PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

168
1 P U T U S A N Nomor : 466/ Pid.B/2006/PN. BLT. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan Biasa dalam Peradilan Tingkat Pertama telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa : Nama lengkap : H. Samirin Darwoto Tempat lahir : Blitar Umur / tanggal lahir : 68 Tahun/16 Nopember 1937 Jenis kelamin : Laki laki ; Kebangsaan : Indonesia ; Tempat tinggal : Lingk. Kauman RT.02 RW.04 Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar A g a m a : Islam. Pekerjaan : Swasta (Mantan Ketua DPRD Kab. Blitar Periode 1999 sampai dengan 2004) Terdakwa dalam perkara ini ditahan dalam rumah tahanan negara oleh : 1. Penyidik, sejak tanggal 17 Maret 2006 sampai dengan tanggal 5 April 2006; 2. Perpanjangan Penuntut Umum, sejak tanggal 6 April 2006 sampai dengan tanggal 15 Mei 2006; 3. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Tahap Kesatu, sejak tanggal 16 Mei 2006 sampai dengan tanggal 14 Juni 2006; 4. Perpanjangan ketua Pengadilan Negeri Tahap Kedua, sejak tanggal 15 juni 2006 sampai dengan tanggal 11 Juli 2006; 5. Penuntut Umum, sejak tanggal 12 Juli 2006 sampai dengan tanggal 26 Juli 2006;

Transcript of PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

Page 1: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

1

P U T U S A N Nomor : 466/ Pid.B/2006/PN. BLT.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana

dengan acara pemeriksaan Biasa dalam Peradilan Tingkat Pertama telah menjatuhkan

Putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :

Nama lengkap : H. Samirin Darwoto

Tempat lahir : Blitar

Umur / tanggal lahir : 68 Tahun/16 Nopember 1937

Jenis kelamin : Laki laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Lingk. Kauman RT.02 RW.04 Kecamatan Srengat

Kabupaten Blitar

A g a m a : Islam.

Pekerjaan : Swasta (Mantan Ketua DPRD Kab. Blitar Periode 1999

sampai dengan 2004)

Terdakwa dalam perkara ini ditahan dalam rumah tahanan negara oleh :

1. Penyidik, sejak tanggal 17 Maret 2006 sampai dengan tanggal 5 April 2006;

2. Perpanjangan Penuntut Umum, sejak tanggal 6 April 2006 sampai dengan tanggal 15

Mei 2006;

3. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Tahap Kesatu, sejak tanggal 16 Mei 2006

sampai dengan tanggal 14 Juni 2006;

4. Perpanjangan ketua Pengadilan Negeri Tahap Kedua, sejak tanggal 15 juni 2006

sampai dengan tanggal 11 Juli 2006;

5. Penuntut Umum, sejak tanggal 12 Juli 2006 sampai dengan tanggal 26 Juli 2006;

Page 2: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

2

6. Hakim Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 24 Juli 2006 sampai dengan tanggal 25

Agustus 2006;

7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 26 Agustus 2006

sampai dengan tanggal 23 Oktober 2006;

8. Perpanjangan I Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 24 Oktober

2004 sampai dengan tanggal 22 Nopember 2006 ;

9. Perpanjangan II Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 23 Nopember

2004 sampai dengan tanggal 22 Desember 2006, dan dilakukan pembantaran sejak

tanggal 18 Desember 2006 sampai tanggal 26 Desember 2006 selanjutnya dilakukan

penahanan lanjutan dengan jenis penahanan rutan sejak tanggal 27 Desember 2006

sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 ;

Dalam perkara ini terdakwa menggunakan haknya untuk didampingi oleh Penasihat hukum

bernama Djoko Sudjarwo, S.H., Advokat & Konsultan Hukum beralamat di Jalan Cempaka

No. 20 Kelurahan Sukomoro Nganjuk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 April

2006 dan Penasihat Hukum bernama Herru Sudyantoro EY., S.H. M.H., Advokat dari

Kantor Hukum LBH KEADILAN RAKYAT DAN HAM beralamat di Komplek Perumahan

Gunung Anyar Harapan ZH – 10 Surabaya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 8

Agustus 2006;

Pengadilan Negeri tersebut ;

Telah membaca :

- Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Blitar Nomor 466/Pen.Pid/2006/PN

Blt, tertanggal 28 Juli 2006 tetang penunjukan Majelis Hakim untuk memeriksa

dan mengadili perkara ini.

- Surat Penetapan Ketua Penagadilan Negeri Blitar Nomor

466/Pid.B/2006/PN.Blt. tanggal 9 Nopember 2006 tentang Penggantian Hakim

Anggota ;

Page 3: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

3

- Surat Penetapan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar. No.

466/Pen.Pid/2006/PN.Blt. tertanggal 28 Juli 2006 tentang Penetapan Hari

Sidang ;

Telah membaca berkas perkara tersebut.

Telah mendengarkan pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan

Negeri Blitar, No. Reg.Perk : PDS-02/FT.2/BLT/07/2006 pada tanggal 10 Agustus 2006 ;

Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan ahli serta keterangan Terdakwa;

Telah memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan;

Telah mendengarkan Surat Tuntutan Pidana dari Penuntut Umum yang pada

pokoknya berkesimpulan :

1. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1)

U.U. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan U.U. Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam dakwaan primair

2. Membebaskan terdakwa H. Samirin Darwoto dari dakwaan Primair melanggar Pasal 2

(1) U.U. Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan U.U. Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pembarantasa Korupsi ;

3. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto terbuktyi secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 12 huruf b

U.U. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam surat dakwaan

subsidair ;

4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa H. Samirin Darwoto dengan pidana penjara

selama 6 (enam) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementyara

dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan .

5. Menjatuhkan pidana Denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) Subsidair

6 (enam) bulan kurungan.

Page 4: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

4

6. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa H. Samirin Darwoto dengan Pidana Tambahan

untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.335.000.000,- (satu milyar tiga ratus tiga

puluh lima juta rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti

paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan memperoleh

kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk

menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terdakwa tidak mempunyai harta benda

yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka diganti dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun.

7. Menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula

di Sekretaritan DRPD dialihkan ke Sekretariat belanja barang dan jasa (jenis)

belanja, Jasa kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan pemrosesan keuangan

(rincian obyek) ;

8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ;

2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ;

kwitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,-

kwitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,- yang ditandatangani/paraf oleh Samirin

Darwoto

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004

;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah rancangan PAK Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

Page 5: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

5

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 745 tanggal 13 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ;

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999

tanggal 16 Oktober 1999 ;

untuk bukti perkara lain.

8. Menetapkan supaya terpidana dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu

rupiah).

Telah mendengar Pembelaan (pledoi) Terdakwa yang diajukan secara tertulis dalam

persidangan pada tanggal 27 Desember 2006 yang pada pokoknya memohon agar

membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan membaskan dari segala biaya dan

membebankan segala biaya kepada Negara, telah pula mendengar pembelaan (pledoi) dari

Penasihat Hukum Terdakwa pada tanggal 27 Desember 2006 yang pada pokoknya

mengemukakan sebagai berikut :

a. Menerima seluruh pledoi;

b. Menyatakan sebagai hukum bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak terbukti untuk

seluruhnya;

c. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum ;

d. Memerintahkan agar terdakwa dibebaskan dari tahanan ;

e. Memulihkan kehormatan dan nama baik Terdakwa ;

f. Menetapkan seluruh biaya perkara ini menjadi beban Negara.

Menimbang, bahwa atas pembelaan yang diajukan oleh Penasehat Hukum

Terdakwa tersebut Penuntut Umum telah mengajukan tanggapan secara lisan di

persidangan yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya. Demikian pula Penasehat

Page 6: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

6

Hukum Terdakwa maupun terdakwa telah pula mengajukan tanggapannya secara lisan yang

pada pokoknya tetap pada pleidoinya

Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke depan persidangan oleh Penuntut Umum

dengan surat dakwaan tertanggal 27 Juli 2006, yang isinya sebagai berikut :

PRIMAIR :

Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar

Periode tahun 1999 – 2004, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau

yang turut serta melakukan dengan Drs. H. SOEBIANTORO MSi, selaku Sekretaris

Daerah Pemkab. Blitar (yang akan dilakukan penuntutan secara tersendiri), pada hari Selasa

tanggal 30 Desember 2003, Rabu tanggal 31 Maret 2004, Kamis tanggal 24 Juni 2004 dan

hari Rabu tanggal 25 Agustus 2004, atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dalam

tahun 2003 sampai dengan tahun 2004, bertempat dirumah Dinas Ketua DPRD Kabupaten

Blitar Jalan Merdeka No. 4 Blitar atau setidak-tidaknya pada suatu tempat tertentu didaerah

hukum Pengadilan Negeri Blitar, Secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut :

- Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor

:171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004.

Bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Sususan dan

Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :

Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain :

- Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang

untuk diambil Keputusan ;

Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah :

Page 7: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

7

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-

undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 )

- Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni

2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan

Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain :

- Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai

hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5).

- Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban

belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

- Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29 Desember

2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengatur

antara lain :

- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang

dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai

Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan

DPRD. (C.1)

- Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan

anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran.

- Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 mengatur antara

lain :

- Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sebagai

berikut:

- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta

keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c)

Page 8: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

8

- Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku (ayat

3 huruf b).

- Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29

September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar :

- Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :

- Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran (huruf b)

- Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d);

- Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode

tahun 1999 – 2004 bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris

Daerah Pemkab Blitar seharusnya dalam pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Blitar

khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan anggaran APBD Kab.

Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan diatas namun dalam

pelaksanaannya terdakwa bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai

Sekretaris Daerah Pemkab Blitar telah melakukan penyimpangan-penyimpangan yang

dapat diuraikan sebagai berikut :

- Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003 saat

pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris

Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar,

terdakwa telah meminta kepada Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar diberikan dana

untuk biaya Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan

APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) Dewan (DPRD Kab. Blitar)

periode tahun 1999 – 2004 .

- Bahwa selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

KRISANTO, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai Sekretaris

Tim Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan

APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan

Page 9: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

9

untuk uang jasa kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode tahun 1999 – 2004 pada

Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dan

biaya untuk pengadaan alat kebersihan dan bahan pembersih pada Pos Belanja

Barang dan Jasa.

- Bahwa atas perintah Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut kemudian

KRISANTO, SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga

puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening

No.2.01.03.1.2.02.08.1. pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk

DPRD Kab. Blitar dan uang Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar

sebesar + Rp. 710.000.000,- (tujuh ratus sepuluh juta rupiah) serta menitipkan dana

sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada Pos Belanja Barang dan Jasa

untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening nomor :

01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD 2004, sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab

Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab

Blitar seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga

juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa

pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta

rupiah).

- Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9

Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh

Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk

menjadi Perda, disaat Terdakwa bertemu dengan Drs. H. SOEBIANTORO, Msi

Sebagai Ketua Tim Anggaran Pemkab Blitar, Terdakwa meminta tambahan uang

jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO,

Msi. Karena permintaan tersebut kemudian Drs. H. SOEBIANTORO, Msi

memerintahkan kepada KRISANTO, SE. MM. Kabag Keuangan PemKab Blitar

Page 10: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

10

yang sekaligus sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan

uang jasa kerja (uang pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar yang semula dalam

RAPBD 2004 Pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar

Rp.500.000.000,- ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004

menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO maupun Drs H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab.

Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa

anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD) berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: “Pengelolaan Keuangan Daerah

dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif,

transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan

kepatutan”. Selanjutnya atas perintah Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut

KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim Anggaran menambah jumlah nilai

biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang semula

dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua

ratus lima puluh ribu rupiah), ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh

lima juta rupiah) sehingga dalam naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah

Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus

lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Tahun 2004 pada tanggal 9 Januari

2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar

yang diketuai oleh Terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang

APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan kepada seluruh anggota DPRD termasuk

terdakwa.

- Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar

kepada Drs. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut , kemudian Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan Sdr. KRISANTO, SE.MM agar

Page 11: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

11

memberikan uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian KRISANTO, SE.MM secara

lisan memerintahkan Sdr. SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (Sdr. TITIK

WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung kepada Terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian

SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin

Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang

setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima oleh terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka

No. 4 Blitar. Setelah Sdr. SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM

tentang penyampaian uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut,

kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada

TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti

pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock

kas yang keluar, pada tanggal

30 Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan . KRISANTO,

SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos

biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan

kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP

tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas

Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO

lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar untuk

disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti

kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang

Page 12: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

12

ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,

SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan,

rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,-

- Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa

kerja (uang pesangon) yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab.

Blitar periode 1999 – 2004. Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM

memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI

memproses pencairan dana sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening

No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada :

1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,-

diambil Rp.200.000.000,-

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil

Rp.125.000.000,-

5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-dan

8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

Page 13: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

13

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar

disimpan dulu.

- Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan

menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d 230

tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang

setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang

Kas Sekretariat Pemkab. Blitar sesuai perintah KRISANTO, SE.MM tersebut

diatas.

- Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta uang dana DPRD pada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan

tersebut Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO,

SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 200.000.000,- (dua

ratus juta rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI)

untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi

tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan

kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu

juga diserahkan kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh

KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM

diserahkan kepada TITIK WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana

cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua

ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

Page 14: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

14

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan

kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP

tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat

Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP

tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Pemkab

Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan

kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk

selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan

Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk

pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-

- Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta

uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar

kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO,

Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada

terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh juta

rupiah ). Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan

memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

(TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin

Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

sekaligus menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN

DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh

TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan langsung kepada Sdr.

KRISANTO, untuk selanjutnya uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM

disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda

terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK

WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana

cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. H.

Page 15: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

15

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD tersebut. Atas perintah tersebut kemudian Sdr.

KRISANTO memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk

mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- yang dititipkan pada Pos Belanja

Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi

dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh

LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas

nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui,

setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti

kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang

ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar ( KRISANTO,

SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya

peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam

RAPBD 2004.

- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM

memerintahkan SITI SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI)

sebesar Rp. 1.125.000.000,-, untuk kemudian yang sebesar Rp. 900.000.000,-

dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- lalu

dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp. 225.000.000,-

dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna

hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan

2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1

lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama SAMIRIN

Page 16: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

16

DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi

tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

- Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI

SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek

berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka

berangkat bersama-sama menuju kerumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar . Dan

setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar

Drs. H. SOEBIANTORO, Msi disambut oleh terdakwa, kemudian masuk kerumah

dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek

berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda

terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu

diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi dan terdakwa H SAMIRIN DARWOTO

duduk.

- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi

tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map

bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO,

Msi untuk kemudian diserahkannya kepada . WISNUGROHO selanjutnya mereka

bersama-sama kembali ke kantor.

- Bahwa akibat perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagaimana tersebut

diatas telah mengakibatkan kerugian keuangan negara Cq. Pemerintah Kabupaten

Blitar sebesar Rp.1.355.000.000,- (satu milyard tiga ratus lima puluh lima juta

rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut.

Perbuatan Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam

pidana menurut pasal 2 ayat (1) Undang Undang No.31 tahun 1999 sebagaimana telah

Page 17: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

17

diubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP.

SUBSIDAIR :

Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten

Blitar periode tahun 1999 – 2004, pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan

Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai

akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, yang dilakukannya dengan cara

sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala

Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah

diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004.

yang karenanya terdakwa Sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara setiap

bulannya menerima gaji atau upah ditambah uang rapat , uang kesehatan dan lain lain

dari Keuangan Negara atau Daerah melalui Sekretariat DPRD Kabupaten Blitar.

- Bahwa pada bulan Nopember 2003 sebelum penyusunan RAPBD tahun 2004 saat

ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa

sebagai Ketua DPRD Kab Blitar dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekda

Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Kab Blitar, terdakwa telah meminta

dana kepada Drs. H.SOEBIANTORO, Msi (Sekda Kab Blitar) untuk biaya

penyusunan APBD tahun 2004 dan biaya proses penyusunan perhitungan APBD

tahun 2003 serta uang jasa kerja atau pesangon untuk DPRD Kab Blitar periode

1999 - 2004 yang akan berakhir masa baktinya.pada bulan Agustus 2004 dan atas

permintaan terdakwa tersebut maka Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris

Daerah Kab. Blitar merangkap Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar menyetujuinya.

Page 18: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

18

- Bahwa atas permintaan terdakwa tersebut kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi

selaku Sekda Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab Blitar

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Kab Blitar yang

merangkap sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menitipkan dana

untuk anggota DPRD Kab. Blitar seluruhnya sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh

ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar, yang

dialokasikan untuk DPRD Kab Blitar dan uang jasa kerja (uang pesangon) bagi

anggota DPRD Kab Blitar dalam RAPBD 2004. Atas perintah tersebut kemudian

KRISANTO SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.710.000.000,- (tujuh ratus

sepuluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening

No.2.01.03.1.2.02.08.1 biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat

Pemkab Blitar pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab.

Blitar termasuk uang jasa kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar serta

menitipkan dana sebesar + Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada pos Belanja

Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004 sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab

Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar

seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga

juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa

pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp. 190.000.000,- ( seratus sembilan puluh juta

rupiah ).

- Bahwa selanjutnya antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9

Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia

Anggaran dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat terdakwa

bertemu dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Kab.

Blitar, terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab

Blitar sebesar Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) kepada Drs.

Page 19: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

19

H.SOEBIANTORO, Msi sehingga uang jasa kerja (pesangon) seluruhnya menjadi

sebesar Rp.1.125.000.000,-. Atas permintaan tersebut Drs. H.SOEBIANTORO, Msi

menyetujuinya. Kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang merangkap sebagai

Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang

pesangon) untuk anggota DPRD yang semula dalam RAPBD 2004 pos Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar

Rp.500.000.000,- ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004

menjadi sebesar Rp.1.125.000.000,- dengan demikian jumlah nilai Biaya Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang dalam RAPBD sejumlah

Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)

ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dalam

naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard

enam ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian

RAPBD Kab Blitar Tahun 2004 tersebut pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan

disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh

terdakwa, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab

Blitar tersebut dibagikan kepada seluruh anggota DPRD Kab Blitar termasuk

terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar. Dalam buku naskah APBD tahun 2004

pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening Biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dalam 8 item/kegiatan bertambah

Rp.625.000.000,- dari RAPBD tahun 2004. Atas bertambahnya dana tersebut,

seharusnya terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar menolak pengesahan RAPBD

tahun 2004 Pemkab Blitar yang didalamnya memuat titipan atau pembengkakan

anggaran pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dan pos Belanja Barang

dan Jasa Sekretariat Kab. Blitar, namun terdakwa tidak mengambil reaksi sama

sekali.

Page 20: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

20

Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO

meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab Blitar

kepada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut, kemudian Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar

memberikan uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar

Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara

lisan memerintahkan SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk diserahkan

langsung kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi

penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI

mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab

Blitar TITIK WISMIATI sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan

Kwitansinya lalu diantarnya ke H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua

DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah itu SITI SULASTRI melapor

kepada KRISANTO, SE.MM tentang penyampaian uang kepada H.SAMIRIN

DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda

penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM

untuk bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan /

stock kas yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 .Drs. H. SOEBIANTORO,Msi

memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana

DPRD yang dititipkan pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut

kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK

WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP

dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK

PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk

Page 21: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

21

disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran

nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda

tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang

dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor :

2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus

sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H SOEBIANTORO,Msi memerintahkan

kepada. KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau

pesangon yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode

1999-2004. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan

SITI SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan

dana sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing

masing pada :

1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

2. Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,-

diambil Rp.200.000.000,-

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil

Rp.125.000.000,-

5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-dan

Page 22: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

22

8. Biaya Penyelenggraaan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan

dulu.

Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan

menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230

tertanggal 18 Pebruari 2004

yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah dana tersebut keluar

kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

sesuai perintah KRISANTO, SE.MM tersebut diatas.

Bahwa kemudian pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat PemKab

Blitar kepada Drs.H SOEBIANTORO, Msi . Atas permintaan tersebut, kemudian

Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar

memberikan uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara

lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

(TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin

Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus

menyiapkan kwitansi tanda penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah

uang dan kwitansi tanda penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI

diserahkan kepada KRISANTO, SE.MM. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh

KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu

kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada

TITIK. WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang

keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan

KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan

Page 23: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

23

pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar

sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian

KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI

untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi

dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK

PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama

Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah itu

kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai

nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh

Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang

dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor :

2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-.

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang

dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut, Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada

terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta

rupiah). Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI)

untuk mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi

tanda penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi

tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga

diserahkan langsung kepada KRISANTO, SE.MM untuk selanjutnya uang tersebut

oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM

Page 24: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

24

diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya

untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 . Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD tersebut. Dan atas perintah tersebut, kemudian KRISANTO,

SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan

dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada pos Belanja

Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan

SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas

SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat

Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut

diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar

KRISANTO, SE.MM untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada

Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya

diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat

Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan

Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004.

- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM memerintahkan

SITI SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI), untuk

kemudian oleh SITI SULASTRI dikemasnya yang Rp.900.000.000,- menjadi 45 amplop

masing masing sebesar Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek

warna hitam dan yang Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan

dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya

kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar

senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas

nama Sdr. H. SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke

dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

Page 25: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

25

- Bahwa selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB. Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI

SULASTRI pergi kependopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi

uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat

bersama sama menuju kerumah dinas ketua DPRD Kab Blitar . Dan setelah sampai

dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar.Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. disambut oleh terdakwa lalu masuk kerumah dinas tersebut yang

diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar

map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian

diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi. dan H SAMIRIN DARWOTO duduk.

- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh.Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi

tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map

bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H.SOEBIANTORO, Msi.

untuk kemudian diserahkannya kepada. WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-

sama kembali ke kantor.

- Bahwa terdakwa mengetahui atau setidak tidaknya patut menduga bahwa uang yang

diterimanya dari Sekda Kab. Blitar masing masing tanggal 30 Desember 2003 sebesar

Rp.10.000.000,-, tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004

sebesar Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus 2004 sebesar Rp.1.125.000.000,-

seluruhnya sejumlah Rp.1.355.000.000,- tersebut diberikan sebagai akibat dari

kewenangan terdakwa selaku Ketua DPRD Kab Blitar yang mempunyai kewenangan

untuk menolak atau memangkas anggaran yang telah dibengkakkan dalam pos

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Kab Blitar pada saat sebelum

RAPBD disahkan menjadi Perda No.1 tahun 2004 tentang APBD Pemkab Blitar namun

hal tersebut tidak dilakukannya.

Page 26: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

26

- Bahwa disamping Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab

Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada

legislatif (DPRD), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang

pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: “Pengelolaan

Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku,

efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan

dan kepatutan”. Disamping itu menurut Surat MENDAGRI No. 161/3211/SJ tanggal 29

Desember 2003 yang mengatur Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan

Anggota DPRD yaitu :

- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang

dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai

Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan

DPRD. (C.1)

- Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan

anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran.

Juga menurut Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang pokok-pokok

pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 :

ayat (1) DPRD selaku badan Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan

kewajiban dibidang pengelolaan Keuangan Daerah.

ayat (2) huruf c “ Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini

adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.

Disamping itu terdakwa tidak melaksanakan kewajibannya yang menurut Undang

Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan

DPRD Pasal 81 sub e dan sub g Terdakwa sebagai Ketua dan Anggota DPRD

Kabupaten mempunyai kewajiban antara lain : “memperbaiki upaya peningkatan

Page 27: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

27

kesejahteraan rakyat didaerah“ dan “mendahulukan kepentingan Negara diatas

kepentingan pribadi, kelompok dan golongan “ dan hal tersebut tidak dilakukannya.

- Sedangkan untuk Belanja tetap dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kab.

Blitar berupa uang representasi, uang paket, tunjangan Jabatan, tunjangan komisi,

tunjangan khusus/tunjangan PPH pasal 21, tunjangan Panitia, tunjangan Kesejahteraan /

tunjangan kesehatan, uang duka, tunjangan Perbaikan Penghasilan, semuanya telah

dianggarkan pada Anggaran DPRD Kab. Blitar Bidang Administrasi Umum

Pemerintahan dalam Perda Kab. Blitar No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004 tentang

APBD tahun Anggaran 2004.

Perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam pidana

menurut pasal 12 huruf b Undang Undang No 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang RI No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

LEBIH SUBSIDAIR :

Bahwa terdakwa H. Samirin Darwoto selaku Ketua DPRD Kab.Blitar periode

tahun 1999 – 2004, sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang

turut serta melakukan perbuatan dengan Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, selaku

Sekretaris Daerah Pemkab. Blitar (yang akan dilakukan penuntutan secara tersendiri), pada

waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair diatas, dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan

kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan cara-

cara sebagai berikut :

- Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor

:171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004.

Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan

Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :

Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain :

Page 28: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

28

- Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang

untuk diambil keputusan ; selanjutnya dalam keputusan DPRD Kab Blitar No.2

tahun 1999 tanggal 29 September tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab

Blitar pasal 31 : menyatakan bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :

Menghadiri rapat panitia Musyawarah dan rapat panitia anggaran (huruf b)

Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d)

Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan daerah :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib taat pada perundang

undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 )

- Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni

2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan

Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain :

- Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai

hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5).

- Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja

daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

- Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29 Desember

2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengatur

antara lain :

- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya yang

dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai

Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan

DPRD. (C.1)

Page 29: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

29

- Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan dan

anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran.

- Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 mengatur antara lain :

Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses meminta

keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c)

Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku

(ayat 3 huruf b).

- Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29

September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar :

- Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :

- Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran (huruf b)

- Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya (huruf d);

- Bahwa terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kab. Blitar periode

tahun 1999 – 2004 bersama dengan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi selaku Sekretaris

Daerah Pemkab Blitar dalam pelaksanaan pengelolaan Keuangan Daerah Kab. Blitar

khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan anggaran APBD Kab.

Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan diatas namun dalam

pelaksanaannya terdakwa telah menyalah gunakan kewenangan dan kedudukan selaku

Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan melakukan perbuatan sebagai berikut :

- Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember 2003

saat pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh

Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai

Sekretaris Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran

Kab. Blitar, terdakwa telah meminta kepada Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar

diberikan dana untuk biaya Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses

Page 30: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

30

penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon)

Dewan (DPRD Kab. Blitar) periode tahun 1999 – 2004 .

- Bahwa selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

Krisanto, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai Sekretaris Tim

Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya penyusunan APBD tahun

2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 dan untuk uang jasa

kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode tahun 1999 – 2004 dalam APBD Kab.

Blitar anggaran Sekretariat Kab. Blitar.

- Bahwa atas perintah Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut kemudian KRISANTO,

SE MM menitipkan dana sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh juta

rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1.

pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang

Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar sebesar + Rp. 710.000.000,-

(tujuh ratus sepuluh juta rupiah) serta menitipkan dana sebesar Rp. 20.000.000,-

(dua puluh juta rupiah) pada Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan

kebersihan dan bahan pembersih rekening nomor : 01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD

2004, sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai

Rp.6.053.250.000,-

(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada

pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih

rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh

juta rupiah).

- Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9

Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia

Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda,

disaat Terdakwa bertemu dengan Drs. H. SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim

Page 31: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

31

Anggaran Pemkab Blitar, Terdakwa meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon)

untuk DPRD Kab Blitar kepada Drs. H. SOEBIANTORO Msi, karena permintaan

tersebut kemudian Sdr Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

KRISANTO SE MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang sekaligus sebagai

Sekretaris Tim anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang

pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar yang semula dalam RAPBD 2004 Pos Belanja

Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar Rp.500.000.000,- ditambah

Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004 menjadi sebesar

Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO maupun Drs

H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap sebagai

Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak

bisa diberikan kepada legislatif (DPRD) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105

tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4:

“Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-

undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”. Selanjutnya atas perintah Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi tersebut KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim

Anggaran menambah jumlah nilai biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,-

(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), ditambah

Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga dalam naskah

APBD tahun 2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus

tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD

Tahun 2004 pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda

No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh Terdakwa, yang buku

naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan

kepada seluruh anggota DPRD termasuk terdakwa.

Page 32: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

32

- Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar

kepada Sdr. Drs. Soebiantoro, Msi. dan atas permintaan tersebut , kemudian Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang

kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah). Kemudian sdr Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI

SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat

Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung kepada

Terdakwa SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya.

Kemudian SITI

SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat

Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah

disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima oleh terdakwa H.SAMIRIN

DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar.

Setelah SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang

penyampaian uang kepada SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI

SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK

WISMIATI sesuai perintah KRISANTO,SE.MM untuk bukti pertanggung

jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar,

pada tanggal 30 Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan

KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan

pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar

sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan

kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP

tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat

Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP

Page 33: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

33

tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian

disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya

untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag

Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (Sdr. KRISANTO) yang dikeluarkan dari Pos

Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1

untuk pencairan uang senilai Rp.510.000.000,-

- Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi

memerintahkan kepada Krisanto untuk mencairkan dana / uang jasa kerja (uang

pesangon) yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab. Blitar periode

1999 – 2004. Atas perintah tersebut KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI

SULASTRI untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana

sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada

:

1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,-

diambil Rp.200.000.000,-

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil

Rp.125.000.000,-

5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-dan

Page 34: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

34

8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar

disimpan dulu.

- Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan

menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d 230

tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang

setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas

Sekretariat Pemkab. Blitar sesuai perintah KRISANTO,SE.MM tersebut diatas.

- Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO meminta

uang dana DPRD pada Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut

Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, ,SE.MM agar

memberikan uang kepada terdakwa sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah). Selanjutnya Sdr. Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan

kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh Sdr Krisanto disampaikan

kepada Terdakwa SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut

oleh KRISANTO diserahkan kepada TITIK WISMIATI. Selanjutnya untuk

mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Sdr.

Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk

memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar Rp.200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP

Page 35: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

35

sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan

kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP

tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat

Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP

tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Pemkab

Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan

kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk

selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan

Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk

pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-

- Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang

dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.

memerintahkan KRISANTO,SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) . Atas

perintah tersebut Sdr. Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan

langsung kepada KRISANTO,SE.MM, untuk selanjutnya uang tersebut oleh

KRISANTO,SE.MM disampaikan kepada terdakwa SAMIRIN DARWOTO, lalu

kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada

TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti

dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses

Page 36: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

36

pencairan uang dana DPRD tersebut. Atas perintah tersebut kemudian

KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI

untuk mencairkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- yang dititipkan pada Pos Belanja

Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi

dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H.SAMIRIN

DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK

PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama

Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui, setelah itu

kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai

nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh

Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang

dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan

bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004.

- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO,SE.MM

memerintahkan. SITI SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp.

1.125.000.000,-, untuk kemudian dikemasnya yang sebesar Rp. 900.000.000,-

dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- yang

dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang Rp. 225.000.000,-

dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna

hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2

lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi

senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama H. SAMIRIN DARWOTO

sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut

dimasukkannya kedalam map warna biru.

Page 37: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

37

- Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI

SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek

berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka

berangkat bersama-sama menuju kerumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar . Dan

setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar

Drs. H. SOEBIANTORO, Msi disambut oleh terdakwa, kemudian masuk kerumah

dinas tersebut yang diikuti oleh. WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek

berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda

terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu

diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi dan terdakwa H SAMIRIN DARWOTO

duduk.

- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi

tersebut diparaf oleh terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi tersebut

dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi untuk kemudian diserahkannya

kepada WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor.

- Bahwa perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab.

Blitar yang telah beberapa kali meminta uang kepada Sdr. Drs. H. SOEBIANTORO,

Msi sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar agar disediakan dana untuk biaya

penyusunan APBD tahun 2004, biaya perhitungan APBD tahun 2003 dan uang jasa

kerja (uang pesangon) untuk dititipkan pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan Sekretariat Pem.Kab. Blitar dan pada akhirnya meminta dana tersebut

agar dicairkan untuk kemudian diterimanya telah bertentangan dengan :

Page 38: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

38

* Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003

tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13

mengatur antara lain :

- Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada Pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c)

- Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:

- Menentukan Anggaran Belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang

berlaku (ayat 3 huruf b).

* Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan

dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, mengatur antara lain :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-

undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 );

* Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10

Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan

Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain :

- Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah

mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5).

- Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban

belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2)

* Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29

Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota

DPRD mengatur antara lain

- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya

yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat

Page 39: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

39

Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja

Penunjang Operasional Pimpinan DPRD. (C.1)

- Penyusunan, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Penggunaan Belanja Pimpinan

dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna

Anggaran.

- Sedangkan untuk Belanja tetap dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD

Kab. Blitar berupa uang representasi, uang paket, tunjangan Jabatan, tunjangan

komisi, tunjangan khusus/tunjangan PPH pasal 21, tunjangan Panitia, tunjangan

Kesejahteraan / tunjangan kesehatan, uang duka, tunjangan Perbaikan

Penghasilan, semuanya telah dianggarkan pada Bidang Administrasi Umum

Pemerintahan dalam Perda Kab. Blitar No. 1 tahun 2004 tanggal 9 Januari 2004

tentang APBD tahun Anggaran 2004.

- Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagaimana tersebut

diatas telah menguntungkan terdakwa sendiri sebesar Rp.1.355.000.000.- (satu milyard

tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) atau menguntungkan orang lain, sehingga

mengakibatkan kerugian keuangan negara sejumlah Rp.1.355.000.000,- (satu milyard

tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) atau setidak tidaknya sejumlah sekitar tersebut.

Perbuatan Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut diatur dan diancam

pidana dalam pasal 3 Undang Undang No.31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal

55 (1) ke 1 KUHP.

LEBIH SUBSIDAIR LAGI :

Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten

Blitar periode tahun 1999 – 2004, pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan

Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima

pemberian atau janji karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, dengan cara sebagai berikut :

Page 40: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

40

- Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala

Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah

diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004. yang

karenanya terdakwa sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara setiap bulan

telah menerima gaji atau upah, uang rapat , uang kesehatan dan lain-lain dari Keuangan

Negara atau Daerah melalui Sekretariat DPRD Kab. Blitar.

- Bahwa pada bulan Nopember 2003 sebelum penyusunan RAPBD tahun 2004 saat ada

pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain oleh Terdakwa

sebagai Ketua DPRD Kab Blitar dan Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekda Kab

merangkap Ketua Tim Anggaran Kab Blitar Terdakwa telah meminta dana kepada Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi (Sekda Kab Blitar) untuk biaya penyusunan APBD tahun 2004

dan biaya proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003 serta uang jasa kerja atau

pesangon untuk DPRD Kab Blitar periode 1999 - 2004 yang akan berakhir masa

baktinya.pada bulan Agustus 2004 . atas permintaan terdakwa tersebut maka Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar merangkap Ketua Tim

Anggaran Kab. Blitar menyetujuinya.

- Bahwa atas permintaan terdakwa tersebut kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi

selaku Sekda Kab. Blitar merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab Blitar

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan Kab Blitar yang

merangkap sebagai Sekretaris Tim

Anggaran Kab. Blitar agar menitipkan dana untuk anggota DPRD Kab. Blitar

seluruhnya sebesar + Rp.730.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos

Belanja Sekretariat Pemkab Blitar, yang dialokasikan untuk DPRD Kab Blitar dan

uang jasa kerja (uang pesangon) bagi anggota DPRD Kab Blitar dalam RAPBD 2004.

Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO SE MM menitipkan dana sebesar +

Rp.710.000.000,- (tujuh ratus sepuluh juta rupiah) pada pos Belanja Sekretariat Pemkab

Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

Page 41: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

41

Sekretariat Pemkab Blitar pada 8 (delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk

DPRD Kab. Blitar dan uang jasa kerja (uang pesangon) bagi anggota DPRD serta

menitipkan dana sebesar + Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada pos Belanja

Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004 sehingga pos Belanja Sekretariat Pemkab

Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar

seluruhnya menjadi senilai Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua

ratus lima puluh ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya

peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi

Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah).

- Bahwa selanjutnya antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9 Januari

2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh Panitia Anggaran

dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk menjadi Perda, disaat terdakwa bertemu dengan

Drs. H.SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar, terdakwa

meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon) untuk DPRD Kab Blitar sebesar

Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) kepada Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi sehingga uang jasa kerja (pesangon) seluruhnya menjadi

sebesar Rp.1.125.000.000,-. Atas permintaan tersebut Drs. H.SOEBIANTORO, Msi

menyetujuinya. Kemudian Drs. H.SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada

KRISANTO, SE.MM Kabag Keuangan PemKab Blitar yang merangkap sebagai

Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar menambahkan uang jasa kerja (uang

pesangon) untuk anggota DPRD yang semula dalam RAPBD 2004 pos Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar disediakan sebesar Rp.500.000.000,-

ditambah Rp.625.000.000,- sehingga dalam APBD tahun 2004 menjadi sebesar

Rp.1.125.000.000,- dengan demikian jumlah nilai Biaya Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar yang dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,-

(enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah

Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dalam naskah APBD tahun

Page 42: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

42

2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh

delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Kab Blitar Tahun

2004 tersebut pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1

Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh terdakwa, yang buku naskah

Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar tersebut dibagikan kepada

seluruh anggota DPRD Kab Blitar termasuk terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar.

Dalam buku naskah APBD tahun 2004 pada pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar

rekening Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar dalam

8 item/kegiatan bertambah Rp.625.000.000,- dari RAPBD tahun 2004. Atas

bertambahnya dana tersebut, seharusnya terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar

menolak pengesahan RAPBD tahun 2004 Pemkab Blitar yang didalamnya memuat

titipan atau pembengkakan anggaran pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

dan pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Kab. Blitar, namun terdakwa tidak

mengambil reaksi sama sekali.

- Terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab Blitar yang mempunyai kewenangan untuk menolak

atau memangkas anggaran yang telah dibengkakkan dalam pos Pembinaan dan

pemrosesan keuangan Sekretariat Kab Blitar pada saat sebelum RAPBD disahkan

menjadi Perda No.1 tahun 2004 tentang APBD Pemkab Blitar namun hal tersebut tidak

dilakukannya.

- Padahal disamping terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab

Blitar mengetahui bahwa anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif

(DPRD), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: “Pengelolaan Keuangan Daerah

dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif,

transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”,

juga menurut Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang Pokok Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 ayat (1) DPRD selaku Badan

Page 43: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

43

Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang pengelolaan

Keuangan Daerah.

ayat (2) huruf c “ Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini

adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada Pemerintah Kab Blitar.

Disamping itu Terdakwa tidak melaksanakan kewajibannya yang menurut Undang

Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan

DPRD Pasal 81 sub e dan sub g Terdakwa selaku Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten

mempunyai kewajiban antara lain : “memperbaiki upaya peningkatan kesejahteraan

rakyat didaerah“ dan “mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan “ dan hal tersebut tidak dilakukannya.

Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO meminta

uang dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab Blitar kepada Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut, kemudian Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan

uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah). Selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI

SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Kab

Blitar (TITIK WISMIATI) untuk diserahkan langsung kepada terdakwa H.SAMIRIN

DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian SITI SULASTRI

mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar

TITIK WISMIATI sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu

diantar dan diterima oleh terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua

DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah itu SITI SULASTRI melapor

kepada KRISANTO, SE.MM tentang penyampaian uang kepada H.SAMIRIN

DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda

penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk

bukti pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas

Page 44: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

44

yang keluar, pada tanggal 30 Januari 2004 .Drs. H. SOEBIANTORO,Msi

memerintahkan KRISANTO, SE.MM

untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos Biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar

tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi

penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut

diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab

Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan

ke Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada

Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya

diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat

Kab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang

senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H SOEBIANTORO,Msi memerintahkan

kepada. KRISANTO, SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau pesangon

yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode 1999-2004. Atas

perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI

untuk menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah

Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada :

1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

2. Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,-

diambil Rp.200.000.000,-.

Page 45: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

45

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil

Rp.125.000.000,-

5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

8. Biaya Penyelenggraaan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan

dulu.

Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan

menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230

tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah

dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin

Sekretariat Pemkab Blitar sesuai perintah KRISANTO, SE.MM tersebut diatas.

Bahwa kemudian pada tanggal 31 Maret 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO

meminta uang dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat PemKab Blitar

kepada Drs.H SOEBIANTORO, Msi . Atas permintaan tersebut, kemudian Drs.H.

SOEBIANTORO,Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan

uang kepada terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah), selanjutnya KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

Page 46: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

46

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI diserahkan kepada KRISANTO,

SE.MM. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan

kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut

oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada TITIK. WISMIATI. Selanjutnya untuk

mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan

dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas.

Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari

terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK

PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda

tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan

atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM untuk disetujui setelah

itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai

nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh

Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan

dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor :

2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-.

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO minta uang

dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat PemKab Blitar kepada Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan tersebut, Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.

memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada terdakwa

H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Atas

perintah tersebut KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

Page 47: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

47

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan

langsung kepada KRISANTO, SE.MM untuk selanjutnya uang tersebut oleh

KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, lalu

kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan kepada

TITIK WISMIATI untuk pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana

cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 . Drs. H. SOEBIANTORO,

Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana

DPRD tersebut. Dan atas perintah tersebut, kemudian KRISANTO, SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan dana

sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada pos Belanja

Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan

SKO dan kwitansi penerimaan uang dari terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO, berkas

SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat

Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut

diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar

KRISANTO, SE.MM untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada

Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya

diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat

Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan

Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004.

- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM memerintahkan

SITI SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI), untuk

kemudian dikemasnya yang Rp.900.000.000,- menjadi 45 amplop masing masing

Page 48: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

48

sebesar Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan

yang Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam

tas kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus

menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1

lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama Sdr. H. SAMIRIN

DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi

tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

- Bahwa selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB. Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI

SULASTRI pergi kependopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi

uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat

bersama sama menuju kerumah dinas ketua DPRD Kab Blitar . Dan setelah sampai

dirumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar.Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi. disambut oleh terdakwa lalu masuk kerumah dinas tersebut yang

diikuti oleh WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar

map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian

diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs.

H.SOEBIANTORO, Msi. dan H SAMIRIN DARWOTO duduk.

- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh.Drs. H.

SOEBIANTORO, Msi kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi

tersebut diparaf oleh terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map

bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh Drs. H.SOEBIANTORO, Msi.

untuk kemudian diserahkannya kepada. WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-

sama kembali ke kantor.

- Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO telah menerima uang dari Sekretariat

Pemkab. Blitar masing masing tanggal 30 Desember 2003 sebesar Rp.10.000.000,-,

tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004 sebesar

Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus 2004 sebesar Rp.1.125.000.000.,- seluruhnya

Page 49: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

49

sejumlah Rp.1.355.000.000,- tersebut karena terdakwa telah menyetujui dan

mengesahkan RAPBD Kab. Blitar 2004 menjadi Perda No. 1 tahun 2004 tanggal 9

Januari 2004 tentang APBD Kab. Blitar tahun 2004, yang pada Pos Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan Sekretariat Kab. Blitar terdapat tambahan atau titipan dana untuk

DPRD Kab. Blitar seluruhnya sejumlah sekitar Rp. 1.355.000.000,-. dan perbuatan

terdakwa tersebut bertentangan dengan :

* Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan

pertanggungjawaban Keuangan Daerah :

Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang

undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan.

* Peraturan Daerah Kab Blitar No.11 tahun 2003 tentang pokok pokok

pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13 :

- DPRD selaku Badan Legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan

kewajiban dibidang penglolaan Keuangan Daerah (ayat 1)

- Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.

* Undang Undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR dan

DPR, DPD dan DPRD Pasal 81 sub e dan sub g yang menyatakan bahwa Ketua

dan Anggota DPRD mempunyai kewajiban memperbaiki upaya peningkatan

kesejahteraan rakyat didaerah dan mendahulukan kepentingan Negara diatas

kepentingan pribadi, kelompok dan golongan .

Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut

pasal 5 (2) yo pasal 5 (1) huruf b Undang Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

LEBIH-LEBIH SUBSIDAIR LAGI :

Page 50: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

50

Bahwa Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO Selaku Ketua DPRD Kabupaten

Blitar periode tahun 1999 – 2004 pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan

Primair diatas, sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah menerima hadiah

atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan

karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang

menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan

jabatannya, dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa H SAMIRIN DARWOTO, yang berdasarkan SK Gubernur Kepala

Daerah Tk. I Jawa Timur No.171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 telah

diangkat dan dilantik sebagai Ketua DPRD Kab Blitar periode Tahun 1999-2004. yang

karenanya Terdakwa Sebagai Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara telah

menerima gaji atau upah dari Keuangan Negara atau Daerah yaitu Terdakwa setiap

bulannya menerima gaji berupa uang representasi, uang paket, tunjangan jabatan,

tunjangan komisi, tunjangan kesehatan dan lain-lain dari Sekretariat DPRD Kab. Blitar.

- Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 KRISANTO,SE.MM secara lisan

memerintahkan SITI SULASTRI untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas

Rutin Sekretariat Kab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung

kepada Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya.

Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin

Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,- yang setelah

disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan diterima serta ditanda tangani oleh terdakwa

H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4

Blitar. Setelah SITI SULASTRI melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang

penyampaian uang kepada terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian

SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK

WISMIATI sesuai perintah KRISANTO, SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya.

Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 30

Januari 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO,SE.MM

Page 51: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

51

untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat PemKab Blitar sebesar

Rp.510.000.000,-. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM

memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar

tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi

penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut

diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar

dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke

Asisten II Sekretariat Kab Blitar untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan

kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya

diterbitkan SPMG Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat

Kab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang

senilai Rp.510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah).

Bahwa pada tanggal 5 Pebruari 2004 Drs.H. SOEBIANTORO,Msi memerintahkan

kepada KRISANTO,SE.MM untuk mencairkan dana / uang jasa kerja atau pesangon

yang telah direncanakan akan diperuntukkan DPRD Kab Blitar periode 1999-2004. Atas

perintah tersebut KRISANTO,SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk

menghubungi TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah

Rp.1.125.000.000,- yang dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

SekKab Blitar pada rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada :

1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar Rp.700.000.000,-

diambil Rp.200.000.000,-

3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.200.000.000,-

Page 52: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

52

4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- diambil

Rp.125.000.000,-

5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- diambil

Rp.100.000.000,-

yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,-. Bila dana sudah keluar agar disimpan

dulu. Selanjutnya pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan

menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing masing nomor 223 S/d 230

tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO. Yang setelah

dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang Kas Rutin

Sekretariat Kab. Blitar sesuai perintah KRISANTO,SE.MM tersebut diatas.

Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 KRISANTO,SE.MM secara lisan memerintahkan

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap, kemudian oleh TITIK WISMIATI diserahkan kepada

KRISANTO,SE.MM untuk kemudian diserahkan kepada Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang yang telah ditanda tangani terdakwa

tersebut oleh KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK. WISMIATI. Selanjutnya

untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 Drs.

H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses

pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan

Page 53: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

53

Keuangan Sekretariat PemKab Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan

dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas.

Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari

Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK

PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda

tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan

atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah

itu kemudian disampaikan kepada Kasubag anggaran untuk diteliti kebenaran nilai

nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh

Kabag Keuangan Sekretariat Kab Blitar (. KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari

Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1

untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-

Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 KRISANTO,SE.MM secara lisan memerintahkan

Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk

mengeluarkan uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda

penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi tanda

penerimaan siap kemudian oleh. TITIK WISMIATI pada hari itu juga diserahkan

langsung kepada KRISANTO,SE.MM, untuk selanjutnya uang tersebut oleh

KRISANTO,SE.MM disampaikan kepada Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO di

rumah Dinas Ketua DPRD Kab. Blitar, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh

KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung

jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada

tanggal 6 Juli 2004 Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan

KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan

pada pos Belanja barang dan jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih

Sekretariat PemKab Blitar sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Atas

Page 54: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

54

perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh

TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP

dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari Terdakwa H. SAMIRIN

DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai

Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK

PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II

Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian

disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk

selanjutnya diterbitkan SPMG no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan

Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja

Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening

No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004.

- Bahwa pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO,SE.MM memerintahkan SITI

SULASTRI mengambil dana sebesar Rp. 1.125.000.000,- yang disimpan oleh Pembantu

Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI), untuk kemudian

yang Rp.900.000.000,- dikemasnya menjadi 45 amplop masing masing sebesar

Rp.20.000.000,- yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan yang

Rp.225.000.000,- dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas

kresek warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada DPRD Kab Blitar

sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai

Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- yang semuanya atas nama

terdakwa H.SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke

dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya kedalam map warna biru.

- Selanjutnya disiang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB Drs.H. SOEBIANTORO,Msi

memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi kependopo

Kabupaten Blitar dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau

tanda terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama sama menuju kerumah

dinas ketua DPRD Kab Blitar. Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab

Page 55: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

55

Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar Drs.H.SOEBIANTORO,Msi disambut oleh terdakwa H.

SAMIRIN DARWOTO , kemudian masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh

WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru

yang berisi 2 lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja

tamu yang ada dalam ruang tamu diantara Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. dan

terdakwa. H SAMIRIN DARWOTO duduk..

- Setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh Drs.H. SOEBIANTORO,Msi

kepadaTerdakwa H. SAMIRIN DARWOTO lalu kwitansi tersebut diparaf oleh

Terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya map bersama 2 lembar kwitansi

tersebut dibawa kembali oleh Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. untuk kemudian

diserahkannya kepada WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke

kantor.

- Bahwa Terdakwa yang telah menerima uang dari Sekda Kab.Blitar masing masing

tanggal 30 Desember 2003 sebesar Rp.10.000.000,-, tanggal 31 Maret 2004 sebesar

Rp.200.000.000,- tanggal 24 Juni 2004 sebesar Rp.20.000.000,- dan tanggal 25 Agustus

2004 sebesar Rp.1.125.000.000.,- seluruhnya sejumlah Rp.1.355.000.000,- tersebut

karena terdakwa sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar berdasar Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999,

yang mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban dibidang pengelolaan Keuangan

daerah dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses

meminta keterangan kepada pemerintah (pasal 13 ayat (1) dan (2) Perda Kab. Blitar No.

11 tahun 2003).

Perbuatan tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut pasal 11

Undang Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Menimbang, bahwa atas surat dakwaan Penuntut Umum tersebut Penasihat hukum

Terdakwa telah mengajukan keberatan/eksepsi pada tanggal 16 Agustus 2006 dan atas

Page 56: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

56

keberatan/eksepsinya tersebut Penuntut Umum telah pula menyampaikan pendapatnya pada

tanggal 24 Agustus 2006 sebagaimana termuat dalam Berita Acara persidangan perkara ini

;

Menimbang, bahwa sehubungan dengan keberatan/eksepsi Penasehat Hukum

Terdakwa tersebut maka, Majelis Hakim telah menjatuhkan Putusan Sela pada Persidangan

tanggal 31 Agustus 2006, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Menolak keberatan/eksepsi yang telah diajukan oleh Terdakwa untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Pengadilan Negeri Blitar berwenang untuk mengadili perkara ini;

3. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara atas

nama Terdakwa H. SAMARIN DARWOTO ;

4. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir ;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Jaksa Penuntut Umum telah

mengajukan saksi-saksi yang masing-masing memberikan ketarangan di bawah sumpah di

persidangan, yaitu sebagai berikut :

1. Drs. Imam Muhadi, MBA. MM., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi kenal dengan terdakwa sejak terdakwa menjabat Ketua DPRD Kabupaten

Blitar periode tahun 1999 sampai tahun 2004 ;

- Bahwa saksi mengetahui adanya dana anggaran sebesar Rp. 1,125 milyar yang

digunakan oleh terdakwa dari media massa dan saksi tidak tahu mengenai apabila

terdakwa korupsi uang Rp. 1,125 Milyar ;

- Bahwa RAPBD untuk menjadi APBD digodog oleh Tim Anggaran dari Eksekutif

setelah diajukan dan disetujui oleh Panitia Anggaran (Panggar) DPRD dan sebagai

Ketua Tim anggaran adalah SEKDA (sekretaris Daerah) dan APBD tahun 2004 pada

akhir 2003 sudah selesai ;

- Bahwa kira-kira antara bulan Juli, Agustus, September 2004 yaitu setelah APBN

setelah disusun ketika saksi masih menjadi Bupati Blitar tepatnya menjelang

Purnabakti waktu pertemuan di Pendopo ada omongan sentilan (guyon parikeno) ‘iki

opo gak ono pesangon untuk dewan purnabakti?”, namun apakah yang ngomong

Page 57: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

57

tersebut Arif Fuadi atau Gianto dan apakah terdakwa ada atau tidak waktu itu saksi

lupa :

- Bahwa pada tahun 2004 terdakwa sebagai ketua DPRD pernah nyentil mengenai uang

pesangon, tetapi saksi jawab kalau itu memang sesuai aturan mengapa tidak;

- Bahwa atas sentilan tersebut saksi tidak menanggapi dan tidak pernah memerintahkan

untuk mengeluarkan dana pesangon Dewan termasuk untuk dana pos kebersihan

DPRD dan SEKDA juga tidak pernah mengeluarkan uang pesangon tersebut karena

SEKDA tidak ada laporan secara rinci (detail) mengenai uang pesangon sebesar Rp.

1,125 Milyar tersebut dan SEKDA laporannya secara menyeluruh (umum);

- Bahwa kewenangan saksi sebagai Bupati terhadap SPMG otoritasnya ada batasnya

yang diatur dalam P.P. nomor 105 Tahun 2000 dan pengelolaan dana otoritas

kewenangannya ada di Sekda ;

- Bahwa aturan mengenai uang pesangon saksi tidak tahu, namun tidak tertuang dalam

PERDA ;

- Bahwa anggaran eksekutif tidak boleh diberikan atau diambil untuk kepentingan

legislatif dan juga tidak boleh dipergunakan oleh Dewan untuk kepentingan pribadi ;

- Bahwa saksi tidak pernah tahu atau dengar kalau ketua DPRD mendapatkan tambahan

melalui pos kebersihan ;

- Bahwa Ketua DPRD menerima uang Rp. 200,000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari

anggaran eksekutif itu tidak benar dan tidak tahu karena yang membuat SPMG adalah

Krisanto dan diketahui Sekda ;

- bahwa saksi tidak tahu mengenai dana Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

yang diterima terdakwa ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui bukti kuitansi dan saksi melihat pada waktu di penyidik

:

- Bahwa saksi paham dengan tanda tangan terdakwa dan tanda tangan yang ada dalam

bukti kuitansi-kuitansi tersebut tanda tangan terdakwa namun mengenai kebenaran

atau aslinya atau palsu saksi tidak tahu ;

Page 58: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

58

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan ada yang

benar dan ada yang salah dan akan dituangkan dalam kesimpulan ;

2. Drs. Hasan Al Habsyi, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai Asisten II bagian Administrasi dan Umum yang bertugas untuk

mengkoordinasikan keuangan dan perlengkapan;

- Bahwa prosedur pencairan dana adalah harus sesuai dengan APBD dan dari Kabag

Keuangan mengajukan dana dengan nota yang telah ditandatangani kemudian

diajukan SEKDA yang setelah disetujui kemudian dibuatkan SPP oleh Bendaharawan

Rutin lalu diajukan kepada saksi untuk diparaf dan kemudian dikembalikan lagi ke

Kabag Keuangan untuk dibuatkan SPMG (surat perintah membayar giro) dan SKO

(Surat Keputusan otoritas), setelah itu diserahkan ke bendahara rutin untuk pencairan

dana dan setelah cair diserahkan kepada pos-pos yange membutuhkan, sehingga

tanggung jawab saksi hanya sebatas mengetahui dan memaraf SPP dan tanpa SPMJ

dana tersebut tidak dapat keluar ;

- Bahwa menuruit aturan yang ada setiap dana yang keluar harsus ada SPMG dan SKO

setelah didisposisi dan diketahui SEKDA ;

- Bahwa yang menyimpan maupun yang mengeluarkan serta mencairkan dana tersebut

adalah bendahara dan atas dana-dana yang tercantum dalam kuitansi sebesar Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupaih)

maupun kuitansi-kutansi lainnya saksi tidak tahu diserahkan kepada siapa karena yang

menyerahkan bendahara serta kegunaannya untuk apa saksi lupa dan tugas bendahara

adalah mengambil/ mencairkan, menyimpan dan mengeluarkan dana anggaran ;

- Bahwa Bahwa Tim Anggaran terdiri Ketua Tim Sekda, Sekretaris I & II Kabag

Keuangan dan Sekretarsis Bapeda, Wakil Ketua I, II, III adalah Kepala Bapeda,

Asisten I dan asisten II ;

- Bahwa menurut Peraturan Pemerintah nomor 105 Tahun 2000 dana eksekutif tidak

bisa digunakan legislatif karena anggaran di eksekutif sudah ada posnya masing-

Page 59: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

59

masing dan di legislatif sudah ada anggarannya sendiri, namun dalam praktek bisa

karena ada musyawarah antara Bupati dengan legislatif ;

- Bahwa saksi tidak tahu Ketua DPRD menerima uang dari eksekutif dan tidak

mengetahui dana yang diserahkan kepada anggota dewan dan baru tahu setelah

diberitahu olek Kasubag Anggaran setelah diperiksa di Kejaksaan :

- Bahwa dana dalam APBD tahun 2004 sebesar Rp. 1,125 Milyar sudah cair namun

tidak tahu pencairannya maupun diserahkan kepada siapa ;

- Bahwa setiap pengeluaran dana/pencairan anggaran di Sekreteriat Pemkab, sekda pasti

tahu ;

- Bahwa saksi tidak tahu kalau kuitansi tersebut palsu dan kuitansi berupa fotocopi

kuitansi tersebut saksi tidak pernah tahu aslinya karena aslinya yang menyimpan

bendahara Lastri ;

- Bahwa saksi tidak tahu pada tahun 2004 pada eksekutif dan legislatif mempunyai

anggaran Rp. 1,125 Milyar ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu

karena bukan kewenangan terdakwa ;

3. L. Nina Dwi Rahayu, S.E. Binti Toni Suprapto, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa sejak tahun 2003 sampai sekarang saksi menjabat sebagai Kasi Pengeluaran

pada Kasda Pemkab Blitar yang tugasnya membayar gaji, penyetoran dan

penerimaan Pajak negara, mengeluarkan uang berdasarkan SKO;

- Bahwa pada tahun 2004 saksi pernah mengeluarkan anggaran sebesar

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) atau Rp. 1,125

Milyar rupiah berdasarkan SPMG pada tanggal 18 Februari 2004, yaitu :

No. 223 sebesar Rp. 200.000.000,00

No. 224 sebesar Rp. 200.000.000,00

No. 225 sebesar Rp. 200.000.000,00

No. 226 sebesar Rp. 125.000.000,00

No. 227 sebesar Rp. 100.000.000,00

Page 60: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

60

No. 228 sebesar Rp. 100.000.000,00

No. 229 sebesar Rp. 100.000.000,00

No. 230 sebesar Rp. 100.000.000,00

yang prosesnya setelah ada SPMG dari bagian keuangan lalu saksi teliti

kebenarannya baik angka maupun huruf dal;am SPMG dan setelah cocok

dimaksukkan dalam rekening Pemda kemudian diterbitkan Giro yang setelah giro

ditandatangani atasan baru saksi kirim ke Bank Jatim, dan SPMG dari nomor 223

sampai 230 sudah SPP serta SKO telah sesuai prosedur dan yang mengambil dana

tersebut bendahara namun diberikan kepada siapa saksi tidak tahu ;

- Bahwa dana dalam SPMG di atas tidak masuk dana kebersihan dan keluar atas

perintah dari Sekretariatan yang merupakan dana eksekutif

- Bahwa fotocopi SPMG No. 08 tahun 2004 dana keluar sebesar Rp. 500.000.000,00

saksi tidak tahu karena tidak melihat aslinya ;

- Bahwa dana dalam SMPG No. 1387 sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dan SPMG No. 699 sebesar rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sudah

keluar dan yang menerima adalah bendahara Sekretariat dan setelah itu saksi tidak

mengecek dana tersebut ;

- bahwa yang menyimpan uang di Kasda adalah bagian penerimaan ;

- Bahwa saksi tahu terdakwa sebagai mantan Ketua DPRD ;

- Bahwa pada waktu di Kejaksaan saksi dimintai keterangan mengenai

penyalahgunaan anggaran di Pemkab Blitar, namun siapa yang diduga saksi tidak

tahu;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

4. Herman Yosep LA., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sejak tahun 2000 sampai sekarang bekerja di rumah dinas Ketua DPRD

di bagian kebersihan bersama 1 (satu) orang teman lainnya ;

Page 61: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

61

- Bahwa saksi tahu terdakwa menjabat sebagai Ketua Dewan, namun terdakwa tidak

tinggal di situ dan hanya waktu istirahat antara jam 2 sampai jam 5 siang ada di

rumah dinas dan terdakwa jarang datang di rumah dinas ;

- Bahwa saksi tidak pernah melihat terdakwa menerima tamu di rumah dinas ;

- Bahwa saksi kalau istirahat mulai jam 12 sampai jam 1 siang di kamar belakang;

- Bahwa saksi tidak pernah melihat/tahu tamu membawa tas kresek dan ada mobil

tamu di parkir di depan rumah dinas tersebut;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkannya

;

5. Wisnoegroho Herdi Prabowo Bin Sukadi, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai Kasubag Anggaran di Sekretariat yang tugasnya menyiapkan

nota keuangan dan poetunjuk teknis penyusunan APBD ;

- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi ditelpon oleh stafnya Sekda waktu itu

Soebiantoro untuk menghadap pak Sekda dan setelah menghadap Sekda

menanyakan Kris (Krissanto Kabag Keuangan) yang tidak ada di tempat dan Sekda

juga menanyakan apakah saksi tidak disuruh menyiapkan uang, yang oleh saksi

dijawab tidak, lalu saksi menanyakan ke stafnya bernama Sulastri dan ternyata

Sulastri sudah menyiapkan uang yang dimaksud Sekda atas perintah Krisanto

kemudian saksi kembali menghadap Sekda untuk memberitahukan kalau uangnya

sudah disiapkan oleh Sulastri selanjutnya saksi bersaama Sulastri diajak Sekda

mengantar uang dengan dibungkus tas kresek warna hitam tersebut menuju pendopo

;

- Bahwa pada waktu Sekda menemui Bupati uang yang ada dalam tas kresek warna

hitam tersebut tetap di dalam mobil saksi, lalu sekira jam 12.30 WIB saksi dan

sulastri diajak pak Sekda ke rumah dinas ketua DPRD (terdakwa) di jalan Merdeka

dan saksi naik mobil bersama Sulastri sedangkan Sekda naik mobil dinas dengan

sopirnya

Page 62: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

62

- Bahwa sesampainya di rumah dinas Ketua DPRD lalu Sekda turun dari mobil dan

saksi juga turun dari mobil sedangkan Sulastri tetap di dalam mobil kareana sedang

hamil tua, kemudian Sekda dan saksi masuk ke dalam rumah dinas tersebut dan

ternyata terdakwa sudah di ruang tamu lalu terdakwa mengatakan “kekno kono” dan

oleh saksi uang dalam tas kresek ditaruh dimeja sedangkan map berisi kwitansi saksi

serahkan Sekda terus saksi menunggu di luar rumah di dalam mobil dan kira-kira 10

menit atau 15 menit kemudian Sekda keluar hanya membawa map berisikan 2 (dua)

kuitansi yang langsung diserahkan kepada saksi dan setelah saksi membuka map dua

kuitansi tersebut sudah ditandatangani oleh terdakwa ;

- Bahwa pada waktu saksi masuk ke rumah dinas tersebut selain membawa uang

dalam kresek juga membawa map warna biru berisi 2 (dua) buah kuitansi tertulis

nominal uang dengan angka dan huruf, yang satu tertulis di kuitansi sebesar Rp.

900.000.000,00 dan kuitansi satunya tertulis Rp. 225.000.000,00 yang masing-

masing ada materainya enam ribuan dan yang menerimanya tertulis Samirin

Darwoto ;

- Bahwa setelah dari rumah dinas Ketua DPRD tersebut Sekda dan saksi langsung

kembali ke kantor yang ternyata Krisanto sudah ada di kantor dan saksi laporkan

kalau uang nya sudah saksi antar, lalu saksi kembali ke ruangan dan tidak lama

kemudian Krisanto datang ke ruangan saksi mengatakan kalau kuitansinya sama

bapak-e disuruh kembalikan ke terdakwa, namun sebelum saksi mengembalikan

kuitansi tersebut oleh saksi Krisanto menyuruh untuk difotocopi, dan setelah

kuitansi tersebut difotocopi oleh Siti Sulastri, lalu kuiatnsi aslinya saksi sendirian

antar ke rumah Dinas terdakwa yang diterima oleh terdakwa sendiri, dan yang

dimaksud bapak-e menurut saksi adalah Sekda ;

- Bahwa yang menyimpan kedua fotocopi kuitansi tersebut adalah Titik Wismiati

selaku Bendahara ;

- Bahwa saksi sesampainya di rumah dinas tersebut bertemu dengan terdakwa sendiri

dan kata terdakwa bahwa uang ini hutang besuk dikembalikan dan saksi

Page 63: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

63

mengembalikan kuitansi tersebut kira-kira jam 12.30 WIB sampai jam 13.00 WIB

yang tidak begitu lama dengan waktu mengantar uang dan saksi tidak meminta tanda

teriama pengembalian kuitansi tersebut karena tidak ada perintah;

- Bahwa saksi tidak tahu jumlah uang yang diantar dan saksi tahu dari yang tertulis di

kuitansi;

- Bahwa uang yang sudah disiapkan oleh Sulastri tersebut dibungkus tas kresek warna

hitam yang dalamnya terdiri dari satu bungkusan besar didalam tas kresek dan

satunya lagi bungkusannya agak kecil yang dibukus tas kresek dan kedua bungkusan

kresek tersebut dimasukan jadi satu ke dalam tas kresek lagi, sehingga secara fisik

saksi tidak melihat uangnya tersebut ;

- Bahwa kuitansi tersebut sebelumnya tidak ada tanda tangan Samirin, tetapi setelah

pulang saya melihat sudah ada tanda tangannya yang mirip paraf Samirin karena

tandatangan Samirin tidak begitu dan saksi tidak tahu pada waktu terdakwa

menandatangani kuitansi tersebut ;

- Bahwa yang mengetik kuitansi tersebut adalah Sulastri karena yang menyiapkan

Sulastri dan saksi melihatnya pada waktu akan naik mobil menuju pendopo ;

- Bahwa Sulastri mendapatkan uang tersebut mengambil dari Bendahara Sekretariat

yang setelah diperiksa oleh penyidik saksi baru tahu kalau uang tersebut berasal dari

APBD dan dana sebesar RP. 1.125.000.000,- (satu milyar seratus dua puluh lima

juta rupiah) atau Rp. 1.125 Milyar tersebut diambil dari rekening pengelolaan dan

pembinaan keuangan ;

- Bahwa yang menyimpan dana sebesar Rp. 1,125 Milyar yang dikeluarkan sejak

bulan Februari dan diberikan pada Samirin pada bulan Agustus tersebut adalah

Bendahara ;

- Bahwa pengajuan pengguna anggaran mengajukan SPP sesuai dengan SKO

kemudian kalau sudah sesuai diparaf oleh saksi selaku Kasubag Anggaran kemudian

diserahkan ke Kasubag Keuangan yang selanjutnya di proses oleh bendahara dan

Page 64: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

64

yang bisa mengeluarkan uang sekretariat adalah Krisanto berdasarkan SKO yang

dibuat oleh Sekda serta otoritas SPMG pada Sekda;

- Bahwa saksi kenal terdakwa sejak sidang DPRD ;

- Bahwa menurut aturan tidak boleh dana Eksekutif untuk kepentingan legislatif

karena masing-masing sudah ada anggarannya sendiri-sendiri ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya

tidak benar dan terdakwa tahu saksi baru sekarang ini ;

6, Siti Sulastri Binti Sukardi, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sejak tahun 1999 sampai pertengahan bulan februari sebagai staf bagian

anggaran dan atasan saksi adalah Wisnugroho ;

- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi disuruh oleh Kabag Keuangan Krisanto

untuk mengambil uang ke Titik Wismiyati selaku kasir bagian keuangan sebesar Rp.

1,125 Milyar /Rp. 1.125.000.000,00 yang katanya untuk Dewan, lalu saksi dengan

dibantu temannya bernama Bambang Sugeng mengambil uang di Titik dan Titik

mengeluarkan dan menghitung uang yang kemudian saksi terima dan dimasukan

kedalam tasnya Titik Wismiyati yang saksi pinjam ;

- Bahwa uang tersebut berjumlah Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah)

dimasukan dalam amplop dinas warna coklat sebanyak 45 amplop yang masing-

masing berisi Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sedangkan yang Rp.

225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) dibungkus sendiri dengan

kertas koran dan uang tersebut berupa uang kertas seratusan ribu dan limapuluhan

ribu, kemudian saksi dibantu temannya tersebut menghitung kembali jumlah uang

tersebut sambil saksi masukan kedalam tas kresek warna hitam, yaitu untuk yang 45

amplop saksi masukan ke dalam tas kresek sedang bendel satunya yang dibungkus

kertas koran saya masukan ke dalam tas kresek lainnya, kemudian kedua bungkus

uang yang masing-masing dibungkus tas kresek tersebut saksi bungkus menjadi satu

ke dalam tas kresek lagi, dan setelah itu saksi melapor ke Krisanto namun Krisanto

tidak ada di ruangannya ;

Page 65: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

65

- Bahwa saksi ditanya oleh Wisnugroho apakah disuruh Krisanto untuk menyiapkan

uang dan oleh saksi dijawab ya dan saksi disuruh untuk menyiapkan kuitansi dan

saksi membuatkan kuiatnsinya, kemudian saksi diajak oleh Wisnugroho mengantar

uang bersama-sama Sekda dimana pak sekda naik mobil bersama sopirnya

sedangkan saksi naik mobil bersama Wisnugroho yang sebelumnya menuju ke

Pendopo;

- bahwa pada waktu di Pendopo yang turun dan masuk hanya Sekda, kemudian terus

menuju rumah dinas Ketua DPRD (terdakwa) yang sesampainya di sana Sekda dan

Wisnugroho sambil membawa bungkusan uang yang telah disiapkan tadi serta 2

(dua) lembar kuitansi yang ditaruh dalam map yang warnanya saksi lupa turun

masuk ke dalam rumah dinas terdakwa, sedangkan saksi menunggu di mobil ;

- Bahwa tidak lama kemudian Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan tidak

membawa apa-apa terus menunggu Sekda di mobil dengan saksi, kemudian Sekda

keluar hanya membawa map yang berisi kuitansi tadi lalu menyerahkan kepada

Wisnugroho dan saksi melihat Wisnugroho membuka map tersebut yang berisi

kuitansi, yang setelah saksi lihat kuitansinya sudah diparaf oleh Samirin Darwoto

kemudian semuanya pulang dan sekira jam 12.45 WIB masih jam kantor sudah

sampai di kantor dan Wisnugroho lapor kepada Kristanto :

- Bahwa pada waktu di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi tidak melihat

terdakwa serta tidak melihat yang dilakukan oleh Sekda di dalam rumah tersebut,

namun sewaktu Wisnugroho ke luar dari rumah dinas tersebut dan sampai di mobil

mengatakan kalau Mbah Rin (terdakwa) ada ;

- Bahwa isi bungkusan selama dalam perjalanan isinya tetap uang ;

- Bahwa tidak begitu lama setelah sampai dikantor oleh Krissanto atau Wisnugroho

saksi lupa mengatakan kalau disuruh bapak-e untuk mengembalikan kuitansinya

kepada Terdakwa, lalu kuitansi tersebut saksi fotocopi untuk diserahkan kepada

Titik Wismiati sedangkan kuitansi aslinya dibawa oleh Wisnugroho untuk

dikembalikan terdakwa atas eeperintah Bapak-e;

Page 66: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

66

- Bahwa yang dimaksud bapak-e pada umumnya adalah Sekda, namun menurut

pikiran saksi waktu itu adalah Bupati ;

- Bahwa bukti fotocopi kuitansi adalah betul kuitansi yang difotocopi ;

- Bahwa setiap pengeluaran uang ada SPPnya yang dibuat Titik dan setelah saksi teliti

lalu diserahkan ke Bendahara untuk diterbitkan SPMG dan dana sebesar Rp.

1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 Milyar saksi dengar ada SPPnya dan dana diambil dari

pos Sekkab dan belum ada SPMGnya namun bisa keluar karena ada memo yang

setelah uang keluar baru dibuatkan dan menurut aturan hal ini tidak boleh ;

- Bahwa yang menyuruh saksi membuat kuitansi adalah krisanto dan saksi buat

rangkap 3 (tiga) yang semuanya saksi serahkan kepada Wisnugroho untuk

diserahkan kepada ;

- Bahwa tidak tahu sewaktu terdakwa menandatangani kuitansi tersebut ;

- Bahwa saksi mengantar uang ke rumah dinas dan mengetahui kalau terdakwa ada di

sana karena menurut Krisanto sudah ngebel Samirin Darwoto (terdakwa);

- Bahwa pada bulan Desember 2003 saksi pernah disuruh oleh Krisanto untuk

mengambil uang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dari Bu Titik dan

menyerahkannya kepada terdakwa dan oleh saksi telah diserahkan kepada terdakwa

dan diterima sendiri oleh terdakwa di rumah dinasnya ;

- bahwa penyerahan uang Rp. 10.000.000,00 ada buktinya berupa kuitansi dan bukti

kuitansi tersebut adalah betul ;

- Bahwa surat bukti pengeluaran dana sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) pada tanggal 30 Desember 2003 dan dana sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) saksi tidak tahu dan tulisannya Krissanto jadi yang mengeluarkan

Krissanto ;

- Bahwa tanda tangan penerima uang dalam kuitansi-kuitansi tersebut adalah

tandatangan terdakwa ;

- Bahwa terdakwa bukan sebagai pengguna uang anggaran Sekkab ;

Page 67: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

67

- Bahwa rumah dinas terdakwa menghadap selatan sedang garasinya di sebelah timur

dan parkir mobil yang saksi naiki tidak jauh dari pintu ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan bahwa

semuanya tidak benar ;

7. Suparno, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa Saksi sebagai sopir Sekda pada jam dinas dan waktu itu Sekdanya

Subiantoro ;

- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sewaktu saksi dikantor bawah telah ditelepon

oleh Sekprinya Sekda yang bernama Matharis memberitahukan kalau Kalau bapak-e

(Sekda) mau pergi, lalu Sekda turun langsung naik mobil dan di dalam mobil Sekda

memberitahukan kalau mau ke pendopo dan sewaktu di pendopo Sekda masuk

kurang lebih 10 menit sampai 15 menit pergi menuju rumah dinas Ketua DPRD, dan

pada waktu di pendopo saksi melihat mobil Wisnugroho ada di halaman pendopo,

namun saksi tidak tahu apakah Wisnugroho turun dari mobil atau tidak ;

- Bahwa sesampainya di rumah dinas Ketua DPRD tahu-tahu mobil Wisnugroho ada

dibelakang mobil saksi, setelah mobil di parkir di sebelah barat garasi Sekda

Subiyantoro turun dan masuk ke rumah dinas dan sak klebatan (sepintas) saksi

melihat yang membukakan pintu Samrin Darwoto (terdakwa) dan waktu itu saksi

dari jarak 6 sampai 7 meter dan sangat jelas melihat Wisnugroho juga turun

membawa bungkusan tas kresek namun saksi tidak tahu isinya ;

- Bahwa pada waktu Wisnugroho keluar rumah dinas tersebut duluan dan sudah tidak

membawa apa-apa ;

- Bahwa Sekda Subiyantoro keluar dari rumah dinas tersebut membawa map yang

kemudian diberikan kepada Winugroho, lalu sama-sama kembali ke kantor dan pada

waktu Sekda Subiyantoro masuk rumah dinas tersebut tidak membawa apa-apa ;

- Bahwa saksi ingat waktu itu tanggal 25 Agustus 2004 karena Sekda Subiyantoro

akan pergi ke Mojokerto;

- Bahwa saksi tidak tahu mengenai kuitansi ;

Page 68: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

68

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak benar

;

8. Lilik Poerwanto Bin Slamet, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi bekerja sebagai PNS di Pemkab Blitar di bagian keuangan sebagai

pemegang Kas Sekretariat yang bertugas menandatangani SPP gaji, menandatangani

SPP yang diajukan masing-masing bagian dan mencairkan SPMG gaji serta dana

kesekretariatan ;

- Bahwa pada tanggal 18 Februari 2004 saksi pernah mencairkan dana sejumlah Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupaih)/ Rp. 1,125 Milyar

merupakan mata anggaran Sekda/eksekutif yang bersumber pada APBD untuk

keperluan sesuai dengan yang tertulis di SPP, yaitu dari :

SPMG Nomor 223 sebesar Rp. 200.000.000,00

SPMG Nomor 224 sebesar Rp. 200.000.000,00

SPMG Nomor 225 sebesar Rp. 200.000.000,00

SPMG Nomor 226 sebesar Rp. 125.000.000,00

SPMG Nomor 227 sebesar Rp. 100.000.000,00

SPMG Nomor 228 sebesar Rp. 100.000.000,00

SPMG Nomor 229 sebesar Rp. 100.000.000,00

SPMG Nomor 230 sebesar Rp. 100.000.000,00

- Bahwa proses/prosedur pengajuan dana tersebut pembantu pemegang kas (Titik

Wismiati) atas perintah dari Kabag Keuangan (Krisanto) mengajukan SPP kepada

saksi dan setelah saksi paraf/tandatangani dikembalikan ke Titik Wismiati untuk

diajukan ke Asisten Administrasi dan Umum Hasan Al Habsyi yang setelah

diparaf/ditandatangani kemudian turun ke Kasubag Perbendaharaan untuk

diterbitkan SPMG ;

- Bahwa setelah saksi menerima ekstra SPMG dari Kasubag Perbendaharaan

kemudian nominalnya ditulis dicek sesuai dengan yang ada di SPMG lalu dicairkan

Page 69: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

69

di Bank Jatim untuk kemudian saksi serahkan kepada kasir Titik Wismiati yang

memegang brankas karena saksi sebagai pemegang kas hanya menandatangani SPP

dan tidak memegang uang sedangkan yang memegang uang adalah kasir dan

pembantu pemegang kas ;

- Bahwa surat bukti SPP dimaksud tersebut adalah betul;

- Bahwa saksi tidak tahu kenapa dana sebesar Rp. 1,125 Milyar SPMGnya dipisah

menjadi 8 (delapan) dan pada waktu pengajuan belum ada kuitansinya ;

- Bahwa untuk pencairan SPP harus dilampiri SKO dan nota dinas dari bagian

keuangan, sedangkan SKO diterbitakan sekali dalam setahun dan aslinya hanya satu

sehingga untuk pengajuan dapat melampirkan fotocopi SKO ;

- yang menyimpan kuitansi adalah Titik Wismiati ;

- Bahwa saksi pernah menandatangai SPP untuk SPMG nomor 669 sebesar Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), SPMG nomor 08 sebesar RP.

510.000.000,00 (lima ratus sepuluh juta rupiah) dan SPMG nomor 1387 sebesar Rp.

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan saksi tidak tahu dipakai untuk apa karena

tidak ada rinciannya, demikian pula dengan SPMG Nomor 750 sebesar Rp.

70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) dan SPMG No. 945 sebesar Rp.

70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupaih) saksi tidak tahu untuk apa karena tidak ada

rinciannya dan saksi hanya tahu kegunaannya dari yang tercantum dalam SPMG ;

- Bahwa dalam SPP tersebut tidak ada tertulis dana untuk Samirin Darwoto ;

- Bahwa Samirin Darwoto bukan sebagai pengguna anggaran Pemkab :

- Bahwa saksi tidak tahu dana sebesar Rpo. 1,125 Milyar tersebut diserahkan kepada

siapa atau diserahkan kepada terdakwa ;

- Bahwa dana Pemkab tidak bisa diambil oleh DPRD ;

- Bahwa sebelum sidang saksi tidak pernah melihat kuitansi yang ditandatangani

Samirin dan saksi mengetahui adanya penyalahgunaan anggaran berdasarkan

undangan sebagai saksi penyalahgunaan anggaran ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

Page 70: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

70

9. Hj. Titik Wismiati Binti Mulyani, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sejak bulan Januari 2004 bekerja di Sekretariat Pemkab Blitar sebagai

Kasir dan Pembantu Pemegang Kas yang bertugas menerima pengajuan dana dari

bagian-bagian atau dinas-dinas dan setelah pengajuan saksi teliti lalu saksi buatkan

untuk diajukan kepada Pemegang Kas Lilik Poerwanto yang setelah ditandatangani

pemegang kas lalu saksi ajukan ke Hasan Al Habsyi, dan selain itu tugas saksi

mengisi register SPP, SPMG, memungut dan menyetor pajak dan menegerjakan

Buku Kas Umum (BKU), selain itu sebagai kasir saksi juga menyimpan uang dari

pengguna sebelum diambil oleh pengguna;

- Bahwa pada tanggal 5 Februari 2004 saksi pernah membuat SPP dana sebesar Rp.

1,125 Milyar / Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah)

yang diajukan oleh Kabag Keuangan Krissanto dengan surat berupa nota dinas

terlampir dalam SPMG dan memo dengan perintah agar dibuatkan SPP sejumlah Rp.

1,125 milyar dan agar disimpan dulu untuk Dewan ;

- Bahwa surat bukti berupa memo Krissanto tersebut adalah benar ;

- Bahwa atas perintah berupa memo dari Krisanto maka dibuat menjadi 8 (delapan)

SPP yang setelah ditandatangani pemegang kas lalu diajukan ke Bagian Anggaran

untuk diketahui dan diparaf lalu dilengkapi SKO kemudian dibawa ke

perbendaharaan untuk dibuatkan SPMG, dan setelah uang tersebut dicairkan oleh

Lilik Poerwanto pada bulan februari maka atas memo Krisanto uang tersebut saksi

simpan di dalam brankas ;

- Bahwa uang sebesar Rp. 1,125 Milyar yang disimpan saksi tersebut pada tanggal 25

Agustus 2004 dikeluarkan karena Siti Sulastri mengambil uang tersebut atas perintah

Krisanto dan saksi tidak membuat tanda terima penyerahan uang tersebut karena

pada hari itu juga sekira jam 13.00 Wib saksi mendapatkan 2 (dua) lembar fotocopy

kuitansi dari Siti Sulastri masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus

juta rupiah) dan Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) yang

ditandatangani dan tertera nama Samirin Darwoto sebagai Ketua Dewan ;

Page 71: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

71

- Bahwa yang menerima dana sebesar Rp. 1,125 Milyar setelah dicairkan adalah Siti

Sulastri dan saksi tidak menyerahkannya ke Samirin Darwoto dan saksi juga tidak

tahu dana tersebut diserahkan ke Dewan ;

- Bahwa saksi tidak pernah mengetik kuitansi dan saksi tidak tahu yang

menandatangani dua kuitansi tersebut adalah Samirin Darwoto ;

- Bahwa Siti Sulastri mengambil uang dari saksi lalu dibawa ke ruangannya dengan

menggunakan kresek hitam ;

- Bahwa mengenai kuitansi yang difotocopi atas pertanyaan saksi maka Siti Sulastri

mengatakan kalau aslinya diminta kembali atas perintah Krisanto ;

- Bahwa dana sebesar Rp. 1,125 Milyar tersebut berasal dari APBD yang diambil dari

pos Pembinaan dan pemrosesan keuangan ;

- Bahwa kedelapan SPMG tersebut tidak dibuat kuitansi sendiri-sendiri karena tidak

semua aitem dibuat kuitansi sendiri-sendiri ;

- Bahwa dalam kuitansi senilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang

menerima adalah Mahfud anggota Dewan, sedangkan kuitansi-kuitansi lainnya

masing-masing sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp. 20.000.000,00

(dua puluh juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang

menerima Samirin Darwoto dan semua yang mengambilnya melalui Krisanto ;

- Bahwa pencairan uang sebesar Rp. 500.000.000,00 yang mengambil Krisanto

sedangkan yang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) yang mengambil

Bu Lastri ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

10. Haris Muktiono, S.Sos., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai PNS sejak tanggal 5 Juli 2005 tugas di Kelurahan Bence dan

sebelumnya sejak bulan Agustus 2003 tugas di Bagian Administrasi Pemkab Blitar,

dan pada waktu di Pemkab tugas saksi adalah mencatat nota dinas, surat-surat masuk

dan keluar, mencatat agenda kerja Sekda, menyiapkan bahan rapat, mengkoordinir

Page 72: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

72

undangan serta melaksanakan tuga-tugas lain yang diperintahkan Sekda yang waktu

itu Sekdanya Subiantoro yang berakhir jabatannya pada akhir September 2004 ;

- Bahwa saksi tidak pernah mencatat agenda Sekda untuk berpamitan ;

- Bahwa pada bulan Agustus 2004 saksi lupa apakah Sekda ada menelpone yang ada

hubungan dengan perkara ini, namun saksi pernah disuruh memanggilkan

Wisnugroho untuk datang menghadap Sekda, kemudian Wisnugroho datang

menghadap Sekda selama kira-kira 10 menit dan saksi tidak tahu untuk kepentingan

apa Wisnugroho dipanggil sekda ;

- Bahwa seingat saksi waktu itu Sekda tidak keluar, namun saksi tidak ingat

tanggalnya;

- Bahwa saksi sering disuruh untuk memanggilkan Wisnugroho ;

- Bahwa saksi tidak pernah tahu tandatangan Ketua Dewan Samirin Darwoto dan

saksi tidak tahu tandatangan dalam bukti-bukti kuitansi;

- Bahwa sepanjang saksi berada dalam ruangan pasti tahu kalau Sekda keluar ;

- Saksi tidak pernah melihat Sekda pergi dengan Wisnugroho dengan mobil yang

berlaianan;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksie tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu

;

11. Kadmiarsih, S. Sos., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa sejak tanggal 28 Maret 2002 saksi bekerja di bagian Keuangan sebagai

Kasubbag Anggaran Pemkab Blitar yang bertugas meneliti SPP sebagai dasar

penerbitan SPMG, meneliti penerbitan SKPP,penerbitan SPMG gaji ;

- Bahwa dasar pembuatan SPP adalah dari permohonan pengguna anggaran, yaitu dari

bagian-bagaian dan dinas yang mengajukan SPP ke bagian keuangan yang setelah

dilampiri SKO lalu diajukan ke bagian perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG,

dan setelah SPMG saksi paraf lalu diajukan dan ditandatangani oleh Kabag

Keuangan kemudian setelah distempel di bagaian umum dikirim ke bagian Kasda

untuk pencairan uang ;

Page 73: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

73

- Bahwa pada bulan Februari 2004 saksi pernah menerima pengajuan SPP anggaran

senilai Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 milyar yang terdiri dari 8 (delapan) SPP

yang dilampiri SKO dengan SPMG sebanyak 8 (delapan) lembar, yaitu SPMG

Nomor 223, 224 dan 225 yang masing-masing senilai Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah), SPMG Nomor 226 senilai Rp. 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima

juta rupiah) serta SPMG nomor 227, 228, 229, 230 yang masing-masing senilai Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang peruntukannya sesuai dengan yang tertulis

di masing-masing SPP ;

- Bahwa anggaran/dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 / Rp. 1,125 Milyar tersebut

diambil dari pos Sekretariatan yang sebagai pengguna angaran adalah Sekretariat

Pemkab Blitar dan yang mengajukan Kabag Keuangan Krisanto ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui mengenai pencairan dana tersebut dan yang

mengetahui pencairannya adalah Kabag Keuangan (Krisanto), Asisten III dan Sekda

;

- Bahwa surat bukti berupa SPMG dan memo yang ditulis tangan tangan adalah benar

SMPG tersebut yang mengetik saksi, sedangkan tulisan tangan adalah tulisan

Krisanto dan yang menandatangani SPMG juga Krisanto ;

- Bahwa saski tidak ingat yang mengetik SPMG nomor 08, 699 dan nomor 1387,

namun yang bertugas mengetik/membuat SPMG adalah saksi tidak ada orang lain ;

- Bahwa menurut saksi delapan SPMG tidak bisa diambil dari satu pos dan dari

beberapa SPP bisa dijadikan satu SPMG karena satu rekening ;

- Bahwa saksi tidak pernah mendengar kalau uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 / Rp.

1,125 Milyar diberikan kepada Samirin Darwoto dan saksi mengetahui adanya

penyalahgunaan angaran Pemkab Blitar dari undangan sewaktu saksi dipanggil

kejaksaan sebagai saksi ;

- Bahwa terdakwa bukan sebagai penguna anggaran Sekkab Blitar ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui adanya penyerahan uang sebesar Rp.20.000.000,00

dan Rp. 10.000.000,00 yang diberikan orang Pemkab kepada terdakwa ;

Page 74: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

74

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

12. Drs. H. Soebiantoro, Msi, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai Sekda sejak tahun 1999 sampai tahun 2004 yang mempunyai

tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan yang meliputi

kegiatan pembinaan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan ;

- Bahwa saksi sebagai Ketua Tim Anggaran APBD tahun 2004 yang bertugas

membina anggota tim, mengkoordinir dalam pembahasan RAPBD dan RAPBD oleh

bupati dikirim ke Dewan untuk dibahas oleh Tim dari eksekutif dan legislatif,

kemudian Rancangan dibacakan serta mendengarkan tanggapan dari fraksi-fraksi,

lalu secara administrasi berdasarkan konsultasi panggar bersama- dengan tim

eksekutif untuk disahkan oleh Bupati dan dikirim ke Gubernur ;

- Bahwa RAPBD tahun 2004 ada tanggapan dari Panitia Anggaran (Panggar) dan

setelah disahkan menjadi APBD dengan PERDA untuk diundangkan

- Bahwa dalam pembahasan oleh tim anggaran tidak ada dibahas mengenai uang

pesangon untuk anggota dewan ;

- Bahwa terdakwa dua kali dalam waktu berbeda pernah minta tali asih/pesangon

yaitu pada awal Desember 2003 dan sebelum tanggal 29 Januari 2004 (sebelum

APBD disahkan), yakni sewaktu rapat di pendopo yang dihadari oleh saksi, Bupati,

Ketua Dewan, Arif, Gianto dan Made tersebut saksi pernah mendengar terdakwa

mengusulkan mengenai pesangon Dewan, namun hal itu tidak ada aturannya dan

tidak ada perintah Bupati untuk menindak-lanjuti, sehingga tidak ada kelanjutannya

dan saksi tidak tahu kalau Bupati memberi tali asih kepada Dewan ;

- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sekira jam 11.00 WIB saksi dengan diantar

sopirnya pergi ke Pendopo menghadap Bupati untuk berpamitan pindah ke

Mojokerto dan waktu itu Bupati minta tolong dipanggilkan Krisanto lalu saksi

menelpon dan yang menerima Wisnugroho yang mengatakan kalau Krisanto tidak

ada dan saksi tidak menyuruh stafnya bernama Haris Muktiono untuk menelpon

Page 75: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

75

Wisnugroho, kemudian saksi menanyakan masalah titipan Bupati yang oleh

Wisnugroho dikatakan kalau ada titipan sudah ada lalu saksi perintahkan untuk

dibawa ke Pendopo dan kira-kira 30 menit kemudian ajudan Bupati melaporkan

kalau Wisnugroho sudah datang, lalu Bupati melalui ajudannya menyuruh langsung

ke rumah dinas Ketua Dewan ;

- Bahwa ketika saksi sampai dirumah dinas terdakwa untuk berpamitan ternyata

Wisnugroho sudah ada di sana dan 2 (dua) menit kemudian Wisnugroho keluar

mendahului saksi dan disana sudah ada map yang warnanya kuning atau biru yang

kata terdakwa adalah milik Wisnugroho, lalu map tersebut saksi bawa keluar untuk

diserahkan kepada Wisnugroho yang saat itu saksi tidak membuka map tersebut dan

pada waktu Wisnugroho menerima map tersebut ternyata didalam mobil

Wisnugroho ada Siti Sulastri, kemudian saksi kembali lagi menemui terdakwa untuk

berpamitan ;

- Bahwa pada waktu diruang tamu rumah dinas terdakwa saksi tidak melihat apa-apa

kecuali map tersebut dan saksi tidak mengetahui isi map ;

- Bahwa setelah saksi kembali ke kantor 1 (satu) jam kemudian terdakwa menelpon

yang mengatakan, “pak Sek itu tadi saya pinjam ke pak Bupati masa pakai kuitansi”

kemudian saksi menghubungi Wisnugroho untuk mengembalikan kuitansi kepada

terdakwa, namun saksi tidak mengetahui yang dipinjam tersebut dan selanjutnya

saksi tidak mengecek masalah itu kepada Krisanto ;

- Bahwa dalam anggaran belanja pada pos sekretariatan belum ada perubahan karena

PAK belum proses dan dapat terjadi perubahan karena adanya pendapatan yang

berlebihan dan mungkin ada yang belum terbayarkan pada tahun anggaran tahun

lalu, sedangkan dalam APBD tahun 2004 ada perubahan dari Rp. 6.000.000.000,00

(enam milyar rupiah) menjadi Rp. 7.160.000.000,00 (tujuh milyar seratus enam

puluh juta rupiah)/Rp.1,16 Milyar seingat saksi tidak ada pembahasan dan pada

pembahasan berikutnya tidak ada masalah ;

Page 76: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

76

- Bahwa mengenai masalah keuangan secara umum yang bertanggung jawab adalah

bupati dan sebagai pelaksana harian yang bertanggung jawab Kabag Keuangan

Krisanto, namun berdasarkan P.P. Nomor 29 Tahun 2002 yang bertanggung jawab

masalah keuangan adalah pengguna anggaran ;

- Bahwa dalam pencairan uang saksi menandatangani SKO sebagai kelengkapan

pencairan anggaran Pemda yang dibebankan kepada APBD ;

- Bahwa untuk pencairan keuangan maka harus ada nota dinas SPP yang sesuai

dengan perincian/penggunaannya lalu dilampiri SKO yang saksi tandatangani,

kemudian dibuatkan SPMG dan dikirimkan ke Kasda untuk dicairkan, namun saksi

tidak mengetahui SKO anggarannya cair karena yang mengetahui bagian keuangan ;

- Bahwa setiap anggaran yang dibuatkan SKO pasti anggarannya keluar, namun kalau

tidak keluar maka anggarannya kembali ke Kasda, sedangkan SKO atas beban tetap

maka dalam SPP sudah ada rinciannya dan setelah dirinci betul diterbitkan SPM

baru uangnya dapat keluar;

- Bahwa bukti SKO adalah benar yang ditandatangani saksi ;

- Bahwa saksi sering menerima surat dari terdakwa dan tandatangan dalam bukti

kuitansi sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua

puluh juta rupiah) dan Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) menurut coraknya

adalah tandatangan terdakwa ;

- Bahwa saksi kenal Mahfud sebagai Wakil Panitia Anggaran Dewan, namun saksi

tidak tahu tandatangannya ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui mengenai penyerahan uang sebesar Rp. 1,125 milyar

kepada terdakwa dan saksi mengetahuinya pada waktu pemeriksaan sebagai saksi

demikian pula mengenai adanya penyalahgunaan anggaran yang saksi ketahui pada

saat pemeriksaan ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui terdakwa menerima uang sebesar Rp. dan Rp ;

- Bahwa terdakwa bukan Panitia Anggaran ;

Page 77: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

77

- Bahwa terdakwa bukan pengguna anggaran dan terdakwa tidak dapat mengambil

uang Sekretariat Kabupaten ;

- Bahwa dana eksekutif sebesar Rp. 1,125 milyar sesuai dengan SPP tanggal 17

februari 2004 tidak diperuntukan untuk Dewan ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui SPMG sebesar sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) dan SPMG nomor 1387 sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah) diterima oleh terdakwa ;

- Bahwa mengenai bukti kuitansi seebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratsus juta rupiah)

dan Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) saksi tidak mengetahui ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan bahwa

terdakwa tidak pernah bilang maupun goyonan mengenai pesangon, tidak pernah bertemu

dengan saksi baik di Pendopo maupun di rumah dinas ;

13. Drs. Gunawan, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa pada tahun 2001 sampai 2004 saksi sebagai Sekretaris Dewan di sekretariat

DPRD Kabupaten Blitar yang bertugas menyiapkan tugas Pimpinan Dewan ,

membantu tugas-tugas kedewanan, menyiapkan anggaran Dewan dan sebagai

penghubung antara eksekutif dan legislatif, dan sekarang ini saklsi sudah pensiun ;

- Bahwa anggota Dewan seluruhnya berjumlah 45 orang termasuk ketuanya Samirin

Darwoto dan tiga orang wakilnya, yaitu Arif fuadi, Made dan Gianto ;

- Proses pengajuan anggaran untuk sekretariat Dewan diajukan oleh sekretariat

Dewan bersama Pantia Angggaran Dewan menyusun rencana kegiatan, setelah

Panggar dan Sekretaris Dewan setuju lalu dibahas bersama dengan Tim Anggaran

dari Pemkab dan setelah disepakati dimasukkan dalam APBD, namun saksi tidak

pernah tahu proses penyusunan anggaran tahun 2004 ;

- Bahwa yang terlibat dalam penyusunan anggaran adalah Tim Anggaran Eksekutif

dan Panitia Anggaran dari Legislatif ;

Page 78: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

78

- Bahwa anggaran Pemkab tidak bisa diambil oleh Sekretariat Dewan karena sudah

ada anggaran sendiri juga tidak dapat ditambah anggarannya dari eksekutif

(Pemkab) ;

- Bahwa dana untuk pesangon tidak ada pos anggarannya, namun saksi pada awal

tahun 2004 pernah mendengar dari Anggota Dewan bernama Abdul rohim kalau

anggota dewan akan mendapatkan pesangon untuk masa akhir bhakti DPRD dari

Bupati dan saksi tidak tahu besarnya maupun realisasi dari pesangon tersebut ;

- Bahwa saksi tidak tahu penerimaan uang pesangon kepada anggota dewan dan tidak

pernah mendengar anggota dewan mengembalikan uang pesangon ;

- Bahwa semua anggota dewan diasuransikan yang diambil dari tunjangan

kesejahteraan ;

- Bahwa bahwa tandatangan yang ada dalam bukti-bukti kuitansi tersebut sepertinya

tanda tangan Samirin Darwoto, namun saksi tidak dapat memastikan kebenarannya

- Bahwa anggota Dewan tidak dapat mengambil uang anggaran sekretariat kabupaten,

dan menurut aturan anggaran Pemkab tidak boleh diterima Samirin Darwoto;

- Saksi tidak tahu dan tidak pernah mendengar Samirin Darwoto menerima uang

sebesar Rp. 1,125 milyar, Rp. 10.000.000,00 . Rp. 20.000.000,00 maupun Rp.

200.000.000,00 ;

- Bahwa saksi mengetahui adanya penyalahgunaan uang anggaran berdasarkan

panggilan penyidik untuk menjadi saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan sebagian

benar dan sebagian tidak benar ;

14. Drs. Karyono, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa pada tahun 1999 sampai tahun 2004 saksi sebagai anggota DPRD kabupaten

Blitar sampai tahun 2004 duduk di Komisi C yang membidangi keuangan dan sejak

juli sampai Agustus 2004 di Komisi E yang membidangi kesejahteraan ;

- Bahwa seluruh anggota DPRD termasuk ketua dan wakil berjumlah 45 orang ;

Page 79: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

79

- Bahwa pada akhir masa bhakti semua anggota DPRD mendapat pesangon masing-

masing sebesar Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) juga termasuk

asuransi ;

- Bahwa pada tanggal 26 Agustus 2004 saksi mendapat telepone dari anggota dewan

bernama Wijanarko yang memberitahukan mendapat uang pesangon dan saksi

disuruh datang untuk mengambil uang pesangon di rumahnya Kustanto yang

katanya tali asih dari Bupati sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan

besoknya tanggal 27 agustus 2004 saksi kerumah Kustanto untuk menanyakan

taliasih tersebut namun Kustanto tidak ada di rumah, lalu saksi menelpon Kustanto

yang dijawab bahwa Kustanto tidak membawa bagian saksi dan besoknya sewaktu

saksi ketemu Kustanto setelah saksi tanyakan maka kustanto menyuruh saksi untuk

menanyakan ke Samirin Darwoto ;

- Bahwa beberapa hari kemudian saksi menyanyakan ke Samirin namun saksi tidak

diberi taliasih tersebut dan menyurh saksi untuk menanyakan ke Nasrudin karena

yang mengambil uang tersebut Kustanto bersama Nasrudin, kemudian saksi

menanyakan ke Nasrudin yang katanya Nasrudin dengan Kustanto mengambil uang

yang dibungkus dengan tas kresek warna hitam namun jumlahnya tidak tahu dan

Nasrudin hanya menyopiri saja ;

- Bahwa karena saksi ingin kejelasan maka pada hari raya ketika saksi bertemu

dengan Samirin dan kustanto di rumah Kustanto dan Kustanto mengatakan kalau

yang diberi pesangon oleh Bupati hanya 15 (lima belas) orang saja sedangkan saksi

dan Jacob tidak diberi karena akan diberi sendiri secara pribadi oleh Bupati dan

saksi disuruh langsung menanyakan ke Bupati, namun saksi tidak menanyakan ke

bupati dan menurut teman saksi bernama Gandek Suwardjono bahwa ia sudah

bertemu dengan Bupati yang menagatakan semuanya sudah diserahkan kepada

Samirin Darwoto ;

- Bahwa uang yang diambil oleh Kustanto dari Samirin hanya dari PDIP yang

berjumlah 17 orang, namun yang tidak diberi hanya saksi dan Yacob ;

Page 80: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

80

- Bahwa mengenai tanda tangan yang ada di kuitansi dan tanda penerimaan uang

sejumlah Rp. 1,125.000.000,00 , Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp.

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) saksi menyatakan lupa ;

- Bahwa pesangon tidak sama dengan tali asih karena pesangon ada P.P.-nya

sedangkan tali asih tidak diatur, dan uang pesangon Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh

enbam juta rupiah) tersebut tidak termasuk uang tali asih sebesar Rp. 20.000.000,00

(dua puluh juta rupiah) ;

- Bahwa saksi tidak tahu Samirin Darwoto menerima uang seebesar Rp. 1,125 milyar,

Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)

maupun Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya

tidak benar.

15. H. Masdain Rifai, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai anggota DPRD periode tahun 1999 sampai tahun 2004 dan

saksi kenal terdakwa sebatas terdakwa sebagai Ketua DPRD dan saksi Anggota

DPRD ;

- Bahwa selain anggota DPRD saksi juga sebagai Ketua Panitia Anggaran (Panggar)

yang tugasnya membahas RAPBD, RPAK – APBD (Rancangan Perubahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) ;

- Bahwa seluruh Anggota DPRD sejumlah 45 orang dan yang menjadi anggota

Panggar sebanyak 21 orang dan terdakwa bukan termasuk Panitia Anggaran ;

- Bahwa dalam anggaran tahun 2004 setelah dicermati dan dibahas ternyata tidak

ditemukan pos-pos yang membengkak ;

- Bahwa saksi pernah mendengar mengenai uang pesangon untuk anggota dewan saat

akhir jabatannya, namun Panggar dalam APBD tidak menetapkan adanya uang

pesangon karena tidak ada aturannya dan tidak ada kebijakan tentang uang pesangon

dan Panggar juga tidak menemukan adanya uang pesangon;

Page 81: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

81

- Bahwa pada masa akhir jabatannya anggota Dewan tidak ada yang mengembalikan

uang yang telah diterimanya, namun pada pertengahan tahun 2005 ada temuan dari

BPK mengenai kelebihan uang yang harus dikembalikan oleh setiap anggota Dewan,

namun mengenai rincian penggunaan uang saksi lupa;

- Bahwa mengenai tandatangan yang ada di bukti kuitansi-kuitansi tersebut saksi tidak

kenal dan lupa;

- Bahwa saksi tidak pernah menerima uang pesangon maupun tali asih dari DPRD

ataupun ketua Fraksi dan saksi tidak tahu pada masa akhir jabatan Anggota Dewan

menerima uang dari Samirin

- Bahwa saksi tidak tahu mengenai penerimaan uang dari eksekutif sebesar Rp. 1,125

milyar yang diserahkan oleh wisnugroho dan diterima oleh Samirin Darwoto ;

- Bahwa pihak eksekutif mengrimkan RAPBD ke Pimpinan Dewan melalui Sekretaris

Dewan (Sekwan), kemudian Pimpinan Dewan bersama Panitia Anggaran membahas

RAPBD lalu dibahas oleh fraksi-fraksi dan komisi-komisi sesuai dengan tupoksi

(tugas pokok, fungsi ) komisi masing-masing yang hasilnya dibahas antara Panitia

Anggaran dengan Tim Anggaran yang dipimpin oleh Sekda yang hasilnya

dilaporkan ke Pimpinan Dewan melalui Rapat Paripurna, dan dari semua fraksi-

fraksi maupun semua utusan dari Sekkab setuju kemudian disahkan dalam sidang

Paripurna yang dipimpin oleh Ketua DPRD untuk kemudian diterbitkan PERDA;

- Bahwa pembahasan Panggar bertanggung jawab kepada Pimpinan yang setelah

selesai pembahasan diajukan ke sidang Paripurna dan apabila ada perubahan juga

dibahas dalam rapat paripurna, namun kalau tidak diajukan maka tetap pada

peraturan yang lama ;

- Bahwa Sekretariat Dewan tidak bisa mengambil uang anggaran Sekkab karena

DPRD dan eksekutif ada anggarannya sendiri-sendiri ;

- Bahwa dalam RAPBD tahun 2004 ada laporan termasuk revisi yang dilakukan oleh

Panggar dan pernah ada revisi pada pos anggaran Sekda, namun mengenai revisinya

saksi lupa ;

Page 82: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

82

- Bahwa keterangan saksi dalam BAP Penyidik pada nomor 13 mengenai laporan

tersebut memang hal itu yang saksi laporkan, namun di luar itu ada masalah tetapi

akhirnya tidak jadi ada perubahan karena menurut Panggar jumlahnya sudah sesuai

dengan rancangan ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan sebagian

benar dan sebagaian tidak tahu ;

16 Kustanto, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar pada tahun 1999 sampai

tahun 2004 dan sebagai Wakil Ketua Panitia Anggaran Dewan yang tugasnya secara

umum bersama-sama membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(RAPBD) Kabupaten Blitar, membahas perubahan anggaran keuangan Kabupaten

Blitar dan membahas perhitungan APBD Kabupaten Blitar, dan hasil kerja Panitia

anggaran dilaporkan ke sidang paripurna untuk diterima atau tidak ;

- Bahwa untuk RAPBN tahun 2004 menjadi APBD 2004 pada Desember 2003 dan

pembahasan perubahan anggaran hanya terfokus pada perubahan yang apabila tidak

dibahas secara umum berarti tetap ;

- Bahwa pada tahun 2004 tidak ada perubahan yang menonjol dan apabila ada

perubahan akan dilaporkan ke Panitia Anggaran untuk dibahas yang kemudian

dilaporkan secara tertulis di sidang paripurna ;

- Bahwa pada akhir jabatan saksi tidak menerima uang taliasih, baik dari terdakwa

maupun dari Pemda dan saksi tidak pernah membawa uang dari rumah dinasnya

terdakwa ;

- Bahwa saksi tidak pernah ditanyai atau dihubungi oleh Karyono mengenai uang

pesangon/taliasih yang menjadi haknya.

- Bahwa di rumah saksi tidak pernah membicarakan masalah uang pesangon antara

terdakwa dengan Karyono maupun dengan Nasrudin ;

- Bahwa saksi tidak tahu terdakwa menerima uang dari eksekutif sebesar Rp. 1,125

milyar, Rp. 10.000.000,00, Rp. 20.000.000,00 maupun Rp. 200.000.000,00

Page 83: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

83

- Bahwa sebagai anggota Dewan berhak menerima hak kesejahteraan gaji, hak

menerima tunjangan sesuai aturan yang ada dan diluar itu tidak boleh ;

- Bahwa sesuai dengan berita acara pemeriksaan di penyidik pada nomor 33 bahwa

saksi selain gaji telah menerima uang sebesar Rp. 250.000.000,00 untuk biaya

pemrosesan APBD untuk semua anggota Dewan dari Pos ekseklutif tertanggal 18

Maret 2004 dan sudah saksi bagikan kesemua anggota Dewan dan telah diketahui

oleh Pimpinan Dewan Samirin Darwoto, Arif, Giyanto dan I Made, namun waktu itu

saksi hanya menandatangani kuitansi kosong karena hanya untuk menerbitkan

SPMG dan saksi juga sering menandatangani kuitansi kosong ;

- Bahwa saksi juga pernah mendapat uang dari eksekutif Rp. 3.000.000,00 dan juga

seluruh anggota Dewan yang sama bagiannya untuk biaya pemrosesan APBD dan

disetujui oleh eksekutif karena untuk kepentingan pembahasan, namun apakah uang

tersebut termasuk uang Rp. 1,125 milyar saksi tidak tahu;

- Bahwa anggara eksekutif tidak boleh dipergunakan/diberikan kepada legislatif,

namun saat itu saksi dan Panitia Anggaran yang meminta melalui anggota Dewan

secara lisan dan hal itu aturannya tidak ada ;

- Bahwa saksi pernah mendengat ada yang mengajukan mengenai uang pesangon

namun saksi tolak karena tidak ada aturannya ;

- Bahwa setiap anggaran tentu ada PAK, yaitu 6 (enam) bulan setelah APBD ;

- Bahwa dana eksekutif digunakan untuk pengguna anggaran dan legislatif bukan

pengguna anggaran karena legislatif sudah ada anggarannya sendiri ;

- Bahwa saksi tidak tahu tanda tangan yang ada di bukti-bukti kuitansi ;

- Bahwa saksi mengetahui adanya dugaan penyalah gunaan anggaran karena surat

panggilan menjadi saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkan;

17. Drs. Soemardjo, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa sejak tahun 2004 sampai tahun 2005 saksi bekerja sebagai Kabag

Perlengkapan Pemkab Blitar dan sudah pensiun pada bulan januari 2005 ;

Page 84: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

84

- Sebagai kabag Perlengkapan tugas saksi adalah melaksanakan,

mencukupi/melengkapi segala kebutuhan Sekretariat Kabupaten Blitar dan

memelihara kendaraan plat merah ;

- Anggaran yang diajukan pos perlengkapan dari pos sekretariatan Pemkab Blitar

antara lain biaya perawatan gedung, alat-alat kebutuhan kantor dan alat-alat

kebersihan, sedangkan jumlah seluruh anggaran yang diajukan saksi lupa namun

untuk dana kebersihan yang diajukan sebesar Rp. 1.638.000,00 dan dalam pos

anggaran kebersihan tidak pernah mengajukan maupun mengeluarkan dana sebesar

Rp. 20.000.000,00 ;

- Bahwa prosedur pengajuan anggarannya saksi sebagai Kabag perlengkapan

mengajukan anggaran ke Sekda dan setelah disetujui kemudian saksi membuat

pengajuan lagi ke Kabag Keuangan berupa nota dinas dengan perincian dan

kepentingannya, kalau Kabag Keuangan setuju maka diterbitkan SPMG untuk

pencairan uang dan kalau sudah cair maka saksi diberitahukan serta dipanggil, dan

saksi mengajukan tidak pernah lebih dari Rp. 6.000.000,00 yang pertanggung-

jawaban untuk membeli alat-alat kebersihan dalam kuitansi dengan rinciannya;

- Bahwa dana kebersihan masuk pada pos pemeliharaan gedung sebesar Rp.

750.000.000,00, biaya pemeliharaan angkutan sebesar Rp.839,8 juta dan biaya

pemeliharaan alat-alat kantor sebesar RP. 254 juta

- Bahwa dana eksekutif (Pemkab) tidak bisa diambil atau digunakan Legislkatif

karena APBD-nya masing-masing ada aturannya sendiri dan saksi tidak tahu dan

tidak dengar adanya bantuan dana eksekutif yang diberikan kepada Dewan ;

- Bahwa pada bulan Juni 2004 saksi tidak membeli alat-alat kebersihan senilai Rp.

20.000.000,00 ;

- Bahwa saksi tidak mengetahui uang Rp. 20.000.000,00 dan mengetahui uang sebesar

Rp. 20.000.000,00 adalah uang Pemkab dari membaca kuitansi yang ditunjukan

dihadapan penyidik Kejaksaan dan saksi tidak mengetahui penyerahan uang sebesar

Page 85: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

85

Rp. 20.000.000,00 kepada terdakwa dan kuitansi-kuitansi tersebut menurut prosedur

tidak dapat dibayarkan;

- Bahwa atas surat bukti kuitansi senilai Rp. 20.000.000,00 , Rp. 10.000.000,00 dan

Rp. 200.000.000,00 saksi tahu dan hafal dari corak atau modelnya adalah tanda

tangannya Samirin Darwoto,namun apakah itu tanda tangan Samirin Darwoto saksi

tidak tahu;

- Bahwa saksi tidak mengetahui terdakwa melakukan tindak pidana korupsi dan saksi

mengetahui dari surat panggilan sebagai saksi adanya dugaan korupsi yang

dilakukan terdakwa ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan semuanya

tidak tahu ;

18. Krisanto, SE. MM., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa dari tahun 1998 sampai tahun 2004 saksi sebagai Kasubag Anggaran dan

mulai Maret 2004 sebagai Kepala Bagian Keuangan Pemkab Blitar dan saksi pernah

sejak September 2004 sebagai PLT Kabag Keuangan ;

- Bahwa sebagai Kabag Keuangan tugas saksi adalah menyusun, merekap,

menerima/mengumpulkan usulan dari masing-masing bagian selanjutnya

melaporkan ke Sekda ;

- Bahwa pada bulan Desember 2003 pada waktu penyusunan anggaran APBD 2004

ada permintaan uang dari Anggota Dewan khususnya dari Panitia Anggaran Dewan

melalui Bupati tentang uang pesangon anggota Dewan periode tahun 1999 sampai

2004, pada waktu itu saksi dipanggil Bupati ke pendopo karena ada permintaan uang

pesangon dari DPRD secara lisan dan beberapa hari kemudian saksi dipanggil Sekda

untuk membicarakan uang pesangon dan Sekda memberitahukan kalau dewan tetap

minta uang pesangon tapi dananya tidak mau diambilkan dari dana legislatif dan

minta diambilkan dari dana pos belanja Sekda, setelah itu ada kesepakatan uang

diambil dari Sekkab sebesar Rp. 500.000.000,00 yang perorang mendapatkan Rp.

10.000.000,00 kemudian ada penambahan lagi perorang/anggota mendapatkan Rp.

Page 86: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

86

20.000.000,00 disepakati Bupati dan Sekda dan khusus untuk pimpinan ada lagi

uang sebesar Rp. 225.000.000,00, jadi seluruhnya Rp. 1.125.000.000,00 dan yang

bertanggung jawab Sekretaris Daerah ;

- Bahwa uang pesangon tersebut diambilkan dari eksekutif atas permintaan Dewan

pada saat rapat panitia Anggaran Dewan yang diantaranya dihadiri oleh Kustanto,

Endar suparno, Masdaim dan Tim Anggaran Eksekutif yang dihadiri oleh Bupati,

Sekda dan Hari Nugroho (Wabub) ;

- Bahwa saksi oleh Bupati dan sekda diberitahu ada rapat di pendopo, yang dihadiri

Bupati, Nugroho, Sekda Subiantoro dengan Samirin Darwoto, I Made, Gianto dan

Arif membicarakan masalah pesangon ;

- Bahwa setelah rapat setelah Sekda dan Bupati dengan Dewan sebelum rapat

paripurna, maka saksi dipanggil dan diberitahu oleh Sekda bahwa hasil rapat dengan

Dewan perorang anggota dewan masing-masing Rp. 20.000.000,00 namun SPJ yang

pertama dibahas ditandatangani semua anggota Dewan dan bukan merupakan SPJ

tetapi sebagai pengembalian uang dan saksi disuruh/diperintah oleh Sekretaris

Daerah untuk menganggarkan uang yang diminta Dewan tersebut yang akhirnya

terjadilah APBD dan selanjutnya proses pencairan uang ;

- Bahwa penetapan APBD diantara bulan Desember 2003 dan Januari 2004 ;

- Bahwa penyusunan APBD dilakukan oleh tim Anggaran dari eksekutif dan Panitia

Anggaran dari Legislatif ;

- Bahwa uang pesangon tersebut tidak ada aturannya namun bisa keluar karena

Dewan tetap meminta dan oleh Dewan istilah pesangon ini diganti dengan uang Jasa

Kerja dalam ruang rapat DPRD ketika saksi menghadiri pertemuan panggar DPRD

dewan mengajukan permintaan uang pesangon ;

- Bahwa pencairan dana APBD tahun 2004 sebesar Rp. 1.125.000.000,00 antara bulan

Maret sampai Mei yang pencairannya atas perintah lisan dari Bupati dan Sekda

setelah diminta terdakwa, dan terdakwa meminta uang tersebut melalui Bupati dan

Sekda ;

Page 87: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

87

- Bahwa pada bulan Maret 2004 saksi diperintah oleh atasan agar uang pesangon

untuk dewan diserahkan kepada bendahara untuk disimpan;

- Bahwa saksi diberitahu oleh stafnya bernama Wisnugroho bahwa ia ditelpon Sekda

kalau uang pesangon diminta oleh terdakwa yang saat itu saksi sedang keluar, lalu

dana itu diantar oleh Sekda Subiantoro, Wisnugroho dan Siti Sulastri, setelah

mereka mengantar uang dan sudah diterima oleh terdakwa dan Wisnugroho bilang

kalau dana untuk DPRD sudah diminta serta diserahkan yang oleh saksi minta

kuitansinya yang terdiri dari 2 (dua) lembar yang masing-masing senilai Rp.

900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00, kemudian kuitansi tersebut saksi simpan

dan selang 10 menit saksi diberitahu oleh Wisnugroho kalau diperintah oleh Sekda

bahwa kuitansinya diminta kembali, lalu saksi menyuruh untuk mengfotocopi

kuitansi dulu sebelum diserahkan dan kuitansinya diterima oleh terdakwa sendiri,

sedangkan fotocopi kuitansi tersebut disimpan Titik Wismiati dan saksi melihat asli

kuitansinya tertulis nominal angka dan huruf ada tandatangan dan nama Samirin

Darwoto dan ada materainya ;

- Bahwa bukti fotocopi 2 lembar kuitansi senilai Rp. 1,125 milyar adalah benar

namun fotocopi kuitansi tersebut kurang jelas ;

- Bahwa Wisnugroho mengantar uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut pada

tanggal 25 Agustus 2004 ;

- Bahwa saksi pernah pesan kepada bendahara agar dana disimpan dahulu untuk

dewan sesuai dengan bukti nota dinas (memo) yang saksi tulis dan uang tersebut

disampan sampai bulan agustus 2004 saat diminta terdakwa ;

- Bahwa bendahara mengeluarkan dana tersebut dasarnya pesan saksi dan saksi

memerintahkan membungkus uang Rp. 900.000.000,00 dijadikan 45 amplop yang

masing-masing Rp. 20.000.000,00 sedangkan uang sebesar Rp. 225.000.000,00 tidak

dijadikan satu amplop karena khusus untuk pimpinan DPRD Samirin darwoto

sebagai Ketua dan tiga wakilnya yaitu Made, Gianto dan Arif namun saksi tidak tahu

masing-masing bagiannya ;

Page 88: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

88

- Bahwa saksi mengeluarkan dana APBD sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut

dengan cara memasukan pada pos-pos dimana dana tersebut dapat dimasukan yang

semula dikeluarkan sebesar Rp. 500.000.000,00 kemudian bertambah lagi Rp.

625.000.000,- menjadi berjumlah Rp. 1.125.000.000,00 yang di masukan dalam

RAPBD sehingga terjadi perubahan dalam RAPBD menjadi APBD dengan tanpa

revisi dan dapat dilihat dari penjabaran atau DAS/RAS yang tersebar dalam 8 item ;

- Bahwa saksi mengeluarkan uang APBD atas perintah atasan , yaitu Bupati atau

Sekda dan saksi berwenang untuk menandatangani SPMG yang ada lampirannya

berupa SPP dan SKO, sedangkan yang bertanggung jawab keuangan Sekkab adalah

Sekda dan saksi bertanggung jawab membuat laporan sehingga Kabag Keuangan

tidak bisa mencairkan dana tanpa sepengetahuan Sekda ;

- Bahwa selain dana sebesar Rp. 1,125 milyar masih ada uang lain yang diberikan

kepada anggota Dewan, yaitu pada SPMG No. 8 sebesar Rp. 10.000.000,00 yang

diterima oleh terdakwa dan Rp. 500.000.000,00 yang diterima Mahmud, SPMG No.

699 sebesar Rp. 200.000.000,00 yang diterima terdakwa serta SPMG No. 1387

sebesar Rp. 20.000.000,00 yang diterima terdakwa atas dasar kesepakatan antara

eksekutif dan legislatif dan dalam SPMG tersebut adalah tandatangan saksi ;

- Bahwa saksi pernah diperintahkan atasan, yaitu antara Bupati atau Sekda untuk

mengantarkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 kepada terdakwa lalu saksi

menyerahkan uang tersebut dan diterima oleh terdakwa dan menandatangani

kuitansi penerimaan di hadapan saksi, sedangkan yang Rp. 500.000.000,00 saksi

lupa siapa yang menyerahkannya ;

- Bahwa uang dalam SPMG No. 699 atas permintaan Dewan untuk penyusunan

APBD dan yang Rp. 20.000.000,00 juga atas permintaan Dewan untuk pengadaan

alat kebersihan ;

- Bahwa saksi hafal betul dengan corak dan model tanda tangan terdakwa dan tanda

tangan yang ada pada bukti kuitansi-kuitansi sebesar Rp. 10.000.000,00, Rp.

Page 89: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

89

20.000.000,00 dan Rp. 200.000.000,- saksi hafal betul adalah tandatangan terdakwa

;

- Bahwa penyerahan uang Rp. 10.000.000,00 dan rp. 20.000.000,00 diserahkan

kepada terdakwa pada hari yang berlainan ;

- Bahwa saksi tidak tahu sendiri Wisnugroho mengantar uang sebesar Rp.

1.125.000.000,00 ke rumah dinas terdakwa ;

- Bahwa berdasarkan P.P. yang lama maupun P.P. Nomor 105 Tahun 2000 bahwa

anggaran eksekutif tidak dapat dipergunakan untuk keperluan legislatif ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak benar

dan tidak tahu ;

Menimbang, bahwa telah pula didengar ahli (saksi ahli) bernama Abu Umar yang

memberikan keterangan di bawah sumpah dalam persidangan yang pada pokoknya

menerangkan :

- Bahwa saksi bertugas sebagai Auditor di BPKP sejak tahun 1993 sampai sekarang ;

- Bahwa atas permintaan penyidik Kejaksaan Negeri Blitar dengan suratnya tanggal 5

Juni 2006 setelah dilakukan ekpose oleh Kejaksaan untuk memaparkan ada tidaknya

tindakan korupsi, kemudian dibentuk tim yang terdiri dari Rudy Hariyanto, SE, Budi

Handoyo, Kushandoyo dan saksi untuk mulai melakukan penelitian, pemrosesan di

lapangan serta melakukan audit keuangan negara yang berkaitan dengan perkara ini

sesuai laporan Tim tertanggal 10 Juli 2006 ;

- Bahwa yang menjadi pegangan untuk melakukan penelitian adalah data-data yang

disediakan dan sesuai laporan tim ditemukan adanya kerugian uang negara sebesar

Rp. 1.835.000.000,00 / Rp. 1,835 milyar dengan rincian telah diterbitkan dan

dicairkan SPMG :

Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 sebesar Rp. 510.000.000,00.

Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Page 90: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

90

Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 125.000.000,00.

Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 669 tanggal 2 April 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

dan sesuai aturan bahwa pertanggung-jawaban SPMG tersebut harus sendiri-

sendiri

- Bahwa sesuai dengan kuitansi yang menerima dana sebesar Rp. 1.835.000.000,00,

yaitu :

1. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Mahmud senilai Rp.

500.000.000,00.

2. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp.

10.000.000,00.

3. Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp.

200.000.000,00.

4. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto

senilai Rp. 900.000.000,00.

5. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto

senilai Rp. 225.000.000,00.

- Bahwa pencairan SPMG tersebut seharusnya dilengkapi dengan bukti-bukti lain dan

tidak cukup dengan kuitansi serta tidak sesuai dengan peruntukannya ;

- Bahwa dalam SPMG harus ada nota dan harus ada bukti pendukung lainnya ;

- Bahwa dalam penelitian di lapangan telah memeriksa berkas dan bukti-bukti di

Kejaksaan Negeri Blitar telah pula ditemukan bukti kuitansi yang tidak sesuai

dengan peruntukannya yang harus didukung dengan bukti-bukti lainnya, dimana

ditemukan bukti 2 lembar fotocopi kuitansi tertanggal 25 Agustus 2004 yang

masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 yang tertulis

Page 91: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

91

penerimanya Samirin Darwoto dan selain kedua kuitansi fotocopi tersebut kuitansi

yang lainnya asli ;

- Bahwa menurut penyidik dua lembar kuitansi tersebut aslinya ada pada Samirin

Darwoto ;

- Bahwa telah ditemukan kejanggalan dalam perubahan pada biaya pembinaan dan

pemrosesan keuangan dalam RAPBD tahun 2004 dari dana sebesar Rp.

6.053.250.000,00 berubah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 yang tertuang dalam

APBD sehingga ada kenaikan sebesar Rp. 625.000.000,00, dan sebelum dibahas di

Panggar dianggarkan sebesar Rp. 5.353.250.000,00, dimana perubahan tersebut

dapat dilihat di DASK ;

- Bahwa dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut diambil dari Kesekretariatan

Pemkab pada pos-pos :

Biaya proses penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00

Biaya proses penyusunan perhitungan tahun 2003 sebesar Rp.

200.000.000,00

Biaya penyusunan PAK tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00

Biaya proses penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00

Biaya penyelenggaraan otonomi daerah sebesar Rp. 100.000.000,00

Biaya pembinaan administrasi daerah sebesar Rp. 100.000.000,00

Biaya pengendalian administrasi umum sebesar Rp. 100.000.000,00

Biaya penyelenggaraan pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.

- Bahwa untuk SPMG nomor 8 senilai Rp. 10.000.000,00 diambil dari pos biaya

proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003, sedangkan SPMG senilai Rp.

20.000.000,00 diambil dari pos pengadaan alat kebersihan yang kesemuanya diambil

dari pos kesekretariatan Pemkab ;

- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002

yang bertanggung jawab atas anggaran Kesekretariatan Pemkab adalah Sekda

Page 92: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

92

sedangkan Kabag Keuangan bertanggung jawab kepada Sekda, sehingga segala

pengeluaran dana di sekretariat Pemkab tersebut Sekda mengetahui ;

- Bahwa kuitansi pembayaran di atas satu juta memakai kuitansi, sedangkan bukti

kuitansi yang tidak ada materainya tersebut saksi tidak tahu dan tidak berhak

memutuskan sah atau tidaknya ;

- Bahwa bahan yang digunakan untuk menghitung kerugian keuangan negara karena

tidak sesuai dengan peruntukanya adalah Berita Acara Pemeriksaan Penyidik

Kejaksaan dan bukti-bukti lainnya yang diperoleh dari resume penyidik tertanggal

21 April 2006 ;

- Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 adalah anggaran dari eksekutif (Pemkab

Blitar) seharusnya untuk eksekutif, sehingga yang bertanggung jawab adalah

eksekutif dan menurut catatan Samirin Darwoto adalah Ketua DPRD ;

- Bahwa saksi tidak tahu tandatangan terdakwa dan yang tertulis dalam kuitansi yang

menerima Samirin Darwoto ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa menyatakan tidak tahu ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum Terdakwa mengajukan saksi ahli

(Ahli) dan saksi yang meringankan bagi Terdakwa (a de charge) yang memberikan

keterangan di bawah sumpah di persidangan, yaitu sebagai berikut :

Saksi Adi Yanuanto, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa sejak tanggal 22 Agustus 2000 saksi sebagai PNS yang ditugaskan di

Sekretariat DPRD dan semasa terdakwa sebagai Ketua DPRD saksi sebagai sopir

terdakwa yang dalam kegiatan dinas saksi selalu mengantar terdakwa dengan

menggunakan mobil dinas karena terdakwa tidak mempunyai mobil lainnya ;

- Bahwa saksi terakhir mengantar terdakwa pada Upacara tanggal 17 Agustus 2004

dan terdakwa transit di pendopo, dan kira-kira 3 (tiga) hari kemudian saksi disuruh

tedakwa mengantarkan /meletakan mobil ke rumah dinas, yang setelah itu saksi

tidak pernah pergi ke rumah dinas maupun mengantar atau bertemu dengan

terdakwa karena saksi kembali bertugas lagi di bagian Sekretariat DPRD

Page 93: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

93

- Bahwa saksi pernah mengantar terdakwa ke kantor Kabupaten, namun dalam rangka

apa dan ke ruangan mana saksi tidak tahu;

- Bahwa saksi tidak pernah melihat terdakwa membawa tas kresek warna hitam atau

bungkusan berisi uang ;

- Bahwa saksi tidak pernah tahu atau melihat terdakwa menerima tamu di rumah

dinas;

- Bahwa terdakwa dari kantor ke rumah dinas hanya untuk sholat dan istirahat dan

tidak pernah menginap, dan terdakwa pulang kantor jam 14.00 WIB langsung

pulang ke rumah di Srengat ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa telah membenarkannya

;

Saksi Ahli DR. Solih Mu’adi SH. Msi (Ahli)., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa sesuai dengan pasal 160 ayat (1) huruf b yang pertama-tama didengar

keterangannya adalah korban yang menjadi saksi, sehingga saksi pelapor yang lebih

dahulu di dengar keterangan untuk menentukan proses hukum selanjutnya tentang

salah tidaknya seseorang dan apabila saksi pelapor tidak diajukan di muka

persidangan maka cacat menurut hukum karena keterangan saksi pelapor merupakan

pintu masuk suatu perkara ;

- Bahwa dalam SK Mendagri No. 29 Tahun 2002 dijelaskan tentang prosedur

pengeluaran, penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sehingga

pengeluaran uang Sekkab harus melalui prosedur SPP, SKO dan SPMG dan dalam

pemerintahan jabatan Bupati adalah jabatan politik sedangkan secara teknis jabatan

tertinggi di suatu daerah adalah Sekretaris Daerah (Sekda), demikian pula

berdasarkan P.P. nomor 105 Tahun 2002 bahwa kekuasaan secara umum di pegang

oleh Kepala Daerah namun dalam hal keuangan daerah Kepala Daerah dapat

mendelegasikan seluruhnya atau sebagaian kepada Sekretaris Daerah;

- Bahwa untuk keluar masuknya uang Sekkab harus ada persetujuan Panggar, fungsi

anggaran dibentuk dan dikelola oleh Eksekutif maupun Legislatif yang diputuskan

Page 94: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

94

secara bersama-sama. Dimana dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yaitu

tentang tata tertib penyusunan anggaran disebutkan bahwa Ketua Tim Anggaran

adalah Kepala Kesekretariatan, yang sebelum itu Panggar dibentuk untuk

membicarakan keuangan daerah antara eksekutif dengan legislatif ;

- Bahwa yang dipersoalkan uang anggaran Sekkab namun yang bertanggung jawab

adalah pribadi terdakwa adalah tidak relevan karena kalau pengeluaran dana tidak

melalui sistem maka kesalahannya pada yang mengeluarkan, sehingga eksekutif

yang bertanggung jawab karena pertanggung jawaban mutlak dalam KUHP tidak

bisa dialihkan kepada orang lain ;

- Bahwa terhadap keuangan negara yang bertanggung jawab pengguna anggaran atau

orang yang pertama kali mengeluarkan anggaran ;

- Bahwa dalam perkara ini pelaku utama harus lebih dahulu diperiksa untuk

menentukan ada tidaknya penyertaan, sehingga dakwaan ini prematur ;

- Bahwa kalau perkara tersebut bersama-sama berarti ada 2 orang atau lebih

melakukan perbuatan yang sama maka secara teknis pelaku peserta baru diketahui

setelah pelaku utama dan hal ini bisa dikomulasikan atau dipisah

- Bahwa alat bukti fotocopi kuitansi tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti ;

- Bahwa setiap penyitaan harus ada ijin atau persetujuan penyitaan karena merupakan

keabsahan surat penyitaan sebagaimana diatur dalam KUHAP, dan yang dimaksud

persetujuan penyitaan secara etertulis namun kalau ijin penyitaan dapat tertulis bisa

tidak ;

- Bahwa alat bukti 3 (tiga) lembar kuitansi yang tidak jelas asal atau untuk

keperluannya maka diragukan keabsahannya ;

- Bahwa terhadap 8 SPMG namun ternyata kuitansi pengeluaran hanya 2 lembar yang

masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 adalah tidak

dapat dipertanggungjawabkan dan tidak dapat dijadikan alasan hukum karena satu

SPMG bisa terdapat beberapa kuitansi ;

Page 95: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

95

- Bahwa tentang adanya keterangan saksi-saksi yang tidak bersesuaian, maka

keyakinan Hakim untuk mengambil keputusan tidak lepas dari dua alat bukti yang

cukup dan keterangan saksi, sehingga keyakinan Hakim dalam memutus perkara

harus didasarkan pada alat bukti yang sah dan alat bukti yang tidak bersesuaian tidak

dapat dijadikan alat bukti ;

- Bahwa dalam Undang-Undang no. 31 Tahun 1999 yang dirubah Undang-Undang

No. 20 Tahun 2001 dalam pasal 41 ayat (1) yang menentukan pelapor diminta hadir

sebagai saksi dalam penyidikan dan pemeriksaan di pengadilan hal tersebut

merupakan sahnya pelapor, sedangkan perlindungan terhadap pelapor tidak berarti

tidak boleh jadi saksi karena kalau pelapor tidak dihadirkan bagaimana untuk masuk

ke dalam perkara dan maksud dilindungi maksudnya dijelaskan pada proses awal

persidangan, sehingga harus ada yang dihadirkan dari pemerintah untuk masuk ke

suatu perkara ;

- Bahwa saksi korban bisa pelapor namun kalau pelapor belum tentu saksi korban,

sehingga setiap pelapor harus dimintai keterangan akan tetapi dalam hal yang

mendesak bisa tidak dijadikan saksi ;

- Bahwa setiap pelapor harus diperiksa tidak diatur di KUHAP ;

- Bahwa barang bukti tidak sama dengan alat bukti, sedangkan kuitansi merupakan

bagian alat bukti namun 1 kuitansi tidak cukup untuk alat bukti kalau tidak ada

pendukung yang lainnya ;

- Bahwa kuitansi sah apabila menurut hukum apabila ada tanda tangan penerima, ada

materai cukup untuk nilai di atas Rp. 1.000.000,00 dan ada penggunaannya ;

Menimbang, bahwa atas keterangan ahli di atas, terdakwa menyatakan benar ;

Menimbang, bahwa di persidangan telah dilakukan konfrontir keterangan saksi-saksi

antara lain : Drs.Imam Muhadi MBA. MM., Drs. Soebiantoro MSi., Wisnoegroho Herdi

Wibowo, Krisanto S.E.M.M., Hj. Titik Wismiyati, Siti Sulastri dan Suparno, yaitu sebagai

berikut :

Saksi Drs. Imam Muhadi MBA.MM., pada pokoknya menerangkan :

Page 96: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

96

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dan tata kerja keuangan

Kesekretariatan Daerah yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah Sekretaris

Daerah;

- Bahwa Kasubag maupun Kabag Keuangan tidak dapat mengeluarkan uang tanpa

ada/tanpa diketahui oleh atasannya ;

- Bahwa mengenai adanya perubahan anggaran tahun 2004 di Pemkab Blitar saksi

mendengar dari Sekda dan Krisanto karena Tim Anggaran yang diketuai oleh Sekda

bahwa untuk anggaran yang ada aturannya untuk memenuhi permintaan Dewan

tidak mencukupi namun dikarenakan ditekan oleh Panitia Anggaran (Panggar)

Dewan maka kemudian Krisanto membuat SPP sejumlah Rp. 1.125.000.000,00 / Rp.

1,125 milyar ;

Saksi Drs. Soebiantoro Msi., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa mengenai dana pesangon anggota Dewansebesar Rp. 1.125.000.000,00

adalah guyonan yang terjadi 2 (dua) kali di bulan Desember 2003 yang pertama

dihadiri oleh Bupati, Wakil Bupati, saksi dan Pimpinan dewan, sedangkan

pertemuan yang kedua saksi tidak hadir ;

- Bahwa berdasarkan P.P. Nomor 29 tahun 2002 bahwa yang bertanggung

pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati, dan apabila ada SKO salah maka saksi

yang bertanggung jawab ;

- Bahwa terdakwa bukan pengguna anggaran dan saksi tidak pernah membuat SKO

yang anggarannya diserahkan kepada terdakwa ;

Saksi Krisanto SE.MM., pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa saksi mengeluarkan dana Sekkab sebesar Rp. 1.125.000.000,00 pada tahun

2004 atas perintah secara lisan Bupati dan Sekda sebagai tindak lanjut dari

Page 97: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

97

pertemuan antara Bupati, Wakil Bupati, Sekda dengan Pimpinan Dewan dan adanya

kesepakatan antara Tim Anggaran eksekutif dengan Panitia Anggaran Legislatif ;

- Bahwa terdakwa bukan termasuk Panitia Anggaran (Panggar) ;

- Bahwa saksi disuruh menyiapkan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 oleh Sekda

pada waktu di ruangan Sekda ;

- Bahwa menurut Bupati uang sebesar Rp. 10.000.000,00 dan Rp. 20.000.000,00

tersebut adalah terdakwa pinjam dan paling-paling tidak dikembalikan ;

- Bahwa seingat saksi uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 disimpan di bank, namun

karena uang tersebut sudah dipegang bendahara adalah urusan bendahara sehingga

yang tahu persis adalah bendahara ;

- Bahwa seingat saksi fotocopi kuitansi waktu itu agak jelas, namun hal itu yang tahu

persis Wisnugroho, Siti Sulastri dan Titik karena yang memfotocopi dan menyimpan

;

- Bahwa perubahan anggaran dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupaih) sekian

menjadi Rp. 7.000.000.000,00 (tuhuh milyar rupiah) sekian dari Rp. 10.000.000,00

menjadi Rp. 20.000.000,00 yang mengajukan saksi atas perintah Bupati dan

permintaan Panitia Anggaran yang sebelumnya saksi hadir dalam pertemuan dengan

Panitia Anggaran, yaitu Daim, Kustanto dan Endar ;

Saksi Hj. Titik Wismiyati, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 saksi simpan di brankas ;

Saksi Suparno, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa pada waktu saksi memarkir mobil di rumah dinas Samirin Darwoto telah

melihat mobil Wisnugroho ada di belakang dan Soebiantoro sebelumnya sudah turun

dan waktu itu saksi tahu Wisnugroho berada di depan teras dan sepintas saksi

melihat Wisnugroho masuk ke rumah dinas terdakwa, namun saksi tidak tahu siapa

Page 98: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

98

yang masuk lebih dahulu antara Wisnugroho dan Subiantoro ke rumah dinas

tersebut;

Saksi Wisnugroho Herdi Wibowo, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa yang datang duluan ke rumah dinas terdakwa adalah Subiantoro ;

- Bahwa saksi menyerahkan tas kresek warna hitam yang telah disiapkan Siti Sulastri,

namun saksi tidak tahu persis isinya apakah uang atau bukan ;

- Bahwa kuitansi yang diserahkan kepada terdakwa adalah 2 (dua) lembar masing-

masing rangkap 3 (tiga) ;

Saksi Siti Sulastri, pada pokoknya menerangkan :

- Bahwa saksi tetap pada keterangannya dalam persidangan yang lalu ;

- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 Krisanto memerintahkan secara lisan

kepada saksi untuk mengambil uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ke Titik

Wismiyati ;

- Bahwa yang memfotocopi 2 (dua) lembar kuitansi senilai Rp. 1.125.000.000,00

adalah saksi dan bukti berupa fotocopi 2 (dua) lembar kuitansi senilai Rp.

1.125.000.000,00 adalah yang saksi fotocopi ;

- Bahwa yang masuk duluan ke rumah dinas terdakwa adalah Subiantoro yang

kemudian disusul Wisnugroho ;

- Bahwa pada awalnya mobil Wisnugroho menghadap ke utara kemudian mobilnya

diputar menghadap ke selatan ;

Menimbang, bahwa terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang

pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar sejak tahun 1999 sampai

tahun 2004 yang dilantik sejak tanggal 28 Agustus 1999 dan berakhir masa jabatan

pada tanggal 28 Agustus 2004 yang mempunyai tugas pokok memimpin sidang dan

mendapat gaji sebesar Rp. 5.000.000,00 dari juru bayar yang diambil dari Bendahara

DPRD ;

Page 99: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

99

- Bahwa selain gaji tersebut terdakwa kalau ada rapat mendapat uang rapat setiap dua

bulan sekali;

- bahwa Sruktur DPRD Kabupaten Blitar adalah Ketua, Tiga Wakil ketua, Komisi A

bidang Pemerintahan, Komisi B bidang Perekonomian, Komisi C Bidang Keuangan,

Komisi D bidang Pembangunan dan Komisi D ;

- Bahwa anggota DPRD Kabupaten Blitar berjumlah 45 orang termasuk Ketua dan

wakil Ketua ;

- Bahwa prosedur pengajuan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 adalah sebelumnya

RAPBD yang dibuat eksekutif diajukan ke Panitia Anggaran, lalu Panitia

Musyawarah membuat jjadwal dan memanggil Panggar untuk membahas anggaran

yang diajukan tersebut. Kemudian Sidang Paripurna pertama yang dihadiri oleh

Eksekutif (Bupati atau yang mewakili), lalu pimpinan memanggil ketua fraksi-fraksi

untuk menyikapi pengajuan anggaran tersebut. Pada sidang Kedua ketua fraksi-

fraksi menyikapi dan menyumbang saran, kemudian pada Sidang ketiga

penyampaian jawaban eksekutif atas sumbang saran dan tanggapan pandangan

umum dari fraksi-fraksi tersebut. Setelah itu dalam sidang keempat laporan Panitia

Anggaran dengan membacakan hasil bahasan untuk menerima atau tidak yang

hasilnya di kirim ke fraksi-fraksi untuk menyetujui tidaknya RAPBD dan pimpinan

menyerahkan sepenuhnya kepada fraksi-fraksi. Kemudian dalam sidang kelima

kalau fraksi-fraksi setuju maka RAPBD ditetapkan sebagai APBD ;

- Bahwa kelima sidang tersebut yang memimpin terdakwa dan tidak ada masalah ;

- Bahwa apabila ada penggelembungan atau perubahan anggaran dibahas oleh Panitia

Anggaran dan tim Anggaran dan apabila terjadi perbedaan anggaran dalam RAPBD

dengan APBD maka yang bertanggung jawab adalah Panitia Anggaran dan Tim

Anggaran ;

- Bahwa yang menjadi Ketua Panitia Anggaran adalah Masdaim Rifai, sedangkan Tim

Anggaran dari Eksekutif yang diketuai oleh Sekda ;

- Bahwa terdakwa tidak terlibat dalam Panitia Anggaran ;

Page 100: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

100

- Bahwa terdakwa terdakwa sebagai Ketua DPRD menerima buku pembahasan

RAPBD dan tidak ada perubahan dan diterima dan sesuai dengan APBD seharusnya

tidak ada perubahan ;

- Bahwa pada waktu membicarakan perubahan anggaran tidak ada masalah ;

- Bahwa apabila dalam RAPBD ada revisi-revisi, maka revisi tertulis ;

- Bahwa adanya perubahan/perbedaan di RAPBD dari Rp. 6.678.250.000,00 menjadi

Rp. 7.035.250.000,00 terdakwa tidak mengetahui karena hanya menerima laporan-

laporan dan yang mengerti adalah panitia anggaran dan fraksi-fraksi ;

- Bahwa terdakwa maupun anggota dewan lainnya tidak pernah mengadakan

pertemuan dengan Bupati Di Pendopo ;

- Bahwa sebelum masa jabatan terdakwa berakhir tidak pernah Sekda datang ke

rumah dinas Ketua DPRD dan selama terdakwa berada di rumah dinasnya, baik

sekda maupun yang lainnya tidak pernah datang ;

- Bahwa terdakwa tidak pernah mendengar guyonan anggota dewan mengenai tali

asih atau pesangon anggota dewan dan terdakwa maupun anggota dewan tidak

pernah minta uang pesangon serta tidak ada pesangon anggota dewan dari eksekutif ;

- Bahwa setelah mengikuti upacara 17 Agustus 2004 saksi berada di rumah dan tidak

pernaha lagi ke rumah dinas dan datang lagi pada waktu serah terima jabatan pada

tanggal 28 agustus 2004 ;

- Bahwa selama di rumah pribadi tidak ada Wisnugroho maupun orang lain yang

datang membawa tas kresek warna hitam;

- Bahwa terdakwa tidak pernah menerima uang dari Sekda, Wisnugroho, Siti Sulastri

atau Krisanto maupun staf lainnya ;

- Bahwa terdakwa tidak pernah mendengar Mahmud maupun Kustanto menerima

uang dari eksekutif ;

- Bahwa karyono tidak pernah datang ke rumah terdakwa untuk menanyakan uang

taliasih anggota dewan ;

- Bahwa masalah anggaran eksekutif dan legislatif yang tahu Panitia anggaran ;

Page 101: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

101

- Bahwa selama di rumah dinas terdakwa tidak ada tamu dan kalau ada tamu dari

pihak keluarga dari Srengat;

- Bahwa kalau terdakwa pergi memakai kendaraan dinas yang disopiri Adi Yanuanto

dengan cara diantar jemput, dan kendaraan ditaruh digarasi rumah pribadi terdakwa

sedangkan kuncinya dibawa Adi Yanuanto ;

- Bahwa terdakwa tidak tahu atas bukti berupa kuitansi-kuitansi senilai Rp.

10.000.000,00 , Rp. 20.000.000,00 , Rp. 200.000.000,00 dan fotocopi kuitansi

senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 dan tandatangan dalam kuitansi-

kuitansi bukan tanda tangan terdakwa ;

- Bahwa atas isi dan kesimpulan dari Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium

Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 yang dibuat dan

ditandatangani oleh Ir. Indriani Budhiarti dan Drs. Kuntoro dari Laboratorium

Forensik Cabang Surabaya tersebut terdakwa menyatakan tidak benar;

- Bahwa atas dakwaan Penuntut Umum yang menyatakan terdakwa telah menerima

uang sebesar Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 dengan ada dua fotocopi

kuitansi adalah tidak benar ;

- Bahwa selama menjabat Ketua DPRD terdakwa hanya membeli tanah seluas 50 ru

dengan harga Rp. 50.000.000,00 ;

Menimbang, bahwa di persidangan telah diajukan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ;

8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ;

2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ;

a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00

b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

Page 102: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

102

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ;

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal

16 Oktober 1999 ;

Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan Berita Acara Pemeriksaan

Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 yang dibuat dan

ditandatangani oleh Ir. Indriani Budhiarti dan Drs. Kuntoro dari Laboratorium Forensik

Cabang Surabaya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang telah memberikan

keterangannya di bawah sumpah yang saling bersesuaian satu dengan lainnya dikaitkan pula

dengan keterangan Terdakwa serta memperhatikan pula Berita Acara Pemeriksaan

Laboratorium Kriminalistik No. LAB : 3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 dan barang

bukti lainnya yang dihadapkan ke persidangan, maka Majelis Hakim memperoleh fakta-

fakta hukum yang terungkap di persidangan sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode tahun 1999

sampai tahun 2004, yang mempunyai tugas memimpin sidang paripurna :

Page 103: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

103

- Bahwa pada bulan Desember 2004 di Pendopo Kabupaten Blitar telah terjadi pertemuan

antara Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati, Sekda (saksi Soebiantoro) dengan

Pimpinan Dewan yang terdiri dari terdakwa, Arif Fuadi, Gianto dan Made, yang dalam

pertemuan tersebut terdakwa membicarakan masalah uang pesangon sebagai tali asih

anggota dewan, demikian juga dalam rapat DPRD juga ada permintaan mengenai uang

pesangon untuk anggota Dewan tersebut ;

- Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah dengan anggota dewan lainnya mengadakan

pertemuan dengan bupati di pendopo ;

- Bahwa atas perintah secara lisan dari Bupati dan Sekda (saksi Subiantoro) maka Kabag

Keuangan (Saksi Krisanto) menganggarkan uang pesangon/tali asih anggota DPRD

Kabupaten Blitar pada pos belanja Kesekretariatan PEMKAB Blitar, yaitu pada pos

pembinaan dan pemrosesan keuangan dalam perubahan Anggaran tahun 2004 dengan

nilai nominal sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta

rupiah) pada saat pembahasan RAPBD tahun 2004 dengan rincian setiap anggota dewan

mendapat Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan khusus pimpinan dewan

ditambah lagi uang sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) ;

- Bahwa sekira pada bulan Februari 2004 atas perintah lisan dari Bupati (saksi Imam

Muhadi) dan Sekda (saksi Subiantoro) karena ada permintaan dari terdakwa, maka uang

sebesar Rp. 1,125 milyar tersebut dicairkan dan atas perintah atasan pula uang pesangon

tersebut agar diserahkan ke saksi Titik Wismiati, maka saksi Krissanto (Kabag

Keuangan) mengajukan nota dinas dana untuk Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,-

yang semula di Sekretariat DPRD dialihkan ke Sekretariat dalam pos Biaya Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan dengan memo(catatan) agar saksi Siti Sulastri mengajukan

SPP rincian dana , bulan maret 2006, dana disimpan dulu dan untuk Dewan, kemudian

pada tanggal 5 Februari 2004 saksi Titik Wismiati atas perintah Krissanto berupa memo

tersebut membuatkan SPP sebanyak 8 (delapan) lembar yang setelah diparaf dan

diketahui oleh Saksi Hasan Alhabsi (Asisten II) lalu diajukan ke bagaian anggaran

untuk diparaf dan dilengkapi SKO dan diajukan ke saksi Kadmiarsih (Kasubag

Page 104: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

104

Angggaran untuk dibuatkan 8 (delapan) lembar SPMG, dan pada tanggal 18 Februari

2004 saksi Lilik Purwanto mencairkan dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 di Bank

Jantim dan uang itu diserahkan kepada saksi Titik Wismiati untuk di simpan di Brankas

:

- Bahwa kedelapan SPMG tersebut dari Pos Pembinaan dan Pembinaan Keuangan pada

Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 yang

terdiri dari SPMG :

o Penyusunan Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses

Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan Tahun

2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK

Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan LPJ

Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.

o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan

Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan Administrasi

Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian

Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan

Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.

- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari saksi Krisanto (Kabag Keuangan)

memerintahkan saksi Siti Sulastri untuk mengambil uang ke saksi Titik Wismiati

sebesar Rp. 1.125.000.000,00 untuk Dewan sesuai Nota Dinas saksi Krisanto, kemudian

uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut oleh saksi Siti

Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut

Page 105: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

105

sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti

Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh lima) amplop warna coklat yang masing-

masing berisi Rp. 20.000.000,00 dan dimasukan dalam tas kresek warna hitam,

sedangkan uang yang sebesar Rp. 225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang

dimasukan dalam tas kresek warna hitam dan kemudian kedua bungkusan dalam tas

kresek hitam tersebut dimasukan lagi dalam satu tas kresek warna hitam ;

- Bahwa kemudian setelah saksi Wisnoegroho mendapat telepon dari saksi Subiantoro

yang menanyakan saksi Krisanto maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti Sulastri

menanyakan titipan uang dan memerintah untuk membuar kuitansi yang setelah itu saksi

Siti Sulastri membuat 2 (dua) kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp. 225.000.000,00

masing-masing rangkap 3 (tiga) dengan nama penerima Samirin Darwoto ;

- Bahwa kemudian saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan menggunakan

mobil sendiri membawa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dalam tas kresek warna

hitam tersebut yang pada waktu bersamaan saksi Subiantoro dengan menggunakan

mobil yang dikemudikan saksi Suparno pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar yang

saat itu saksi Subiantoro masuk ke dalam pendopo sedangkan saksi Wisnugroho

maupun saksi Siti Sulastri menunggu diluar tetap dalam mobil, dan selang beberapa

waktu kemudian saksi Soebiantoro keluar pendopo dan dengan menggunakan mobil

yang dikemudikan Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas Ketua DPRD

Kabupaten Blitar (terdakwa) yang terletak di jalan Merdeka Blitar dan saat itu pula saksi

Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga menuju ke rumah dinas Ketua

DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan mobil dan uang yang berada dalam tas

kresek warna hitam tetap ada di dalam mobil tersebut ;

- Bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi Subiantoro turun dari

mobil demikian pula saksi Wisnugroho juga turun dari mobilnya dengan membawa

Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah

disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu saksi Subiantoro dan saksi Wisnugroho masuk ke

dalam rumah dinas terdakwa dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek

Page 106: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

106

warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan sedangkan saksi Siti Sulastri tetap

menunggu di dalam mobil Wisnugroho, dan tak lama selang waktu kemudian saksi

Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan sudah tidak membawa tas kresek warna

hitam maupun stopmap kemudian saksi Subiantoro juga keluar dengan membawa

Stopmap dan diserahkan kepada Wisnugroho, yang setelah dibuka oleh saksi

Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dalam Stopmap tersebut masih tetap ada kuitansi

yang pada nama penerima Samirin Darwoto sudah di paraf yang sebelumnya kuitansi-

kuitansi tersebut belum diparaf ;

- Bahwa saksi Subiantoro menerangkan bahwa pada waktu masuk ke dalam rumah dinas

terdakwa tersebut ternyata saksi Wisnugroho sudah ada di ruang tamu yang saat itu

saksi Subiantoro hanya melihat stopmap warna hijau atau biru di atas meja dan tidak

melihat ada bungkusan, lalu terdakwa menyuruh saksi Subiantoro untuk mengembalikan

stopmap tersebut kepada pemiliknya, yaitu saksi Wisnugroho kemudian saksi

Subiantoro ke luar menyerahkan stopmap kepada saksi Wisnugroho yang sudah ada di

mobil bersama saksi Siti Sulastri, namun saksi Subiantoro tidak mengetahui isi stopmap

tersebut ;

- Bahwa setelah dari rumah dinas terdakwa, baik saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri,

saksi Subiantoro dan saksi Suparno langsung pulang ke kantor Bupati dan sampai di

kantor masih dalam jam akantor (dinas) yang setelah itu saksi Wisnugroho melaporkan

kepada saksi Krisanto kalau uang untuk DPRD sudah diserahkan kepada terdakwa serta

menyerahkan 2 (dua) lembar kuitansi bukti penerimaan masing-masing sebesar Rp.

900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00, dan tak lama kemudian terdakwa menelpon

saksi Subiantoro untuk meminta kembali kuitansi-kuitansi yang diserahkan saksi

Wisnugroho dengan alasan bahwa terdakwa hanya pinjam, lalu saksi Subiantoro

memerintahkan kepada saksi Wisnugroho untuk mengembalikan kuitansi tersebut

kepada terdakwa, namun sebelum dikembalikan 2 (dua0 lembar kuitansi tersebut oleh

saksi Siti Sulasatri di fotocopi untuk diserahkan dan disimpan oleh saksi Titik Wismiati,

sedangkan aslinya diserahkan kepada terdakwa di rumah dinasnya ;

Page 107: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

107

- Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00

dari saksi Wisnugroho dan tidak pernah ada tamu di rumah dinas terdakwa;

- Bahwa pada bulan Desember 2003 saksi Siti Sulastri atas perintah saksi Krisanto telah

mengambil uang dari saksi Titik Wismiati sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 yang diambil dari pos

biaya penyusunan APBD tahun 2004 pada Sekretariat Pemkab Blitar yang dana tersebut

berasal dari APBD, dan oleh saksi Siti Sulastri uang sebesar Rp. 10.000.000,00 tersebut

diserahkan dan diterima sendiri oleh terdakwa di rumah dinasnya yang atas penyerahan

uang tersebut dibuatkan bukti berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 ;

- Bahwa atas perintah atasannya saksi Krisanto pernah menyerahkan uang sebesar Rp.

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli

2004 yang diambil dari pos Pengadaan Alat-alat Kebersihan Sekretariat Pemkab Blitar

yang dana tersebut berasal dari APBD dan uang tersebut saksi Krisanto serahkan dan

diterima oleh terdakwa serta terdakwa menandatangani kuitansi tertanggal 24 Juni 2004

;

- Bahwa dana sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari Pos Proses

Penyusunan Perhitungan APBD 2003 pada Sekretariat Pemkab Blitar yang berasal dari

APBD sesuai SPMG nomor 699 telah cair dan dana tersebut telah terdakwa terima

berdasarkan kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 ;

- Bahwa tanda tangan dalam kuitansi-kuitansi yang tertera dengan nominal sebesar Rp.

10.000.000,00 , Rp. 20.000.000,00 dan Rp. 200.000.000,00 dengan penerima uang

bernama Samirin Darwoto tersebut adalah tanda tangan terdakwa ;

- Bahwa terdakwa menyatakan tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,00,

Rp. 20.000.000,00 maupun Rp. 200.000.000,00 dan tanda tangan dalam bukti kuitansi-

kuitansi bukan tanda tangan terdakwa ;

- Bahwa dana yang dianggarkan untuk Pemerintah Kabupaten Blitar (ekseklutif) tidak

boleh diterima atau dipergunakan untuk keperluan DPRD Kabupaten Blitar (legislatif) ;

Page 108: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

108

- Bahwa terdakwa sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar bukan pengguna anggaran

Sekretarian Pemkab Blitar Eksekutif) ;

- Bahwa untuk pencairan SPMG harus dilengkapi dengan nota dinas, SKO, SPP, kuitansi

dan bukti-bukti pendukung lainnya ;

- Bahwa perubahan anggaran pada biaya pembinaan dan pemrosesan keuanggan

Sekretariat Pemkab dalam RAPBD 2004 sebelum dibahas di Panggar Dewan oleh saksi

Krisanto dianggarkan sebesar Rp.5.353.250.000,00 dan karena atas perintah atasan saksi

Krisanto serta permintaan uang pesangon dari dewan maka terjadi perubahan dalam

RAPBD menjadi Rp. 6.053.250.000,00 dan berubah lagi dalam APBD menjadi Rp.

6.678.250.000,00, dimana atas perubahan-perubahan tersebut dalam rapat di Panggar

Dewan dan oleh fraksi-fraksi dalam rapat paripurna tidak dibahas dan tanpa revisi ;

- Bahwa pembahasan RAPBD dibahas dalam rapat Panggar dengan Tim Anggaran ;

- Bahwa pengeluaran dana dari anggaran Sekretariat Pemkab pasti diketahui oleh Sekda,

dan yang bertanggung jawab atas keuangan Sekretariat Pemkab tersebut adalah Sekda ;

- Bahwa saksi Subiantoro sebagai Sekda adalah juga sebagai Ketua Tim Anggaran

Eksekutif (Pemerintah Kabupaten Blitar) ;

- Bahwa prosedur pencairan dana adalah harus sesuai dengan APBD dan dari Kabag atau

Dinas-Dinas mengajukan dana dengan nota dinas yang telah ditandatangani kemudian

diajukan SEKDA yang setelah disetujui kemudian dibuatkan SPP oleh Pemegang Kas

lalu diajukan kepada Asisten II bidang Administrasi dan Umum untuk diparaf dan

kemudian dikembalikan lagi ke Kabag Keuangan untuk dibuatkan SPMG (surat perintah

membayar giro) dan SKO (Surat Keputusan otoritas), setelah itu diserahkan ke

pemegang Kas untuk pencairan dana dan setelah cair diserahkan kepada pos-pos yang

mengajukan dan sebagai pertanggung jawaban anggaran harus menyerahkan kuitansi

serta bukti-bukti pendukung lainnya ;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum

dengan Dakwaan yang disusun secara subsidaritas yaitu Dakwaan Primair perbuatan

terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Page 109: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

109

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP; dakwaaan Subsidair

perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf b

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang

R.I.Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ; dakwaan Lebih

Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP;

dakwaan Lebih Subsidair Lagi perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi; dakwaan Lebih-Lebih Subsidair Lagi perbuatan terdakwa sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

Menimbang, bahwa untuk dapat dipersalahkan melanggar Pasal-Pasal tersebut, maka

semua unsur yang terkandung dalam Pasal-Pasal yang didakwakan tersebut harus terpenuhi

oleh perbuatan Terdakwa.

Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara

Subsidaritas maka terlebih dahulu Majelis akan mempertimbangkan Dakwaan Primair yaitu

melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1)

Ke-1 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah :

1. Setiap Orang;

Page 110: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

110

2. Secara Melawan Hukum Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain Atau Suatu

Korporasi;

3. Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara;

4. Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh

Melakukan, dan Turut Serta Melakukan;

Ad.1. Unsur Setiap Orang

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang sesuai dengan ketentuan

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, adalah orang perseorangan

atau termasuk korporasi.

Menimbang, bahwa menurut Martiman Projo Hamidjojo, SH, MM dalam bukunya

“Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi”, Penerbit CV. Mandar Maju

Bandung tahun 2001 hal. 52-53, disebutkan istilah yang lazim dalam perundang-undangan

pidana ataupun KUHP memakai kata Barangsiapa atau salinan dari “Hij die” (teks KUHP)

dan yang dimaksud dengan Setiap orang atau Barang siapa adalah orang atau orang-orang

yang apabila orang atau orang-orang tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur delik yang

diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka orang-orang itu disebut sebagai si pelaku atau

si pembuat dari delik tersebut.

Menimbang, bahwa menurut R. Wiyono, SH dalam bukunya “Pembahasan Undang-

Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” Penerbit Sinar Grafika Jakarta tahun 2005,

hal. 27 disebutkan bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tidak ditentukan adanya suatu

syarat, misalnya syarat Pegawai Negeri yang harus menyertai “setiap orang” yang

melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud. Oleh karena sesuai dengan apa yang

dimaksud dengan “setiap orang” dalam Pasal 1 angka 3 Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang

terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dapat terdiri atas orang perseorangan dan/atau korporasi.

Page 111: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

111

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa Samirin Darwoto

telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut Umum,

sehingga terdakwa adalah orang sebagai subyek hukum yang didakwa melakukan tindak

pidana.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka Majelis tidak

sependapat dengan Penuntut Umum maupun Penasihat hukum terdakwa dan Majelis

berpendapat unsur ke-1 “setiap orang” telah terpenuhi.

A.d.2. Unsur Dengan Secara Melawan Hukum Melakukan Perbuatan

Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi.

Menimbang, bahwa unsur kedua ini terdiri dari beberapa sub unsur (elemen) yang

masing-masing saling berkaitan (berhubungan). Dimana yang dimaksud dengan secara

melawan hukum dalam rumusan delik ini berdasarkan penjelasan pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah mencakup perbuatan melawan hukum dalam

arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur

dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela

karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam

masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.Oleh karena itu perbuatan melawan

hukum dapat diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan (hukum tertulis) dan/atau rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial.

Menimbang, bahwa dari fakta yang teruangkap di persidangan, maka unsur kedua

ini akan dipertimbangkan sebagai berikut :

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Krisanto (Kabag Keuangan) dan

Wisnugroho (Kasubag Anggaran), Siti Sulastri (staf Bagian Anggaran), Titik Wismiati

(Kasir dan Pembantu Pemegang Kas) serta barang bukti surat biaya Jasa Kerja sebesar

Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD dialihkan Sekretariat pada Belanja dan

Jasa (jenis Belanja, Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan Keuangan

Page 112: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

112

terungkap fakta-fakta :pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari saksi Krisanto (Kabag

Keuangan) memerintahkan saksi Siti Sulastri (staf Bagian Anggaran) untuk mengambil

uang ke saksi Titik Wismiati (Kasir/Pembantu Pemegang Kas) sebesar Rp.

1.125.000.000,00 dari pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan untuk Dewan

sesuai Nota Dinas (memo) saksi Krisanto dan SPMG :

o Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan

APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan Tahun

2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK

Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses Penyusunan LPJ

Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.

o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan

Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan Administrasi

Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian

Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.

o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan

Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.

kemudian uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut oleh saksi

Siti Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 tersebut

sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti

Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh lima) amplop warna coklat yang sesuai

dengan jumlah anggota DPRD Kabupaten Blitar sebanyak 45 (empat puluh lima) orang

yang masing-masing berisi Rp. 20.000.000,00 dan dimasukan dalam tas kresek warna

hitam, sedangkan uang yang sebesar Rp. 225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang

Page 113: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

113

dimasukan dalam tas kresek warna hitam dan kemudian kedua bungkusan dalam tas

kresek hitam tersebut dimasukan lagi dalam satu tas kresek warna hitam ;

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro (Sekda), saksi Wisnugroho dan saksi

Siti Sulastri diperoleh petunjuk setelah saksi Wisnoegroho mendapat telepon dari saksi

Subiantoro yang menanyakan saksi Krisanto maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti

Sulastri menanyakan titipan uang dan memerintah untuk membuat kuitansi yang setelah

itu saksi Siti Sulastri membuat 2 (dua) kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp.

225.000.000,00 masing-masing rangkap 3 (tiga) dengan nama penerima Samirin

Darwoto ;

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan

menggunakan mobil sendiri membawa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dalam tas

kresek warna hitam tersebut yang pada waktu bersamaan saksi Subiantoro dengan

menggunakan mobil yang dikemudikan saksi Suparno pergi menuju Pendopo

Kabupaten Blitar yang saat itu saksi Subiantoro masuk ke dalam pendopo sedangkan

saksi Wisnugroho maupun saksi Siti Sulastri menunggu diluar tetap dalam mobil, dan

selang beberapa waktu kemudian saksi Soebiantoro keluar pendopo dan dengan

menggunakan mobil yang dikemudikan Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas

Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa) yang terletak di jalan Merdeka Blitar dan saat

itu pula saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga menuju ke rumah

dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan mobil dan uang yang

berada dalam tas kresek warna hitam berisi uang Rp. 1.125.000.000,00 tetap ada di

dalam mobil tersebut.

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri dan saksi Suparno

di peroleh petunjuk bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD tersebut saksi

Subiantoro turun dari mobil demikian pula saksi Wisnugroho juga turun dari mobilnya

dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang

yang sudah disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu saksi Subiantoro dan saksi Wisnugroho

masuk ke dalam rumah dinas terdakwa dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan

Page 114: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

114

tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan dan dibawa oleh saksi

Siti sulastri, sedangkan saksi Siti Sulastri tetap menunggu di dalam mobil Wisnugroho.

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro, saksi Wisnugroho dan saksi Siti

Sulastri bahwa tidak lama selang waktu kemudian saksi Wisnugroho keluar dari rumah

dinas dengan sudah tidak membawa tas kresek warna hitam maupun stopmap kemudian

saksi Subiantoro juga keluar dengan membawa Stopmap dan diserahkan kepada

Wisnugroho, dan berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri

bahwa setelah dibuka dalam stopmap tersebut masih tetap ada 2 (dua) lembar kuitansi

atas penerimaan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 yang masing-masing senilai Rp.

900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 yang pada nama penerima Samirin Darwoto

sudah di paraf yang sebelumnya kuitansi-kuitansi tersebut belum diparaf ;

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Subiantoro, saksi Krisanto, saksi Siti Sulastri, saksi

Wisnugroho dan saksi Titik Wismiati bahwa setelah sampai kembali di kantor tidak

lama kemudian terdakwa menelpon saksi Subiantoro untuk meminta kembali 2 (dua)

kuitansi sebagai tanda penerimaan uang tersebut dan sebelum kuitansi-kuitansi tersebut

dikembalikan dan diserahkan oleh saksi Wisnugroho terlebih dahulu difotocopi oleh

saksi Siti sulastri ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang diserahkan saksi

Wisnugroho sebagai Kasubag Anggaran Pemkab Blitar yang berasal dari pos Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan pada anggaran Sekretariat Kabupaten Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati,

saksi Krisanto serta barang bukti berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 08 tertanggal tanggal

30 Januari 2004 dengan salah satu lampiran berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2006

bahwa uang sebesar Rp. 10.000.000,00 yang diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan

Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar, yang dana tersebut diambil dari

Kasir dan Pembantu Pemegang Kas Pemkab Blitar (saksi Titik Wismiati) yang oleh saksi

Page 115: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

115

Siti Sulastri sebagai staf Bagian Anggaran tersebut diserahkan dan diterima sendiri oleh

terdakwa di rumah dinasnya yang atas penyerahan uang tersebut dibuatkan bukti berupa

kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 dan nama penerima adalah Samirin Darwoto

(terdakwa) ;

Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 30 Desember

2003.dengan nominal sebesar Rp. 10.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto

berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi

Sumardjo dan saksi Krisanto telah mengenali corak dan modelnya sebagai tanda tangan

terdakwa dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB :

3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan tersebut adalah produk yang sama dengan

tanda tangan atas nama Samririn Darwoto dalam tanda tangan pembanding (KT), sehingga

tanda tangan yang ada dalam kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 adalah tanda tangan

terdakwa ,

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00

dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut

diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat

Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Lilik Purwanto, saksi Titik

Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu, saksi Lilik Purwanto barang bukti

berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 dengan salah satu lampiran

berupa kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 bahwa uang sebesar Rp. 20.000.000,00 yang

diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar telah dibuatkan SPP serta

SPMG dan telah cair, dan berdasarkan keterangan saksi Krisanto Kabag Keuangan Pemkab

Blitar telah menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 tersebut dan diterima oleh

terdakwa dengan menandatangani kuitansi penerimaan tertanggal 24 Juni 2004 tersebut;

Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 dengan

nominal sebesar Rp. 20.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto walaupun

Page 116: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

116

berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB :

3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan dalam kuitansi tersebut tidak dapat

dilakukan pemeriksaan karena merupakan double stroke,namun beradasarkan keterangan

saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi Sumardjo dan saksi

Krisanto mengenali corak dan model tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 24 Juni 2004

sebagai tanda tangan terdakwa , sehingga tanda tangan yang ada dalam kuitansi tersebut

adalah tanda tangan terdakwa ,

Menimbang, bahwa beradasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00

dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil

dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Lilik Purwanto, saksi Titik

Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu serta barang bukti berupa 1 (satu)

bendel SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004 dengan salah satu lampiran berupa kuitansi

tertanggal 31 Maret 2004 bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 yang diambil dari pos

Biaya Proses Penyusunan perhitungan APBD 2003 Pemkab Blitar pada Sekretariat Pemkab

Blitar telah dibuatkan SPP ,SPMG serta dilampiri SKO yang dana tersebut telah dicairkan

dan berdasarkan keterangan saksi Krisanto uang sejumlah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) tersebut diterima oleh terdakwa ;

Menimbang, bahwa tanda tangan dalam kuitansi tertanggal 31 Maret 2004.dengan

nominal sebesar Rp. 200.000.000,00 dengan nama penerima Samirin Darwoto, berdasarkan

keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro, saksi Drs. Gunawan, saksi Sumardjo dan

saksi Krisanto mengenali dari corak dan modelnya sebagai tanda tangan terdakwa dan

berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Kriminalistik No. LAB :

3351/DTF/2006 tanggal 7 Juli 2006 tanda tangan dalam kuitansi tersebut adalah produk

yang sama dengan tanda tangan atas nama Samririn Darwoto dalam tanda tangan

pembanding (KT), sehingga tanda tangan yang ada dalam kuitansi tertanggal 31 Maret 2004

adalah tanda tangan terdakwa ,

Page 117: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

117

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana

dipertimbangkan di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003

Pemkab Blitar telah cair dari Kas Pemkab Blitar dan telah diterima oleh terdakwa ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta maupun petunjuk sebagaimana telah

dipertimbangkan di atas, maka terdakwa telah menerima uang masing-masing senilai Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) ditambah Rp.

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ditambah Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)

ditambah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang jadi seluruhnya sejumlah Rp.

1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima milyar rupiah) dari pos-pos pada

Anggaran Pemerintah Kabupaten Blitar (eksekutif) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan : “Penyelenggaraan

tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah”, kemudian dalam pasal 29 ayat (5) juga dinyatakan : “Anggaran Belanja

Sekretariat DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan dicantumkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah” dan dalam pasal 18 ayat (1) huruf f angka ke-3 dinyatakan

DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan

Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah ;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun

2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4

dinyatakan :”Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, efesien, efektif, transparan dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan”, kemudian dalam pasal 10 ayat (3)

ditentukan bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran

atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk

membiayai pengeluaran tersebut. Demikian pula dalam pasal 27 ayat (1) menyatakan :

Page 118: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

118

“Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah

mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih “ ;

Menimbang, bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun

2002 tentang Pedoman Pengurusan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah

serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha

keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah

dalam pasal 49 ayat (5) dinyatakan : “Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti

yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih”, kemudian

dalam pasal 55 ayat (1) juga dinyatakan ; “Pengguna Anggaran dilarang melakukan

tindakan yang mengekibatkan beban APBD jika dana untuk pengeluaran tersebut tidak

tersedia atau dananya tidak cukup tersedia” dan dalam ayat (2) dinyatakan : “Pengguna

Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk

tujuan lain dari pada yang ditetapkan”.

Menimbang, bahwa berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri nomor 161/3211/SJ

tanggal 29 desember 2003 tentang Pedoman , Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota

DPRD yang diantaranya mengatur bahwa untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau

untuk membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan pimpinan atas nama Lembaga

perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja

Penunjang Operasional Pimpinan, dan penyususunan, pelaksanaan dan penatausahaan,

penggunaan belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku

Pengguna Anggaran ;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing mempunyai angaran

sendiri-sendiri, dimana penggunaan anggaran harus cukup atau tersedia dananya dan sesuai

dengan peruntukannya yang telah ditetapkan serta didukung dengan bukti-bukti yang

lengkap dan sah, sehingga anggaran yang diperuntukan Pemerintah Daerah tidak boleh

dipergunakan atau dialihkan kepada DPRD ;

Page 119: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

119

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi; Hasan Al

Habsy; Wisnugroho; Lilik Purwanto; Subiantoro; gunawan; Kustanto, Sumardjo dan

Krisanto bahwa eksekutif /Pemerintah Kabupaten (in casu PEMKAB Blitar) dan Legislatif

(in casu DPRD Kabupaten Blitar) masing-masing mempunyai anggaran sendiri-sendiri dan

anggaran eksekutif tidak dapat diambil maupun dipergunakan/dipakai oleh legislatif ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi serta barang bukti

Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Jawa Timur Nomor 171.423/71/012/1999

tertanggal 16 Oktober 1999 tentang Pengesahan Pimpinan dewan Perwakilan Rakyat daerah

Kabupaten Tingkat II Blitar bahwa terdakwa adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar

;

Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan keterangan saksi Krisanto,

Saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati dan barang bukti surat biaya Jasa

Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD dialihkan Sekretariat pada

Belanja dan Jasa (jenis Belanja, Jasa Kantor (obyek belanja), Biaya Pembinaan dan

Keuangan surat biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD

dialihkan Sekretariat pada Belanja dan Jasa (jenis Belanja), Jasa Kantor (obyek belanja),

Biaya Pembinaan dan Keuangan bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) sebagaimana

dipertimbangkan di atas adalah untuk pesangon para anggota dewan sebanyak 45 orang dan

uang tambahan Pimpinan Dewan yang diterima di rumah dinas terdakwa, dan uang sebesar

Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh juta rupiah) di

terima terdakwa di rumah dinasnya, demikian pula uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) telah diterima oleh terdakwa dalam kaitannya sebagai Ketua DPRD

Kabupaten Blitar, sehingga terdakwa menerima uang-uang tersebut dalam kedudukannya

sebagai Ketua DPRD Blitar yang hanya memberikan kuitansi tanpa didukung kelengkapan

bukti sah lainnya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa sebagai Ketua

DPRD Kabupaten Blitar dan bukan sebagai pengguna anggaran pada Sekretariat Pemerintah

Page 120: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

120

Kabupaten Blitar, dan berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan ahli dan ketentuan-

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105

tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 bahwa

dana/anggaran pada eksekutif (in casu Pemerintah Kabupaten Blitar) tidak boleh diambil

ataupun dipergunakan oleh legislatif (in casu DPRD Kabupaten Blitar), sehingga tindakan

terdakwa yang menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh

lima juta rupiah), Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh

juta rupiah) Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sebagaimana di pertimbangkan di

atas adalah bertentangan dengan ketentuan peraturan-peraturan yang ada, yaitu Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 ;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi adalah suatau perbuatan atau serangkaian

perbuatan yang dengan perbuatan tersebut dapat bertambah harta-hartanya atau

kekayaannya, baik dapat berupa barang-barang atau keuangan. Sedang yang diperkaya ini

adalah orang yang bersangkutan sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang bersifat

alternatif, maksudnya apabila salah satu terpenuhi maka terpenuhilah unsur ini ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta dipersidangan, yaitu dengan diterimanya uang

sebesar Rp.1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) oleh terdakwa

dari Kasubag Anggaran Pemkab Blitar (saksi Wisnugroho) sebagaimana dipertimbangkan

di atas berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto, saksi Wisnugroho, saksi Siti

Sulastri, saksi Titik Wismiati dan saksi Drs. Karyono dengan barang bukti berupa surat

tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan

ke Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja)

Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan maupun barang bukti 2 (dua) lembar fotocopi

kuitansi masing-masing senilai Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) dan Rp.

225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) maka telah diperoleh petunjuk bahwa

uang sebesar Rp.1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) tersebut

Page 121: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

121

yang sebesar Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) diperuntukan untuk dana uang

pesangon/tali asih bagi Anggota DPRD Kabupaten Blitar yang berjumlah 45 (empat puluh

lima) orang termasuk terdakwa yang masing-masing anggota mendapatkan Rp.

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), sedangkan yang sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua

ratus dua puluh lima juta rupiah) merupakan uang tambahan bagi Pimpinan Dewan (DPRD

Kabupaten Blitar) sebanyak 4 (empat) orang termasuk terdakwa sehingga terdakwa

mendaparkan bagaian sebesar Rp. 56.250.000,00 (lima puluh enam juta dua ratus lima

puluh ribu rupiah). Kemudian sebagaimana dipertimbangkan di atas dari SPMG No. 08

tanggal 30 januari 2004 terdakwa menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah), dari SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004 terdakwa menerima uang sebesar Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan dari SPMG nomor1387 tanggal 6 Juli 2004

terdakwa menerima uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka akibat dari perbuatan

terdakwa yang menerima/memperoleh uang yang berasal dari anggaran Sekkab Blitar

tersebut, terdakwa telah bertambah hartanya atau kekayaannya sebesar Rp. 56.250.000,00

(lima puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah) ditambah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ditambah Rp.

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), sehingga berjumlah Rp. 286.250.000.000,00 (dua

ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa mengenai keterangan saksi A de charge Adi Yanuanto yang

telah selesai tugas menjalankan tugas sebagai sopir sejak tanggal 20 Agustus 2004 sebagai

sopir terdakwa, maka saksi tersebut tidak mengetahui peristiwa yang terjadi pada tanggal 25

Agustus 2004 dirumah dinas terdakwa sebagaimana dipertimbangkan diatas ;

Menimbang, bahwa mengenai alasan Penasehat Hukum terdakwa yang menyatakan

bukti-bukti berupa kwitansi yang tidak diberi materai dan tidak jelas asal maupun

peruntukannya, maka Majelis berpendapat untuk keharusan adanya materai dalam kwitansi

adalah untuk memenuhi bea materai demikian pula mengenai asal maupun peruntukannya

Page 122: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

122

adalah telah dipertimbangkan sebagai sesuatu yang tidak prosedural atau merupakan

perbuatan melawan hukum sebagaimana dipertimbangkan dalam pembuktian unsur diatas ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diuraikan di atas,

maka Majelis tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis

berpendapat bahwa unsur ke-2 “Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri” telah terpenuhi ;

A.d.3. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara :

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “merugikan keuangan negara” adalah

sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara

(R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal.

32)

Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan “keuangan negara”

sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah

seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan

termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang

timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat

lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah.

Menimbang, bahwa arti “dapat” dalam dalam unsur ke – 4 ini haruslah diartikan

sebagai sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci

dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana halnya tindak

pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan

Formil Korupsi di Indonesia hal. 45).

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan

keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi, Subiantoro dan Krisanto bahwa pada bulan Deseber

2003 di Pendopo Kabupaten Blitar telah diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Bupati

(saksi Imam Muhadi), Wakil bupati (Heri Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro) dengan

Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan arif Fuadi masing-masing

Wakil Ketua DPRD dan dalam pertemuan tersebut dewan meminta uang pesangon/tali asih

Page 123: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

123

bagi anggota dewan yang akan memasuki purna bhakti. Demikian pula berdasarkan

keterangan saksi Gunawan dan saksi Karyono yang mendengar kalau anggota Dewan akan

mendapatkan uang pesangon/tali asih ;

Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dengan

saksi Imam Muhadi serta barang bukti surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp.

1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja barang

dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan bahwa pada waktu rapat antara Tim Anggaran dari Pemkab Blitar dengan Panitia

Anggaran dari DPRD Kabupaten Blitar tersebut Panitia Anggaran meminta dana uang

pesangon yang diganti dengan istilah Jasa Kerja untuk dianggarkan di Sekkab, maka saksi

Krisanto yang juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran akhirnya menganggarkan dana

pesangon sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah)

dengan cara memasukkan ke pos-pos Sekretariatan Sekkab, yaitu pada Pos Anggaran

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Kabupaten Blitar yang berasal dari

APBD Tahun Anggaran 2004 yang terdiri dari :

o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp.

200.000.000,00.

o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

o pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.

o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.

o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.

o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta ataupun petunjuk sebagaimana telah

dipertimbangkan dalam unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar

Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang diserahkan saksi

Page 124: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

124

Wisnugroho sebagai Kasubag Anggaran Pemkab Blitar yang berasal dari pos Pembinaan

dan Pemrosesan Keuangan pada anggaran Sekretariat Kabupaten Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam

pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar

Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan

uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun

2003 Sekretariat Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa beradasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam

pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar

Rp.20.000.000,00 dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana

tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana dalam

pertimbangan unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar

Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan

APBD tahun 2003 Pemkab Blitar telah cair dari Kas Pemkab Blitar dan telah diterima oleh

terdakwa ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka uang sejumlah Rp.

1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima milyar rupiah) yang telah terdakwa

terima tersebut berasal dari pos-pos anggaran yang diperuntukan bagi Pemerintah

Kabupaten Blitar (eksekutif), yaitu pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan dan pos Pengadaan Alat Kebersihan Sekretariat Pemkab Blitar , dan berdasarkan

keterangan saksi-saksi bahwa anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan maupun

Pengadaan Alat Kebersihan Sekretariat berasal dari APBD Kabupaten Blitar;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan :

“Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah”

Page 125: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

125

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan ahli (Abu Umar) bahwa tim telah

menemukan adanya kerugian uang negara sebesar Rp. 1.835.000.000,00 / Rp. 1,835 milyar

dengan rincian telah diterbitkan dan dicairkan SPMG :

Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 sebesar Rp. 510.000.000,00.

Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 125.000.000,00.

Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.

Nomor 669 tanggal 2 April 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.

sesuai dengan kuitansi yang menerima dana sebesar Rp. 1.835.000.000,00, yaitu :

1. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Mahmud senilai Rp.

500.000.000,00.

2. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp.

10.000.000,00.

3. Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai Rp.

200.000.000,00.

4. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto

senilai Rp. 900.000.000,00.

5. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin Darwoto

senilai Rp. 225.000.000,00.

dan kuitansi-kuitansi tersebut tidak dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung lainnya dan

tidak sesuai dengan peruntukannya;

Page 126: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

126

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa dana sebesar Rp.

1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) telah cair (keluar) yang

diterima oleh terdakwa dengan tidak sesuai prosedur seperti pertanggung jawabannya hanya

berupa kuitansi tanpa didukung bukti lainnya dan tidak sesuai dengan peruntukkannya dan

dana tersebut merupakan anggaran yang diperuntukan bagi Pemerintah Kabupaten Blitar

(Eksekutif) yang pendanaan tersebut berasal dari APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka akaibat perbuatan

terdakwa tersebut negara telah mengalami kerugian keuangan sebesar Rp. 1.355.000.000,00

(satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas maka Majelis tidak

sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis berpendapat bahwa

unsur ke-3 dakwaan praimair ini telah terpenuhi ;

Ad.4. Unsur Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang

Menyuruh Lakukan Atau Turut Serta Melakukan

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “ orang yang melakukan” adalah

seorang yang sendirian telah berbuat mewujudkan segala anasir atau elemen dari peristiwa

pidana, dan yang dimakud dengan “yang menyuruh lakukan” artinya bukan orang itu sendiri

yang melakukan peristiwa pidana akan tetapi ia menyuruh orang lain. Sedangkan arti “turut

melakukan” dalam arti kata “bersama-sama melakukan”, sedikit-dikitnya ada dua orang

ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger)

peristiwa pidana itu. ( R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), hal 62 –

63) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa

dihubungkan dengan surat bukti dan barang bukti yang diajukan di persidangan telah

terungkap fakta-fakta sebagai berikut :

Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi, Subiantoro dan Krisanto

bahwa pada bulan Deseber 2003 di Pendopo Kabupaten Blitar telah diadakan

pertemuan yang dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati (Heri

Page 127: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

127

Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro) dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar

(terdakwa), Sugianto, Made dan Arif Fuadi masing-masing Wakil Ketua DPRD dan

dalam pertemuan tersebut dewan meminta uang pesangon/tali asih bagi anggota

dewan yang akan memasuki purna bhakti. Demikian pula berdasarkan keterangan

saksi Gunawan dan saksi Karyono yang mendengar kalau anggota Dewan akan

mendapatkan uang pesangon/tali asih ;

Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dengan saksi Imam

Muhadi serta barang bukti surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar Rp.

1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke Sekretariat pada Belanja

barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan bahwa pada waktu rapat antara Tim Anggaran dari Pemkab

Blitar yang diketuai oleh Sekda (saksi Soebintoro) dengan Panitia Anggaran dari

DPRD Kabupaten Blitar yang diketuai oleh saksi Masdaim Rifai tersebut Panitia

Anggaran meminta dana uang pesangon yang diganti dengan istilah Jasa Kerja untuk

dianggarkan di Sekkab, maka saksi Krisanto yang juga sebagai Sekretaris Tim

Anggaran akhirnya menganggarkan dana pesangon sebesar Rp. 1.125.000.000,00

(Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dengan cara memasukkan ke pos-

pos Sekretariatan Sekkab, yaitu pada Pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan pada Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun

Anggaran 2004 yang terdiri dari :

o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004

o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003

o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004

o Pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati

o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah

o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah

o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum

o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan

Page 128: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

128

sehingga dalam penyusunan telah terjadi perubuhan dalam RAPBD dan jumlah

anggaran dalam RAPBD juga mengalami perbedaan dan perubahan dalam APBD

yang telah disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun 2004 ;

Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dan Abu Umar (ahli)

bahwa ada perubahan pada pos biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan Sekkab

dalam RAPBD tahun 2004 dari dana sebesar Rp. 6.053.250.000,00 berubah menjadi

Rp. 6.678.250.000,00 yang tertuang dalam APBD sehingga ada kenaikan sebesar

Rp. 625.000.000,00, dan sebelum dibahas di Panggar dianggarkan sebesar Rp.

5.353.250.000,00 ;

Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Subiantoro,

saksi Masdaim Rifai, saksi Kustanto, saksi Krisanto, ahli Abu Umar dan keterangan

terdakwa bahwa yang membahas RAPBD untuk menjadi APBD adalah Panitia

Anggaran dengan Tim Anggaran, dan atas perubahan jumlah anggaran dalam

RAPBD dengan APBD etersebut tidak dibahas serta tidak ada revisi ;

Bahwa uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus duapuluh lima juta

rupiah) dari pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretaritan

Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 telah cair/ keluar

dan diterima oleh terdakwa ;

Bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya

Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar telah cair dari Kas

Pemkab Blitar dan telah diterima oleh terdakwa ;

bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah) dari Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana

tersebut diambil dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ;

bahwa terdakwa telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian

Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut diambil dari

pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab

Blitar ;

Page 129: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

129

Bahwa berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Hasan Al Habsyi, saksi

Kadmiarsih, saksi Krisanto dan Abu Umar (ahli) bahwa setiap pengeluaran dana

pada anggaran Kesekretariatan Pemkab pasti Sekda mengetahuinya ;

menimbang, bahwa syarat adanya turut serta (medeplegen) dalam pasal 55 ayat (1)

ke-1 KUHP ini, terdiri dari :

1. adanya kerjasama secara sadar, yaitu adanya kesadaran bersama ini tidak berarti ada

permufakatan terlebih dulu, cukup apabila ada pengertian antara peserta pada saat

perbuatan dilakukan dengan tujuan mencapai hasil yang sama.

2. ada pelaksanaan bersama secara fisik, yaitu perbuatan yang langsung menimbulkan

selesainya delik ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan sebagaimana di

pertimbangkan di atas bahwa terjadi pertemuan di pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri

oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati (Heri Nugroho), Sekda (saksi Subiantoro)

dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan Arif Fuadi masing-

masing Wakil Ketua DPRD dan di dewan dibahas masalah uang pesangon/tali asih untuk

anggota dewan , sehingga baik terdakwa maupun saksi Soebiantoro mengetahui adanya

uang pesangon untuk anggota dewan, kemudian saksi Soebiantoro yang saat itu sebagai

Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar yang juga sebagai Ketua Tim Anggaran dari eksekutif

(Pemkab Blitar) adalah atasan dari saksi Krisanto yang saat itu sebagai Kabag Keuangan

juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran telah menyuruh saksi Krisanto untuk memasukan

dana uang pesangon permintaan dewan ke pos-pos sekretariatan Pemkab blitar, lalu saksi

Krisanto menganggarkan uang pesangon/tali asih tersebut ke pos anggaran Pembinaan dan

Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dianggarkan sebesar

Rp. 5.353.250.000,00 (lima milyar tiga ratus lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu

rupiah) menjadi Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga juta dua ratus lima

puluh ribu rupiah) dalam RAPBD tahun 2004, dalam dalam rapat pembahasan RAPBD

tersebut oleh Panitia Anggaran Dewan yang juga dihadiri oleh saksi Subiantoro (Ketua Tim

Anggaran dan saksi Krisanto (sekretaris Tim Anggaran) terjadi permintaan penambahan

Page 130: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

130

uang pesangon/taliasih dan nama pesangon diganti dengan Jasa Kerja, sehingga yang

semula pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab

Blitar dalam RAPBD tahun 2004 sebesar Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga

juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) berubah lagi/bertambah menjadi Rp. 6.678.250.000,00

(enam milyar enam ratus ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)

dalam APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar yang disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun

2004, dan atas perubahan/perbedaan yang signifikan jumlah anggaran pada pos anggaran

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun

2004 dengan APBD tahun 2004 tersebut tidak ada pembahasan maupun revisi baik dalam

rapat antara Panitia Anggaran Dewan dengan Tim Anggaran, rapat pendapat fraksi maupun

sidang-sidang paripurna yang dipimpin oleh terdakwa, dan apabila tidak ada pembahasan

atau revisi maka nilai/jumlah dana angaran pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan

Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar seharusnya tetap atau tidak berubah ;

Menimbang, bahwa dengan dimasukannya dana/uang pesangon dalam pos

Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Sekkab Blitar, maka pada bulan Maret 2004 saksi

Soebiantoro sebagai Sekda selaku atasan saksi Krisanto (Kabag Keuangan) telah

memerintahkan kepada saksi Krisanto untuk mencairkan dan menyimpan dulu uang

pesangon/taliasih untuk dewan tersebut, lalu atas perintah tersebut saksi Krisanto

melaksanakannya dengan membuat nota dinas dengan memo yang berupa surat tentang

biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat DPRD di alihkan ke

Sekretariat pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja) Biaya

Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan dengan rincian obyek kepada Bendahara (saksi Titik

Wismiati). Kemudian pada saat anggota DPRD Kabupaten Blitar akan purna bhakti, maka

pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi Soebiantoro dan saksi Wisnugroho (Kasubag

Anggaran) telah menyerahkan uang pesangon untuk Anggota Dewan sebesar Rp.

1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) kepada terdakwa di rumah

dinas terdakwa sebagaimana yang telah dipertimbangkan dalam unsur ke-2 di atas;

Page 131: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

131

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa saksi Subiantoro

telah berperan aktif melakukan perbuatan-perbuatan mulai dari pembicaraan masalah uang

pesangon/taliasih, penyusunan dan pembahasan anggaran untuk memasukkan uang

pesangon/taliasih untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus

dua puluh lima juta rupiah) dalam pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan

pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD tahun 2004

Kabupaten Blitar sampai dengan penyerahan uang tersebut kepada terdakwa, demikian pula

saksi Krisannto juga berperan dengan melakukan perbuatan-perbuatan mulai dari

penyusunan dan pembahasananggaran untuk memasukkan uang pesangon/taliasih untuk

Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta

rupiah) dalam pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat

Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar

sampai dengan pencairan dana/uang pesangon untuk anggota dewan tersebut,

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan bahwa uang sebesar Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan

APBD tahun 2003 Pemkab Blitar, Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari Kabag

Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil dari pos

Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar dan Rp.10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) dari

Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri dan uang/dana tersebut

diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat

Pemkab Blitar yang telah diterima terdakwa tersebut sesuai dengan keterangan saksi

Krisanto adalah berdasarkan perintah dari saksi Soebiantoro selaku Sekda dan saksi

Subiantoro sebagai Sekda mengetahui semua pencairan dan pengeluaran Anggaran pada

Sekretariat Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa bukan sebagai

pengguna anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar. Akan tetapi berdasarkan sebagaimana

pertimbangan di atas bahwa terdakwa telah menerima dana/uang yang berasal dari anggaran

pada Sekretariat Pemkab Blitar, sehingga tidaklah mungkin terdakwa menerima dana/uang

Page 132: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

132

tersebut tanpa keterlibatan atau keterkaitan dengan orang-orang yang mempunyai

kewenangan untuk mencairkan/mengeluarkan dana yang tersedia dalam Anggaran Sekkab

Blitar, yaitu SEKDA Blitar dan Kabag Keuangan Pemkab Blitar ;

Menimbang, bahwa keterangan saksi Subiantoro selaku Sekda Kabupaten Blitar

yang menerangkan tidak pernah memerintah Kabag Keuangan (saksi Krisanto) dan

menerangkan pada tanggal 25 Agustus 2004 saat saksi Subiantoro masuk kerumah dinas

terdakwa ternyata sudah ada saksi Wisnugroho diruang tamu dan tidak melihat bungkusan

kecuali hanya sebuah map, menurut hemat majelis Hakim keterangan saksi Subiantoro

tersebut bersifat subyektif karena saksi Subiantoro mempunyai kepentingan terhadap

perkara ini dimana saksi Subiantoro sebagai tersangka dalam perkara yang terpisah. Oleh

karena itu keterangan saksi Subiantoro ini dikesampingkan ;

Menimbang, bahwa mengenai pendapat dari ahli bernama Solih Mu’adi yang

diajukan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan bahwa untuk perkara penyertaan

atau bersama-sama tersebut pelaku utama harus diperiksa atau diadili terlebih dahulu untuk

menentukan ada tidaknya penyertaan, maka Majelis berpendapat dalam tindak pidana

adanya unsur turut serta atau bersama-sama tidak ada suatu teori hukum yang

mengharuskan (mengkontruksikan) bahwa salah satu pelaku sebagai pelaku utama harus

terlebih dahulu diperiksa dan diadili dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung

Nomor 7K/Kr/1969 tanggal 22 Nopember 1969 bahwa untuk memeriksa perkara terdakwa

Pengadilan tidak perlu menunggu diajukannya terlebih dahulu pelaku utama dalam perkara

itu. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis tidak sependapat dengan ahli

Solih Mu’adi dan karenanya harus dikesampingkan.;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka Majelis tidak

sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa dan karenanya Majelis berpendapat unsur

ke-5 “turut serta melakukan “ dalam dakwaan primair ini telah terpenuhi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan di atas, maka

semua unsur dakwaan primair telah terpenuhi, dan karenanya Majelis berpendapat bahwa

terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan seperti dalam

Page 133: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

133

dakwaan primair karena telah memenihi unsur-unsur dalam pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

;

Menimbang, bahwa karena dakwaan primair telah terbukti maka dakwaan

selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi ;

Menimbang, bahwa alasan Penasehat Hukum terdakwa bahwa dalam perkara ini

saksi pelapor tidak diajukan dan di periksa dipersidangan, maka Majelis berpendapat

berdasarkan pasal 3l ayat (l) jo pasal 4l ayat (2) huruf e UU No. 20 tahun 200l tentang

Perubahan atas UU No. 3l tahun l999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa

untuk perlindungan Hukum terghadap pelapor maka terdapat larangan atas hal-hal yang

memungkinkan dapat diketahuinya identitas pelapor guna memberikan rasa aman bagi

pelapor, sehingga diketahuinya identitas pelapor adalah merupakan suatu larangan apalagi

untuk diperiksa di persidangan sehingga sangat dimungkinkan untuk diketahui identitasnya ,

dan berdasarkan keterangan ahli yang diajukan Penasehat Hukum terdakwa menyatakan

bahwa dalam KUHAP tidak diatur/ditenhtukan saksi pelapor harus diperiksa dipersidangan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan, maka Majelis tidak sependapat

dengan alasan Penasehat hukum terdakwa dan karenanya harus ditolak ;

Menimbang, bahwa mengenai bukti P.2 yang diajukan oleh Penasehat Hukum

terdakwa oleh karena tidak didukung oleh alat-alat bukti sah lainnya, maka haruslah

dikesampingkan dan tidak perlu dipertimbangkan ;

Menimbang, bahwa selama proses persidangan berlangsung Majelis tidak

menemukan adanya alasan pemaaf mapun pembenar pada diri terdakwa yang dapat

menghapuskan pertanggung-jawaban pidana atas segala perbuatan pidana yang

dilakukannya, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

Page 134: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

134

pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan karenanya patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan

kesalahannya ;

Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan terhadap Terdakwa

telah dilakukan penahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP penahanan

yang telah dijalani Terdakwa tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa karena terdakwa ditahan, maka sesuai pasal 193 ayat (2) huruf

b KUHAP jo. pasal 21 ayat (4) KUHAP Majelis mempunyai cukup alasan untuk

menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 diatur mengenai komulasi penjatuhan hukuman pokok, yaitu

hukuman penjara dan hukuman denda, maka kepada diri Terdakwa selain dijatuhi pidana

penjara juga patut untuk dijatuhkan pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam

amar putusan ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana

dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah

pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda

yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

Menimbang, bahwa untuk menentukan besarnya uang pengganti tersebut majelis

berpendapat sesuai dengan telah dipertimbangkan dalam unsur ke – 2 dalam Dakwaan

primair tersebut diatas yaitu Terdakwa telah memperkaya dirinya sendiri sebesar Rp.

286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah),

sehingga berdasarkan hal tersebut adalah cukup beralasan apabila Terdakwa di pidana pula

dengan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp.

Page 135: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

135

286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)

dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut paling lama

dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap,

maka harta bendanya harus disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti

tersebut (Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001).

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di depan persidangan

berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ;

8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ;

2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ;

a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00

b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 745 tanggal 13 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 954 tanggal 5 Mei 2002 ;

Page 136: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

136

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999 tanggal

16 Oktober 1999 ;

masih diperlukan dalam perkara lainnya, maka barang-barang bukti tersebut harus

dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi

pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP

kepada Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan

ditetapkan dalam amar putusan ini ;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka

sesuai pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP akan dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal

yang memberatkan maupun hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa, yaitu sebagai

berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

- Sebagai Ketua DPRD Terdakwa tidak memberikan contoh/teladanbagi rakyat Blitar;

- Terdakwa sebagai Ketua DPRD seharusnya mengawasi pelaksanaan APBD agar

berjalan baik dan tidak justru sebaliknya dengan melakukan penyimpangan

- Perbuatan Terdakwa mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar.

- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan semangat Pemerintah dalam memberantas

dan memerangi tindak pidana korupsi

- Terdakwa tidak mengakui perbuatannya.

- Terdakwa sudah menikmati hasil perbuatannya.

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa mengaku belum pernah dihukum

- Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan.

- Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga.

- Terdakwa sudah berusia lanjut

Page 137: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

137

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini, maka segala hal yang

tertuang dalam berita acara persidangan adalah merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dalam putusan ini ;

Mengingat akan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.

pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan ketentuan pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lainnya yang

berkaitan dengan perkara ini ;

M E N G A D I L I :

1. Menyatakan terdakwa H. Samirin Darwoto tersebut di atas telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :“KORUPSI YANG

DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA ”

2. Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karenanya dengan Pidana

Penjara selama ………..dan pidana denda sebesar Rp. ……………subsidair

……………………………kurungan.

3. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya

dari pidana yang dijatuhkan,

4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana tambahan untuk membayar

uang pengganti sebesar Rp. 286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta

dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti

paling lama satu bulan sejak putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap maka

harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk mencukupi uang pengganti

tersebut dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi

Page 138: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

138

untuk membayar uang pengganti maka akan diganti dengan pidana penjara selama

……………tahun.

6. Menetapkan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00

8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ;

2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ;

a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00

b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran

2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ;

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999

tanggal 16 Oktober 1999 ;

dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain

7. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)

Page 139: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

139

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Blitar pada hari R A B U, tanggal 27 Desember 2006 oleh kami SIH YULIARTI,

S.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, SINUNG BARKAH PRACAYA, S.H. dan SIGIT

PANGUDIANTO, S.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut

diucapkan dalam persidangan yang yang terbuka untuk umum pada hari K A M I S,

tanggal 28 Desember 2006 oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi oleh Hakim

hakim Anggota tersebut, dibantu SURIP, S.H. Panitera Penganti pada Pengadilan Negeri

Blitar, yang dihadiri oleh MUZAIRI, S.H. sebagai Penuntut Umum serta dihadapan

terdakwa dengan didampingi Tim Penasihat Hukumnya ;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA MAJELIS,

SINUNG BARKAH PRACAYA, S.H. SIH YULIARTI, S.H.

SIGIT PANGUDIANTO, S.H.

PANITERA PENGGANTI,

SURIP, S.H.

Page 140: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

140

.

keterangan Terdakwa dihubungankan dengan surat bukti yang diajukan

dipersidangan telah terungkap fakta bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM,

sebagaimana identitas yang tercantum dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah

seorang Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pejabat Negara dengan Jabatan Bupati

Blitar berdasarkan Surat Keputusan Mendagri dan Otoda No.131.25.598 tanggal 21

Desember 2000, periode tahun 2001 -2006.

Menimbang, bahwa Terdakwa aquo diajukan ke depan persidangan berkaitan erat

dan tidak dapat dipisahkan dengan status Terdakwa yang memangku Jabatan sebagai Bupati

Blitar, sehingga segala fasilitas maupun sarana yang ada dalam jabatan tersebut Terdakwa

memiliki kewenangan untuk menggunakannya, dengan demikian Majelis berpendapat

bahwa pengertian setiap orang tidak sesuai dengan pengertian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, sehingga unsur ke – 1

“Setiap Orang” tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dari Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke – 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat

(1) KUHP, tidak terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa, maka Terdakwa harus dinyatakan

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam

Dakwaan Primair dan Terdakwa haruslah dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut.

Page 141: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

141

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan Dakwaan

Subsidair, yaitu melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.

Pasal 55 ayat (1) ke – 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, yang unsur-unsurnya sebagai

berikut :

1. Setiap Orang;

2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Atau Korporasi;

3. Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan, Atau Sarana Yang Ada Padanya

Karena Jabatan Atau Kedudukan;

4. Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara

5. Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang Menyuruh

Melakukan, Dan Yang Turut Serta Melakukan;

Ad.1. Unsur Setiap Orang

Menimbang, bahwa yang dimaksud setiap orang sebagaimana Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, adalah orang perseorangan yang merupakan

subyek hukum (recht person) dalam perkara tindak pidana korupsi dengan ketentuan bahwa

pelaku tindak pidana korupsi tersebut harus memangku suatu “jabatan atau kedudukan” dan

mampu bertannggung jawab atas segala perbuatan sebagai orang yang memiliki segala

kewenangan dalam jabatan tersebut.

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa dalam pembelaannya menyatakan

sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ke – 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999, dijelaskan

bahwa yang dimaksud setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi,

sehingga apabila dikaitkan dengan tindak pidana yang dirumuskan, setiap orang itu hanya

Page 142: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

142

akan mempunyai arti apabila dalam persidangan dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti

yang sah apakah orang tersebut benar telah melakukan suatu perbuatan yang dapat di pidana

dalam Tindak Pidana Korupsi ? Dengan demikian Penasehat Hukum Terdakwa tidak

sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum apabila yang dimaksud setiap orang/barangsiapa

dalam perkara ini adalah Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM.

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di depan persidangan

berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa yang dihubungkan dengan surat

bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta bahwa Terdakwa Drs. H. Imam

Muhadi MBA, MM adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pejabat

Negara dalam Jabatan Bupati Blitar Periode 2001-2006 berdasarkan SK Mendagri No.

131.35.598 tanggal 21 Desember 2000.

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke depan persidangan oleh Jaksa Penuntut

Umum dalam perkara aquo adalah sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan

status Terdakwa selaku Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan sebagai Bupati

Blitar, sehingga segala fasilitas maupun sarana yang ada dalam jabatan tersebut menjadi

kewenangan Terdakwa untuk menggunakannya dan Terdakwa sendiri mampu bertanggung

jawab atas segala perbuatannya, hal mana sesuai dengan pengertian setiap orang yang

dimaksud Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat

Hukum Terdakwa dan berpendapat Unsur ke – 1 Setiap Orang telah terbukti secara sah dan

meyakinkan.

Ad.2. Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Atau Korporasi

Page 143: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

143

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau korporasi adalah sama artinya dengan mendapatkan untung untuk diri sendiri atau

orang lain atau korporasi dan di dalam ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang

terdapat dalam Pasal 3 unsur “menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi”

tersebut adalah tujuan dari pelaku tindak pidana korupsi (R. Wiyono, SH dalam bukunya

“Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” Penerbit Sinar

Grafika Jakarta tahun 2005, hal. 38), dan sesuai pula dengan Putusan MA – RI tanggal 29

Juni 1989 Nomor 813K/Pid/1987 di dalam pertimbangan hukumnya antara lain

menyebutkan bahwa “unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan”

cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi atau dihubungkan dengan perilaku Terdakwa yang

sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya karena jabatan atau kedudukannya.

Menimbang, bahwa terhadap uraian unsur ke – 2 ini Penasehat Hukum Terdakwa

menyatakan bahwa dari keseluruhan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan tidak

terbukti adanya niat atau maksud sebagai tujuan dalam diri Terdakwa untuk menguntungkan

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, sehingga unsur ke – 2 tidak terbukti

dilakukan oleh Terdakwa dengan alasan sebagai berikut :

1. Pengeluaran dana berdasarkan SPMG kode D digunakan untuk memenuhi

kebutuhan mendesak dan kepentingan Pemerintah Kabupaten Blitar, tidak ada bukti

dana tersebut digunakan untuk menguntungkan Terdakwa.

2. Pemindahbukuan dana Kas Daerah sebesar Rp. 5.000.000.000,- ke rekening atas

nama Krisanto dan Priono Hadi, Begitu pula Deposito dan Giro atas nama

Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 27.000.000.000,- dipindahbukukan ke

rekening atas nama Krisanto adalah diluar pengetahuan Terdakwa dan bukan atas

perintah Terdakwa.

3. Tidak pernah terbukti adanya perbuatan Terdakwa yang telah memperkaya orang

lain yaitu saksi Krisanto SE, MM, saksi Solichin Inanta, SH, Msi, saksi Drs. Ec. M.

Rusjdan, MM, dan saksi Bangun Suharsono.

Page 144: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

144

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan

keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa yang dihubungkan dengan barang bukti

dan surat bukti yang diajukan di persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut:

- Bahwa pada awalnya Terdakwa selaku Bupati Blitar meminta dana kepada Kasubag

Anggaran (Saksi Krisanto) sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang akan digunakan untuk

kegiatan Parpol diluar anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBD.

- Bahwa atas permintaan Terdakwa tersebut saksi Krisanto melaporkan kepada Kabag

Keuangan (saksi Solichin Inanta) dan selanjutnya Kabag Keuangan mengadakan

pertemuan dengan Kasubag Anggaran Krisanto dan Kasubag Pembukuan (saksi

Bangun Suharsono) serta mengundang Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M.

Rusjdan) untuk mencarikan jalan keluar dalam memenuhi permintaan dana oleh

Terdakwa tersebut.

- Bahwa atas inisiatif Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) ditemukan cara

pengeluaran dana diluar APBD adalah melalui SPMG PA (Pengembalian Ayat), dan

setelah dikonsultasikan ke Propinsi Tingkat I Jawa Timur, dapat dicairkan melalui

SPMG PA asalkan dapat dipertanggungjawabkan dan oleh karena pencairan SPMG

PA tersebut diambilkan dari ayat/sisi penerimaan, maka harus dikembalikan lagi ke

pos penerimaan.

- Bahwa selanjutnya mereka berempat melaporkan hal tersebut kepada Sekretaris

Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan

kepada Terdakwa selaku Bupati, atas laporan tersebut Terdakwa menyetujuinya dan

akan bertanggung jawab.

- Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa, Kasubag Anggaran (saksi Krisanto)

memberitahukan kepada Kasubag Perbendaharaan (saksi Kadmiarsih) agar

dibuatkan SPMG PA yang kemudian diberi kode D dan ditandatangani Kabag

Keuangan tanpa adanya lampiran SPP dan SKO, kemudian SPMG PA tersebut di

kirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan Cek Pembayarannya.

Page 145: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

145

- Bahwa semua pencairan SPMG PA dilakukan oleh Bendaharawan Gaji Sekretariat

(saksi Lilik Purwanto) yang selanjutnya dana diserahkan kepada Kasubag Anggaran

(saksi Krisanto) dan oleh Krisanto diserahkan kepada Terdakwa.

- Bahwa tahun 2002 telah dicairkan SPMG PA sebanyak 59 lembar dengan total nilai

sebesar Rp. 17.047.950.000,-, tahun 2003 sebanyak 56 lembar dengan total nilai

sebesar Rp. 27.060.318.225,- dan tahun 2004 sebanyak 78 lembar SPMG PA dengan

total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,-

- Bahwa pada tanggal 12 Maret 2003 dan tanggal 13 Maret 2003 berdasarkan surat

dari Kepala Kantor Kas Daerah (saksi Solichin Inanta) simpanan deposito dan giro

Pemerintah Kabupaten Blitar telah dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto

sebesar Rp. 27.000.000.000,- dan oleh Krisanto setelah dicairkan sebesar Rp.

24.000.000.000,- diserahkan kepada Terdakwa sedangkan sisanya sebesar Rp.

3.000.000.000,- dikembalikan lagi ke rekening Kas Daerah (DAU).

- Bahwa pada rekening nomor 144-00-020178-6 atas nama Drs. H. Imam Muhadi

MBA, MM di Bank Mandiri tanggal 24 Juni 2002 terdapat tranfer dana dari Krisanto

sebesar Rp. 1.560.000.000,- dan pada tanggal 1 Jui 2002 sebesar Rp. 400.000.000,-

- Bahwa di Bank Jatim Terdakwa mempunyai beberapa rekening yaitu rekening

No.0143006646, No.0142342499, No. 0143003677, yang keseluruhannya atas nama

Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM, sedangkan rekening No. 143850005 adalah

rekening Gardu Taskin Bupati Blitar.

- Bahwa untuk rekening No. 143006646 sesuai dengan bukti alokasi setoran terdapat

setoran tunai sejumlah Rp. 3.015.939.833,- untuk rekening No.0142342499 setoran

tunai sebesar Rp. 44.195.217,44, rekening No. 0143003677 setoran tunai sebesar

Rp. 2.100.353.500,- sehingga jumlah setoran tunai yang ada di Bank Jatim adalah

Rp. 3.015.939.833,- + Rp. 44.195.217,44 + Rp. 2.100.353.500,- = Rp.

5.070.488.540,44

Page 146: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

146

- Bahwa pada Bank Mandiri Terdakwa mempunyai rekening No. 144.00.020178-6

atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM terdapat setoran tunai sebesar Rp.

712.185.000,-

- Bahwa pada Bank BNI Terdakwa mempunyai rekening No.183002848137.901 atas

nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM terdapat setoran tunai sebesar Rp.

16.000.000,-

- Bahwa Terdakwa juga mempunyai rekening pada Bank BCA yaitu rekening No.

00901586861 atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM yang jumlah setoran

tunainya sebesar Rp. 4.859.656.600,-

- Bahwa rekening No. 0009-01-017002 tasa nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM

pada Bank BRI terdapat setoran tunai sebesar Rp. 100.000.000,-

- Bahwa sebagai Bupati Terdakwa mempunyai penghasilan yang berupa :

1. Gaji Bupati sebesar Rp. 11.000.000 sampai dengan Rp. 15.000.000,-/bulan

2. Gaji Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp. 1.450.000,-/bulan

3. Gaji dari Rumah Sakit Syuhada Haji sebesar Rp. 3.000.000,-/bulan

4. SHU dari Yayasan Syuhada Haji sebesar + Rp. 1.250.000,-/bulan

5. Jasa Pungut PBB sebesar 1% /tahun dan jasa penyelesaian sengketa tanah

yang sifatnya insidentil

Sehingga rat-rata penghasilan riil yang diterima Terdakwa adalah sebesar + Rp.

20.700.000,-/bulan

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Terdakwa yang tidak mengakui adanya

penerbitan dan pencairan SPMG kode D adalah hak Terdakwa dan oleh karena keterangan

Terdakwa tersebut tidak didukung dengan bukti-bukti yang ada dan tidak ada bukti

pertanggungjawaban mengenai penggunaan dana permintaan Terdakwa yang dipergunakan

untuk pembayaran gaji ketiga belas, jamuan tamu VVIP, penyelesaian demo masyarakat,

bantuan ke masjid-masjid maupun penggunaan dana yang lain maka Majelis patut

mengesampingkan keterangan Terdakwa tersebut.

Page 147: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

147

Menimbang, bahwa terhadap pencairan deposito/giro Pemerintah Kabupaten Blitar

melalui rekening atas nama Krisanto yang juga dibantah Terdakwa, Majelis berpendapat

apabila dilihat dari proses awal pendepositoan dana Pemerintah Kabupaten Blitar tersebut

adalah dengan SK Bupati No.151/2002, SK Bupati No.152/2002, SK Bupati No.153/2002

tanggal 15 Mei 2002 dan SK Bupati No. 334/2002 tanggal 7 september 2002, maka sudah

seharusnya pencairan dananya juga dengan SK Bupati atau setidak-tidaknya dengan

sepengetahuan Terdakwa Selaku Bupati. Adalah sangat tidak masuk akal apabila pencairan

deposito dengan total nominal yang sangat fantastis yaitu sebesar Rp. 24.000.000.000,-

tidak diketahui oleh Terdakwa selaku Bupati. Dan disamping itu dikaitkan dengan

keterangan terdakwa sendiri di persidangan yang menyatakan bahwa pada bulan Agustus

2004 telah terjadi unjuk rasa (demontrasi) dari masyarakat dan LSM mengenai kekosongan

kas pada Pemerintah Kabupaten Blitar dimana saat itu terdakwa sama sekali tidak

mengingat akan deposito dan giro yang merupakan aset Pemerintah Kabupaten Blitar,

namun terdakwa justru membuat wacana mencari pinjaman pada KPRI Praja Mukti, yang

atas hal tersebut memberikan petunjuk pada Majelis bahwa terdakwa saat itu mengetahui

kalau Deposito dan giro tersebut telah dicairkan.

Menimbang, bahwa adanya transfer dana dari Krisanto ke rekening atas nama

Terdakwa di Bank Mandiri sebesar Rp. 1.560.000.000,- dan yang kedua sebesar Rp.

400.000.000,- sehingga keseluruhan sejumlah Rp. 1.960.000.000,- menurut Terdakwa

adalah dana pinjaman yang sekarang sudah dikembalikan sesuai dengan kuitansi tanggal 27

Juni 2002dan kuitansi tanggal 4 Juli 2002 akan tetapi tanda tangan didalam kuitansi tersebut

telah disangkal oleh saksi Krisanto sehingga Majelis berkesimpulan bukti kuitansi tersebut

patut untuk dikesampingkan dan sesuai dengan keterangan saksi Krisanto yang telah

memberikan keterangan di bawah sumpah menyatakan dana-dana yang telah di transfer ke

rekening Terdakwa adalah berasal dari pencairan SPMG kode D dan bukan merupakan dana

pinjaman.

Page 148: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

148

Menimbang, bahwa mengenai setoran-setoran tunai yang ada pada rekening-

rekening atas nama Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Bank jatim, Bank

Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BCA Cabang Blitar sebagaimana terbukti dari

aplikasi setoran apabila dihubungkan dengan penghasilan riil yang diterima Terdakwa

selaku Bupati Blitar dan penghasilan-penghasilan yang sah lainnya yaitu sebesar Rp.

20.700.000,- /bulan, ternyata sangat tidak realistis seperti setoran tunai di Bank Jatim dalam

satu bulan ada yang jumlahnya sebesar Rp. 500.000.000,- Rp. 175.000.000,- Rp.

200.000.000,- bahkan ada setoran yang jumlahnya Rp. 1.000.385.000,- dalam satu bulan,

yang atas setoran-setoran tersebut Terdakwa tidak dapat membuktikan asal dananya,

karenanya menjadi petunjuk bagi Majelis bahwa dana-dana yang disetorkan secara tunai

tersebut berasal dari pencairan SPMG kode D maupun pencairan deposito Pemerintah

Kabupaten Blitar yang semuanya dicairakan oleh saksi Krisanto dan diserahkan kepada

Terdakwa.

Menimbang, bahwa atas uraian pertimbangan tersebut diatas, Majelis berpendapat

bahwa Terdakwa telah menguntungkan dirinya sendiri sebesar Rp. 36.718.329.540,44

dengan perincian sebagai berikut :

1. Setoran tunai di Bank Jatim sebesar Rp. 5.070.488.540,44

2. Setoran tunai di Bank Mandiri sebesar Rp. 712.185.000,-

3. Setoran tunai di Bank BNI sebesar Rp. 16.000.000,-

4. Setoran tunai di Bank BCA sebesar Rp. 4.859.656.000,-

5. Setoran tunai di Bank BRI sebesar Rp. 100.000.000,-

6. Pencairan deposito Pemkab sebesar Rp. 24.000.000.000,-

7. Transfer dari Krisanto sebesar Rp. 1.960.000.000,-

Sehingga jumlah keseluruhan sebesar Rp. 36.718.329.540,44

Page 149: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

149

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim tidak sependapat dengan

Penasehat Hukum Terdakwa dan berdasarkan pertimbagan tersebut diatas unsur ke – 2

yaitu, dengan tujuan mengungtungkan diri sendiri telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.3. Unsur Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan Atau Sarana Yang Ada

Padanya Karena Jabatan Atau Kedudukan

Menimbang, bahwa R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan

Tindak pidana korupsi hal. 38-40 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan” adalah menggunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang

melekat pada jabatan atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana

korupsi untuk tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan atau sarana

tersebut.

- Sedangkan yang dimaksud dengan “kewenangan “ adalah serangkaian hak yang

melekat pada jabatan atau kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi untuk

mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas pekerajaannya dapat dilakukan

dengan baik.

- Yang dimaksud dengan “kesempatan” adalah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh

pelaku tindak pidana korupsi, peluang mana tercantum di dalam ketentuan-ketentuan

tentang tata kerja yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan yang dijabat atau

diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi.

- Sedangkan yang dimaksud dengan “jabatan” sesuai dengan Undang-Undang Nomor

43 tahun 1999 adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara.

- Dan yang dimaksud dengan “kedudukan” sebagaimana ketentuan Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, dipergunakan untuk pelaku

Page 150: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

150

tindak pidana korupsi Pegawai Negeri sebagai pelaku tindak pidana korupsi yang

tidak memangku suatu jabatan tertentu baik jabatan struktural maupun jabatan

fungsional.

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa di dalam uraian unsur ke-3 ini

menyatakan bahwa Terdakwa tidak terbukti menyalahgunakan kewenangan/kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, sehingga unsur ke-3 tidak

terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa dengan alasan sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa selaku Bupati telah mendelegasikan kewenangan dalam

pengelolaan keuangan kepada Sekretaris Daerah dan perangkat pengelola keuangan

daerah sesuai Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 105 tahun 2000 sehingga kewenangan

pengelolaan keuangan daerah sudah tidak melekat pada diri Terdakwa selaku

Bupati.

- Bahwa apabila ada tindakan para pengelola keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar

yang telah menyimpang bukan merupakan tanggung jawab Terdakwa, karena

perbuatan tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan dan bukan atas perintah

Terdakwa.

- Bahwa perbuatan Terdakwa yang memerintahkan untuk mengeluarkan dana APBD

yang belum dianggarkan guna kepentingan mendesak bukan merupakan bagian dari

pelaksanaan kewenangan melainkan wujud dari tanggung jawab moral seorang

Bupati dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi Pemerintah Kabupaten

Blitar.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa

dihubungkan dengan surat bukti dan barang bukti yang diajukan di persidangan telah

terungkap fakta-fakta sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM adalah seoarang Pegawai

Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pejabat Negara dalam Jabatan Bupati Blitar

Page 151: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

151

periode tahun 2001-2006 berdasarkan Surat Keputusan Mendagri dan Otoda Nomor

131.25.598 tanggal 31 Desember 2000 dengan tugas mengatur kebijaksanaan umum

tentang Pemerintahan Daerah terutama yang disebut Daerah Otonomi.

- Bahwa pada awal tahun 2002 Terdakwa meminta disediakan dana sebesar Rp.

2.000.000.00,- untuk kegiatan Parpol kepada saksi Krisanto (Kasubag Anggaran).

- Bahwa atas permintaan dana tersebut, diluar yang dianggarkan dalam APBD,

Krisanto melaporkan pada saksi Solichin Inanta (Kabag Keuangan) dan untuk

mencarikan jalan keluarnya diadakan rapat di Bagian Keuangan yang dihadiri oleh

Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), Kasubag Anggaran (saksi Krisanto),

Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) dan Kepala Kantor Kas Daerah

(saksi M. Rusjdan).

- Bahwa dari hasil pertemuan tersebut, atas ide dari Kasubag Pembukuan disepakati

bahwa pengeluaran dana diluar APBD ditempuh dengan cara Pengembalian Ayat

(PA) yaitu realisasi pengeluaran yang diamblikan dari ayat/sisi pemerimaan,

selanjutnya dikonsultasikan ke Bagian Keuangan Propinsi Jawa Timur dengan

penjelasan bahwa perngeluaran dana dengan cara Pengembalian Ayat dapat

dibenarkan dengan syarat harus dapat dipertanggungjawabkan.

- Bahwa kemudian oleh mereka berempat cara tersebut dilaporkan kepada Sekretaris

Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan

kepada Terdakwa selaku Bupati. Setelah melapor kepada Terdakwa mengenai

pengeluaran dana melalui Pengembalian Ayat, dan Terdakwa menyetujui dan akan

bertanggung jawab.

- Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa, Krisanto memberitahukan kepada

Kasubag Perbendaharaan (saksi Kadmiarsih) agar diterbit SPMG PA yang kemudian

diberi kode d atau D yang ditandatangani Kabag Keuangan Solichin Inanta tanpa

dilampiri SPP dan SKO sebanyak dua lembar dengan nilai nominal masing-masing

Rp. 1.000.000.000,- sesuai dengan permintaan Terdakwa, selanjutnya SPMG PA

tersebut dikirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan cek pembayarannya dan

Page 152: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

152

setelah dicairkan oleh bendahara gaji sekretariat (saksi Lilik Purwanto) diserahkan

kepada Krisanto dan oleh Krisanto diserahkan kepada Terdakwa.

- Bahwa selanjutnya untuk memenuhi permintaan Terdakwa secara berturut-turut dan

dengan proses yang sama dikeluarkan dana melalui SPMG PA yaitu untuk tahun

2002 diterbitkan SPMG PA sebanyak 59 lembar dengan total nilai sebesar Rp.

17.047.950.000,-, tahun 2003 sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp.

27.060.318.225,- dan tahun 2004 sebanyak 78 lembar SPMG PA dengan total nilai

sebesar Rp. 24.230.116.900,-

- Bahwa pencairan dana melalui SPMG PA tersebut oleh Kasubag Pembukuan (saksi

Bangun Suharsono) pertanggungjawabannya disisipkan/ditambahkan pada pos

belanja pegawai di 32 Unit Kerja dan 22 Kecamatan di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Blitar dengan alasan untuk memudahkan karena pencairan dana tersebut

tidak ada bukti pengeluarannnya, akibtanya terjadi selisih anggaran antara realisasi

berdasarkan SPMG dan yang tercantum dalam buku sisa perhitungan APBD.

- Bahwa berdasarkan SK Bupati Nomor 151 tahun 2002, Nomor 152 tahun 2002,

Nomor 153 tahun 2002 dan Nomor 334 tahun2002 yang ditandatangani oleh

Terdakwa, Pemerintah Kabupaten Blitar mempunyai dana yang tersimpan dalam

bentuk deposito dan giro di Bank Jatim, Bank BNI, dan Bank BRI Cabang Blitar

sebesar Rp. 27.000.000.000,- dan berdasarkan Surat Kepala Kantor Kas Daerah

yang ditandatangani oleh Solichin Inanta simpanan dalam bentuk deposito/giro

tersebut telah telah dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto dan setelah

dicairkan Krisanto, diserahkan kepada Terdakwa sebesar Rp. 24.000.000.000,-

sisanya Rp. 3.000.000.000,- dimasukan ke rekening DAU.

- Bahwa dana-dana yang diterima Terdakwa, menurut Terdakwa dipergunakan untuk

tamu-tamu VVIP, sumbangan ke masjid-masjid, penyelesaian demo dan lain-lain,

akan tetapi tidak ada bukti pendukungnya misalnya kuitansi atau yang lainnya.

Page 153: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

153

Menimbang, bahwa dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya

Terdakwa selaku Bupati harus berpedoman pada aturan yang ada yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

- Pasal 43 huruf d : Mempunyai kewajiban menegakan seluruh peraturan

perundangan.

- Pasal 44 ayat (1) : Kepala Daerah memimpin penyelenggaraan pemerintahan

daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama

DPRD.

- Pasal 44 ayat (2) : Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Kepala Daerah

bertanggung jawab kepada DPRD.

2. PP Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah.

- Pasal 1 angka 4 : Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah

adalah Kepala Daerah yang karena jabatannya pengelolaan

keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan

pertanggungajwaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut

kepada DPRD.

- Pasal 2 ayat (1) : Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Umum

Pengelolaan Keuangan Daerah.

- Pasal 2 ayat (2) : Kepala Daerah mendelegasikan sebagian atau seluruh

kewenangannya kepada Sekretaris Daerah atau perangkat

pengelola keuangan daerah

- Pasal 4 : Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien,

efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan dan kepatutan

Page 154: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

154

3. KEPMENDAGRI Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Penyusunan

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Pelaksanaan Tata Cara

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Usaha

Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

- Pasal 31 ayat (1) : Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan umum

pengelolaan keuangan daerah.

- Pasal 32 ayat (2): Bendahara umum daerah bertanggung jawab kepada kepala

daerah.

- Pasal 49 ayat (5) : Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak

yang menagih.

Menimbang, bahwa pada saat menjalankan jabatannya selaku Bupati dengan segala

kewenangan, kesempatan, maupun sarana yang ada karena jabatan atau kedudukannya

Terdakwa sepatutnya dapat meduga pencairan SPMG kode D untuk tahun 2002, 2003, dan

2004 yang dilakukan oleh perangkat pengelolaan keuangan daerah tanpa melalui prosedur

yang sah yaitu tidak dilengkapi dengan SPP dan SKO, sedangkan untuk

pertanggunjawabannya disiasati dengan cara disisipkan/ditambahkan pada pada pos

anggaran belanja pegawai di 32 Unit Kerja dan 22 Kecamatan di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Blitar.

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 105 Tahun

2000 Kepala Daerah (Terdakwa) telah mendelegasikan kewenangannya dalam pengelolaan

keuangan daerah kepada Sekretaris Daerah dan perangkat pengelola keuangan di bawahnya,

hal tersebut bukan berarti kewenangan Terdakwa atas pengelolaan keuangan sudah tidak

melekat lagi pada pada diri Terdakwa, karena sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 PP

Nomor 105 tahun 2000 dan KEPMENDAGRI nomor 59 Tahun 2002 Pasal 31 ayat (1)

Page 155: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

155

Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah, sehingga

ia harus bertanggung jawab atas semua pengelolaan keuangan daerah baik yang dilakukan

Terdakwa sendiri maupun yang dilakukan oleh perangkat pengelola keuangan keuangan di

bawahnya dan sesuai dengan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 harus

di pertanggungjawabkan kepada DPRD.

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat

Hukum Terdakwa dan berkesimpulan unsur ke – 3 yaitu menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terbukti

secara sah dan meyakinkan.

Ad.4. Unsur Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “merugikan keuangan negara” adalah

sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara

(R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan Tindak pidana korupsi hal.

32)

Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan “keuangan negara”

sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah

seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan

termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang

timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat

lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah.

Menimbang, bahwa arti “dapat” dalam dalam unsur ke – 4 ini haruslah diartikan

sebagai sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan tanpa dirinci

dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana halnya tindak

Page 156: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

156

pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum Pidana Materiil dan

Formil Korupsi di Indonesia hal. 45).

Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap

fakta-fakta sebagai berikut :

- Bahwa atas permintaan dana dari Terdakwa diluar yang telah dianggarkan dalam

APBD, telah disepakati pencairannya melalui SPMG PA atau SPMG kode D yaitu

realisasi pengeluaran yang diamblikan dari ayat/sisi pemerimaan yang tanpa

dilampiri oleh SPP dan SKO.

- Bahwa untuk tahun 2002 secara bertahap telah diterbitkan SPMG kode D sebanyak

59 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,- yang ada

pertanggungjawabannya sebanyak 2 SPMG kode D untuk membayar saluran proyek

popoh sebesar Rp. 222.2750.000,- yaitu SPMG kode D Nomor 13 tanggal 10 Juli

Tahun 2002 dan SPMG kode D Nomor 21 tanggal 18 Agustus 2002, sehingga sisa

yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp. 16.825.000.000,-

- Bahwa pada bulan Juli 2002 telah terjadi pemindahbukuan dana dari rekening Kas

Daerah ke rekening atas nama Krisanto di Bank Jatim sebesar total Rp.

2000.000.000,- dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

- Bahwa untuk tahun 2003 penerbitan SPMG kode D sebanyak 56 lembar dengan total

nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,- yang seluruhnya tidak dapat

dipertanggungjawabkan.

- Bahwa pada bulan Maret 2003 telah terjadi pemindahbukuan dana dari rekening Kas

Daerah ke rekening atas nama Priono Hadi di Bank Mandiri sebesar Rp.

3.000.000.000,-, ini pun tidak dapat dipertanggungjawabkan.

- Bahwa simpanan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam bentuk deposito/giro telah

dipindahbukukan ke rekening atas nama Krisanto di Bank BNI ’46 Cabang Blitar

dengan nomor rekening 183.01.93.8133.901 sebesar Rp. 5.000.000.000,- di Bank

Jatim Cabang Blitar dengan nomor rekening 720.110.010.002969 sebesar Rp.

Page 157: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

157

19.000.000.000,- sehingga jumlah keseluruhan sebesar Rp. 24.000.000.000,- tidak

dapat dipertanggungjawabkan.

- Bahwa pada Desember 2003 sesuai bukti STS ada dana setor kembali ke Kas Daerah

sebesar Rp. 19.305.000.000,- dengan perincian sebagai berikut :

1. STS yang dilakukan saksi Lilik Purwanto selaku bendahara gaji sebesar

Rp.15.705.000.000,- yang dananya berasal dari :

- Pinjaman KPRI Praja Mukti sebesar Rp.12.285.000.000,-

- Pinjaman dana PBB dan PBHTB/BRI sebesar Rp. 1.500.000.000,-

- Dari bendahara gaji sebesar Rp. 1.920.000.000,-

2. STS yang dilakukan saksi Titik Wismiati sebesar Rp. 1.650.000.000,-

3. STS bendahara bagian tata pemerintahan sebesar Rp. 1.800.000.000,-

4. STS bendahara Dinas P dan K sebesar Rp. 150.000.000,-

- Bahwa STS yang dananya berasal dari pinjaman KPRI Praja Mukti, Pinjaman dana

PBB dan PHTB di BRI selanjutnya dilunasi dengan menggunakan SPMG kode D

tahun 2004.

- Bahwa pada awal Januari 2004 Kas Daerah telah mengembalikan dana-dana yang

disetor berdasarkan STS dari Titik Wismiati, Bendahara tata pemerintahan dan

Dinas P dan K.

- Bahwa STS yang riil masuk ke Kas Daerah hanyalah sebesar Rp. 1.920.000.000,-

- Bahwa dana total yang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk tahun 2003 adalah

sebesar (Rp. 27.060.318.225,- + Rp. 3.0000.000.000,- + Rp. 24.000.000.000,- ) –

Rp. 1.920.000.000 = Rp. 52.140.318.225

- Bahwa untuk tahun 2004 diterbitkan 78 lembar SPMG PA dengan total nilai sebesar

Rp. 24.230.116.900,- yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain :

1. Membayar Jembatan Jugo sebesar Rp. 4.085.000.000,-

2. Membayar Pinjaman KPRI Praja Mukti sebesar Rp. 5.702.096.000,-

3. Membayar Pinjaman PBB/PBHTB sebesar Rp. 1.515.100.000,-

4. Membayar Kesbanglinmas sebesar Rp. 1.564.907.000,-

Page 158: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

158

5. Membayar PHBN sebesar Rp. 550.000.000,-

Jumlah Rp. 13.417.103.000,-

- Bahwa dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah sebesar Rp.

24.230.116.900 – Rp. 13.417.103.000,- = Rp. 10.813.013.900,-

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis berpendapat bahwa kerugian negara

yang timbul untuk tahun 2002 sebesar Rp. 18.825.200.000,-; tahun 2003 sebesar Rp.

52.140.318.225,- dan tahun 2004 sebesar Rp. 10.813.013.000,- sehingga total kerugian

negara adalah sebesar Rp. 81.778.532.125,- (delapan puluh satu milyar tujuh ratus tujuh

puluh delapan juta lima ratus tiga puluh dua ribu seratus dua puluh lima rupiah).

Menimbang, bahwa atas pertimbangan-pertimbangan tersebut majelis tidak

sependapat dengan Penasehat Hukum Terdakwa dan berpendapat unsur ke – 4 yaitu dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara telah terbukti secara sah dan

meyakinkan.

Ad.5. Unsur Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang

Menyuruh Lakukan Atau Yang Turut Serta Melakukan

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “yang melakukan” artinya secara

lengkap memenuhi semua unsur delik, yang dimakusd dengan “yang menyuruh lakukan”

artinya menggerakan orang lain, sedangkan arti “turut serta melakukan” adalah bersepakat

dengan orang lain untuk membuat rencana untuk melakukan suatu perbuatan pidana (lihat

buku Hukum Pidana oleh Prof. Dr.Schaffineister, Prof. Dr.N. Keijer, Mr.E.PH. Sitorus,

Penerjemah Prof. Dr. J.E. Sahetapy, SH.MA hal.249).

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa dalam penguraian unsur ke – 5 ini

menyatakan bahwa Terdakwa yang menjabat sebagai Bupati Blitar tidak melakukan

pencairan SPMG kode D, pemindahbukuan Kas Daerah k rekening pribadi dan pencairan

Page 159: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

159

deposito ke rekening pribadi, karenanya Dakwaan sebagai orang yang melakukan tidaklah

terbukti.

Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap

fakta-fakta sebagai berikut :

- Bahwa awalnya Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM selaku Bupati meminta

disediakan dana diluar anggaran APBD kepada Kasubag Anggaran Krisanto,

kemudian permintaan dana tersebut oleh Krisanto dilaporkan kepada Kabag

Keuangan (saksi Solichin Inanta), selanjutnya untuk mencarikan jalan keluarnya

diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Kabag. Keuangan (saksi Solichin Inanta),

Kasubag Anggaran (saksi Krisanto), Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono)

dan Kepala Kantor Kas Daerah (saksi M. Rusjdan) dan hasil pertemuan tersebut

disepakati menggunakan cara melalui SPMG PA atau SPMG kode D.

- Bahwa selanjutnya Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) berkonsultasi ke

Bagian Keuangan Propinsi dan mendapat penjelasan dapat mengeluarkan dana

diluar APBD melalui SPMG PA dengan syarat harus dipertanggungjawabkan.

- Bahwa kemudian mereka berempat melaporkan hal tersebut kepada Sekretaris

Daerah (saksi Soebiantoro) dan oleh Sekretaris Daerah disuruh langsung melaporkan

kepada Terdakwa selaku Bupati dan atas laporan tersebut Terdakwa menyetujui dan

akan bertanggung jawab.

- Bahwa setelah mendapat persetujuan Terdakwa mulailah diterbitkan SPMG PA atau

SPMG kode D tanpa dilampiri SPP dan SKO oleh Kasubag Perbendaharaan (saksi

Kadmiarsih) yang ditandatangani Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta),

selanjutnya dikirim ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan cek pembayarannya.

- Bahwa secara berturut-turut dan dengan proses yang sama guna memenuhi

permintaan Terdakwa telah diterbitka SPMG kode D sejak tahun 2002, tahun 2003

dan tahun 2004 sebanyak 192 lembar SPMG kode D dengan nilai total Rp.

68.338.385.125,-

Page 160: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

160

Menimbang, bahwa di dalam Pasal 55 ayat (1) ke – 1 KUHP, mengenai penyertaan

(delneming), menurut doktrin yang ada diperlukan dua syarat bagi adanya turut serta

melakukan tindak pidana yaitu :

1. Kerjasama yang sadar antara pelaku yang merupakan suatu kehendak bersama di

antara mereka.

2. Mereka harus bersama-sama melakukan kehendak tersebut.

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut diatas nampak bahwa Terdakwa Drs. H.

Imam Muhadi MBA, MM bersama-sama dengan Krisanto, Solichin Inanta, M. Rusjdan, dan

Bangun Suharsono ada kerja sama yang sadari atau memiliki kehandak yang sama dan

mereka melaksanakan kehendak tersebut secara bersama-sama.

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis tidak sependapat dengan Penasehat

Hukum Terdakwa dan berkesimpulan unsur ke – 5 Pasal 55 ayat (1) Ke – 1 KUHP yaitu

“turut serta melakukan” telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.6. Unsur Yang Dilakukan Secara Berlanjut

Menimbang, bahwa menurut doktrin yang ada disebutkan untuk perbuatan

berlanjut hanya dapat berlaku jika dipenuhi 3 syarat yaitu :

1. Harus ada penentuan kehendak dari si pelaku yang meliputi semua perbuatan

itu.

2. Perbuatan itu harus sejenis.

3. Tenggang waktu antara perbuatan itu tidaklah terlalu lama.

Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di depan persidangan telah terungkap

fakta-fakta sebagai berikut :

- Bahwa untuk memenuhi permintaan dana oleh Terdakwa diluar yang dianggarkan

dalam APBD disepakati bersama antara Terdakwa Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM

selaku Bupati, dengan Kabag Keuangan (saksi Solichin Inanta), Kasubag Anggaran

(saksi Krisanto), Kasubag Pembukuan (saksi Bangun Suharsono) dan Kepala Kantor

Kas Daerah (saksi M. Rusjdan), yaitu ditempuh dengan cara menerbitkan SPMG PA

Page 161: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

161

atau SPMG kode D yang dilakukan tanpa prosedur yang sah, tanpa dilengkapi SPP dan

SKO.

- Bahwa secara berturut-turut dan dengan proses yang sama dikeluarkan SPMG PA atau

SPMG kode D yang tanpa dilampiri SPP dan SKO secara bertahap untuk tahun 2002,

sebanyak diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D sebanyak 59 lembar dengan total

nilai sebesar Rp. 17.047.950.000,-, untuk tahun 2003 diterbitkan SPMG PA atau

SPMG kode D sebanyak 56 lembar dengan total nilai sebesar Rp. 27.060.318.225,- dan

tahun 2004 diterbitkan SPMG PA atau SPMG kode D sebanyak 78 lembar SPMG PA

dengan total nilai sebesar Rp. 24.230.116.900,-

- Bahwa selain pengeluaran dana dengan cara pencairan penerbitan SPMG kode D, guna

memenuhi permintaan dana oleh Terdakwa juga dilakukan pemindahbukuan dari

rekening Kas Daerah di pindah ke rekening pribadi atas nama Krisanto yang asalnya

dari deposito/giro Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar Rp. 24.000.000.000,-, dimana

pendepositoannya berdasarkan SK Bupati Nomor 151/2002, SK Bupati Nomor

152/2002, SK Bupati Nomor 153/2002.

Menimbang, bahwa dari uraian fakta-fakta tersebut diatas Majelis berpendapat unsur

ke – 6 yaitu dilakukan secara berlanjut telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Menimbang, bahwa berdasarkan semua pertimbangan-pertimbagan tersebut diatas

maka semua unsur dalam Dakwaan subsidair yaitu melanggar Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke – 1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1)

KUHP, telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa oleh karenanya majelis berpendapat

Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana dalam Dakwaan Subsidair.

Menimbang, bahwa selama proses persidangan Majelis tidak menemukan adanya

alasan pemaaf mapun pembenar yang dapat menghapuskan pidana, maka terhadap diri

Page 162: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

162

Terdakwa patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya dan dirasa adil

apabila pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa berupa Pidana Penjara.

Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini Terdakwa berada dalam tahanan,

maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP penahanan yang telah dijalani Terdakwa

tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan sesuai pula dengan Pasal

197 ayat (1) huruf K KUHAP memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, selain dijatuhi pidana penjara atasdiri Terdakwa juga patut untuk

dijatuhkan pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana tambahan sebagaimana

dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak pidana korupsi salah satunya adalah

pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda

yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

Menimbang, bahwa untuk menentukan besarnya uang pengganti tersebut majelis

berpendapat sesuai dengan telah dipertimbangkan dalam unsur ke – 2 dalam Dakwaan

subsidair tersebut diatas yaitu Terdakwa telah menguntungkan dirinya sendiri sebesar Rp.

36.718.329.540,44 sehingga berdasarkan hal tersebut adalah cukup beralasan apabila

Terdakwa di pidana pula dengan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti

sebesar Rp. 36.718.329.540,44 dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang

pengganti tersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan Pengadilan

memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya harus disita oleh Jaksa dan

dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut (Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor

31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001).

Page 163: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

163

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di depan persidangan

berupa :

- Bundel SPMG kode “d” atau “D” tahun 2002, 2003, 2004;

- Rekening Koran Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Blitar tahun 2002, 2003,

2004;

- Buku Pengeluaran dan Penerimaan Keuangan Kantor Kas Daerah ” tahun 2002,

2003, 2004;

- Potongan Cek Bendahara Gaji /Pemegang Kas Sekretariat Kabupaten Blitar ”

tahun 2002,2003, 2004;

- Bukti penyetoran Kembali ke Kantor Kas Daerah Kabupaten Blitar sebesar Rp.

19.305.000.000;

- Buku sisa perhitungan APBD ” tahun 2002, 2003, 2004;

- Buku APBD dan PAK 2002, 2003, 2004;

- Buku Penerimaan dan Pengeluaran (DPA Model B XIII);

- Blanko B XIII (Daftar Pembukuan Administratif) tahun 2003;

- Laporan Pertanggungjawaban RSU Wlingi tahun 2003;

- Surat Permohonan Pinjaman Uang Pemerintah Kabupaten Blitar kepada KPRI

Praja Mukti Desember 2003;

- Surat Perjanjian Hutang Piutang antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan KPRI

Praja Mukti tertanggal 11 Desember 2003;

- Tanda Bukti/Kwitansi pengembalian uang dari Pemerintah Kabupaten Blitar ke

KPRI Praja Mukti;

- Daftar Realisasi Gaji Riil Tahun 2002 Dan 2003;

- Buku Biaya Operasional (B V) tahun 2002 dan 2003 dan dokumen

penggelembungan Pos Operasional tahun 2003;

- Laporan Pendapatan tahun 2004 RSU Ngudi Waluyo Wlingi;

Page 164: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

164

- Konsep Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran bulan Januari sampai dengan

Desember 2002;

- Rekening Koran atas nama Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM pada bank;

a. Pada Bank Jatim Cabang Blitar dengan No. Rekening 014234499; 014003677;

0143202511; 0142899999; 0143006646; 0143850005; 0143201377;

0142900611; 0142347766;

b. Pada Bank BCA Cabang Blitar dengan Rekening No. 00901586861

c. Pada Bank BNI Cabang Blitar dengan Rekening No. 183.002848137.901 dan

Rekening No. 183.000033690.901

d. Pada Bank Mandiri Cabang Blitar dengan Rekening No. 144-00-0201768-6

e. Pada Bank BRI Cabang Blitar dengan Rekening No. 0009-01-017002-50-8

Keseluruhannya tetap terlampir dalam berkas perkara

- Sedangkanuntuk barang bukti berupa :

1. Sertifikat tanah dan bangunan An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM dii Jl.

Manggar – Jl. Tanjung kota Blitar (HGB No. 00646);

2. Sertifikat dan tanah An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Jl. Kali Brantas

Blitar SHM No.1475;

3. Tanah berserta suratnya An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM di Kel. Kauman

Blitar (SHM No.1413)

4. Sebidang tanah pertanian dan suratnya di Kel. Kepanjen Kidul Kauman Blitar

An. Drs. H. Imam Muhadi MBA, MM (SHM 01414)

Keempatnya sesuai dengan Bukti T-14, dan T-15 dihubungkan dengan keterangan

saksi Zaenal Efendi adalah milik Yayasan Monumen Syuhada Haji, oleh karenanya

harus dikembalikan kepada Yayasan Monumen Syuhada Haji.

- Dan untuk barang bukti berupa :

1. Sertifikat tanah dan bangunan An. Nurul Nahdiyah di Jl. Jaksa Agung

Suprapto No. 12 Blitar (SHM No.2192).

Page 165: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

165

2. Tanah dan bangunan rumah berserta suratnya An. Faivina Rahmawati Fajri di

Jl. Menanggal Selatan No. 137 A Surabaya (SHM No.712)

Keduanya sesuai dengan Bukti T – 18, dan T – 19, dan ternyata jual belinya dilakukan

pada tahun 2002 dan tahun 2003 dan apabila dikaitkan dengan tempus delicti/waktu

tindak pidana yang telah dilakukan Terdakwa maka cukup beralasan apbila dirampas

untuk negara guna memenuhi uang pengganti yang telah ditetapkan.

- Untuk barang bukti sebidang tanah dan bangunan berserta sertifikatnya HGB No.

100/WRG atas nama Nurul Nahdliyah sesuai dengan sebab dan tanggal perubahan

adalah berdasarkan jual beli tertanggal 29 Januari 2002 dan dikaitkan dengan

penerbitan SPMG Kode D yang pertama yaitu : No. 1/D/R tanggal 4 maret 2002,

maka pembeliannya ternyata sebelum terjadinya tindak pidana sehingga cukup

beralasan untuk dikembalikan kepada Ny. Nurul Nahdliyah.

- Dan untuk barang bukti berupa sertfikat tanah dan bangunan An Nurul Nahdliyah

HGB No. 1656 di Perum Gadang CR F-11 Malang, sesuai dengan bukti T – 16

ternayata jual belinya dilakukan pada tahun 1999 sebelum terdakwa menjabat

sebagai Bupati, karenanya harus dikembalikan kepada pemiliknya Nurul

Nahdliyah.

- Dan untuk barang bukti berupa satu unit mobil Toyota Land Cruiser No.Pol B 8622-

BB bserta BPKB dan STNKnya menurut keterangan Terdakwa dibeli dari haisl

penjualan mobil Toyota Land Cruiser No.Pol B 1876 Pemberian Yusuf Merukh

(surat surat bukti T – 17) akan tetapi mengenai kapan jula beli tersebut tidak pernah

diajukan ke depan persidangan maka majelis hakim memandang cukup beralasan

apabila dirampas untuk negara guna memenuhi uang pengganti.

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana,

maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1) KUHAP kepada

Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini yang besarnya akan ditetapkan dalam

amar putusan ini.

Page 166: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

166

M E N G A D I L I

1. Menyatakan terdakwa H. SAMIRIN DARWOTO tersebut di atas telah terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :“KORUPSI YANG

DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA ”

2. Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan Pidana Penjara

selama : 5 (lima) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar akan diganti dengan

pidana kurungan selama : 6 (enam) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu selama terdakwa dirawat nginap di rumah sakit

di luar rumah tahanan negara yang tidak ikut dikurangkan ;

4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana tambahan untuk

membayar uang pengganti sebesar Rp. 306.250.000.000,00 (tiga ratus enam juta dua

ratus lima puluh ribu rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling

lama satu bulan sejak putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta

bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk mencukupi uang pengganti tersebut

dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk

membayar uang pengganti maka akan diganti dengan pidana penjara selama : 1 (satu )

tahun.

6. Menetapkan barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat tentang Biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00

8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran ;

2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 dengan perincian ;

a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00

b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00

Page 167: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

167

1 (satu) buah penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran

2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah PAK APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;

1 (satu) buah RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Rancangan PAK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan APBD tahun 2004 ;

1 (satu) rancangan perubahan penjabaran APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) buah DASK Kabupaten Blitar tahun 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;

1 (satu) bendel SPMG nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 ;

SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999

tanggal 16 Oktober 1999 ;

dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain.

7. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa Rp. 5.000,- (Lima ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Blitar pada hari Selasa tanggal 29 Agustus 2006 oleh kami SIH YULIARTI, S.H.

sebagai Hakim Ketua Majelis, SIGIT PANGUDIANTO, S.H. dan MOCHAMAD

DJOENAEDI, S.H. M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut

diucapkan dalam persidangan yang yang terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 31

Agustus 2006 oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi oleh Hakim hakim Anggota

tersebut, dibantu SURIP, S.H. Panitera Penganti pada Pengadilan Negeri Blitar, yang

Page 168: PUTUSAN Nomor: 466/Pid.B/2006/PN.BLT.

168

dihadiri oleh MUZAIRI, S.H. sebagai Penuntut Umum serta dihadapan terdakwa dengan

didampingi Tim Penasihat Hukumnya ;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA MAJELIS,

SIGIT PANGUDIANTO, S.H. SIH YULIARTI, S.H.

MOCHAMMAD DJOENAEDI, S.H. M.H.

PANITERA PENGGANTI,

SURIP, S.H.