RBD ok(1)

47
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline, antisocial ), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah pasien yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien kurang mampu mengungkapkan perasaannya tentang bunuh diri. Kurang detailnya tentang pengkajian resiko bunuh diri pada saat masuk dan banyak perawat kurang melakukan skrening akan resiko bunuh diri. Di Amerika Serikat, 75 orang menyatakan keinginan bunuh diri setiap harinya (Varcarolis, 2005). Sedangkan di Indonesia, angka kematian akibat bunuh diri sebanyak 50.000 per tahun (WHO, 2005) dan 70 % nya adalah laki- laki (Forensik FKUI/RSCM, 2005). Menurut DepKes RI, penyebab bunuh diri terbesar di Indonesia diakibatkan oleh gangguan jiwa (41%), dan 23 % karena penyalahgunaan zat dan alkohol. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah :

description

RISIKO BUNUH DIRI MAKAKH

Transcript of RBD ok(1)

Page 1: RBD ok(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun

suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada

depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid,

borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. 

Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah

pasien yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien

kurang mampu mengungkapkan perasaannya tentang bunuh diri. Kurang detailnya

tentang pengkajian resiko bunuh diri pada saat masuk dan banyak perawat kurang

melakukan skrening akan resiko bunuh diri.

Di Amerika Serikat, 75 orang menyatakan keinginan bunuh diri setiap harinya

(Varcarolis, 2005). Sedangkan di Indonesia, angka kematian akibat bunuh diri

sebanyak 50.000 per tahun (WHO, 2005) dan 70 % nya adalah laki-laki (Forensik

FKUI/RSCM, 2005). Menurut DepKes RI, penyebab bunuh diri terbesar di

Indonesia diakibatkan oleh gangguan jiwa (41%), dan 23 % karena

penyalahgunaan zat dan alkohol.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim

kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa

mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor

yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien

yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan

training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga,

pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah

sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen

lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta

kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya

resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di

rumah sakit.

Page 2: RBD ok(1)

2

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan (Wilson & Kneisl, 1988). 2 dari 3 orang yang melakukan

suicide diketahui oleh perawat dalam beberapa bulan sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan intervensi yang

adekuat. Lebih lanjut banyak perawat mungkin takut untuk menanyakan tentang

masalah bunuh diri pada pasien atau bahkan tidak mengetahui bagaimana untuk

menanyakan jika pasien memiliki pikiran untuk melakukan suicide.  Oleh karena

itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang

cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko

terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya

dengan pendekatan proses keperawatanya. 

1.2 Tujuan

Tujuan penulis dalam membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa pada

Pasien dengan Masalah Resiko Bunuh Diri adalah sebagai berikut :

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep Resiko Bunuh Diri dan mengetahui konsep asuhan

keperawatan jiwa pada Resiko Bunuh Diri.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari Resiko Bunuh Diri

2. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi reaksi resiko bunuh diri

pada klien.

3. Mengetahui fase-fase proses resiko bunuh diri

4. Mengetahui tanda dan gejala serta proses terjadinya masalah pada

klien dengan resiko bunuh diri.

5. Mengetahui dan merancang konsep dan teori asuhan keperawatan jiwa

pada pasien dengan masalah resiko bunuh diri.

Page 3: RBD ok(1)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan

mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja

untuk membunuh diri sendiri. Edwin Shneidman (1963, 1981), seorang peneliti

bunuh diri yang ternama, mendefinisikan dua kategori bunuh diri :

1. Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk

mengakhiri hidup seperti membakar diri, menggantung diri, menembak diri dan

meracuni diri.

2. Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi untuk mati, yang

ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan

berlebihan, aktivitas seks bebas, dll.

Pengertian Bunuh diri sendiri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami

resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat

mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai

perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah

pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas

bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu

yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995)

Pendapat lain tentang bunuh diri:

1. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs,

2004).

2. Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai

gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,1997).

3. Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien

untuk mengakhiri kehidupannya.

4. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri

memiliki 4 pengertian, antara lain:

a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi

Page 4: RBD ok(1)

4

c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung

(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan

kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

2.2 Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi bunuh diri antara lain:

1.   Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri

mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat

individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2. Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri

adalah antipati, impulsif, dan depresi.

3.   Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah

pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif

dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan

dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik,

dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam

menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.

4.    Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting

yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

5.   Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,

adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman

gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

Page 5: RBD ok(1)

5

2.3 Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah (Stuart &

Sudden, 1995):

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri

sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh

individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor

lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media

mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi

individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

2.4 Tanda dan Gejala

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak

membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana

bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan

gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang

menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan

sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya,

kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan

depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.

Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/kehilangan, hidup

sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor

kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,kegiatan kognitif dan negatif,

keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan kepribadian antisosial (Stuart &

Sundeen, 2006).

Page 6: RBD ok(1)

6

2.5 Proses Terjadinya Masalah

Peningkatan verbal/ non verba

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman Bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

( Stuart & Sundeen, 2006)

Tipe Bunuh Diri

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap

membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak

kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.

Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebu mempertimbangkan

untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang

kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan

untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang

dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Page 7: RBD ok(1)

7

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang

yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati

mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada

waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami

depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart

& Sundeen, 2006).

Page 8: RBD ok(1)

8

BAB 3

PROSES KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar di lakukan oleh pasien untuk

mengakhiri hidupnya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan

bunuh diri, kita mengenal 3 macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat bunuh dirri,

ancaman bunuh diri, dan percobaaan bunuh diri.

3.1.1 Isyarat Bunuh Diri

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung

ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan "tolong jaga anak-anak karena

saya akan pergi jauh‼" atau "segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya".

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri

hidupnya, namun tidask disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.

Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/

putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri

sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

3.1.2 Ancaman Bunuh Diri

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan

untuk mati dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat

untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan

rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan

ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk

melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3.1.3 Percobaan Bunuh Diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien menciderai atau melukai diri

untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh

diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau

Page 9: RBD ok(1)

9

menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri ini

dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada tiap jenisnya.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah

keperawatan yang mungkin muncul adalah Harga Diri Rendah. Bila telah

ditemukan masalah tersebut maka tindakan paling utama yang harus dilakukan

adalah meningkatkan harga diri pasien.

2. Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh

diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah Risiko Bunuh Diri.

3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan Keperawatan Pasien Percobaan Bunuh Diri

Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

Tindakan : Melindungi pasien

a) Menemani pasien terus menerus sampai ia dapat dipindahkan ke tempat

yang aman.

b) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misal: pisau, silet, gelas, tali,

ikat pinggang).

c) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapat obat.

d) Menjelaskan pada pasien bahwa kita akan melindungi pasien hingga tidak

ada keinginan bunuh diri.

2. Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien Percobaan Bunuh Diri

a) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien dan jangan pernah

meninggalkan pasien sendiri.

b) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhkan pasien dari

barang-barang berbahaya.

c) Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering

melamun sendiri.

d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

Page 10: RBD ok(1)

10

3. Tindakan Keperawatan Pasien Isyarat Bunuh Diri

Tujuan tindakan :

a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya

b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya

d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

Tindakan keperwatan :

a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan

meminta bantuan keluarga atau teman

b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:

1) Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya

2) Memberikan pujian bila pasien mengatakan perasaan yang positif

3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnyadisyukuri oleh pasien

5) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan

c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara :

1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah

2) Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing-masingh cara

penyelesaian masalah

3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih

baik

4. Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien Isyarat Bunuh Diri

Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga mampu merawat pasien dengan

risiko bunuh diri

Tindakan keperawatan:

a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah

muncul pada pasien

2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada

pasien risiko bunuh diri

Page 11: RBD ok(1)

11

b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien

memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri

2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:

i. Memberikan tempat yang aman

ii. Menempatkan pasien di temapt yang mudah diawasi, jangan

biaran pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan

meninggalkan pasien sendiri di rumah

iii. Menjauhkan baang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh

diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang dapat digunakan

bunuh diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau

atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk

dan racun serangga

iv. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan

apabila ada tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah

melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan

tanda dan gejala bunuh diri

3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas

c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien

melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:

1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk

menghentikan upaya bunuh diri tersebut

2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas untuk

mendapatkan bantuan medis

d. Membantu keluarga mencari rujukan ke fasilitas kesehatan yang tersedia

bagi pasien

1) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan

2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/ kontrol

secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya

3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai

prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,

benar cara penggunaannya, benar waktu penggunaannya

Page 12: RBD ok(1)

12

Tabel ringkasan tindakan keperawatan untuk pasien risiko bunuh diri berdasarkan

perilaku bunuh diri yang ditampilkan:

3 perilaku bunuh

diri

Tindakan keperawatan untuk

pasien

Tindakan keperawatan

untuk keluarga

Isyarat bunuh diri Mendiskusikan cara

mengatasi keinginan bunuh

diri

Meningkatkan harga diri

pasien

Meningkatkan kemampuan

pasien dalam menyelesaikan

masalah

Melakukan pendidikan

kesehatan tentang cara

merawat anggota keluarga

yang ingin bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Melindungi pasien

Melibatkan keluarga untuk

mengawasi pasien secara

ketat

Percobaan bunuh diri

Page 13: RBD ok(1)

13

BAB 4

PEMBAHASAN KASUS

KASUS :

Tn. A berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Airlangga.

Status menikah, mempunyai 2 orang istri, dan seorang anak. Perusahaan tempatnya

bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena

pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. A. Akibatnya kondisi

keuangan Tn. A memburuk, sehingga membuat istri pertamanya meminta cerai karena

Tn. A tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. A pun menjadi putus

asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

4.1 PENGKAJIAN

4.1.1 Identitas Klien

Nama Lengkap : Tn. A

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah (2 orang istri)

Alamat : Surabaya

4.1.2 Alasan Masuk

Klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi

rumah pasien.

4.1.3 Faktor Predisposisi

Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh

perusahaan tempat ia bekerja, padahal dia harus menghidupi 2 orang istri dan

seorang anak. Ditambah lagi dengan istri pertamanya yang minta cerai. Tidak ada

anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

4.1.4 Fisik

Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tangan, BB pasien

menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitif, mengeluh sakit perut,

Page 14: RBD ok(1)

14

kepala sakit. N: 80x/mnt, TD: 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg

dan TB 170cm.

4.1.5. Psikososial

4.1.5.1 Genogram

4.1.5.2 Konsep Diri

1. Gambaran diri

Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.

2. Identitas

Klien sudah menikah.

3. Peran diri

Klien adalah kepala rumah tangga dengan 2 orang istri dan seorang, istri

kedua sedang hamil.

4. Ideal diri

Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung

harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan

bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.

5. Harga diri

Klien merasa tidak berguna lagi, depresi dan sering mempersalahkan Tuhan

atas hal yang menimpanya.

4.1.5.3 Hubungan Sosial

Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. D teman

sekamar di rumah sakit yang satu agama. Klien adalah orang yang kurang

perduli dengan lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan

Page 15: RBD ok(1)

15

tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman

yang lain, sangat sensitif.

4.1.5.4 Spiritual

1. Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering

mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya

2. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri

kepada Tuhan.

4.1.6 Status Mental

4.1.6.1 Penampilan

Pada penampilan fisik: tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh,

rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau.

4.1.6.2 Pembicaraan

Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan

pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata

dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.

4.1.6.3 Aktivitas Motorik

Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan

aktivitas.

4.1.6.4 Alam Perasaan

Klien terlihat sedih dan putus asa.

4.1.6.5 Afek

Klien menunjukkan afek datar pada saat berbicara dengan perawat.

4.1.6.6 Interaksi selama wawancara

Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat

berkomunikasi.

4.1.6.7 Proses pikir

Klien bicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan

(Sirkumstanseal).

4.1.6.8 Memori

Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

4.1.7 Mekanisme Koping

Page 16: RBD ok(1)

16

Mal adaptif: Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak

menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak

berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.

4.2 ANALISIS DATA

Data Masalah Keperawatan

DS:

- Klien mengatakan mengakhiri

kehidupan itu lebih baik

DO:

- Ada bekas percobaan bunuh diri

pada leher dan pergelangan tangan

- Status perkawinan yang tidak

harmonis, Klien diceraikan istri

pertama.

Resiko bunuh diri

DS :

- Klien mengatakan dirinya tidak

berguna lagi

- Klien merasa tidak ada yang ia

sukai lagi dari dirinya.

- Klien mengatakan malu jika

bertemu dengan teman-teman dan

keluarganya

- Klien mengungkapkan rasa

kecemasannya tentang pekerjaan

dan keharmonisan keluarganya

- Klien sering mempersalahkan

Tuhan atas hal yang menimpanya

DO :

- Klien terlihat depresi dan murung

- Jarang berinteraksi dengan orang

Ganggguan konsep diri : harga

diri rendah

Page 17: RBD ok(1)

17

sekitar

4.3 POHON MASALAH

4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan konsep diri

2. Ganggguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu

inefektif

4.5 RENCANA INTERVENSI

1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan konsep diri

Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

Tindakan : Melindungi pasien

efek

core

causa

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Koping individu inefektif

Resiko bunuh diri

Berduka disfungsional

Page 18: RBD ok(1)

18

2.

Ganggguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu

inefektif

Tujuan umum : peningkatan harga diri klien

Intervensi Rasional

1. Temani pasien terus menerus sampai

ia dapat dipindahkan ke tempat yang

aman.

2. Jauhkan semua benda yang berbahaya

(misal: pisau, silet, gelas, tali, ikat

pinggang).

3. Periksa apakah pasien benar-benar

telah meminum obatnya, jika pasien

mendapat obat.

4. Jelaskan pada pasien bahwa kita akan

melindungi pasien hingga tidak ada

keinginan bunuh diri.

5. Intervensi pada keluarga pasien :

a. Anjurkan keluarga untuk ikut

mengawasi pasien dan jangan

pernah meninggalkan pasien

sendiri.

b. Anjurkan keluarga untuk

membantu perawat menjauhkan

pasien dari barang-barang

berbahaya.

c. Diskusikan dengan keluarga

untuk tidak membiarkan pasien

sering melamun sendiri.

d. Jelaskan kepada keluarga

pentingnya pasien minum obat

secara teratur.

1. Mengawasi tindakan pasien agar

tidak melakukan tindakan bunuh

diri.

2. Menghindari pasien menggunakan

benda berbahaya untuk percoban

bunuh diri.

3. Mengawasi pasien agar teratur dan

tepat meminum obatnya.

4. Agar pasien merasa tidak sendirian.

5. Partisipatif aktif dari keluarga akan

membntu membat nyaman pasien

sehingga meminimalisir hal-hal

pemicu bunuh diri.

Page 19: RBD ok(1)

19

Tujuan khusus : 1. Klien dapat memahami dan menerima keadaan

2. Klien mau mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat melakuakn stretegi koping yang adekuat

Kriteria hasil :

1. Klien menunjukkan eskpresi wajah bersahabat, menun-jukkan

rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah

yang dihadapi.

2. Klien mampu menyebutkan:

o Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.

o Aspek positif keluarga.

o Aspek positif lingkung-an kli

3. Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan

4. Klien membuat rencana kegiatan harian

5. Klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat.

6. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

Intervensi Rasional

1. Setelah membina hubungan

dengan klien, bicarakan masalah

pasien dengan cara yang suportif

bukan mengonfrontasi pasien;

jika klien menolak

mendiskusikannya, hentikan dan

nyatakan maksud anda untuk

kembali membicarakannya.

1. Kehadiran anda menunjukan

pehatian dan kepedulian.

Mengatakan kepada klien bahwa

anda akan kembali

memperlihatkan dukungan anda.

Klien mungkin memerlukan

dukungan emosional untuk

menghadapi dan mengungkapkan

rasa tidak nyaman atau perasaan

yang menyakitkan.

Mengonfrontasi klien akan

memaksa untuk mengungkapkan

perasaan dapat meningkatkan

ansietas dan membuat klien

Page 20: RBD ok(1)

20

menyangkal atau menghindar

lebih jauh.

2. Bicara dengan klien tentang hal yang

realistis terkait dengan

kehilangannya; diskusikan

perubahan kongkret yang telah

terjadi dalam kehidupannya akibat

kehilangan dan perubahan yang

harus mulai lakukan sekarang

2. Mendiskusikan pada tahap ini dapat

membantu membuatnya lebih

nyata bagi klien

3. Dorong ekspresi perasaan dengan

cara membuat klien nyaman,

misalnya : berbicara, menulis,

menggambar, menangis, dan

sebagainya. Sampaikan penerimaan

anada terhadap perasaan ini dan

makna ekspresi, tawarkan dukungan

verbal kepada klien dalam upaya

mengespresikan perasaan

3. Ekspresi perasaan dapat membantu

klien mengidentifikasi, menerima,

dan mengatasi perasaanya

walaupun hal tersebut menyakitkan

atau membuat klien tidak nyaman

4.Dorong klien untuk mengingat

pengalaman, bicarakan tentang apa

yang terlibat dalam hubungannya

dengan istri atau pekerjaannya.

Diskusikan dengan klien tentang

perubahannya perasaannya terhadap

diri sendiri, orang lain, dan orang atau

pekerjaannya yang hilang.

4. Mendiskusikan benda atau orang

yang hilang dapat membantu klien

mengidentifikasi dan

mengungkapkan kehilangan,

makna kehilangan tersebut

baginya, dan respons emosional

5. Dorong ekspresi semua perasaan

klien secara tepat (yaitu aman)

terhadap istri atau pekerjannya dan

sampaikan penerimaan. Yakinkan

klien bahwa perasaan negatif

sekalipun seperti kemarahan dan

5. Perasaan timbul tidak bisa

dikatakan baik atau buruk.

Memberi klien dukungan untuk

mengungkapkan perasaan dapat

membantu klien menerima

perasaan tidak nyaman

Page 21: RBD ok(1)

21

kebencihan adalah normal dan sehat

dalam berduka

6. Berikan kesempatan untuk

melepaskan ketegangan, kemarahan,

rasa bersalah, dan sbagainya melaui

aktivitas fisik. Tingkatkan olahraga

secara teratur sebagai cara yang

sehat dalam mengatasi stres dan

ketegangan

6.Aktivitas fisik merupakan cara untuk

mengurangi ketengangan dengan

cara yang sehat dan tidak merusak

7. Batasi waktu dan frekuensi interaksi

terapeutik dengan klien. Dorong

klien untuk mengungkapkan

perasaan secara mandiri dan spontan

(menulis memulai interaksi denngan

klien lain atau dengan anggota staf

lain, terlibat dalam aktivitas fisik).

Rencanakan interaksi yang dimulai

oleh staf pada waktu yang

memungkinkan klien memenuhi

tanggung jawabnya (aktivitas, tugas-

tugas di unit) dan mempertahankan

perawatan diri (tidur, makan, higine)

7.Klien perlu mengembangakan

keterampilan mandiri dalam

menyampaikan perasaan dan

mengintegrasikan kehilangan ke

dalam hidupnya sehari-hari, sambil

memenuhi kebutuhan dasarnya

4.6 EVALUASI

1. Klien mampu mengatasi keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri.

2. Klien mau mengungkapkan perasaannya mengenai kepercayaan diri dan mulai

mau berinteraksi.

3. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah dengan cara

berdiskusi.

4. Klien dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

Page 22: RBD ok(1)

22

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri

sendiri. Perilaku bunuh diri terdapat dua cara yaitu bunuh diri langsung dan bunuh

diri tidak langsung. Bunuh diri secara langsung merupakan tindakan yang disadari

dan disengaja untuk mengakhiri hidup sedangakan bunuh diri tidak langsung adalah

keinginan tersembunyi untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko.

Faktor predisposisi dari perilaku bunuh diri diantaranya karena diagnostik

psikiatrik, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga, faktor kimia.

Perilaku resiko bunuh diri ini dapat dipresipitasi oleh perasaan terisolasi, kegagalan

adaptasi, perasaan marah, dan putus asa. Diantara tanda dan gejalanya adalah

keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam

perasan depresi, agitasi, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan berat badan,

berbicara lamban, keletihan, menarik diri sebelumnya, kelainan afektif,

alkoholisme, penyalahgunaan obat, depresi mental remaja. Resiko bunuh diri juga

dapat disebabkan oleh keadan psikososial sperti baru berpisah, bercerai, hidup

sendiri, tidak bekerja dan faktor kepribadian seperti implisit, agresif, rasa

bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, putus asa, harga diri rendah, kepribadian

antisosial. Perilaku bunuh diri dapat dibagi menjadi tiga yaitu ancaman bunuh diri,

upaya bunuh diri, dan bunuh diri.

5.2 Saran

Page 23: RBD ok(1)

23

Perawat sebaiknya lebih aktif dan tidak mengintrogasi dalam menggali

informasi tentang perawatan pada pasien yang berisiko untuk melakukan tindak

bunuh diri, tetapi bersifat suportif dan solutif terhadap masalah yang sedang

dihadapi oleh klien. Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi

terapeutik, dan dapat mengobservasi dengan akurat agar dapat menegakkan

diagnosis dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN. Jakarta:

EGC

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C..1993. Nursing Care Plan. Guidlines

for Planning and Documentating Patient Care. Terjemahan oleh Kariasa, I.M.,

Sumarwati, N.M.. 2000. Jakarta : EGC

Stuart & Sundeen. 2006. Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.

Jakarta : EGC

Stuart dan Sundeen. 1995. Dikutip Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi

Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1

Keperawatan.

Stuart, GW, Sundeen, SJ . 1995. Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih

Bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC

Videbeck, sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

Page 24: RBD ok(1)

24

SKENARIO ROLE PLAY

RESIKO BUNUH DIRI

KASUS :

Tn. A berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Airlangga.

Status menikah, mempunyai 2 orang istri, dan seorang anak. Perusahaan tempatnya

bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena

pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. A. Akibatnya kondisi

keuangan Tn. A memburuk, sehingga membuat istri pertamanya meminta cerai karena

Tn. A tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. A pun menjadi putus

asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

SKENARIO

PEMAIN:

1. Setiawan Arifin : Tn.Arifin (Pasien)

2. Dina Rosita : Istri pertama

3. Vera Evelyn Juliani : Istri kedua

4. Miftakhur Roifah : Anak dari istri pertama

5. Eni Muslihah : Adik Arifin

6. Yuni Tristian C. : Adik Arifin

7. Anis Maslahah : Perawat 1

8. Eka Setya Yuliana : Perawat 2

9. Yosephin Nova E. : Dokter

Page 25: RBD ok(1)

25

Scene 1 (Di Rumah)

Sabtu siang, di sebuah perusahaan swasta PT. Airlangga terjadi PHK karyawan secara

massal, termasuk juga Tn.A yang sudah 10 tahun bekerja disana. Tn.A yang seorang

kepala keluarga dengan 2 orang istri dan seorang anak ini merasa sangat terpuruk

mendapat keputusan tersebut, karena dia lah satu-satunya yang mencari nafkah

dikeluarganya. Bahkan dia juga mempunyai 2 orang adik yang masih sekolah.

Sepulang dari kantor, Tn.A sangat sedih dan tak tahu harus melakukan apa.

Tn.Arifin : (sedih, wajah lesu, tak bergairah, berantakan)

Mifta : Ayah,, ayah kenapa? Kok pulang-pulang wajahnya murung gitu?

Tn.Arifin : Ayah capek nak..

Anak : Ya sudah kalau gitu saya pijitin ya.. (memijat pundak sang ayah)

Istri Ke-2 : Hei Pa…!! Sudah pulang ya… Mifta, bikinin ayahmu minum sana!

(Istri lalu duduk di dekat suami). Eh pa, ngomong-ngomong

kehamilanku udah hampir 7 bulan nih, aku rasa udah saatnya kita beli

barang-barang perlengkapan untuk bayi kita nanti. Kita beli baju yang

lucu-lucu, beli mainan-mainan, pokoknya yang bagus-bagus ya pa…

Tn.Arifin : (diam saja, tidak berkonsentrasi, melamun, wajah sedih)

Istri Ke-2 : Pa, kok diam aja sih? Mama kan lagi ngomong, papa denger gak sih?

Anak : (datang membawa minum) Ini yah, minumannya.

Istri Ke-2 : Kamu ini bikin minum aja lama banget sih, gak tau apa ayahmu ini lagi

capek. Dasar lelet. Sudah pergi sana!

Tiba-tiba Istri Pertama datang.

Istri Pertama : Aku pulang… (membawa banyak barang hasil belanja)

Istri Ke-2 : Ini juga, gak anak gak ibu, sama aja. Kamu ini kerjaannya shopping

terus, buang-buang duit aja.

Istri Pertama : Kamu kenapa sih tiba-tiba marah gitu. Kesambet? Inget tuh, lagi hamil.

Istri Ke-2 : Eh, kamu itu yang kesambet. Kesambet Setan Shopping! Tiap hari

kerjaannya buang-buang uang, mending juga uangnya buat kelahiran

bayiku.

Page 26: RBD ok(1)

26

Istri Pertama : Eh, gak usah nyalahin orang ya, kalau kamu gak nikah sama papa, aku

juga gak bakal suka shopping kayak gini. Waktu papa tuh sekarang jadi

terbatas sama aku.

Istri Ke-2 : Loh kok jadi nyalahin aku sih?

Istri Pertama : Iya, ini semua tuh gara-gara kamu.

Akhirnya terjadi peperangan antara para istri. Bahkan mereka sampai jambak-

jambakan satu sama lain dan tidak menghiraukan suami yang baru pulang kerja dan

sedang sedih itu. Disaat itu juga, datang kedua adik yang baru pulang sekolah.

Kedua Adik : Kita Pulang…

Eni : Loh, loh,, itu mereka ngapain?

Tian : Wah, itu lagi berantem. Ayo-ayo… (berlari untuk memisahkan para

istri)

Eni : Kak, jangan berantem…

Tian : Iya,,, sudah-sudah… Lepaskan!!

(Karena tidak berhasil memisahkan, akhirnya mereka berteriak)

Kedua Adik : STOOPPPPPPP!!!!!!!!!!!!!!!

Mendengar teriakan adik, berhentilah peperangan itu dan Tn.Arifin pun tersadar dari

lamunannya.

Tn.Arifin : Ada apa ini? Kenapa kalian teriak-teriak? Gak tau apa aku ini baru

pulang kerja, capek. Bukannya bikin saya seneng malah bikin kuping

panas. (Pergi ke kamar meninggalkan semuanya)

Tian : Why? Ada apa dengan semua orang disini? (wajah heran)

Eni : Benar-benar gak ada yang benar. (geleng-geleng kepala)

Anak : (datang dari kamar dengan membawa buku) Ada apa sih? Dari tadi

ribut terus. Aku kan lagi belajar, jadi gak bisa konsentrasi deh.

Istri Ke-2 : Ini nih, semua gara-gara ibu kamu.

Istri Pertama : Lah kok aku? Kamu yang mulai!

Istri Ke-2 : Kamu!

Page 27: RBD ok(1)

27

Istri Pertama : Kamu!

Kedua adik : SUDAAAAAAAAAHHHH!!!!!!

Istri Pertama dan Anak : (Pergi meninggalkan ruangan)

Istri Ke-2 : Aduh, aduh! (memegangi perut)

Eni : Eh, eh, waduhh… kenapa kak? Tolongin-tolongin.

Tian : Jangan-jangan mau melahirkan.

Istri Ke-2 : Aduh, aduh,, tolong bantu aku ke kamar.

Keesokan harinya…

Scene 2 (Di meja makan, sarapan pagi)

Istri Pertama : Loh, papa hari ini gak kerja?

Tn.Arifin : Ma, maafin papa ya.. Adik, maafin kakak juga. Perusahaan tempatku

bekerja sekarang sudah bangkrut, dan aku terkena PHK.

Semua : APAAAA? (Syok)

Eni : Jadi, sekarang kakak sudah gak kerja lagi?

Tn.Arifin : Betul, tapi aku akan berusaha untuk cari kerja lagi.

Istri Pertama : Cari kerja dimana? Sekarang itu cari kerjaan susah.

Istri Ke-2 : Lalu bagaimana dengan nasib anak yang aku kandung ini? Kita perlu

biaya untuk kelahiran.

Istri Pertama : Bagaimana dengan anak kita juga? Dia masih perlu biaya untuk

sekolahnya. Bagaimana tanggung jawab Papa sebagai seorang kepala

keluarga?

Tn.Arifin : Maafin papa, Ma…

Istri Pertama : Pokoknya kalau sampai Papa gak bisa biayain hidup kita, Mama minta

cerai saja. (pergi meninggalkan meja makan bersama anak)

Istri Ke-2 : (Mengikuti pergi)

Tn.Arifin : Ma, Mama… (sedih)

Tian : Sudah kak, jangan sedih, kakak pasti bisa melewati semua ini.

Page 28: RBD ok(1)

28

Keesokkan harinya istri pertama dan istri kedua Tn. Arifin memilih meninggalkan

suaminya dan kembali ke rumah orang tua mereka. Hal ini membuat Tn. Arifin sedih

dan depresi, sehingga Tn. Arifin melakukan percobaan bunuh diri.

Scene 3 (Di Balkon rumah lt.3)

Tn.Arifin : Tidak ada gunanya lagi saya hidup. Sudah tidak punya pekerjaan,

ditinggal istri dan anak pula. Tidak ada yang menginginkan saya lagi.

Lebih baik saya mati.

(berencana terjun dari lt.3)

Kedua Adik : Kakak jangan… (menyelamatkan)

Tiga hari kemudian,,

Scene 4 (Di kamar mandi)

Tn.Arifin : Semoga ini jalan yang terbaik. Selamat tinggal anakku, istriku tercinta

dina dan yang tersayang veve dan kedua adikku (Menyayat tangannya

dengan pisau)

Eni : Aaaa…. Tolong!!!! Tolong!!!!!!

Tian : (datang menolong)

Akhirnya Tn.Arifin dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena sudah 2 kali melakukan

percobaan bunuh diri. Eni menghubungi istri pertama Tn. Arifin sedangkan Tian

menghubungi istri kedua untuk mengabarkan kejadian yang dialami Tn. Arifin.

Satu minggu kemudian,,,

Scene 5 (Di RSJ, Ruang Rawat Tn.Arifin)

Perawat 1 : Assalamu’alakum, Selamat pagi Pak Arifin. Perkenalkan saya perawat

Anis, yang bertugas di Ruang Mawar saat ini, saya dinas dari jam 7 pagi

sampai jam 2 siang. Bagaimana perasaan bapak hari ini?

Tn.Arifin : Hari ini saya sangat sedih. (murung)

Page 29: RBD ok(1)

29

Perawat 1 : Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang

hal apa yang membuat bapak merasa sedih. Saya siap kok mendengarkan

semua cerita bapak, bagaimana apa bapak bersedia?

Tn.Arifin : Baik Sus saya bersedia. (Menganggukkan kepala tanda setuju)

Perawat 1 : Kalau begitu dimana kita bisa bicara dan berapa lama kita bisa bicara?

Tn.Arifin : Ditaman saja, saya suka duduk disana, satu jam.

Perawat 1 : Baiklah kalau begitu, mari kita kesana.

Di Taman,,,

Perawat 1 : Sekarang bapak bisa cerita bagaimana perasaan bapak, apa yang

membuat bapak sedih?

Tn.Arifin : Saya sangat sedih Sus, semenjak perusahaan tempat saya bekerja

bangkrut, saya binggung apa yang harus saya perbuat untuk menghidupi

keluarga saya. Saya merasa tidak berguna lagi sebagai seorang kepala

keluarga.(Menundukkan kepala dan murung)

Perawat 1 : Apa karena hal tersebut bapak menjadi merasa tidak berguna dan

kehilangan kepercayaan diri?

Tn.Arifin : Tidak hanya itu Sus, saya malu tidak bisa membangun keluarga saya

dengan baik. Orang macam apa saya ini, tidak bisa menyenangkan istri,

anak, dan adik-adik saya. Saya merasa kehidupan saya telah hancur dan

menderita, tak ada gunanya lagi saya hidup.

Perawat 1 : Kemudian apa yang pernah bapak lakukan jika merasa tidak berguna?

Tn.Arifin : Saya pernah mau terjun dari lt.3 rumah saya tapi akhirnya gagal karena

ditolong adik saya dan saya juga pernah menyayat pergelangan tangan

saya. Bagi saya tidak ada gunanya lagi saya hidup, saya tidak berguna.

(menunjukkan pergelangan tangan)

Perawat 1 : Baiklah, setelah saya mendengar cerita bapak, tampaknya bapak

membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk

mengakhiri hidup. Mulai sekarang saya juga tidak akan membiarkan

bapak sendiri. Apa yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri itu

muncul?

Page 30: RBD ok(1)

30

Tn.Arifin : Saya sering menggigit, membenturkan kepala dan menyakiti diri saya

sendiri.

Perawat 1 : Baiklah, mulai sekarang kalau keinginan itu muncul bapak harus

langsung meminta tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau

perawat yang sedang sift, keluarga atau teman jika sedang besuk bapak

untuk mengatasi keinginan bapak tersebut, serta katakan kepada mereka

jika ada dorongan untuk bunuh diri. Bapak juga jangan sendiri ya,

cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi dengan teman bapak yang

lain. Apa bapak paham dengan yang saya katakan?

Tn.Arifin : Ya, Sus. saya akan berusaha mencoba.

Perawat 1 : Saya senang mendengarnya, saya percaya bapak bisa mengatasi

masalah ini.

Dua hari kemudian….

Scene 6 (Di taman RSJ)

Perawat 1 : Selamat siang pak arifin, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin

ngobrol dengan bapak

Tn. Arifin : Iya suster Anis

Perawat 1 : Apakah kemarin tidur bapak nyenyak?

Tn. Arifin : Tidak suster. Saya kepikiran terus, istri-istri saya muncul di mimpi

saya. Saya memang tidak berguna, saya hanya menyusahkan (Suara

tinggi sambil memegang kepala dan membenturkannya ke tembok)

Perawat 1 : Bapak, bapak tenang dulu jangan seperti itu. Kehadiran bapak sangat

dibutuhkan kelurga bapak. (Mnecoba menghentika percobaan diri Tn.

Arifin)

Keesokkan harinya, keluarga pasien mendatangi ruangan dokter untuk konsultasi.

Scene 7 (Di ruang Dokter)

Perawat 2 : Selamat pagi dok, ini ada keluarga Tn. Arifin yang ingin bertemu

dengan dokter

Dokter : iya Sus, persilahkan masuk saja.

Page 31: RBD ok(1)

31

Eni : Selamat pagi dok, bagaimana keadaan kakak saya? Apakah sudah ada

kemajuan?

Dokter : Oh iya begini bu, untuk hari ini, perkembangan kesehatan bapak Arifin

sudah mengalami peningkatan dan luka sayatannya pun sudah baik.

Namun bapak Arifin masih saja terus menyalahkan dirinya atas apa yang

terjadi. Hari ini bapak Arifin pun mencoba melakukan bunuh diri. Jadi

mbak-mbak ini harus slalu ada di dekat pak Arifin dan berikan dukungan

serta motivasi sehingga mempengaruhi status kesehatan bapak.

Tian : Baik dok, apakah sekarang kami bisa menemui kakak kami?

Dokter : Bisa. Suster Eka akan mengantar anda

Di ruang tunggu Rumah Sakit

Perawat 2 : Mari mbak, kita tunggu Tn. Arifin karena beliau masih ada kegiatan

ruangan

Eni : iya Sus

Tian : Gimana ya Sus, saya bingung dengan keadaan kakak saya, kalau sudah

pulang nanti bagaimana?

Eni : Benar, kalau kakak mau bunuh diri gimana?

Perawat 2 : Sebaiknya mbak Eni dan mbak Tian memperhatikan benar-benar

munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang

melakukan bunuh diri menunjukan gejala melalui percakapan misalnya

“saya tidak ingin hidup lagi, orang lain tidak butuh saya”. Jika mbak

menemukan tanda dan gejala seperti itu, maka sebaiknya mbak

mendengarkan ungkapan perasaan dari Tn. Arifin secara serius. Jangan

tinggalkan atau biarkan beliau sendiri dirumah atau jangan biarkan

mengunci diri dikamar. Kemudian jauhkan pasien dari benda-benda

seperti tali tambang, silet, gunting, ikat pinggang, pisau serta benda

tajam lainnya yang mungkin bisa digunakan untuk melukai diri.

Eni : Ouw begitu. Baik Sus, akan kami lakukan dan menjaga kakak dengan

baik

Perawat 2 : Mari kita ke taman karena Tn. Arifin sudah menunggu disana.

Page 32: RBD ok(1)

32

Di taman..

Perawat 2 : Selamat siang Tn Arifin, ini saya datang dengan 2 orang wanita cantik,

anda tahu siapa?

Tn. Arifin : Iya. Ini adik-adik saya.

Eni : Gimana Kak keadaannya? Baik?

Tn. Arifin : Iya baik

Perawat 2 : Nah bapak, dalam hidup bapak banyak yang perlu disyukuri, Coba

sekarang bapak lihat, ada orang-orang yang menyayangi dan

membutuhkan kasih sayang bapak.

Tian : Iya Kak, kita semua sayang kakak, kita berharap kakak bisa sembuh

dan bisa berkumpul kayak dulu lagi

Tn. Arifin : Iya terima kasih (tersenyum memandang kedua adiknya)

Eni : Banyak hal yang masih bisa dikerjakan Kak, Kakak tidak sendiri. Susah

senang kita akan slalu bersama karena itu pesan ayah dan ibu.

Tian : Kak Veve dan Kak Dina juga mau kesini kok,, pasti Kakak kangen

sama mereka. Nanti Kakak juga bisa ketemu sama Ifah

Bunuh diri itu bisa dicegah. Meningkatkan harga diri seseorang adalah salah satu

caranya unutk mencegah bunuh diri. Dukungan keluarga, motivasi dan keadaan

lingkungan sekitar mempengaruhi harga diri seseorang. Lebih baik mencegah dari pada

mengobati.