PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH...

18
PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, PROTEIN DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA OBESITAS DI DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun oleh : RADITYA WAHYUNINGSIH PUSPITASARI J310 100 011 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH...

Page 1: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, PROTEIN DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR

GULA DARAH PADA LANSIA OBESITAS DI DESA BLULUKAN KECAMATAN

COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun oleh :

RADITYA WAHYUNINGSIH PUSPITASARI

J310 100 011

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : Raditya Wahyuningsih Puspitasari

NIM : J 310 100 011

Fakultas/Jurusan : Ilmu Kesehatan / Gizi S1

Jenis : Skripsi

Judul : Hubungan Asupan Energi, Lemak, Protein, dan Karbohidrat dengan

Kadar Gula Darah Pada Lansia Obesitas Di Desa Blulukan

Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah

saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya

dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa

perlu meminta ijin dari saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak

Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran

hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya

Surakarta, 26 November 2014

Yang Menyatakan

Raditya Wahyuningsih Puspitasari

Page 3: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai
Page 4: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, PROTEIN, DAN KARBOHIDRAT

DENGAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA OBESITAS DI DESA

BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

Raditya Wahyuningsih Puspitasari (J 310 100 011)

Pembimbing: Dwi Sarbini, SST., M.Kes

Pramudya Kurnia, STP., M.Agr

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email : [email protected]

ABSTRACT

Background : Compared to younger people, older people have a tendency to greater body fat composition. The causal factor in blood glucose levels are excess fat, genetics, obesity and low physical activity. Based on the results of the Riskesdas (Riset Kesehatn Dasar) in 2007, national obesity prevalence was 19.1%.

Objective : This study aims to analyse the relationship intake of energy, fats, proteins, and carbohydrates with blood glucose levels in obese elderly people in the village of Blulukan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Research Method : This type of research was cross-sectional. The population of elderly people with a BMI ≥ 25,00 kg / m2. It uses the sampling with simple random sampling method. The intake of energy, fats, proteins, and carbohydrates are obtained from the recall average in 2x24 hours which are not consecutive and fasting blood glucose levels, and 2-hours post prandial are obtained from the examination of health personnel. The test of data normality uses the Kolmogorov-Smirnov Test and the relationship with the person product moment test.

Results : There is no correlation between the energy intake and fasting blood glucose levels (p=0,70) and 2-hours post-prandial (p=0,34). There is no correlation between the fat intake and fasting blood glucose levels (p=0,79) and 2-hours post-prandial (p=0,95). There is no correlation between the protein intake and fasting glucose levels (p=0,75) and 2-hour post-prandial (p=0,82).There is no correlation between the carbohydrate intake and fasting glucose levels (p=0,42) and 2-hour post-prandial (p=0,99).

Conclusion : There is no correlation of the intake of energy, fat, protein and

carbohydrates to blood glucose levels. Keywords: Intake Energy, Fat, Protein, Carbohidrate

Page 5: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

1

PENDAHULUAN

Secara alamiah lansia itu mengalami

kemunduran yaitu pada fisik, biologi,

maupun mentalnya. Menurunnya fungsi

berbagai organ tubuh pada lansia maka

akan membuat lansia menjadi rentan

terhadap penyakit yang bersifat akut atau

kronis (Simanullang et al, 2011).

Asupan makanan tinggi energi (tinggi

lemak dan gula) dan rendah serat

berhubungan dengan kadar gula darah.

Ketidakseimbangan antara asupan

makanan yang tinggi energi dengan

pengeluaran energi untuk aktivitas dalam

jangka waktu lama memungkinkan

terjadinya obesitas, resistensi insulin dan

penyakit DM tipe 2 (Fitri dan Wirawanni,

2012).

Berdasarkan pada hasil Riskesdas

tahun 2007 prevalensi obesitas nasional

19,1%. Pada umumnya perempuan

(23,8%) lebih banyak menderita obesitas

jika dibandingkan dengan pria (13,9%)

(Ridwan, 2010). Persentase obesitas

sentral menurut umur dari 55-64 tahun

adalah 23,1%, untuk umur 65-74 tahun

adalah 18,9% dan di atas 75 tahun adalah

15,8% (Riskesdas, 2007). Kenaikan berat

badan orang tua usia di atas 60 tahun

karena kurangnya aktivitas fisik (Fatmah,

2006).

Dari uraian tersebut penulis tertarik

untuk meneliti hubungan asupan energi,

lemak, protein dan karbohidrat dengan

kadar gula darah pada lansia obesitas.

Penulis memilih di Desa Blulukan,

Colomuadu, Karanganyar, Jawa Tengah

sebagai lokasi penelitian dikarenakan dari

lansia yang berumur ≥ 60 tahun sebanyak

115 lansia diantaranya berstatus gizi

obesitas ada 40%. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis hubungan asupan

energi, lemak, protein dan karbohidrat

dengan kadar gula darah pada lansia

obesitas.

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIS

1. Lansia

Secara fisik dalam pertumbuhan

level ukuran berhenti, tetapi dilanjutkan

dengan pertumbuhan dan reproduksi

sel yang konsisten (Ariyani, 2007).

Page 6: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

2

Batasan lansia menurut Undang-

Undang No. 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia di Indonesia

dikatakan lansia apabila telah

mencapai usia diatas 60 tahun

(Hadywinoto, 1999; Maryam, 2008

dalam Simanullang et al, 2011).

2. Obesitas Pada Lansia

Obesitas adalah

ketidakseimbangan kalori di dalam

tubuh, yaitu kalori yang masuk

melebihi kalori yang dikeluarkan dan

kelebihan ini menjadi lemak tubuh

pada jangka waktu tertentu. Faktor

perilaku dan lingkungan yang

meliputi pola makan dan aktifitas

fisik merupakan hal yang paling

berpengaruh pada kejadian obesitas

(Yamin et al, 2013).

Proses penuaan dapat

mengubah metabolisme pada tubuh,

yang menyebabkan perubahan

komposisi tubuh dan pola makan.

Jika lansia makan dengan jumlah

yang sama seperti orang yang masih

muda, maka resiko terjadinya

obesitas akan menjadi lebih besar

(Ashary, 2010).

3. Lansia Obesitas dengan Kadar Gula

Darah

Obesitas yang terjadi pada

lanjut usia dapat meningkatkan resiko

penyakit seperti hiperglikemia,

hiperlipidemia, penyakit kardiovaskular,

diabetes melitus dan penyakit kanker

(Ashary, 2010).

Kurniawan (2010) dalam

Fadyastiti et al, (2013) Pada usia 40

tahun tubuh sudah mengalami

penurunan fungsi fisiologis, sehingga

pada usia 45 tahun ke atas rentan

terjadi resistensi insulin. Orang yang

menderita diabetes kebanyakan

ternyata mengalami kelebihan berat

badan (Darrly dan Barnes, 2012).

4. Asupan Energi, Lemak, Protein, dan

Karbohidrat

Gula merupakan sumber

makanan dan bahan bakar atau energi

bagi tubuh yang berasal dari proses

pencernaan makanan. Tingginya kadar

gula darah dipengaruhi oleh tingginya

Page 7: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

3

asupan energi dari makanan (Wahyuni,

2008).

Disamping mensuplai energi,

lemak terutama trigliserida, memiliki

fungsi untuk menyediakan cadangan

energi tubuh, isolator, pelindung organ

dan menyediakan asam lemak esensial

(Mahan dan Escott-Stump, 2008 dalam

Hardinsyah et al, 2010). Sedangkan

protein melalui proses hidrolisis

menjadi asam amino yang berfungsi

sebagai sumber utama bagi glukosa

melalui jalur glukoneogenesis

(Bandiara, 2004).

Karbohidrat komplek berperan

dalam mengendalikan kadar gula darah

tubuh. Fungsi utama karbohidrat

adalah menyediakan energi bagi sel-sel

tubuh, terutama sel-sel otak dan sistem

saraf pusat yang menghubungkan

asupan glukosa darah (Purnakarya,

2009).

5. Kadar Gula Darah

Jumlah atau konsentrasi

glukosa yang terdapat di dalam darah.

Pada pemeriksaan glukosa darah

puasa responden sebelumnya sudah

puasa selama kurang lebih 8 jam dan

kemudian dilakukan pemeriksaan.

Variabel kadar gula darah puasa

digolongkan dalam kategori tinggi

(GDP ≥110mg/dl) dan normal (GDP

<110mg/dl) (Dalawa et al, 2013).

Pemeriksaan glukosa darah 2

jam sesudah makan bermanfaat untuk

memantau pengendalian Diabetes

Melitus (Qurruaeni, 2009). Kadar gula

darah 2 jam post prandial termasuk

kategori baik (80-144 mg/dl), sedang

(144-179 mg/dl) dan tinggi (≥180 mg/dl)

(Fitri dan Wirawanni, 2012).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini

merupakan penelitian observasional

dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Agustus 2014. Jumlah populasi

adalah 46 lansia. Perhitungan besar

sampel diperoleh 31 lansia dengan

Loss to follow 10% maka menjadi 34

lansia. Sampel ditentukan dengan

Page 8: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

4

menggunakan metode Simple

Random Sampling.

Instrumen dalam penelitian ini

adalah formulir identitas lansia, yang

digunakan untuk mengetahui data

tentang karakteristik subjek penelitian

yang meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, alamat, berat badan dan tinggi

badan. Data asupan energi, lemak,

protein dan karbohidrat diperoleh dari

Form Food Recall 2 x 24 jam tidak

berurutan. Data kadar gula darah lansia

didapatkan dari tenaga kesehatan

setempat menggunakan Glucometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Setelah dilakukan observasi

pada 46 lansia obesitas (IMT ≥ 25,00

kg/m2) yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi serta bersedia ikut

pada penelitian hanya dapat diperoleh

32 lansia.

1. Karakterisitk Subyek Penelitian

Menurut Umur

Sampel pada penelitian ini yaitu

lansia yang telah berusia ≥ 60 tahun,

data ini diperoleh berdasarkan dari

wawancara secara langsung dengan

lansia dan data dari kader posyandu

setempat. Kategori umur lansia dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Umur Subyek Penelitian

Hal ini disebabkan karena

obesitas atau kegemukan sering terjadi

pada usia 50-60 tahun, hasil ini sejalan

dengan penelitian Misnadiarly (2007)

dalam Manampiring (2008).

2. Karakteristik Subjek Menurut Jenis

Kelamin

Pada penelitian ini lansia

yang bersedia menjadi responden

tidak dibedakan menurut jenis

kelaminnya. Kategori jenis kelamin

dapat dilihat pada Tabel 2.

Umur Kriteria N Persentase (%)

60-74 tahun

Lanjut Usia

27 84,4

75-90 tahun

Lanjut Usia Tua

5 15,6

Total 32 100

Page 9: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

5

Tabel 2 Karakteristik Jenis Kelamin

Subyek Penelitian

Jenis

Kelamin

N Persentase

(%)

Laki-laki 2 6,2

Perempuan 30 93,8

Total 32 100

Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Misnadiarly (2007) dalam Manampiring

(2008) yang menyatakan bahwa

perempuan yang telah berusia ≥ 50

tahun memiliki resiko obesitas lebih

tinggi jika dibandingkan laki-laki.

B. Tingkat Asupan Energi, Lemak,

Protein dan Karbohidrat

1. Asupan Energi

Data asupan energi

diperoleh berdasarkan dari

wawancara secara langsung

menggunakan form food recall 2x24

jam tidak berturut-turut. Kategori

asupan lemak dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat Asupan Energi Lansia

Kategori N Persentase (%)

Konsumsi Energi

Kelebihan 2 6,3

Normal 14 43,8 Defisit 16 49,9

Total 32 100

Simanullang, et al (2011)

menyatakan bahwa kegemukan pada

lansia tidak hanya disebabkan dari

asupan makan saja, tetapi bisa juga

karena aktifitas fisik yang kurang pada

lansia akibat menurunnya fungsi-fungsi

organ tubuh.

2. Asupan Lemak

Data asupan lemak diperoleh

berdasarkan dari wawancara secara

langsung menggunakan form food

recall 2x24 jam tidak berturut-turut.

Kategori asupan lemak dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4 Tingkat Asupan Lemak Lansia

Kategori N Persentase (%)

Konsumsi Lemak

Kelebihan 13 40,6

Normal 11 34,4 Defisit 8 25

Total 32 100

Page 10: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

6

Proses penuaan mengubah

metabolisme tubuh, yang

menyebabkan perubahan komposisi

tubuh dan pola makan. Jika lansia

makan dengan jumlah yang sama

seperti orang yang masih muda, maka

resiko obesitas akan lebih besar

(Ashary, 2010).

3. Asupan Protein

Data asupan protein

diperoleh berdasarkan dari

wawancara secara langsung

menggunakan form food recall 2x24

jam tidak berturut-turut. Kategori

asupan lemak dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat Asupan Protein Lansia

Kategori N Persentase (%)

Konsumsi Protein

Kelebihan 5 15,6

Normal 8 25,0 Defisit 19 59,4

Total 32 100

Beberapa ahli berpendapat

dengan meningkatnya umur, maka

intoleransi terhadap glukosa juga

meningkat. Pada lansia sudah terjadi

penurunan sekresi insulin dan

resistensi insulin (PAPDI, 2014). Bila

insulin tidak ada atau sedikit sekali,

maka tubuh akan memecah protein

menjadi gula melalui proses

glukoneogenensis (Wijanarko K, 2013).

Jadi, apabila lansia banyak

mengkonsumsi protein akan

meningkatkan kadar gula darah di

dalam tubuhnya.

4. Asupan Karbohidrat

Data asupan karbohidrat

diperoleh berdasarkan dari wawancara

secara langsung menggunakan form

food recall 2x24 jam tidak berturut-

turut. Kategori asupan lemak dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tingkat Asupan Karbohidrat

Lansia

Kategori N Persentase (%)

Konsumsi Karbohidrat

Normal 13 40,5

Defisit 19 59,5 Total 32 100

Penyebab terjadinya

kegemukan atau obesitas tidak hanya

disebabkan oleh kelebihan asupan

Page 11: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

7

karbohidrat saja. Kelebihan asupan

protein atau lemak serta aktivitas fisik

yang kurang, bisa juga menyebabkan

kelebihan berat badan karena terjadi

penumpukan lemak di dalam tubuh,

hal ini dinyatakan oleh Bintanah dan

Muryati (2010) serta Muktiharti, et al

(2010).

C. Tingkat Kadar Gula Darah

1. Kadar Gula Darah Puasa

Pada saat pengambilan

kadar gula darah puasa ini

sebelumnya lansia yang akan

diambil darahnya diminta untuk

melakukan puasa minimal 8 jam

(Dalawa et al, 2013). Kategori

kadar gula darah puasa dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Kadar Gula Darah Puasa

Lansia

Kategori N Persentase (%)

Kadar Gula Darah Puasa

Normal 22 68,8

Tinggi 10 31,2

Total 32 100

Lansia yang menjadi sampel

mengalami obesitas, tetapi jika aktifitas

fisik atau olahraga teratur dan

mempunyai asupan makan yang baik

akan menurunkan resiko tingginya

kadar gula darah (Sukardji, 2002 dan

Ilyas, 2007 dalam Qurratuaeni, 2009).

2. Kadar Gula Darah 2 Jam Post

Prandial

Pengambilan kadar gula darah

2 jam post prandial setelah dilakukan

pemeriksaan kadar gula darah puasa.

Pada saat menunggu 2 jam untuk

melakukan pengecekan lansia

diberikan makan besar dan snack.

Kategori kadar gula darah 2 jam post

prandial dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat Kadar Gula Darah 2 Jam

Post Prandial Lansia

Kategori N Persentase (%)

Kadar Gula Darah 2 Jam

Post Prandial

Normal Sedang

14 9

43,8 28,1

Tinggi 9 28,1

Total 32 100

.

Apabila kadar gula darah puasa

lansia tinggi kemudian kadar gula

darah 2 jam post prandial juga tinggi ini

berarti lansia tersebut terkena penyakit

Page 12: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

8

DM. Qurruaeni (2009) menyatakan test

kadar gula darah 2 jam post prandial

berfungsi untuk memantau

pengendalian penyakit Diabetes

Melitus (DM).

D. Hubungan Asupan Energi dengan

Kadar Gula Darah

1. Hubungan Asupan Energi dengan

Kadar Gula Darah Puasa

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula puasa yang normal dengan

asupan energi yang normal yaitu

64,3%, untuk kelebihan asupan 100%

dan untuk yang asupan defisit 68,8%,

sedangkan untuk kadar gula darah

tinggi dengan asupan energi normal

35,7% dan untuk asupan energi defisit

31,2%. Pada penelitian ini diperoleh

hasil untuk nilai p= 0,70 (p value ≥ 0,05)

maka Ho diterima, yang artinya tidak

terdapat hubungan antara asupan

energi dengan kadar gula puasa

Simanullang, et al (2011)

menyatakan lansia kebanyakan sudah

bukan usia produktif lagi, tetapi

menurut Ilyas (2007) dalam

Qurratuaeni (2009) menyatakan jika

olahraga secara rutin dan masih

melakukan aktifitas fisik bisa juga

menurunkan resiko tingginya kadar

gula darah.

2. Hubungan Asupan Energi dengan

Kadar Gula Darah 2 Jam Post

Prandial

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah 2 jam post prandial

yang normal dengan asupan energi

normal 42,8% dan asupan defisist 50%.

Kadar gula darah 2 jam post prandial

kategori sedang dengan asupan energi

normal 28,6% dan yang asupan defisit

25% untuk yang memiliki kelebihan

asupan ada 50%. Pada kategori kadar

gula darah 2 jam post prandial yang

tinggi untuk kelebihan asupan ada

50%, asupan yang normal 28,6% dan

untuk asupan defisit 25%. Pada hasil

penelitian ini diperoleh nilai p= 0,34 (p

value ≥ 0,05) maka Ho diterima, yang

artinya tidak terdapat hubungan antara

asupan energi dengan kadar gula 2 jam

post prandial.

Page 13: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

9

Seltzer dan Bare (2002) dalam

Qurratuaeni (2009) menyatakan apabila

stres menetap, maka respon stres akan

melibatkan hipotalamus pituitari yang

kemudian memproduksi kortisol.

Peningkatan kortisol akan

menyebabkan naiknya kadar gula

darah.

E. Hubungan Asupan Lemak dengan

Kadar Gula Darah

1. Hubungan Asupan Lemak

dengan Kadar Gula Darah Puasa

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah puasa yang

normal dengan asupan lemak

normal 72,7%, yang asupan defist

62,5% dan untuk kelebihan asupan

ada 69,2%. Kadar gula darah puasa

tinggi dengan asupan lemak normal

yaitu 27,3% dan asupan defist

37,5%, sedangkan untuk yang

kelebihan asupan ada 30,8%. Pada

hasil penelitian ini diperoleh nilai p=

0,79 (p value ≥ 0,05) maka Ho

diterima, yang artinya tidak terdapat

hubungan antara asupan lemak

dengan kadar gula puasa.

Lemak pada pankreas

(pancreatic fat) merupakan lemak

yang berhubungan dengan

peningkatan Visceral Adipose

Tissue(VAT), yaitu lemak yang

melapisi organ-organ tubuh bagian

dalam, semakin tinggi pancreatic fat

maka sensitivitas insulin akan

semakin rendah (Tropicanaslim,

2014). Selain itu, pada lansia usia

di atas 40 tahun sudah terjadi

penurunan sekresi pankreatik

(Fatmah, 2010 dalam Akmal, 2012).

2. Hubungan Asupan Lemak

dengan Kadar Gula Darah 2 Jam

Post Prandial

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah 2 jam post

prandial yang normal dengan

asupan lemak normal 54,5% dan

asupan defisit 37,5% sedangkan

yang kelebihan asupan 38,45%.

Kadar gula darah 2 jam post

prandial kategori sedang dengan

Page 14: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

10

asupan lemak normal 27,3%, untuk

asupan defisit 25% dan yang

kelebihan asupan 30,8%. Kadar

gula darah 2 jam post prandial

kategori tinggi dengan asupan

lemak normal 18,2%, untuk asupan

defisit 37,5% dan yang kelebihan

asupan 30,8%. Pada penelitian ini

diperoleh nilai p= 0,95 (p value ≥

0,05) maka Ho diterima, yang

artinya tidak terdapat hubungan

antara asupan lemak dengan kadar

gula 2 jam post prandial.

Faktor yang mempengaruhi

keluarnya hormon adrenalin

misalnya stres dan kadar lemak di

bawah jaringan kulit dan di perut.

Hormon adrenalin yang dipacu

secara terus-menerus akan

mengakibatkan insulin tidak bisa

mengatur kadar gula darah yang

ideal (Bintanah dan Handarsari,

2012).

F. Hubungan Asupan Protein dengan

Kadar Gula Darah

1. Hubungan Asupan Protein

dengan Kadar Gula Darah Puasa

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah puasa normal

dengan asupan protein normal

37,5%, yang asupan defisit 73,7%,

dan yang kelebihan asupan 100%.

Kadar gula darah puasa tinggi

dengan asupan protein normal yaitu

62,5% dan asupan defisit 26,3%.

Hasil penelitian ini diperoleh nilai p=

0,75 (p value <0,05) maka Ho

ditolak, yang artinya tidak terdapat

hubungan antara asupan protein

dengan kadar gula puasa.

Intoleransi glukosa pada

lansia berkaitan dengan obesitas,

aktivitas fisik yang kurang,

berkurangnya massa otot, penyakit

penyerta, penggunaan obat-obatan,

selain itu karena pada lansia sudah

terjadi penurunan sekresi insulin

dan resistensi insulin (PAPDI,

2014). Bila insulin tidak ada atau

sedikit sekali, maka tubuh akan

memecah protein menjadi gula

Page 15: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

11

melalui proses glukoneogenensis

(Wijanarko K, 2013).

2. Hubungan Asupan Protein

dengan Kadar Gula Darah 2 Jam

Post Prandial

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah 2 jam post

prandial normal dengan asupan

protein normal 37,5%, dan asupan

defisit 47,4% untuk yang kelebihan

asupan 40%. Kadar gula darah 2

jam post prandial dengan kategori

sedang dengan asupan protein

normal 25% dan asupan defisit

26,3%, untuk kelebihan asupan

40%. Kadar gula darah 2 jam post

prandial dengan kategori tinggi

dengan asupan protein normal

37,5% dan asupan defisit 20%,

untuk kelebihan asupan 26,3%.

Pada penelitian ini diperoleh nilai p=

0,82 (p value ≥ 0,05) maka Ho

diterima, yang artinya tidak terdapat

hubungan antara asupan protein

dengan kadar gula 2 jam post

prandial.

Akmal (2012) menyatakan

pemilihan protein bermutu tinggi

dan mudah dicerna sangat penting

bagi lansia. Proses sintesis protein

pada lansia tidak sebaik saat masa

muda, jika kelebihan asupan protein

akan memberatkan kerja ginjal dan

hati.

G. Hubungan Asupan Karbohidrat

dengan Kadar Gula Darah

1. Hubungan Asupan Karbohidrat

dengan Kadar Gula Darah Puasa

Hasil penelitian diperoleh

kadar gula darah puasa normal

dengan asupan karbohidrat normal

76,9% dan asupan defisit 63,2%.

Kadar gula darah puasa tinggi

dengan asupan karbohidrat normal

yaitu 23,1% dan asupan defisit

36,8%. Pada penelitian ini diperoleh

nilai p= 0,42 (p value ≥ 0,05) maka

Ho diterima, yang artinya tidak

terdapat hubungan antara asupan

karbohidrat dengan kadar gula

darah puasa.

Page 16: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

12

Purnakarya (2009)

menyatakan karbohidrat memiliki

peran untuk membantu regulasi

metabolisme protein,

mempengaruhi metabolisme lemak,

dan glikogen. Jadi, apabila asupan

karbohidrat rendah akan

mempengaruhi metabolisme zat gizi

yang lain.

2. Hubungan Asupan Karbohidrat

dengan Kadar Gula Darah 2 Jam

Post Prandial

Hasil penelitian ini diperoleh

kadar gula darah 2 jam post

prandial normal dengan asupan

karbohidrat normal 38,5% dan

asupan defisit 47,4%. Kadar gula

darah 2 jam post prandial kategori

sedang dengan asupan karbohidrat

normal 38,5% dan asupan defisit

21%. Kadar gula darah 2 jam post

prandial kategori tinggi dengan

asupan karbohidrat normal 23%

dan asupan defisit 31,6%. Hasil

penelitian ini diperoleh nilai p= 0,99

(p value ≥ 0,05) maka Ho diterima,

yang artinya tidak terdapat

hubungan antara asupan

karbohidrat dengan kadar gula

darah 2 jam post prandial.

Fitri dan Wirawanni (2012)

pada hasil penelitiannya tidak

membedakan antara asupan

karbohidrat yang sederhana atau

kompleks sehingga tidak diketahui

hubungan masing-masing jenis

karbohidrat dengan kadar gula

darah puasa dan kadar gula darah

2 jam post prandial.

KESIMPULAN

Tidak ada hubungan asupan

energi, lemak, protein dan

karbohidrat dengan kadar gula

darah puasa dan 2 jam post prandial

pada lansia obesitas di Desa

Blulukan Kecamatan Colomadu,

Karanganyar, Jawa Tengah.

SARAN

Perlu diupayakan

pengendalian kadar gula darah

terutama pada lansia obesitas

untuk mencegah gangguan

Page 17: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

13

kesehatan, misalnya dengan

memberikan penyuluhan pada

lansia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Akmal, HF. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. Semarang : 9-18.

2. Ariyani. 2007. Asupan Lemak Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Esensial PadaLansia Di Posyandu Ngudi Waras Surakarta. Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta: 14-15. 3. Ashary, R. 2010. Hubungan

Obesitas dengan Kadar Glukosa Darah pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Aren Jaya Bekasi Periode Januari-Agustus 2010. Bekasi.

4. Bandiara, R. 2004. Should We Still Prescribe A Reduction In Protein Intake For Chronic Kidney Disease (CKD) Patients. Universitas Padjadjaran/ Hasan Sadikin Hospital Bandung.

5. Bintanah dan Handarsari. 2012. Asupan Serat dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Total dan Status Gizi Pada Pasien Diabetus Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. UNIMUS. Semarang: 290-294.

6. Bintanah S dan Muryati. 2010. Hubungan Konsumsi Lemak Dengan Kejadian Hiperkolesterolemia Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan. Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

7. Dalawa, FN., Kepel, B., Hamel, R. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Masyarakat Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Manado. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.

8. Darrly, E dan Barnes, MD. 2012. Program Olahraga DIABETES “Panduan Untuk Mengendalikan Glukosa Darah”. Klaten: PT Intan Sejati.

9. Fadyastiti, M., Soemardini, dan Nugroho, AF. 2013. Hubungan Asupan Energi dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan Di Klinik Dokter Keluarga Lawang dan Singosari Kabupaten Malang. Fakultas Kedokteran. Malang.

10. Fatmah. 2006. Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia Dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di DKI Jakarta Dan Tangerang Tahun 2005. Universitas Indonesia. Jakarta : 12.

11. Fitri dan Wirawanni, Y. 2012. Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik, Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

12. Hardinsyah, Riyadi, H., dan Napitupulu, V. 2010. Kecukupan Energi, Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB dan Departemen Gizi, FK UI : 9-15.

13. Manampiring, AE. 2008. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah Pada Penduduk Usia 45 Tahun Ke Atas Di Kelurahan Pakowa Kecamatan Wanea Kota Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado : 11-12.

Page 18: PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

14

14. Muktiharti, Purwanto, Imam, P., Saleh, R. 2010. Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Remaja SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 di Kota Pekalongan Tahun 2010. Universitas Pekalongan.Pekalongan.

15. PAPDI. 2014. Mengenal Diabetes Melitus. Diakses: 04 November 2014.Http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=detil_berita&kd_berita=20.

16. Purnakarya, I. 2009. Peran Zat Gizi Makro Terhadap Kejadian Demensia Pada Lansia. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

17. Qurratuaeni. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

18. Ridwan, LF. 2010. Gambaran Perencanaan Dan Evaluasi Program Perbaikan Gizi Di Dinas Kesehatan Kota Banjar Provinsi Jawa Barat Tahun 2010. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : 50.

19. Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 53.

20. Simanullang, P., Zuska, F., Asfriyati. 2011. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. USU. Medan.

21. Tropicanaslim. 2014. Semua Hal Mengenai Lemak. Diakses : 09 November 2014. http://www.tropicanaslim.com/all-about-fat.

22. Wahyuni, S. 2008. Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Makro, Kadar Gula Darah Dan Perkembangan Kesembuhan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Dengan Komplikasi Gangren Di Bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Program Studi

Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : 11-14.

23. Wijanarko K. 2013. Mekanisme Cara Kerja Insulin dan Anatomi Pankreas. Diakses pada tanggal: 04 November 2014. http://terapimuslim.com/cara-

kerja-insulin- anatomi-pankreas. 24. Yamin, B., Mayulu, dan Rottie, J.

2013. Hubungan Asupan Energi Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kota Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado: 2-3.