan

    menerima email, yang tidak dijumpai di ponsel. Sebuah smartphone bisa

    menghandle akun email Anda sehingga kapanpun ada email masuk, maka

    Anda kan diberi notifikasi seperti layaknya menerima SMS. Sejumlah

    smartphone juga bisa handle lebih dari satu akun email. Bukan hanya

    email, tapi smartphone juga bisa untuk membuka layanan instant

  • 17

    messaging seperti AOL Instant Messenger (AIM), Yahoo Messenger

    (YM) juga Google Talk (GTalk).

    g. Memori

    Biasanya kapasitas internal memori yang terdapat pada smartphone

    jauh lebih besar dibandingkan dengan handphone biasa. Selain terdapat

    memori internal kita juga dapat menambahkan tambahan memori supaya

    dapat menampung data-data yang lebih banyak.

    Aplikasi dalam Smartphone

    Beberapa aplikasi memfasilitasi para mahasiswa untuk belajar bahasa

    Inggris, seperti Kamus, Idiom bahasa Inggris, Tata-bahasa Inggris, dll. Tidak

    hanya aplikasinya, tetapi fitur-fitur smartphone juga dapat membantu mahasiswa

    dalam proses belajar, sebagai contoh wi-fi dapat membantu mahasiswa

    membuat tugas-tugas, MP3 player dapat membantu meningkatkan kemampuan

    mendengar mereka dan sebagainya (Barakati, 2013).

    Menurut Tempelhof (2009) dalam Yanti (2011), sebuah penelitian

    menyebutkan 70% mahasiswa keperawatan telah menggunakan PDA dan sejenis

    alat PDA dalam proses belajar. Aplikasi smartphone dapat digunakan sebagai

    proses belajar keperawatan, misalnya instruksional video dalam pemasangan

    nasogastric tube pada manikin.

    Kebanyakan mahasiswa sekarang ini juga menggunakan smartphone

    sebagai alat komunikasi mereka sehingga mereka mendownload beberapa fitur

    media sosial seperti facebook, twitter, blackberry messenger, path, instagram ke

    dalam smartphone. Melalui aplikasi media sosial yang ada di smartphone

  • 18

    mahasiswa dapat mengetahui segala informasi tentang kampus dan dapat saling

    berbagi informas tentang perkuliahan melalui media sosial yang ada dalam

    smartphone dengan teman-teman (dalam Barakati, 2013).

    Di Korea Selatan salah satu alasan mahasiswa menggunakan smartphone

    agar mereka bisa membuat agenda atau jadwal belajar sehingga bisa membagi

    waktu untuk membuat tugas-tugas kuliah. Agenda merupakan salah satu fitur

    yang ada dalam smartphone yang dapat membantu mahasiswa dalam mengatur

    proses belajarnya (http://azonerskaryamedia.blogspot.com/ 2011/ 12/ survei – 84

    – mahasiswa – di – korea - selatan.html).

    Mahasiswa

    Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang sudah menyelesaikan

    pendidikannya di sekolah menengah (umum/kejuruan) kemudian mendaftar dan

    diterima di Universitas (Sarwonodalam Amelia 2011). Pada usia sekitar 18 tahun,

    seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa. Mahasiswa adalah individu yang

    berusia 18 tahun atau lebih yang menempuh pendidikan didalam lingkungan

    universitas atau perguruan tinggi (Papalia & Oldsdalam Amelia 2011).

    Perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan

    smartphone dan tidak menggunakan smartphone

    Perilaku mahasiswa yang menggunakan smartphone untuk media

    pembelajaran merupakan salah satu aspek Self Regulation Learning dimana

    dengan menggunakan smartphone dapat membantu mahasiswa dalam proses

    belajar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tempelhof

    (dalam Yanti 2011) bahwa 70% mahasiswa keperawatan menggunakan aplikasi

    http://azonerskaryamedia.blogspot.com/%202011/%2012/%20survei%20–%2084%20–%20mahasiswa%20–%20di%20–%20korea%20-%20selatan.htmlhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/%202011/%2012/%20survei%20–%2084%20–%20mahasiswa%20–%20di%20–%20korea%20-%20selatan.html

  • 19

    smartphone dalam proses belajar. Di sisi lain tidak dapat disimpulkan bahwa

    peserta didik seperti mahasiswa yang menggunakan smartphone dapat membantu

    Self Regulation Learningnya. Sebab ada beberapa penelitian yang menemukan

    bahwa smartphone dapat mengganggu Self Regulation Learning seorang peserta

    didik. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian oleh Prastowo (2014) di salah satu

    SMA di Yogyakarta yang disebutkan oleh salah satu guru di SMA tersebut bahwa

    tingginya angka pelajar menggunakan smartphone ini sangat miris, karena pelajar

    menggunakannya tidak kenal waktu. Di sekolah saja sudah ada beberapa pelajar

    yang selalu menggunakan smartphone pada saat jam mata pelajaran berlangsung.

    Hal senada juga terjadi di Surabaya menurut hasil penelitian Pramiyas (2011)

    ditemukan bahwa ketika seorang ibu memberikan smartphone BlackBerry kepada

    anaknya, anak mereka sulit untuk disuruh belajar ataupun mengerjakan pekerjaan

    rumah.Hal itu disebabkan seringnya anak mereka menggunakan smartphone. Dari

    hasil penelitian tersebut jelas tergambar bahwa smartphone dapat menganggu Self

    Regulation Learning seorang peserta didik. Hal tersebut juga tidak dapat

    dipungkiri dapat terjadi pada peserta didik seperti mahasiswa.

    Dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan smartphone terlalu

    sering, mahasiswa yang menggunakan handphone biasa (bukan smartphone)

    memiliki banyak waktu untuk belajar karena penggunaan handphone bagi mereka

    hanya sebatas untuk berkomunikasi seperti hasil penelitian sebelumnya ditemukan

    bahwa mahasiswa di Turki lebih mungkin menggunakan telepon genggam hanya

    untuk mengirimkan pesan singkat dan bertukar suara/menelpon (Hostut, 2010 ).

    Dengan minimnya waktu yang dihabiskan mahasiswa pengguna handphone untuk

  • 20

    handphonenya, maka mahasiswa pengguna handphone biasa memiliki banyak

    waktu untuk mengatur proses belajarnya sehingga mereka cenderung memiliki

    Self Regulation Learning yang lebih baik dari mahasiswa pengguna smartphone.

    Dari hasil-hasil penelitian di atas, penulis berasumsi bahwa ada perbedaan

    Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan

    yang tidak menggunakan smartphone (handphone biasa).

    Hipotesis Penelitian

    Mengacu pada masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan Self

    Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang

    tidak menggunakan smartphone.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini

    adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan

    jumlah populasi yang tidak diketahui. Sampel dalam penelitian ini ditentukan

    berdasarkan Kerlinger dan Lee (dalam Wardhani, 2009) yang mengatakan bahwa

    jumlah minimal sampel dalam penelitian kuantitatif adalah 30 sampel. Dalam

    penelitian ini sampel yang digunakanberjumlah 116 sampel yang diambil

    berdasarkan kriteria-kriteria populasi yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan

    karena dalam penelitian kuantitatif dianggap akan menghasilkan perhitungan

    statistik yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah kecil (Kumar dalam

    Wardhani, 2009). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

  • 21

    Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

    peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

    menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah teknik Snowball. Snowball

    sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,

    kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau

    dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap

    data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu

    dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu

    seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak yaitu ≥ 30 (Sugiyono, 2010).

    Untuk mengukur variabel Self Regulation Learning peneliti menggunakan

    Skala Self Regulation Learning yang disajikan dalam bentuk angket. Skala ini

    merupakan modifikasi dari dari skala Motivational Strategies for Learning

    Questionnaire (MSLQ) oleh Artino yang diadaptasi dari Pintrich et al (1991) yang

    berdasarkan tiga aspek Self Regulation Learning menurut Schunk dan

    Zimmerman (dalam Mujidin, 2008) yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku.

    Item dalam skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan

    unfavorable dengan menggunakan angka 1 hingga 7.Angka 1 (pilihan untuk item

    yang tidak dialami oleh subjek), angka 7 (pilihan untuk item yang dialami oleh

    subjek) dan antara angka 1 hingga 7 (pilihan untuk item yang kurang lebih

    dialami subjek).

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai atau uji coba

    terpakai yaitu subjek yang digunakan untuk uji cobajuga digunakan sebagai data

    penelitian guna menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Sebelum pengambilan

  • 22

    sampel dilakukan, peneliti melakukan uji coba bahasa kepada 6 responden yaitu 3

    responden pengguna smartphone dan 3 responden pengguna handphone yang

    memiliki kriteria yang sama pada subjek penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba

    bahasa, peneliti memperbaiki beberapa kalimat pada item pernyataan skala

    psikologi yang akan digunakan sesuai dengan saran dari responden dan

    pembimbing.

    Berdasarkan pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali, didapatkan

    koefisien seleksi item yaitu yang bergerak antara 0,296 sampai dengan 0,773.

    Dalam penelitian ini ada 7 item yang tidak valid, dan tersisa 39 item valid.

    Dari hasil uji reliabilitas setelah 7 item yang gugur dihilangkan, diperoleh

    hasil koefisien α = 0,750. Bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati

    angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel, begitupun sebaliknya (Azwar,

    2012), maka dapat disimpulkan bahwa skala Self Regulation Learning yang

    digunakan dalam penelitian ini reliabel.

    HASIL PENELITIAN

    Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel Self

    Regulation Learning digunakan 5 kategori, yaitu dengan mengurangi jumlah skor

    tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori

    (Hadi, 2000). Berdasarkan perhitungan data penelitian yang telah

    dilakukan,didapatkan hasil analisis deskriptif Self Regulation Learning dengan

    nilai minimum yakni sebesar 39 dan nilai maksimum 273. Mean atau rata-rata

    yang diperoleh adalah 176.0172 dan standar deviasi sebesar 41,30838 seperti yang

    terlihat dapat Tabel 1.

  • 23

    TABEL 1

    Kategori Skor Self Regulation Learning

    No. Interval Kategori Frekue

    nsi % Mean

    Standar

    Deviasi

    1. 226,2 ≤ x < 273 Sangat Tinggi 7 6,03

    176,0172

    41,30838

    2. 179,4 ≤ x < 226,2 Tinggi 60 51,72

    3. 132,6 ≤ x < 179,4 Sedang 34 29,31

    4. 85,8 ≤ x < 132,6 Rendah 10 8,62

    5. 39 ≤ x < 85,8 Sangat

    Rendah

    5 4,31

    Hasil analisis perbedaan kategori Self Regulation Learning antara

    mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan

    smartphone (handphone) di Fakultas Psikologi UKSW menunjukkan data pada

    Tabel 2 sebagai berikut:

    TABEL 2

    Kategori Skor Self Regulation Learning pengguna Smartphone dan

    pengguna handphone

    No. Interval Kategori Smart

    phone % Handphone %

    1. 226,2 ≤ x < 273 Sangat

    Tinggi

    4 6,45 3 5,55

    2. 179,4 ≤ x < 226,2 Tinggi 32 51,6 28 51,8

    3. 132,6 ≤ x < 179,4 Sedang 18 29,03 16 29,62

    4. 85,8 ≤ x < 132,6 Rendah 6 9,67 4 7,4

    5. 39 ≤ x < 85,8 Sangat

    Rendah

    2 3,22 3 5,5

    Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas yang

    bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada

    masing-masing variabel. Data dari variabel penelitian diuji normalitasnya

    menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan

    berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05.

  • 24

    TABEL 3

    Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Smartphone Handphone

    N 62 54

    Normal Parametersa Mean 175.39 176.74

    Std. Deviation 40.797 42.260

    Most Extreme Differences Absolute .125 .160

    Positive .081 .076

    Negative -.125 -.160

    Kolmogorov-Smirnov Z .983 1.177

    Asymp. Sig. (2-tailed) .288 .125

    a. Test distribution is Normal.

    Hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Self

    Regulation Learning pada masing-masing kelompok sampel memiliki koefisien

    Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,983 dan 1,177 dengan probabilitas (p) atau

    signifikansi sebesar 0,288 dan 0,125 pada masing-masing kelompok sampel

    dengan demikian variabel Self Regulation Learning memiliki distribusi data yang

    normal karena p>0,05.

    Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam

    penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila

    nilai probabilitas p > 0,05.

    TABEL 4

    Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances

    Self RegulationLearning

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    .206 1 114 .651

    Dari hasil uji homogenitas pada tabel 4 menunjukan bahwa nilai koefisien

    Levene Test sebesar 0,206 dengan signifikansi sebesar 0,651. Oleh karena nilai

  • 25

    signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

    homogen.

    Setelah dilakukan analisis data mengenai perbedaanSelf Regulation

    Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak

    menggunakan smartphone di fakultas Psikologi UKSW, maka diperoleh hasil

    sebagai berikut :

    TABEL 5

    Hasil Uji-T

    Group Statistics

    HP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

    SRL 1 62 175.39 40.797 5.181

    2 54 176.74 42.260 5.751

    TABEL 5.1 Independent Samples Test

    Levene's Test for Equality of

    Variances t-test for Equality of Means

    F Sig. t df Sig. (2-tailed)

    Mean Difference

    Std. Error Diffe-rence

    95% Confidence Interval of the

    Difference

    Lower Upper

    SRL Equal variances assumed

    .223 .637 -.175 114 .861 -1.354 7.722 -16.650 13.943

    Equal variances not assumed

    -.175 110.630 .861 -1.354 7.741 -16.693 13.985

    Hasil perhitungan Independent Sample Test pada Tabel 5.1 menunjukkan

    bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan antara pengguna smartphone dan bukan

    pengguna smartphone (equal variances not assumed) memiliki nilai t-test sebesar

    -.175 dengan signifikansi 0.861 atau p > 0,05 yang berarti tidak terdapat

  • 26

    perbedaan Self Regulation Learningantara mahasiswa yang menggunakan

    smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi

    UKSW.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan Self Regulation

    Learningantara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak

    menggunakan smartphone di fakultas Psikologi UKSW, didapatkan hasil

    perhitungan Independent Sample Test sebesar -.175 dengan signifikansi 0,861 (p

    > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak

    ada perbedaan Self Regulation Learningantara mahasiswa yang menggunakan

    smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi

    UKSW.

    Menurut Widhiarso (2011) ada beberapa penyebab mengapa hasil uji

    statistik tidak signifikan, seperti adanya outliers, model tidak sesuai, ukuran

    sampel kecil, pengaruh variabel intervening, prasyarat analisis yang tidak

    dipatuhi, perbedaan konteks, alat ukur yang kurang valid dan reliabel, dan

    penyebab lainnya seperti masalah data, sampel, desain penelitian dan lain-lain.

    Peneliti mencoba menjelaskan secara teori kemungkinan adanya penyebab

    lain mengapa hasil uji statistik penelitian ini tidak terbukti. Ini bisa disebabkan

    karena mahasiswa yang merupakan usia remaja ingin memenuhi tugas

    perkembangan sebagai seorang remaja yaitu mencapai tingkah laku yang

    bertanggungjawab terhadap tujuannya yaitu kuliah (Havigrust, 2014). Maka dari

    itu untuk bertanggung jawab terhadap tujuannya maka mahasiswa harus fokus dan

  • 27

    mampu mengendalikan diri dari perilaku-perilaku negatif seperti penggunaan

    smartphone dan handphone yang berlebihan, karena menurut Papalia, Olds &

    Feldman (2004) dalam bidang pendidikan di perguruan tiinggi, mahasiswa

    dituntut untuk bertanggung jawab dalam belajarnya.

    Meskipun tidak ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa

    yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone namun

    dalam kategorisasi skor Self Regulation Learning mahasiswa yang menggunakan

    smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone masuk pada kategorisasi

    skor Self Regulation Learning yang tinggi dengan presentase 51,72% dan dari 62

    mahasiswa yang menggunakan smartphone yang Self Regulation Learningnya

    tergolong tinggi ada 51,6% dan dari 54 mahasiswa yang tidak menggunakan

    smartphone (menggunakan handphone) yang Self Regulation Learningnya

    tergolong tinggi ada 51,8%. Artinya meskipun smartphone dan handphone tidak

    berpengaruh dalam melakukan Self Regulated Learning namun mahasiwa fakultas

    psikologi memiliki nilai skor Self Regulation Learning yang tinggi, yang

    kemungkinan mahasiswa psikologi UKSW melakukan Self Regulation Learning

    secara manual tanpa bantuan media elektronik seperti smartphone dan handphone.

    Dalam hal metodologi, hipotesis dalam penelitian ini ditolak bisa saja disebabkan

    karena peneliti kurang mespesifikasikan aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh

    mahasiswa dalam membantu Self Regulation Learning mereka. Misalnya aplikasi

    agenda atau note dalam smartphone yang dapat membantu mahasiswa dalam

    membuat jadwal kuliah atau jadwal membuat tugas kuliah, kemudian aplikasi

    alarm yang dapat mengingatkan mahasiswa untuk membuat tugas-tugas kuliah.

  • 28

    Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa pengguna smartphone

    ditemukan bahwa mereka jarang menggunakan smartphone mereka untuk

    membuat agenda kuliah atau agenda membuat tugas dalam smartphone

    merekadan mereka juga hanya kadang-kadang menggunakan smartphone untuk

    browsing-browsing tugas. Begitu pula hasil wawancara dengan pengguna

    handphone biasa ditemukan bahwa mereka hanya menggunakan handphonehanya

    sebatas untuk menelpon, sehingga dalam hal ini tidak terdapat perbedaan yang

    mencolok antara smartphone dan handphone biasa.

    Di Indonesia handphone biasa dapat mengakses aplikasi yang sama

    dengan aplikasi yang ada di smartphone seperti aplikasi media sosial sehingga

    perbedaan antara smartphone dan handphone kurang begitu nampak. Di Indonesia

    sekarang ini juga, memungkinkan pengguna handphone biasa untuk

    menggunakan akses internet yang ditawarkan oleh provider-provider dengan

    layanan yang menarik.

    Dalam hal teori juga, tidak adanya perbedaan Self Regulation Learning

    antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan

    smartphone di fakultas Psikologi UKSW mungkin disebabkan karena ada faktor

    lain yang memengaruhi Self Regulation Learning. Zimmerman (1989)

    menjelaskan selain perilaku yang memengaruhi Self Regulation Learning, ada

    faktor individu dan lingkungan yang memengaruhi Self Regulation Learning.

    Misalnya pada faktor lingkungan, orangtua dapat memengaruhi Self Regulation

    Learning karena orangtua orang tua dapat membantu anak menjadi pelajar dengan

    pengaturan diri (Boekaerts, Schunk, dan Zimmerman dalam Santrock, 2007).

  • 29

    Keterlibatan orang tua juga dapat meningkatkan Self Regulated Learning anak

    sehingga prestasi akademiknya meningkat (Pons dalam Woolfolk 2006).

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan Self Regulation

    Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak

    menggunakan smartphone diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Tidak ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang

    menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di

    fakultas Psikologi UKSW.

    2. Sebagian besar mahasiswa fakultas Psikologi UKSW yang menggunakan

    smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone (menggunakan

    handphone) tergolong dalam kategori Self Regulation Learning tinggi

    dengan presentase 51,72%. Dari 62 mahasiswa yang menggunakan

    smartphone yang Self Regulation Learningnya tergolong tinggi ada

    51,6% dan dari 54 mahasiswa yang tidak menggunakan smartphone

    (menggunakan handphone) yang Self Regulation Learningnya tergolong

    tinggi ada 51,8%.

    SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih

    banyaknyaketerbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa

    saran sebagai berikut :

  • 30

    a. Saran bagi mahasiswa

    Penggunaan smartphone dan handphone dapat membantu mahasiswa

    dalam melakukan Self Regulation Learning, maka dari itu disarankan

    mahasiswa dapat menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada dalam smartphone

    maupun handphone yang dapat membantu dalam proses Self Regulation

    Learning.

    b. Saran bagi peneliti selanjutnya

    Melihat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti

    selajutnya disarankan untuk :

    1) Peneliti selanjutnya dapat meneliti faktorlain yang memengaruhi Self

    Regulation Learning seperti individu dan lingkungan.

    2) Dalam penelitian ini memakai subjek mahasiswa Fakultas Psikologi, yang

    memungkinkan subjek sudah mengetahui maksud dari penelitian ini

    sehingga cenderung memberikan jawaban yang terbaik. Sehingga peneliti

    menyarankan agar penelitian selanjutnya memakai subjek lain diluar

    Fakultas Psikologi.

    3) Peneliti lain diharapkan dapat menspesifikasikan aplikasi dalam

    smartphone dan handphone yang dapat membantu subjek dalam Self

    Regulation Learning

    DAFTAR PUSTAKA

    Amelia. (2011). Hubungan Self Regulation dengan Prestasi Belajar pada

    Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Skripsi.

    Salatiga: UKSW.

  • 31

    Azwar Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta:

    Pustaka Belajar.

    Barakati. (2013). Dampak Penggunaan Smartphone dalam Pembelajaran Bahasa

    Inggris (Persepsi Mahasiswa). Jurnal Sastra. Manado: Fakultas Sastra

    Universitas Sam Ratulangi.

    Daulay & Rola. (2009). Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa

    yang bekerja dan yang tidak bekerja. Jurnal Psikologi. Sumatera Utara:

    Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    Hadi, S. (2000).Statistik jilid 2. Jogjakarta: Andi.

    Havigrust. (2014). Tugas-tugas perkembangan remaja.Diperoleh dari

    Saifulq.blogspot.com/2013/04/tugas-tugas-perkembangan-remaja.html

    (diakses tanggal 9 Agustus 2014).

    Hostut. (2010). Uses and Gratifications of Mobile Phone Use Among Students in

    Turkey.GMJ: Mediterranean Edition 5(1/2) Spring/Fall 2010.

    Latipah. (2010). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian

    Meta Analisis.

    Mujidin. (2008). Perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa

    UNDERACHIEVERS dan Siswa OVERACHIEVERS pada Kelas 3 SMP

    NEGERI 6 YOGYAKARTA. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Fakultas

    Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

    Namho Chung. (2011). Journal Korean Adolescent Girl’s Addictive Use of

    Mobile Phones to Maintain Interpersonal Solidarity. Korea: Vol 39.

    No.p1349-1358, 10p

    Parmuarip, Muslim, Mulyani. (2013). Alasan Penggunaan Smartphone di

    Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung. Jurnal Politeknik.

    Bandung: Jurusan Teknik Komputer dan Informatika Politeknik Negeri

    Bandung.

    Pramiyas Riestifa. (2011). Jurnal Tindakan Sosial Ibu Terhadap Anak Pengguna

    BlackBerry. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga.

  • 32

    Prastowo.(2014). Pengaruh Teknologi Bersmartphone Terhadap

    Remaja.Diperoleh dari http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-

    terhadap-remaja.html (diakses pada bulan Januari 2014).

    Putranama,( 2011). Jurnal Airlangga Pentingnya BlackBerry Bagi

    Pengguna.Diperoleh dari

    http://Jurnal%20Airlangga%20%20Pentingnya%20Blackberry%20Bagi%

    20Pengguna.html(diakses pada bulan Januari 2014).

    Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

    Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta

    Bandung.

    Wardhani, P.W. (2009). Hubungan Nilai Budaya Uncertainty Avoidance dengan

    ingkah aku novatif. iunduh pada 16 uni 2014, dari

    http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126429-155.8%20PUT.

    Widhiarso, W. (2011). Diskusi psikometri dan statistika: beberapa penyebab

    mengapa hasil uji statistik tidaksignifikan.Diperolehdarihttp://belajar-

    psikometri.blogspot.com/2011/06/beberapa-penyebab-mengapahasil-

    uji.html (diakses pada 16 Januari 2014, 22.00).

    Woolfolk. (2006). Educational Psychology.Amazone.

    Yanti. (2011). Pemanfaatan Smartphone dalam Pendidikan Keperawatan. Artikel

    Ilmu Keperawatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

    Indonesia.

    http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat.

    http://blogging.co.id/jenis-jenis-smartphone.

    http://anas-shady.blogspot.com/2012/12/symbian.html.

    http://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.P

    ikun.Digital.

    http://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-

    selatan.html.

    http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-terhadap-remaja.html/http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-terhadap-remaja.html/http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126429-155.8%20PUThttp://blogging.co.id/jenis-jenis-smartphonehttp://anas-shady.blogspot.com/2012/12/symbian.htmlhttp://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.Pikun.Digitalhttp://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.Pikun.Digitalhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-selatan.htmlhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-selatan.html