PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH...
-
Upload
truongkhuong -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, …eprints.ums.ac.id/32294/16/NASKAH...
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, PROTEIN DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR
GULA DARAH PADA LANSIA OBESITAS DI DESA BLULUKAN KECAMATAN
COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun oleh :
RADITYA WAHYUNINGSIH PUSPITASARI
J310 100 011
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama : Raditya Wahyuningsih Puspitasari
NIM : J 310 100 011
Fakultas/Jurusan : Ilmu Kesehatan / Gizi S1
Jenis : Skripsi
Judul : Hubungan Asupan Energi, Lemak, Protein, dan Karbohidrat dengan
Kadar Gula Darah Pada Lansia Obesitas Di Desa Blulukan
Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya
dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan
sebagaimana mestinya
Surakarta, 26 November 2014
Yang Menyatakan
Raditya Wahyuningsih Puspitasari
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, PROTEIN, DAN KARBOHIDRAT
DENGAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA OBESITAS DI DESA
BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Raditya Wahyuningsih Puspitasari (J 310 100 011)
Pembimbing: Dwi Sarbini, SST., M.Kes
Pramudya Kurnia, STP., M.Agr
Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email : [email protected]
ABSTRACT
Background : Compared to younger people, older people have a tendency to greater body fat composition. The causal factor in blood glucose levels are excess fat, genetics, obesity and low physical activity. Based on the results of the Riskesdas (Riset Kesehatn Dasar) in 2007, national obesity prevalence was 19.1%.
Objective : This study aims to analyse the relationship intake of energy, fats, proteins, and carbohydrates with blood glucose levels in obese elderly people in the village of Blulukan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Research Method : This type of research was cross-sectional. The population of elderly people with a BMI ≥ 25,00 kg / m2. It uses the sampling with simple random sampling method. The intake of energy, fats, proteins, and carbohydrates are obtained from the recall average in 2x24 hours which are not consecutive and fasting blood glucose levels, and 2-hours post prandial are obtained from the examination of health personnel. The test of data normality uses the Kolmogorov-Smirnov Test and the relationship with the person product moment test.
Results : There is no correlation between the energy intake and fasting blood glucose levels (p=0,70) and 2-hours post-prandial (p=0,34). There is no correlation between the fat intake and fasting blood glucose levels (p=0,79) and 2-hours post-prandial (p=0,95). There is no correlation between the protein intake and fasting glucose levels (p=0,75) and 2-hour post-prandial (p=0,82).There is no correlation between the carbohydrate intake and fasting glucose levels (p=0,42) and 2-hour post-prandial (p=0,99).
Conclusion : There is no correlation of the intake of energy, fat, protein and
carbohydrates to blood glucose levels. Keywords: Intake Energy, Fat, Protein, Carbohidrate
1
PENDAHULUAN
Secara alamiah lansia itu mengalami
kemunduran yaitu pada fisik, biologi,
maupun mentalnya. Menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh pada lansia maka
akan membuat lansia menjadi rentan
terhadap penyakit yang bersifat akut atau
kronis (Simanullang et al, 2011).
Asupan makanan tinggi energi (tinggi
lemak dan gula) dan rendah serat
berhubungan dengan kadar gula darah.
Ketidakseimbangan antara asupan
makanan yang tinggi energi dengan
pengeluaran energi untuk aktivitas dalam
jangka waktu lama memungkinkan
terjadinya obesitas, resistensi insulin dan
penyakit DM tipe 2 (Fitri dan Wirawanni,
2012).
Berdasarkan pada hasil Riskesdas
tahun 2007 prevalensi obesitas nasional
19,1%. Pada umumnya perempuan
(23,8%) lebih banyak menderita obesitas
jika dibandingkan dengan pria (13,9%)
(Ridwan, 2010). Persentase obesitas
sentral menurut umur dari 55-64 tahun
adalah 23,1%, untuk umur 65-74 tahun
adalah 18,9% dan di atas 75 tahun adalah
15,8% (Riskesdas, 2007). Kenaikan berat
badan orang tua usia di atas 60 tahun
karena kurangnya aktivitas fisik (Fatmah,
2006).
Dari uraian tersebut penulis tertarik
untuk meneliti hubungan asupan energi,
lemak, protein dan karbohidrat dengan
kadar gula darah pada lansia obesitas.
Penulis memilih di Desa Blulukan,
Colomuadu, Karanganyar, Jawa Tengah
sebagai lokasi penelitian dikarenakan dari
lansia yang berumur ≥ 60 tahun sebanyak
115 lansia diantaranya berstatus gizi
obesitas ada 40%. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis hubungan asupan
energi, lemak, protein dan karbohidrat
dengan kadar gula darah pada lansia
obesitas.
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORITIS
1. Lansia
Secara fisik dalam pertumbuhan
level ukuran berhenti, tetapi dilanjutkan
dengan pertumbuhan dan reproduksi
sel yang konsisten (Ariyani, 2007).
2
Batasan lansia menurut Undang-
Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia di Indonesia
dikatakan lansia apabila telah
mencapai usia diatas 60 tahun
(Hadywinoto, 1999; Maryam, 2008
dalam Simanullang et al, 2011).
2. Obesitas Pada Lansia
Obesitas adalah
ketidakseimbangan kalori di dalam
tubuh, yaitu kalori yang masuk
melebihi kalori yang dikeluarkan dan
kelebihan ini menjadi lemak tubuh
pada jangka waktu tertentu. Faktor
perilaku dan lingkungan yang
meliputi pola makan dan aktifitas
fisik merupakan hal yang paling
berpengaruh pada kejadian obesitas
(Yamin et al, 2013).
Proses penuaan dapat
mengubah metabolisme pada tubuh,
yang menyebabkan perubahan
komposisi tubuh dan pola makan.
Jika lansia makan dengan jumlah
yang sama seperti orang yang masih
muda, maka resiko terjadinya
obesitas akan menjadi lebih besar
(Ashary, 2010).
3. Lansia Obesitas dengan Kadar Gula
Darah
Obesitas yang terjadi pada
lanjut usia dapat meningkatkan resiko
penyakit seperti hiperglikemia,
hiperlipidemia, penyakit kardiovaskular,
diabetes melitus dan penyakit kanker
(Ashary, 2010).
Kurniawan (2010) dalam
Fadyastiti et al, (2013) Pada usia 40
tahun tubuh sudah mengalami
penurunan fungsi fisiologis, sehingga
pada usia 45 tahun ke atas rentan
terjadi resistensi insulin. Orang yang
menderita diabetes kebanyakan
ternyata mengalami kelebihan berat
badan (Darrly dan Barnes, 2012).
4. Asupan Energi, Lemak, Protein, dan
Karbohidrat
Gula merupakan sumber
makanan dan bahan bakar atau energi
bagi tubuh yang berasal dari proses
pencernaan makanan. Tingginya kadar
gula darah dipengaruhi oleh tingginya
3
asupan energi dari makanan (Wahyuni,
2008).
Disamping mensuplai energi,
lemak terutama trigliserida, memiliki
fungsi untuk menyediakan cadangan
energi tubuh, isolator, pelindung organ
dan menyediakan asam lemak esensial
(Mahan dan Escott-Stump, 2008 dalam
Hardinsyah et al, 2010). Sedangkan
protein melalui proses hidrolisis
menjadi asam amino yang berfungsi
sebagai sumber utama bagi glukosa
melalui jalur glukoneogenesis
(Bandiara, 2004).
Karbohidrat komplek berperan
dalam mengendalikan kadar gula darah
tubuh. Fungsi utama karbohidrat
adalah menyediakan energi bagi sel-sel
tubuh, terutama sel-sel otak dan sistem
saraf pusat yang menghubungkan
asupan glukosa darah (Purnakarya,
2009).
5. Kadar Gula Darah
Jumlah atau konsentrasi
glukosa yang terdapat di dalam darah.
Pada pemeriksaan glukosa darah
puasa responden sebelumnya sudah
puasa selama kurang lebih 8 jam dan
kemudian dilakukan pemeriksaan.
Variabel kadar gula darah puasa
digolongkan dalam kategori tinggi
(GDP ≥110mg/dl) dan normal (GDP
<110mg/dl) (Dalawa et al, 2013).
Pemeriksaan glukosa darah 2
jam sesudah makan bermanfaat untuk
memantau pengendalian Diabetes
Melitus (Qurruaeni, 2009). Kadar gula
darah 2 jam post prandial termasuk
kategori baik (80-144 mg/dl), sedang
(144-179 mg/dl) dan tinggi (≥180 mg/dl)
(Fitri dan Wirawanni, 2012).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
merupakan penelitian observasional
dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Agustus 2014. Jumlah populasi
adalah 46 lansia. Perhitungan besar
sampel diperoleh 31 lansia dengan
Loss to follow 10% maka menjadi 34
lansia. Sampel ditentukan dengan
4
menggunakan metode Simple
Random Sampling.
Instrumen dalam penelitian ini
adalah formulir identitas lansia, yang
digunakan untuk mengetahui data
tentang karakteristik subjek penelitian
yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, berat badan dan tinggi
badan. Data asupan energi, lemak,
protein dan karbohidrat diperoleh dari
Form Food Recall 2 x 24 jam tidak
berurutan. Data kadar gula darah lansia
didapatkan dari tenaga kesehatan
setempat menggunakan Glucometer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Setelah dilakukan observasi
pada 46 lansia obesitas (IMT ≥ 25,00
kg/m2) yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi serta bersedia ikut
pada penelitian hanya dapat diperoleh
32 lansia.
1. Karakterisitk Subyek Penelitian
Menurut Umur
Sampel pada penelitian ini yaitu
lansia yang telah berusia ≥ 60 tahun,
data ini diperoleh berdasarkan dari
wawancara secara langsung dengan
lansia dan data dari kader posyandu
setempat. Kategori umur lansia dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Umur Subyek Penelitian
Hal ini disebabkan karena
obesitas atau kegemukan sering terjadi
pada usia 50-60 tahun, hasil ini sejalan
dengan penelitian Misnadiarly (2007)
dalam Manampiring (2008).
2. Karakteristik Subjek Menurut Jenis
Kelamin
Pada penelitian ini lansia
yang bersedia menjadi responden
tidak dibedakan menurut jenis
kelaminnya. Kategori jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 2.
Umur Kriteria N Persentase (%)
60-74 tahun
Lanjut Usia
27 84,4
75-90 tahun
Lanjut Usia Tua
5 15,6
Total 32 100
5
Tabel 2 Karakteristik Jenis Kelamin
Subyek Penelitian
Jenis
Kelamin
N Persentase
(%)
Laki-laki 2 6,2
Perempuan 30 93,8
Total 32 100
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Misnadiarly (2007) dalam Manampiring
(2008) yang menyatakan bahwa
perempuan yang telah berusia ≥ 50
tahun memiliki resiko obesitas lebih
tinggi jika dibandingkan laki-laki.
B. Tingkat Asupan Energi, Lemak,
Protein dan Karbohidrat
1. Asupan Energi
Data asupan energi
diperoleh berdasarkan dari
wawancara secara langsung
menggunakan form food recall 2x24
jam tidak berturut-turut. Kategori
asupan lemak dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Tingkat Asupan Energi Lansia
Kategori N Persentase (%)
Konsumsi Energi
Kelebihan 2 6,3
Normal 14 43,8 Defisit 16 49,9
Total 32 100
Simanullang, et al (2011)
menyatakan bahwa kegemukan pada
lansia tidak hanya disebabkan dari
asupan makan saja, tetapi bisa juga
karena aktifitas fisik yang kurang pada
lansia akibat menurunnya fungsi-fungsi
organ tubuh.
2. Asupan Lemak
Data asupan lemak diperoleh
berdasarkan dari wawancara secara
langsung menggunakan form food
recall 2x24 jam tidak berturut-turut.
Kategori asupan lemak dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Tingkat Asupan Lemak Lansia
Kategori N Persentase (%)
Konsumsi Lemak
Kelebihan 13 40,6
Normal 11 34,4 Defisit 8 25
Total 32 100
6
Proses penuaan mengubah
metabolisme tubuh, yang
menyebabkan perubahan komposisi
tubuh dan pola makan. Jika lansia
makan dengan jumlah yang sama
seperti orang yang masih muda, maka
resiko obesitas akan lebih besar
(Ashary, 2010).
3. Asupan Protein
Data asupan protein
diperoleh berdasarkan dari
wawancara secara langsung
menggunakan form food recall 2x24
jam tidak berturut-turut. Kategori
asupan lemak dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Tingkat Asupan Protein Lansia
Kategori N Persentase (%)
Konsumsi Protein
Kelebihan 5 15,6
Normal 8 25,0 Defisit 19 59,4
Total 32 100
Beberapa ahli berpendapat
dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga
meningkat. Pada lansia sudah terjadi
penurunan sekresi insulin dan
resistensi insulin (PAPDI, 2014). Bila
insulin tidak ada atau sedikit sekali,
maka tubuh akan memecah protein
menjadi gula melalui proses
glukoneogenensis (Wijanarko K, 2013).
Jadi, apabila lansia banyak
mengkonsumsi protein akan
meningkatkan kadar gula darah di
dalam tubuhnya.
4. Asupan Karbohidrat
Data asupan karbohidrat
diperoleh berdasarkan dari wawancara
secara langsung menggunakan form
food recall 2x24 jam tidak berturut-
turut. Kategori asupan lemak dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Tingkat Asupan Karbohidrat
Lansia
Kategori N Persentase (%)
Konsumsi Karbohidrat
Normal 13 40,5
Defisit 19 59,5 Total 32 100
Penyebab terjadinya
kegemukan atau obesitas tidak hanya
disebabkan oleh kelebihan asupan
7
karbohidrat saja. Kelebihan asupan
protein atau lemak serta aktivitas fisik
yang kurang, bisa juga menyebabkan
kelebihan berat badan karena terjadi
penumpukan lemak di dalam tubuh,
hal ini dinyatakan oleh Bintanah dan
Muryati (2010) serta Muktiharti, et al
(2010).
C. Tingkat Kadar Gula Darah
1. Kadar Gula Darah Puasa
Pada saat pengambilan
kadar gula darah puasa ini
sebelumnya lansia yang akan
diambil darahnya diminta untuk
melakukan puasa minimal 8 jam
(Dalawa et al, 2013). Kategori
kadar gula darah puasa dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Tingkat Kadar Gula Darah Puasa
Lansia
Kategori N Persentase (%)
Kadar Gula Darah Puasa
Normal 22 68,8
Tinggi 10 31,2
Total 32 100
Lansia yang menjadi sampel
mengalami obesitas, tetapi jika aktifitas
fisik atau olahraga teratur dan
mempunyai asupan makan yang baik
akan menurunkan resiko tingginya
kadar gula darah (Sukardji, 2002 dan
Ilyas, 2007 dalam Qurratuaeni, 2009).
2. Kadar Gula Darah 2 Jam Post
Prandial
Pengambilan kadar gula darah
2 jam post prandial setelah dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah puasa.
Pada saat menunggu 2 jam untuk
melakukan pengecekan lansia
diberikan makan besar dan snack.
Kategori kadar gula darah 2 jam post
prandial dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat Kadar Gula Darah 2 Jam
Post Prandial Lansia
Kategori N Persentase (%)
Kadar Gula Darah 2 Jam
Post Prandial
Normal Sedang
14 9
43,8 28,1
Tinggi 9 28,1
Total 32 100
.
Apabila kadar gula darah puasa
lansia tinggi kemudian kadar gula
darah 2 jam post prandial juga tinggi ini
berarti lansia tersebut terkena penyakit
8
DM. Qurruaeni (2009) menyatakan test
kadar gula darah 2 jam post prandial
berfungsi untuk memantau
pengendalian penyakit Diabetes
Melitus (DM).
D. Hubungan Asupan Energi dengan
Kadar Gula Darah
1. Hubungan Asupan Energi dengan
Kadar Gula Darah Puasa
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula puasa yang normal dengan
asupan energi yang normal yaitu
64,3%, untuk kelebihan asupan 100%
dan untuk yang asupan defisit 68,8%,
sedangkan untuk kadar gula darah
tinggi dengan asupan energi normal
35,7% dan untuk asupan energi defisit
31,2%. Pada penelitian ini diperoleh
hasil untuk nilai p= 0,70 (p value ≥ 0,05)
maka Ho diterima, yang artinya tidak
terdapat hubungan antara asupan
energi dengan kadar gula puasa
Simanullang, et al (2011)
menyatakan lansia kebanyakan sudah
bukan usia produktif lagi, tetapi
menurut Ilyas (2007) dalam
Qurratuaeni (2009) menyatakan jika
olahraga secara rutin dan masih
melakukan aktifitas fisik bisa juga
menurunkan resiko tingginya kadar
gula darah.
2. Hubungan Asupan Energi dengan
Kadar Gula Darah 2 Jam Post
Prandial
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah 2 jam post prandial
yang normal dengan asupan energi
normal 42,8% dan asupan defisist 50%.
Kadar gula darah 2 jam post prandial
kategori sedang dengan asupan energi
normal 28,6% dan yang asupan defisit
25% untuk yang memiliki kelebihan
asupan ada 50%. Pada kategori kadar
gula darah 2 jam post prandial yang
tinggi untuk kelebihan asupan ada
50%, asupan yang normal 28,6% dan
untuk asupan defisit 25%. Pada hasil
penelitian ini diperoleh nilai p= 0,34 (p
value ≥ 0,05) maka Ho diterima, yang
artinya tidak terdapat hubungan antara
asupan energi dengan kadar gula 2 jam
post prandial.
9
Seltzer dan Bare (2002) dalam
Qurratuaeni (2009) menyatakan apabila
stres menetap, maka respon stres akan
melibatkan hipotalamus pituitari yang
kemudian memproduksi kortisol.
Peningkatan kortisol akan
menyebabkan naiknya kadar gula
darah.
E. Hubungan Asupan Lemak dengan
Kadar Gula Darah
1. Hubungan Asupan Lemak
dengan Kadar Gula Darah Puasa
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah puasa yang
normal dengan asupan lemak
normal 72,7%, yang asupan defist
62,5% dan untuk kelebihan asupan
ada 69,2%. Kadar gula darah puasa
tinggi dengan asupan lemak normal
yaitu 27,3% dan asupan defist
37,5%, sedangkan untuk yang
kelebihan asupan ada 30,8%. Pada
hasil penelitian ini diperoleh nilai p=
0,79 (p value ≥ 0,05) maka Ho
diterima, yang artinya tidak terdapat
hubungan antara asupan lemak
dengan kadar gula puasa.
Lemak pada pankreas
(pancreatic fat) merupakan lemak
yang berhubungan dengan
peningkatan Visceral Adipose
Tissue(VAT), yaitu lemak yang
melapisi organ-organ tubuh bagian
dalam, semakin tinggi pancreatic fat
maka sensitivitas insulin akan
semakin rendah (Tropicanaslim,
2014). Selain itu, pada lansia usia
di atas 40 tahun sudah terjadi
penurunan sekresi pankreatik
(Fatmah, 2010 dalam Akmal, 2012).
2. Hubungan Asupan Lemak
dengan Kadar Gula Darah 2 Jam
Post Prandial
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah 2 jam post
prandial yang normal dengan
asupan lemak normal 54,5% dan
asupan defisit 37,5% sedangkan
yang kelebihan asupan 38,45%.
Kadar gula darah 2 jam post
prandial kategori sedang dengan
10
asupan lemak normal 27,3%, untuk
asupan defisit 25% dan yang
kelebihan asupan 30,8%. Kadar
gula darah 2 jam post prandial
kategori tinggi dengan asupan
lemak normal 18,2%, untuk asupan
defisit 37,5% dan yang kelebihan
asupan 30,8%. Pada penelitian ini
diperoleh nilai p= 0,95 (p value ≥
0,05) maka Ho diterima, yang
artinya tidak terdapat hubungan
antara asupan lemak dengan kadar
gula 2 jam post prandial.
Faktor yang mempengaruhi
keluarnya hormon adrenalin
misalnya stres dan kadar lemak di
bawah jaringan kulit dan di perut.
Hormon adrenalin yang dipacu
secara terus-menerus akan
mengakibatkan insulin tidak bisa
mengatur kadar gula darah yang
ideal (Bintanah dan Handarsari,
2012).
F. Hubungan Asupan Protein dengan
Kadar Gula Darah
1. Hubungan Asupan Protein
dengan Kadar Gula Darah Puasa
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah puasa normal
dengan asupan protein normal
37,5%, yang asupan defisit 73,7%,
dan yang kelebihan asupan 100%.
Kadar gula darah puasa tinggi
dengan asupan protein normal yaitu
62,5% dan asupan defisit 26,3%.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai p=
0,75 (p value <0,05) maka Ho
ditolak, yang artinya tidak terdapat
hubungan antara asupan protein
dengan kadar gula puasa.
Intoleransi glukosa pada
lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang kurang,
berkurangnya massa otot, penyakit
penyerta, penggunaan obat-obatan,
selain itu karena pada lansia sudah
terjadi penurunan sekresi insulin
dan resistensi insulin (PAPDI,
2014). Bila insulin tidak ada atau
sedikit sekali, maka tubuh akan
memecah protein menjadi gula
11
melalui proses glukoneogenensis
(Wijanarko K, 2013).
2. Hubungan Asupan Protein
dengan Kadar Gula Darah 2 Jam
Post Prandial
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah 2 jam post
prandial normal dengan asupan
protein normal 37,5%, dan asupan
defisit 47,4% untuk yang kelebihan
asupan 40%. Kadar gula darah 2
jam post prandial dengan kategori
sedang dengan asupan protein
normal 25% dan asupan defisit
26,3%, untuk kelebihan asupan
40%. Kadar gula darah 2 jam post
prandial dengan kategori tinggi
dengan asupan protein normal
37,5% dan asupan defisit 20%,
untuk kelebihan asupan 26,3%.
Pada penelitian ini diperoleh nilai p=
0,82 (p value ≥ 0,05) maka Ho
diterima, yang artinya tidak terdapat
hubungan antara asupan protein
dengan kadar gula 2 jam post
prandial.
Akmal (2012) menyatakan
pemilihan protein bermutu tinggi
dan mudah dicerna sangat penting
bagi lansia. Proses sintesis protein
pada lansia tidak sebaik saat masa
muda, jika kelebihan asupan protein
akan memberatkan kerja ginjal dan
hati.
G. Hubungan Asupan Karbohidrat
dengan Kadar Gula Darah
1. Hubungan Asupan Karbohidrat
dengan Kadar Gula Darah Puasa
Hasil penelitian diperoleh
kadar gula darah puasa normal
dengan asupan karbohidrat normal
76,9% dan asupan defisit 63,2%.
Kadar gula darah puasa tinggi
dengan asupan karbohidrat normal
yaitu 23,1% dan asupan defisit
36,8%. Pada penelitian ini diperoleh
nilai p= 0,42 (p value ≥ 0,05) maka
Ho diterima, yang artinya tidak
terdapat hubungan antara asupan
karbohidrat dengan kadar gula
darah puasa.
12
Purnakarya (2009)
menyatakan karbohidrat memiliki
peran untuk membantu regulasi
metabolisme protein,
mempengaruhi metabolisme lemak,
dan glikogen. Jadi, apabila asupan
karbohidrat rendah akan
mempengaruhi metabolisme zat gizi
yang lain.
2. Hubungan Asupan Karbohidrat
dengan Kadar Gula Darah 2 Jam
Post Prandial
Hasil penelitian ini diperoleh
kadar gula darah 2 jam post
prandial normal dengan asupan
karbohidrat normal 38,5% dan
asupan defisit 47,4%. Kadar gula
darah 2 jam post prandial kategori
sedang dengan asupan karbohidrat
normal 38,5% dan asupan defisit
21%. Kadar gula darah 2 jam post
prandial kategori tinggi dengan
asupan karbohidrat normal 23%
dan asupan defisit 31,6%. Hasil
penelitian ini diperoleh nilai p= 0,99
(p value ≥ 0,05) maka Ho diterima,
yang artinya tidak terdapat
hubungan antara asupan
karbohidrat dengan kadar gula
darah 2 jam post prandial.
Fitri dan Wirawanni (2012)
pada hasil penelitiannya tidak
membedakan antara asupan
karbohidrat yang sederhana atau
kompleks sehingga tidak diketahui
hubungan masing-masing jenis
karbohidrat dengan kadar gula
darah puasa dan kadar gula darah
2 jam post prandial.
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan asupan
energi, lemak, protein dan
karbohidrat dengan kadar gula
darah puasa dan 2 jam post prandial
pada lansia obesitas di Desa
Blulukan Kecamatan Colomadu,
Karanganyar, Jawa Tengah.
SARAN
Perlu diupayakan
pengendalian kadar gula darah
terutama pada lansia obesitas
untuk mencegah gangguan
13
kesehatan, misalnya dengan
memberikan penyuluhan pada
lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akmal, HF. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. Semarang : 9-18.
2. Ariyani. 2007. Asupan Lemak Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Esensial PadaLansia Di Posyandu Ngudi Waras Surakarta. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta: 14-15. 3. Ashary, R. 2010. Hubungan
Obesitas dengan Kadar Glukosa Darah pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Aren Jaya Bekasi Periode Januari-Agustus 2010. Bekasi.
4. Bandiara, R. 2004. Should We Still Prescribe A Reduction In Protein Intake For Chronic Kidney Disease (CKD) Patients. Universitas Padjadjaran/ Hasan Sadikin Hospital Bandung.
5. Bintanah dan Handarsari. 2012. Asupan Serat dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Total dan Status Gizi Pada Pasien Diabetus Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. UNIMUS. Semarang: 290-294.
6. Bintanah S dan Muryati. 2010. Hubungan Konsumsi Lemak Dengan Kejadian Hiperkolesterolemia Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan. Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
7. Dalawa, FN., Kepel, B., Hamel, R. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Masyarakat Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Manado. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.
8. Darrly, E dan Barnes, MD. 2012. Program Olahraga DIABETES “Panduan Untuk Mengendalikan Glukosa Darah”. Klaten: PT Intan Sejati.
9. Fadyastiti, M., Soemardini, dan Nugroho, AF. 2013. Hubungan Asupan Energi dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan Di Klinik Dokter Keluarga Lawang dan Singosari Kabupaten Malang. Fakultas Kedokteran. Malang.
10. Fatmah. 2006. Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia Dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di DKI Jakarta Dan Tangerang Tahun 2005. Universitas Indonesia. Jakarta : 12.
11. Fitri dan Wirawanni, Y. 2012. Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik, Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
12. Hardinsyah, Riyadi, H., dan Napitupulu, V. 2010. Kecukupan Energi, Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB dan Departemen Gizi, FK UI : 9-15.
13. Manampiring, AE. 2008. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah Pada Penduduk Usia 45 Tahun Ke Atas Di Kelurahan Pakowa Kecamatan Wanea Kota Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado : 11-12.
14
14. Muktiharti, Purwanto, Imam, P., Saleh, R. 2010. Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Remaja SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 di Kota Pekalongan Tahun 2010. Universitas Pekalongan.Pekalongan.
15. PAPDI. 2014. Mengenal Diabetes Melitus. Diakses: 04 November 2014.Http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=detil_berita&kd_berita=20.
16. Purnakarya, I. 2009. Peran Zat Gizi Makro Terhadap Kejadian Demensia Pada Lansia. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
17. Qurratuaeni. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
18. Ridwan, LF. 2010. Gambaran Perencanaan Dan Evaluasi Program Perbaikan Gizi Di Dinas Kesehatan Kota Banjar Provinsi Jawa Barat Tahun 2010. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : 50.
19. Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 53.
20. Simanullang, P., Zuska, F., Asfriyati. 2011. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. USU. Medan.
21. Tropicanaslim. 2014. Semua Hal Mengenai Lemak. Diakses : 09 November 2014. http://www.tropicanaslim.com/all-about-fat.
22. Wahyuni, S. 2008. Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Makro, Kadar Gula Darah Dan Perkembangan Kesembuhan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Dengan Komplikasi Gangren Di Bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Program Studi
Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : 11-14.
23. Wijanarko K. 2013. Mekanisme Cara Kerja Insulin dan Anatomi Pankreas. Diakses pada tanggal: 04 November 2014. http://terapimuslim.com/cara-
kerja-insulin- anatomi-pankreas. 24. Yamin, B., Mayulu, dan Rottie, J.
2013. Hubungan Asupan Energi Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kota Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado: 2-3.