qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

152
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan gigi-tiruan. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa, kehilangan gigi ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun sebesar 5,9%, dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas, kehilangan gigi mencapai 17,6%. Pemakaian gigi-tiruan diperlukan apabila seseorang telah kehilangan giginya. Terdapat dua macam gigi-tiruan, yaitu gigi-tiruan cekat dan gigi-tiruan lepasan. Gigi-tiruan lepasan basis dapat terbuat dari bahan akrilik atau metal, bahan yang masih sering dipakai sampai saat ini adalah resin akrilik polimetil metakrilat (Combe, 1992; Craig dkk., 2004). Bahan basis gigi-tiruan resin akrilik jenis heat cured, disamping mempunyai keuntungan bahan tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu menyerap cairan dan mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak..

description

www

Transcript of qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

Page 1: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk

kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan

gigi-tiruan. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari

mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis

maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa, kehilangan gigi ditemukan pada

kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun sebesar 5,9%, dan pada

kelompok umur 65 tahun ke atas, kehilangan gigi mencapai 17,6%. Pemakaian

gigi-tiruan diperlukan apabila seseorang telah kehilangan giginya.

Terdapat dua macam gigi-tiruan, yaitu gigi-tiruan cekat dan gigi-tiruan

lepasan. Gigi-tiruan lepasan basis dapat terbuat dari bahan akrilik atau metal,

bahan yang masih sering dipakai sampai saat ini adalah resin akrilik polimetil

metakrilat (Combe, 1992; Craig dkk., 2004).

Bahan basis gigi-tiruan resin akrilik jenis heat cured, disamping mempunyai

keuntungan bahan tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu menyerap cairan

dan mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa

makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak..

Page 2: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

2

Pemakaian gigi-tiruan yang terus menerus dapat menimbulkan beberapa

reaksi terhadap jaringan karena mukosa di bawah gigi-tiruan akan tertutup dalam

waktu yang lama, sehingga menghalangi pembersihan permukaan mukosa rongga

mulut maupun gigi-tiruan oleh lidah dan saliva mengakibatkan perlekatan

mikroorganisme antara lain Candida albicans (Richard, 2002; Majewski dkk.,

2008). Permukaan basis gigi-tiruan yang menghadap mukosa adalah bagian yang

kasar/tidak dipulas sehingga memudahkan terjadinya penumpukan plak dan sisa

makanan. Penumpukan plak dan sisa makanan akan meningkatkan koloni

Candida albicans yang bisa mengakibatkan denture stomatitis (Rathee dkk.,

2010).

Prevalensi denture stomatitis di Indonesia cukup tinggi. Menurut penelitian

Elizabeth (1996) dinyatakan bahwa 64% dari 50 pasien pemakai gigi-tiruan

terdeteksi adanya Candida albicans. Penelitian oleh Marwati (2003) hampir 50%

penderita yang memakai gigi-tiruan dilaporkan terdeteksi adanya Candida

albicans. Penelitian oleh Sudarmawan (2009) dinyatakan bahwa 32,3% dari 30

pemakai gigi-tiruan juga terdeteksi adanya Candida albicans.

Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang

diakibatkan oleh pemakaian gigi-tiruan lepasan, mempunyai tanda khas berupa

erythema, edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan

sekitarnya yang tidak tertutup oleh gigi-tiruan. Infeksi jamur umum terjadi di

rongga mulut yang menyebabkan rasa tidak nyaman disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme jamur Candida (Shibata dkk., 2007; Majewski

dkk.,

Page 3: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

3

2008).

Pencegahan denture stomatitis adalah dengan menjaga kebersihan mulut

dan kebersihan gigi-tiruan dari kontaminasi Candida albicans. Salah satu cara

untuk mencegah denture stomatitis adalah dengan merendam gigi-tiruan tersebut

dengan larutan pembersih/denture cleanser (Craig dan Power, 2002; Majewski

dkk., 2008).

Larutan pembersih yang dipakai selama ini banyak jenisnya dan kebanyakan

bahan pembersih tersebut berbahan dasar dari bahan kimia dengan harga yang

relatif mahal. Salah satu bahan alternatif yang dapat menghambat pertumbuhan

jamur terdapat pada biji buah pinang.

Tanaman pinang (Areca catechu L) telah banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat Indonesia sejak dulu, khususnya buahnya yang digunakan untuk

campuran makan sirih, air rebusannya juga digunakan sebagai obat kumur yang

diyakini berkhasiat untuk menguatkan gigi. Biji pinang (Areca catechu L.) sebagai

salah satu obat tradisional, di Jawa digunakan sebagai obat luka dan di Jambi

sebagai obat kudis (Anonim, 2009).

Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung

senyawa bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tanin, yang dapat menguatkan gigi.

Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur, yang berkhasiat untuk

menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan

penguat gigi. Kandungan kimia fenolik dalam buah pinang bersifat bakterisid dan

fungisid (Meiyanto dkk., 2008). Senyawa anti-jamur umumnya terdapat pada

golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid,

Page 4: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

4

dimana biji buah pinang mengandung senyawa-senyawa tersebut sehingga

menunjukkan bahwa biji buah pinang kemungkinan memiliki aktivitas antijamur.

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan penelitian lebih lanjut

apakah efek antimikroba pada ekstrak metanol biji buah pinang dapat

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans, dengan demikian dapat

diupayakan bahan pembersih alternatif gigi-tiruan yang murah dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak metanol biji buah pinang dapat menghambat

pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada plat resin

akrilik heat cured ?

b. Apakah peningkatan konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans secara in vitro pada

plat resin akrilik heat cured ?

c. Apakah lamanya perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang

dapat mengurangi jumlah koloni Candida albicans secara in vitro pada

plat resin akrilik heat cured ?

Page 5: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi dan waktu lamanya perendaman dalam ekstrak metanol biji

buah pinang untuk menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans

pada pemakai gigi-tiruan lepasan akrilik heat cured.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Membuktikan bahwa ekstrak metanol biji buah pinang dapat menghambat

pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada plat resin

akrilik heat cured.

b. Menemukan konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang yang dapat

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada

plat resin akrilik heat cured.

c. Menemukan waktu terbaik ekstrak metanol biji buah pinang dalam

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans secara in vitro pada

plat resin akrilik heat cured.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat

berupa :

Page 6: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

6

a. Memberikan informasi ilmiah tentang konsentrasi larutan ekstrak

metanol biji buah pinang dan perendaman resin akrilik selama dalam

larutan ekstrak metanol biji buah pinang yang dapat menghambat

pertumbuhan koloni Candida albicans.

b. Penemuan konsentrasi larutan ekstrak metanol biji buah pinang dan

lama perendaman resin akrilik digunakan sebagai dasar dalam

penentuan pemakaian larutan tersebut sebagai salah satu alternatif

bahan pembersih gigi-tiruan.

c. Bermanfaat bagi dokter gigi dan operator dalam memberikan instruksi

dan nasehat kepada pasien untuk menjaga kebersihan gigi-tiruan

lepasan yang dipakainya.

d. Sumber data dan informasi mengenai ekstrak metanol biji buah pinang

sebagai bahan pembersih gigi-tiruan lepasan akrilik.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah didapatkan konsentrasi ekstrak

metanol biji buah pinang dalam menghambat pertumbuhan koloni

Candida albicans pada plat resin akrilik heat cured, sehingga ekstrak

metanol biji buah pinang dapat digunakan sebagai bahan

perendam/pembersih alternatif untuk mencegah infeksi Candida

albicans pada pemakai gigi-tiruan lepasan akrilik.

Page 7: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Resin Akrilik

Resin akrilik bahan yang paling sering digunakan untuk basis gigi-tiruan

lepasan merupakan rantai polimer panjang terdiri dari unit-unit metil metakrilat

yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin-resin tersebut merupakan

plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil

metakrilat multipel (Combe, 1992; Craig dkk., 2004).

2.1.1 Jenis resin akrilik

Menurut Combe (1992) dan Craig dkk. (2004) ada dua tipe resin akrilik

yaitu :

a. Type heat cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang proses

polimerisasinya terjadi setelah pemanasan pada temperatur tertentu .

b. Type cold cured polymer, adalah tipe resin akrilik yang tidak memerlukan

pemanasan dalam proses polimerisasinya.

2.1.2 Komposisi resin akrilik

Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik:

a. Heat cured acrylic

Bubuk (powder) mengandung :

1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama

2. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

3. Reduces Translucency : Titanium dioxide

Page 8: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

8

4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan

jaringan mulut : 1%

5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

Cairan (liquid) mengandung :

1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah

menguap.

2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang

polimerisasi selama penyimpanan.

3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat

membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai

menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan

resin akrilik.

Menurut Craig dan Power (2002) , saat ini bahan untuk basis gigi-tiruan yang

paling sering digunakan adalah tipe heat cured poly methyl methacrylate.

b. Self cured acrylic

Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator

seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.

2.1.3 Polimerisasi resin akrilik

Polimerisasi adalah reaksi pembentukan polimer dari beberapa buah

monomer, secara fungsional dapat berlangsung tidak terbatas, dan

merupakan reaksi eksotermis. Fungsi monomer di dalam reaksi antara

monomer dan polimer, adalah menghasilkan massa plastis karena sebagian

polimer larut dalam monomer. Selama periode pelarutan ini tidak

Page 9: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

9

diharapkan terjadi polimerisasi, periode ini disebut reaksi fisik antara

bubuk dan cairannya (Combe, 1992; Craig dkk., 2004).

Menurut Combe (1992) ada dua macam proses polimerisasi, yaitu :

a. Reaksi kondensasi

Reaksi antara dua molekul atau lebih untuk menghasilkan molekul yang

lebih dengan menghilangkan molekul yang lebih kecil misalnya air.

b. Reaksi adisi

Reaksi kimia antara dua molekul atau lebih untuk untuk pembentukan

molekul besar tanpa menghilangkan molekul yang kecil.

Resin akrilik polimethyl methacrylate yang biasa dipakai sebagai bahan

basis gigi-tiruan lepasan biasanya melalaui reaksi adisi, berdasarkan

mekanismenya proses polimerisasi melalui tahapan sebagai berikut (Combe,

1992; Craig dkk., 2004) :

1. Inisiasi dan aktivasi

Proses polimerisasi membutuhkan penggerak berupa radikal bebas

yaitu suatu bahan yang sangat reaktif dan mempunyai inisiator, dapat

terbentuk karena proses penguraian peroksida. Pada reaksi ini satu

molekul benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal

bebas inilah yang akan menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut

inisiator yang diaktifkan dengan cara menguraikan peroksida melalui

pemanasan atau pemberian bahan kimia lain, misalnya dimetil-p-toluidin

atau merkaptan amin tersier maupun dengan penyinaran ultra violet atau

radiasi gelombang elektromagnetik.

Page 10: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

10

2. Propagasi

Adalah pembentukan rantai polimer dari reaksi antara molekul yang

aktif dengan molekul lain. Rantai penyebaran (propagasi) terjadi karena

monomer yang diaktifkan bereaksi dengan monomer lainnya, demikian

seterusnya sampai terjadi perpanjangan rantai dan monomer yang

diaktifkan saling berikatan.

3. Terminasi

Rantai terminasi timbul dari adanya reaksi antara dua rantai yang

saling tumbuh sehingga terbentuk molekul yang stabil.

2.1.4 Resin akrilik sebagai basis gigi-tiruan

Bahan untuk basis gigi-tiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria

sebagai berikut (Combe, 1992; Noort, 1994) :

a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak terpengaruh lingkungan mulut

sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.

b. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup, antara lain :

1. Modulus elastisitas tinggi sehingga dalam ukuran yang sangat tipis

mempunyai kekuatan yang cukup.

2. Proportional limit tinggi, sehingga gigi-tiruan tidak mudah berubah

bentuk apabila mendapat beban tekanan.

3. Kekuatan transversa atau daya lentur besar.

4. Mempunyai impact strength yang besar, sehingga tidak mudah patah

apabila terjatuh.

Page 11: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

11

5. Mempunyai fatique strength yang besar dan kekasaran permukaan

yang cukup agar pada pemakaian tahan terhadap abrasi.

c. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi, titik cairnya

harus lebih tinggi dari bahan makanan dan cairan yang masuk ke dalam

mulut.

d. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi

e. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian.

f. Mudah pembuatan dengan biaya yang ekonomis.

g. Mudah perbaikan

h. Mudah dibersihkan.

Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigi-

tiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik

dan kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi tetapi kekurangannya,

resin akrilik mempunyai sifat porus (Combe, 1992).

2.1.5 Mekanisme pembersihan gigi-tiruan

Ada dua cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi-tiruan, yaitu

cara mekanik dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonic cleaner, cara

kimia dilakukan dengan merendam gigi-tiruan ke dalam larutan bahan

pembersih. Pembersihan dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dengan

atau tanpa bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi

jika dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat resin

akrilik yang nantinya dapat menyebabkan gigi-tiruan menjadi tidak retentif

(Antony, 1981 cit Rianti, 2003; Sesma dkk., 2005).

Page 12: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

12

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigi-tiruan

dengan larutan pembersih. Menurut penelitian Silva dkk. (2009) dinyatakan

bahwa perlakuan penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif

dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Perendaman gigi-tiruan

dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau

30 menit tergantung dari bahan pembersih yang digunakan (Sesma dkk., 2005)

Gambar. 2.1 Perendaman gigi tiruan dengan larutan pembersih (Anna, 2009)

2.2 Candida Albicans

Candida merupakan flora normal dalam selaput lendir, saluran pernapasan,

saluran pencernaan dan genitalia wanita. Dalam rongga mulut spesies Candida

yang paling dominan adalah Candida albicans, di dalam rongga mulut yang

sehat dilaporkan berkisar antara 30 – 70 %. Pada pemakai gigi-tiruan ditemukan

jumlah Candida albicans sekitar 65 % (Takuya dkk., 2007). Candida albicans

Page 13: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

13

merupakan mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia karena pada

keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan.

Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna

merah, bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga

mulut, lesi ini dikenal dengan denture stomatitis (Shulman dkk., 2005; Park dkk.,

2008).

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk

tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan

berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan

membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal

yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, agak lonjong

dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ, berwarna putih yang

menghasilkan pseudomyelium. Disebut juga Oidium albicans, kemudian nama

Oidium berubah menjadi Monila karena dianggap sesuai dengan spora-spora

jamur yang tampak seperti kalung atau monila (Webb dkk., 1998). Candida

albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus

memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok

blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Jamur ini bersifat

saprofit tetapi dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor – faktor

predisposisi.

Faktor predisposisi tersebut antara lain, kebersihan mulut yang buruk,

penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi-tiruan

lepasan yang kurang terawat , pemakaian obat-obat antibiotika, steroid dan

Page 14: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

14

sitostatika atau sedang menjalani terapi radiasi. Keadaan tersebut menyebabkan

terjadinya ketidak seimbangan pertumbuhan pada flora normal mulut yang

dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan lebih cepat dan

bertambah banyak kemudian menginfeksi jaringan hospesnya (Park dkk., 2009).

2.2.1 Kedudukan dalam nomenklatur Candida albicans

Kedudukan dalam nomenklatur menurut Romas (1978) adalah :

Divisi : Eurycophyta

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Cryptococcaceae

Famili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

Gambar 2.2 Candida albicans (Anonim, 2010)

Page 15: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

15

2.2.2 Pertumbuhan dan nutrisi Candida albicans.

Spesies Candida tumbuh dengan cepat pada medium agar sederhana

yang mengandung peptone, dextrose, maltose atau sukrose. Candida

albicans dalam media mengandung karbohidrat yang dapat

difermentasikan dan sedikit suasana aerob, dengan penambahan nitrogen

yang berlebih dalam media, pseudohyphae, blastospore, dan

chlamydospore pada kondisi tertentu dapat tumbuh dengan baik (Takuya

dkk., 2007). Candida albicans pada temperatur di bawah 330C, yeast cell

tumbuh dengan baik berbentuk ovoid (+ 3x5 μm) dan pembentukan tunas

biasanya terjadi pada daerah kutub sel. Pertumbuhan mycelial baik dan

pertukaran yeast cell menjadi hypha cell terjadi via germ tube pada

temperatur yang ditingkatkan dengan pH yang mendekati netral,. Dinding

sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target

dari beberapa antimikotik (webb dkk., 1998).

Jamur dapat ditanam pada medium padat atau cair dalam tabung atau

petri. Pertumbuhan jamur pada umumnya lambat dibanding pertumbuhan

bakteri, sehingga jika dalam penanaman terdapat bakteri dan jamur maka

bakteri akan menutupi permukaan media sebelum jamur sempat tumbuh.

Pada dasarnya jamur mempunyai keasaman yang lebih besar dibanding

dengan bakteri (Mulja dkk., 1983)

Page 16: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

16

2.2.3 Morfologi dan identifikasi Candida albicans

Candida albicans mempunyai tiga bentuk morfologi (Merson dkk.,

1989) yaitu :

1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat atau

oval dengan variasi ukuran lebar 2-8 μm dan panjang 3-4 μm,

diameter 1,5-5 μm. Sel-sel tersebut dapat membentuk blastospore.

2. Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk

tunas baru.

3. Chlamydospore, dinding sel bulat dengan diameter 8-12 μm .

Chlamydospore terbentuk jika Candida albicans di kultur pada

medium kurang nutrien seperti Corn meal agar.

Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas, menghasilkan

Pseuodomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat.

Candida albicans jamur bersel tunggal dari keluarga Cryptoceae. Candida

albicans tidak berbahaya, jika pertahanan tubuh lemah dan terutama daya

tubuh menurun, maka sifat komensal dapat berubah menjadi patogen yang

dapat menyebabkan infeksi. Candida albicans, gram (+), berukuran 2-3 x

4-6 µm, dan se-sel bertunas yang memanjang menyerupai hifa

(pseudohifa) pada sediaan apus eksudat dan dalam agar Sabouraud yang

dieramkan pada suhu kamar, bentuk koloni lunak dengan warna coklat

seperti ragi. Pertumbuhan terdiri dari sel-sel bertunas lonjong,

pseudomiselium, terdiri dari pseudohifa menjadi blastokonidia pada

nodus-nodus dan kadang-

Page 17: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

17

kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya (Jawetz dkk., 1996)..

Ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasi spesies Candida (Hazen,

1970), yaitu :

a. Warna, teksture (permukaan) dan bentuk koloni pada media Sabouraud’s

Dextrose Agar.

b. Pemeriksaan mikroskopik.

c. Adanya Chlamydospore.

d. Fermentasi dan asimilasi pada karbohidrat khusus.

Struktur fisik Candida albicans terdiri dari dinding sel, membran sel,

sitoplasma dan nukleus. Membran sel Candida albicans teridiri dari fosfolipid

ganda (lipid bilayer), lapisan terluar kaya akan phosphatidyl, choline,

ergosterol dan sphingolipids. Sphingolipids mengandung komponen negatif

paling besar pada membran plasma dan memegang peranan penting sebagai

target antimikotik. Sphingolipids juga terdapat pada mamalia tetapi tidak

mengandung muatan negatif (Zakrzewska dkk., 2005).

Berdasarkan reaksi ikatan antigen-antibodi, Candida albicans

dikelompokkan ke dalam 2 serotype, yaitu (Rahayu, 2004) :

a. Candida albicans serotype A, mempunyai determinan antigen

pada permukaan selnya sehingga dengan reaksi ikatan antigen-

antibodi terjadi aglutinasi positif.

b. Candida albicans serotype B, tidak memiliki antigen pada

permukaan selnya sehingga dengan adanya reaksi antigen-antibodi

tidak terjadi aglutinasi.

Page 18: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

18

2.2.4 Virulensi Candida albicans

Faktor virulensi Candida yang menentukan adalah dinding sel. Dinding

sel merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan sel penjamu.

Dinding sel Candida mengandung zat yang penting untuk virulensinya,

antara lain turunan mannoprotein yang mempunyai sifat imunosupresif

sehingga mempertinggi pertahanan jamur terhadap imunitas penjamu.

Candida tidak hanya menempel, namun juga penetrasi ke dalam mukosa.

Enzim proteinase aspartil membantu Candida pada tahap awal invasi

jaringan untuk menembus lapisan mukokutan yang berkeratin (Chaffin dkk.,

1990 cit Bachtiar dkk., 1997). Dinding sel berperan pula dalam proses

penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel

tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari

lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang

kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm.

Penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans dapat dibagi atas

candidiasis selaput lendir, candidiasis kutis, candidiasis sistemik, dan reaksi

id (Candidid). Pada candidiasis oral terlihat mukosa yang berwarna merah

yang diselubungi bercak-bercak putih. Bercak-bercak putih ini biasanya

bersifat asymptomatic, tetapi dapat juga diikuti dengan perasaan terbakar

(burning sensation). Lesi dapat berbentuk difus maupun lokal, bersifat

erosif, dan berbentuk seperti pseudomembran (Riskillah, 2010). Candidiasis

yang telah masuk ke dalam aliran darah dapat menyebar ke berbagai organ

Page 19: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

19

seperti ginjal, limpa, jantung, otak, dan menimbulkan berbagai penyakit

seperti

endokarditis, meningitis, endophtalmitis dan pielonefritis (Brooks dkk.,

2004;

Kayser dkk., 2005; Riskillah, 2010).

2.2.5 Candidiasis rongga mulut

Secara klinis ditemukan empat macam kandidiasis di dalam rongga mulut

yang merupakan infeksi superfisial yang biasanya disebabkan oleh Candida

albicans (Webb, 1998; Rahayu, 2002) :

a. Kandidiasis pseudomembranosa akut. Manifestasi klinis biasanya berupa

papula putih atau eksudat seperti kapas yang dapat dihapus dan

meninggalkan mukosa berwarna kemerahan, biasanya dikenal sebagai

thrush.

b. Kandidiasis atrofik akut, merupakan satu-satunya kandidiasis yang

menimbulkan rasa sakit, lidah dengan eritema halus, angular cheilitis dan

jarang dengan radang bibir dan pipi.

c. Kandidiasis atrofik kronik, dikenal sebagai denture stomatitis yaitu

stomatitis karena pemakaian gigi-tiruan. Faktor predisposisinya karena

adanya trauma, pemakaian gigi-tiruan terus-menerus dan gigi-tiruan

kurang bersih. Pelikel saliva yang melapisi basis gigi-tiruan merupakan

suatu mediator respon biologis oleh karena dapat mengadakan perlekatan

dengan mikroorganisme sehingga jumlah koloni Candida albicans juga

Page 20: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

20

akan meningkat dan hal ini meningkatkan kecendrungan terjadinya

denture stomatitis.

d. Kandidiasis hiperplastik kronik, berupa bintik-bintik putih yang tidak

dapat dihapus dan dikenal sebagai leukoplakia candida.

2.2.6 Hubungan Candida albicans dan gigi-tiruan resin akrilik

Permukaan resin akrilik yang menghadap mukosa adalah permukaan

yang tidak dipoles, permukaan resin akrilik yang berhubungan dengan

substrat pelikel menjadi lebih luas, dengan demikian perlekatan pelikel

menjadi semakin banyak, sehingga Candida albicans yang melekat pada

permukaan ini semakin banyak pula (Hidzana dkk., 2006).

Pemakaian gigi-tiruan yang terus-menerus dan tidak bersih dapat

menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan yaitu stomatitis

hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia mukosa mulut dan denture

stomatitis. Pemakaian gigi-tiruan menyebabkan mukosa di bawah gigi-

tiruan akan tertutup dalam jangka waktu yang lama, sehingga menghalangi

pembersihan permukaan mukosa maupun gigi-tiruan oleh lidah dan saliva.

Akibatnya pada permukaan gigi-tiruan akan terbentuk plak. Plak inilah

yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme

termasuk Candida albicans (Cevanti dkk., 2007). Trauma karena

pemakaian gigi-tiruan juga mempermudah terjadinya infeksi Candida.

Candida albicans merupakan jamur yang berperan dalam terjadinya

denture stomatittis (Hidzana dkk., 2006; Gantini, 2009).

Denture stomatitis adalah peradangan kronis pada mukosa pendukung

Page 21: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

21

gigi-tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh. Jaringan yang

meradang akibat denture stomatitis berupa erythema, odem, dan berwarna

lebih merah dibandingkan jaringan sekitarnya yang tidak tertutup oleh plat

gigi-tiruan (Zarb dkk., 2002).

Menurut Silva dkk. (2009) gigi-tiruan resin akrilik dapat menjadi

tempat pengumpulan stain, tar dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang

porus dan menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan

dan minuman dimana akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan mulut

pemakai gigi-tiruan tersebut. Permukaan gigi-tiruan yang tidak dilakukan

pemolesan mempermudah penempelan plak dan merupakan tempat yang

baik untuk berkembang biaknya kuman-kuman sehingga sering ditemukan

adanya keradangan.

Keradangan dapat terjadi lebih hebat jika gigi-tiruan tersebut kotor

Penderita yang memakai gigi-tiruan lepasan harus benar- benar menjaga

kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi-tiruan merupakan tempat

yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasuk Candida albicans

(Hidzana dkk., 2006).

Peningkatan jumlah Candida albicans dapat mengubah sifat komensal

menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae

ini merupakan inisiator invasi ke dalam jaringan sehingga dapat

menimbulkan denture stomatitis. Candida albicans bersifat patogen

oportunistik, karena memanfaatkan situasi yang menguntungkan untuk

berkembang sebagai faktor predisposisi. Umumnya penyakit sistemik

Page 22: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

22

menjadi faktor predisposisi patogenesis infeksi Candida albicans, pada

pemakai gigi-tiruan disebut denture stomatitis. Pada penyakit sistemik

terjadi perubahan respon imun, khusus di permukaan mukosa tidak dapat

mencegah perlekatan Candida albicans sehingga terjadi infeksi di rongga

mulut (Gantini, 2009; Silva dkk., 2009).

Candidosis superficial ditemukan adanya mycelial dan hyphae pada

epitel. Sedangkan denture stomatitis pada pemakai gigi-tiruan disebabkan

oleh karena adanya proliferasi Candida albicans dalam plak yang terdapat

pada basis gigi-tiruan lepasan, dijumpai jumlah hyphae yang sangat

banyak, tetapi invasi intra epitel tidak terlihat. Adanya blastospore dan

germ tube form dari Candida albicans ini yang memungkinkan sel melekat

pada mukosa dan mengadakan pelepasan dinding sel yang kemudian

berpenetrasi pada epitel untuk memulai keradangan (Dowd dkk., 2008)..

Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi-tiruan

tergantung dari lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi-tiruan dipakai

terus menerus termasuk tidak dilepas pada malam hari maka mukosa akan

tertutup sehingga menghalangi pembersihan oleh lidah dan saliva sehingga

jumlah Candida albicans akan meningkat dan cenderung mengakibatkan

terjadinya denture stomatitis (Ellepola dkk., 2005; Sudiono dkk., 2006)

Page 23: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

23

Gambar 2.3 Denture Stomatitis (Anonim, 2010)

2.3 Pinang ( Areca Catechu L )

Pinang ( Areca catechu L ) merupakan tumbuhan liar sejenis palma yang

tumbuh di kebanyakan kawasan tropis Pasifik, Asia (India, Malaysia, Taiwan) dan

bagian Afrika timur dengan tinggi mencapai 25 m. Daun berbentuk tabung

panjang + 80 cm serta berujung tajam, bunga jantan berbentuk kekuningan dan

buah betina hijau, buah dikenal dengan buah buni berwarna oranye (George dan

Robert, 2006). Perbedaan antara buah pinang muda dan pinang tua yakni buah

pinang tua berkulit kuning kecoklatan serta memiliki konsistensi buah yang keras,

sedangkan pinang muda berkulit hijau muda hingga hijau tua serta memiliki

konsistensi buah yang lunak.

Page 24: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

24

Gambar 2.4. Buah pinang(Anonim, 2010)

2.3.1 Klasifikasi tumbuhan pinang

Tanaman pinang diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta, sub

divisi angiospermae, kelas monocotyledonae, bangsa arecales, suku

arecaceae/palmae, marga areca, dan jenis Areca catechu L. Areca

catechu memiliki efek antioksidan dan antimutagenik, astringent, dan

obat cacing. Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin (C8

H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine.

Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tannin

terhidrolisis, flavonoid, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin,

minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang dan Lee, 1996).

Tanaman pinang mudah tumbuh di Indonesia, budidaya tanaman ini

dilakukan dengan cara menanam bijinya yang sudah masak. Biji pinang,

buah maupun sabutnya bisa dimanfaatkan, khususnya untuk pengobatan.

Pengobatan dengan buah tanaman pinang sudah terkenal sejak zaman

dulu. Pinang selain digunakan untuk campuran makan sirih juga

Page 25: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

25

digunakan untuk obat luar gatal-gatal, borok dan sakit perut. Biji pinang

bisa untuk mengobati penyakit beri-beri, cacingan, perut kembung, luka,

diare, serta batuk berdahak. Sedangkan daunnya bisa digunakan untuk

menambah nafsu makan, dan mengobati sakit pinggang. Sabutnya bisa

dipakai untuk menyembuhkan beri-beri, sembelit, dan gangguan

pencernaan (Anonim,

2009).

Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang

mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid diantaranya tanin, yang

dapat menguatkan gigi. Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan

kapur, yang berkhasiat untuk menguatkan gigi, air rebusan biji pinang juga

digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi. (Bartholomew, 2001 cit

Yulineri dkk., 2006).

Daging buah pinang yang muda juga bisa untuk mengobati luka dan

obat luar penyakit rabun mata. Air rebusan biji buah pinang juga bisa

diminum untuk pengobatan penderita cacingan, biji buah pinang

mengandung proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang

termasuk dalam golongan flavonoid (Nonaka, 1989).

Daya anti-mikroba ekstrak biji pinang dilakukan terhadap bakteri

Staphyllocoocus aureus, S epidermidis, Salmonella, E-colli,

Pseudomonas, Bacillus cereus, M. Luteus dan jamur Candida albicans.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai efek

Page 26: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

26

anti-mikroba (Pudjiastuti, 2006), sehingga diyakini ekstrak metanol biji

buah pinang

dapat berfungsi sebagai pembersih gigi-tiruan lepasan akrilik.

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Bahan untuk basis gigi-tiruan pada umumnya menggunakan resin arilik yang

mempunyai sifat porus dan mudah menyerap bahan cair. Saliva rongga mulut

Page 27: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

27

mengandung pelikel berupa protein yang merupakan media perlekatan bagi

mikroorganisme dan jamur terutama Candida albicans di dalam rongga mulut.

Candida albicans adalah mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia karena

pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan

jaringan. Jamur ini bersifat saprofit tetapi dapat berubah menjadi

patogen bila terdapat faktor-faktor predisposisi antara lain, kebersihan mulut

yang buruk, penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai

gigi-tiruan yang kurang terawat, pengobatan antibiotik dosis tinggi jangka

panjang atau sedang menjalani terapi radiasi. Infeksi Candida albicans

memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah, bengkak dan menimbulkan

rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut. Lesi ini dikenal dengan denture

stomatitis. Walaupun pengobatan dengan antifungal sangat berperan dan terus

berkembang, tetapi infeksi jamur tetap merupakan hal yang sering terjadi dan

mikroorganisme mampu menjadi resisten terhadap sesuatu obat.

Gigi-tiruan setelah kontak dengan saliva akan segera dilapisi pelikel, pelikel

setelah 2 jam akan terbentuk plak. Penumpukan plak dan sisa makanan

menyebabkan keradangan, dan keradangan akan menjadi lebih parah apabila gigi-

tiruan tersebut kotor dan kurang menjaga kebersihan rongga mulut. Keradangan

pada pemakai gigi-tiruan lepasan disebut denture stomatitis.

Denture stomatitis pada pemakai gigi-tiruan lepasan disebabkan oleh adanya

peningkatan koloni Candida albicans sehingga terjadi perubahan sifat Candida

albicans dari sifat komensal menjadi patogen yang disertai dengan meningkatnya

produksi toksin yang kemudian berpenetrasi kemembran mukosa dan

Page 28: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

28

menyebabkan keradangan. Selama pertumbuhan dan metabolisme Candida

albicans akan menghasilkan asam organik dan menurunkan pH, penurunan pH

akibat aktivasi enzim protease atau phospholipase akan menyebabkan keradangan

pada mukosa

Untuk mencegah terjadinya denture stomatitis dianjurkan untuk melakukan

pemeliharaan dan pembersihan gigi-tiruan baik secara mekanik maupun kimia

setiap hari agar gigi-tiruan terbebas dari stain, deposit dan mikroorganisme.

3.2 Kerangka Konsep

Beberapa konsep yang mendasari penelitian ini adalah :

Bahan resin akrilik yang dipakai untuk basis gigi-tiruan bersifat porus

merupakan tempat penumpukan plak, sisa makanan dan saliva rongga mulut

mengandung pelikel berupa protein sehingga dalam kurun waktu tertentu

merupakan media bagi mikroorganisme dan jamur dalam rongga mulut untuk

tumbuh dan berkembang biak (Rathee dkk., 2010). Penumpukan plak dan sisa

makanan menyebabkan peningkatan koloni Candida albicans, peningkatan ini

diikuti peningkatan produk endotoksin yang menyebabkan keradangan, disebut

denture stomatitis. Ekstrak metanol biji buah pinang salah satu bahan yang

diyakini berpotensi sebagai bahan pembersih gigi-tiruan karena mengandung

alkaloid seperti arekolin, arekolidine, guvakolin, guvasine, isoguvasine, tanin,

flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak

menguap serta garam.

Page 29: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

Ekstrak metanol biji buah pinang

(Areca catechu.L)

10%, 15%, 20%

29

Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian secara in vitro untuk mengetahui

konsentrasi dan lama perendaman plat resin akrilik dalam ekstrak metanol biji

buah pinang yang dapat menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans.

Konsep Penelitian

Page 30: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

- Plat resin akrilik head cured lama perendaman 2 jam, 6 jam, 8 jam

- Pertumbuhan jumlah koloni C. albicans terhambat

Faktor Internal:

-Waktu pengeraman C. albicans-Media pengeraman C. albicans-Jenis plat resin akrilik -Kekasaran permukaan plat resin akrilik

Faktor Eksternal:

-Suhu pengeraman C.albicans

-Cara penghitungan koloni

C. albicans

-Sterilisasi alat dan bahan

30

Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada dan sehubungan dengan permasalahan,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

a. Ekstrak metanol biji buah pinang dapat menghambat pertumbuhan koloni

Candida albicans secara in vitro pada plat resin akrilik heat cured.

Page 31: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

31

b. Peningkatan konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans secara in vitro pada plat

resin akrilik heat cured .

c. Lamanya perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans secara in vitro pada plat

resin akrilik heat cured .

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian :

Page 32: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

32

Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium,

memakai kelompok kontrol dengan menggunakan rancangan Post test

only control group design (Marczyk dkk., 2005). Bagan rancangan

penelitian sebagai berikut:

P1

P3

Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian

Keterangan :

S : Sampel

RA : Random alokasi, proses pembagian sampel menjadi 4 kelompok

K : Kontrol (akuades steril)

P1 : Perlakuan 1, konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang 10 %

P1 : Perlakuan 1, konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang 10 %

P2 : Perlakuan 2, konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang 15 %

P3 : Perlakuan 3, konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang 20 %

O1 : Jumlah koloni C.albicans pada kelompok kontrol setelah perlakuan

O2 : Jumlah koloni C.albicans pada kelompok P1 setelah perlakuan

O3 : Jumlah koloni C.albicans pada kelompok P2 setelah perlakuan

S

P1

P2

P3

O2

O1

O3

O4

4

KRAAA AAaA

Page 33: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

33

O4 : Jumlah koloni C.albicans pada kelompok P3 setelah perlakuan

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian :

- Pembuatan ekstrak metanolik buah pinang dilakukan di laboratorium

Biofestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana

- Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta

4.2 2 Waktu penelitian :

- 2 bulan (Maret– April 2011)

4.3 Sampel Penelitian :

Sampel penelitian ini adalah plat akrilik yang berisi Candida albicans.

Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan pengulangan sesuai rumus

Federer (1977) :

(n-1) (t-1) ≥ 15

n = banyak pengulangan

t = perlakuan, P1 ( 10% ekstrak pinang, 2 jam, 6 jam, 8 jam), P2 (15%

ekstrak pinang, 2 jam, 6 jam, 8 jam), dan P3 (20% ekstrak pinang, 2

jam, 6 jam, 8 jam)

(n-1) (10-1) = 15

(n-1) (9) = 15

n-1 = = 1,667

Page 34: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

34

n = 1,667 + 1 = 2,667 ≈ 3

Jadi jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini untuk masing-

masing perlakuan adalah 3.

Pembagian kelompok sampel

a. Sampel dibagi dalam 3 kelompok konsentrasi larutan ekstrak

dan 1 kelompok kontrol, yaitu :

1. Kelompok I : Kontrol (akuades steril sebagai kontrol)

2. Kelompok II : Konsentrasi larutan ekstrak 10 %

3. Kelompok III : Konsentrasi larutan ekstrak 15 %

4. Kelompok IV : Konsentrasi larutan ekstrak 20 %

b. Sampel penelitian digolongkan dalam 3 kelompok lama perendaman

plat akrilik yang telah dikontaminasi C.albicans:

1. Kelompok I : Lama perendaman 2 jam

2. Kelompok II : Lama perendaman 6 jam

3. Kelompok III : Lama perendaman 8 jam

4.4 Variabel Penelitian :

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Variabel bebas :

a. Ekstrak metanol biji buah pinang 10%, 15%, 20%

b. Lama perendaman dalam larutan ekstrak metanol biji buah pinang

selama 2 jam, 6 jam, 8 jam.

4.4.2 Variabel tergantung :

a. Jumlah koloni Candida albicans

Page 35: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

35

4.4.3 Variabel terkendali :

a. Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans

b. Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans

c. Cara penghitungan koloni Candida albicans

d. Plat resin akrilik heat cured

e. Sterilisasi alat dan bahan.

Hubungan antara variabel dalam penelitian ini secara bagan ditampilkan pada

gambar 4.2

Variabel Bebas Variabel Tergantung

a.Ekstrak metanol biji buah pinang 10%, 15%, 20% b. Lama perendaman dalam ekstrak Jumlah koloni C.albicans metanol biji buah pinang selama 2 jam, 6 jam, 8 jam

Page 36: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

36

Variabel Terkendali

a. Suhu dan waktu pengeraman Candida albicans

b. Media pengeraman dan pembuatan Candida albicans

c. Cara penghitungan koloni Candida albicans

d. Plat resin akrilik heat cured

e. Sterilisasi alat dan bahan.

.

Gambar 4.2 Hubungan antara variabel

4.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat

didefinisikan sebagai berikut :

a. Ekstrak metanol biji buah pinang adalah sediaan pekat yang didapat

dengan mengekstrak zat aktif dari biji buah pinang dengan

menggunakan pelarut metanol. Pada penelitian ini dibuat konsentrasi

larutan ekstrak metanol biji buah pinang 10 % (P1), 15 % (P2), 20 %

(P3).

Page 37: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

37

b. Lama perendaman adalah lamanya waktu kontak antara Candida albicans

dengan ekstrak metanol biji buah pinang. Dalam penelitian ini waktu

perendaman : 2 jam, 6 jam, 8 jam.

c. Jumlah koloni Candida albicans adalah jumlah koloni yang tumbuh pada

media Sabouroud dextrose agar setelah kontaminasi dengan 0,1 ml

suspensi dari 10 ml RPMI yang mengandung Candida albicans hasil

perontokan dari plat resin akrilik, dengan satuan pengukuran Colony

FormingUnit Permililiter (CFU/ml).

c. Media pengeraman adalah media yang dipakai untuk menumbuhkan

Candida albicans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah

Sabouraud’s dextrose agar dan RPMI.

d. Cara penghitungan jumlah koloni Candida albicans adalah menghitung

jumlah koloni Candida albicans dalam CFU/ml

e. Plat resin akrilik heat cured adalah permukaan resin akrilik yang tidak

dipoles, berasal dari stippled casting wax, merupakan jenis akrilik yang

paling sering digunakan untuk pembuatan gigitiruan lepasan.

f Sterilisasi alat dan bahan adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat

atau bahan-bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan

mikroorganisme

4.6 Bahan Penelitian

Dalam penelitian menggunakan bahan-bahan sebagai berikut :

a. Resin akrilik heat cured,cross linked type (QC 20 Detrey,England)

Page 38: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

38

b. Gips tipe III (Moldano, Bayer Jerman)

c. Could Mould Seal ( Detrey, England)

d. Ekstrak biji buah pinang

e. RPMI 25 ml

f. Metanol

f. Suspensi Candida albicans

g. Sabouraud′s dextrose agar

h. Larutan Phosphat Buffer Saline /PBS pH 7,0 (Merck,Germany)

i. Saliva steril 100 cc

j. Aquades

k. Alkohol 95 %

l. NaCl

m. Spiritus 500 ml

4.7 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan alat-alat sebagai berikut :

a. Tempat mencampur resin akrilik

b. Vibrator

c. Kuvet

d. Hidraulik press.

e. Inkubator

Page 39: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

39

f. Petri steril

g. Bunsen

h. Pinset steril

i. Inkubator

j. Autoclave

k. Tabung reaksi

l. Spreader

m. Kertas saring Whatman No. 4 dan no 1

n. Erlenmeyer

o. Yellow tip 1 box

p. Blue tip 1 box

q. Micropipet 100/200 μl

r. Micropipet 1000 μl

s. Label

t. Tally counter

u. Camera merk Sony

4.8 Prosedur Penelitian :

4.8.1 Pengisian akrilik

a. Bahan resin akrilik dengan perbandingan bubuk dan cairan sesuai

dengan aturan pabrik disiapkan dalam mangkok porselen kemudian

diaduk pada suhu kamar (27 + 10 C), setelah adonan mencapai

konsistensi dough stage dimasukkan ke dalam mould yang telah

diulasi dengan bahan separasi.

Page 40: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

40

b. Kuvet ditutup kemudian dipres dengan hidraulik press, kuvet dibuka

kelebihan akrilik dipotong kemudian kuvet ditutup dan dipress

kembali sampai tekanan 22 kg / cm2 Hg (Sudarmawan, 2009).

Selanjutnya kuvet dipindahkan pada klem.

Proses Kuring

a. Kuvet yang berisi akrilik dimasukkan ke dalam curing unit. Proses

kuring dilakukan dengan suhu 1000 C selama 30 menit (sesuai aturan

pabrik).

b. Setelah proses kuring selesai, kuvet didiamkan sampai dingin, plat

akrilik dikeluarkan dari kuvet.

4.8.2 Pembuatan ekstrak metanol biji buah pinang

Ekstraksi biji buah pinang segar dilakukan dengan metode meserasi

disertai pengadukan (Yulineri dkk., 2006; Meiyanto dkk., 2008). Sebanyak

100 gram dimasukkan ke dalam 1 liter metanol, kemudian diekstrak dengan

pengadukan menggunakan magnetic stirrer (150 rpm) pada suhu kamar

selama 3 jam. Selanjutnya campuran disaring dua kali berturut-turut

menggunakan kertas saring Whatman No. 4 kemudian No. 1. Filtrat yang

diperoleh dari ekstraksi I dan II dikumpulkan, kemudian pelarutnya (metanol)

dilarutkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 45ºC, sampai tidak

terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor (menunjukkan semua

pelarut telah teruapkan). Hasil ini menunjukkan 100% ekstrak. Kemudian

dibuat ekstrak metanol biji buah pinang segar dengan konsentrasi sebesar

Page 41: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

41

10%, 15%, 20% masing-masing dipergunakan untuk merendam plat resin

akrilik

selama 2 jam, 6 jam, 8 jam.

Gbr. 4.3 Pembuatan ekstrak biji buah pinang

Gbr 4.4 Proses evaporasi ekstrak metanol biji buah pinang

Page 42: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

42

4.8.3 Pembuatan suspensi Candida albicans

Candida albicans yang dipakai diambil dari stok Candida albicans

(ATCC 10231) dengan cara sebagai berikut :

Candida albicans diambil menggunakan ose kemudian ditanam ke dalam

Sabouraud’ dextrose agar, inkubasi selama 48 jam, dengan suhu 370.

Kemudian membuat suspensi Candida albicans dengan cara dilarutkan

dalam Nacl fisiologis 0,85 %, 20 ml. Kekeruhan suspensi Candida

albicans disesuaikan dengan standar larutan 108 Mc Farland untuk

memperoleh suspensi fungi yang mengandung 108 CFU/ml. Suspensi ini

yang dipakai untuk kontaminasi pada plat resin akrilik.

4.8.4 Pembuatan saliva steril

Larutan saliva buatan (buffer) McDougall (campuran 58,80g NaHCO3,

48g Na2HPO4.7H2O, 3,42g KCl, 2,82g NaCl, 0,72g MgSO4.7H2O,

0,24g CaCl2 dalam 6 liter akuades) ( Tanuwiria dkk., 2006).

4.8.5 Perlakuan sampel

1. Plat resin akrilik (10x10x1) dicuci di bawah air mengalir selama 48

jam untuk mengurangi sisa monomer kemudian disterilisasi

menggunakan autoclave 1210C selama 18 menit (Minagi dkk.,

1985 cit Sudarmawan, 2009).

2. Plat akrilik direndam dalam saliva 1 jam, kemudian dibilas PBS dua

kali (Evans dkk., 1977).

3. Selanjutnya plat resin akrilik heat cured dimasukkan ke dalam

Page 43: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

43

tabung reaksi yang berisi suspensi Candida albicans kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.

4. Plat resin akrilik setelah dikontaminasi dengan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak metanol biji buah pinang

dengan masing-masing 3 variasi konsentrasi yaitu 10%, 15% dan

20% selama 3 waktu perlakuan yaitu 2 jam, 6 jam dan 8 jam, untuk

kontrol digunakan akuades steril (gbr. 4.5, 4.6, 4.7).

5. Plat resin akrilik dibilas dua kali dengan PBS untuk menghilangkan

sisa ekstrak metanol biji buah pinang yang masih tertinggal dalam

plat.

6. Plat resin akrilik dimasukkan ke dalam media RPMI 10 ml,

kemudian divibrasi dengan vortex selama 30 detik untuk

melepaskan Candida albicans yang melekat pada plat akrilik

(Park dkk., 2007; Sudarmawan, 2009).

7. Mengambil 0,1 ml suspensi Candida albicans dalam media RPMI

dimasukkan ke dalam Sabouraud′s dextrose agar , dilakukan

spreading diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 0C (Park dkk.,

2007; Sudarmawan, 2009).

8. Menghitung jumlah koloni Candida albicans dalam CFU/ml.

Page 44: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

44

Gbr. 4.5 Perendaman Plat dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 2 jam

Gbr. 4.6 Perendaman Plat dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 6 jam

Page 45: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

45

Gbr. 4.7 Perendaman Plat dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 8 jam

4.9 Alur Penelitian

Plat Resin Akrilik (permukaan tidak dipoles 10x10x1mm)

Cuci dengan air mengalir 48 jam

Rendam dalam saliva steril 1jam ,bilas dengan PBS 2 kali

Kontaminasi Candida albicans 24 jam

Page 46: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

46

Perendaman dalam larutan Ekstrak biji buah pinang

dan perendaman dalam akuades steril sebagai kontrol

2 jam 6 jam 8 jam

A B C D A B C D A B C D

Bilas dengan PBS 2 kali

Penanaman dalam Sabouraud’s dextrose agar, 48 jam, 370C

Penghitungan jumlah koloni Candida albicans (CFU/ml)

Analisis data

Gambar 4.8 Alur Penelitian Keterangan :

A : Konsentrasi larutan ekstrak metanol biji buah pinang 10 %

B : Konsentrasi larutan ekstrak metanol biji buah pinang 15 %

C : Konsentrasi larutan ekstrak metanol biji buah pinang 20 %

D : Akuades steril sebagai kontrol

4.10 Analisis Data:

Page 47: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

47

Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Package For The Social Science) versi 15.0. Data dalam penelitian ini

berupa data jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik heat cured,

baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Adapun langkah-langkah

yang diambil sebagai berikut :

4.10.1 Analisisis deskriptif :

Analisis data untuk memberikan gambaran tentang karakteristik

data yang didapatkan dari hasil penelitian.

4.10.2 Uji normalitas dan homogenitas :

a. Uji Normalitas dengan uji Shapiro wilk.

b. Uji Homogenitas dengan uji Levene’s test

4.10.3 Uji efek perlakuan

Data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji

parametrik yaitu uji One Way Anova.

Dilakukan untuk membandingkan rerata data hasil pengukuran

pada posttest yaitu antara O1, O2, O3, O4.

4.10.4 Uji Least Significant Difference – test (LSD).

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok

kontrol

Page 48: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

48

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 36 Plat akrilik yang berisi

Candida albicans sebagai sampel, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok

konsentrasi larutan ekstrak masing-masing berjumlah 9 plat, yaitu kelompk

kontrol (aquades), kelompok konsentrasi 10%, kelompok konsentrasi 15%, dan

Page 49: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

49

kelompok konsentrasi 20% dan 3 kelompok waktu perendaman masing-masing

berjumlah 12 plat, yaitu kelompok waktu 2 jam, kelompok waktu 6 jam, dan

kelompok waktu 8 jam. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji

homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.2 Uji Normalitas Data Dan Homogenitas Data

Data jumlah Candida albicans diuji normalitasnya dengan menggunakan

uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05),

disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Candida albicans

Kelompok Subjek n P Keterangan

Kontrol (Aquades)

Ekstrak metanol biji buah pinang 10%

Ekstrak metanol biji buah pinang 15%

Ekstrak metanol biji buah pinang 20%

9

9

9

9

0,233

0,116

0,097

0,052

Normal

Normal

Normal

Normal

Page 50: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

50

Data jumlah Candida albicans diuji homogenitasnya dengan

menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05),

disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Homogenitas Data Jumlah Candida albicans antar Kelompok

Perlakuan

Variabel F P Keterangan

Jumlah Candida albicans 2,614 0,054 Homogen

5.3 Analisis Efek Pemberian Ekstrak Metanol Biji Buah Pinang antar

Kelompok Berdasarkan Konsentrasi

5.3.1 Perendaman 2 Jam

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

metanol biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Page 51: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

51

Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

Sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Berdasarkan

Konsentrasi Pada Perendaman 2 jam

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Kontrol (Aquadest)

E. biji buah pinang 10%

E. biji buah pinang 15%

E. biji buah pinang 20%

3

3

3

3

15200,00

13000,00

10100,00

7080,00

1430,52

1062,32

335,46

385,75

43,06 0,001

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida

albicans kelompok kontrol (aquadest) adalah 15200,00±1430,52, rerata

kelompok ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 10% adalah

13000,00±1062,32, rerata kelompok ekstrak metanol biji buah pinang

konsentrasi 15% adalah 10100,00±335,46, dan rerata kelompok ekstrak

metanol biji buah pinang konsentrasi 20% adalah 7080,00±385,75.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai

F = 43,06 dan nilai p = 0,001. Rerata jumlah Candida albicans pada

keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna

(p<0,05).

5.3.2 Perendaman 6 Jam

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

Page 52: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

52

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

metanol biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Berdasarkan

Konsentrasi Pada Perendaman 6 Jam

Kelompok Subjek nRerata Candida

albicans SB F P

Kontrol (Aquadest)

E. biji buah pinang 10%

E. biji buah pinang 15%

E. biji buah pinang 20%

3

3

3

3

16500,00

12300,00

9866,67

6706,67

2656,11

2721,57

1110,20

367,50

12,81 0,002

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida

albicans kelompok kontrol (aquadest) adalah 16500,00±2656,11, rerata

kelompok ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 10% adalah

12300,00±2721,57, rerata kelompok ekstrak metanol biji buah pinang

konsentrasi 15% adalah 9866,67±1110,20, dan rerata kelompok ekstrak

metanol biji buah pinang konsentrasi 20% adalah 6706,67±367,50.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai

F = 12,81 dan nilai p = 0,002. Rerata jumlah Candida albicans pada

Page 53: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

53

keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna

(p<0,05).

5.3.3 Perendaman 8 Jam

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

metanol biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova disajikan pada tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Berdasarkan

Konsentrasi Pada Perendaman 8 Jam

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Kontrol (Aquadest)

E. biji buah pinang 10%

E. biji buah pinang 15%

3

3

3

9

19300,00

9133,33

5853,33

3386,67

2545,90

4432,67

410,53

1763,78

20,02 0,001

Page 54: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

54

E. biji buah pinang 20%

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida albicans

kelompok kontrol (aquades) adalah 19300,00±2545,90, rerata kelompok

ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 10% adalah 9133,33±4432,67,

rerata kelompok ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 15% adalah

5853,33±410,53, dan rerata kelompok ekstrak metanol biji buah pinang

konsentrasi 20% adalah 3386,67±1763,78. Analisis kemaknaan dengan uji

One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 20,02 dan nilai p = 0,001.

Rerata jumlah Candida albicans pada keempat kelompok sesudah diberikan

perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol

perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).

Hasil uji disajikan pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6 Beda Nyata Terkecil Jumlah Candida albicans sesudah

Diberikan Ekstrak Metanol Biji Buah Pinang antar Dua Kelompok

KelompokBeda

RerataP Interpretasi

Page 55: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

55

Kontrol dan Konsentrasi 10%

Kontrol dan Konsentrasi 15%

Kontrol dan Konsentrasi 20%

Konsentrasi 10% dan 15%

Konsentrasi 10% dan 20%

Konsentrasi 15% dan 20%

5497,78

8369,00

11253,33

2862,22

5755,56

2893,33

0,001

0,001

0,001

0,006

0,001

0,006

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berdasarkan uji lanjutan dengan Least Significant Difference – test (LSD).

didapatkan hasil sebagai berikut.

1. Rerata kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok konsentrasi

10% (rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok

konsentrasi 10%), untuk ketiga waktu perendaman.

2. Rerata kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok konsentrasi

15% (rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok

konsentrasi 15%), untuk ketiga waktu perendaman.

3. Rerata kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok konsentrasi

20% (rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok

konsentrasi 20%), untuk ketiga waktu perendaman.

4. Rerata kelompok konsentrasi 10% berbeda bermakna dengan kelompok

konsentrasi 15% (rerata kelompok konsentrasi 10% lebih tinggi daripada

rerata kelompok konsentrasi 15%), untuk waktu perendaman 2 jam

sedangkan untuk waktu 6 dan 8 jam tidak berbeda.

Page 56: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

56

5. Rerata kelompok konsentrasi 10% berbeda bermakna dengan kelompok

konsentrasi 20% (rerata kelompok konsentrasi 10% lebih tinggi daripada

rerata kelompok konsentrasi 20%), untuk ketiga waktu perendaman.

6. Rerata kelompok konsentrasi 15% berbeda bermakna dengan kelompok

konsentrasi 20% (rerata kelompok konsentrasi 15% lebih tinggi daripada

rerata kelompok konsentrasi 20%), untuk waktu perendaman 2 jam

sedangkan untuk waktu 6 dan 8 jam tidak berbeda.

Gambar 5.1. Grafik Pertumbuhan Candida albicans antar Kelompok Konsentrasi

5.4 Analisis Efek Pemberian Ekstrak Metanol Biji Buah Pinang antar

Kelompok Berdasarkan Lama Perendaman

5.4.1 Kontrol

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

disajikan pada tabel 5.7 berikut.

Page 57: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

57

Tabel 5.7 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

Kontrol sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Berdasarkan

Lama Perendaman

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Lama Perendaman 2 Jam

Lama Perendaman 6 Jam

Lama Perendaman 8 Jam

3

3

3

15200,00

16500,00

19300,00

1430,52

2656,11

2545,90

2,62 0,152

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida

albicans kelompok lama perendaman 2 jam adalah 15200,00±1430,52,

rerata kelompok lama perendaman 6 jam adalah 16500,00±2656,11 dan

rerata kelompok lama perendaman 8 jam adalah 19300,00±2545,90.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai

F = 2,62 dan nilai p = 0,152. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah Candida

albicans pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan tidak berbeda

(p>0,05).

5.4.2 Konsentrasi 10%

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

Page 58: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

58

disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Konsentrasi 10%

Berdasarkan Lama Perendaman

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Lama Perendaman 2 Jam

Lama Perendaman 6 Jam

Lama Perendaman 8 Jam

3

3

3

13000,00

12300,00

9133,33

1062,32

2722,57

4432,67

1,36 0,326

Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida

albicans kelompok lama perendaman 2 jam adalah 13000,00±1062,32,

rerata kelompok lama perendaman 6 jam adalah 12300,00±2722,57, dan

rerata kelompok lama perendaman 8 jam adalah 9133,33±4432,67.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai

F = 1,36 dan nilai p = 0,326. Rerata jumlah koloni Candida albicans pada

ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).

5.4.3 Konsentrasi 15%

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

Page 59: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

59

metanol biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.

Tabel 5.9 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

sesudah Diberikan Ekstrak Metanol biji buah pinang Konsentrasi 15%

Berdasarkan Lama Perendaman

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Lama Perendaman 2 Jam

Lama Perendaman 6 Jam

Lama Perendaman 8 Jam

3

3

3

10100,00

9866,67

5853,33

335,46

1110,20

410,53

34,19 0,001

Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida

albicans kelompok lama perendaman 2 jam adalah 10100,00±335,46,

rerata kelompok lama perendaman 6 jam adalah 9866,67±1110,20, dan

rerata kelompok lama perendaman 8 jam adalah 5853,33±410,53. Analisis

kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F =

34,19 dan nilai p = 0,001. Rerata jumlah Candida albicans pada ketiga

kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

5.4.1 Konsentrasi 20%

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata jumlah Candida

Page 60: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

60

albicans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak

metanol biji buah pinang. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova disajikan pada Tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10 Perbedaan Rerata Jumlah Candida albicans antar Kelompok

sesudah Diberikan Ekstrak biji buah pinang Konsentrasi 20%

Berdasarkan Lama Perendaman

Kelompok Subjek nRerata jumlah

Candida albicans

SB F P

Lama Perendaman 2 Jam

Lama Perendaman 6 Jam

Lama Perendaman 8 Jam

3

3

3

7080,00

6706,67

3386,67

385,75

367,50

763,78

10,95 0,010

Tabel 5.10 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Candida albicans

kelompok lama perendaman 2 jam adalah 7080,00±385,75, rerata kelompok

lama perendaman 6 jam adalah 6706,67±367,50, dan rerata kelompok

lama perendaman 8 jam adalah 3386,67±763,78. Analisis kemaknaan dengan

uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 10,95 dan nilai p = 0,010.

Hal ini berarti bahwa rerata jumlah Candida albicans pada ketiga kelompok

sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Page 61: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

61

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda perlu dilakuan uji lanjut

dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan pada

Tabel 5.11 di bawah ini.

Tabel 5.11 Beda Nyata Terkecil Jumlah Candida albicans Sesudah

Diberikan Ekstrak Metanol Biji Buah Pinang antar Dua Kelompok

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Lama Perendaman 2 jam dan 6 jam

Lama Perendaman 2 jam dan 8 jam

Lama Perendaman 6 jam dan 8 jam

16,67

1923,33

1906,67

0,984

0,028

0,029

Tidak Berbeda

Berbeda

Berbeda

Berdasarkan uji lanjutan dengan Least Significant Difference – test (LSD).

didapatkan hasil sebagai berikut.

1. Rerata kelompok lama perendaman 2 tidak berbeda dengan kelompok

lama perendaman 6 jam untuk keempat konsentrasi.

2. Rerata kelompok lama perendaman 2 berbeda bermakna dengan kelompok

lama perendaman 8 jam untuk konsentrasi 15% dan 20%.

3. Rerata kelompok lama perendaman 6 berbeda bermakna dengan kelompok

lama perendaman 8 jam untuk konsentrasi 15% dan 20%.

Page 62: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

62

Gambar 5.2. Grafik Pertumbuhan Candida albicans antar Kelompok Berdasarkan Lama Perendaman

5.5 Intraksi Antara Konsentrasi dan Lama Perendaman Terhadap Jumlah

Candida Albicans

Terdapat intraksi secara bermakna antara konsentrasi dan lama perendaman

terhadap jumlah Candida albicans. Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 3,398 dan nilai p = 0,014. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang

dan semakin lama plat akrilik direndam maka semakin sedikit jumlah Candida

albicans (Gbr. 5.3, 5.4, 5.5)

Page 63: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

63

Gbr 5.3 Jumlah koloni C.albicans dalam media Sabouraud,s dextrose agar. Hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam akuades,

ekstrak metanol biji buah pinang 10%, 15%, 20% selama 2 jam

Gbr 5.4 Jumlah koloni C.albicans dalam media Sabouraud,s dextrose agar. Hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam akuades, ekstrak metanol biji buah pinang 10%, 15%, 20% selama 6 jam

Gbr 5.5 Jumlah koloni C.albicans dalam media Sabouraud,s dextrose agar.

Page 64: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

64

Hasil perontokan plat resin akrilik setelah direndam dalam akuades, ekstrak metanol biji buah pinang 10%, 15%, 20% selama 8 jam

Data hasil penelitian berupa data jumlah koloni Candida albicans sebelum

dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji

distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan

uji homogenitas dengan uji Levene’s test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan

bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Uji perbandingan berdasarkan konsentrasi antara keempat kelompok

menggunakan uji One Way Anova. Rerata jumlah Candida albicans kelompok

kontrol (aquades) adalah 16977,77±2700,97, rerata kelompok ekstrak metanol

biji buah pinang konsentrasi 10% adalah 11460,00±3200,13, rerata kelompok

Page 65: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

65

ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 15% adalah 8617,78±2165,74, dan

rerata kelompok ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 20% adalah

5724,44±1987,30.

Uji perbandingan antara keempat kelompok dengan One Way Anova

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni Candida

albicans antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 2 (P2) untuk

perendaman 2 jam, 6 jam, 8 jam dan kelompok perlakuan 3 (P3) untuk

perendaman 2 jam, 6 jam dan 8 jam ( p < 0,05). Berdasarkan hasil di atas

menunjukkan bahwa jumlah koloni Candida albicans pada ketiga kelompok

adalah berbeda secara bermakna. Kelompok kontrol dengan kelompok

konsentrasi 10 % untuk waktu perendaman 2 jam, 6 jam dan 8 jam menunjukkan

tidak ada perbedaan (p> 0,05).

Uji perbandingan berdasarkan lama perendaman ekstrak metanol biji buah

pinang antara ketiga kelompok waktu menggunakan One Way Anova. Rerata

jumlah Candida albicans kelompok lama perendaman 2 jam adalah

11346,67±3273,31, rerata kelompok lama perendaman 6 jam adalah

11330,00±4087,02, dan rerata kelompok lama perendaman 8 jam adalah

9423,33±6745,12. Uji perbandingan antara ketiga kelompok dengan One Way

Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni Candida

albicans antara ketiga kelompok. Berarti bahwa terjadi perubahan jumlah

Candida albicans pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa lama

perendaman dengan ekstrak biji buah pinang (p < 0,05). Berdasarkan hasil di atas

terjadi penurunan jumlah Candida albicans pada plat akrilik setelah direndam

Page 66: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

66

dengan ekstrak metanol biji buah pinang baik berdasarkan konsentrasi maupun

berdasarkan lama perendaman.

Dari tabel di atas tampak bahwa perendaman plat resin akrilik pada masing-

masing konsentrasi larutan ekstrak metanol biji buah pinang maupun waktu yang

digunakan untuk merendam menunjukkan penurunan jumlah koloni Candida

albicans dibandingkan dengan kelompok kontrol dan penurunan jumlah terbesar

adalah pada perendaman plat resin akrilik yang direndam menggunakan

konsentrasi 20 %. Makin lama perendaman jumlah koloni Candida

albicans

tampak semakin berkurang pada perendaman selama 8 jam, karena waktu kontak

dengan larutan ekstrak tersebut bertambah, maka akan menambah efektivitas kerja

daya anti-mikrobanya. Perendaman yang paling efektif dapat menurunkan

pertumbuhan jumlah koloni Candida albicans adalah lama perendaman plat resin

akrilik dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 8 jam.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa terjadinya perubahan

bermakna jumlah koloni Candida albicans pada plat akrilik pada kelompok

perlakuan yang diberi ekstrak metanol biji buah pinang kecuali antara kelompok

kontrol dengan konsentrasi 10 % pada perendaman selama 2 jam.

Biji pinang (Areca catechu L.) sebagai salah satu obat tradisional

pemakaiannya sudah digunakan sejak jaman dulu, di Jawa digunakan sebagai obat

luka dan di Jambi sebagai obat kudis. Air rebusan dari biji pinang digunakan

untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah

(mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan dan diare oleh

Page 67: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

67

masyarakat desa Semayang Kutai- Kalimatan Timur. Selain itu digunakan juga

untuk mengatasi luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri

dan malaria. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk

menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang

muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan, di kecamatan

Air Besar Kalimantan Barat. Sementara bagi masyarakat Papua umumnya, pinang

muda digunakan bersama dengan buah sirih untuk menguatkan gigi (Anonim,

2009).

Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung

senyawa bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tanin, yang dapat menguatkan gigi.

Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur, yang berkhasiat untuk

menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan

penguat gigi. Kandungan kimia fenolik dalam buah pinang bersifat bakterisid dan

fungisid (Meiyanto dkk., 2008), dimana senyawa antijamur umumnya terdapat

pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan

alkaloid. Hal tersebut dibuktikan dengan peranannya sebagai obat tradisional

yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Efek anti-jamur pada ekstrak metanol biji buah pinang disebabkan karena

adanya senyawa kimia dalam biji buah pinang. Senyawa kimia tersebut antara lain

golongan senyawa tanin, saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan

alkaloid. Pengaruh senyawa fenol terhadap Candida albicans adalah dengan cara

mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi

lisis dan kemungkinan fenol untuk menembus ke dalam intisel. Dengan masuknya

Page 68: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

68

fenol ke dalam inti sel dapat menyebabkan jamur Candida albicans tidak

berkembang. Sesuai dengan pendapat Regezi dan Sciubba (1989) yang

menyatakan bahwa Candida albicans merupakan spesies yang sangat sensitif

terhadap senyawa fenol. Hugo dan Russell (1989), menyatakan bahwa fenol

digunakan secara luas sebagai desinfektan. Khasiat anti-jamur dilaporkan juga

karena adanya senyawa saponin dan flavonoid (Gandahusada dkk., 2002;

Kusuma dan Zaky, 2006).

Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan RNA

polimerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA..

Senyawa flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai anti-jamur. Sebagai

anti-jamur flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur secara in-vitro

(Gholib, 2009). Flavonoid dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel

sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati. Sedangkan

saponin akan bersifat sebagai surfaktan yang berbentuk polar akan memecah

lapisan lemak pada membran sehingga menyebabkan gangguan permeabilitas

membran sel kuman berakibat pemasukan bahan atau zat-zat yang diperlukan

dapat terganggu akhirnya sel membengkak dan pecah (Robbins dkk., 1994).

Data penelitian Uji LSD (Tabel 5.6, 5.11), terlihat bahwa kelompok kontrol

(aquades steril) memiliki perbedaan yang signifikan dengan semua kelompok

perlakuan. Hal ini dikarenakan aquades steril tidak mempunyai efek anti-fungal

terhadap Candida albicans. Data penelitian juga menunjukkan bahwa perendaman

dalam akuades sebagai kontrol terjadi kecendrungan semakin lama perendaman,

Page 69: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

69

semakin banyak pula jumlah koloni Candida albicans yang berada di plat resin

akrilik. Hasil ini kemungkinan karena peningkatan jumlah koloni Candida

albicans perendaman dalam akuades steril berasal dari Candida albicans yang

berkembang biak seiring pertambahan waktu perendaman, karena akuades tidak

bersifat menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans (Rianti, 2003).

Akuades steril yang digunakan dalam penelitian ini pHnya 6,59 sesuai dengan

pernyataan Odds (1988) bahwa Candida albicans dapat tumbuh pada pH 3 – 8,

namun optimal pada pH 5,1 – 6,9 sehingga pada penelitian ini Candida dapat

tumbuh. Didukung oleh pendapat Sheperd (1990) yang menyatakan bahwa

Candida albicans dapat tumbuh pada temperatur yang berkisar antara 20 - 400 C

dan pH berkisar antara 2 – 8.

Perlekatan Candida albicans pada basis gigi-tiruan resin akrilik dapat berupa

interaksi hidrofobik, karena Candida albicans mempunyai sifat relatif hydrofilik

sehingga lebih mudah melekat pada basis akrilik yang mempunyai sifat

hidrofobik.

Pada penelitian ini digunakan ekstrak metanol biji buah pinang dengan

konsentrasi 10 % dengan waktu perendaman 2 jam dapat menurunkan jumlah

koloni Candida albicans menjadi 13000,00 CFU/ml dari 15200,00 CFU/ml

kontrol akuades (berkurang 14,47%), konsentrasi 10 % dengan waktu

perendaman 6 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans menjadi

12300,00 CFU/ml dari 16500,00 CFU/ml kontrol akuades (berkurang 25,45%)

dan dengan konsentrasi 10 % dengan waktu perendaman 8 jam dapat menurunkan

Page 70: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

70

jumlah koloni Candida albicans menjadi 9133,00 CFU/ml dari 19300,00

CFU/ml

(berkurang 52,67%).

Perendaman ekstrak metanol biji buah pinang dengan konsentrasi 15 %

selama 2 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans menjadi

10100,00 CFU/ml dari kontrol akuades dengan jumlah koloni 15200,00

CFU/ml (berkurang 33,55 %), konsentrasi 15 % dengan perendaman selama 6 jam

dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans menjadi 9866,67 CFU/ml dari

16500,00 CFU/ml kontrol akuades (berkurang 40,20%), konsentrasi 15 % dengan

perendaman selama 8 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans

Menjadi 5853,33 CFU/ml dari jumlah koloni 19300,00 CFU/ml kontrol akuades

(berkurang 69,67%).

Perendaman ekstrak metanol biji buah pinang dengan konsentrasi 20 %

selama 2 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans menjadi

7080,00 CFU/ml dari kontrol akuades dengan jumlah koloni 15200,00 CFU/ml

(berkurang 53,42%), konsentrasi 20 % dengan perendaman selama 6 jam dapat

menurunkan jumlah koloni Candida albicans menjadi 6706,67 CFU/ml dari

16500,00 CFU/ml kontrol akuades (berkurang 59,35%), konsentrasi 20 % dengan

perendaman selama 8 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans

menjadi 3386,67 CFU/ml dari jumlah koloni 19300,00 CFU/ml kontrol akuades

(berkurang 82,45 %).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terlihat bahwa dengan bertambahnya

konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang dan bertambahnya waktu

Page 71: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

71

perendaman menunjukkan jumlah koloni Candida albicans yang semakin

menurun (tabel 5.3, 5.4, 5.5, 5.7, 5.8, 5.9). Hasil tersebut sesuai dengan pendapat

Jawets, dkk. (1996) bahwa daya kerja anti-mikroba tergantung dari konsentrasi

bahan antiseptik, waktu dan suhu. Pada konsentrasi yang sangat rendah dapat

merangsang pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan pada konsentrasi yang

lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Waktu kerja bahan

antiseptik adalah waktu yang dibutuhkan bahan antiseptik dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme, semakin lama waktu kerja bahan antiseptik akan

semakin efektif.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Page 72: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

72

Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak metanol biji buah pinang

di dapatkan simpulan sebagai berikut:

a. Ekstrak metanol biji buah pinang dapat menghambat pertumbuhan koloni

Candida albicans.

b. Perendaman dalam konsentrasi ekstrak metanol biji buah pinang 10%,

15%, 20% dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

c. Perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang konsentrasi 20%

paling efektif menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

d. Lamanya perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 2

jam, 6 jam, 8 jam dapat menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

e. Perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang selama 8 jam paling

efektif menurunkan jumlah koloni Candida albicans.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

Page 73: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

73

1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagian zat aktif

senyawa kimia ekstrak metanol biji buah pinang yang mempunyai efek

menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh perendaman

ekstrak metanol biji buah pinang terhadap kekuatan transversa plat resin

akrilik.

3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang terjadinya perubahan warna pada resin

akrilik setelah perendaman dalam ekstrak metanol biji buah pinang.

DAFTAR PUSTAKA

Aniszewki, T., 2007. Alkaloid-Secrets of Life, Elsevier, Amsterdam. p. I87 .

Page 74: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

74

Anna Hodgekiss, 2009. Cleaner that can ease denture pain. Available from : http://www.dailymail.co.uk/health/article-1204077/Cleaner-ease-denture-pain.html#ixzz1QLUMKkMI [cited 2009 october 10]

Anonim, 2009. Pinang. Available at :http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1944955-khasiat- tanaman-pinang/#ixzz1LrbVfOeT [cited 2009 october 10]

Anonim, 2010. Candida albicans. Available at : www.doctorfungus.org/.../Candida_albicans.php [cited 2009 october 10]

Anonim, 2010. Denture stomatitis. Available at : www.maxfaxsho.co.uk/~maxfaxsh/index.php?title... [cited 2009 oct 10]

Anonim, 2010. Tanaman Obat Indonesia . Available at : www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=94 [cited 2009 october 10]

Anonim, 2011. Peran kesehatan gigi, Available at : http://wartapedia.com/kesehatan/medis/547-mdgs-peran-kesehatan-gigi-.htm l

[cited 2011 Januari 10] Anusavice, K.J., 1996 . Science of Dental Material, 10th ed. WB. Saunders Co

Philadelpia., p 237-251

Arenas, R., Estrada R. , 2001. Tropical Dermatology. Landes Bioscience Georgetown . p: 17-22.

Astiti, T., 2003. “ Efek Derajat Deasetilasi Dan Konsentrasi Kitosan Dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans Dan Candida Albicans” (tesis). Universitas Airlangga Surabaya

Awaludin, Soediro Soetarno, Elin Yulinah S., 2007. Telaah Kandungan Kimia Senyawa Antimikroba Biji Tumbuhan Mangrove XylocarpusGranatum Koenig. Available from: http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail. php?id=278 [cited 2010 Mei 15]

Page 75: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

75

Bachtiar, Boy, M., 1997. Beberapa faktor yang mempengaruhi virulensi Candida albicans pada patogenesis kandidiasis mulut. Jurnal kedokteran gigi Universitas Indonesia, 4 : 703

Cevanti, TA., Kusumaningsih, T., Budirahardjo, M. Hubungan lama pemakaian gigitiruan lengkap dengan jumlah koloni Candida sp dalam saliva. Jurnal PDGI 2007; 57 (02) : 70-6.

Combe, E.C. 1992. Notes on Dental Materials, 6th ed. Churchill Livingstone inc New York . p: 282-288.

Craig, RG. and Powers, 2002 : Restorative Dental Materials., 6th ed. CV Mosby Co St Louis London Philadelpia Sydney Toronto, p : 636-682

Craig, RG. and Powers 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation. USA: Elsevier.

Daniluk, T ., Fiedoruk, K., Sciepuk, M., Zaremba, M.L., Rozkiewicz, D., Cylwik, D., Tokajuk G., Anielska I., Stokowska W.,Gorska M., Kedra B.R., 2006, “ Aerobic bacteria in the oral cavity of patiens with removable

dentures”.

Darwazeh, A. M. G. T. W. MacFarlane, A. McCuish, P.-J. Lamey, 1991. Mixed salivary glucose levels and candidal carriage in patients with diabetes mellitus. Journal of Oral Pathology & Medicine Volume 20, Issue 6, pages 280–283.

Dowd Frank, J., 2008. Candida albicans Infections. The Comprehensive Pharmacology Reference, Pages : 1-5

Elisabeth, M., 1996. Prevalensi Candida spesies di daerah tissue surface dari basis gigi tiruan penuh rahang atas. Rimbawan Ib : 1217-1226.

Ellepola, A.N.B., 2005. Oral candidosis: a brief overview. Bulletin of the Kuwait Institute for Medical Specialization; . 4 : 17-24

Evans, RT., Baker, PJ., Coburrn, RA and Genco, RJ., 1977. Comparison of A Antiplaque Agent Using an in Vitro Assay Reflecting Oral Condition. J.Dent Res., 56 : 559-566

Page 76: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

76

Federer, W.T. 1977. Experimental Design Theory And Application, Third Edition, Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi Bombay Calcuta.

Fine, A.M., 2000. Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, Phytopharmaceutical Applications Altern Med Rev, 5(2):144-151..

Frenkel, 2000, “ The aetiology, diagnosis and management of denture stomatitis” (online) [cited 2009 0ctober 12] [ Homepage of gerodontology], Available from: http// www. Colleague com.

Gandahusada, S., DH Llahude dan W Pribadi. 2002. Parasitologi Kedokteran Edisi III, 10-12. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Gantini, S.,2009, “ Efektifitas Beberapa Macam Bahan Pembersih Gigitiruan Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Dari Gigitiruan Lengkap Akrilik R.A Secara In Virto. [cited 2009 october 13]. Available from:http://Pustaka Unpadac.id/archives com..

George, W. Stapler dan Robert, G. Bevacava. 2006. Areca Catechu (betel nut pal). [cited 2009 october 13]. Available from: www.spesies Profile for Pasific Island Agroforesty. Traditionaltree.org.

Gholib, D., 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Trichophyton mentagrophytees Dan Candida albicans (Inhibition Potential of Melastoma malabathricum L.) Leaves Against Trichophyton mentagrophytees and Candida albicans). Berita Biologi 9(5) - Agustus 2009 hal 253 - 259

Hamada, T. And Nikawa, H.,1996. Binding of salivatory or serum proteins to Candida albicans in vitro. Arch Oral Biomol 35 : 571-573

Hrizdana Hadjieva, Mariana Dimova, S. Todorov, 2006. Stomatitis Prosthetica-A polyetiologic disorder. . Journal of IMAB – Annual Proceeding (Scientific Papers), book 2 , p: 37-40

Holmes, A.R., Bandara, B.M.K. and Cannon, R.D, 2002. Saliva promotes Candida albicans adherence to human epithelial cells. Journal of Dental Research 81:28-32

Page 77: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

77

Hugo, WB.and Russel AD., 1989. Pharmaceutical Microbiology, 4th edition, Blackwell Scientific Publications, Oxford London Edinburgh Boston Melbourne. P. 226-233

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 1986, Mikrobiologi Untuk ProfesiKesehatan, Edisi 16, 16, 366, 382, 384, diterjemahkan oleh Bonang, G.,EGC Press, Jakarta.

Kaplan, HS., 1988. Pharmacology Notes “Basic Medical Science Notes”. Stanley H. Kaplan Educational Center Ltd.

Katzung, BG., 2006 . Basic And Clinical Pharmacology. 10th Edition. San Fransisco :McGraw-Hill.

Kayser, FH., Bienz KA, Eckert J, Zinkernage RM. Medical microbiology. 10thEdition. Stuttgart : Thieme; 2005. 362-4.

Kusuma, RF. dan MB. Zaky. 2006. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, 1-5,31-32. Agromedia Pustaka Tersedia.

Marczyk, G.R., Marczyk, G.R., DeMatteo, D., dan Festinger, D. 2010, Essentials of Research Design and Methodology, Hoboken, NJ: John Wiley & Sons,

Marwati, E. Pengelolaan denture stomatitis. Dentika Dental Journal 2003; 8 (2): 219 - 22.

Mc.Farland, LV. Normal flora: diversity and functions. Microb Ecol Health Dis. 2000;12:193-207.

Meiyanto, E., Ratna A. Sri A. Fitri R. 2008. Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang(Areca catechu L.) MampuMenghambat Proliferasi dan Memacu Apoptosis Sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 19(1) 12-19

Mulja, B., Sunoto, dan Tjokronegoro, A., 1983. Penyakit Jamur Klinis,Epidemologi, Diagnosis dan Terapi, 5, Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, Jakarta.

Noort, R., 1994. Introduction to Dental Material. CV. Mosby Londonp.: 183-188

Odds, FC., 1988. Candida and Candidosis. London. Balliere Tindall, p 1-91

Page 78: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

78

Park Sang E., DDS, MMSc, Ryan Blissett, DMD, Srinivas M. Susarla, DMD, & Hans-Peter Weber,DMD, Dr Med Dent 2008. Candida albicans Adherence to Surface-modified Denture Resin Surfaces. Journal of Prosthodontics 17 () 365–369 c_ 2008

Philips, R.W., 1991 . Science of Dental Material, 9th ed. WB. Saunders Company Philadelphia .p :177- 210

Pudjiastuti, 2006. Areca Catechu L ( Pinang ) ,Review Tanaman Obat Indonesia”. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Pusat Pengembangan Biomedis dan Farmasi Dep.Kes R.I Jakarta, hal 34-40.

Rathee, M., Anita H., Pankaj G., 2010. Denture Hygiene in Geriatic Person. The Internet Journal of Geriatic and Geriontology, Volume 6 (1)

Regezi, JA; Sciuba JJ. Oral Pathology Clinical-Pathologic Correlations. WB Saunders, Philadelphia 1999.

Rianti, D., 2003 . “Ekstrak Coleus Amboinicus Lour sebagai Bahan Pembersih Terhadap Keberadaan Candida albicans dan Kekuatan Transversa Resin Akrilik” (tesis). Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.

Richard, R.,2002 : Dental Materials, second edition, Edinburgh, London, New York, Oxford, Philadelphia, St. Louis, Sydney, Toronto, p : 211-217

Robin, R.J., A.J. Parr, J.n. Walton, 1991. Studies on the Biosynthesis Of Tropane Alkaloid In Dature Stramonium L. TransformedmRoot Culture On The Relative Contribution Of L. Anginine and L. Ormithinelo The Formation Of The Tropanering. Planta 183: 196-201.

Sesma Newton, Dalva Cruz Laganá, Susana Morimoto, Carlos Gil. 2005.. Effect of denture surface glazing on denture plaque formation. Ribeirão

Preto May/Aug Braz. Dent. J. vol.16 no.2.

Shibata, N., Suzuki, A., Kobayashi, H., and Okawa, Y., 2007. Chemical Structure

of the Cell-Wall Mannan of Candida albicans serotype A and its Difference in Yeast and Hyphal Forms. Biochem. J., p : 365-372.

Page 79: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

79

Shulman, JD., Beach MM, Rivera-Hidalgo F., 2004.The prevalence of oral mucosal lesions in U.S. adults: data from the third national health and nutrition examination survey, 1988-1994. J Amer Dent Assoc.;135:1279-1286.

Silva, B. Câmara Mattos; Andréa Alves de Sousa; Marina Helena C. G. de Magalhães; Marcia André; Reinaldo Brito; Dias , 2009. Candida albicans in patients with oronasal communication and obturator prostheses. Braz.

Dent. J. vol.20 no.4 Ribeirão Preto 2009.

Sudarmawan, 2009. “Toksisitas dan Efektifitas Minyak Kayu Manis Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans pada resin akrilik Heat cured”(tesis). Universitas Airlangga Surabaya.

Sudiono, J., Sabaruddin, A. Candida albicans as a risk factor of denture stomatitis in ederly. MI. Kedokteran Gigi 2006; 21 (3): 91-4. 16.

Takuya Tokita, Norihisa Akiba and Iwao Hayakawa, 2007. Improvement of the Surface of Denture Base Resins withStraight Silicone. J Med Dent Sci ,

54: 177–181.

Tanuwiria U Hidayat,. Budinuryanto D.C, S. Darodjah dan Putranto W.S., 2006. Studi Suplemen Kompleks Mineral Minyak dan Mineral-Organik dan Pengaruhnya terhadap Fermentabilitas dan Kecernaan Ransum in vitro serta Pertumbuhan pada Domba Jantan. Jurnal Protein vol 14 (2), p: 170.

Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996. Separation, Characteristics, and Biological Activities of Phenolicsin Areca Fruit. J Agric. Food Chem., 44, 2014 –2019.

Wikipedia. Candida albicans. Available at : http://wikipedia.org/wiki/candida_albicans. [cited 2009 January 3].

Wiryowidagdo, S., 2008. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Suku Kedokteran EGC. .p: 310

Yulineri, T., Kasim Ernawati., Nurhidayat Novik., 2006. Selenium dari Ekstrak Biji dan Akar Pinang (Areca catechu L.) yang Difermentasi dengan Konsorsium Acetobacter–Saccharomyces sebagai Antiseptik Obat Kumur.

Page 80: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

80

Bioversitas Vol. 7; 1 hal.: 18-20.Zakrzewska,A., Boorma, A., Brul, S., Hellingwerf,KJ., Klis, FM., 2005.

Transciptional Response of Saccharomyces cerevisiae to the Plasma Membrane-Perturbing Compound Citosan, Eukaryot Cell. Vol 4 no 4. P. 703-715

Zarb, G.A., Bolender C.L., Hickey, J.C., Carlson, G.E., 2002 : Buku Ajar Prosthodonti untuk Pasien tak Bergigi menurut Boucher, edisi 10

Alih Bahasa Daroewati Marjono. EGC Jakarta.

Page 81: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

81

Lampiran

Konsentrasi = Kontrol

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

2 Jam 3 1.52E4 1430.524 825.914 11606.38 18713.62 13840 16680

6 Jam 3 1.65E4 2656.112 1533.507 9855.18 23051.48 14880 19520

8 Jam 3 1.93E4 2545.899 1469.875 12995.64 25644.36 16680 21760

Total 9 1.70E4 2700.971 900.324 14901.63 19053.93 13840 21760

a. Konsentrasi = Kontrol

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.816 2 6 .486

a. Konsentrasi = Kontrol

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.720E7 2 1.360E7 2.618 .152

Within Groups 3.117E7 6 5194311.111

Total 5.836E7 8

a. Konsentrasi = Kontrol

Page 82: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

82

PertumbuhanLSD

(I) Lama

(J) Lama

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

2 Jam 6 Jam -1293.333 1860.880 .513 -5846.74 3260.08

8 Jam -4160.000 1860.880 .067 -8713.41 393.41

6 Jam 2 Jam 1293.333 1860.880 .513 -3260.08 5846.74

8 Jam -2866.667 1860.880 .174 -7420.08 1686.74

8 Jam 2 Jam 4160.000 1860.880 .067 -393.41 8713.41

6 Jam 2866.667 1860.880 .174 -1686.74 7420.08

a. Konsentrasi = KontrolKonsentrasi = 10%

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

2 Jam 3 1.30E4 1062.324 613.333 10374.37 15652.29 12400 14240

6 Jam 3 1.23E4 2721.568 1571.298 5532.58 19054.08 9520 14960

8 Jam 3 9133.33 4432.667 2559.201 -1878.02 20144.69 6280 14240

Total 9 1.15E4 3200.125 1066.708 9020.17 13939.83 6280 14960

a. Konsentrasi = 10%

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.269 2 6 .110

a. Konsentrasi = 10%

Page 83: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

83

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.556E7 2 1.278E7 1.360 .326

Within Groups 5.637E7 6 9394666.667

Total 8.193E7 8

a. Konsentrasi = 10%

PertumbuhanLSD

(I) Lama

(J) Lama

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

2 Jam 6 Jam 720.000 2502.621 .783 -5403.69 6843.69

8 Jam 3880.000 2502.621 .172 -2243.69 10003.69

6 Jam 2 Jam -720.000 2502.621 .783 -6843.69 5403.69

8 Jam 3160.000 2502.621 .254 -2963.69 9283.69

8 Jam 2 Jam -3880.000 2502.621 .172 -10003.69 2243.69

6 Jam -3160.000 2502.621 .254 -9283.69 2963.69

a. Konsentrasi = 10%

Konsentrasi = 15%

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

DeviationStd.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

2 Jam 3 1.01E4 335.460 193.678 9300.00 10966.66 9920 10520

6 Jam 3 9866.67 1110.195 640.971 7108.79 12624.54 8680 10880

8 Jam 3 5853.33 410.528 237.019 4833.52 6873.14 5400 6200

Total 9 8617.78 2165.743 721.914 6953.04 10282.52 5400 10880

a. Konsentrasi = 15%

Page 84: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

84

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.331 2 6 .178

a. Konsentrasi = 15%

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.450E7 2 1.725E7 34.186 .001

Within Groups 3027200.000 6 504533.333

Total 3.752E7 8

a. Konsentrasi = 15%

PertumbuhanLSD

(I) Lama

(J) Lama

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

2 Jam 6 Jam 266.667 579.962 .662 -1152.45 1685.78

8 Jam 4280.000* 579.962 .000 2860.88 5699.12

6 Jam 2 Jam -266.667 579.962 .662 -1685.78 1152.45

8 Jam 4013.333* 579.962 .000 2594.22 5432.45

8 Jam 2 Jam -4280.000* 579.962 .000 -5699.12 -2860.88

6 Jam -4013.333* 579.962 .000 -5432.45 -2594.22

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a. Konsentrasi = 15%

Konsentrasi = 20%Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

2 Jam 3 7080.00 385.746 222.711 6121.75 8038.25 6800 7520

6 Jam 3 6706.67 369.504 213.333 5788.77 7624.57 6280 6920

8 Jam 3 3386.67 1763.784 1018.321 -994.82 7768.15 1560 5080

Total 9 5724.44 1987.304 662.435 4196.87 7252.02 1560 7520

a. Konsentrasi = 20%

Page 85: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

85

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.810 2 6 .138

a. Konsentrasi = 20%

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.480E7 2 1.240E7 10.954 .010

Within Groups 6792533.333 6 1132088.889

Total 3.160E7 8

a. Konsentrasi = 20%

PertumbuhanLSD

(I) Lama

(J) Lama

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

2 Jam 6 Jam 373.333 868.750 .682 -1752.42 2499.09

8 Jam 3693.333* 868.750 .005 1567.58 5819.09

6 Jam 2 Jam -373.333 868.750 .682 -2499.09 1752.42

8 Jam 3320.000* 868.750 .009 1194.25 5445.75

8 Jam 2 Jam -3693.333* 868.750 .005 -5819.09 -1567.58

6 Jam -3320.000* 868.750 .009 -5445.75 -1194.25

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a. Konsentrasi = 20%Lama = 2 Jam

Page 86: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

86

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

DeviationStd.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol

3 1.52E4 1430.524 825.914 11606.38 18713.62 13840 16680

10% 3 1.30E4 1062.324 613.333 10374.37 15652.29 12400 14240

15% 3 1.01E4 335.460 193.678 9300.00 10966.66 9920 10520

20% 3 7080.00 385.746 222.711 6121.75 8038.25 6800 7520

Total 12 1.13E4 3273.312 944.924 9266.90 13426.43 6800 16680

a. Lama = 2 Jam

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.586 3 8 .126

a. Lama = 2 Jam

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.110E8 3 3.700E7 43.065 .000

Within Groups 6872533.333 8 859066.667

Total 1.179E8 11

a. Lama = 2 Jam

Page 87: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

87

PertumbuhanLSD

(I) Konsentrasi

(J) Konsentrasi

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 10% 2146.667* 756.777 .022 401.54 3891.80

15% 5026.667* 756.777 .000 3281.54 6771.80

20% 8080.000* 756.777 .000 6334.87 9825.13

10% Kontrol -2146.667* 756.777 .022 -3891.80 -401.54

15% 2880.000* 756.777 .005 1134.87 4625.13

20% 5933.333* 756.777 .000 4188.20 7678.46

15% Kontrol -5026.667* 756.777 .000 -6771.80 -3281.54

10% -2880.000* 756.777 .005 -4625.13 -1134.87

20% 3053.333* 756.777 .004 1308.20 4798.46

20% Kontrol -8080.000* 756.777 .000 -9825.13 -6334.87

10% -5933.333* 756.777 .000 -7678.46 -4188.20

15% -3053.333* 756.777 .004 -4798.46 -1308.20

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a. Lama = 2 Jam

Page 88: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

88

Lama = 6 Jam

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol

3 1.65E4 2656.112 1533.507 9855.18 23051.48 14880 19520

10% 3 1.23E4 2721.568 1571.298 5532.58 19054.08 9520 14960

15% 3 9866.67 1110.195 640.971 7108.79 12624.54 8680 10880

20% 3 6706.67 369.504 213.333 5788.77 7624.57 6280 6920

Total 12 1.13E4 4087.022 1179.822 8733.23 13926.77 6280 19520

a. Lama = 6 Jam

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.528 3 8 .131

a. Lama = 6 Jam

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.521E8 3 5.069E7 12.809 .002

Within Groups 3.166E7 8 3957733.333

Total 1.837E8 11

a. Lama = 6 Jam

Page 89: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

89

Post Hoc Tests

Multiple Comparisonsa

PertumbuhanLSD

(I) Konsentrasi

(J) Konsentrasi

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 10% 4160.000* 1624.343 .034 414.26 7905.74

15% 6586.667* 1624.343 .004 2840.93 10332.41

20% 9746.667* 1624.343 .000 6000.93 13492.41

10% Kontrol -4160.000* 1624.343 .034 -7905.74 -414.26

15% 2426.667 1624.343 .174 -1319.07 6172.41

20% 5586.667* 1624.343 .009 1840.93 9332.41

15% Kontrol -6586.667* 1624.343 .004 -10332.41 -2840.93

10% -2426.667 1624.343 .174 -6172.41 1319.07

20% 3160.000 1624.343 .088 -585.74 6905.74

20% Kontrol -9746.667* 1624.343 .000 -13492.41 -6000.93

10% -5586.667* 1624.343 .009 -9332.41 -1840.93

15% -3160.000 1624.343 .088 -6905.74 585.74

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a. Lama = 6 Jam

Page 90: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

90

Lama = 8 Jam

Descriptivesa

Pertumbuhan

N MeanStd.

DeviationStd.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol

3 1.93E4 2545.899 1469.875 12995.64 25644.36 16680 21760

10% 3 9133.33 4432.667 2559.201 -1878.02 20144.69 6280 14240

15% 3 5853.33 410.528 237.019 4833.52 6873.14 5400 6200

20% 3 3386.67 1763.784 1018.321 -994.82 7768.15 1560 5080

Total 12 9423.33 6745.115 1947.147 5137.69 13708.97 1560 21760

a. Lama = 8 Jam

Test of Homogeneity of Variancesa

Pertumbuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.060 3 8 .050

a. Lama = 8 Jam

ANOVAa

Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4.416E8 3 1.472E8 20.023 .000

Within Groups 5.882E7 8 7352400.000

Total 5.005E8 11

a. Lama = 8 Jam

Page 91: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

91

Post Hoc Tests

Multiple Comparisonsa

PertumbuhanLSD

(I) Konsentrasi

(J) Konsentrasi

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 10% 10186.667* 2213.956 .002 5081.28 15292.06

15% 13466.667* 2213.956 .000 8361.28 18572.06

20% 15933.333* 2213.956 .000 10827.94 21038.72

10% Kontrol -10186.667* 2213.956 .002 -15292.06 -5081.28

15% 3280.000 2213.956 .177 -1825.39 8385.39

20% 5746.667* 2213.956 .032 641.28 10852.06

15% Kontrol -13466.667* 2213.956 .000 -18572.06 -8361.28

10% -3280.000 2213.956 .177 -8385.39 1825.39

20% 2466.667 2213.956 .298 -2638.72 7572.06

20% Kontrol -15933.333* 2213.956 .000 -21038.72 -10827.94

10% -5746.667* 2213.956 .032 -10852.06 -641.28

15% -2466.667 2213.956 .298 -7572.06 2638.72

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

a. Lama = 8 Jam

Page 92: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

92

Page 93: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

93

Page 94: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

94

Page 95: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

95

Page 96: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

96

Page 97: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

97

Page 98: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

98

Page 99: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

99

Page 100: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

100

Page 101: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

101

Page 102: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

102

Page 103: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

103

Page 104: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

104

Page 105: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

105

Page 106: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

106

Page 107: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

107

Page 108: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

108

Page 109: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

109

Page 110: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

110

Page 111: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

111

+-/

Page 112: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

112

/

Page 113: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

113

/

Page 114: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

114

/

Page 115: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

115

/

Page 116: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

116

/

Page 117: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

117

/

Page 118: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

118

/

Page 119: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

119

/

Page 120: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

120

/

Page 121: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

121

/

Page 122: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

122

/

Page 123: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

123

/

Page 124: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

124

/

Page 125: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

125

/

Page 126: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

126

/

Page 127: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

127

/

Page 128: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

128

/

Page 129: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

129

/

Page 130: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

130

/

Page 131: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

131

/

Page 132: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

132

/

Page 133: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

133

/

Page 134: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

134

/

Page 135: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

135

/

Page 136: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

136

Page 137: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

137

Page 138: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

138

Page 139: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

139

Page 140: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

140

Page 141: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

141

Page 142: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

142

Page 143: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

143

Page 144: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

144

Page 145: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

145

Page 146: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

146

Page 147: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

147

Page 148: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

148

Page 149: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

149

Page 150: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

150

Page 151: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

151

/

Page 152: qwUnud-226-74384706-Tesis Ekstrak Biji Buah Pinang

152