Referat
-
Upload
aziz-rahman-muis -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
description
Transcript of Referat
REFRESHING
ANATOMI SISTEM LAKRIMALIS
Pembimbing:
Dr. Hj. Riana Azmi, Sp. M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1
1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI APPARATUS LAKRIMALIS
1.1.1 Anatomi Apparatus LakrimalisSistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan
drainase air mata, apparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian (Vaughan, 2007):
1) Komponen sekresi, yang terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan
mata.
2) Komponen ekskresi, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri dari kanalikuli,
sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
Gambar 1: Apparatus Lakrimalis
1
Gambar 2: Apparatus Lakrimalis
1. Kelenjar Lakrimalis
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di fossa
glandulae lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Duktus kelenjar ini mempunyai panjang
berkisar 6-12 mm, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva (Vaughan, 2007).
Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator
menjadi:
a) Lobus orbita yang berbentuk kenari dan lebih besar, terletak di dalam fossa
glandulae lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari
bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai
bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris kulit, muskulus orbikularis okuli,
dan septum orbita.
b) Lobus palpebra yang lebih muara ke forniks temporal superior. Bagian palpebra yang
lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks konjungtiva superior. Duktus
sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil, yang menghubungkan
bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva
superior. Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan memutus semua saluran
penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi. Lobus palpebra kadang-
kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior.
Persarafan kelenjar-utama datang dari nucleus lakrimalis di pons melalui nervus
2
intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus trigeminus. Denervasi
adalah konsekuensi yang sering terjadi pada neuroma akustik dan tumor-tumor lain di sudut
cerebellopontin.
2. Kelenjar Lakrimal Aksesorius
Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar utama, kelenjar lakrimal
aksesorius mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan Wolfring identik
dengan kelenjar utama, tetapi tidak memiliki ductulus. Kelenjar - kelenjar ini terletak di
dalam konjungtiva, terutama di forniks superior Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar
di konjungtiva, mensekresi glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea
Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air
mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius
dikenal sebagai “pensekresi dasar". Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk
memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun
banyak air mata dari kelenjar lakrimal (Vaughan, 2007).
Sistem ekskresi air mata terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis (Vaughan, 2007).
1. Punctum Lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0,3 mm terletak di sebelah medial
bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari
jaringan sekitarnya, selain itu warna pucat dari punctum ini sangat membantu jika
ditemukan adanya sumbatan. Punctum lakrimalis biasanya tidak terlihat kecuali jika
kelopak mata dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan
jarak masing-masing ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm. Air mata dari
kantus medial masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama
puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas
lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya
berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah
medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun,
dan kemudian hampir horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus
3
mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot
tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak
dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus
frontalis maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15
mm; bagian ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus
nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah
lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan
suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lakrimalis (Hasneri),
dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal
osseus, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting, mulai dari lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan
kecepatan yang kira-kira sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya
sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air
mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian
khusus orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya
keluar. Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista lakrimalis posterior, dan traksi
fascia yang mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan
menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus.
Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalarn sakus, yang kemudian berjalan
melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke dalam
meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis sakus cenderung
menghambat aliran balik udara dan air mata. Yang paling berkembang di antara lipatan ini
adalah “katup” Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila
tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun
(Vaughan, 2007).
4
Gambar 3: Anatomi Sistem Drainase Lakrimal
Gambar 4: Fisiologi Sistem Drainase Lakrimal
1.1.2 Fisiologi Apparatus LakrimalisSistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal yaitu
kelenjar lakrimalis dan sistem drainase (Sidarta, 2005) (Vaughan, 2007) (Lang, 2000).
Kelenjar lakrimalis ini terdiri atas dua lobus, yaitu bagian orbita terletak pada sisi temporal
anterior rongga orbita dan bagian palpebra, yang terletak di sisi temporal fornik konjungtiva
superior. Kelenjar lakrimalis sebagai komponen sekresi menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata (Sidarta, 2005) (Vaughan, 2007) (Lang, 2000). Kelenjar lakrimal
5
normalnya menghasilkan sekitar 1,2 µl air mata per menit. Sebagian hilang melalui
evaporasi. Sisanya dialirkan melalui sistem nasolakrimal. Bila produksi air mata melebihi
kapasitas sistem drainase, air mata yang berlebih akan mengalir ke pipi (Lang, 2000) (Miller,
1990).
Gambar 5. Struktur anatomi aparatus lakrimalis
Kelenjar ekskresi terdiri dari: punktum lakrimalis, kanalis lakrimalis, sakus
lakrimalis, duktus nasolakrimalis. Sistem ekskresi lakrimalis sebagai sistem drainase lakrimal
berawal melalui punktum lakrimalis yang terletak medial bagian atas dan bawah kelopak
mata, bagian bawah punktum terletak lebih lateral dibanding punktum atas (Vaughan, 2007)
(Lang, 2000) (Miller, 1990) (Newell, 1986). Secara normal punkta agak inversi, setiap
punktum dikelilingi oleh ampulla, dengan setiap puncta mengarah ke kanalikuli. Kanalikuli
merupakan struktur non keratinasi, epitel squamous non mucin. Berjalan 2 mm vertikal dan
berputar 90o, dan berjalan 8-10 mm medial berhubungan dengan sakus lakrimalis (Lang,
2000) (Miller, 1990) (Newell, 1986).
6
Gambar 6 : Kanalikuli apparatus lakrimalis
Pada umumnya kanalikuli ini berkombinasi membentuk kanalikuli tunggal sebelum
masuk ke bagian dinding lateral dari sakus lakrimalis. Valva Rosenmuller dideskripsikan
sebagai struktur yang mencegah refluks airmata dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat
beberapa studi yang menyatakan bahwa kanalukuli membelok dari posterior ke bagian
anterior di belakang dari tendo kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini
pada konjungtiva berperan untuk memblokir refluks. Sakus lakrimalis terletak anterior medial
orbital, berada dalam cekungan tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior,
dimana tendokantus medial melekat.
Pada tendokantus medial merupakan struktur kompleks berkomposisi krura anterior
dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari meatus
hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus memanjang beberapa mm
di atas tendo kantus medial. Pada bagian superior, sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa.
Ini menjelaskan mengapa pada kebanyakan kasus, distensi sakus lakrimalis memanjang dari
inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini bersambung pula
dengan duktus nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis berukuran 12 mm atau lebih panjang.
Berjalan melalui tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit
lateroposterior. Duktus nasolakrimalis ini membuka ke dalam hidung melalui ostium, yang
biasanya sebagian dilapisi oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan pembentukan
ostium ini pada kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis
kongenital (Vaughan, 2007).
7
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di
fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi
oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus
palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem saluran pembuangan tersendiri ke
dalam forniks temporal superior.
Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra
superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik sehingga
menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra. Persarafan kelenjar
utama datang dari nukleus lakrimalis di pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur
rumit dari cabang maxillaris nervus trigeminus (Lang, 2000) (Newell, 1986).
Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama
mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama
namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva,
terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler yang juga tersebar di konjungtiva
menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.
Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara merata di atas kornea
dan menyalurkan kedalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan
normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang diuapkan dan itulah
sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva,
air mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler konjungtiva (Lang, 2000).
Gambar 7 : Gerakan mengedip yang menyebarkan air mata
8
Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi ampula
mengencang untuk mencegah air mata keluar. Pada waktu yang sama, palpebra ditarik ke
arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis, berakibat
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam sakus. Kerja pompa
dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus
nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior
hidung (lang, 2000).
Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra superior dan
inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang dari arteri
sphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena infraorbitalis dan vena-vena di
hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam glandula submandibular dan glandula
cervicalis. Persarafan berasal dari cabang nervus infratrochlearis dari nervus nasociliaris dan
antero-superior nervus alveolaris (Sidarta, 2005)
1.1.3 Air Mata
1.1.3.1 Fungsi Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 um Yang menutupi epitel kornea
dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (Vaughan, 2007):
1) Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan
ketidakteraturan minimal di permukaan epitel
2) Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang
lembut
3) Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan
efek antimikroba
4) Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.
1.1.3.2 Lapisan Air Mata
Film air mata terdiri atas tiga lapisan (Vaughan, 2007):
1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar
meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawar
kedap-air saat palpebra ditutup.
2. Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor clan minor;
mengandung substansi larut-air (garam dan protein).
9
3. Lapisan musinosa dalam terdiri
atas glikoprotein dan melapisi
sel-sel epitel kornea dan
konjungtiva. Membran sel
epitel terdiri atas lipoprotein
dan karenanya relatif
hidrofobik. Permukaan yang
demikian tidak dapat dibasahi
dengan larutan berair saja.
Musin diadsorpsi sebagian
pada membran sel epitel
kornea dan oleh mikrovili
ditambatkan pada sel-sel epitel
permukaan. Ini menghasilkan
permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akuosa untuk menyebar secara merata ke
bagian yang dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.
1.1.3.3 Komposisi Air Mata
Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 µL di setiap mata. Albumin mencakup
60% dari protein total air rnata; sisanya globulin dan lisozim yang berjumlah sama banyak.
Terdapat imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari
IgA serum karena bukan berasal dari transudat serum saja; IgA juga di produksi sel-sel
plasma di dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis
vernal, kosentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun 21-25%
protein total, bekerja secara sinergis dengan gamma globulin dan faktor anti bakteri non-lisozim
lain, membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga
bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi klinis tertentu, misalnya, hexoseaminidase
untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs (Vaughan, 2007).
K+, Na+, dan CI- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di
plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04mg/dL).
Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam air
mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-
8,35). Dalam keadaan normal, air mata bersifat isotonik. Osmolalitas film air mata
bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L (Vaughan, 2007).
10
Gambar 8: Tiga Lapisan Film Air Mata yang
Melapisi Lapisan Epitel Superfisial di Kornea
11