Pulmonary hypertension...
Transcript of Pulmonary hypertension...
PULMONARY HYPERTENSION IN ARDS
A.FARIH RAHARJO
BAGIAN PULMONOLOGI & KEDOKTERAN RESPIRASI FK UNS/RSUD DR MOEWARDI
Pendahuluan
Hipertensi arteri pulmonal (HP) pertama kali diidentifikasi sebagai kondisi yang seringditemukan pada sindrom pernapasan akut (ARDS) oleh Zapol dan Snider pada tahun 1977
Tekanan arteri pulmonalis rata-rata normal (mPAP) adalah antara 14 +/- 3 mmHg dan 20 mmHg
Hipertensi pulmonalis didefinisikan sebagai peningkatan mPAP lebih besar dari 25 mmHg saat istirahat
ARDS
• Prevalensi HP pada pasien dengan ARDS masih belum diketahui. Beiderlinden et al.
melaporkan prevalensi HP sebesar 92% pada kelompok pasien ARDS yang
heterogen.
• Perbedaan dalam prevalensi yang dilaporkan dapat dihasilkan dari perbedaan
dalam penelitian kohort yang dipelajari sehubungan dengan etiologi ARDS (primer
vs sekunder)
• Situasi ini diperumit oleh kesulitan dalam mendefinisikan HP dengan benar dan
memahami patofisiologi pada pasien dengan ARDS.
MEKANISME HP PADA ARDS
1. Hypoxic Pulmonary Vasoconstriction (HPV)
• Hypoxic pulmonary vasoconstriction merupakan suatu mekanisme yang
mengalihkan aliran darah dari daerah paru yang hipoksia ke normal,
sehingga membantu menjaga pertukaran gas.
• Pasien dengan ARDS mempunyai karakteristik hipoksemia refrakter terutama
disebabkan oleh pirau intrapulmoner dan peningkatan mismatch
ventilation/perfusion (V/Q)
2. Non Hypoxia
• Pada individu yang sehat, endotelium memberikan kontrol aktif terhadap tonus otot
polos vaskular melalui sintesis dan pelepasan berbagai macam zat. Zat tersebut
diantaranya: NO, cyclooxygenase (COX), thromboxane (TX)A2 PGI2, leukotrien (LT),
endotelin (ET) dan platelet activating factor (PAF).
• Ketika terjadi cedera paru, sirkulasi paru akan terpajan oleh mediator konstriksi dan
dilatasi, hasil akhirnya terjadi peningkatan tonus pembuluh darah
3. Remodeling Vaskular Paru
• Pada awal ARDS terjadi vasokonstriksi paru, tromboemboli dan edema
interstitial yang berpotensi reversible.
• Pada tahap akhir ARDS trerjadi fase fibroproliferatif, perubahan struktural
yang lebih permanen akibat remodeling pembuluh darah paru menyebabkan
hipertrofi tunika media dan pengurangan diameter luminal yang berkontribusi
terhadap HP.
4. Tromboemboli
• Penelitian post mortem menunjukkan bahwa tromboemboli adalah lesi vaskular
yang paling konsisten diamati pada pasien dengan ARDS dan terdapat pada
95% kasus.
• Macrothrombi (dalam arteri berdiameter >1 mm) ditemukan 86% pasien
melalui pemeriksaan post mortem atau angiografi dan lebih banyak
ditemukan pada pasien yang meninggal pada fase awal ARDS
TERAPI HP PADA ARDS
1. Vasodilator intravena (cont: nicardipine, nitroprusside,hydralazine,nitroglycerine dll)
• Dalam praktek klinis, beberapa vasodilator intravena telah diberikan pada pasien
dengan ARDS dengan tujuan meningkatkan curah jantung dan pengiriman oksigen.
Namun, vasodilator intravena memiliki dua kelemahan yang membatasi kegunaan
terapeutiknya.
• Sebagian besar kurang selektif untuk sirkulasi paru dan dapat menyebabkan
hipotensi sistemik. Selain itu vasodilator intravena bekerja pada semua pembuluh
darah paru, baik yang di area yang berventilasi dan yang tidak diventilasi
2. Prostaglandin E1(contoh:alprostadril)
• PGE1 adalah vasodilator prostanoid yang menghambat agregasi trombosit,
merusak kemotaksis neutrophil, melepaskan produk toksik dan menurunkan
aktivasi makrofag.
• Dalam satu percobaan berskala besar, acak, dan terkontrol, PGE1
mengurangi Tekanan arteri pulmonalis dan meningkatkan curah jantung pada
pasien dengan ARDS, terjadi vasodilatasi paru yang tegas
• Namun PGE1 belum terbukti memberikan manfaat untuk meningkatkan
ketahanan hidup pada pasien ARDS, meskipun secara signifikan mengurangi
PVR
3. Prostaglandin I2 Intravena (contoh:epoprostenol)
• PGI2 adalah vasodilator prostanoid yang diturunkan dari endotelium yang
juga menghambat agregasi trombosit dan adhesi neutrophil
• Epoprostenol, analog sintetik PGI2 baru-baru ini terbukti meningkatkan
ketahanan hidup pada pasien dengan hipertensi paru primer (HPP).
• Hal tersebut disebabkan melalui sifatnya sebagai vasodilator selektif dan
kemampuannya dengan membalikkan remodelling vaskular dan adesi platelet
4. Vasodilator inhalasi ( contoh: amil nitrit)
• Vasodilator diberikan ke saluran pernapasan jika menggunakan inhalasi
pada alveoli berventilasi.
• Membatasi efek sistemik vasodilator
5. Nitric oxide (NO) inhalasi
• Nitric oxide adalah mediator biologis yang terlibat dalam memodulasi resistensi
pembuluh darah. Namun yang menarik konsentrasi NO di udara yang dihembuskan
pasien dengan ARDS lebih rendah pada dibandingkan dengan kontrol.
• inhalasi NO 18 ppm terbukti menginduksi penurunan yang kecil tetapi signifikan
dalam rata-rata tekanan arteri pulmonalis, PVR dan fraksi shunt, tanpa
mempengaruhi output jantung atau tekanan darah sistemik.
• Oksigenasi meningkat secara signifikan pada populasi secara keseluruhan, meskipun
respons individu bervariasi
6. Prostaglandin I2 inhalasim(contoh:iloprost)
• Berbeda dengan NO, nebulisasi PGI2 tidak memerlukan peralatan canggih untuk
menggunakannya. Dalam penelitian skala kecil, nebulisasi PGI2 menginduksi
vasodilatasi paru selektif dan mendistribusikan kembali aliran darah dari daerah
pirau ke daerah berventilasi baik, sehingga meningkatkan rasio PaO2/FiO2
• Namun, PGI2 , seperti NO, belum terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pada
pasien ARDS
8. Almitrene bismesylate
• Almitrine, agonis kemoreseptor perifer, meningkatkan V/Q match pada pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronis, mungkin melalui peningkatan HPV
• Terapi kombinasi Almitrene dan inhalasi NO menyebabkan penurunan yang signifikan
pada tekanan arteri pulmonalis, mirip dengan yang diinduksi oleh inhalasi NO. Oleh
karena itu almitrine meningkatkan oksigenasi dan menambah efek inhalasi NO.
Namun, efek penelitian almitrine dan NO tersebut belum secara acak.
Vasodilator Oral dan Agen Antiproliferatif
1. Endothelin-receptor antagonists (contoh:bosentan)
• Terapi terbaru dalam HPP telah melaporkan manfaat signifikan dari
pemberian antagonis reseptor ET oral, bosentan.
• Penelitian 16 minggu tidak cukup untuk menguji perbedaan mortalitas, namun
terjadi peningkatan insiden disfungsi hati pada dosis yang lebih tinggi setelah
pemberian antagonis reseptor ET.
• Bukti untuk mendukung penerapannya dalam ARDS saat ini masih kurang.
2. Sildenafil, tadalafil, dan vardenafil.
• Penggunaan sildenafil sebagai penghambat fosfodiesterase tipe-5 dilaporkan pada
16 pasien dengan HP sekunder akibat fibrosis paru terbukti menjadi vasodilator
paru yang lebih selektif daripada PGI2.
• Saat ini belum ada bukti yang mendukung penggunaan sildenafil pada pasien
dengan ARDS
• Namun penghambat fosfodiesterase tipe 5, sildenafil menstabilkan cGMP, tidak
seperti prostacyclin, yang bertindak melalui peningkatan cAMP.
SIMPULAN
1. Hipertensi pulmoner merupakan komplikasi dari ARDS sehingga berkontribusi
terhadap gangguan kinerja ventrikel kanan, mengurangi curah jantung, dan
berhubungan dengan peningkatan mortalitas.
2. Manipulasi farmakologis dari tonus vaskular paru dimungkinkan pada pasien
dengan Acute Respiratory Distress Syndrome, namun belum terbukti menurunkan
angka mortalitas.
3. Sifat vasodilator paru yang ideal meliputi selektivitas untuk sirkulasi paru, tidak
ada gangguan dalam vasokonstriksi paru hipoksik, mudah didapat dan kurangnya
efek sistemik yang merugikan.
22
23