REFERAT Bercak Darah

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah. Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya melalui V isum et R epertum . Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam” yang terdiri antara lain atas : 1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan. 2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan. 3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian. 1

description

referat forensik

Transcript of REFERAT Bercak Darah

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah. Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya melalui Visum et Repertum.Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan saksi diam yang terdiri antara lain atas :1.Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.2.Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.3.Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian.4.Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian.5.Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri.Bila saksi diam tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensik sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus pelakunya akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup.Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam membantu kita sebagai si pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus kejadian kejahatan, karena dengan mengetahui secara pasti pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus-kasus tertentu, apa yang kita lakukan menjadi tepat guna. Sehingga dapat membantu terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan suatu kasus kejadian kejahatan seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa melalui visum, barang/ benda yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat berbicara oleh para dokter yang melakukan visum melalui Visum et Repertum.Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa kriminal dewasa ini. Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu kejahatan. Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak suatu peristiwa kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang memulai. Pelaku tindak kriminal berusaha menutupi dengan jalan menghilangkan tanda bukti yaitu dengan membersihkan darah dan menghilangkan jejak.Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminal.Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali disamarkan oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban,seringkali pelaku kejahatan menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan berbagai cara antara lain : membuang baju korban, mencuci baju korban dengan tujuan untuk menghilangkan bercak darah yang ada, sehingga pada saat dilihat tidak akan diketahui adanya darah. Oleh karena fakta tersebut kelompok kami ingin mengkaji bagaimana pengaruh air rendaman sabun pada tetes darah kering yang dilakukan tes Benzidine.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah didapatkan rumusan masalah antara lain:1. Bagaimana prosedur untuk melakukan Tes Benzidine?2. Bagaimana pengaruh bercak darah kering yang dilakukan Tes Benzidine dalam rendaman air, deterjen bubuk dan deterjen cream?1.3. Tujuan Penyusunan refarat ini bertujuan agar tenaga medis khususnya para dokter umum , dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan laboratorium sederhana yang ada pada ilmu forensik yaitu dapat melakukan tes penyaring (Tes Benzidine) dan dapat menginterpretasikan hasilnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. FISIOLOGI DARAHDarah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel disuspensikan dalam larutan berair asin yang disebut plasma (Jika seseorang menganggap bahwa organisme hidup seperti manusia telah berevolusi dari spesies awalnya hidup dan bernapas dalam air laut, maka orang mungkin menduga bahwa larutan garam dari plasma darah adalah cara tubuh internalisasi air laut dan hidup di tanah kering ).Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit (partikel berbentuk disk ditampilkan di atas).Sel darah merah membuat sekitar 40% dari darah (berdasarkan volume).Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal sederhana.Setiap sel darah merah diisi dengan hemoglobin, protein yang membawa oksigen ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan.Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah cincin seperti besar molekul yang memiliki pusatnya atom tunggal dari besi (Fe), yang adalah apa yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr) kompleks oksida.Properti kimia heme yang memberikan kemampuan ini dalam ikatan kovalen banyak ganda yang membentuk cincin.Ini ikatan ganda dapat digeser ke dalam banyak berbeda "resonansi" konfigurasi. Hal ini memungkinkan untuk oksigen lebih banyak untuk dilakukan dibandingkan jika hanya larut dalam darah.Ada berbagai sel ditemukan dalam darah.Sel darah putih ('berbulu' partikel berbentuk bola yang ditampilkan di atas) misalnya, adalah instrumental dalam sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk membela terhadap perangkat lunak berbahaya pembawa penyakit bakteri, virus, atau jamur.Trombosit adalah fragmen sel darah putih (juga ditampilkan di atas) yang membantu pembekuan darah menjumlahkan dan membentuk serat dalam pembukaan luka yang memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk keropeng.Darah sedikit bersifat (alkali) terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan 45% padatan (sel, fibrin). Darah mengandung air, sel, enzim protein dan substansi organic yang bersirkulasi keseluruh system vaskuler (pembuluh drah), membawa bahan mutrisi dan menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna kekuningan yang merupakan cairan mengandung zat beku darah. Bahan padatan terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih. Dimana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisis dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibody, yang penting untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa suatu substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik.Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologic forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik mungkin mempunyai DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda.

2.2. PEMERIKSAAN DARAH UNTUK KASUS KRIMINALDarah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering, karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan mongering setelak kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah mengering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar..Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan:a.Bercak tersebut benar darahb.Darah dari manusia atau hewanc.Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

2.3. DETEKSI DAN IDENTIFIKASI BERCAK DARAHPemeriksaan noda darah dapat dikerjakan secara :1. Histological, histolochemical, cytologiccal, untuk menentukan :a. Butir-butir darah, red cell haemoglobinb. Butir-butir darah mamalia/nonmamalia, darah mamalia berbentuk circular, biconcave, tak berinti, kecuali unta, darahnya oval, tidak berinti. Darah non mamalia oval berintic. Sex chromatin dalam leukocytesd. Kelainan-kelainan patologis dari darah seperti sickle cell2. Chemical test, dibagi menjadi :a. Preliminary test :Terdiri dari colour test : benzidine test, guaiac test dan phenoptaline testb. Conclusive testTerdiri dari crystal test: teichman dan takayamac. Phsyco-chemical test lainnya : spectroscopy, polargraphy, electrophoresis dan chromatography.

2.4. REAKSI BENZIDINE (Test Adler)Dulu Benzidine test pada forensik banyak dilakukan oleh Adlers (1904).Tes Benzidine atauTest Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darahlainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya.Diantara colour test, benzidine test adalah yang paling sensitive dan paling umum dipakai di laboratorium. Rationale= dengan adanya perokside, seperti H2O2 , Hemoglobin mengkalis proses oksidasi dari leukobase seperti benzidine, sehingga terbentuk senyawa yang berwarna.H2O2 + H2R peroksidase 2H2O + R White benzidineHbblue benzidineSifat dan kepekaanTest ini tergolong tidak spesifik sebab selain darah juga positif pada: Direct oxididzing compounds seperti : potassium permanganate, potassium chromate, coppher sulphate. Tumbuh-tumbuhan kaya peroksidase seperti bawah putih, jeruk, wortel Bakteri tertentu : bacillus coli faecalisKepekaan test ini kira-kira 1:200.000Bahan :Benzidine, glacial acetic acid, hydrogen peroksida(10-30 vols), Pasteur pipets10% larutan benzidine dalam glacial acetic acid dibuat dalam satu tes tube 20cc. suatu test tube kedua diisi dengan H2O2Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H20220% dan 1 tetes reagen Benzidin.Hasil:Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap padakertas saring.

2.5. DETERJENDeterjen adalah sebuah (atau gabungan beberapa) senyawa, yang memudahkan proses pembersihan (cleaning). Istilah deterjen kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan jenis lainnya. Kelebihan deterjen adalah mampu lebih efektif membersihkan kotoran meski dalam air yang mengandung mineral dan lebih mudah dibuat. Derajat keasaman/pH detergen sangat basa, yakni 9,5-12.2.5. 2.5.1. Kandungan Detergena. Surfaktan merupakan bahan utama deterjen. Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif (anionik), memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring). Etoksilat, tidak berubah menjadi partikel yang bermuatan (non-ionik), busa yang dihasilkan sedikit, tapi dapat bekerja di air sadah (air yang kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi partikel positif (kationik) ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut (softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif, netral atau negatif bergantung pH air yang digunakan (amfoterik). Kedua surfaktan ini cukup kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.b. Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat (sodium tripolyphosphate/STP), natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Penambahan sodium tripolifosfat menaikkan pH menjadi basa (di atas 10). Standar STP di Indonesia adalah 2,18 gr.c. Kandungan lain dalam detergen adalah anti redeposisi. Redeposisi dimaksudkan untuk mengikat kotoran yang sudah lepas dari pakaian agar tidak kembali menempel. Kotoran itu diikat oleh bahan yang dinamai sodium carboxy methyl cellulose (SCMC). Cara kerja SCMC adalah menyerap kotoran dengan membuat pembatas ion yang mencegah redeposisi. Kotoran terbungkus ion negatif atau kation demikian pula lapisan pakaian bermuatan negatif. Akibat dua kutub yang sama, maka terjadi saling tolak, sehingga kotoran akan larut dalam air saat pembilasan atau pengeringan.d. Pada umumnya kotoran yang dapat dihilangkan surfaktan adalah yang berasal dari debu atau tanah. Bila kotoran lebih berat seperti noda makanan dan noda darah, perlu ditambahkan enzim tertentu seperti enzim pengurai protein atau lemak. Namun, jika nodanya sudah lama, akan sukar sekali dihilangkan karena antara noda dan serat kain dapat terjadi reaksi polimerisasi yang menyatukan noda dengan kain.e. Bahan pengisi. Bahan pengisi ini berfungsi menetralisir kesadahan air atau melunakkan air, mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang dicuci dan mencegah terbentuknya gumpalan dalam air cucian.

2.5.2. Jenis DeterjenBerdasarkan bentuk fisiknya detergent dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :a. Detergent cair, secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya deterjen cair ini belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.b. Detergent krim, bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.c. Detergent bubuk, jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, detergent bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu detergent bubuk berongga dan detergent bubuk padat

BAB IIIHASIL PRAKTIKUM DAN KESIMPULAN

Praktikum dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dari tanggal 20 Mei 2015 24 November 2015. 3.1 Alat dan Bahan:1. Sampel darah vena 5 cc tanpa antikoagulan2. Kain putih 3. Reagen Benzidine4. Reagen Hidrogen Peroksida 3% (H2O2)5. Deterjen (So klin) 5 g dan wings cream sabun6. Air 250 cc7. Beaker glass 50 cc dan 500 cc8. Bengkok9. Batang pengaduk 14 cm10. Pipet Pasteur11. Corong kaca 7,5 cm

H2O2 3% Benzidine

Gelas Kimia Berisi Rendaman Air deterjen3.2 Hasil PraktikumHari 1 jam 15.00 WIBPerlakuan: Menyiapkan 6 lembar kain putih Meneteskan 2 tetes darah pada 5 bagian pada masing-masing kain putih Membiarkan darah kering selama 24 jam dalam suhu kamar (27oC)Hasil :

Hari 2 Jam 15.00 WIBPerlakuan: Menyiapkan reagen kontrol, yaitu deterjen 5 g dilarutkan dalam 250 cc air Menyiapkan 3 buah kain yang telah ditetesi darah untuk percobaan hari pertama Mencuci kain yang telah ditetesi darah dengan masing-masing, sabun cuci so klin, sabun wings cream, dengan air putih dan yang tidak dimanipulasi

Meneteskan Benzidine 1-2 tetes pada masing-masing bercak darah yang telah dikeringkan Meneteskan H2O2 3% 1-2 tetes pada bercak darah yang telah ditetesi Benzidine Melihat perubahan warna Hasil : Hasil tes benzidine pada bercak darah: positif dengan warna biru kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa bercak darah tersebut adalah benar darah. Kain yang dicuci dengan so klin

Timbul warna biru terang pada kain yang ditetesi bercak darah Kain yang dicuci dengan wings

Timbul warna biru gelap pada kain yang ditetesi bercak darah

Kain yang dicuci tanpa sabun

Timbul warna biru kehitaman pada kain yang ditetesi bercak darah

Hari 3 jam 15.00 WIBPerlakuan: Menyiapkan 3 buah kain yang telah ditetesi bercak darah 2 hari yang lalu Mencuci masing-masing dengan so klin, wings cream dan air biasa Meneteskan Benzidine 1-2 tetes pada masing-masing bercak darah yang telah dikeringkan Meneteskan H2O2 3% 1-2 tetes pada bercak darah yang telah ditetesi Benzidine Melihat perubahan warna Hasil: Kain yang di cuci dengan wing cream

Timbul warna biru gelap pada kain yang di tetesin bercak darah Kain yang di cuci dengan soklin

Timbul warna biru terang pada kain yang di tetesin bercak darah Kain yang di cuci tanpa sabun

Timbul warna biru kehitaman pada kain yang ditetesi bercak darah

3.3 Kesimpulan Setelah bercak darah dikeringkan lalu dilakukan perendaman dengan deterjen bubuk, kemudian bercak darah dilakukan tes benzidine, timbul perubahan warna menjadi biru terang. Warna yang sama juga timbul setelah dilakukan tes benzidin lagi pada hari ke dua.. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan perendaman dengan deterjen cream, perubahan warna yang timbul menjadi biru gelap dan warna yang sama juga timbul setelah dilakukan tes benzidin lagi pada hari ke dua. Kemudian pada hasil penelitian terhadap bercak darah pada kain yang di cuci tanpa menggunakan sabun, timbul warna biru kehitaman setelah dilakukan tes benzidin. Hal yang sama juga terjadi pada hari kedua. Jadi dapat disimpulkan bahwa bercak darah akan mengalami perubahan warna setelah dilakukan tes benzidin walaupun telah dicuci dengan deterjen/tanpa deterjen namun tidak dapat ditentukan berdasarkan perubahan warna yang terjadi setelah kain di cuci pada hari ke dua.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2. Idris, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara.3. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI.4. Darmono. Serologi Forensik. www. geocities. Ws/kuliah_farm/farmasi_forensik /Serologi_forensik. doc. Diakses Tanggal 15 Mei 20155. Anonymous. 2011.Kandungan Sabun, Shampo, Detergen. (Online). http://pretzga.multiply.com/journal/item/3/Kandungan_SabunSampo_Detergen_. Diakses tanggal 15 Mei 2015.

11