Rangkuman KARAKTER

9
Pendalaman Karakter Seseoang Oleh Merisa Aulia, 1406531731 Judul : “Kekuatan dan Keutamaan Karakter” Pengarang : Bagus Takwin, Fristian Hadinata, dan Saraswati Putri Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa. Jauh-jauh hari Bung Hatta (1932/1988) sudah menekankan pentingnya pembentukan karakter bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan (Hatta, 1988). Jika kita pikirkan dengan lebih mendalam lagi, kekuatan karakter bersumber pada keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia memiliki daya-daya spiritual yang memberikan kebebasan kepadanya untuk melampaui apa yang ada di sini dan saat ini. Dengan spiritualitasnya, manusia mengatasi dan melampaui keterbatasannya sebagai makhluk alamiah. Spiritualitas manusia merupakan dasar dari kekuatan karakter. Kemampuan manusia untuk memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu bersumber pada daya-daya spiritualnya.

description

Tugas rangkuman mpkt a

Transcript of Rangkuman KARAKTER

Page 1: Rangkuman KARAKTER

Pendalaman Karakter Seseoang

Oleh Merisa Aulia, 1406531731

Judul : “Kekuatan dan Keutamaan Karakter”

Pengarang : Bagus Takwin, Fristian Hadinata, dan Saraswati Putri

Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan

pembangunan bangsa. Jauh-jauh hari Bung Hatta (1932/1988) sudah menekankan pentingnya

pembentukan karakter bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan

pengetahuan serta keterampilan (Hatta, 1988).

Jika kita pikirkan dengan lebih mendalam lagi, kekuatan karakter bersumber pada

keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual. Manusia memiliki daya-daya spiritual yang

memberikan kebebasan kepadanya untuk melampaui apa yang ada di sini dan saat ini. Dengan

spiritualitasnya, manusia mengatasi dan melampaui keterbatasannya sebagai makhluk alamiah.

Spiritualitas manusia merupakan dasar dari kekuatan karakter. Kemampuan manusia untuk

memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu bersumber pada daya-daya spiritualnya.

1. . Kepribadian dan Karakter

Allport (1937; 1961) menambahkan beberapa pengertian yang menyangkut kepribadian

sebagai berikut. Pertama, kepribadian dapat dipahami sebagai perpaduan dari sifat-sifat (traits)

mayor dan minor yang masing-masing dapat berdiri sendiri dan dikenali. Kedua, sifat

kepribadian (personality trait) merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis,

psikologis, dan sosial yang mengarahkan individu kepada kegiatan-kegiatan spesifik dalam suatu

keadaan yang spesifik. Ketiga, seorang ahli psikologi dapat mengatakan bahwa dirinya

“memahami” orang lain hanya jika keseluruhan sejarah hidup orang itu telah ditelitinya, hanya

Page 2: Rangkuman KARAKTER

jika “hidup” orang itu diamati, dan hanya jika orang itu sendiri ikut berkontribusi dalam proses

penilaian terhadap dirinya sendiri (self-evaluation).

Allport (1937) mendefinisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya,

karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai

dan norma tertentu. Karakter, dengan demikian, adalah kumpulan sifat mental dan etis yang

menandai seseorang. Kumpulan ini menentukan orang seperti apa pemiliknya. Karakter juga

menentukan apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efektif, apakah ia apa adanya dalam

berurusan dengan orang lain, apakah ia akan taat kepada hukum, dan sebagainya.

2. Kekuatan dan Keutamaan Karakter

Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan

keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai

kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Mereka juga menjelaskan kondisi

situasional yang dapat memunculkan atau menyurutkan kekuatan-kekuatan itu, pelatihan atau

pembinaan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karakter yang kuat, serta hasil-hasil

positif yang dapat diperoleh seseorang yang memiliki keutamaan.

Page 3: Rangkuman KARAKTER

Penggalian, pengenalan, dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik

inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus-group discussion)

dan simulasi.

3. . Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter dan Tema Situasional

Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter (Peterson & Seligman, 2004).

Para filsuf dan agamawan menjadikan keutamaan sebagai nilai moral oleh karena itu keutamaan

dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik. Kekuatan karakter adalah unsur psikologis, lebih

tepatnya, proses yang mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai

melalui pencapaian kekuatan karakter. Tema situasional dari karakter adalahkebiasaan khusus

yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.

Pengenalan rinci terhadap tema situasional membutuhkan pengenalan terhadap situasi dari satu

tempat ke tempat lain.

4. Kriteria karakter yang kuat

1. Karakter yang ciri-cirinya (keutamaan yang dikandungnya) memberikan sumbangan

terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain.

2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang

baik bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan walaupun tak ada keuntungan langsung yang

dihasilkannya.

3. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang

di sekitarnya.

4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup

pikiran, perasaan, dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat

kuatlemahnya.

5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.

6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.

Page 4: Rangkuman KARAKTER

7. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang saling

terkait secara erat.

8. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter tertentu menjadi ciri

yang mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.

9. Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi

kebanyakan dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu.

5. Spiritualitas dan Karakter

Burnard menilai definisi spiritualitas yang dikemukakan oleh Murray dan Zentner (1989,

dalam McSherry, 1998) mendekati pengertian yang universal dan komprehensif. Mereka

mendefinisikan spiritualitas demikian:

“. . . a quality that goes beyond religious affiliation, that strives for inspirations,

reverence, awe, meaning and purpose, even in those who do not believe in any god. The spiritual

dimension tries to be in harmony with the universe, and strives for answers about the infinite,

and comes into focus when the person faces emotional stress, physical illness or death.”

Definisi Murray dan Zentner tersebut mengusulkan spiritualitas harus ditempatkan dalam

konteks keseluruhan alam semesta dan keterkaitan isi dunia ini. Spiritualitas melampaui afiliasi

terhadap agama tertentu. Spiritualitas merupakan suatu kualitas yang juga dapat dicapai bahkan

oleh mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Pada intinya, dimensi spiritual manusia selalu

berusaha melakukan penyelarasan dengan alam semesta dan menjawab pertanyaan tentang yang

tak terbatas. Definisi ini menunjukkan spiritualitas sebagai hal yang kompleks dan memiliki

kaitan dengan banyak variabel. Segala hal yang ada di alam semesta ini terkait dengan

spiritualitas.

Dengan demikian, spiritualitas dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan

karakter manusia. Kekuatan yang terkandung dalam keutamaan transendensi merupakan

kekuatan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam semesta dan memberi

makna kepada kehidupan

Page 5: Rangkuman KARAKTER

Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi kekuatan kita

untuk bertahan dan setia menuju satu tujuan. Daya-daya itu menghindarkan kita dari godaan dan

menguatkan kita saat berada dalam situasi yang sulit. Pikiran bahwa apa yang kita hadapi saat ini

dan di sini selalu dapat kita lampaui memberikan harapan kepada kita untuk menjadi lebih baik

dan lebih baik lagi. Dengan daya-daya spiritual, manusia dapat melampaui dirinya, berkembang

terus sebagai makhluk yang self-trancendence (selalu mampu berkembang melampaui dirinya).

Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara tentang

spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik.

6. Keutamaan Karakter dan Kebahagiaan

Peterson dan Seligman (2004) memaparkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan

keberadaan potensi setiap keutamaan karakter itu pada diri manusia. Dengan demikian, setiap

orang memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan, dan potensi untuk menjalani hidup yang

baik; tinggal bagaimana mengaktualisasikannya. Seligman (2004) menyebutkan tiga

kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan

tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai

hal yang lebih besar dari diri sendiri. Jelaslah bahwa ketiga bentuk kebahagiaan ini berkaitan erat

dengan keutamaan dan kekuatan karakter manusia. Jelas juga bahwa ketiga hal itu merupakan

kategori spiritual. Ketiganya dimungkinkan oleh daya-daya spiritual manusia. Singkatnya,

kebahagiaan manusia mensyaratkan pemanfaatan daya-daya spiritualnya.

Melihat pembahasan tersebut, dapat kita pahami bahwa pembentukan karakter seseorang

sangat ditunjang dari berbagai aspek seperti kepribadian, spiritualitas,dan kebahagiaan.

Kekuatan karakter tersebut berperan besar dalam penentuan kehidupan seseorang dan bagaimana

cara seseorang dalam menjalani kehidupan dan mengatasi berbagai masalah.

Page 6: Rangkuman KARAKTER

DAFTAR PUSTAKA

Diogenes Laertes, Lives of Eminent Philosophers, VIII, 8 (Loeb Classical Library, trans R.D.

Hicks, Harvard University Press, 1931, Vol II. pp. 327 & 329)

Gazalba, Sidi. (1979). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Kattsoff, Louis O. (2004). Dasar-dasar Filsafat (terjemahan Soejono Soemargono). Cetakan ke-9.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Iamblichus, The Life of Pythagoras, chap. XII. (translated by R. Burch from De vita Pythagorica

liber, ed. [A.M. Hakkert, 1965], pp. 39-41).

Jowett, B. (1892). The Dialogues of Plato, 3rd Edition. Oxford: Clarendon.

Thayer, J.H. (2011). Thayer’s Greek Lexicon. Electronic Database. Biblesoft, Inc.

Whiteley, C.H. (1977). An Introduction to Metaphysics. Hassocks Eng. and Atlantic Highlands,

N.J: Harvester Press.