refarat 2

28
BAB I PENDAHULUAN Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. 1,2,3 Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah merasakan nyeri punggung bawah. Insidensi nyeri punggung bawah di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung akut maupun kronik. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. 2 Radiculopati lumbosakral terjadi pada sekitar 3-5% dari populasi, dimana angka kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah sama, meskipun laki-laki yang paling sering terkena pada usia 40-an, sedangkan wanita yang paling sering terkena antara usia 50-60. Dari mereka yang memiliki kondisi ini, 10- 25% mengembangkan gejala-gejala yang menetap selama lebih dari 6 minggu. 1,2 Keluhan yang sering ditemukan pada radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena yaitu pada servikal, torakal, atau lumbal. Nyeri radikular yang bangkit 1

Transcript of refarat 2

Page 1: refarat 2

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,

dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara

sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan

sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.1,2,3

Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah merasakan nyeri punggung bawah.

Insidensi nyeri punggung bawah di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari

total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung akut maupun kronik. Studi

populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan

13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar

5,4 – 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.2

Radiculopati lumbosakral terjadi pada sekitar 3-5% dari populasi, dimana angka

kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah sama, meskipun laki-laki yang paling sering

terkena pada usia 40-an, sedangkan wanita yang paling sering terkena antara usia 50-60. Dari

mereka yang memiliki kondisi ini, 10-25% mengembangkan gejala-gejala yang menetap

selama lebih dari 6 minggu.1,2

Keluhan yang sering ditemukan pada radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf

yang terkena yaitu pada servikal, torakal, atau lumbal. Nyeri radikular yang bangkit akibat

lesi iritatif di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya

dirasakan sepanjang lengan. Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai

dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan

lanjutannya ke perifer.1

Penyebab terjepitnya radiks saraf ini ada beberapa faktor salah satunya yaitu keadaan

yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk mengetahui penyebab pasti

perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan radiologi pada tulang belakang.

HNP perlu mendapatkan perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat

mengganggu aktivitas keseharian dari penderita.1,3

1

Page 2: refarat 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan

struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf

dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1

Ada beberapa istilah untuk menyebut hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu herniated

disc, prolapsed disc, sequestred disc, protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded

disc, soft disc dan slipped disc yang semuanya itu adalah suatu keadaan dimana anulus

fibrosus beserta nukleus pulposusnya mneonjol kedalam kanalis spinalis. Meskipun dapat

terjadi di mana saja pada kolumna vertebralis, tapi paling sering ditemukan pada vertebra

lumbalis.1,3,4,5

B. ANATOMI TULANG BELAKANG

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang

terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Columna vertebralis adalah pilar

utama tubuh yang merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak

beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut Cervicales (7),

Thoracicae (12), Lumbales (5), Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum), Coccygeae (4, 3

yang bawah biasanya menyatu).1,3,4

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2

bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai

2

Page 3: refarat 2

artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan

bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus

dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian

posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).1,3,4

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang

rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan

satu sama lain oleh diskus fibro kartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh

ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior. Diskus

invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di

daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan

berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi

trauma.1,3,4,5

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),

nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,

memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang

diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis,

baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposus adalah bangunan yang tidak peka nyeri.

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis

serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan

beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat

bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal,

gluteus maksimus, dan hamstring. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus

menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan

kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian

L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.1,3,4,5

C. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses

kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi

terjadinya.1

a. Proses kompresif

3

Page 4: refarat 2

Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati

seperti: hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medulla spinalis,

neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic

dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis.

b.Proses inflammatory

Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti :

Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster

c. Proses degenerative

Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopati

seperti Diabetes Mellitus

Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :4

1. Degenerasi diskus intervertebralis

2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

3. Trauma berat atau terjatuh

4. Mengangkat atau menarik benda berat

D. PATOFISIOLOGI

Menjelang usia 30, mulai terjadi perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus

pulposus. Pada beberapa tempat, serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti

oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus

terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga –

rongga tersebut dan mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air.3,4

Kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadilah beberapa hal :3,4

a. Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling mendekat. Hal ini

mengakibatkan lepasnya ligamentum longitudinale posterior dan anterior dari

perlekatannya dan bagian yang terlepas akan terlipat. Lipatan akan mengalami fibrosis

dan disusul klasifikasi sehingga akan terbentuk osteofit.

b. Pendekatan 2 korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan kapsul sendi artikulatio

posterior sehingga timbul iritasi sinovial

c. Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam anulus fibrosus makin

mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar. Bila suatu ketika terjadi tekanan

intradiskal yang tiba-tiba meningkat, tekanan ini akan mendorong nukleus pulposus

keluar.

4

Page 5: refarat 2

Pada umumnya HNP lumbal terjadi akibat cedera fleksi walaupun penderita tidak

menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa trauma tunggal

yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang. Berat beban maksimal yang

ditanggung oleh daerah lumbal 11,3 kg dan jarak maksimal 25 inci. Pengulangan mengangkat

beban lebih dari 25 kali sehari cenderung 3 kali lebih sering menimbulkan HNP.4

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus

pulposus sehingga akan keluar dan timbul rasa nyeri oleh karena nukleus pulposus yang

berada dicanalis vertebralis menekan radiks. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah

satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri

yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator

inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.3,4

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,

penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor yang

menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan

peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan

mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi

akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya

mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini

merupakan dasar pemeriksaan Laseque.3,4

E. GAMBARAN KLINIS

Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada

servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks

posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.

Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena

nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.1

Manifestasi klinis HNP tergantung pada lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat

terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke

arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda

sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya kearah postero-sentral

menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.1,3,4

5

Page 6: refarat 2

Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang

perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut

menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala

kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Gejala yang sering ditimbulkan akibat

ischialgia adalah nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau tertarik pada

punggung bawah, nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal

yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung

bagian saraf mana yang terjepit.1,3,4

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama

banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering

diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin akibat bertambahnya

tekanan intratekal. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan

anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai

bawah dan hilangnya refleks tendon patella dan achilles. Bila mengenai konus atau kauda

ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan

kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan

fungsi permanen. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk

pada sisi yang sehat.1,3,4

F. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

neurologik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing. Ditanyakan hal sebagai berikut :

kapan timbulnya keluhan nyeri, sifat nyeri, ativitas fisik atau trauma yang mendahului

nyeri, lokasi nyerinya dan penjalaran nyeri, keadaan yang meringankan atau

memprovokasi nyeri, riwayat keluarga dengan penyakit serupa, riwayat demam yang

timbul selama beberapa waktu terakhir, perubahan siklus haid, atau perdarahan

pervaginam, gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido3,4

2. Pemeriksaan fisik3,4

a. Inspeksi

- Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait (cara

berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa duduk lama.

6

Page 7: refarat 2

- Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, kifosis,

ada tidak spasme otot para vertebral, deformitas, gibus.

- Melihat apakah ada kemiringan pelvis, biasanya disebabkan oleh panjang tungkai

yang tidak sama kemudian melihat apak ada atrofi pada tungkai

b. Palpasi

- Palpasi sepanjang columna vertebralis untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan

pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil yang dapat teraba

pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebra.

3. Pemeriksaan neurologis1,3

a. Pemeriksaan motorik

Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Dengan mengetahui segmen otot mana

yang lemah maka segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang

mengenai segmen lumbal 4 maka musculus tibialis anterior akan menurun

kekuatannya.

b. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu

maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan

batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.

c. Pemeriksaan reflex

Refleks tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah

dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan

oleh HNP maka reflex tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau

menghilang.

d. Tes provokasi

- Tes laseque (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae

sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadikus akan tertarik. Bila nyeri

pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada

sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

- Crossed lasegue. Bila tes laseque pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan

rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.

- Patrick sign (FABERE sign).FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi,

external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu

diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan

7

Page 8: refarat 2

penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri

maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.

- Kontra Patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi

sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi

sakroiliaka ada kelainan, maka di situ akan terasa nyeri.

- Bragard’s sign. Bragard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Laseque. positif

(nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika nyeri dan secara cepat

dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nyeri + atau bertambah maka

Bragard’s sign (+).

- Sicard’s sign. Sicard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue Jika positif

nyeri, turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika (nyeri) dan secara cepat

dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah maka sicard’s

sign (+).

- Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan akan

meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul

nyeri radikuler.

- Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup

sekuatnya.

4. Pemeriksaan penunjang1,3,4

a. Pemeriksaan radiologis

1) Foto polos vertebra, sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral

dan oblique.

2) Mielografi, merupakan suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat

struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras.

3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada MRI dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus intak), herniasu diskus

(anulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar

saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus.

b. Pemeriksaan cairan serebrospinal

c. Pemeriksaan laboratorium

Kadar kalsium, fosfat, alkali dan asam fosfatase serta glukosa darah perlu diperiksa

karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor metasyase pada

8

Page 9: refarat 2

vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala

HNP.

d. Elektromielografi (EMG)

Merupakan diagnosa pasti untuk membuktikan keterlibatan radiks.

G. PENATALAKSANAAN1,3,4

1. Medikamentosa

- Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa

menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan

analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik dan analgetik

narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang bekerja

menghambat sintesa pelepasan ‘endogenous pain substance’ sehingga mencegah

sensitisasi reseptor nyeri. Selain itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti

inflamasi di samping analgetik yaitu NSAID.

- Tranquilizer minor

Bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu untuk

mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.

2. Non Medikamentosa

a. Rehabilitasi Medik 

Fisioterapi

- Terapi panas seperti : Infra red/hot packs

- Diatermi :Micro Wave Diathermy (MWD), Short Wave Diathermy (SWD), Ultra

Sound Diathermy (USD)

- Terapi listrik : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

- Traksi pelvis

Okupasi Terapi

o Latihan AKS ( Aktivitas Kehidupan sehari-hari )

o Proper Body Mechanism

o Latihan dengan aktivitas

Ostetis Prostetis

9

Page 10: refarat 2

Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk mengontrol

postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut, menghindarkan

gerakan yang berbahaya bagi spinal.

Psikolog

Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit, untuk

meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.

Evaluasi :

- Gaya hidup penderita sebelum sakit

- Respons penderita terhadap stress sehari-hari

- Respons penderita terhadap penyakit

Petugas Sosial Medik

Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi masalah

social yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan penyakit dan

penyembuhan

b. Pembedahan

- Discectomy : Membuang sebagian aataupun keseluruhan intervertebral dics.

- Laminotomy : Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi tekanan pada

saraf.

- Laminectomy:Membuang keseluruhan lamina.

H. DIAGNOSIS BANDING1,3,4

1. Proses degeneratif, meliputi : Spondilitis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoarthritis.

2. Penyakit inflamasi : arthritis rematoid, spondilitis angkilopoetika.

3. Osteoporotik.

4. Kelainan kongenital, anomal kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos vertebra

lumbosakralis.

5. Gangguan sirkulasi, meliputi : aneurisma aorta abdominalis, trombosis aorta

terminalis.

10

Page 11: refarat 2

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn.DM

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Protestan

Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pembuat gula aren

Alamat : Ratahan

Tanggal pemeriksaan : 27 Mei 2013

Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai

Riwayat Penyakit Sekarang :

           Nyeri punggung bawahdirasakan pasien sejak ± 1 bulan lalu yang menjalar ke tungkai

kanan. Nyeri dirasakan seperti disetrum. Nyeri dirasakan jika pasien berjalan dan duduk lama

dan berkurang ketika pasien pada posisi berbaring. Nyeri juga dirasakan bertambah pada saat

pasien batuk, bersin atau mengedan. Keluhan ini juga disertai rasa kram pada tungkai kanan.

Pasien memiliki riwayat jatuh terduduk 2 tahun yang lalu dan pasien sering mengangkat

beban yang berat. Penderita tidak merasakan adanya demam, batuk-batuk lama dan

penurunan berat badan. Buang Air besar dan buang air kecil normal. Tidak ada riwayat

penyakit serupa dalam keluarga.

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat Diabetes Melitus (-)

- Riwayat Asam Urat (-)

11

Page 12: refarat 2

- Riwayat Kolesterol (-)

- Riwayat Penyakit Jantung (-)

- Riwayat Hipertensi (-)

- Riwayat Stroke (-)

Riwayat penyakit keluarga :

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien sudah menikah, mempunyai seorang istri dan mempunyai 2 orang anak.

Semuanya tinggal dalam 1 rumah yang dimiliki oleh pasien. Kamar mandi di dalam rumah,

WC jongkok. Sumber penerangan listrik dari PLN dan sumber air minum dari sumur bor.

Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.

Riwayat Psikologi :

Pasien merasa cemas dengan sakit yang dideritanya. Akhir-akhir ini pasien tidak

mempunyai masalah yang berat dalam keluarganya.

Pemeriksaan Fisik

27 Mei 2013

Status Generalis

Berat badan    : 60 kg

Tinggi badan  : 165 cm

IMT : 22,04

Keadaan umum : cukup

Kesadaran       : compos mentis GCS : E4M6V5

Tanda vital      : T : 120/70 mmHg,

N : 76x/menit, reguler, isi cukup

R : 20x/menit,

S : 36,50C

Kepala             : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

normal

12

Page 13: refarat 2

Leher               : Trakea letak ditengah, pembesaran kelenjar getah

bening (-)

Thorax : Inspeksi : bentuk normal, simetris, ictus cordis tidak tampak Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, tumor (-),

krepitasi (-) Perkusi : sonor Auskultasi : Cor bising jantung (-), gallop (-)

Pulmo ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Inspeksi : datar Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak

teraba Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas     : Akral hangat, edema (-)

 

Status lokalis

Status Regio lumbosakral

Inspeksi : gait antalgik(-) Scoliosis(-) Kyphosis(-) Lordosis(-) Erytema(-)

Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) region vertebra Lumbal 4-5,

Spasme otot (+), massa (-)

Status Motorik 

Status Sensorik

Dermatom area

Status sensorik

dextra sinistra

L2 2 2

13

StatusSuperior Extremity Inferior Extremity

Dextra Sinistra Dextra SinistraPergerakan Active Active Active ActiveTonus Otot Normal Normal Normal NormalKekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5Reflex Patologi - - - -Refleks fisiologi Normal Normal Normal Normal

Page 14: refarat 2

L3

L4

L5

S1

2

1

1

2

2

2

2

2

Range of Motion

Fleksi- Ekstensi : 110N - 0N - 30N

Laterofleksi Dextra/ Sinistra : 40N- 0N - 40N

Rotasi Dextra/ Sinistra : 30N- 0N - 30N

Tes provokasi

Dekstra Sinistra

Laseque/SLR +/60 -/70

Braggard + -

Sickard + -

Patrick - -

Kontrapatrick - -

Visual Analog Scale

4

0 10

Skor VAS :4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang direncanakan pada pasien ini berupa pemeriksaan foto rontgen

AP dan lateral

RESUME

Laki-laki, 59 tahun, mengeluh nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai

kanan kira-kira 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti disetrum. Nyeri dirasakan jika

pasien berjalan dan duduk lama dan berkurang ketika pasien pada posisi berbaring. Nyeri

juga dirasakan bertambah pada saat pasien batuk, bersin atau mengedan. Pasien memiliki

14

Page 15: refarat 2

riwayat jatuh terduduk 2 tahunyang lalu dan pasien sering mengangkat beban yang berat.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal .Pada status lokalis

regio lumbosakral didapatkan adanya nyeri dan spasme pada regio lumbal 4-5. Tes

provokasi: tes laseque (+), braggard (+), sickard (+).

Diagnosis

Diagnosis Klinik : Radikulopati lumbal dekstra

Diagnosis Topis : Diskus intervertebralis L4-L5

Diagnosis Etiologis : Susp.HNP L4-L5

Diagnosis Fungsional : Gangguan Aktivitas Kehidupan sehari-hari (gangguan saat berdiri

lama, berjalan jauh, duduk lama dan saat naik turun tangga)

 

Problem Rehabilitasi Medik

- Nyeri punggung bawah

- Gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (gangguan saat berdiri lama, berjalan

jauh, duduk lama dan saat naik turun tangga)

- Keterbatasan dalam melakukan pekerjaan

Penatalaksanaan

1. Medikamentosa : Analgetik

2. Rehabilitasi Medik

Fisioterapi

Evaluasi :

o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan (VAS:4)

o Keterbatasan mobilisasi akibat nyeri

Program :

o Short Wave Diathermy (SWD) regio lumbosakral

o Traksi lumbal

o Mckenzie extension exercise

o Proper back positioning

Okupasi Terapi

Evaluasi :

15

Page 16: refarat 2

o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan

o Keterbatasan pada aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

Program :

o Latihan AKS sesuai dengan Proper back mechanism (latihan cara duduk, cara

tidur, dan cara berdiri yang benar)

o Edukasi untuk melakukan gerakan perlahan disaat beraktivitas

Ortotis Prostetis

Evaluasi :

o Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan

Program :

o Rencana penggunaan korset LSO (Lumbo sacral Orthosis).

Psikologis

Evaluasi :

o Pasien cemas dengan penyakitnya

Program

o Memberikan support mental kepada penderita dan keluarga agar tidak merasa

cemas dan tetap rajin melakukan terapi

Sosial medik

Evaluasi :

o Penderita bekerja sebagai pembuat gula aren

o Biaya hidup sehari-hari cukup

o Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas

Program :

o Edukasi pada penderita mengenai penyakitnya

o Menasehati pasien agar menghindari mengangkat yang berat

o Memberikan dukungan agar pasien rajin untuk melaksanakan terapi dan

melakukan home program di rumah

Anjuran

X-foto lumbosakral lateral

Home program :

16

Page 17: refarat 2

Proper back positioning

Waktu berdiri :

- Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode Jongkok sebentar.

- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut.

Waktuberjalan :

- Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa- gesa.

Waktu duduk :

- Busa kursi jangan terlalu lunak.

- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang punggung.

- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga biladuduk, lutut lebih rendah dari paha.

- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan punggung

kursi.

Waktutidur :

- Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras

- Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menjaga

kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap dalam keadaan normal

Gunakan bantal di bawah lutut agar lutut tetap dalam keadaan tertekuk.

- Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit lutut, letakkan

bantal antara kedua lutut.

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam

BAB IV

PENUTUP

17

Page 18: refarat 2

Diagnosis HNP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri pada punggung bawah

yang menjalar sampai ke tungkai serta adanya riwayat jatuh terduduk pada pasien, ketika

batuk atau mengejan nyeri bertambah dan berkurang pada waktu istirahat.

Penatalaksaan pada HNP ditujukan untuk mengurangi nyeri dan memperkuat otot-otot

tulang belakang. Pilihan pertama adalah medika mentosa dan rehabilitasi medik (fisoterapi,

terapi okupasi, sosial medik, psikologi, dan home program).

Prognosis umumnya bervariasi, tergantung dari penatalaksanaan yang tepat dan

komplikasi yang ditimbulkan. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu setelah

terapi konservatif. Prognosis buruk bila tidak diterapi karena akan menimbulkan sakit yang

berkepanjangan dan dapat terjadi disabilitas yang permanen.

18

Page 19: refarat 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Jakarta:Dian Rakyat;2008.hal.95-104

2. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono

B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain

Society.Yogyakarta;2003.

3. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi TI.Ilmu Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi.Manado:Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi bagian Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;2006.hal.79-90.

4. Widyhana ND.Sensitivitas dan spesifisitas tes provokasi batuk, bersin dan mengejan

dalam mendiagnosis hernia nukleus pulposus lumbal[Tesis].Semarang:Universitas

Diponegoro;2002.

5. Barr KP, Harrast MA.Low Back Pain. In:Braddon RL,editor.Physical Medicine and

Rehabilitation.Philadelphia:Elsevier saunders;2007.hal.871-905.

19