Reading-Analisa Kasus Bank Century

10
reading | Analisa Kasus Bank Century Copyright seftie [email protected] http://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/ Analisa Kasus Bank Century Tanpa diduga sebelumnya, upaya pemerintah menyelamatkan Bank Century dari kehancuran akibat perampokan sistematis yang dilakukan pemiliknya berkembang cepat dan langsung masuk ke pusat medan politik nan panas. Sejatinya, pengucuran dana (yang menurut Menkeu Sri Mulyani sebatas menaikkan CAR atau rasio kecukupan modal) sebesar Rp. 6,7 triliun hanya akan berbuntut pada pengusutan hukum di BPK, KPK atau kepolisian jika terindikasi ada oknum yang merekayasa pengucuran dana segar tersebut. Artinya, dengan asumsi ada orang-orang di pemerintahan dan di manajemen Bank Century yang menikmati keuntungan secara haram dari pengucuran dana, maka kasus ini, seperti biasa, akan kembali menambah daftar panjang koruptor dan penjahat berkerah putih Indonesia. Tapi ternyata yang merebak belakangan adalah konflik horizontal antara Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menkeu Sri Mulyani dan Mantan Gubernur BI Boediono yang terpilih sebagai Wakil Presiden RI periode 2009-2014. Jusuf Kalla yang merasa dirinya hendak dibenamkan dalam kasus ini langsung bereaksi. Dia segera mengoreksi tanggal audiensi antara dirinya dengan Sri Mulyani dan Boediono. Sebelumnya Sri Mulyani mengaku melaporkan kasus Bank Century ke Wapres Jusuf Kalla tanggal 22 November atau sehari sebelum LPS mengeluarkan dana pertama sebesar RP. 2,7 triliun lebih. Tapi menurut JK, Menkeu baru menghadap kepadanya (berhubung Presiden SBY masih berada di AS) tanggal 25 November 2009. Jadi, seolah-olah saya tahu pengucuran dana itu. Padahal, saya tidak tahu sama sekali,” papar Wapres dalam sebuah jumpa pers yang dilengkapi dengan kronologi lengkap kasus Bank Century (KOMPAS, 1/9). page 1 / 10

Transcript of Reading-Analisa Kasus Bank Century

Page 1: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Analisa Kasus Bank Century

Tanpa diduga sebelumnya, upaya pemerintah menyelamatkan Bank Century darikehancuran akibat perampokan sistematis yang dilakukan pemiliknya berkembangcepat dan langsung masuk ke pusat medan politik nan panas.

Sejatinya, pengucuran dana (yang menurut Menkeu Sri Mulyani sebatas menaikkanCAR atau rasio kecukupan modal) sebesar Rp. 6,7 triliun hanya akan berbuntutpada pengusutan hukum di BPK, KPK atau kepolisian jika terindikasi ada oknumyang merekayasa pengucuran dana segar tersebut.

Artinya, dengan asumsi ada orang-orang di pemerintahan dan di manajemen BankCentury yang menikmati keuntungan secara haram dari pengucuran dana, makakasus ini, seperti biasa, akan kembali menambah daftar panjang koruptor danpenjahat berkerah putih Indonesia.

Tapi ternyata yang merebak belakangan adalah konflik horizontal antara WakilPresiden Jusuf Kalla, Menkeu Sri Mulyani dan Mantan Gubernur BI Boediono yangterpilih sebagai Wakil Presiden RI periode 2009-2014.

Jusuf Kalla yang merasa dirinya hendak dibenamkan dalam kasus ini langsungbereaksi. Dia segera mengoreksi tanggal audiensi antara dirinya dengan SriMulyani dan Boediono.

Sebelumnya Sri Mulyani mengaku melaporkan kasus Bank Century ke Wapres JusufKalla tanggal 22 November atau sehari sebelum LPS mengeluarkan dana pertamasebesar RP. 2,7 triliun lebih. Tapi menurut JK, Menkeu baru menghadap kepadanya(berhubung Presiden SBY masih berada di AS) tanggal 25 November 2009.

“Jadi, seolah-olah saya tahu pengucuran dana itu. Padahal, saya tidak tahu samasekali,” papar Wapres dalam sebuah jumpa pers yang dilengkapi dengan kronologilengkap kasus Bank Century (KOMPAS, 1/9).

page 1 / 10

Page 2: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Selain itu, JK juga memaparkan bahwa Boediono tidak berani melaporkan pendiri Bank Century Robert Tantular yang jelas-jelas menipu banknya sendirisenilai Rp. 1,4 triliun ke pihak kepolisian.

Karena Bank Indonesia tidak berani berbuat apa-apa dengan alasan tidak adalandasan hukum, akhirnya Jusuf Kalla berinisiatif menginstruksikan kapolrimenangkap Robert Tantular.

Langkah JK ini bisa ditanggapi dengan pikiran positif dan negatif.

Bagi yang berpikiran positif, apa yang dilakukan oleh JK adalah langkah yang tepatdalam rangka mendudukkan setiap perkara pada porsi yang sebenar-benarnya.Termasuk soal aspek kriminal dan langkah pemerintah yang dinilai tidak tegasdalam menangani kejahatan berkerah putih yang selalu berulang dari zaman EdiTansil hingga era Robert Tanular dengan nilai kerugian yang fantastik hinggatriliunan rupiah.

Tapi langkah JK ini juga bisa dianggap sebagai upaya penggembosan terhadappemerintah terpilih. JK dinilai sedang berusaha mencitrakan sosok seorangBoediono sebagai pemimpin yang tidak tegas.

Bila ini berkembang terus tanpa kendali politis dari partai penguasa dan pemenangpemilu, tidak mustahil citra pemerintahan SBY-Boediono langsung merosot bahkansebelum mereka berdua dilantik Oktober nanti.

Tapi apapun penilaian orang terhadap pernyataan-pernyata an keras JK seputarkasus Bank Century, saya sepakat 1000% dengan  ucapkan JKberikut :

“Pendapat saya sejak awal solusi terhadap bank-bank bermasalah tidak denganbail out karena sesuai pengalaman tahun 1998 sehingga merugikan negara sampaiRp 600 triliun dalam bentuk bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hingga kinibahkan sampai 20 tahun mendatang rakyat harus membayar dengan bunga dan

page 2 / 10

Page 3: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

pokok sebesar Rp 60 triliun melalui APBN. Padahal, seharusnya kasus itu menjaditanggung jawab pengawas bank yang ketat dari Bank Indonesia,” ujarnya.

Pertanyaannya, akankah Robert Tanular menjadi penjahat terakhir yang berhasilmenggerus uang negara dan masyarakat triliunan rupiah lewat jalur perbankan ?.

Atau besok kita kembali membaca kasus perampokan serupa ?.

Artikel ini dapat dibaca di :

Bank Century, Kartu Sakti Gembosi SBY-Boediono ?

http://iskandarjet. kompasiana. com/2009/ 09/01/bank- century-kartu-sakti-gembosi- sby-boediono/

***

Berkali-kali Menkeu Nyonya Sri Mulyani menyatakan bahwa alasan menyelamatkanBank Century karena bank ini ‘berpotensi sistemik’ dalam merusak sistemperbankan nasional. Karena ada ‘resiko sistemik’ maka Negara –dalam hal ini LPS–bertanggung jawab untuk menyuntikkan dana 6,7 triliun rupiah ke bank tersebut.

Sebuah argumen yang masih layak diperdebatkan, apakah sistemik yang dimaksud?. Benarkah hipotesis bahwa kalau Bank Century tidak diselamatkan –aliaslangsung ditutup saja– akan ada potensi kerusakan sistemik ?.

Ataukah itu hanya imajinasi paranoid dari para bankir sayap kanan –ideologi yangsama yang meruntuhkan perbankan pada 1998 dan Amerika pada dekade ini ?.

page 3 / 10

Page 4: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Menkeu juga berkali-kali menyatakan bahwa kebijakan itu sah. Bahwa kebijakan initelah melalui prosedur formal yang benar, sesuatu yang kemudian terbantahkansebagian oleh kenyataan bahwa Perpu JPS telah ditolak DPR; dan bukti bahwakeputusan itu tanpa ijin/persetujuan lebih dahulu dari pemegang mandat politik,yaitu Tuan Presiden / Wapres.

Khusus Tuan Presiden, sampai hari ini tidak ada konfirmasi apakah SBY menyetujuihal ini pada pertemuan tanggal 13 November 2008.

Beberapa pengamat –diantaranya Tuan Antonius Tony Prasetyantono, ChiefEconomist BNI dan dosen FE-UGM– menyatakan bahwa tidak ada potensi kerugiandalam kasus ini.

Seperti juga Kepala LPS, Tuan Firdaus Djaelani, mereka menyatakan bahwakerugian negara dalam kasus Bank Century adalah hipotetis karena bisa dijualdengan harga lebih mahal daripada dana suntikannya, sebuah mitos yang sejakBLBI pertama tidak pernah terbukti. Mungkin Tuan dan Nyonya sekalian masihingat, recovery rate eks BPPN hanyalah sebesar 28%.

Saya kira kita perlu mengujinya satu per satu beberapa argumen yang ditawarkanpada publik belakangan ini.

Pertama, sistemik. Sampai hari ini BI dan Menkeu sebagai KKSK tidak pernahmenjelaskan dengan gamblang apa itu resiko sistemik dan bagaimana itu bisaterjadi.

Yang parah bahwa penjelasan sistemik itu barangkali tidak sampai di telinga TuanPresiden dan Tuan Wapres sampai konfirmasi terakhir tanggal 25 November 2008saat Nyonya Sri Mulyani melapor pada Tuan Wapres, 2 hari setelah pengucuranpertama sebesar 2,7 triliun pada tanggal 23 Nov.

Sistemik telah berubah menjadi loncatan logika yang ngawur. Sebuah problem di

page 4 / 10

Page 5: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

sebuah bank kecil yang diawali oleh kesalahan kriminal para bankirnya dipetakansebagai punya potensi pengaruh pada keseluruhan sistem perbankan nasional.

Imajinasi yang dibangun bahwa bila dibiarkan atau ditutup maka hal ini akanmenciptakan rush pada perbankan nasional perlu diuji : apakah benar ?.

Adakah penjelasan teknis mengenai hal ini ?. Ataukah jangan-jangan ada deposanbesar tertentu yang perlu dilindungi atau ditalangi oleh LPS ?.

Bagaimana saling terkait dengan bank atau institusi lain sehingga berpotensisistemik ?.

Berbagai gosip di dunia bawah tanah perbankan menduga bahwa ada deposan besar yang tersangkut uangnya dan harus ditalangi; mengganggu dan menuntutpenjelasan apa yang dimaksud sistemik tersebut.

Yang menyakitkan adanya pikiran bahwa karena kesalahan kriminal di sebuahbank –ingat kasus Bank Century diawali oleh tindak penerbitan reksadana bodongdan eksposure kredit yang nakal– dapat ‘dibantu negara’ ketika ia bersifatsistemik. Apa ini ?.

Seperti berpesan : jadilah penjahat yang punya pengaruh sistemik, pastilah dibantunegara.

Para pengamat dan juga Nyonya Menkeu selalu bilang bahwa uang talanganbukanlah uang negara. Apa benar ?.

Setoran awal LPS senilai 4 T merupakan uang negara. Premi dari pesertapenjaminan LPS pada akhirnya sebenarnya adalah uang rakyat.

page 5 / 10

Page 6: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Ketika premi dihabiskan –atau menjadi mahal karena resiko sistemik yangdiciptakan para bankir nakal– maka bebannya ditaruh pada pundak para deposandan kreditur.

SBI 6,5% tapi KPR 15%, selisih yang besar karena ada resiko pada sistem, harusditanggung dengan membebankan premi pada ‘biaya’. Dan jatuhlah padatanggungan Anda, Tuan dan Nyonya para nasabah bank kita tercinta.

Kedua, soal sah. Menkeu selalu berlindung pada argumen bahwa kebijakan inidiambil secara sah.

Nyonya Menkeu lupa bahwa dalam azas kebijakan publik, sah saja tidak pernahcukup. Ada azas lain yang lebih penting, yaitu adil.

Semua kebijakan Pak Harto juga sah; bahkan praktis semua kasus korupsi modernjuga sah karena secara administratif telah memenuhi syarat formal.

Korupsi modern diatur dalam ruang aturan legal yang ketat, melalui proses tender,ditetapkan melalui aturan formal dan sah. Memang sah tapi kok tidak adil ya ?.Kesalahan kriminal segelintir orang kok ditanggung oleh kita bersama ?.

Ketiga, potensi kerugian. Beberapa pengamat –seperti Tuan Toni– bilang bahwatidak ada kerugian negara dalam kasus Bank Century. Apakah benar ?.

Bahkan bila Tuan Toni memperhitungkan PV (present value) dari suntikan dana inipada 3 tahun mendatang; apakah tidak ada potensi kerugian ?.

Benarkah kita bisa menjamin bahwa pada 3 tahun mendatang nilai penjualan BankCentury lebih besar dari 6,7 triliun ?.

page 6 / 10

Page 7: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Siapakah yang mau membeli dengan nilai lebih dari 6,7 triliun ketika aset danresiko manajemennya jauh lebih rendah dari angka itu ?.

Apalagi mengingat pengalaman 1998 ketika recovery rate aset eks bank hanyalah28% ?.

Yang lebih tidak masuk akal adalah wacana yang dilontarkan pengamat –misalnyaTuan Toni– ini dinyatakan sebelum audit (BPK) dilakukan.

Tidak ada laporan faktual yang kredibel yang menjelaskan posisi aset sebenarnyaBank Century, berapa kewajibannya, berapa Dana Pihak Ketiganya serta berapaaset bersih wajarnya ?.

Baiklah barangkali Tuan-tuan di DPR yang membongkar kasus ini punya pretensidengan bayangan kerugian besar tapi menyatakan bahwa Century tidak berpotensikerugian merupakan imajinasi sesat.

Keempat, yang paling mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa beberapa pihakyang terlibat merupakan jantung dari kabinet SBY, sekarang dan kabinetmendatang.

BI bersalah karena gagal melakukan pengawasan yang baik; pimpinannya waktuitu adalah Tuan Boediono yang sekarang jadi Wapres terpilih.

Tuan Boediono bahkan ditunjuk Jenderal SBY untuk memimpin penyusunan program kerja 100 harinya. Pihak lain yang terlibat adalah Nyonya Sri Mulyani,Menkeu sekarang dan dipastikan salah satu jantung mesin ekonomi SBY di kabinetmendatang.

Luar biasa. Dengan orang-orang yang sama, cara berpikir yang sama serta cara

page 7 / 10

Page 8: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

mengelola kebijakan publik yang sama; menurut saya mengkhawatirkan untukmembayangkan bagaimana mesin kabinet SBY mengolah kebijakan publik di masadepan.

Dengan kasus yang identik di masa depan ataukah kasus lain, sulit mengharapkanadanya keluaran kebijakan berbeda pada periode mendatang.

Orang yang sama, cara berpikir yang sama dan cara mengelola kebijakan publikyang sama merupakan resiko yang melekat pada kabinet SBY mendatang.

Dan kasus Bank Century membuat gamblang bagaimana resiko sistemik yangmelekat pada kabinet mendatang.

Resiko sistemik, resiko yang melekat pada sistem kerja sebuah organisasi.

Cilaka dua belas, Tuan dan Nyonya.

Artikel ini dapat dibaca di :

Bank Century: Risiko Sistemik Kabinet SBY

http://public. kompasiana. com/2009/ 09/01/bank- century-resiko- sistemik-kabinet-sby/

***

page 8 / 10

Page 9: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

Saat menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Boediono dinilai tidak beranimelaporkan pemilik Bank Century, Robert Tantular, kepada polisi untuk segeraditangkap.

Karena ketidakberanian Boediono yang kini menjadi wakil presiden terpilihmendampingi Susilo Bambang Yudhoyono, dirinya lantas mengambil inisiatifmenginstruksikan langsung kepada Kapolri untuk menangkap Robert sebelum yangbersangkutan melarikan diri. “Saya minta kepada Kapolri untuk segera bertindak.Hari itu juga, dalam waktu tiga jam, Robert Tantular akhirnya ditahan polisi. KasusBank Century adalah kasus kriminal,” ujar JK (kompas online).

Membaca kutipan kompas online, kembali JK memunculkan klaim keberanian dankecepatan bertindak untuk menanggulangi masalah bank century.

Berita menjadi istimewa ketika khas karakter JK muncul, yaitu tanpa tedengaling-aling menyebutkan gubernur BI, yang saat itu dijabat boediono, tidak beranimengungkap dan melaporkan kasus ini pada polisi.

Akhirnya inisiatif yang juga khas JK dalam pemerintahan SBY JK menjadi solusipenangkapan.

Kebisaan bicara tanpa sensor dan selalu mengambil inisiatif justeru dianggapsebagai wapres yang kurang sopan dan dianggap selalu mencari muka. Kedua halini kurang disenangi penguasa, terlihat dari ungkapan ungkapan ketika kampanye.

Mungkin kita akan kehilangan inisiatif-inisiatif seperti ini, terlebih ada perpindahankantor wapres ke istana.

Akan menjadikan kekuatan yang solid satu pintu, dalam kacamata politik mungkinitu baik agar kebijakan negara menjadi konvergen dalam mensukseskan programbesarnya. Tetapi jika berjalannya program menjadi lambat dan kurang berani arahkonvergen ini justeru merugikan rakyat karena telat merespon dan bertindak akan

page 9 / 10

Page 10: Reading-Analisa Kasus Bank Century

reading | Analisa Kasus Bank CenturyCopyright seftie [email protected]://seftie.student.umm.ac.id/2010/03/02/analisa-kasus-bank-century/

selalu terjadi.

2010 adalah tahun tantangan tersendiri untuk Indonesia memasuki AFTA, AFTAdibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapuratahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakanwujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatukawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomikawasan regional ASEAN. Indonesia membutuhkan ekstra keberanian dan kesiapanyang matang termasuk memberantas korupsi sebagai terroris pengacau stabilitasbangsa ini. Juga sikap negara-negera yang merendahkan bangsa ini butuhpengikapan yang berani dan cepat secepat penanganan Manohara.

Mungkinkan budiono akan mengikuti langkah JK yang cukup berani dan banyakberinisiatif dalam menangani berbagai permasalahan ?. Atau memang tidakdisiapkan untuk itu ?.

page 10 / 10