RABU, 23 MARET 2011 DPD Perlu Tekan Parpol fileKalau harus ada amendemen lagi, harus dipikirkan...

1
ANATA SYAH FITRI P ARTAI politik (parpol) paling resisten dengan wacana amendemen kelima konstitusi untuk memberi ruang calon presiden (capres) dan wakil presiden independen. Menurut pakar politik Uni- versitas Indonesia (UI) Ibe- ramsjah di Jakarta, kemarin, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) membutuhkan kekuatan massa untuk melawan penolak- an dari kalangan parpol. “Sehingga parpol akan takut. Masyarakat sudah tidak per- caya pada parpol. Karena itu, parpol harus ditekan dengan kekuatan massa agar bisa ada capres independen,” ujarnya. Menurut dia, penolakan ter- hadap capres independen ka- rena monopoli dan dominasi parpol yang berlebihan. “Kalau ada capres independen, parpol kehilangan pemasukan dari da- gang sapi capres,” katanya. Sebaliknya pandangan pu- blik, menurut dia, mendukung usul DPD untuk memasukkan kehadiran capres independen dalam konstitusi. Sebab, pu- blik sudah tidak memercayai parpol. “Calon independen meru- pakan harapan untuk merefor- masi secara radikal kehidupan bernegara,” tegasnya. DPD telah menyusun draf amendemen kelima UUD 1945 dan memasukkan klausul mengenai capres independen. Dalam Pasal 6A draf amende- men konstitusi itu disebutkan, ‘Pasangan calon presiden dan wakil presiden berasal dari usulan partai peserta pemilihan umum atau perseorangan’. Ketua Tim Kerja I DPD untuk Kajian Materi Amendemen UUD 1945 John Pieris menga- takan DPD baru melobi Partai Hanura. “Sejauh ini tanggapan me- reka baik. Dari sisi substansi, mereka menerima. Butuh wak- tu cukup panjang bagi mereka juga mengkaji amendemen. Setelah Hanura, nanti kami lobi ke beberapa partai seperti PKB, PAN, dan PPP,” ujarnya. Tergantung lobi Ketua MPR Taufiq Kiemas juga meminta agar DPD melobi fraksi-fraksi di DPR. “Sukses tidaknya DPD dalam meng- usulkan amendemen UUD 1945 tergantung dari DPD dalam melobi dan meyakinkan anggota dewan,” ujar dia. Tau q mengaku belum per- nah menerima usul resmi atas rencana DPD mengajukan perubahan kelima UUD 1945. “Baru sebatas mendengar dari pemberitaan media,” ujarnya. Wakil Ketua MPR dari F-PPP Lukman Hakim Syaifuddin justru meminta agar usul DPD itu segera dibawa ke MPR. “Ka- lau perlu bentuk panitia ad hoc untuk tindak lanjuti itu, apakah usulan itu dimungkinkan di- tindaklanjuti dibawa ke sidang MPR,” kata Lukman. Namun, Lukman memper- tanyakan konsep implementasi capres independen. Menurut- nya, perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai masalah pe- nyaringan calon. “Kalau setiap orang usulkan, bagaimana pe- nyaringannya. Apakah usulan itu harus ada batasan minimal? Kalau parpol kan harus ada dukungan 20% hingga 25%. Nah, kalau ini harus didukung berapa juta?” ujarnya. Anggota Komisi II dari Fraksi Golkar Agun Gunanjar Sudarsa mengatakan, menilai usulan DPD tersebut adalah ide bagus. Namun hal tersebut menurut- nya tidak dapat direalisasikan saat ini. “Kalau proses amendemen sebaiknya tidak pada periode sekarang. Paling-paling bisa di- lakukan setelah Pemilu 2014,” ujar Agun. Wakil Ketua DPR dari F-PKS Anis Matta menilai implemen- tasi kehadiran capres indepen- den akan rumit. “UUD sudah kita amendemen empat kali. Kalau harus ada amendemen lagi, harus dipikirkan secara panjang ya. Untuk calon perse- orangan itu memungkinkan enggak?” kata Anis. Di pihak lain, anggota F- PKB Abdul Malik Haramain menilai, seluruh warga negara memiliki hak yang sama untuk dipilih dan memilih capres. Ketua DPR dari F-PD Mar- zuki Alie, menyerahkan usulan DPD tersebut kepada MPR. (*/P-1) [email protected] DPD Perlu Tekan Parpol DPD sudah mulai mengantongi dukungan dari fraksi di DPR untuk mengakomodasi capres independen. RAKER RUU INTELIJEN: Menkum dan HAM Patrialis Akbar (kiri) bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto berbicara saat rapat kerja yang membahas RUU Intelijen dengan Komisi I DPR di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. RUU itu juga akan mengatur mengenai kewenangan penyadapan oleh intelijen. MI/M IRFAN RABU, 23 MARET 2011 3 P OLKAM KEWENANGAN penyadap- an komunikasi telepon oleh Badan Intelijen Negara (BIN) adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Sehingga, penyadapan hanya bisa dilakukan dengan perin- tah pengadilan. “Itu melanggar HAM, saya enggak sepakat. Nanti ada orang yang diincar, malah justru berbahaya. Kalau ada indikasi, prosesnya apakah melalui pengadilan atau meka- nisme tertentu, baru dilakukan penyadapan, kita setuju. Tapi kalau seenak-enaknya tanpa mekanisme tertentu melaku- kan penyadapan, itu melang- gar HAM,” ujar Ketua DPR Marzuki Alie di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. Marzuki menambahkan, ke- wenangan penyadapan tanpa melalui putusan pengadilan rentan untuk disalahgunakan karena membuka peluang sub- jektivitas BIN mendominasi penyadapan. Malah justru berbahaya, ka- rena bisa seenaknya menyadap tanpa mekanisme tertentu. Kalau dia benci orang, dia bisa sadap itu. Ini kan jadi rusak,” ujar dia. Bahkan, menurut dia, apabila penyadapan berlangsung tanpa perintah pengadilan, akan meniadakan kontrol terhadap intelijen sehingga sama saja korupsi kekuasaan. “Kalau ada mekanismenya, silakan saja. Karena jadi ada kontrol dan saling mengendalikan. Kalau tanpa kontrol, bisa cenderung korup kekuasaan,” imbuhnya. Akan tetapi, Kepala BIN Sutanto mengatakan praktik penyadapan telah lazim digu- nakan oleh intelijen di sejumlah negara maju. Dan penyadapan oleh intelijen tidak perlu meng- gunakan izin pengadilan. “Intelijen itu lain dengan hukum. Operasi penyadapan itu rahasia dan nanti akan bersinergi dengan UU Rahasia Negara. Kami dalam proses penyadapan itu menjunjung tinggi hukum, demokrasi, dan HAM. Jadi, tindakan itu ter- ukur,” ungkapnya. Menurutnya, intelijen bisa bekerja efektif dan mendeteksi ancaman jika sudah ada UU yang mengatur. “Tujuannya supaya intelijen bekerja efektif, supaya bisa mendeteksi sejak awal ancaman yang muncul. Itulah pentingnya kewenangan tadi,” ujarnya. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menambah- kan, RUU Intelijen Negara akan mengatur penyadapan sehingga intelijen tidak boleh menyadap sembarangan. RUU itu, lanjut dia, juga akan mem- berikan sanksi jika aparat in- telijen bertindak melebihi batas yang ditetapkan. “Kalau melaksanakan pe- nyadapan tanpa aturan, ada sanksi juga,” kata Patrialis. Sementara itu, Ketua Mah- kamah Konstitusi Mahfud MD menambahkan, negara bisa melakukan penyadapan hanya bila telah ada payung hukum berupa undang-undang. Sebab, menurutnya, konsti- tusi melarang aparat penegak hukum melakukan penyadap- an yang diatur peraturan pe- merintah. “Prinsipnya menurut konstitusi, UU itu boleh. Tetapi tidak boleh kalau hanya de- ngan peraturan pemerintah,” kata Mahfud. (Nav/*/P-1) Penyadapan Harus Perintah Pengadilan RI-China Produksi Bersama Rudal PEMERINTAH Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan termasuk produksi bersama peluru kendali. Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Midhio di Jakarta, kemarin, mengatakan penjajakan produksi bersama rudal itu telah dilakukan kedua belah pihak. Saat ditemui seusai menghadiri penandatanganan nota kesepa- haman kerja sama teknis pertahanan RI-China, ia mengatakan Indonesia telah menggunakan rudal C-802 buatan ‘Negeri Tirai Bambu’ itu untuk mempersenjatai beberapa kapal perang. “Ke depan, kita sepakat untuk memproduksi bersama rudal tersebut, yakni dengan menggandeng PT Pindad,” ujarnya. Nota kesepahaman itu mencakup pengadaan alat utama sistem persenjataan tertentu dan alih teknologi peralatan militer tertentu, termasuk perakitan, pengujian, pemeliharaan, modikasi, dan pelatihan. (Ant/P-2) KY Curigai Hakim Ba’asyir KOMISI Yudisial (KY) menemukan adanya indikasi peradilan yang tidak fair yang dilaksanakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan saat menyidangkan Abu Bakar Ba’asyir, terdakwa kasus terorisme. “Ada indikasi hakimnya tidak menjalankan proses persidangan secara fair. Sementara ini, ada indikasi hakim melanggar kode etik perilaku hakim yakni keberpihakan hakim pada salah satu pihak yang sedang beperkara,” terang Ketua Bidang Pengaduan dan Investigasi KY Suparman Marzuki kepada wartawan di Jakarta, kemarin. Ia menegaskan, perilaku hakim seperti itu tidak boleh terjadi. “Saya imbau agar seorang hakim harus benar-benar menjadi ha- kim yang baik dan benar. Siapa pun yang diadili, mau penjahat tengik sekalipun, dia tidak boleh kehilangan diri dan kehormat- annya untuk menegakkan martabat pengadilan,” tandasnya. (*/P-2) DINAMIKA PENDAFTARAN CALON HAKIM AGUNG: Suasana pendaftaran seleksi calon hakim agung Republik Indonesia di Gedung Komisi Yudisial (KY), Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin. Calon hakim agung yang sudah mendaftar hingga Selasa (22/3) sore berjumlah 90 orang yang berasal dari hakim karier dan hakim nonkarier. KY menargetkan sekitar 150 calon hakim agung sebelum ditutupnya pendaftaran hari ini. MI/SUSANTO

Transcript of RABU, 23 MARET 2011 DPD Perlu Tekan Parpol fileKalau harus ada amendemen lagi, harus dipikirkan...

ANATA SYAH FITRI

PARTAI politik (parpol) paling resisten de ngan wacana amendemen ke l ima konst i tus i

untuk memberi ruang calon presiden (capres) dan wakil presiden independen.

Menurut pakar politik Uni-versitas Indonesia (UI) Ibe-ramsjah di Jakarta, kemarin, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) membutuhkan kekuatan massa untuk melawan penolak-an dari kalangan parpol.

“Sehingga parpol akan takut. Masyarakat sudah tidak per-caya pada parpol. Karena itu, parpol harus ditekan dengan kekuatan massa agar bisa ada capres independen,” ujarnya.

Menurut dia, penolakan ter-hadap capres independen ka-rena monopoli dan dominasi parpol yang berlebihan. “Kalau ada capres independen, parpol kehilangan pemasukan dari da-gang sapi capres,” katanya.

Sebaliknya pandangan pu-blik, menurut dia, mendukung usul DPD untuk memasukkan kehadiran capres independen dalam konstitusi. Sebab, pu-blik sudah tidak memercayai parpol.

“Calon independen meru-pakan harapan untuk merefor-masi secara radikal kehidupan bernegara,” tegasnya.

DPD telah menyusun draf amendemen kelima UUD 1945 dan memasukkan klausul

mengenai capres independen. Dalam Pasal 6A draf amende-men konstitusi itu disebutkan, ‘Pasangan calon presiden dan wakil presiden berasal dari usulan partai peserta pemilihan umum atau perseorangan’.

Ketua Tim Kerja I DPD untuk Kajian Materi Amendemen UUD 1945 John Pieris menga-takan DPD baru melobi Partai Hanura.

“Sejauh ini tanggapan me-reka baik. Dari sisi substansi, mereka menerima. Butuh wak-tu cukup panjang bagi me reka juga mengkaji amendemen. Setelah Hanura, nanti kami lobi ke beberapa partai seperti PKB, PAN, dan PPP,” ujarnya.

Tergantung lobiKetua MPR Taufiq Kiemas

juga meminta agar DPD melobi fraksi-fraksi di DPR. “Sukses tidaknya DPD dalam meng-usulkan amendemen UUD 1945 tergantung dari DPD dalam melobi dan meyakinkan anggota dewan,” ujar dia.

Taufi q mengaku belum per-nah menerima usul resmi atas rencana DPD mengajukan perubahan kelima UUD 1945. “Baru sebatas mendengar dari pemberitaan media,” ujarnya.

Wakil Ketua MPR dari F-PPP Lukman Hakim Syaifuddin justru meminta agar usul DPD itu segera dibawa ke MPR. “Ka-lau perlu bentuk panitia ad hoc untuk tindak lanjuti itu, apakah usulan itu dimungkinkan di-

tindaklanjuti dibawa ke sidang MPR,” kata Lukman.

Namun, Lukman memper-tanyakan konsep implementasi capres independen. Menurut-nya, perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai masalah pe-nyaringan calon. “Kalau setiap orang usulkan, bagaimana pe-nyaringannya. Apakah usulan itu harus ada batasan minimal? Kalau parpol kan harus ada dukungan 20% hingga 25%. Nah, kalau ini harus didukung berapa juta?” ujarnya.

Anggota Komisi II dari Fraksi Golkar Agun Gunanjar Sudarsa mengatakan, menilai usulan DPD tersebut adalah ide bagus. Namun hal tersebut menurut-nya tidak dapat direalisasikan saat ini.

“Kalau proses amendemen sebaiknya tidak pada periode sekarang. Paling-paling bisa di-lakukan setelah Pemilu 2014,” ujar Agun.

Wakil Ketua DPR dari F-PKS Anis Matta menilai implemen-tasi kehadiran capres indepen-den akan rumit. “UUD sudah kita amendemen empat kali. Kalau harus ada amendemen lagi, harus dipikirkan secara panjang ya. Untuk calon perse-orangan itu memungkinkan enggak?” kata Anis.

Di pihak lain, anggota F-PKB Abdul Malik Haramain menilai, seluruh warga negara memiliki hak yang sama untuk dipilih dan memilih capres.

Ketua DPR dari F-PD Mar-zuki Alie, menyerahkan usulan DPD tersebut kepada MPR. (*/P-1)

[email protected]

DPD Perlu Tekan Parpol

DPD sudah mulai mengantongi dukungan dari fraksi di DPR untuk mengakomodasi capres independen.

RAKER RUU INTELIJEN: Menkum dan HAM Patrialis Akbar (kiri) bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto berbicara saat rapat kerja yang membahas RUU Intelijen dengan Komisi I DPR di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. RUU itu juga akan mengatur mengenai kewenangan penyadapan oleh intelijen.

MI/M IRFAN

RABU, 23 MARET 2011 3POLKAM

KEWENANGAN penyadap-an komunikasi telepon oleh Badan Intelijen Negara (BIN) adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Sehingga, penyadapan hanya bisa dilakukan dengan perin-tah pengadilan.

“Itu melanggar HAM, saya enggak sepakat. Nanti ada orang yang diincar, malah justru berbahaya. Kalau ada indikasi, prosesnya apakah melalui pengadilan atau meka-nisme tertentu, baru dilakukan penyadapan, kita setuju. Tapi kalau seenak-enaknya tanpa mekanisme tertentu melaku-kan penyadapan, itu melang-gar HAM,” ujar Ketua DPR Marzuki Alie di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Marzuki menambahkan, ke-wenangan penyadapan tanpa melalui putusan pengadilan rentan untuk disalahgunakan karena membuka peluang sub-jektivitas BIN mendominasi penyadapan.

Malah justru berbahaya, ka-rena bisa seenaknya menyadap tanpa mekanisme tertentu. Kalau dia benci orang, dia bisa

sadap itu. Ini kan jadi rusak,” ujar dia.

Bahkan, menurut dia, apabila penyadapan berlangsung tanpa perintah pengadilan, akan meniadakan kontrol terhadap intelijen sehingga sama saja korupsi kekuasaan. “Kalau ada mekanismenya, silakan saja. Karena jadi ada kontrol dan saling mengendalikan. Kalau tanpa kontrol, bisa cenderung korup kekuasaan,” imbuhnya.

Akan tetapi, Kepala BIN Sutanto mengatakan praktik penyadapan telah lazim digu-nakan oleh intelijen di sejumlah negara maju. Dan penyadapan oleh intelijen tidak perlu meng-gunakan izin pengadilan.

“Intelijen itu lain dengan hukum. Operasi penyadapan itu rahasia dan nanti akan bersinergi dengan UU Rahasia Negara. Kami dalam proses penyadapan itu menjunjung tinggi hukum, demokrasi, dan HAM. Jadi, tindakan itu ter-ukur,” ungkapnya.

Menurutnya, intelijen bisa bekerja efektif dan mendeteksi ancaman jika sudah ada UU yang mengatur. “Tujuannya

supaya intelijen bekerja efektif, supaya bisa mendeteksi sejak awal ancaman yang muncul. Itulah pentingnya kewenangan tadi,” ujarnya.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menambah-kan, RUU Intelijen Negara akan mengatur penyadapan se hingga intelijen tidak boleh menyadap sembarangan. RUU itu, lanjut dia, juga akan mem-berikan sanksi jika aparat in-telijen bertindak melebihi batas yang ditetapkan.

“Kalau melaksanakan pe-nyadapan tanpa aturan, ada sanksi juga,” kata Patrialis.

Sementara itu, Ketua Mah-kamah Konstitusi Mahfud MD menambahkan, negara bisa melakukan penyadapan hanya bila telah ada payung hukum berupa undang-undang.

Sebab, menurutnya, konsti-tusi melarang aparat penegak hukum melakukan penyadap-an yang diatur peraturan pe-merintah. “Prinsipnya menurut konstitusi, UU itu boleh. Tetapi tidak boleh kalau hanya de-ngan peraturan pemerintah,” kata Mahfud. (Nav/*/P-1)

Penyadapan Harus Perintah Pengadilan

RI-China Produksi Bersama RudalPEMERINTAH Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan termasuk produksi bersama peluru kendali. Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Midhio di Jakarta, kemarin, mengatakan penjajakan produksi bersama rudal itu telah dilakukan kedua belah pihak.

Saat ditemui seusai menghadiri penandatanganan nota kesepa-haman kerja sama teknis pertahanan RI-China, ia mengatakan Indonesia telah menggunakan rudal C-802 buatan ‘Negeri Tirai Bambu’ itu untuk mempersenjatai beberapa kapal perang.

“Ke depan, kita sepakat untuk memproduksi bersama rudal tersebut, yakni dengan menggandeng PT Pindad,” ujarnya.

Nota kesepahaman itu mencakup pengadaan alat utama sistem persenjataan tertentu dan alih teknologi peralatan militer tertentu, termasuk perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifi kasi, dan pelatihan. (Ant/P-2)

KY Curigai Hakim Ba’asyirKOMISI Yudisial (KY) menemukan adanya indikasi peradilan yang tidak fair yang dilaksanakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan saat menyidangkan Abu Bakar Ba’asyir, terdakwa kasus terorisme.

“Ada indikasi hakimnya tidak menjalankan proses persidangan secara fair. Sementara ini, ada indikasi hakim melanggar kode etik perilaku hakim yakni keberpihakan hakim pada salah satu pihak yang sedang beperkara,” terang Ketua Bidang Pengaduan dan Investigasi KY Suparman Marzuki kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Ia menegaskan, perilaku hakim seperti itu tidak boleh terjadi. “Saya imbau agar seorang hakim harus benar-benar menjadi ha-kim yang baik dan benar. Siapa pun yang diadili, mau penjahat tengik sekalipun, dia tidak boleh kehilangan diri dan kehormat-annya untuk menegakkan martabat pengadilan,” tandasnya. (*/P-2)

DINAMIKA

PENDAFTARAN CALON HAKIM AGUNG: Suasana pendaftaran seleksi calon hakim agung Republik Indonesia di Gedung Komisi Yudisial (KY), Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin. Calon hakim agung yang sudah mendaftar hingga Selasa (22/3) sore berjumlah 90 orang yang berasal dari hakim karier dan hakim nonkarier. KY menargetkan sekitar 150 calon hakim agung sebelum ditutupnya pendaftaran hari ini.

MI/SUSANTO