Referat
description
Transcript of Referat
![Page 1: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/1.jpg)
ATRIAL SEPTAL DEFECT
Disusun Oleh :
Renny Dwi Sandhitia S
1102010235
Pembimbing :
dr. Ridwan , Sp.JP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
RSU DR.SLAMET GARUT
JANUARI 2015
ATRIAL SEPTAL DEFECT
1
![Page 2: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/2.jpg)
I. PENDAHULUAN
ASD merupakan kelainan kongenital kedua tersering pada persalinan
(9,8%) setelah (Ventricular Septal Defect) VSD (30,5%). Dalam 20-30 tahun
terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis dan pengobatan penyakit jantung
kongenital pada anak-anak sehingga kebanyakan anak-anak dengan penyakit
jantung kongenital dapat bertahan hidup hingga dewasa. 1
Kelainan jantung kongenital (congenital heart disease) merupakan
kelainan kongenital yang dapat terjadi mulai dari konsepsi sampai dengan delapan
minggu dari kehamilan. Etiologi dari kelainan ini tidak diketahui secara pasti,
sebagian besar kasus diduga disebabkan oleh multifaktor berupa kombinasi dari
predisposisi genetik dan stimulus lingkungan, serta sebagian kecil kasus
dihubungkan dengan kelainan kromosom. 2
Pada anak dengan penyakit jantung kongenital murni, resiko rekurensi
pada saudara kembar sekitar 3% . Resiko pada anak-anak dari orang tua yang
memiliki penyakit jantung kongenital sebesar 5-10% dan 10-20% anak dengan
penyakit jantung kongenital memiliki kelainan lain.3
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
2
![Page 3: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/3.jpg)
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:
- Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.
- Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab
atas kemampuan kontraksi jantung.
- Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan
tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat
sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada
pembuluh darah lainnya.
Katup Jantung
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan
antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup
yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup
semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup
3
![Page 4: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/4.jpg)
semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara
ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup
yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup
aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya
sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap
bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat
kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan
rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus
papilaris.
Gambar 1. Katup Jantung
Ruang, Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung
Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
- Atrium (serambi)
- Ventrikel (bilik
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek,
yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan
4
![Page 5: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/5.jpg)
otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.
Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi
2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung
bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri).
Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle.
Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi
menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal
atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian
septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen
ovale saat kita lahir.
Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda
ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
- Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang
atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium
kanan.
- Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di
atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium
kanan.
- Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang
terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung
dengan atrium kanan.
5
![Page 6: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/6.jpg)
- Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium
kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang
mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel
yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua
otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan
memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Perlu diketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri
menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari
beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan
dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,
sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal
dibandingkan otot ventrikel kanan.
6
![Page 7: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/7.jpg)
Gambar 2. Bagian interior Jantung
Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor
dari jantung sendiri.
4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor
dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
7
![Page 8: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/8.jpg)
6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih
dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas.
8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.7
Gambar 3. Pembuluh Darah pada Jantung
Sirkulasi Jantung
- Sirkulasi Sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium kiri
mengalir ke dalam ventrikel kiri melewati katup atrioventrikel (AV), yang
terletak di taut atrium dan ventrikel kiri. Katup ini disebut katup mitral. Semua
katup jantung membuka jika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang
8
![Page 9: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/9.jpg)
berada di atasnya lebih besar dari tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada
di bawah.8
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri besar
berotot yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui
katup aorta. Darah di aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, melalui arteri,
arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena.
Vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar , vena cava
inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena cava superior.
Kedua vena cava bermuara di atrium kanan.8
Sirkulasi Paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV
lainnya, yang disebut katup tricuspid. Darah keluar dari ventrikel kanan dan
mengalir melewati katup ke empat, katup pulmonalis, ke dalam arteri pulmonalis.
Arteri pulmonalis bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri
yang masing-masing mengalir ke paru kanan dan kiri berturut-turut. Di paru,
arteri pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi arteriol dan kemudian kapiler.
Masing-masing kapiler memperfusi alveolus yang merupakan unit pernafasan.
Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis besar. Darah mengalir di
dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran
darah.8
9
![Page 10: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar 4. Sirkulasi Jantung
III. KLASIFIKASI
Pada dasarnya kelainan jantung kongenital dikelompokkan atas dua
kelompok besar yaitu PJB tanpa sianosis dan yang disertai sianosis. PJB sianotik
biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat
ditangani dengan tindakan bedah. Sedangkan PJB non sianotik umumnya memilki
lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90 % di
antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya.
Sepuluh persen lainnya adalah kelainan seperti kebocoran sekat bilik jantung yang
masih mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan pertambahan usia anak.
Salah satu kelainan jantung congenital asianosis yang banyak terjadi adalah Atrial
Septal Defect (ASD) yang ditandai dengan adanya lubang yang persisten pada
septum antar atrial yang disebabkan oleh karena kegagalan pembekuan sekat,
yang menyebabkan adanya hubungan antara atrium kanan dan atrium kiri.3,10
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a. Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang
terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis,
10
![Page 11: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/11.jpg)
meskipun sesungguhnya fosa ovalis merupakan septum primum.umumnya
defek bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat terjadi beberapa
fenestrasi kecil, dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis
b. Ostium primum merupakan bagian dari defek septum atrioventrikular dan
pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis sedangkan bagian bawah
dengan katup atrioventrikular
c. Defek Sinus venosus, defek terjadi dekat muara vena besar (vena cava
superior), sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena pulmonalis dari
paru-paru kanan juga mengalami anomali, dimana vena tersebut bermuara
ke vena cava superior dekat muaranya di atrium. Dapat juga terjadi defek
sinus venosus tipe vena cava inferior, dengan lokasi di bawah foramen
ovale dan bergabung dengan dasar vena cava inferior.3
Gambar 5. Letak Defek pada ASD
11
![Page 12: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/12.jpg)
I V . E T I O L O G I
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1 . F a k t o r g e n e t i k
Resiko penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat
riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita penyakit
jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom.12
2 . Faktor lingkungan
Penyakit jantung kongenital juga dihubungkan dengan lingkungan ibu selama
kehamilan. Seringnya terpapar dengan sinar radioaktif dipercaya dapat menjadi
faktor pencetus terjadinya penyakit jantung kongenital pada bayi.12
3. Obat-obatan
Meliputi obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan, misalnya
litium, busulfan, reinoids, trimetadion, thalidomide, dan agen antikonsulvan,
antihipertensi, eritromicin, dan clomipramin.5
4. Kesehatan Ibu
Beberapa penyakit yang di derita oleh ibu hamil dapat berakibat pada janinnya,
misalnya diabetes melitus, fenilketouria, lupus eritematosus siskemik, sindrom
rubella kongenital.5
12
![Page 13: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/13.jpg)
V I . P A T O F I S I O L O G I
Pada Atrial Septal Defect, aliran darah yang ada di atrium sinistra bocor ke
atrium dextra karena ada defect di septum interatrial-nya yang disebabkan oleh
gagalnya menutup sebuah septum maupun karena adanya gangguan pertumbuhan.
Karena tekanan di ventrikel sinistra yang notabene memompa darah ke seluruh
tubuh lebih besar maka darah dari atrium dextra tidak dapat masuk ke atrium
sinistra sehingga dapat dikatakan darah jalan dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah (dari Atrium Sinistra ke Atrium Dextra). Di atrium dextra dan ventrikel
dextra terjadi overload darah yang mengakibatkan hipertrofi atrium dan ventrikel
dextra. Darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis melewati katup pulmonal,
yang otomatis terlalu sempit untuk jalan darah yang begitu banyak. Hal ini disebut
stenosis pulmonal relative. Akibatnya arteri pulmonalis menjadi dilatasi.
Selanjutnya terjadi turbulensi disana yang menyebabkan terjadinya bunyi murmur
systole.3,11,13
VII. D I A G N O S I S
Manifestasi Klinis
Sebagian besar asimptomatik, terutama pada bayi dan anak kecil. Sangat
jarang ditemukan gagal jantung pada defek septum atrium. Bila pirau cukup besar,
pasien mengalami sesak napas, sering mengalami infeksi paru, dan berat badan
akan sedikit turun. Jantung umumnya normal, atau hanya sedikit membesar.13
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan pulsasi ventrikel kanan pada
daerah para sterna kanan, wide fixed splitting bunyi jantung kedua walaupun
13
![Page 14: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/14.jpg)
tidak selalu ada, bising sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal pada garis sterna
kiri atas, bising mid diastolik pada daerah tricuspid, dapat menyebar ke apeks.
Bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh karena kenaikan tekanan
pulmonal, dan perlu diingat bahwa bising-bising yang terjadi pada DSA
merupakan bising fungsional akibat adanya beban volume yang besar pada
jantung kanan. Sianosis jarang ditemukan, kecuali bila defek besar atau common
atrium, defek sinus coronarius, kelainan vascular paru, stenosis pulmonal, atau
bila disertai anomaly Ebstein.3
Pemeriksaan Elektrokardiografi
EKG menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel kanan, hipertrofi ventrikel
kanan, Interval PR memanjang, aksis gelombang P abnormal, aksis ke kanan
secara ekstrim biasanya akibat defek ostium primum.3
Gambar 6. Perekaman pada anak umur 3 tahun dengan Atrial Septal Defect (ASD)
14
![Page 15: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/15.jpg)
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Thorax
Jika jantung membesar atau hipertensi pulmonal ada, itu mungkin yang
disebabkan oleh ASD. Jika kita mencurigai sebuah ASD kita harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Jantung mungkin membesar. Penentuan CTR yaitu dengan
membandingkan lebar thorax dan lebar dari pada jantung. Jika diameter
jantung lebih besar daripada diameter thorax, itu adalah pembesaran
jantung
- Perhatikan bentuk jantung.pertama, perhatikan apexnya yang mana sering
terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan kadang-kadang terlihat jelas
diafragma terangkat. Selanjutnya lihat batas dari jantung kanan. Karena
atrium kanan membesar, batas dari jantung kanan terlihat lebih lebar dari
normalnya
- Perhatikan posisi dari jantung dengan membandingkan pada posisi dari
vertebra. Pada ASD, jantung kadang bergeser ke kiri dan terlihat juga ke
tepi kanan dari columna vertebra
- Perhatikan tonjolan dan lengkungan aorta. Itu sering mengecil jika ASD
ada, karena darah dialirkan melalui atrium kanan, tidak melalui aorta.
Pada penderita ASD dengan pirau yang bermakna, foto toraks AP
menunjukkan atrium kanan yang menonjol, dan dengan konus pulmonalis yang
menonjol. Jantung hanya sedikit membesar dan corakan vaskularisasi paru yang
prominent sesuai dengan besarnya pirau.3
15
![Page 16: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/16.jpg)
Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan
(pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilar dance. Hilar dance ini terjadi karena
arteri pulmonalis penuh darah dan melebar, sehingga pulsasi ventrikel kanan
merambat sampai ke hilus. Makin besar defeknya, makin kecil jumlah darah yang
mengalir ke ventrikel kiri, karena sebagian besar darah dari atrium kiri mengalir
ke atrium kanan melalui defek. Aorta menjadi kecil, hampir sukar dilihat,
sedangkan arteri pulmonalis menjadi 3-5 kali lebih besar. Pembuluh darah hilus
melebar demikian juga cabang-cabangnya. Lambat laun pembuluh darah paru
bagian tepi menyempit dan tinggal pembuluh dari sentral (hilus) saja yang
melebar. Bentuk hilus lebar, meruncing ke bawah berbentuk sebagai tanda koma
terbalik (‛).
A
B C
16
![Page 17: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/17.jpg)
Gambar 7. (A). Foto PA: Kebocoran Septum Atrium (ASD), hemodinamika, belum ada
HP, atrium kanan membesar dan atrium kiri tidak. (B). Foto PA: hilus melebar sekali, berbentuk
koma terbalik. Vaskular paru bagian tepi sempit. Tanda hipertensi pulmonal. (C). Foto lateral:
tampak ventrikel kanan yang membesar sekali. Atrium kiri dan ventrikel kiri normal.
2. CT scan
A
B
Gambar 8. (A). Tiga-dimensi permukaan dari rekonstruksi ASDs seperti yang terlihat dari anterior
obliq dan sedikit proyeksi caudal. Penampakan rims memadai kecuali pada bagian parsial dari tepi
superior. Defek ini diukur dengan diameter 34 mm dan itu adalah diameter yang besar. Ao =
aorta, ventrikel RV = kanan.
17
![Page 18: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/18.jpg)
(B). Gambaran CT axial dari sebuah Amplatzer septum atrium occluder 24 jam setelah
penyebaran. Perangkat ini tidak menimpa struktur terdekat yang penting seperti lapisan mitral
anterior atau vena pulmonalis kanan atas. RA = atrium kanan, LA = atrium kiri, Ao= akar aorta,
RV = saluran keluar ventrikel kanan
CT jantung memberikan kualitas gambar yang sangat baik pada
atrium septum yang dapat direkonstruksi untuk memberikan gambaran tiga
dimensi dari defek yang non-geometris. (Gambar 7. (A)) Selain itu, Penilaian
lingkaran dari septum atrium mungkin didapat dengan mudah. Kelebihan ini
membuat CT menjadi metode non-invasif yang ideal untuk menentukan ukuran
ASD, bentuk, dan persiapan untuk penutupan perkutan. Pasca penutupan alat
perkutan, tomografi jelas menunjukkan posisi dari alat, adanya trombus, dan
setiap pelampiasan potensial dari struktur yang terdekat (Gambar 7. (B)). ASD
sinus venosus superior sering disertai dengan anomali parsial aliran balik vena
pulmonalis, biasanya dari lobus paru kanan atas dan tengah. Defek seperti itu
tidak dapat ditutup perkutan. Intervensi operative sering diperlukan karena
volume pendorongan yang selalu besar dan menyebabkan pembesaran pada
ventrikel kanan, hipertensi arteri pulmonal dan tachiaritmia. CT jantung dengan
angiography yang jelas menunjukkan anomali drainase vena pulmonal. Kadang-
kadang, kehadiran ASD disertai dengan temuan lainnya dari anatomi
bersangkutan. CT dengan angiography dapat menunjukkan kelainan terkait
lainnya yang mungkin tidak didapat dengan echocardiography (Gambar 8).
Penentuan shunt yang akurat juga mungkin didapat dengan mudah. Kurva waktu
konsentrasi arteri yang dihasilkan setelah injeksi intravena dari indikator (iodine)
18
![Page 19: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/19.jpg)
menunjukkan kenaikan resirkulasi pada lekukan kurva dengan arah shunt kiri ke
kanan. Area di bawah kurva bersifat indikatif dari volume shunt.
Gambar 9. A. Gambaran CT Aksial ASD sinus venosus dengan anomali vena pulmonalis kanan
atas mengalir ke persimpangan SVC / RA . B. 3-D rekonstruksi dengan diberikan volume pada
kasus yang sama dilihat dari lateralis kanan dan proyeksi caudal. atrium kanan = RA, atrium kiri =
LA, LULPV = lobus atas vena pulmonalis kiri , RIPV = vena pulmonalis inferior kanan, Ao =
aorta, LAA = atrium kiri tambahan, PA = arteri pulmonalis, IVC = vena cava inferior.
3. MRI
Karena kemajuan di dunia teknologi, kardiovaskular MR (CMR) telah
berkembang pesat, terutama selama dekade terakhir ini. Dengan meningkatnya
prevalensi penyakit arteri koroner (CAD) dan gagal jantung, antusiasme untuk
penilaian jantung berbasis CMR menjadi dihargai. Dengan satu kali pemeriksaan,
struktur LV, perfusi, dan kelangsungan hidup dapat dievaluasi dengan tingkat
ketelitian yang tinggi sambil menghindari efek potensi berbahaya dari radiasi
pengion dan agen kontras nefrotoksik. Indikasi umum lain untuk CMR termasuk
pencitraan cardiomiopati, penyakit perikardial, penyakit katup jantung, penyakit
jantung bawaan, massa pada jantung, dan pembuluh darah paru.
19
![Page 20: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/20.jpg)
Umumnya lesi jantung bawaan termasuk shunts intracardiac, seperti
atrium septal defek (ASD) dan ventrikel septal defek (VSD) (Gambar 9). CMR
merupakan pelengkap echocardiography dalam mendiagnosa Penyakit Jantung
Kongenital. Pengecualian pada anomali vena balik pulmonal dengan ASD sinus
venosus yang saling terkait, di mana CMR lebih akurat daripada
echocardiography karena berbentuk 3D yang dapat mencakup bagian dada. Selain
pencitraan cine yang menunjukkan aliran, kecepatan menyandi pada pencitraan ini
berguna untuk mengukur besarnya defek dan menentukan rasio shunt.
Penyakit jantung congenital yang kompleks sering memerlukan
penggunaan echocardiography yang lengkap. CMR memiliki keuntungan dari
cakupan 3D dan kemampuan untuk dengan mudah menggambarkan pembuluh
darah besar dan cabang-cabang arteri pada paru.
Gambar 10. Gambaran atrial Septal defek tipe sekundum (panah kiri) dan ventrikel septal
defek (panah kanan).
20
![Page 21: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/21.jpg)
4. Ekokardiografi
Echocardiography adalah dasar diagnosis pada kondisi ini. pencitraan dua-
dimensi akan menunjukkan defek dalam hampir semua kasus (Gambar 10.A).
Tipe defek secundum yang terbaik dilihat dari gambaran subkostal, yang
menempatkan septum interatrial pada sudut yang signifikan terhadap berkas
pemeriksaan dan mengurangi kemungkinan diagnosis artefactual yang positif
palsu. Karakteristik dilatasi dari ruang sisi kanan jantung baik terlihat dan
dominasi volume overload ventrikel kanan akan sering dilihat sebagai gerakan
septum ‘paradoxical’. Ini adalah gerakan anterior abnormal dari septum
interventrikular selama sistole ventricular (Gambar 10.B).
Defek ostium primum (juga dikenal sebagai defek septum atrioventrikular
parsial) juga baik terlihat, seperti anatomi katup atrioventrikular. Defek sinus
venosus yang kurang umum lebih sulit untuk divisualisasikan, karena letaknya
tinggi pada atrium yaitu dekat muara vena kava superior. Studi transesophageal
sering digunakan menunjukkan lesi yang sulit ini. Semua studi dari ASD harus
disertai dengan pemeriksaan yang teliti yaitu memeriksa hubungan dari vena
pulmonal dan sistemik, karena ini sering abnormal.
Studi doppler akan melengkapi informasi diagnostik. Pemetaan aliran
warna sangat membantu dalam diagnosis dari setiap defek dan anomali vena
(Gambar 10.C). waktu akselerasi yang singkat dalam aliran arteri pulmonal
kadang-kadang bisa menunjukkan adanya hipertensi pulmonal, seperti kecepatan
tinggi jet pada regurgitasi trikuspid. Rasio aliran sistemik untuk paru dapat
dihitung menggunakan teknik dopler, tetapi ini sangat memakan waktu dan rentan
21
![Page 22: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/22.jpg)
terhadap kesalahan. Sederhana dan lebih akurat penilaian dengan non invasif pada
tingkat shunting kiri ke kanan dapat dicapai dengan terlebih dahulu studi
radionuklide sebelumnya. Studi radionuklida sebelumnya juga membantu pada
anak yang lebih tua dengan kecurigaan ASD yang mana pencitraan subkostal
bukan sebuah diagnostik.
Transthoracis echocardiography, kadang-kadang ditambah dengan
transesophageal, merupakan diagnostic dalam kebanyakan kasus. Shunt yang
besar akan menyebabkan kelebihan volume ventrikel kanan dengan pembalikan
gerakan septum. Defek Ostium primum dan ostium sekundum dapat dibedakan
dengan mudah ; defek sinus venosus mungkin sulit untuk digambarkan. Warna
aliran dopler akan menunjukkan shunt dan setiap regurgitasi katup. Kecepatan
dari setiap regurgitasi tricuspid akan memperkirakan tekanan arteri pulmonalis.
Dengan pengalaman, operator dapat menetapkan tambahan katup AV cordal pada
cacat primum dan mendeteksi anomaly drainase pembuluh darah lobus kanan atas
untuk SVC yang sering mempersulit defek sinus venosus dan terlihat sesekali
pada ASDs lainnya.
22
![Page 23: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/23.jpg)
A B
C
Gambar 11. (A). Modifikasi apikal echocardiogram empat ruang dari pasien dengan ASD
secundum. Ruang sisi kanan jauh diperbesar. (B). M-Mode echocardiogram dari seorang pasien
dengan ASD dan volume overload pada ventrikel kanan. Ada gerakan paradoks dari Septum
interventriculare (tanda panah). (C). Studi aliran warna Doppler pada pasien dengan ASDs.
Mengalir melalui defek menuju katup tricuspid yang berwarna merah.
23
![Page 24: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/24.jpg)
5. Katerisasi jantung dan angiocardiografi
Diagnosis echocardiographic komprehensif akan sering menghilangkan
keperluan untuk penyelidikan invasif, tetapi akan ada saat ketika ada keperluan
untuk kateterisasi, baik untuk menghitung rasio shunt yang akurat atau untuk
mengkonfirmasi atau mengecualikan beberapa detail anatomi. injeksi atrium kiri
dengan media kontras kadang-kadang membantu, tetapi biasanya angiografi
digunakan untuk menilai abnormalnya anatomi vena atau untuk menilai fungsi
ventricel kiri. ASD tentu umumnya terkait dengan bentuk lain dari penyakit
jantung bawaan yang mana diperlukan kateterisasi jantung untuk diagnosis.
Kateterisasi jantung sekarang jarang diindikasikan pada ASD (kecuali
untuk terapi intervensi), karena sebagian besar untuk diagnosis telah beralih ke
echocardiogrphy. Sebuah kateter dari pembuluh darah di kaki biasanya lewat dari
RA melalui ASD ke LA. Suntikan media kontras ke LA akan menunjukkan shunt
kiri-ke kanan atrium. Suntikan ke PA akan menunjukkan shunt kiri-ke-kanan
selama fase laevo. Sekali shunt atrium telah dibuktikan, tidak mungkin untuk
mengidentifikasi distal shunt lagi (misalnya VSD atau PDA).
Defek Ostium primum ini dapat didiagnosis dengan angiografi LV pada
film frontal sebagai batas kanan atas LV ini sangat melekuk dengan kurva
cekungan halus yang disebabkan oleh kesalahan tempat katup mitral.
Karakteristik penampilan 'leher angsa ' seringkali disertai dengan regurgitasi
mitral, aliran inkompeten sering diarahkan melalui defek ostium primum ke RA.
Pada angiocardiography ECD yang lengkap dapat menunjukkan refluks
dari kedua ventrikel sampai ke kedua atrium dan shunt kiri-ke-kanan pada level
24
![Page 25: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/25.jpg)
kedua atrium dan ventrikel. Beberapa Suntikan angiografik akan diperlukan dan
LAO 30° dengan 40° dengan kemiringan caudocranial merupakan proyeksi yang
optimal. Penyimpangan vena pulmonalis kadang-kadang dapat dideteksi dengan
angiografi jantung kanan pada tahap laevo tetapi hanya tipe sinus venosus atau
vena yang berbentuk seperti pedang dapat divisualisasikan.
Bedah penutupan paling sering dilakukan pada ASD (ASD sekundum) -
sekarang telah banyak bukti dilakukannya echodiagnostic, ini untuk
menyingkirkan diagnostik kateterisasi jantung dan angiografi.
6. Trans Esophageal Echocardiography
Trans Esofagus Echocardiograf (TEE) berguna dalam mengevaluasi defek
septum atrium (ASD) untuk menilai rincian atau bagian yang halus pada saat
memutuskan untuk penutupan defek. Hal ini juga berguna dalam menggambarkan
ASDs yang tidak terlihat oleh trans toraks echocardiography (TTE) baik karena
echo window yang jelek atau karena lokasi dari ASD seperti dalam ASD sinus
venosus. TEE sering digunakan pada saat mengevaluasi hipertensi pulmonal
dengan etiologi yang tidak jelas pada orang dewasa. Pemeriksaan TEE
gambarannya sangat dekat dengan jantung tanpa ada intervensi dari jaringan paru-
paru, dapat memberikan gambar yang sangat baik. Selain itu, jarak yang pendek
memungkinkan penggunaan frekuensi transduser yang lebih tinggi dengan
resolusi gambar yang lebih baik. Biasanya frekuensi transduser yang lebih tinggi
tidak dapat digunakan untuk TTE karena kedalaman penetrasi ultrasound di
frekuensi yang lebih tinggi pada orang dewasa.14
25
![Page 26: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/26.jpg)
Gambar 12. Atrial septal defect pada trans esofagus echocardiography
Gambar TEE dalam tampilan axis pendek menunjukkan aorta (Ao), bagian
dari intra atrium septum (IAS) dan ASD. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir tidak
ada rim aorta (aorta rim botak). Bagian dari atrium kiri terlihat di bagian atas IAS
(tidak ditandai dalam gambar). Di bawah IAS, atrium kanan yang besar dapat
terlihat.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
- Patent Ductus Arteriosus
Patent Ductus Arteriosus adalah suatu kelainan dimana ductus
asteriosus tidak menutup sehingga tetap menghubungkan antara aorta dan arteri
pulmonalis. Pada PDA yang cukup besar, volume darah dalam arteri pulmonalis
menjadi lebih besar. Jumlah darah di atrium kiri bertambah dan menyebabkan
dilatasi, sertai terjadi hipertrofi ventrikel kiri seperti pada VSD. Darah yang
dipompa ke dalam aorta biasa saja, tetapi setelah melampaui duktus arteriosus,
jumlah darah ini berkurang karena sebagian darah mengalir ke arteri pulmonalis
26
![Page 27: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/27.jpg)
sehingga arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya menjadi lebar, sedangkan aorta
descendens menjadi lebih kecil. Pembuluh darah paru melebar, hilus melebar, dan
pada fluoroskopi sering tampak hillar dance. 1
Pada PDA sedang gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak
berat. Pasien mengalami kesulitan makan (menyusu), sering menderita infeksi
saluran nafas, namun biasanya berat badan masih dalam batas normal. Frekuensi
nafas sedikit lebih cepat dibanding dengan anak normal. 1
Gambaran foto toraks : 1
1. Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru normal
2. Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya:
· Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit dan
nampak menonjol pada proyeksi PA
· A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta
· Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume darah
yang bertambah
· Pembesaran atrium kiri
· Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.
Pada orang dewasa, gambaran radiologi ini tampak jelas, tetapi pada
anakanak tidak khas dan sulit dinilai, karena biasanya jantung anak-anak masilh
berbentuk bulat. Pelebaran pembuluh darah paru untuk sebagian radiografi PA
tidak nampak karena tertutup oleh jantung, terutama di bagian sentral.
3. Bila keadaan telah lanjut dan timbul tanda hipertensi pulmonal, gambaran
radiologinya:
27
![Page 28: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/28.jpg)
· Pembuluh darah paru bagian sentral melebar. Hilus melebar. Pembuluh
darah paru perifer berkurang.
· Ventrikel kanan semakin besar karena adanya hipertrofi dan dilatasi.
· Arteri pulmonalis menonjol.
· Aorta descendens lebar dengan arkus yang menonjol.
· Atrium kiri nampak normal kembali. Pembesaran dari arkus aorta di samping
pembesaran a. pulmonalis adalah khas dan dapat dipakai untuk membedakan PDA
dari ASD atau VSD.
Gambar 13. Jantung sedikit membesar, a. pulmonalis menonjol,
dan arkus aorta menonjol . Corakan paru bertambah.
- Ventricular Septal Defect
VSD merupakan kelainan jantung dimana terjadi defect sekat
antarventrikel pada berbagai lokasi. Gambaran klinis yang ditemukan secara garis
besar dapat dibedakan berdasarkan apakah sudah terjadi hipertensi pulmonal atau
belum. Pada kasus VSD tanpa hipertensi pulmonal, gejala klinis yang dominan
adalah gejala yang timbul akibat kurangnya perfusi ke perifer, sering
28
![Page 29: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/29.jpg)
bermanifestasi sebagai keterlambatan pertumbuhan. Sedangkan jika sudah terjadi
hipertensi pulmonal, gejala klinis umumnya berkaitan dengan keadaan cyanotic
yang timbul karena adanya R-L Shunt. 1,3
Gambaran foto thorax : 1
1.Kebocoran yang sangat kecil.
Jantung tidak membesar. Pembuluh darah paru normal.
2.Kebocoran yang ringan
Jantung membesar ke kiri oleh hipertrofi dan ventrikel kiri. Apeks menuju
ke bawah diafragma. Ventrikel kanan belum jelas membesar. Atrium kiri
berdilatasi.
3.Kebocoran yang sedang-berat
Ventrikel kanan dilatasi dan hipertrofi. Atrium kiri berdilatasi. A.
Pulmonalis dengan cabang-cabangnya melebar. Atrium kanan tidak tampak
kelainan. Ventrikel kiri hipertrofi. Aorta kecil.
4.Kebocoran dengan hipertensi pulmonal
Ventrikel kanan tampak makin besar. A. Pulmonalis dan cabang-
cabangnya di bagian sentral melebar. Segmen pulmonal menonjol. Atrium kiri
normal. Aorta mengecil. Pembuluh darah paru bagian perifer sangat berkurang.
Thoraks menjadi emfisematous. Pada tahap ini secara klinis ditemukan Sindrom
Eisenmenger. Pada stadium ini kadang secara radiografi sukar dibedakan dengan
Atrial Septal Defect (ASD) dengan hipertensi pulmonal.
29
![Page 30: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/30.jpg)
Gambar 14. PA: pembesaran jantung, konus pulmonalis
menonjol dan corakan bronkhovaskuler bertambah
- Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal adalah penyempitan lubang antara ventrikel kanan dan
katup pulmonalis. Stenosis katup pulmonalis terutama terjadi akibat defek
kongenital. Dengan menyempitnya lubang, ventrikal kanan harus memompa
secara lebih kuat untuk mendorong darah. Kondisi ini dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan sehingga menahan darah di atrium kanan serta
menyebabkan dilatasi vena cava dan akumulasi darah di system vena. Aliran
darah ke paru dan sisi kiri jantung berkurang jika stenosisnya parah sehingga
tekanan darah berkurang. Dapat terjadi gagal jantung kanan.8
30
![Page 31: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/31.jpg)
Gambar 15. Foto thorax pada anak dengan stenosis katup pulmonal . Arteri pulmonal utama dan
arteri pulmonal kiri mengalami pelebaran, tetapi varkularisasi paru dalam batas normal.
- Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal (HP) adalah tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25
mm Hg saat beristirahat dan lebih dari 30 mm Hg saat beraktivitas. HP dibagi
menjadi 2 yaitu idiopatik atau primer yang tidak diketahui penyebabnya dan HP
sekunder yang penyebabnya dapat diidentifikasi. Penyebab dari HP ini sendiri
yaitu karena adanya lesi pada jantung berupa pirau dari kiri ke kanan, peningkatan
tekanan pada vena pulmonalis, penyakit jantung sianotik, anomaly dari arteri atau
vena pulmonalis, dan arena operasi shunting paliatif.
Pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya distorsi dinding dada akibat
hipertrofi ventrikel kanan yang berat. Temuan dari pemeriksaan fisik yang paling
penting dan konsisten adalah peningkatan komponen pulmonal pada auskultasi.
Bunyi jantung 2 terdengar keras dengan splitting yang tidak lebar pada pirau
interventrikuler dan aorta pulmonal, namun splitting terdengar lebar apabila pirau
terdapat pada tingkat interatrial. Klik ejeksi dan murmur ejeksi sistolik dapat
31
![Page 32: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/32.jpg)
didengar di sela iga 2-3 parasternal kiri, kadang-kadang disertai murmur awal
diastolik dari insufisiensi pulmonal dan murmur pansistolik dari regurtisasi
trikuspid. Tanda-tanda adanya kegagalan jantung kanan seperti hepatomegali,
udem perifer, akrosianosis jarang ditemukan pada anak kecil.
Gambaran foto thoraks yang khas berupa konus pulmonalis yang sangat
membonjol, hilus yang lebar,vaskularisasi paru yang meningkat sekitar hilus,
namun berkurang di perifer. Gambaran ini disebut pruning.
Gambar 16. Foto thoraks pada perempuan dewasa dengan ASD dan hipertensi pulmonal severe.
Arteri pulmonal utama dan hilus arteri pulmonal sangat melebar, dengan redaman vaskular perifer.
PENATALAKSANAAN
Defek septum atrium harus ditututp dengan pembedahan pada usia
sekolah untuk mencegah hipertensi pulmonal.2
Indikasi penutupan ASD :
- Pembesaran jantung pada thorax, dilatasi ventrikel kanan, kenaikan tekanan
arteri pulmonalis 50% atau kurang dari tekanan aorta, tanpa
mempertimbangkan keluhan. Prognosis penutupan ASD akan sangat baik
32
![Page 33: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/33.jpg)
dibanding dengan pengobatan medikamentosa. Pada kelompok umur 40
tahun ke atas harus dipertimbangkan terjadinya aritmia atrial, apalagi bila
sebelumnya telah ditemui adanya gangguan irama. Pada kelompok ini perlu
dipertimbangkan ablasi per kutan atau ablasi operatif pada saat penutupan
ASD
- Adanya riwayat iskemik transient atau strok pada ASD atau foramen ovale
persisten.
Operasi merupakan kontraindikasi bila terjadi kenaikan resistensi
vascular paru 7-8 unit, atau ukuran defek kurang dari 8 mm tanpa adanya keluhan
dan pembesaran jantung kanan.
Tindakan penutupan dapat dilakukan dengan operasi terutama untuk defek
yang sangat besar lebih dari 40 mm, atau tipe ASD selain tipe sekundum.
Sedangkan untuk ASD sekundum dengan ukuran defek lebih kecil dari 40 mm
harus dipertimbangkan penutupan dengan kateter dengan menggunakan amplatzer
septal occluder. Masih dibutuhkan evaluasi jangka panjang untuk menentukan
kejadian aritmia dan komplikasi tromboemboli.3
I X . K O M P L I K A S I
- Kira-kira 10 % dari pasien menjadi hipertensi pulmonal. Situasi aliran shunt
yang terus-menerus nantinya berubah sebaliknya menjadi kanan ke kiri.
Kemudian pasien menjadi sianotik. Hal ini diketahui sebagai sindrom
Eisenmenger
- Emboli paradoxical
33
![Page 34: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/34.jpg)
- Cardiac conduction defects (fibrilasi atrium, flutter)
- Pada penderita ASD ini dapat terjadi gagal jantung kongestif , disaritmia
atrium, insufisiensi katup mitral dan penyakit obstruksi vaskular.2,11
X. PROGNOSIS
Biasanya sebagian besar gejala tidak berkembang sampai umur 20 tahun
dimana evidence dari penyakit vaskuler paru menjadi nyata. Dengan penambahan
umur, resiko dari gangguan peningkatan irama jantung bertambah. Pada umur 40
tahun, kebanyakan pasien menunjukkan gejala. Gagal jantung adalah yang paling
banyak menyebabkan kematian. Dan yang lain termasuk emboli dan infeksi.12
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru WS, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit Jantung Kongenital pada Dewasa. Ed.4, Jilid.III. Jakarta Pusat : Interna Publishing 2007. Hal : 1641-1644
2. Soetikno, DR. Gambaran Foto Thoraks pada Congenital Heart Disease. [Cited] 25 Desember 2012. Available from: http://repiratory.unpad.ac.id
3. Agus Cahyono dan Machrus A Rachman. Clinical Research: The Cause of Mortality Among Congenital Heart Disease Patients in Pediatric Ward, Soetomo
34
![Page 35: Referat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062423/55cf9188550346f57b8e2965/html5/thumbnails/35.jpg)
General Hospital (2004-2006). Available from: Jurnal kardiologi Indonesia Juli 2007; Vol 28; 279-284 no.4.
4. Ira H Gessner, MD; Chief Editor: Steven R Neish, MD, SM. Ostium Secundum Atrial Septal Defect. Available from: Medscape Reference (Drugs, Diseases & Procedures). Updated: 1 Desember 2011
5. Abdullah, Rozi. Anatomi dan Fisiologi Jantung. [Cited] 25 Desember 2012. Available from: http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/
6. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi : Sistem Kardiovaskuler. Ed.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2009. Hal : 441-517
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1996. Hal 256-262
8. Widyantoro B. Penyakit Jantung Bawaan: Haruskah Selalu Berakhir di Ujung Pisau Bedah. Inovasi. Jakarta; 2006. Volume 6. Hal 121-124
9. Weerakkody , Yuranga and Gaillard, Frank et al.. Atrial Septal Defect. [Cited] 23 Desember 2012. Available from: http://www.radiopedia.org/articles/atrial-septal-defect-2
10. Dr. Craig Smith. Atrial Septal Defect (ASD, Ostium Secundum Defect).. Available from: BOOK4DOC (free medical website 4 Doctors). Updated: 3 Maret 2011
11. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. 2000. Hal 447
12. Prof. (Dr.) Johnson Francis MD, DM, FACC, FRCP Edin. Atrial Septal Defect (ASD). Available from: Cardiophile MD. Updated: 23 April 2012
13. Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005. Hal 184-188
14. I Nyoman Budi Hartawan, I.B. Agung Winaya. Hipertensi Pulmonal pada Anak. Available from : Health Science Journals Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 3, 86-93, Maret 2008
35