Ptk Skripsi Jadi

123
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Fenny Anggraini 08511245001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

description

Cara membuat penelitian tindakan kelas pada pelajaran

Transcript of Ptk Skripsi Jadi

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

(TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN

MELALUI METODE DISCOVERY

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Fenny Anggraini

08511245001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI

DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI

METODE DISCOVERY” telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Disetujui pada tanggal

8 April 2011

Menyetujui

Pembimbing

Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd

NIP : 197504281999032002

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar

Siswa Kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri

1 Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran

Melalui Metode Discovery” telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Skripsi Fakultas Teknik UNY pada tanggal 8 April 2011 dan dinyatakan

LULUS.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd NIP. 197504281999032002

Ketua Penguji .......................... ....................

Sutriyati Purwanti, M.Si NIP. 196112161988032001

Sekretaris Penguji .......................... ....................

Dr. Endang Mulyatiningsih NIP. 196301111988122001

Penguji Utama .......................... ....................

Yogyakarta, Mei 2011

Dekan

Wardan Suyanto, Ed.D

NIP.195408101978031001

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fenny Anggraini

NIM : 08511245001

Program Studi : Pendidikan Teknik Boga

Jurusan : Pendidikan Teknik Boga

Fakultas : Teknik

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X

Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri 1

Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan

Ukuran Melalui Metode Discovery

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya

sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta,

Yang menyatakan

Fenny Anggraini

NIM. 08511245001

v

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S Al-Insyirah : 6-8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT

yang selalu memberikan karunia dan kebaikan untukku, sehingga skripsi ini

selesai disusun. Aku persembahkan karya kecil ini kepada Papa tersayang “Papa

Abusamah”, Mama tercinta “Mama Fatimah”, Abangku “Bang Arif, Aruf,

Rinal dan Fitriyani”. Terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian,

motivasi, dukungan, pengorbanan dan untaian do’a yang tiada henti untuk

kebaikanku. Semoga karya kecil ini akan menjadi salah satu wujud bakti ku

untuk membalas kebaikan kalian, keluargaku tercinta.

Selain itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

Some one tersayang Aa”Rocker (LopU). Terimakasih untuk limpahan cinta,

kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dukungan dan doa yang

telah kau berikan.

Crew UKMF Mapala Carabiner . Makasih untuk indah persahabatan dan

persaudaraan yang telah kalian berikan. Makasih untuk segala kebersamaan

kita. Semangat kalian adalah semangatku.

Sahabat-sahabat baikku, Septiana Soraya, Menthel, Bety, Rifa. Makasih

untuk persahabatan kita selama ini. Kapan ngumpul...

Seluruh keluarga besar Pendidikan Teknik Boga PKS NR 08. Terimakasih

untuk semua pengalaman yang telah aku lalui bersama kalian semua.

vi

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR

SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR

MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY

Oleh

Fenny Anggraini 08511245001

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan metode Discovery. 2) Meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak Bantul melalui metode Discovery. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak pada bulan Januari 2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran kelas X TPHP 1 serta dibantu oleh observer pada setiap pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan, dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah selama 3 x 45 menit. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, lembar angket kemandirian belajar, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Uji coba instrumen dilakukan kepada 30 orang siswa dari populasi yang sama dan tidak terpilih sebagai sampel. Validitas instrumen ditentukan dengan pendekatan corrected item-total correlation menggunakan rumus Product Moment dari Pearson dan Experts Judgment, sedangkan reliabilitasnya ditentukan dengan formula Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, beberan (display) data dan menarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperolah kesimpulan bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditandai dengan peningkatan persentase aspek-aspek kemandirian yang diamati pada angket, yaitu 1). motivasi siswa meningkat dari 69,17%, menjadi 76,11%, 2). aspek inisiatif siswa dari 77,64% meningkat menjadi 78,34%, 3). aspek percaya diri siswa dari 65,14% meningkat menjadi 76,67%, 4). aspek disiplin siswa dari 65,08% meningkat menjadi 75,10% dan 5). aspek tanggung jawab siswa dari 69,45% meningkat menjadi 75,52%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, siswa menjadi lebih aktif di dalam proses pembelajaran, siswa mampu memahami suatu materi melalui kegiatan penemuan mereka sendiri tanpa bergantung pada penjelasan guru, siswa juga lebih berani mengungkapkan pendapat atau idenya.

EFFORTS TO ENHANCE LEARNING AUTONOMY X CLASS OF AGRICULTURAL PROCESSING TECHNOLOGY (TPHP) 1

SMK NEGERI 1 PANDAK COMPETENCE IN THE PROCESS OF IMPLEMENTING METHOD OF DISCOVERY THROUGH

Size Reduction By Fenny Anggraini

08511245001

ABSTRACT

This study aims to 1) Describe the process of learning to apply the process of size reduction using the method of Discovery. 2) Increase the independence of learning to apply the process of size reduction TPHP a class X student of SMK Negeri 1 Bantul Pandak through Discovery methods. This research was conducted at SMK Negeri 1 Pandak in January 2011. This was an action research Classes (PTK) carried out collaboratively between the researcher and subject teachers implement class size reduction process X TPHP 1 and assisted by the observer at each meeting. Subjects in this study were students of class X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak, amounting to 32 students. This research was conducted in 2 cycles. Each cycle consists of 2 meeting, with the allocation of time for one session is for 3 x 45 minutes. Instruments in this study is the observation guidelines, interview, questionnaire sheets of self study, test, field notes and documentation. The test instrument was made to 30 people were students from the same population and not selected as a sample. The validity of the instrument approach is determined by corrected item-total correlation using the formula of pearson product moment and experts judgement, while the reliability is determine by cronbach alpha formula. Analysis using qualitative descriptive analysis techniques with an interactive model analysis techniques developed by Miles and Huberman which consists of three interrelated components of each other ie data reduction, explanation (display) data and draw conclusions Based on the results obtained the conclusion that learning to apply the process of size reduction using discovery methods to improve student learning independence of class X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Improving student learning independence was marked by an increase in the percentage of those aspects of independence which was observed in the questionnaire, namely 1). motivation of students increased from 69.17% to 76.11%, 2). aspects of student initiative of 77.64% increased to 78.34%, 3). aspects of students' self confidence increased from 65.14% to 76.67%, 4). aspects of student discipline from 65.08% increased to 75.10%, and 5). aspects of the responsibility of students from 69.45% increased to 75.52%. Based on observation and interview, students become more active in the learning process, students are able to understand the material through their own discovery activities without relying on the explanation of teachers, students are also more willing to express opinions or ideas

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik di Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Wardan Suyanto, Ed.D Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dr. Sri Wening, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana

Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Sutriyati Purwanti ,M.SI Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Boga

Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar mulai dari

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani selaku Kepala SMK Negeri 1 Pandak yang telah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.

6. Ir. Nurani Yuni Hastiwi selaku guru mata pelajaran Menerapkan Proses

Pengecilan Ukuran kelas, X TPHP SMK Negeri 1 Pandak yang telah bersedia

meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang

viii

sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

7. Siswa-siswi kelas X TPHP SMK Negeri 1 Pandak atas kerjasama yang

menyenangkan selama penelitian.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis pribadi dan para pembaca terutama dalam kaitannya dengan penerapan

metode discovery sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar

Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran.

Yogyakarta,

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK …………………………………………………………………..... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...... xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...... 1

B. Identifikasi Masalah………………………………………………..... 5

C. Pembatasan Masalah………………………………………………… 5

D. Rumusan Masalah………………………………………………….... 6

E. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 6

F. Manfaat Penelitian………………………………………………….... 6

BAB II KAJIAN TEORI………………………………………….............. 8

A. Deskripsi Teori …………………………………………………....... 8

1. Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam 8

x

Pengolahan...................................................................................

a. Pembelajaran............................................................................... 8

b. Analisis Kebutuhan Materi........................................................... 10

c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran....................................... 11

2. Metode Discovery ........................................................................... 13

a. Metode ........................................................................................ 13

b. Metode Discovery ....................................................................... 14

c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan

Proses Pengecilan Ukuran........................................................

19

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)........................................................... 21

4. Kemandirian Belajar ……………................................................. 23

a. Kemandirian .............................................................................. 23

b. Kemandirian Belajar ................................................................ 24

c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar .......................................... 25

B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 31

C. Kerangka Berpikir …………………………………………………... 32

D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..... 36

A. Jenis Penelitian …………………………………………………...... 36

B. Subjek dan Objek Penelitian…….....................……......................... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 37

D. Setting Penelitian ………………………............................................. 37

E. Desain Penelitian ................................………………………............. 37

xi

F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 40

G. Instrumen Penelitian ………….....………………………….............. 42

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................. 45

I. Hasil Uji Coba Instrumen.................................................................. 48

J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 50

K. Indikator Keberhasilan ..................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. 55

A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………............................................... 55

1. Siklus 1............................................................................................ 56

2. Siklus 2........................................................................................... 79

B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ....................................................... 91

C. Pembahasan ……………………………………….......................... 95

D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………....... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 101

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 101

B. Saran……………………………………………………………….... 104

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 106

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK N 1 Pandak..............................................

Tabel 2. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Discovery...

Tabel 3. Pedoman Pemberian Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi..................

Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen……………………..

Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen………………......

Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket ...............................................

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan

Dalam Pengolahan di Kelas X TPHP 1 ………………………………...

Tabel 8. Hasil Angket Kemandirian Belajar …………………………………......

Tabel 9. Daftar Nilai Tes Siklus Siswa …………………………………………...

11

43

47

49

50

52

55

91

92

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A. 1 RPP Pertemuan ke-1-2 Siklus I

A. 2 RPP Pertemuan ke-3-4 Siklus I

LAMPIRAN B

B. 1 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1

B. 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2

B. 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) 3

B. 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 4

LAMPIRAN C

C. 1 Soal Tes Siklus I

C. 2 Soal Tes Siklus II

C. 3 Hasil Tes Siklus I

C. 4 Hasil Tes Siklus II

LAMPIRAN D

D. 1 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran

D. 2 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

D. 3 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus I

D. 4 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus I

D. 5 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus II

D. 6 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus II

D. 7 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

D. 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

D. 9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus I

D. 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus I

D. 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus II

D. 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus II

109

110

118

126

127

134

141

148

153

154

155

156

157

158

159

160

163

166

169

172

175

176

177

178

179

180

xiv

LAMPIRAN E

E. 1 Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa

E. 2 Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa

E. 3 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus I

E. 4 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus II

LAMPIRAN F

F. 1 Pedoman Wawancara Guru

F. 2 Pedoman Wawancara Siswa

F. 3 Hasil Wawancara Guru

F. 3 Hasil Wawancara Siswa

LAMPIRAN G

G. 1 Catatan Lapangan siklus I

G. 2 Catatan Lapangan siklus II

G. 3 Dokumentasi Foto-foto Penelitian

LAMPIRAN H

H. 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

H. 2 Surat Permohonan Validasi

H. 3 Surat Keterangan Validasi

H. 4 Uji Reliability

H. 4 Surat Keterangan Penelitian

181

182

183

186

188

190

191

192

193

194

195

196

200

204

206

207

208

209

210

212

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

SMK N 1 Pandak terletak di daerah Kadekrowo, Gilangharjo, Pandak,

Bantul. SMK N 1 Pandak memiliki Luas area Sekolah SMK N 1 Pandak yakni

12 hektar yang terdiri dari : 4 hektar untuk gedung dan 8 hektar untuk fasilitas

yang lain terdiri dari 6 kelas jurusan TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil

Pertanian), 4 kelas jurusan peternakan, 4 kelas jurusan pertanian, dan 6 kelas

jurusan busana. SMK N 1 Pandak menggunakan kurikulum spektrum sebagai

acuan dalam proses belajar mengajar.

Adapun visi SMK Negeri 1 Pandak yaitu terwujudnya lembaga diklat

yang menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan YME, profesional,

mandiri dan berkompetensi di dunia kerja nasional atau internasional.

Misi SMK Negeri 1 Pandak :

1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

2. Mengoptimalkan kegiatan diklat berkompetensi wirausaha yang

berstandar nasional dan internasional.

3. Menjadikan sekolah sebagai sumber infoemasi dan memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat.

4. Memantapkan kegiatan unit produksi yang berbasis keunggulan lokal.

2

Salah satu jurusan yang terdapat di SMK Negeri 1 Pandak adalah

jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian yang sering disebut juga

jurusan TPHP. Jurusan TPHP pada kelas X (sepuluh) terdapat dua kelas yakni

kelas X TPHP 1 dan kelas X TPHP 2, jurusan TPHP memiliki beberapa

kompetensi dasar yang wajib ditempuh oleh siswanya diantaranya adalah

kompetensi dasar menerapkan proses pengecilan ukuran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas X

Teknologi Pengolahan Hasil pertanian (TPHP) 1 SMK N 1 Pandak diperoleh

bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran di SMK Negeri 1

Pandak kelas X TPHP 1 masih menggunakan metode konvensional atau

ceramah. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar masih kurang. Selain itu,

jika guru tidak meminta siswa untuk membuka dan membaca sumber belajar

seperti buku dan LKS, siswa tidak memiliki inisiatif untuk membaca atau

mempelajarinya. Ketika guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan materi

dan peralatan yang berkaitan dengan materi yang akan datang, terdapat

beberapa siswa yang tidak mempersiapkannya sama sekali, sehingga tampak

bahwa disiplin dan tanggung jawab siswa masih kurang. Apabila guru

menanyakan materi ataupun soal yang belum jelas, siswa terkesan malu-malu

dan takut untuk bertanya padahal guru telah memberikan kesempatan

bertanya. Siswa tidak memiliki inisiatif maju ke depan tanpa ditunjuk

sebelumnya oleh guru. Ketika ada salah satu siswa yang kurang tepat dalam

mengerjakan soal di depan kelas, siswa lain tidak berani menyampaikan

3

tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya menunggu guru menjelaskan

jawaban yang lebih tepat.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar

menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1

Pandak, belum berkembang secara optimal. Model pembelajaran yang

diimplementasikan guru selama ini kurang dapat mendukung peningkatan

kemandirian belajar siswa. Dengan adanya berbagai kecenderungan situasi

yang muncul seperti di atas, perlu adanya penerapan metode pembelajaran

yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yakni

meningkatkan motivasi belajar, membangun kemampuan berinisiatif,

meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung

jawab siswa dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran.

Salah satu metode pembelajaran yang dimungkinkan dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah metode Discovery. Metode

pembelajaran Discovery disebut juga metode belajar menemukan, dimana

siswa akan belajar secara mandiri untuk membahas suatu masalah tertentu

yang diberikan oleh guru.

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau

rangsangan yang dapat menantang siswa untuk merasa terlibat atau

berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai

fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis,

sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau

dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Pada

4

metode discovery, diharapkan situasi belajar mengajar berpindah dari situasi

teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.

Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan

diskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar

mandiri.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menerapkan proses pengecilan

ukuran memerlukan adanya motivasi, insiatif, rasa percaya diri, disiplin dan

tanggung jawab belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar

siswa pada pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Metode belajar

yang digunakan juga harus dapat mendukung proses pembelajaran,

Diharapkan dengan menggunakan metode Discovery dalam proses

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran akan menarik minat

siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan kemandirian

belajar siswa.

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya

permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

2. Siswa kurang memiliki motivasi belajar menerapkan proses pengecilan

ukuran

3. Siswa kurang memiliki inisiatif untuk maju ke depan mengerjakan soal

4. Siswa kurang percaya diri untuk bertanya dan menyampaikan pendapat

5. Siswa kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran menerapkan proses

pengecilan ukuran

6. Kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar menerapkan proses

pengecilan ukuran.

7. Masih melekatnya pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga

kemandirian siswa kurang

8. Diperlukan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah diutarakan di atas, permasalahan dalam

penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Discovery sebagai upaya

peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses

pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

6

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery

pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X

TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak?

2. Apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi

menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode Discovery ?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery untuk

meningkatkan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan

proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemandirian belajar pada sub

kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode

Discovery.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Sekolah

Memberdayakan sekolah dalam meningkatkan inovasi metode

pembelajaran, salah satunya menggunakan metode Discovery, dan dapat

memberdayakan guru pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan

ukuran SMK Negeri 1 Pandak dalam menggunakan metode Discovery

yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

7

2. Siswa

Penerapan metode Discovery diharapkan dapat memberdayakan siswa

dalam menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar menerapkan proses

pengecilan ukuran, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

3. Peneliti

Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan

dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan

metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran

a. Pembelajaran

Menurut Witherington (Nana Syaodih, 2004: 155), belajar merupakan

perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola

respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan

dan kecakapan. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu

proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Morgan dkk yang dikutip oleh Rizky (http://kuliah

psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar) memberikan definisi

mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent

change in behavior which accurs as a result of practice or experience.”

Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan

(practice) atau karena pengalaman (experience). Definisi yang tidak jauh

berbeda dikemukakan oleh James O. Witaker yang mendefinisikan belajar

adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman (Wasty Sumanto, 2003: 104). Sedangakan

9

Guilford menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang

dihasilkan dari rangsangan (Mustaqim, 2001: 34).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri individu berkat adanya

interaksi antar individu-individu maupun dengan lingkungannya.

Perbuatan belajar ditunjukkan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.

Perubahan dari belajar didapatkan kemampuan baru berupa pengetahuan

(aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan

tenaga lainnya. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur,

fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,

terdiri dari ruang kelas, perlengakapan audio visual dan komputer.

Prosedur meliputi, jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,

belajar, ujian dan lain sebagainya (2005: 57).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

10

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang

manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun (Wikipedia : 2007).

Mulyasa berpendapat (2007: 14) bahwa pembelajaran merupakan

proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam

rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru berperan

sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Menurut konsep

komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara

siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan

sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang

bersangkutan (Erman Suherman dkk, 2001: 9).

Dari berbagai macam pengertian di atas maka dapat disimpulkan

pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik,

sumber belajar dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan sikap dan

pola pikir.

b. Analisis Kebutuhan Materi

SMK Negeri 1 Pandak Bantul salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan yang memiliki 6 program studi yaitu Busana Butik, Agribisnis

Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis Pembibitan dan Kultur

Jaringan, Agribisnis Produksi Ternak Ruminansia, Agribisnis Produksi

Ternak Unggas, dan Agribisnis Hasil Pertanian. Program studi keahlian

Agribisnis Hasil Pertanian memiliki 2 kompetensi keahlian yaitu

Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Pengawasan Mutu Hasil

Pertanian. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian adalah kompetensi yang

11

baru 3 tahun berjalan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul. Kompetensi

keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian memiliki 6 standar

kompetensi yang harus ditempuh oleh peserta didik salah satunya adalah

menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan. menerapkan teknik

konversi bahan dalam pengolahan terdapat dalam mata pelajaran teknologi

pengolahan hasil pertanian yang merupakan mata pelajaran produktif pada

kurikulum spektrum yang sudah berjalan kurang lebih 3 tahun.

Standar kompetensi menerapkan teknik konversi bahan dalam

pengolahan memiliki 7 kompetensi dasar yang harus dicapai salah satu

kompetensi dasar tersebut adalah menerapkan proses pengecilan ukuran

dan bentuk produk/forming. Untuk lebih jelasnya mengenai kompetensi

kejuruan yang harus dicapai dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan

1.1 Menerapkan proses pengecilan ukuran

1.2 Menerapkan proses pencampuran

1.3 Menerapkan proses emulsifikasi

1.4 Menerapkan proses filtrasi

1.5 Menerapkan proses kristalisasi

1.6 Menerapkan proses ekstraksi

1.7 Menerapkan proses destilasi

(Kurikulum SMK Negeri 1 Pandak)

c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran

Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan

suatu bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya

12

mekanik. Bahan padat (solid) bisa dihancurkan dengan delapan atau

sembilan cara, tetapi hanya empat cara yang umum diterapkan pada mesin-

mesin pengecilan ukuran. Keempat cara itu adalah kompresi, pukulan,

atrisi (attrition), dan pemotongan (cutting). Pada umumnya, kompresi

digunakan pada pengecilan ukuran padatan yang keras, pukulan digunakan

untuk bahan padatan yang kasar, setengah kasar, dan halus. Atrisi

digunakan untuk memperoleh produk-produk yang sangat halus,

sedangkan pemotongan untuk menghasilkan produk dengan bentuk dan

ukuran tertentu, halus atau kasar

Tujuan pengecilan ukuran adalah mengupayakan suatu bahan

memenuhi spesifikasi tertentu, agar sesuai dengan bentuk pengecilan

ukuran bisa merupakan operasi utama pada pengolahan pangan atau

operasi tambahan. Pada pengecilan ukuran, bisa dibedakan antara

pengecilan ukuran yang “ekstrim” (penggilingan) dengan pengecilan

ukuran yang produknya relatif berdimensi besar (pemotongan), ada

beberapa tujuan dilakukannya pengecilan ukuran, yaitu :

a). Membantu proses ekstraksi, misalnya cairan gula dari tebu, dan

sebagainya.

b). Mengecilkan bahan sampai ukuran tertentu untuk maksud tertentu.

c). Memperluas permukaan bahan, untuk membantu proses pengeringan,

proses ekstraksi, proses bleaching, dan sebagainya.

d). Membantu proses pencampuran (mixing atau blending).

13

2. Metode Discovery

a. Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti

sebagaialat untuk mencapai tujuan ( http://ktiptk.blogspirit.com/2010/04)

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang

ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan

dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode

pembelajaran yang telah dirumuskan para ahli psikologi dan pendidikan

(Syaiful Bahri Djamarah, 1997: 72). Menurut Winamo Surakhmad,

metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa.

(http://www.banjar-jabar.go.id/index.php? Pilih =news&mod=yes&aksi=li

hat&id=487).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar

tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh

pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari

beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

14

b. Metode Discovery

Discovery Learning merupakan metode yang dikembangkan oleh

Jerome Bruner. Menurut Bruner (Markaban, 2006: 9), penemuan adalah

suatu proses, jalan, atau cara dalam mendekati permasalahan. Proses

penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan

masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam

pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk

menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau

situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan

pemecahan.

Menurut Ruseffendi (2008: 8), metode penemuan adalah metode

mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu, tidak

melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan

demikian, dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa dapat

memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah

bukan melalui transmisi dari guru.

Metode Discovery menurut Sund adalah metode mengajar

mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental

dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses

mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam

teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses

15

mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi

(Roestiyah, 2001: 20).

Sedangkan menurut Nafilah (2008: 3), metode penemuan adalah cara

penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi dengan aktif. Metode penemuan melibatkan peserta

didik dalam proses-proses mental dalam rangka pengembangannya.

Metode ini memungkinkan para peserta didik menentukan sendiri

informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Menurut John W. Santrock (2008: 490) Metode penemuan (discovery

learning) adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman

sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi

langsung, dimana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada

murid. Dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tahu sendiri.

Menurut Herman Hudojo metode discovery merupakan suatu cara

penyampaian topik-topik matematika sedemikian hingga proses belajar

memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur

matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang

lampau (2005: 95). Bahan ajaran pada metode ini, bahan ajaran tidak

disajikan dalam bentuk jadi, tetapi setengah atau bahkan seperempat jadi.

Bahan ajaran disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab atau masalah-masalah yang harus dipecahkan (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2005: 184).

16

Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan

yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,

berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan

reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan

merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam

berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan

memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode

discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru

memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang

secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja

(http://martiningsih.Blogspot.com/2010/12/macam-ma cam-metode-

pembelajaran.html).

Menurut Suchman, penggunaan penemuan bertujuan untuk

membantu kemandirian siswa dalam mengadakan penyelidikan melalui

disiplin berfikir yang benar. Penemuan mendorong siswa untuk

menemukan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa sesuatu terjadi

melalui pengumpulan data yang logis. Di samping itu, penemuan

bertujuan untuk mengembangkan strategi berfikir siswa untuk

menemukan jawaban dari pertanyaan mengapa sesuatu terjadi

sebagaimana kejadiannya (http ://www. laboratorium-

um.sch.id/files/BAB%20XII%20STRATEGI%20PEMBELA

JARAN%20DENGAN%20METODE%20PENEMUAN.pdf).

17

Adapun kelemahan dan keunggulan metode discovery dalam proses

pembelajaran menurut Roestiyah (2001: 20) adalah sebagai berikut:

Keunggulan metode discovery 1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalm proses kognitif/ pengenalan siswa.

2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7) Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu jika diperlukan.

Kelemahan metode discovery 1) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara

belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

3) Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Menurut Markaban (2006: 12), langkah yang perlu ditempuh guru

mata pelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan

dalam pembelajaran menggunakan discovery adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,

18

bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang

dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa

oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, untuk menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan.

Menurut Erman Suherman, dkk (2001: 213-214), untuk

merencanakan pengajaran dengan metode discovery hendaknya

diperhatikan bahwa:

1). Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh.

2). Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa.

3). Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.

4). Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah suatu

metode belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri sebagian

atau seluruh informasi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui metode

Discovery, siswa didorong untuk belajar mandiri dan aktif karena siswa

akan berfikir dan menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan

konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Guru bertindak

sebagai pembimbing dan pendorong siswa untuk mendapatkan

pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka

untuk mandiri.

19

c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan Proses

Pengecilan Ukuran

Menurut Erman Suherman (2003: 212), penemuan sebagai metode

pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan siswa. Dalam

pembelajaran ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru bagi

mereka. Hal yang ditemukan siswa itu bukan merupakan hal yang benar-

benar baru sebab sudah diketahui sebelumnya oleh orang lain. Seorang

siswa dalam pembelajarannya berhasil menemukan sendiri suatu bentuk

potongan, ia pun telah menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya saja

walaupun hal itu telah dikenal orang.

Pengajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-

benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Sebagai

contoh untuk mempelajari potongan sayuran berbentuk potongan cube

dilakukan langkah-langkah seperti di bawah ini.

Membuat potongan cube :

Alat : kentang, pisau, talenan, serbet, kom, dan air.

1). Ambil satu buah kentang

2). Cuci kentang hingga bersih

3). Kupas kulit kentang setipis mungkin

4). Siapkan kom yang berisi air, untuk merendam kentang yang telah

dikupas agar tidak berwarna coklat

5). letakkan kentang di atas telenan

6). potong kentang dengan ukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm

20

Catatan:Potongan yang dihasilkan memiliki ukuran yang seragam.

a. Apakah semua hasil potongan kelompokmu bentuknya sama?

b. Jika pada pertanyaan a, jawaban kelompokmu “ya”, bentuk

potongan apakah namanya?

c. Apakah semua potongan berukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm ?

Hasil yang diperoleh kelompokmu dinamakan potongan cube.

7). Gunakan mistar untuk mengukur sisi masing-masing potongan

kentang.

8). Sehingga diperoleh bentuk potongan cube

Sebagai kesimpulan:

a. Perhatikan potongan kentang yang telah terbentuk.

b. Potongan kentang tersebut tersusun dari 6 sisi yang memiliki ukran

1½ cm x 1½ cm x 3cm yang terdiri dari persegi depan, persegi

belakang, persegi atas, persegi bawah, persegi samping kiri dan

persegi samping kanan

Untuk dapat menemukan, siswa harus melakukan terkaan, dugaan,

coba-coba dan berbagai usaha lainnya. Pembelajaran menggunakan

Kesimpulan:

Bentuk potongan sayuran berbentu cube yaitu, potongan yang

berbentuk persegi yang memiliki 6 buah sisi dengan ukuran 1½ cm x

1½ cm x 3cm

21

metode discovery harus telah direncanakan sebelumnya karena sangat

bergantung pada kemampuan siswa. Pelaksanaannya harus selalu

disesuaikan dengan pengetahuan siswa yang telah diperoleh sebelumnya

dan tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan dengan metode discovery.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu

pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan ke dalam jenis alat peraga

pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran

sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS yang dikemukakan oleh Bulu

(Sultan, 2008: 2) adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan

perintah atau instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu

kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan

hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. LKS ini sangat baik digunakan

untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik

dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk

memberikan latihan pengembangan.

Menurut Tobing (Budi Tjahjono, 2007: 24). Lembar Kerja Siswa

(LKS) adalah suatu lembaran yang diberikan kepada siswa sebagai sarana

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. LKS dapat

digunakan sebagai sarana pengajaran individual mendidik siswa untuk

mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggungjawab, dan dapat mengambil

22

keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada

tahap pemahaman konsep karena LKS dirancang untuk membimbing

siswa dalam mempelajari topik. Pemanfaatan LKS pada tahap pemahaman

konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan

maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari.

Menurut Marsigit (2008: 3), manfaat pengembangan LKS adalah:

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama c. Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan berbagai

macam kegiatan d. Menyediakan dokumen yang bermanfaat bagi siswa dan memberikan

alternatif sumber materi pembelajaran e. Memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan penemuan.

Menurut Suyitno (Ahlis Widiyanto, 2007: 6), manfaat yang diperoleh

dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut :

1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep. 3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses. 4. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. 5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang

dipelajari melalui kegiatan belajar. 6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep

yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, LKS yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan instruksi dari guru

kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk

kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai

suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran menerapkan teknik konversi

23

bahan dalam pengolahan, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau

prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

4. Kemandirian Belajar

a. Kemandirian

Menurut Jacob Utomo (1990: 108), kemandirian adalah suatu

kecenderungan menggunakan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan

masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif. Kemandirian atau

kematangan pribadi juga dapat didefinisikan sebagai keadaan

kesempurnaan dan keutuhan unsur budi dan badan dalam kesatuan pribadi

(Drost, 1998: 39).

Bhatia yang dikutip oleh Pergola Irianti (http://lib.ugm.ac.id/data/pub

data/pusta/pirianti2.pdf) mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu

keadaan dimana individu mempunyai perilaku yang terarah pada dirinya

sendiri. Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib, meliputi perilaku

mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai

rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang

lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang

mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala

sesuatu bagi diri sendiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp).

Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang penting,

karena diperlukan oleh manusia agar dapat menyesuaikan diri secara aktif

dalam lingkungan. Sumanto menyampaikan bahwa pengertian

24

kemandirian memiliki beberapa aspek kemampuan, antara lain

mengarahkan perilaku sendiri, mengambil keputusan, bertanggung jawab,

kepercayaan pada diri sendiri, bertindak bebas dan sifat keaslian dalam

perilaku (Rosnida (2007: 20).

Dari berbagai macam pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah suatu keadaan yang dapat berdiri sendiri. Kemandirian

merupakan inisiatif seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan

kemampuannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kemandirian merupakan hal yang sangat penting agar dapat mengarahkan

dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya.

b. Kemandirian Belajar

Stephen Brookfield (2000: 130-133) mengemukakan bahwa

kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh diri

sendiri, kemampuan pebelajar untuk mencapai tujuannya.

Hiemstra (Desi Susilawati, 2009: 7-8) mendiskripsikan kemandirian

belajar sebagai berikut:

a. Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya .

b. Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran.

c. Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain. d. Pembelajaran mandiri dapat menstransfer hasil belajarnya yang berupa

pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi. e. Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya

dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan kegiatan korespondensi.

25

f. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti berdialog dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan mengembangkan berfikir kritis.

g. Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan belajar mandiri melalui program pembelajaran terbuka.

Utari Sumarmo (Farida Fauziah, 2008: 21) memberikan tiga

karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu:

1) Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya

2) Memilih srategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya

3) Memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan

dibandingkan dengan standar tertentu

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah

kecenderungan atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa untuk

melakukan kegiatan belajar guna menguasai kompetensi tertentu, dimana

siswa mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan

pembelajaran baik dalam penggunaan strategi belajar, sumber belajar,

perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran, tanpa terlalu

tergantung pada guru atau pendidik.

c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar

a. Motivasi

Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang

disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia

tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu (Ngalim Purwanto,

26

2006: 71). Motivasi menurut Goleman adalah hasrat yang paling

dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran,

membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,

serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Hamzah

B. Uno, 2007: 85).

Menurut Oemar Hamalik (2003: 158) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Winkel (1996: 92) menyatakan bahwa motivasi adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan

belajar, dan memberikan arah kegiatan belajar itu demi mencapai

satu tujuan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi tampak dalam tingkat

kesungguhan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Motivasi

mendorong seseorang untuk bergerak kearah pencapaian tujuan

tertentu dan ketekuan dalam mengerjakannya. Dalam hal belajar

matematika, motivasi siswa tampak dalam rasa keingintahuan,

kemampuan memperhatikan, mempelajari dan mempraktikan

keterampilan matematika yang diperoleh, tekun dan mencari

alternatif pemecahan ketika siswa menghadapi kesulitan dalam

belajar menerapkan proses pengecilan ukuran

.

27

b. Inisiatif

Ubaydillah (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp)

menyatakan bahwa inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam

melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu. Ini

semua dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan hasil pekerjaan, untuk menciptakan peluang baru

atau untuk menghindari timbulnya masalah yang mungkin akan

muncul.

Inisiatif menurut Imadea adalah kemampuan seseorang untuk

mengendalikan hidupnya, dan mengarahkan pertentangan tujuan

dan ambisinya menuju orientasi yang ia inginkan

(http://imadea.multiply.com/journal/item/107/MenjadiMuslimah

inisiatif).

Ciri-ciri orang yang mempunyai inisiatif bagus:

1). gigih dalam memperjuangkan sesuatu

2). mengkalkulasi peluang

3). berusaha melebihi dari yang ditugaskan

4). antisipasi terhadap masalah atau persiapan menyambut

peluang

Dalam hal pembelajaran, Sri Rumini dkk (1993: 11)

menjelaskan bahwa belajar akan menjadi bermakna bila dilakukan

atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan maupun pikiran.

Inisiatif merupakan kemampuan untuk menemukan ide atau

28

pikiran yang dapat dikemukakan kepada orang lain. Agar siswa

memiliki inisiatif maka perlu diberi dorongan untuk dapat

mengembangkan potensi dirinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inisiatif dalam

pembelajaran matematika adalah kemampuan siswa yang terlihat

ketika siswa mengemukakan ide atau pendapat dalam kegiatan

pembelajaran dalam wujud bertanya atau menjawab tanpa

menunggu ditunjuk oleh guru.

c. Percaya Diri

Menurut Jacinta F. Rini (http://www.e-psikologi.com/epsi

/search.asp) , kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan/situasi yang dihadapinya. Percaya diri berarti yakin

akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan

masalah. Menurut Anita Lie (2003: 4) ciri-ciri perilaku yang

percaya diri adalah:

1). yakin kepada diri sendiri

2). tidak bergantung kepada orang lain

3). tidak ragu-ragu

4). merasa diri berharga

5). tidak menyombongkan diri

6). memiliki keberanian untuk bertindak

29

Dalam kegiatan pembelajaran matematika, sikap percaya

diri siswa dapat dilihat dari keyakinan atas kemampuannya dalam

tugas belajar matematika, keberanian menentukan ide, gagasan,

atau pendapat dan berani menerima atau menghadapi penolakan

atas pendapatnya tersebut, tidak yang baik, mudah menyerah,

memiliki pengendalian diri dan memiliki penilaian positif

terhadap diri sendiri. Percaya diri dalam kegiatan pembelajaran

juga dapat ditunjukkan oleh siswa dengan berani untuk tampil ke

depan atau presentasi serta mengerjakan kuis dan ulangan harian

tanpa melihat pekerjaan orang lain.

d. Disiplin

Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 114), disiplin merupakan

sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang

terhadap bentuk-bentuk aturan, kepatuhan seseorang dalam

mengikuti peraturan didorong oleh kesadaran pribadinya, dan

bukan kepatuhan yang terjadi karena adanya rasa takut kepada

orang lain atau didesak oleh orang lain.

Sedangkan menurut Radno Harsanto (2007: 28) perilaku

murid yang tidak disiplin, yang dinilai mengganggu proses

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) berbicara dengan teman sebangku

2) bersendau gurau

3) membuat gaduh dengan alat tulis / tempat duduk

30

4) tidak mau melaksanakan tugas kelas

5) bermalas-malasan

6) menunda-nunda pelaksanaan tugas kelas

Disiplin adalah sikap individu yang terbentuk dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan dan keteraturan

terhadap aturan yang berlaku. Sikap disiplin yang dapat diamati

dalam kegiatan pembelajaran menerapkan teknik konversi bahan

dalam pengolahan yaitu siswa hadir tepat waktu pada saat

mengikuti pelajaran matematika dan siswa tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas atau PR menerapkan teknik konversi bahan

dalam pengolahan.

e. Tanggung Jawab

Darius (http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-

jawab/) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sesuatu yang

harus dilakukan agar menerima sesuatu yang dinamakan hak.

Tanggung jawab merupakan segala resiko dari hasil keputusan

yang telah diambilnya. Tanggung jawab siswa akan muncul

apabila siswa dapat diberi kesempatan untuk menentukan

targetnya sendiri dalam belajar.

Karakteristik siswa yang memiliki tanggung jawab dalam

belajar antara lain adalah memiliki kesadaran diri untuk belajar

dan melaksanakannya, ulet atau pantang menyerah, selalu

mengusahakan yang terbaik, mampu mengendalikan diri, disiplin,

31

dan memiliki pertimbangan mengenai akibat dari setiap keputusan

yang diambil.

Adapun bentuk-bentuk tanggung jawab yang dimiliki siswa

berdasar uraian di atas pada saat kegiatan pembelajaran

matematika berlangsung adalah siswa bersungguh-sungguh dalam

mengerjakan tugas-tugas tersebut dan berusaha cepat

menyelesaikan dengan tuntas sesuai waktu yang ditentukan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Dian Agung Wibowo (2009) dengan judul “Tingkat

Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Dalam Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Di SMP Negeri 4 Depok” yang merupakan penelitian deskriptif

dengan metode survey dan teknik pengambilan datanya menggunakan angket

yang diujikan terhadap 30 siswa dengan hasil bahwa dalam mata pelajaran

pendidikan jasmani siswa cukup mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen Dwi Darmadi (2007: 56) yang

berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode

Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Pembelajaran

Matematika Sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA Negeri 8

Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”, diperoleh bahwa model

pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih

baik daripada pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Hal ini

terlihat dari rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen = 65,35 lebih

32

tinggi dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar kelompok kontrol =

58,58.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu masalah yang dihadapi guru menerapkan proses pengecilan

ukuran SMK Negeri 1 Pandak adalah kurangnya kemandirian siswa dalam

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Oleh sebab itu,

diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa. Salah satu

alternatif itu adalah dengan menerapkan metode Discovery.

Metode Discovery adalah salah satu metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menganalisis,

mempelajari serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi yang telah

disiapkan oleh guru. Dalam metode discovery, guru membimbing siswa jika

diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir mandiri, sehingga siswa dapat

menemukan cara penyelesaian dan pembuatan kesimpulan berdasarkan bahan

ajar yang disiapkan oleh guru.

Dalam pelaksanaannya siswa akan diberikan kesempatan untuk berfikir,

menganalisis, serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi berdasarkan

langkah-langkah yang disediakan oleh guru yang tertuang dalam Lembar

Kegiatan Siswa. Setelah siswa menyimpulkan suatu pokok materi, kemudian

siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal sesuai kemampuan

mereka sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang mereka temukan ke

33

dalam suatu masalah/soal. Dalam pengerjaannya, siswa dituntut untuk

mandiri sehingga dapat melibatkan aktivitas fisik dan mental untuk

memperoleh pengalaman belajar mereka.

Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan

metode Discovery, kompetensi yang dipilih yaitu menerapkan proses

pengecilan ukuran dan bentuk produk / forming pada pengolahan sayuran dan

ikan, siswa dimungkinkan dapat termotivasi, memiliki inisiatif, mempunyai

rasa percaya diri dan mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran sehingga terbentuk kemandirian

belajar menerapkan proses pengecilan ukuran. Untuk lebih jelas kerangka

berpikir dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

34

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian

Standar Kompetensi : Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan

Kompetensi Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian

Kompetensi Dasar : Menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk

Siklus I

Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)

Pelaksanaan : Metode Discovery

Pengamatan : Kemandirian belajar

Refleksi

Selesai

Siklus II

Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)

Pelaksanaan : Metode Discovery

Pengamatan : Kemandirian belajar

Refleksi

35

D. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran pada pokok bahasan pengecilan ukuran dengan

menerapkan metode discovery, dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa

kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti

bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu

teman sejawat (observer).

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana cara

untuk meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan

ukuran siswa menggunakan metode discovery. Oleh sebab itu, penelitian ini

difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan

kemandirian belajar dalam proses belajar menerapkan proses pengecilan

ukuran menggunakan metode discovery.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1

Pandak yang berjumlah 32 siswa. Pengambilan kelas X TPHP 1 sebagai

subjek, dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan guru Pengolahan hasil

pertanian yang mengampu. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah

keseluruhan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran

dengan metode discovery.

37

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak

pada bulan Januari-Februari 2011 dengan menyesuaikan jadwal pelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas tersebut.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak dimana kelas X

TPHP terdiri dari dua kelas. Setting yang digunakan dalam penelitian ini

adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran menerapkan proses

pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak Bantul. Pemilihan

kelas X TPHP 1 sesuai dengan kesepakatan peneliti dan guru menerapkan

proses pengecilan ukuran yang mengajar di kelas tersebut.

E. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model

Kemmis dan Mc. Taggart. Pelaksanaan penelitian tindakan meliputi empat

langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan

(observation), dan refleksi (reflection). Setiap langkah pelaksanaan termuat

dalam suatu siklus. Siklus dihentikan jika peneliti dan guru sepakat bahwa

penelitian yang dilakukan sesuai dengan rencana dan kemandirian belajar

Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan siswa mengalami

peningkatan. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Adapun

rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

38

Siklus I

1. Perencanaan

Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang

akan dilakukan dalam penelitian, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang diajarkan dengan metode

Discovery, menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan soal tes

tiap akhir siklus, menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran

dengan metode Discovery, membuat pedoman wawancara siswa dan

guru, dan membuat angket kemandirian belajar menerapkan proses

pengecilan ukuran siswa. Instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan

sebelumnya dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah dilakukan perencanaan, selanjutnya dilaksanakan tindakan

dengan menerapkan metode pembelajaran Discovery. Pembelajaran terdiri

dari 3 kegiatan, yaitu:

1) Kegiatan Awal

a. Guru mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan yang akan

dicapai.

b. Guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi

pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.

39

b. Guru memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok

dengan data secukupnya dalam LKS sesuai dengan metode

Discovery.

c. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam mengerjakan LKS.

d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan pengecekan

jawaban.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa

dalam membuat kesimpulan dan refleksi materi yang telah dipelajari.

3. Pengamatan (Observasi)

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu observer

melakukan observasi. Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi sebagai upaya untuk

mengetahui jalannya pembelajaran dan bagaimana aktivitas siswa.

Sedangkan kejadian yang tidak terdapat pada lembar observasi merupakan

catatan lapangan.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua catatan dan

data yang diperoleh selama proses pembelajaran. Kemudian semua catatan

dan data tersebut dianalisis. Hasil analisis didiskusikan dengan guru untuk

mengetahui kebenaran data tersebut dan untuk mengetahui kekurangan-

kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil refleksi

digunakan oleh peneliti dan guru untuk menentukan perlu tidaknya

40

dilakukan tindakan ulang atau siklus lanjutan dan menentukan perbaikan

tindakan pada siklus selanjutnya.

Rancangan Penelitian Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai

perbaikan dari siklus I. Tahapan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu

diawali dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan pelaksanaan

tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Jika

dievaluasi pada akhir siklus tidak terjadi peningkatan, dilaksanakan siklus III,

siklus IV, dan seterusnya yang tahap-tahapnya seperti pada siklus I dan II.

Siklus berhenti jika tujuan penelitian sudah tercapai yaitu jika kemandirian

belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa SMK N 1 Pandak

menggunakan metode discovery telah meningkat.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan

pencatatan mengenai proses kegiatan pembelajaran dan kegiatan siswa

selama proses kegiatan belajar mengajar dengan metode Discovery.

Pengamat observasi terdiri dari dua orang untuk menjaga keobjektifan

data. Observer adalah tim teaching yang terdiri dari dua orang guru, tim

observer pertama adalah ibu Ir. Mujiasih, dan observer kedua ibu Sri

Mardiatik S.TP

41

2. Wawancara

Wawancara dilakukan pada siswa untuk mengetahui hal-hal yang

kurang dapat diamati pada saat observasi dan untuk melengkapi data

respons siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disusun dengan

menggunakan pedoman wawancara mengacu pada kemandirian belajar

siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.

3. Angket

Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh

berdasarkan lembar observasi mengenai kemandirian belajar siswa

terhadap pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran

menggunakan metode discovery. Angket diberikan setiap akhir siklus.

Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

kemandirian siswa dalam belajar. Angket ini meliputi aspek-aspek

motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab.

4. Tes

Tes diberikan kepada siswa secara tertulis untuk mengetahui sejauh

mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes ini

dikerjakan secara individual oleh siswa.

5. Catatan lapangan

Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi

data dalam proses pembelajaran yang tidak terdapat dalam pedoman

observasi.

42

6. Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto digunakan untuk memberikan gambaran

secara konkret mengenai kegiatan siswa dan kemandirian belajar siswa

selam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu terdapat dokumentasi

berupa hasil jawaban tes siswa.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan

pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran.

Pedoman observasi digunakan selama proses pelaksanaan tindakan

berlangsung dengan mencatat kegiatan siswa selama pembelajaran

menggunakan metode discovery. Untuk lebih jelas aspek-aspek yang

diamati pada pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

43

Tabel 2 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Discovery No. Aspek yang Diamati No Butir 1. Pendahuluan a. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan

dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan metode pembelajaran yang akan digunakan

1.a, 1.b

b. Mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui metode pembelajaran yang akan digunakan

1.c

c. Melakukan apersepsi terhadap materi yang akan ditemukan siswa

1.d

2. Kegiatan Inti a. Mengelompokkan siswa dan memberi

LKS yang telah disusun sesuai dengan metode yang digunakan

2.a

b. Memberi arahan tentang LKS yang akan dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery.

2.b

c. Siswa berdiskusi mengumpulkan dan menganalisis data yang terdapat dalam LKS

2.c

d. Siswa bertanya kepada teman sekelompok atau guru dalam mengerjakan LKS atau dalam menyelesaikan soal

2.d

e. Siswa sekelompok saling membantu menjelaskan jika mengalami kesulitan

2.e

f. Siswa menyusun kesimpulan dari hasil analisis

2.f

g. Membimbing siswa dalam menyusun kesimpulan

2.g

h. Presentasi hasil temuan kelompok 2.h, 2.i i. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan 2.j 3. Penutup a. Menyimpulkan hasil yang telah

ditemukan siswa 3.a

b. Memberikan latihan soal yang berkenaan dengan hasil yang telah ditemukan siswa

3.b

c. Mengingatkan siswa materi pertemuan berikutnya

3.c

44

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk mengetahui kendala-kendala

yang dihadapi guru dan untuk mendapatkan informasi yang lengkap yang

sulit ditemukan melalui observasi atau mengecek data yang didapat

melalui observasi. Wawancara dilakukan dengan guru pelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 dan beberapa

siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1Pandak Bantul. Wawancara juga

digunakan untuk mengkonfirmasi informasi dan data yang meragukan.

Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada

kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran menerapkan proses

pengecilan ukuran.

3. Angket Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran

Angket kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran

digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemandirian siswa

terhadap pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang

dilaksanakan. Angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan

dengan aspek motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab

siswa terhadap pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.

4. Tes Tertulis

Tes tertulis yang dimaksud adalah tes evaluasi yang diberikan

apabila sub bab telah selesai. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Tes

evaluasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para

siswa setelah menerima proses pembelajaran dengan metode discovery.

45

Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat

perkembangan kemandirian belajar siswa yang dilihat dari aspek

peningkatan nilai dan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Tes

evaluasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan sumber yang sangat penting dalam

penelitian tindakan kelas ini. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana

kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan

siswa, dan segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

6. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari

observasi. Untuk memberikan gambaran saat kegiatan pembelajaran

berlangsung, maka digunakan dokumentasi berupa foto.

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Suharsimi Arikunto (2002:144).

Selanjutnya Sutrisno Hadi (1997:18) menyatakan bahwa instrumen dikatakan

valid apabila mempunyi unsur kejituan dan kejelian. Jitu artinya instrumen

tersebut dapat memberi fungsi sebagaimana mestinya dan teliti apabila

instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya

gejala atau bagaimana gejala itu diukur.

46

a) Uji Validitas Materi

Pengujian validitas materi digunakan untuk memperoleh kesahihan

instrument penelitian sehingga dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar. Pengujian validitas materi untuk proses belajar mengajar

dilakukan dengan metode validitas isi. Pengujian validitas isi dilakuka

dengan cara menguatkan pendapat dari para ahli dalam bidang yang

bersangkutan (experts judgment) sebanyak 2 orang yaitu dosen ahli media

ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan proses

pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi.

b) Uji Validitas Lembar Observasi, Pedoman Wawancara, dan Tes

Tertulis

Pengujian validitas lembar observasi Pedoman Wawancara, dan Tes

Tertulis pada kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

metode validitas isi. Validitas isi ditetapkan menurut rasio atau logika

terhadap isi butir-butir instrument dengan penilaian berdasarkan

pertimbangan subjektif individu (judgement) sebanyak 2 orang yaitu dosen

ahli media ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan

proses pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi.

c) Uji Validitas Angket

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan

dapat mengukur apa yang hendak diukur (Gay,1983). Validitas suatu

instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana

47

suatu tes mengukur apa yang hendak diukur, prinsip tes adalah valid,

tidak universal. Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan

validitas kriteria (Criteria Validity) dan validitas isi (Content Validity).

Validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien

korelasi product moment pearson yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006:170) :

rxy =

2222 )()(

))((

YYNXXN

YXXYN

Keterangan :

rxy = koefiesien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah subyek

∑xy = jumlah perkalian x dan y

X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

Berdasarkan hasil perhitungan apabila nilai corrected item-total

correlation tersebut 0,239 maka butir pernyataan dalam angket

dinyatakan valid Dalam pengujian validitas instrumen, peneliti

menggunakan bantuan komputer program SPSS 19. Oleh karena itu dalam

mencari validitas butir langsung dapat mengetahui apakah butir gugur

atau tidak.

Tabel 3. Pedoman Pemberian Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,99 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2005:216)

48

2. Reliabilitas Instrumen

Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis

konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Pengujian reliabilitas ini dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2005:282) berikut rumus koefisien reliabilitas

Alfa Cronbach :

2

2

11 St

Si

k

kri

2

2

n

Jks

n

JkiSi

2

2

2

2

n

xt

n

xtSt

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

k = mean kuadrat antar subyek

∑Si2 = mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total

Jki = jumlah kuadrat seluruh skor item

Jks = jumlah kuadrat subyek

I. Hasil Uji Coba Instrumen

a. Hasil perhitungan validitas instrumen

1). Angket kemandirian belajar

Berdasarkan hasil analisis validitas menunjukkan bahwa angket

kemandirian belajar yang berjumlah 30 butir, dinyatakan gugur 4 butir

49

yaitu butir nomor 10, 12, 21, dan 23 karena 4 butir tersebut

mempunyai nilai corrected item-total correlation kurang dari 0,239.

dengan demikian butir pernyataan angket kemandirian belajar yang

dinyatakan valid dan akan digunakan untuk proses pengambilan data

selanjutnya berjumlah 26 butir. Untuk memperjelas hasil analisis

validitas terhadap instrumen dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen

No Aspek

Butri Sebelum Diuji

Butir Gugur Setelah Diuji

Butir Valid Setelah Diuji

No. Butir

Jumlah Butir

No. Butir

Jmlh Butir

No. Butir

Jmlh Butir

1 Motivasi 1, 2, 17, 23, 26, 27

6 23 1

1, 2, 17, 26, 27

5

2 Inisiatif 6, 12, 13, 14, 22, 28,

6 12 1 6, 13, 14, 22, 28,

5

3 Percaya Diri 4 ,7, 9, 11, 19, 29

6 - - 4 ,7, 9, 11, 19, 29

6

4 Disiplin 3 ,8, 18, 20, 21, 25, 30

7 21 1 3 ,8, 18, 20, 25, 30

6

5 Tanggung Jawab 5 ,10, 15,16, 24

5 10 1 5 ,10, 15,16, 24

4

Jumlah 30 4

26

b. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen

Setelah pengujian validitas, selanjutnya adalah dilakukan pengujian

reliabilitas, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula

Alpha dari Cronbach, dan kriteria koefisien Alpha minimal yang dapat

50

diterima telah ditetapkan sebesar 0,70. Hasil reliabilitas instrumen dapat

dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen

No Variabel Koefisien Alpha

1. Kemandirian Belajar 0,913

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui

bahwa variabel mempunyai koefisien Alpha diatas 0,70. hal ini

membuktikan bahwa instrumen penelitian yang berupa angket dan tes

yang digunakan dalam penelitian ini, reliabel.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah

data agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat. Penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis

interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga

komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data,

beberan (display) data dan menarik kesimpulan (Sumarsi Madya, 2007:75)

a. Data hasil pelaksanaan pembelajaran

Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode discovery,

digunakan data yang diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan,

dan hasil tes wawancara yang dianalisis secara deskriptif.

51

b. Data angket siswa

Pedoman penskoran untuk angket dengan pernyatan positif maka

diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu” diberi skor 4, ”sering”

diberi skor 3, ”kadang-kadang” diberi skor 2, dan jika ”tidak pernah”

diberi skor 1. sedangkan pedoman penskoran untuk angket dengan

pernyatan negatif diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu”

diberi skor 1, ”sering” diberi skor 2, ”kadang-kadang” diberi skor 3, dan

jika ”tidak pernah” diberi skor 4.

Kemudian hasil angket tersebut dilakukan analisa sebagai berikut :

1) Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan

aspek yang diamati

2) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, kemudian

dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan

aspek-espek yang diamati. Perhitungan persentase yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Jumlah skor tiap aspek Persentase = x 100 %

Jumlah skor maksimal tiap aspek

3) Jumlah hasil skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya

dipresentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil

angket (Sutrisno Hadi,1999:216)

52

Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket

X = persentase skor hasil angket

c. Data hasil tes siswa

Pada tiap akhir siklus siswa diberikan tes. Rata-rata dihitung

menggunakan rumus berikut (Sutrisno Hadi, 2004:13) :

ΣX X =

N Ket : X = Nilai rata-rata

ΣX = Jumlah seluruh skor

N = Banyak subjek

d. Penyajian Kesimpulan

Langkah selanjutnya yaitu membandingkan data hasil angket,

hasil observasi, dan hasil tes guna mengecek keabsahan data. Untuk

memperkuat data, digunakan pula dokumen yang berupa foto-foto

selama proses pembelajaran berlangsung. Data-data yang telah

dianalisis kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan.

Persentase skor yang diperoleh

Kategori

85 % - 100 % Sangat Baik

70 % - 84 % Baik

55 % - 69 % Cukup Baik

40 % - 54 % Kurang Baik

0 % - 39 % Sangat Kurang

53

K. Indikator Keberhasilan

Komponen-komponen yang menjadi indikator perubahan tiap siklus dalam

penelitian ini adalah:

1. Motivasi

Siswa diharapkan menunjukkan sikap responsif, senang, semangat yang

tinggi, lebih serius dan tidak mudah frustasi dalam mengikuti

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.

2. Inisiatif

Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari

keaktifan siswa dalam bertanya, dan menjawab dengan memberikan

argumentasi tanpa ditunjuk oleh guru. Frekuensi siswa yang aktif dalam

menjawab atau maju ke depan dengan inisiatif sendiri bertambah.

3. Percaya Diri

Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu dan malu-malu dalam bertanya,

menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau siswa lain.

Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan menjadi mulai lebih berani. Siswa mulai lebih berani tampil ke

depan tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru.

4. Disiplin

Saat kegiatan pembelajaran siswa tidak berbuat gaduh, bergurau dengan

temannya, tidak melamun, tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas

dan patuh terhadap aturan atau perintah guru.

54

5. Tanggung Jawab

Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan

tugas yang diberikan, berani berbuat menanggung resiko, bila diberi tugas

akan selesai pada waktunya.

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Tindakan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Januari sampai 24

Februari 2011. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing

siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan, yaitu satu kali untuk materi, satu kali

untuk praktik dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan selama 3 x 45

menit dan satu kali untuk tes dengan alokasi waktu 45 menit.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran

menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan selama kegiatan penelitian

di kelas X TPHP 1.

Tabel 7 . Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan

Ukuran di Kelas X TPHP 1

Siklus Pertemuan

ke- Hari / Tanggal Waktu Materi

I

1 Kamis / 13 Januari 2011

07.15 WIB s.d. 09.30 WIB

Tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran

2 Kamis / 20 Januari 2011

07.15 WIB s.d. 09.30 WIB

Praktik proses persiapan pengolahan sayuran, dan Membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, nSlice, Macedoine, Paysanne,

56

Chopped

3 Kamis / 27 Januari 2011

07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB

Tes Siklus I

II

1 Kamis / 10 Februari 2011

08.45 WIB s.d. 11.15 WIB

Proses persiapan pengolahan pada ikan, dan langkah-langkah Proses filleting dan skinning pada flat fish

2 Kamis / 17 Februari 2011

07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB

Praktik tahapan proses persiapan pengolahan pada ikan, proses filleting dan skinning flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, goujon.

3 Kamis / 24 Februari 2011

07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB

Tes Siklus II

Berikut ini adalah penjabaran kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada

masing-masing siklus.

1. Siklus I

Pada siklus I, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,

dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipelajari

siswa adalah tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenis-

jenis potongan sayuran, praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan

membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,

dan Chopped. LKS seperti terlampir pada Lampiran B. 1 dan B. 2.

57

Tahap-tahap pada siklus I meliputi:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, penentuan materi kelas X semester II yang

akan dijadikan objek penelitian dibahas bersama guru mata pelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan. Sesuai dengan

judul penelitian maka materi yang akan disampaikan dipilih yang cocok

dengan metode discovery. Berdasarkan pada rencana semula, kelas yang

digunakan untuk penelitian adalah kelas X TPHP 1. Selanjutnya peneliti

melakukan:

1) Penyusunan Perangkat Pembelajaran

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun oleh peneliti sesuai dengan metode pembelajaran

Discovery. Materi yang diajarkan pada pertemuan I adalah tentang

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenis-jenis

potongan sayuran. RPP pada pertemuan 1 terlampir pada lampiran

A. 1. Selanjutnya materi yang dipelajari siswa pada pertemuan 2

adalah praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat

potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,

dan Chopped. RPP pertemuan kedua terlampir pada lampiran A.2.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 LKS. LKS 1 berisi tahapan

proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta

mendefenisikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1)

58

bertujuan agar siswa dapat menemukan tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan

sayuran, dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan

dengan materi persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis

potongan sayuran. Sedangkan LKS 2 berisi langkah-langkah

pembuatan jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice,

Macedoine, Paysanne, dan Chopped (Lampiran B.2) bertujuan

agar siswa dapat siswa dapat mempraktikkan tahapan proses

persiapan pengolahan sayuran dan membuat potongan sayuran

Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped.

2) Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran

D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), angket

kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2), soal tes siklus I menganai

menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk/forming

sayuran (Lampiran C.1). Lembar observasi digunakan saat

pembelajaran berlangsung, Tes dilakukan pada akhir siklus 1,

sedangkan angket kemandirian belajar siswa digunakan pada akhir

pembelajaran siklus 1.

59

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu

masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 13 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.

Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah tahapan proses

persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan

sayuran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

ini adalah siswa dapat menemukan tahapan dalam proses persiapan

pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan

sayuran dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan

sayuran.

Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini

adalah sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu yang dipimpin

oleh ketua kelas, kemudian guru memberi salam kepada siswa.

Sebelum memulai pelajaran guru memperkenalkan peneliti kepada

siswa. Kemudian guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak

masuk pada hari itu. Pembelajaran diawali dengan

60

menginformasikan materi yang akan mereka pelajari pada hari itu,

yaitu tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan

mengenal jenis-jenis potongan sayuran serta tujuan siswa

mempelajari materi tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan siswa tentang tahapan proses persiapan pengolahan

sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran, maka siswa

diminta untuk menyebutkan tahapan proses persiapan pengolahan

sayuran. Berikut kutipan dialog antara guru dan siswa.

Guru : “Apakah kalian tahu, apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?“

Siswa : (Berfikir) Guru : “Sayuran sebelum diolah harus diproses terlebih

dahulu. Coba kalian sebutkan apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?”

Siswa 1 : “Dikupas, Buk.” Guru : “Betul. Tetapi apa hanya dengan dikupas saja?” Siswa : (Berfikir) Guru : “Untuk lebih jelasnya, kita akan mengetahui

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran dengan mengerjakan LKS.”

Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada hari itu, berbeda dengan

pembelajaran sebelumnya karena pembelajaran waktu itu akan

menggunakan metode discovery yaitu metode penemuan.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu guru melanjutkan

pembelajaran dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa ke

dalam kelompok secara acak. Karena jumlah siswa 32 orang, maka

61

ada 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4

siswa. Cara guru membagi kelompok, berdasarkan pada tempat

duduk siswa yang berdekatan. Setelah terbentuk kelompok,

selanjutnya masing-masing kelompok dibagikan 2 bendel LKS 1

yang berisi kegiatan 1 tentang tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran dan kegiatan 2 tentang jenis-jenis potongan

sayuran. Satu bendel LKS untuk siswa dan LKS yang lainnya

untuk dikumpulkan.

Sebelum siswa mengerjakan LKS 1, mereka diarahkan oleh

guru dalam pengerjaan LKS 1. Siswa diminta untuk membaca

instruksi yang tercantum dalam LKS 1 terlebih dahulu. Siswa juga

diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan

menuliskan anggota kelompok yang sudah dibentuk.

Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling

mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya

diskusi. Dalam diskusi, siswa saling bekerjasama dalam

mengerjakan LKS 1 (Lampiran B.1). Dalam pengerjaan LKS,

terdapat kelompok yang membagi tugas untuk tiap anggotanya.

Contohnya dalam LKS 1 kegiatan 1, ada siswa yang membacakan

instruksi yang tercantum pada LKS 1, ada siswa yang memberi

tanda panah pada bagian tabel. Dalam pengerjaan LKS 1, terdapat

kelompok yang mengulangi hasil temuannya karena hasil

temuannya tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Setelah

62

langkah-langkah pada kegiatan 1 selesai, siswa menyusun

kesimpulan kegiatan 1 LKS 1, dan dilanjutkan latihan soal yang

sudah tertuang dalam LKS 1. Kemudian untuk kegiatan 2, siswa

mengerjakan LKS 1 dalam kelompok seperti pada kegiatan 1.

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 1

(Lampiran B.1), siswa diminta untuk mempresentasikan hasil

temuan mereka di depan kelas. Ternyata ada salah satu kelompok

yang langsung bersedia maju tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut

kutipan dialog guru dan siswa.

Guru :“Semua kelompok sudah selesai mengerjakan LKS?”

Kel. 1, 4 & 5 : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok yang lain?” Kel. 2, 8, : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok 3, 6, 7?” Kel. 3, 6, & 7 : “ Sudah, Buk.” Guru :“Sekarang, kelompok mana yang mau

mempresentasikan jawaban kegiatan 1? (Perwakilan kelompok 4 mengacungkan jari dan berdiri). Silahkan kelompok 4, maju ke depan mempresentasikan jawabanmu!”

Perwakilan kelompok 4 ternyata tidak langsung maju, tetapi

masih ribut dengan teman-teman kelompoknya dan mengajak

semua teman 1 kelompok untuk ikut maju semua ke depan kelas.

Salah satu siswa dari kelompok 4 membacakan hasil pekerjaan

kegiatan 1, dan siswa lain dari kelompok 4 Menyebutkan 4 tahap

hasil temuan mereka , mengenai tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran. Presentasi kelompok 4 diakhiri dengan

menuliskan kesimpulan kegiatan 1.

63

Pada waktu salah satu kelompok mempresentasikan hasil

temuan kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain tidak

begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut sehingga

ketika guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban

kelompok tersebut, hanya beberapa siswa yang menjawab setuju.

Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang

berbeda, beberapa siswa menjawab tidak, sehingga guru

mengulangi pertanyaan tersebut dengan suara lebih keras, dan

siswa serentak menjawab tidak ada.

Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan

presentasi kegiatan 2. Guru meminta perwakilan dari kelompok

selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil temuannya.

Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari, beberapa siswa

saling tunjuk dan susasana kelas menjadi ramai. Guru segera

mengkondisikan, dan menunjuk kelompok 6 untuk maju

mempresentasikan temuan kelompoknya.

Semua siswa kelompok 6 maju ke depan dan

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang

dilakukan kelompok 6 hampir sama dengan presentasi kelompok

sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 6 membacakan hasil

pekerjaan kegiatan 2, dan siswa lain dari kelompok 6 menyebutkan

10 jenis potongan sayuran yang mereka temukan. Presentasi

kelompok 6 diakhiri dengan menuliskan kesimpulan kegiatan 2.

64

Pada waktu kelompok 6 mempresentasikan hasil temuan

kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain masih tidak

begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut. Guru

kemudian menegur beberapa siswa untuk memperhatikan

kelompok yang sedang presentasi. Ketika presentasi kelompok 6

selesai, guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban

kelompok tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika

guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang

berbeda, siswa serentak menjawab tidak.

Pembelajaran dilanjutkan dengan membahas latihan soal yang

telah dikerjakan siswa secara kelompok. Guru meminta 2 siswa

dari kelompok yang berbeda untuk menuliskan jawaban latihan

soal di papan tulis. Siswa pertama mengerjakan latihan soal

kegiatan 1 yang berkaitan dengan tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran, dan siswa kedua mengerjakan latihan soal

kegiatan 2 yang berkaitan dengan jenis-jenis potongan sayuran.

Guru dan siswa bersama-sama mengecek kebenaran jawaban

yang telah dituliskan oleh kedua siswa tersebut. Semua jawaban

yang telah dituliskan, semuanya benar. Guru menanyakan

bagaimana dengan jawaban siswa yang lain, siswa serantak

menjawab sama.

Setelah mengerjakan kegiatan 1 dan kegiatan 2 dalam LKS 1

(Lampiran B.1), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu

65

LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan, LKS yang

satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum

melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera

dilengkapi sebelum dikumpulkan.

c) Penutup

Setelah mengerjakan 2 kegiatan dalam LKS 1, siswa diminta

untuk duduk di tempat duduk masing-masing. Kemudian, guru

bersama siswa menyimpulkan tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran yang telah

dipelajari hari itu. Berikut dialog antara guru dan siswa.

Guru : “Sekarang coba kalian sebutkan, tahpan proses persiapan pengolahan sayuran ? Coba kelompok 3!”

Siswa 1 : “Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan.”

Guru : “Ada tambahan dari kelompok lain?” Siswa : ( Serentak ) “Setuju!” Guru : “Iya betul, tahapan proses persiapan pengolahan

sayuran ada 4 tahap yaitu : Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan ”

Siswa 2 : “Bedanya Chopped dan Minced apa, Buk.” Guru : ”Ada yang tau anak-anak?” Siswa 3 : “Ya, kalau chopped potongannya lebih kasar .” Guru : “Ya benar, ada yang mau menambahkan?” Siswa : (serentak) chopped memotong secara sembarang

dalam ukuran dan potonganyya, sedangkan minced cincangan halus”

Setelah siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan

bahwa terdapat 4 tahapan proses persiapan pengolahan sayuran.

Guru juga mengatakan bahwa tahapan tersebut Pencucian, Soaking

atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan,

66

sedangkan jenis-jenis potongan sayuran guru menyebutkan

pengertian dan ukuran dari 10 jenis potongan sayuran yang

terdapat pada kegiatan 2.

Siswa diingatkan guru untuk mempelajari jenis-jenis potongan

sayuran yang akan mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya.

Setelah itu, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

sebelum meninggalkan ruang kelas.

d) Catatan Refleksi Pertemuan I

Setelah keluar kelas, peneliti bersama guru membahas

pembelajaran yang baru saja dilakukan pada pertemuan I ini. Dari

hasil observasi peneliti selama pembelajaran, hambatan yang

muncul dalam pembelajaran yaitu beberapa kelompok tidak

membaca instruksi yang terdapat pada LKS 1, sehingga mereka

terlalu sering bertanya pada teman atau guru padahal apa yang

mereka tanyakan sudah tertuang dalam instruksi-instruksi di LKS.

Bahkan ada satu kelompok yang mencontek pekerjaan LKS

kelompok lain. Saat kelompok lain mempresentasikan temuan

kelompoknya, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan

bergurau sendiri. Untuk mengatasi agar hambatan-hambatan ini

tidak terulang lagi, pada pertemuan II nanti, siswa diminta untuk

lebih mandiri bersama teman kelompok dalam mengerjakan LKS,

dan lebih serius dalam mengikuti pembelajaran.

67

Selain itu, karena siswa hanya berpatokan pada LKS 1

(Lampiran B.1) saja, akibatnya siswa tidak mempunyai dokumen

di buku catatan mereka. Sehingga, pada pertemuan berikutnya

setelah mengerjakan LKS, siswa akan diminta guru untuk

menuliskan hasil temuan mereka atau kesimpulan pembelajaran

hari itu di buku catatan.

2) Pertemuan II

Pertemuan II pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 20 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.

Materi yang dipelajari siswa pada pertemuan ini adalah praktik

penerapan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan

membuat jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice,

Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, siswa dapat membuat

jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine,

Paysanne, dan Chopped.

Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini

adalah sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Setelah guru, peneliti dan observer memasuki kelas, ketua kelas

memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru,

68

peneliti, dan observer. Guru menjawab salam lalu meminta siswa

untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk

pada pertemuan sebelumnya.

Setelah semuanya siap, maka guru memulai membuka

pelajaran. Siswa diinformasikan materi yang akan mereka

praktikkan hari itu yaitu tentang menerapkan tahapan proses

persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis potongan

Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped.

siswa kemudian melakukan prepare diri dan peralatan sebelum

praktik.

Guru : ”Kemarin, kita telah mempelajari tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran, ada yang mengulang kembali pelajaran kemarin dirumah ?”

Siswa : “Dibaca kok Buk?” Guru : “Iya kalau kalian sudah membaca ulang kalian pasti

mampu melakukan praktik kali ini Siswa : “Bisa, Buk”. Guru : “Bagaimana caranya?” Siswa :”Hmm”. Bikin potongan sayuran khan buk” Guru : “ Baiklah kalau begitu kita langsung praktik saja”

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu masing-masing kelompok

diberikan dua bendel LKS 2 yang berisikan tentang menerapkan

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis

potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan

Chopped. (Lampiran B. 2). Satu bendel untuk siswa dan satunya

lagi untuk dikumpulkan. Pada masing-masing kelompok, juga

69

dibagikan media berupa sayuran wortel 3 buah, dan 3 buah kentang

. Sebelum siswa mengerjakan LKS 2, mereka diarahkan oleh guru

dalam pengerjaan LKS 2 dan meminta siswa untuk membaca

instruksi yang tercantum dalam LKS 2 (Lampiran B.2) terlebih

dahulu. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan nomor

kelompok dan menuliskan anggota kelompoknya.

Selama proses diskusi dan praktik berlangsung, guru

berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk

mengontrol jalannya praktik. Dalam praktik, sebagian siswa

mengerjakan, tetapi ada juga yang tidak. Sehingga, agar semua

siswa ikut terlibat aktif dalam mengerjakan LKS dan menemukan

jenis-jenis potongan sayuran, guru sering mendatangi dan

mengontrol setiap pengerjaan potongan sayuran dan LKS masing-

masing kelompok. Selain itu juga, siswa diminta untuk menyalin

hal-hal yang penting dalam LKS 2 agar mereka mempunyai

dokumen tentang materi yang sedang mereka pelajari dalam buku

catatan mereka.

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 2

tentang membuat jenis-jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene,

Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped, siswa diminta untuk

mempresentasikan hasil praktik dan hasil temuan mereka di depan

kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada perwakilan kelompok

yang ingin menunjukkan hasil temuan dan hasil diskusi mereka di

70

depan, ternyata ada salah satu wakil kelompok yang langsung

bersedia maju untuk menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan

kelompok mereka tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan dialog

guru dan siswa.

Guru : “Ada yang belum selesai membuat potongan sayuran dan mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya).

Guru : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban dan menunjukkan hasil temuan LKS kegiatan 1?”

Kel 4 : “Kelompok kami, Buk.” Guru : “Silahkan kelompok 4.” Dua siswa dari kelompok 4 maju ke depan dan

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Siswa 1

membacakan instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa 2

memperagakan instruksi dari siswa 1 menggunakan media sayuran

yang telah dibagikan tersebut. Presentase kelompok 4 diakhiri

dengan menuliskan hasil kesimpulan kelompok tentang potongan

Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped,

dan menunjukkan hasil potongan yang mereka buat

Seperti pada pertemuan I, pada waktu kelompok 4

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, masih ada beberapa

siswa yang tidak begitu memperhatikan hasil temuan kelompok

tersebut. Guru langsung menegur siswa tersebut untuk

memperhatikan kelompok yang sedang presentasi. Ketika

presentasi kelompok 4 selesai, guru menanyakan apakah yang lain

setuju dengan jawaban kelompok tersebut, dengan serentak siswa

71

menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban

kelompok lain yang berbeda, siswa serentak menjawab tidak.

Berikut kutipan dialog guru dan siswa.

Guru : “ Kelompok yang lain setuju?” Siswa : (Serentak)“ Setuju” Guru : “ Apakah ada pendapat lain atau pertanyaan?” Siswa : (Serentak) “Tidak.” Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan

presentasi kelompok berikutnya. Guru meminta perwakilan dari

kelompok selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil

temuannya. Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari. Guru

kembali meminta perwakilan dari kelompok untuk maju ke depan,

karena tidak ada siswa yang mau maju, guru menunjuk kelompok 8

untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil temuan

kelompoknya.

Semua siswa kelompok 8 maju ke depan dan

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang

dilakukan kelompok 8 hampir sama dengan presentasi kelompok

sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 8 membacakan

instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa lain memperagakan

instruksi dari siswa tadi menggunakan media yang telah dibagikan

tersebut. Presentase kelompok 8 diakhiri dengan menuliskan hasil

kesimpulan kelompok tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice,

Macedoine, Paysanne, dan Chopped, dan menunjukkan hasil

potongan yang mereka buat

72

Pada waktu kelompok 8 mempresentasikan hasil temuan

kelompoknya, masih ada beberapa siswa dari kelompok lain yang

tidak memperhatikan. Ketika presentasi kelompok 8 selesai, guru

menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok

tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika guru

menanyakan apakah ada potongan kelompok lain yang berbeda,

siswa dari kelompok 6 mengacungkan jari.

Berikut kutipan dialog guru dan siswa.

Guru : “ Ya, potongan mana yang berbeda?” Siswa : (Saling menunjuk antar anggota kelompok

untuk menyebutkannya)“” Guru : “ Ayo sampaikan saja biar teman-teman lain

tahu dimana letak perbedaanya?” Siswa : “potongan slice kelompok kami melintang buk,

sementara kelompok 8 potongannya menyerong (miring)

Guru : “Iya, sebetulnya potongan slice itu adalah irisan tipis dengan potongan melintang atau miring dan harus rata.

Siswa : “jadi yang benar kelompok mana bu?” Guru : “ Ya jawaban kelompok 8 dan 6 dua-duanya

benar” Guru : “apa masih ada yang ingin ditanyakan atau belum

jelas?” Siswa : “(serentak) jelas buk” Setelah mengerjakan kegiatan 1 sampai kegiatan 6 dalam LKS

2 (Lampiran B.2), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu

LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan LKS yang

satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum

melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera

dilengkapi sebelum dikumpulkan.

73

c) Penutup

Dalam kegiatan penutup, siswa bersama-sama dengan guru

menyimpulkan tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice,

Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Siswa kemudian diminta

untuk mencatat hal-hal penting dan kesimpulan pada pembelajaran

hari itu di buku catatan mereka. Karena masih ada waktu, siswa

diingatkan bahwa pada pertemuannya selanjutnya, akan diadakan

tes siklus I yang berkenaan dengan tahapan proses persiapan

pengolahan sayuran, Jenis-jenis potongan sayuran. Setelah itu, guru

menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum

meninggalkan ruang kelas.

d) Catatan Refleksi Pertemuan II

Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul dalam

pembelajaran yaitu beberapa siswa yang masih sulit untuk

dikondisikan, tidak memperhatikan saat kelompok lain sedang

mempresentasikan hasil kelompoknya, sehingga pada pertemuan

berikutnya guru akan memberi pengawasan yang lebih kepada

siswa yang tidak memperhatikan.

c. Tahap Observasi

Observasi untuk tiap kali pertemuan berdasarkan pada pedoman

observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran

D.1) dan kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun oleh

74

peneliti sebelumnya (Lampiran D.3). Dalam tahap observasi, peneliti

dibantu oleh 2 orang tim teaching untuk mendeskripsikan keseluruhan

aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di

dalam kelas.

Sasaran observasi pada tiap pertemuan difokuskan pada keseluruhan

proses proses pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi saat

mengerjakan LKS, bagaimana cara mereka menghadapi kesulitan-

kesulitan tersebut, bagaimana cara mereka dalam menarik kesimpulan dari

suatu pokok bahasan yang sedang dibahas, serta bagaimana cara mereka

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Aktivitas guru selama

proses pembelajaran juga menjadi perhatian yang penting selama proses

observasi.

Selama proses belajar mengajar pada pertemuan I siklus I, ada

beberapa hal yang menjadi catatan peneliti ketika observasi di dalam kelas.

Catatan observasi peneliti selama pertemuan I siklus I adalah sebagai

berikut:

Ketika pertama kali guru bersama peneliti dan observer masuk ke

dalam kelas, para siswa memperhatikan gerak gerik peneliti dan kedua

observer. Mereka terlihat bingung dengan kedatangan peneliti ke kelas

mereka. Setelah mengucapkan salam, guru memperkenalkan peneliti

kepada siswa. Guru memberi tahu bahwa pembelajaran mereka akan

dibantu oleh observer. Setelah guru dibantu observer menyiapkan alat dan

bahan yang dibutuhkan, kemudian guru mengkomunikasikan tujuan

75

mereka belajar Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran Jenis-jenis

Potongan Sayuran. Setelah itu, guru memberikan apersepsi yang berkaitan

dengan materi Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran.

Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan I, suasana diskusi

kelompok dalam kelas masih ramai. Sebagian siswa ikut berpartisipasi

dalam diskusi untuk menemukan tahapan proses persiapan pengolahan

sayuran, tetapi ada juga siswa yang tidak berpartisipasi dan sibuk dengan

dirinya sendiri. Saat diskusi berlangsung, guru berkeliling mengontrol

jalannya diskusi kelompok dan sesekali siswa bertanya kepada guru dan

teman jika mereka menemui kesulitan dalam mengerjakan LKS 1mengenai

tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta

mendeskripsikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1).

Dalam mempresentasikan hasil diskusi mereka, siswa membacakan

dan menuliskan hasil temuan mereka di papan tulis. Siswa diminta untuk

memberikan pendapat atau tanggapan jika hasil kelompoknya berbeda

dengan kelompok yang presentasi. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa

menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran

Jenis-jenis Potongan Sayuran. Kemudian guru menyampaikan materi

pertemuan berikutnya.

Pertemuan II diawali dengan ketua kelas memimpin teman-temannya

untuk memberi salam kepada guru, peneliti, dan observer. Guru menjawab

salam lalu meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok

yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Diskusi kelompok pada

76

pertemuan II ini tidak jauh berbeda dengan diskusi pada pertemuan

sebelumnya. Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut berpartisipasi aktif

dalam diskusi dan praktik. Tetapi, hampir sebagian besar siswa dalam

kelompok masing-masing dapat menyelesaikan LKS 2 yang berisikan

tentang menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan

membuat jenis potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,

dan Chopped (Lampiran B.2) dengan baik. Cara presentasi siswa juga

masih sama seperti pada pertemuan I. Caranya adalah siswa membacakan

apa yang mereka tulis dalam LKS dengan memperagakan media yang

telah disiapkan. Tetapi, perhatian siswa ketika temannya presentasi di

depan masih kurang. Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang sibuk

dengan dirinya sendiri dan bercanda dengan teman. Hal ini mengakibatkan

mereka hanya asal menjawab pertanyaan guru tentang setuju atau tidaknya

mereka dengan jawaban yang tertulis di papan tulis. Setelah mengerjakan

LKS, siswa diminta untuk menuliskan di buku catatan agar mereka

memiliki dokumen.

Secara umum, sebagian besar kelompok saling bekerja sama dalam

menemukan jenis-jenis potongan dan mampu menjawab dengan benar

dalam memberikan kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Dari dua

kali pertemuan, cara siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

mereka masih sama. Secara bergantian perwakilan masing-masing

kelompok menuliskan jawaban mereka di papan tulis, sedangkan

kelompok lain memperhatikan. Kemudian, siswa bersama guru membahas

77

hasil diskusi mereka, jika ada jawaban yang berbeda, kelompok yang

memberikan jawaban itu diminta untuk mengemukakan alasan mereka.

Selama proses diskusi berlangsung, guru mengontrol jalannya diskusi dan

sesekali berkeliling mendatangi kelompok-kelompok yang mengalami

kesulitan.

d. Tahap Refleksi

Refleksi terhadap hasil belajar siswa selama siklus I ini dilaksanakan

melalui evaluasi dalam bentuk soal tes mengenai materi menerapkan

proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada sayuran (Lampiran

C.1) seperti ulangan harian biasa pada hari Kamis, 27 Januari 2011 pukul

07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa soal uraian sebanyak 5

butir soal.

Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan bersama-sama guru

yang bersangkutan. Dari hasil diskusi dengan guru, ditemukan hambatan

dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Pada pertemuan 1, siswa cenderung hanya mengerjakan LKS dan

tidak membuat dokumen di buku catatan mereka. Tetapi pada

pertemuan 2, siswa sudah diminta guru untuk membuat catatan.

2) Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut terlibat dalam mengerjakan

LKS.

78

3) Saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil temuan

kelompoknya, beberapa siswa masih ramai dan bercanda dengan

teman lain.

4) Pada saat tes siklus I berlangsung, beberapa siswa menanyakan

jawaban dan mencocokkan hasil jawaban kepada siswa lain. Beberapa

siswa terlihat berbisik-bisik dengan temannya.

Setelah berdiskusi dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran

yang bersangkutan, maka disepakati bahwa akan dilakukan perbaikan

dalam pembelajaran pada siklus 2, yaitu :

1) Pengawasan untuk siswa lebih ditingkatkan oleh guru, peneliti,

maupun pengamat pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung.

Terutama bagi siswa yang masih terlihat tidak ikut berdiskusi dengan

kelompokknya mengerjakan LKS yang diberikan. Maupun bagi siswa

yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang ada pada

LKS.

2) Guru lebih melibatkan siswa yang ramai dan sering bercanda dengan

teman lain, dalam menjawab pertanyaan atau untuk mempresentasikan

hasil temuan kelompok. Supaya mereka memperhatikan dan tidak

mengganggu konsentrasi siswa yang lain.

3) Ketika dilaksanakan tes siklus II, guru bersama dengan peneliti akan

lebih meningkatkan pengawasan, bila siswa masih berbicara dengan

teman di waktu tes berlangsung.

79

2. Siklus II

Pada siklus II, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,

dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipersiapkan

untuk siklus II adalah Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting

dan skinning flat fish, Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik

Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan

fillet, delice, papiette, dan goujon.

a. Tahap Perencanaan

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang

terjadi pada saat siklus I, yaitu siswa lebih dikondisikan supaya tidak ramai

dan bercanda, siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen di buku catatan

mereka, dan guru lebih sering mengontrol diskusi siswa agar semua siswa

ikut terlibat dalam menemukan suatu konsep . Pada tahap perencanaan

tindakan siklus II, peneliti menyusun RPP 2 dengan kompetensi dasar

menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan

(Lampiran A.2) dan LKS 3 Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses

filleting dan skinning flat fish, (Lampiran B.3) untuk pertemuan pertama

siklus 2, RPP 2 (Lampiran A.2) dan LKS 4 berisikan mengenai Praktik

Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik Proses filleting dan skinning

flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon

(Lampiran (B.4), untuk pertemuan kedua siklus 2. Di samping itu, peneliti

juga menyusun instrumen. Instrumen itu meliputi soal tes siklus 2 mengenai

materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan

80

dalam bentuk uraian sebanyak 3 butir soal (Lampiran C.2), lembar observasi

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery (Lampiran

D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), pedoman wawancara

guru (Lampiran F.1), pedoman wawancara siswa (Lampiran F.2) dan angket

kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2). Tes diberikan pada akhir siklus 2,

lembar observasi digunakan saat proses pembelajaran berlangsung,

sedangkan wawancara dan pemberian angket kemandirian belajar siswa

dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu

masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masing-

masing pertemuan adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal

10 Februari 2011 mulai pukul 08.45 WIB s.d. 11.15 WIB. Materi yang

diajarkan pada pertemuan ini adalah Tahapan Proses Persiapan

Pengolahan Pada Ikan dan Urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada

Flat Fish. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam

pembelajaran ini adalah siswa dapat menemukan tahapan persiapan

pengolahan pada ikan dan langkah-langkah proses filleting dan

skinning pada flat fish dan siswa dapat menyelesaikan soal yang

berkaitan dengan materi tersebut.

81

Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini

adalah sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Ketika guru memasuki kelas, guru memberi salam kepada

siswa dan siswa menjawab salam. Kemudian, guru menanyakan

siapa saja siswa yang tidak masuk pada hari itu. Untuk

mengawali pembelajaran, sebagai apersepsi, siswa diulang

tentang konsep tahapan proses persiapan pengolahan yang pernah

mereka temukan pada siklus I.

b) Kegiatan Inti

Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai

dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kemudian guru

dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 3 mengenai

Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan

skinning flat fish,. Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi

untuk dikumpulkan. Siswa diminta segera mengerjakan LKS 3

sesuai dengan instruksi yang tercantum dalam LKS. Siswa juga

diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan

menuliskan anggota kelompoknya.

Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling

mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya

diskusi. Dalam diskusi, sebagian siswa mengerjakan, tetapi ada

juga sesekali yang masih bercanda. Guru segera menegur dan

82

mengingatkan untuk ikut aktif dalam mengerjakan LKS 3. Guru

juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS 3 sekaligus,

sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS yang lain

telah terisi. Ketika pembelajaran telah berlangsung selama 90

menit, bel tanda waktu istirahat berbunyi, sehingga guru

menyuruh siswa untuk istirahat terlebih dahulu dan pembelajaran

akan dilanjutkan 15 menit kemudian setelah jam istirahat.

Jam istirahat telah selesai, namun masih banyak siswa yang

belum masuk kelas. 10 menit kemudian, semua siswa telah

masuk ke ruang kelas. Beberapa kelompok mulai mengerjakan

soal latihan pada LKS 3. Ketika guru menanyakan apakah semua

kelompok telah selesai mengerjakan LKS 3, salah satu kelompok

8 menjawab belum. Guru kemudian memberikan waktu 5 menit

untuk menyelesaikannya, dan kelompok lain diminta

mengkoreksi jawaban kelompok mereka. Setelah masing-masing

kelompok menyelesaikan LKS 3 tentang Tahapan Proses

Persiapan Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses

Filleting Dan Skinning Pada Ikan Flat Fish, siswa diminta untuk

menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas.

Karena waktu sudah terbatas guru langsung menunjuk kelompok

5 untuk maju ke depan mempresentasikan hasil temuan

kelompoknya.

83

Kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya seperti

dengan kelompok presentasi pada pertemuan-pertemuan

sebelumnya. Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 3,

Siswa 2 menunjukkan urutan-urutan yang telah ditemukan, siswa

3 dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di

papan tulis.

Pada waktu kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya,

hampir semua siswa memperhatikan, hanya ada beberapa siswa

yang bercanda dengan temannya, sehingga guru mendekati siswa

tersebut agar tenang dan memperhatikan.

Setelah kelompok 5 selesai menuliskan kesimpulan, guru

menanyakan apakah ada kelompok lain yang tidak setuju, atau

ada kelompok yang mau menanggapi presentasi dari kelompok 5.

Salah satu siswa mengacungkan jarinya dan bertanya kepada

guru. Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa.

Siswa 1 : “Pak, saya mau tanya.” (Siswa 1 mengacungkan jarinya).

Guru : “Ya, silahkan” Siswa 1 : “Berarti kalau mau melakukan tahapan proses

persiapan pengolahan pada ikan, ikan tersebut harus dicuci sebanyak 2 kali ya Buk?”

Guru : “Coba perhatikan LKS 3 kegiatan 1, seperti yang dipresentasikan kelompok 5 tadi, bahwa pencucian ikan dilakukan sebanya 2 kali, (sambil menunjukkan tabel pada kegiatan 1), nah, pencucian pertama dilakukan sebelum ikan disiangi untuk melepaskan semua kotoran pasir yang mungkin melekat pada ikan, dan pencucian kedua dilakukan setelah iakn disiangi untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih menempel dengan menggunakan air mengalir

84

agar semua kotoran terlepas. Jadi, kedua pencucian harus dilakukan. Mudeng ora?”

Siswa : (Serentak) “ Mudeng Buk.” Guru : “ Yang tanya tadi sudah jelas belum?” Siswa 1 : “ Nggih Buk, mudeng.” Guru : “ Ada pertanyaan lagi?” Siswa : (Serentak) “Tidak.”

Selanjutnya guru meminta tiga orang siswa untuk maju ke

depan menuliskan hasil pekerjaan latihan soal yang telah mereka

kerjakan di dalam LKS 3 bersama kelompok. Namun salah satu

siswa mengingatkan bahwa jam pelajaran menerapkan teknik

konversi bahan dalam pengolahan sebentar lagi akan selesai,

sehingga guru meminta siswa untuk bersama-sama membahas

hasil latihan soal tersebut pada pertemuan berikutnya.

c) Penutup

Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan

salah satu LKS 3 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama

dengan guru menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan

Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan

Skinning Pada Ikan Flat Fish. Guru juga meminta siswa untuk

mencatat hal-hal penting pembelajaran Tahapan Proses Persiapan

Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan

Skinning Pada Ikan Flat Fish, di buku catatan siswa. Guru

mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya akan membahas soal

latihan tadi dan siswa diingatkan guru untuk mempelajari urutan-

urutan proses filleting dan skinning pada flat fish yang akan

85

mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya . Setelah itu, guru

menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum

meninggalkan ruang kelas.

d) Catatan Refleksi Pertemuan I

Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul

dalam pembelajaran yaitu waktu pembelajaran yang masih belum

sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dikarenakan

pembelajaran diselingi jam istirahat, dan siswa banyak yang

terlambat masuk kembali ke dalam kelas. Sehingga waktu

pelaksanaan pembelajaran berkurang. Sebenarnya jam pelajaran

menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan pada saat

itu seharusnya jam 07.15 sampai 09.30 WIB, namun karena ada

guru bahasa Indonesia yang meminta pertukaran jam pelajaran

dengan jam menerapkan teknik konversi bahan dalam

pengolahan, maka jam pelajaran menerapkan teknik konversi

bahan dalam pengolahan di hari itu menjadi pukul 08.45 sampai

pukul 11.15 WIB dikurangi waktu istirahat selama 15 menit.

Seharusnya apabila waktu pembelajaran tidak tersita untuk

menunggu siswa masuk kembali ke dalam kelas dan langsung

siap untuk melanjutkan pembelajaran, dimungkinkan waktu

pembelajaran akan cukup untuk pembahasan soal latihan.

Namun demikaian, pada pertemuan I siklus II ini, siswa

tidak lagi mengalami kesulitan seperti pada pertemuan siklus I.

86

Ketika dibagikan LKS, mereka sudah mengerti apa yang harus

mereka lakukan. Mereka tidak lagi banyak bertanya kepada guru

sehingga suasana lebih kondusif.

2) Pertemuan II

Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 17 Februari mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi

yang dipraktikkan pada pertemuan ini adalah menerapkan proses

persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan

skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette,

dan goujon. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam

pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan proses persiapan

pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada

flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.

Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini

adalah sebagai berikut:

a) Pendahuluan

Ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam kepada

guru, peneliti, dan observer. Kemudian, guru meminta ketua kelas

untuk memimpin doa. Setelah itu, menanyakan siapa saja siswa

yang tidak masuk pada hari itu. Untuk mengawali pembelajaran,

sebagai apersepsi, siswa diulang tentang tahapan proses persiapan

87

pengolahan ikan dan urutan-urutan filleting dan skinning pada flat

fish yang pernah mereka temukan.

b) Kegiatan Inti

Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai dengan

seperti pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Kemudian guru

dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 4 berisikan

mengenai Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik

Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan

Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon dan satu buah ikan nila

berukuran sedang pada masing-masing kelompok diskusi. Satu

bendel untuk siswa dan satunya lagi untuk dikumpulkan. Siswa

diminta segera mengerjakan LKS 4 sesuai dengan instruksi yang

tercantum dalam LKS. Siswa juga diingatkan agar siswa

mencantumkan nomor kelompok dan menuliskan anggota

kelompoknya. Guru juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS

4 sekaligus, sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS

yang lain telah terisi.

Dalam mengerjakan LKS 4, hampir semua siswa ikut aktif,

Guru berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk

mengontrol jalannya diskusi dan praktik. Karena instruksi-instruksi

dalam LKS 4 hampir mirip pada LKS 3 yang telah dikerjakan pada

pertemuan sebelumnya, maka siswa dalam kelompok dengan cepat

mengerjakan dan tidak banyak bertanya pada guru.

88

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 4

tentang proses filleting dan skinning pada flat fish dan bentuk-

bentuk potongan ikan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil

diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas. Ketika guru

menanyakan apakah ada perwakilan kelompok yang ingin

menuliskan jawaban hasil temuan dan menunjukkan hasil praktik

mereka di depan kelas, ternyata ada dua siswa wakil kelompok

yang mengacungkan jari tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan

dialog guru dan siswa.

Guru : “Ada yang belum selesai mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya).

Guru : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban hasil diskusinya?” (Perwakilan dari kelompok 4 dan kelompok 2 bersamaan mengacungkan jari). “Ya silahkan kelompok 2 yang maju, kelompok 4 sudah sering maju. Kita beri kesempatan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil temuannya.”

Siswa : (Serentak). “Ya Buk.”

Kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya seperti dengan

kelompok presentasi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 4, Siswa 2

menunjukkan bentuk potongan yang telah mereka buat, siswa 3

dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di papan

tulis.

Pada waktu kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya,

hampir semua siswa memperhatikan. Setelah kelompok 2 selesai

89

menuliskan kesimpulan, guru menanyakan apakah ada kelompok

lain yang tidak setuju, atau ada kelompok yang mau menanggapi

presentasi dari kelompok 2, atau ada juga yang mau bertanya.

Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa.

Guru : “Ada yang tidak setuju dengan hasil kelompok 2?” Siswa : “ Setuju, Buk” Guru : “ Ada yang mau menanggapi atau menambahkan?

(Siswa diam). Ada pertanyaan?” (Salah satu siswa mengacungkan jari).

Guru : ” Ya, silahkan.” Siswa 1 : “ Ketajaman pisau itu berpengaruh tidak buk

terhadap hasil fillet dan skinning?” Guru : “ Iya benar sekali. Ketajaman piasau sangan

menentukan hasil fillet dan skinning, jika pisau yang kalian gunakan tajam maka kalian akan mudah melakukan fillet dan skinning serta hasil fillet dan skinning yang kalian hasilkan akan bagus dan rapih, sebaliknya jika pisau yang kalian gunakan tumpul maka kalian akan susah melakukan fillet dan skinning dan hasilnya juga tidak akan bagus (guru menunjukkan hasil fillet dan skinning kelompok 2 yang hasilnya baik, dan hasil kelompok 6 yang kurang baik karena pisau yang digunakan tumpul).

Guru : “Ya. Ada yang kurang paham?” Siswa : “ Tidak, Buk.”

Guru meminta siswa untuk memberi applause bagi siswa yang

telah bersedia maju ke depan tadi.

c) Penutup

Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan salah

satu LKS 4 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama dengan

guru menyimpulkan proses persiapan pengolahan pada ikan,

praktik urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan

membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.. Guru juga

90

meminta siswa untuk mencatat hal-hal penting pembelajaran proses

persiapan pengolahan pada ikan, urutan proses filleting dan

skinning pada flat fish, dan potongan fillet, delice, paupiette, dan

goujon.di buku catatan siswa. Selain itu juga, siswa diingatkan

bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus II

mengenai materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan

bentuk/forming pada ikan. Guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam sebelum meninggalkan ruang kelas.

c. Tahap Observasi

Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan

adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditandai

dengan adanya peningkatan pada kemandirian siswa saat mengerjakan

LKS, hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Kepercayaan diri saat menyampaikan pekerjaan mereka di depan kelas,

dan keberanian untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.

d. Tahap Refleksi

Refleksi terhadap hasil belajar siswa siklus II ini dilaksanakan melalui

evaluasi dalam bentuk soal tes (Lampiran C.2) pada hari Kamis tanggal 24

Februari 2011 pukul 07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa uraian

sebanyak 3 soal.

Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui diskusi

bersama-sama guru yang bersangkutan. Peneliti menanyakan bagaimana

91

pendapat guru terhadap proses pembelajaran selama siklus II ini. Menurut

guru, pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Hal ini ditandai dengan antuasiasme dan keaktifan siswa yang

lebih menonjol dibandingkan ketika siklus I. Siswa mampu mengerjakan

LKS secara mandiri bersama kelompoknya masing-masing, siswa juga

lebih berani untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.

Pada saat tes evaluasi siklus II, siswa terlihat lebih mandiri, lebih tenang

dan tidak ada siswa yang menanyakan jawaban kepada siswa lain.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Angket Kemandirian Belajar siswa

Hasil angket kemandirian belajar siswa pada siklus II ada kenaikan

yang cukup baik. Perbandingan hasil angket pada siklus I dan II dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel. 8 Hasil Angket Kemandirian Belajar ASPEK Motivasi Inisiatif Percaya Diri Disiplin Tanggung Jawab

Siklus

I

Persentase 69,17% 77,64% 65,14%

65,08%

69,45%

Kategori Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup

Baik Cukup Baik

Siklus

II

Persentase 76,11%

78,34%

76,67% 75,10%

75,52%

Kategori Baik Baik Baik Baik Baik

(Untuk analisis hasil angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.3 dan E.4)

Berdasarkan tabel 3, kemandirian belajar siswa menunjukkan adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada aspek motivasi terjadi

92

peningkatan sebesar 6,94%, aspek inisiatif terjadi peningkatan sebesar

0,7%, aspek percaya diri terjadi peningkatan sebesar 11,53%, aspek

disiplin terjadi peningkatan sebesar 10,02%, dan aspek tanggung jawab

terjadi peningkatan sebesar 6,07%. Selain itu, dapat diketahui bahwa

seluruh aspek kemandirian belajar siswa yaitu motivasi, inisiatif, percaya

diri, disiplin, dan tanggung jawab pada siklus II berada dalam kategori

baik.

2. Hasil Tes Siklus

Data hasil tes pada siklus I dan siklus II diperoleh berdasarkan tes

tertulis siswa yang berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal. Soal tes dan

hasil tes siklus terlampir pada lampiran C.3 – C.4.

Berikut hasil nilai tes siklus I dan tes siklus II siswa. (Untuk hasil

selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran C. 3 – C. 4).

Tabel 9 . Daftar Nilai Tes Siklus Siswa

Keterangan Nilai Tes Siklus I Nilai Tes Siklus II

Rata-Rata 81,71 95,31 Nilai Maksimum 100 100 Nilai Minimum 60 70

Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rata-rata nilai tes siswa dari

siklus I ke siklus II adalah 13,6. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa saat

pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II adalah 100 dan untuk nilai

93

terendah pada pelaksanaan tes siklus I adalah 60, sedangkan nilai terendah

untuk pelaksanaan tes siklus II adalah 65.

3. Hasil Wawancara

a) Hasil Wawancara Guru

Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

langsung. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata

pelajaran yang bersangkutan ini berdasarkan pedoman wawancara

guru yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil

wawancara peneliti dengan guru yang terlampir dalam Lampiran F. 3,

dapat disimpulkan bahwa dengan metode Discovery yang

menjembatani siswa dalam pembelajaran, membuat siswa lebih

termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Siswa berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam

bertanya, dan menjawab dengan memberikan argumentasi tanpa

ditunjuk oleh guru. Siswa terlihat lebih percaya diri untuk maju ke

depan dengan inisiatif sendiri. Siswa disiplin dalam mengikuti

pembelajaran dengan tidak lagi berbuat gaduh, tidak menunda-nunda

dalam mengerjakan LKS, dan patuh terhadap perintah guru. Siswa

juga lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang

diberikan.

Selain itu, pembelajaran dengan metode Discovery, lebih mudah

diserap siswa karena siswa dilibatkan dalam menemukan konsep

sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Adapun kelebihan dari

94

pembelajaran dengan metode Discovery adalah siswa jadi ikut terlibat

dalam menemukan konsep. Secara keseluruhan, dalam pembelajaran

menggunakan metode discovery ini, guru tidak mengalami kendala

yang berarti.

b) Hasil Wawancara Siswa

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas X

TPHP 1 ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

dan pendapat siswa saat pembelajaran dengan metode Discovery.

Metode wawancara yang diterapkan adalah wawancara langsung

dengan siswa sesuai dengan pedoman wawancara siswa yang telah

disusun peneliti. Siswa yang diwawancarai dipilih secara acak.

Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa yang terlampir dalam

Lampiran F.4, dapat disimpulkan bahwa dengan metode Discovery,

siswa lebih senang dan bersemangat dalam mengerjakan LKS. Siswa

juga lebih mudah mengingat materi pembelajaran, karena mereka

terlibat dalam proses penemuan.

Pada saat mengerjakan LKS, siswa serius dan termotivasi dalam

mengerjakannya. Ketika mereka tidak serius, mereka akan kesulitan

dalam mengerjakan soal, sehingga nilai yang akan didapat siswa

kurang maksimal. Ketika siswa menemukan kesulitan, siswa bertanya

kepada teman. Jika teman tidak bisa menjawab, kemudian siswa

bertanya kepada guru.

95

Dengan pembelajaran discovery secara berkelompok siswa lebih

berinisiatif dan percaya diri untuk maju ke depan tanpa ditunjuk oleh

guru. Siswa lebih disiplin dalam pembelajaran dengan tidak menunda-

nunda untuk mengerjakan LKS atau latihan soal. Siswa juga

bertanggung jawab dalam untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya

tepat waktu.

Pembelajaran menggunakan LKS, membuat siswa mudah untuk

menemukan dan mengingat suatu konsep. Hal ini dikarenakan

langkah-langkah dari konsep itu ditemukan dan diketahui oleh siswa.

Kendala-kendala yang dihadapi siswa adalah ada teman sekelompok

yang tidak ikut melibatkan diri dalam mengerjakan LKS. Saran-saran

yang diberikan siswa adalah menambah tampilan LKS yang lebih

menarik, yang berwarna, serta menggunakan gambar-gambar.

C. Pembahasan

1. Keterlaksanaan Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan

Ukuran dengan Metode Discovery

Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan metode

Discovery meliputi :

a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan

dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai

dalam setiap pembelajaran.

96

b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk

membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan

mereka pelajari.

c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian

ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok

terdiri dari 4 siswa.

d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS

1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS dan media yang

berkaitan dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang

diberikan dimaksudkan untuk mengarahkan siswa dalam

menemukan konsep.

2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data

tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep

yang mereka temukan sendiri.

3) Siswa mengerjakan latihan kegiatan yang terdapat dalam LKS,

setelah mereka menyimpulkan konsep yang telah ditemukan.

e. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dari LKS. Presentasi pertama

diawali dengan presentasi tentang temuan konsep, presentasi kedua

tentang hasil pekejaan latihan soal. Presentasi dilakukan agar

kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui oleh

kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil diskusinya

berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan hasil

97

mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan

terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep

yang benar.

f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari

hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk

menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah

dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka.

Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa antusias selama mengikuti

proses pembelajaran menggunakan metode discovery. Hal ini ditunjukkan

melalui semangat siswa dalam mengerjakan LKS dan memperhatikan

selama proses pembelajaran. Siswa berani maju ke depan untuk presentasi

atau mengerjakan soal latihan dengan sikap yang yakin tanpa sebelumnya

ditunjuk oleh guru. Siswa berani dan aktif mengkomunikasikan pendapat

ataupun pertanyaan. Selain itu, siswa tetap berada di kelas selama proses

pembelajaran berlangsung.

2. Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Pada

Siswa

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode

discovery telah mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini

nampak berdasarkan data yang diperoleh baik melalui angket kemandirian

98

belajar siswa, tes siklus, observasi, maupun wawancara dengan guru dan

siswa.

Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar siswa, nampak terjadi

peningkatan dari, siklus I ke siklus II. Persentase hasil angket kemandirian

belajar siswa meningkat pada tiap aspeknya.

Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus, nilai menerapkan proses

pengecilan ukuran siswa juga mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I,

rata-rata nilai siswa adalah 81,71. Hasil siklus II, rata-rata nilai

menerapkan proses pengecilan ukuran siswa meningkat menjadi 99,31.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan baik dengan guru mata

pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan

maupun dengan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran melalui penerapan metode

discovery memang lebih efektif bila dibandingkan pembelajaran-

pembelajaran yang selama ini digunakan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan,

guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS

merupakan pembelajaran yang bagus dan efektif. Terlebih lagi dengan

adanya diskusi kelompok dan presentasi yang dilakukan oleh siswa

menjadikan siswa lebih aktif. Kemandirian belajar siswa juga cukup

bagus, karena siswa tidak tergantung pada penjelasan guru. Dengan

mengikuti instruksi dalam LKS, siswa cukup mampu untuk melakukan

kegiatan belajar mandiri secara berkelompok dengan teman diskusinya.

99

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X TPHP 1, secara

umum mengatakan bahwa mereka menyukai metode pembelajaran dengan

metode discovery yang mana pembelajarannya menggunakan LKS

(Lembar Kegiatan Siswa) membuat siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran, langkah-langkah yang tertera dalam LKS, membuat siswa tidak

tergantung dengan penjelasan guru. Siswa termotivasi dalam belajarnya.

Selain itu siswa berinisiatif dan percaya diri untuk mempresentasikan

pekerjaannya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Siswa juga disiplin dan

bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran dan patuh kepada

perintah guru.

Tercapainya hasil belajar yang optimal tersebut, tidak terlepas dari

banyak aspek yang mendukung selama proses pembelajaran dalam kelas.

Diantaranya yakni peran guru selama proses pembelajaran, kesesuaian

antara tindakan yang ditempuh oleh guru dengan rencana tindakan yang

telah dipersiapkan peneliti dalam rencana pelaksanan pembelajaran (RPP)

atas persetujuan guru yang bersangkutan, serta sikap siswa - siswi kelas X

TPHP 1 yang bersedia bekerjasama selama proses pembelajaran dengan

mengikuti pembelajaran dengan baik.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menerapkan

proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery telah mampu

meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1

Pandak.

100

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dilakukan dengan cermat, namun bukan

berarti hasilnya tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar mata diklat kewirausahaan dalam penelitian ini hanya

diukur dari nilai yang diperoleh dari tes akhir siklus, sedangkan ada

banyak faktor yang mempengaruhi penilaian prestasi belajar siswa.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : validitas alat ukur,

subyektivitas penilai, kondisi fisik dan mental siswa saat dinilai, dan

suasana saat dilakukannya penilaian.

2. Tidak terdapat modul mata diklat menerapkan proses pengecilan

ukuran atau buku pegangan yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga

siswa cenderung tidak dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.

101

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran menerapkan

proses pengecilan ukuran menggunakan metode Discovery yang dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1

Pandak dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan metode Discovery meliputi:

a. Guru lebih merinci alokasi waktu untuk diskusi kelompok dan

presentasi siswa dengan sebaik-baiknya.

b. Pembentukan kelompok secara heterogen membuat siswa dapat

berinteraksi dengan siswa lain, belajar berdiskusi, bekerjasama, dan

mengemukakan pendapat

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Discovery secara umum

berjalan dengan baik. Pembelajaran dengan metode Discovery yang dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan

dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai

dalam setiap pembelajaran.

b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk

membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan

mereka pelajari.

102

c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian

ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok

terdiri dari 4 siswa.

d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS

1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS yang berkaitan

dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang diberikan

dimaksudkan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan konsep.

2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data

tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep

yang mereka temukan sendiri.

e. Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka. Presentasi dilakukan

agar kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui

oleh kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil

diskusinya berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan

hasil mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan

terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep

yang benar.

f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari

hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk

menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah

dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka.

3. Pembelajaran dengan metode Discovery memberikan kontribusi positif

dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses

103

pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK negeri 1 Pandak.

Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Motivasi

Persentase aspek motivasi siswa setelah diadakan pembelajaran

siklus I adalah 69,17%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II

meningkat menjadi 76,11%.

2) Inisiatif

Persentase aspek inisiatif siswa setelah diadakan pembelajaran siklus

I adalah 77,64%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II

meningkat menjadi 78,34%.

3) Percaya diri

Persentase aspek percaya diri siswa setelah diadakan pembelajaran

siklus I adalah 65,14%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II

meningkat menjadi 76,67%.

4) Disiplin

Persentase aspek disiplin siswa setelah diadakan pembelajaran siklus

I adalah 65,08%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II

meningkat menjadi 75,10%.

5) Tanggung Jawab

Persentase aspek tanggung jawab siswa setelah diadakan

pembelajaran siklus I adalah 69,45%, dan setelah diadakan

pembelajaran siklus II meningkat menjadi 75,52%.

104

Peningkatan rata-rata kelas berdasarkan hasil tes secara keseluruhan

meningkat dari 81,71 pada siklus I menjadi 95,31 pada siklus II.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dalam proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran,

sebaiknya seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep suatu pokok bahasan yang

dipelajari siswa. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam

memahami suatu konsep menerapkan proses pengecilan ukuran dan

mengurangi kecenderungan siswa menghapal konsep. Karena konsep akan

mudah diingat jika siswa memahami konsep tersebut. Tetapi, kegiatan

menemukan tentunya tetap di bawah bimbingan guru.

2. Bagi Peneliti Lain

Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode

discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran

untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Untuk penelitian-

penelitian berikutnya, bentuk, isi, dan tampilan LKS dapat dikembangkan

kembali agar lebih menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria

penyusunan LKS untuk kegiatan-kegiatan penemuan, sehingga siswa

105

lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada

akhirnya hasil belajar siswa dapat diperoleh lebih optimal.

3. Bagi Siswa

Hendaknya siswa selalu berusaha untuk meningkatkan kemandirian,

dalam hal motivasi diri, inisiatif, rasa percaya diri, disiplin dan tanggung

jawab belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. http://akhmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/. Diakses pada tanggal 27 Juni 2010

Anonim. Pengertian Metode. http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/

pengertian-metode.html Diakses pada tanggal 3 Juli 2010 Anita Lie. Menjadi Orang Tua Bijak. 101 Cara Menumbuhkan Percaya diri Anak.

2003. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Arini. 2008. Definisi Menerapkan teknik konversi bahan dalam proses pengolahan.

http://arinimath.blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html. Diakses pada tanggal 3 Juli 2010

Darius. 2008. Tanggung Jawab. http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-

jawab/. Diakses pada tanggal 7 Juli 2010 Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi. http://www.lkp2i.org/pdf/smp/ Teknologi

Pengolahan Hasil Pertanian.pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2010 Desi Susilawati. 2009. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan

Kemampuan Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa. Skripsi. Yogyakarta: UNY

---------------------. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA-

Universitas Pendidikan Indonesia Farida Fauziah. 2007. Upaya Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Melalui pemanfaatan Modul Matematika Di SMK 1 Jogonalan Klaten. Skripsi. Yogyakarta: UNY

Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Cetakan I.

Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Imadea. 2009. Menjadi Muslim Inisiatif. http://imadea.multiply.com/

journal/item/107/MenjadiMuslimahinisiatif. Diakses pada tanggal 2 Desember 2010

Jacinta F Rini. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Diambil pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp

Jakop Utomo. 1990. Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT Gramedia Martiningsih. 2007. Macam-macam Metode Pembelajaran Error! Hyperlink

reference not valid.. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010 Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Syaodih Sukamadinata. 2003. Landasan Psikologis Proses Pendidikan.

Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Cetakan kedua puluh satu.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Pergola Irianti. 2009. Profesi Pustakawan dan Kemandirian. Error! Hyperlink

reference not valid.. Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 Rizky. 2009. Pengertian Belajar. http://kuliah psikologi.dekrizky.com/ pengertian-

belajar. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan ke VI. IKIP Jakarta:

Rineka Cipta Rosnida Nurhayati. 2007. Pemanfaatan Website www.gomath.com sebagai Media

dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa kelas X SMA N 1 Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Yogyakarta: UNY

Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta Sri Rumini dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP Universitas

Negeri Yogyakarta. Sucman. Metode Penemuan. http://www.laboratoriumum.sch.id/files/BAB

%20XII%20STRATEGI%20PEMBELAJARAN%20DENGAN%20METODE%20PENE MUAN.pdf. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010

Sugiyono.2005.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta Suharsimi Arikunto, 1993. Manajemen Pembelajaran Secara Manusiawi. Jakarta:

Rineka Cipta Suharsimi Arikunto.1992.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara. Sutrisno Hadi.2004.Metodologi Research.Yogyakarta:Andi Saifuddin Azwar.2003.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta Ubaydillah. 2008. Menjadi Orang Yang Berinisiatif. dari http://www.e-

psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 7 april 2010 Wasty Sumanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Cetakan ke empat. Jakarta: PT Rineka Cipta Winamo Surakhmad. Metode Belajar. http://www.banjar-jabar.go.id/indexphp?

pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=487. Diakses pada tanggal 16 Mei 2010

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Zainun Mutadin. 2002. Kemandirian Sbg Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 26 Mei 2010