PTK metode simulasi

download PTK metode simulasi

of 35

description

penelitian tindakan kelas metode simulasi

Transcript of PTK metode simulasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang konfirmasi yang berhubungan dengan kegiatan bisnis di antaranya untuk meminta kepastian terhadap calon pelanggan apakah diteruskan ke tahap kesepakatan (closing) atau tidak dalam mengonfirmasi keputusan pelanggan diperlukan suatu komunikasi bisnis yang efektif agar pelanggan dapat memutuskan pembelian dengan tepat. Penjual harus memahami serta menguasai terlebih dahului etika dan etiket dalam berkomunikasi, kemampuan berkomunikasi dan melayani pelanggan merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam dunia usaha, begitupun dengan pelayanan kepada pelanggan, karena sebuah perusahaaan atau usaha akan sukses jika mutu pelayanan pada pelanggan selalu ditingkatkan. Dalam dunia bisnis jika seseorang dapat belajar mengelola pesan yang dibuat dengan bahasa isyarat, ekspresi wajah, suara, dan penampilan dan dapat melakukan komunikasi dengan baik, serta tahu bagaimana menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada para bawahannya dengan bijak, serta memahami kapan dan kepada siapa pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan, maka dia dapat membantu menentukan kredibilitas dan potensi kepemimpinannya.Berdasarkan pengalaman para guru Pemasaran di SMKN 1 Lamongan pada umumnya metode yang digunakan dalam pembelajaran mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan adalah metode ceramah tanpa menggunakan pelaksanaan (praktek). Selama proses pembelajaran mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan guru SMKN 1 Lamongan menggunakan metode ceramah sebagai metode yang dominan. Dengan dominasi metode tersebut, siswa tidak aktif. Ketidakaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan siswa sulit memahami konsep suatu materi. Jika hal tersebut terjadi dapat mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Dengan perolehan hasil belajar yang kurang, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran tidak tercapai. Walaupun demikian, bukan berarti metode ceramah tidak cocok digunakan untuk pembelajaran melakukan konfirmasi keputusan pelanggan. Supaya hasil belajar yang diperoleh dapat menjadi lebih baik, perlu dicoba pembelajaran yang menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan model pembelajaran lain, yaitu metode simulasi yang dapat menggambarkan proses melakukan konfirmasi keputusa pelanggan secara lebih jelas. Metode simulasi merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berperan aktif, yaitu dengan berpura-pura atau berbuat seolah-olah menirukan proses yang sebenarnya terjadi setelah teori diberikan (Roestiyah, 2001:22).

Berdasarkan uraian tersebut, penulis mecoba menerapkan metode simulasi pada pembelajaran mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan di SMKN 1 Lamongan, yang sebagian besar siswanya kurang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Dengan model pembelajaran simulasi, diduga siswa akan lebih mudah memahami materi dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan yang kurang atau belum faham. Maka dengan menggunakan metode simulasi siswa diharapkan dapat memahami dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan dan dapat menerapkannya dalam simulasi. Dengan demikian siswa menjadi lebih aktif sehingga hasil belajar tercapai secara optimal. Dari uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Penerapan metode pembelajaran simulasi untuk menuntaskan hasil belajar pada mata diklat Produktif Pemasaran Kompetensi dasar mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 1 Lamongan B. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan metode simulasi dapat meningka hasil belajar produktif pemasaran dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan pada siswa kelas XI Pemasaran semester ganjil SMKN 1 Lamongan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan simulasi dapat menuntaskan hasil belajar Produktif Pemasaran dalam mengidentifikasi sinya-sinyal dari calon pelanggan pada siswa kelas XI Pemasaran semester ganjil SMKN 1 Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa a. Meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM).

b. Siswa yang mengalami kesulitan memahami materi dalam mengidentifikasi clao pelanggan akan lebih mudah memahaminya.

2. Bagi Guru

a. Sebagai motivasi guru untuk lebih meningkatkan kreativitas siswa dan ketrampilannya dalam memilih strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat menciptakan situasi belajar yang lebih baik.

b. Dapat menciptakan suasana lingkungan kelas yang dapat meningkatkan kemampuan guru.

3. Bagi sekolah Memberikan sumbangan kepada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat menuntaskan hasil belajar siswa.

BAB II

LANDASAN TEORITISA. Pengertian PembelajaranMenurut Winkel (dalam Darsono, dkk. 2000:4) belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Rogers (dalam Darsono, dkk. 2000:21) mengemukakan beberapa prinsip belajar yang manusiawi, yaitu:

1. Hasrat belajar, artinya setiap orang mempunyai keinginan belajar secara kodrati.

2. Belajar bermakna, artinya keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh bermakna tidaknya bahan yang dipelajari. Kebermaknaan ini dikaitkan dengan relevansi bahan atau materi dengan kehidupan nyata.

3. Belajar tanpa ancaman, artinya belajar sebagai suatu kegiatan komplek, yang menuntut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, tidak selalu lancar.

4. Belajar atas inisiatif sendiri, artinya belajar dengan inisiatif sendiri yang melibatkan fikiran dan perasaan sendiri, membuat belajar lebih bermakna.

5. Belajar dan perubahan Sesuai dengan prinsip pada poin terakhir yaitu belajar dan perubahan, maka jelas bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan. Sesuai dengan pengertian belajar di atas, bahwa belajar menghasilkan perubahan, namun terjadinya perubahan itu tidak bisa lepas dengan hal yang diperankan oleh guru yang mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana (2000:28) bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Belajar menunjuk hal yang dilakukan seseorang sebagai objek yang menerima pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar menunjuk pada hal yang harus dilakukan oleh guru sebagai seorang pendidik. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan, manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, yaitu pada saat pelajaran berlangsung.

Menurut Sudjana (2000:31) makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif adalah interaksi guru dengan siswa. Mengingat kedudukan siswa sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek dalam pengajaran, maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Kegiatan belajar mengajar itulah yang disebut pembelajaran, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24), lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran sebagai satu kegiatan yang mempunyai ciriciri sebagai berikut:

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis (Darsono, 2000:5).

Menurut Sudjana (2000:30) ada empat persoalan yang menjadi komponen utama, yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya (interelasi). Secara skematis keempat komponen tersebut dapat dilukiskan seperti pada gambar 1.

Gambar 1.Diagram interelasi komponen pengajaran (Sudjana, 2000:30)

Dari gambar 1 tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran. Tujuan tersebut berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Komponen yang kedua yaitu metode dan alat, metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen yang terakhir yaitu penilaian, penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian suatu tujaun pembelajaran, yaitu menghasilkan perubahan seperti yang disebutkan dalam pengertian belajar. Peranan guru dalam belajar dan pembelajaran adalah membentuk siswa mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Untuk tujuan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar, dengan cara dan kemampuan masing-masing. Siswa adalah bersifat unik, artinya kondisi fisik mental, dan sosial berbeda satu sama lainnya. Menurut Darsono (2000) bahwa perbedaan antara siswa satu dengan siswa lainnya membawa konsekuensi perolehan hasil belajar yang tidak sama. Dengan perkataan lain bahwa dalam pengajaran yang menjadi persoalan utama ialah adanya proses belajar pada siswa, yakni proses berubahnya siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya, yang biasa disebut sebagai hasil belajar.

Menurut Sudjana (2000:39) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa/ faktor lingkungan. Agar lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor dari dalam diri siswa

Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor psikis dan fisik.

2. Faktor dari luar diri siswa

Faktor yang datang dari luar diri siswa dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Ada satu faktor dari luar yang mempengaruhi proses belajar dan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, faktor tersebut adalah kualitas pembelajaran. Yang dimaksud kualitas pembelajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Menurut Sudjana (2000:42) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran, faktor tersebut adalah:

a. Besarnya kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Ukuran yang biasa digunakan ialah rasio guru dengan siswa adalah 1:40, artinya satu orang guru melayani 40 siswa.

b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas ada pada guru. Dengan menggunakan metode simulasi siswa diharapakan lebih termotivasi, bebas menuangkan pendapatnya, berani mengajukan pertanyaan, sehingga KBM akan lebih bermakna dan hasil belajar tercapai secara optimal.

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering kita temukan bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar dikelas. Situasi ini kurang menunjang kualitas pengajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa tidak optimal. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya kelas harus menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran dan alat peraga. Disamping itu harus diusahakan agar siswa diberi kesempatan untuk berperan sebagai sumber belajar.

Selain faktor-faktor di atas, ada satu faktor yang paling menentukan kualitas pengajaran adalah guru, karena guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pengajaran. Seorang guru harus pandai-pandai dalam merencanakan pengajaran, termasuk dalam menentukan metode yang digunakan dalam pengajaran, Sudjana (2000).

B. Metode Mengajar

Menurut Hamalik (2004:27), guru dalam PBM merupakan seseorang yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Termasuk dalam hal ini adalah dalam memilih metode yang cocok untuk membelajarkan siswanya pada suatu materi tertentu. Menurut Sudjana (2000:76) metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Oleh karena itu metode mengajar sangat berperan dalam menciptakan suasana proses pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar aktif. Keberhasilan dari suatu pengajaran dapat dilakukan dari dua kriteria, yaitu proses dan produk. Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subyek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri, dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Sedangkan kriteria dari segi hasil atau produk menekankan kepada tingkah laku penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, yaitu sikap kesehariannya dalam mengaplikasikan pengetahuannya.

Menurut Semiawan (1984) dalam memilih bentuk pengajaran hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Adanya kesesuaian antara topik sajian dan metode yang digunakan.

2. Metode yang digunakan dapat membangkitkan minat ekspresi yang kreatif dan dinamis terhadap mental anak.

3. Metode yang digunakan dapat membangkitkan jiwa inovatif sehingga dapat mandiri.

4. Metode yang digunakan dapat menimbulkan interaksi yang optimal antara guru dan siswa, siswa dengan siswa sehingga ada keterlibatan mental dan pengajaran yang dilakukan tidak verbalistik.

Menurut Rinanto (1982:18) agar proses belajar mengajar berhasil maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Anak harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata pelajaran.

2. Kegiatan belajar harus sesuai dengan situasi dan kondisi anak didik.

3. Strategi belajar harus sistematis dan terarah

4. Kreativitas anak didik dijadikan tujuan.

Pada poin satu di atas disebutkan bahwa anak harus terlibat dan ikut serta ambil bagian secara aktif dalam mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan anak didik diikutsertakan secara langsung dalam proses belajar mengajar (PBM). Seperti yang dikemukakan oleh Battle (1978:11), yaitu bahwa partisipasi aktif pelajar merupakan faktor tunggal yang terpenting dalam proses belajar. Keaktifan siswa dalam mengikuti PBM sangat tergantung pada metode yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Menurut Hamalik (2004:62-64) KBM terdiri dari aspek-aspek yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan instruksional. Aspek-aspek tersebut yaitu:

1. Aspek tujuan instruksional

2. Aspek materi pelajaran

3. Aspek metode atau strategi belajar-mengajar

4. Aspek media instruksional

5. Aspek penilaian

6. Aspek penunjang fasilitas, waktu, tempat serta perlengkapan

7. Aspek ketenagaan

Memperhatikan bahwa metode merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembelajaran, maka metode yang dipilih oleh guru harus tepat dan cocok dengan materi yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh dengan menggunakan metode simulasi dalam membelajarkan mengelola administrasi gudang. Hal ini dikarenakan metode simulasi merupakan metode yang mengajak siswa untuk seolah-olah berada dalam keadaan yang sebenarnya untuk memahami kompetensi mengelola administrasi gudang.

C. Simulasi sebagai metode mengajar

Menurut Sudjana (2000:89) simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation berarti tiruan atau perbuatan yang berpura-pura, dengan demikian simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (materi pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.

Tujuan menggunakan metode simulasi dalam mengajar adalah melatih ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian sebenarnya, memberikan motivasi belajar kepada siswa, melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dengan situasi kelompok, menumbuhkan daya kreatif siswa, melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi (Sudjana, 2000:89-90).

Ada beberapa bentuk simulasi, yaitu Peer teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game, dan role playing. Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Sosiodrama, yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan pemecahan masalah sosial. Psikodrama, yaitu bermain peranan yang ditujukan agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya. Simulasi game, yaitu bermain peranan, para siswa berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditentukan. Role Playing, yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya (Sudjana, 2000:90).

Menurut Joyce dan Weil dalam Sukamto (1997), proses pembelajaran dengan simulasi memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap pertama, tahap pertama ini adalah tahap orientasi yang meliputi menyajikan topik yang akan disimulasikan, menjelaskan prinsip simulasi dan memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.

2. Tahap kedua, tahap kedua ini merupakan tahapan latihan bagi peserta simulasi. Pada tahap ini meliputi membuat scenario (menentukan peranan) dan mencoba dengan singkat kegiatan simulasi.

3. Tahap ketiga, yaitu tahap inti (proses simulasi). Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh para pemain peran simulasi.

4. Tahap keempat, Pada tahap ini disebut juga tahap pemantapan atau debricfing. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Memberi penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan para siswa, menganalisis proses, membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata dan menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.

Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi kesempatan membuat kesimpulan sendiri mengenai hal yang telah disimulasikan, maka siswa akan menjadi lebih aktif dalam KBM. Setelah siswa aktif dalam KBM diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari menjadi meningkat, dengan meningkatnya pemahaman tersebut dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Pembelajaran dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan dengan Metode Simulasi

1. Proses pembelajaran siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit untuk satu kali pertemuan. Materi yang dibahas dalam siklus I ini adalah pengertian konfirmasi serta respon konfirmasi dan diskonfirmasi dali calon pelanggan. Kegiatan selanjutnya adalah guru menjelaskan secara singkat mengenai respon konfirmasi dan diskonfirmasi dari calon pelanggan. Setelah itu guru membentuk kelompok untuk bermain simulasi, guru menjelaskan peranan masing-masing siswa dalam simulasi. Kemudian siswa melakukan permainan simulasi mengenai respon konfirmasi dan diskonfirmasi dari calon pelanggan, yang dibimbing oleh guru. Kegiatan selanjutnya yaitu diskusi secara klasikal untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas. Secara lebih jelas rencana PBM pada siklus I ada pada lampiran 1. Sementara itu observer melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung. Setelah akhir siklus I dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan.

2. Proses pembelajaran siklus II

Pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit untuk satu kali pertemuan. Materi yang dibahas dalam siklus II ini adalah komunikasi verbal dan Non verbal. Dalam memulai pembelajaran guru memberikan apersepsi. Kegiatan ini selanjutnya adalah guru menjelaskan secara singkat perbedaan komunikasi verbal dan Non verbal, aspek-aspek komunikasi verbal dan Non verbal, contoh-contoh komunikasi verbal dan Non verbal, Faktor-faktor yang dapat menghambat komunikasi. Setelah itu guru membentuk kelompok untuk bermain simulasi, guru menjelaskan peranan masing-masing siswa dalam simulasi. Kemudian siswa melakukan permainan simulasi mengenai komunikasi verbal dan Non Verbal. Kegiatan selanjutnya yaitu diskusi secara klasikal untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas. Secara lebih jelas rencana PBM pada siklus II ada pada lampiran 1. Sementara itu observer melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung. Setelah akhir siklus II dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan.

3. Proses pembelajaran siklus III

Pembelajaran siklus III dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit untuk satu kali pertemuan. Materi yang dibahas dalam siklus III ini adalah etika dan etiket berkomunikasi serta bahasa dan gerak tubuh pelanggan.

Dalam memulai pembelajaran, guru memberikan apersepsi. Kegiatan selanjutnya adalah guru menjelaskan secara singkat mengenai etika dalam berkomunikasi, etiket dalam berkomunikasi serta bahasa dan gerak tubuh pelanggan. Setelah itu guru membentuk kelompok untuk bermain simulasi, guru menjelaskan peranan masing-masing siswa dalam simulasi. Kemudian siswa melakukan permainan simulasi bersama mengenai etika berkomunikasi, etiket komunikasi, serta mengidentifikasi bahasa dan gerak tubuh pelanggan yang dibimbing oleh guru. Kegiatan selanjutnya yaitu diskusi secara klasikal untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas. Secara lebih jelas rencana PBM pada siklus III ada pada lampiran 1. Sementara itu observer melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung. Setelah akhir siklus III dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) dikelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. (Suharsimi Arikunto, 2006: 57)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Pemasaran SMKN 1 Lamongan tahun pelajaran 2012/2013 berdasarkan. Jumlah siswa kelas XI Pemasaran adalah 35 orang. Alasan yang mendasari penelitian ini dilakukan pada kelas tersebut selama pembelajaran peseta didik kurang aktif.

B. Faktor yang diteliti

Faktor-faktor yang diteliti meliputi faktor guru dan siswa.

1. Faktor guru, yang diamati adalah kesesuaian guru dalam menggunakan metode simulasi, apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tertulis dalam rencana pembelajaran atau belum.

2. Faktor siswa, yang diamati adalah aktivitas siswa adalah hasil belajar siswa.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dalam siklusnya dilaksanakan dengan tahapan 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi (observing), 4) refleksi (reflecting). (Suharsimi Arikunto, 2006:16)

Secara rinci prosedur penelitian untuk siklus pertama dijabarkan sebagai berikut:

1. Persiapan penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan observasi awal.

b. Identifikasi masalah.

c. Analisis akar penyebab masalah.

2. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang di dalamnya digunakan metode simulasi.

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran dengan metode simulasi.

c. Menyusun alat evaluasi atau tes untuk melihat apakah pemahaman siswa terhadap dalam Mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan sudah dapat ditingkatkan, sehingga hasil belajar siswa sudah tuntas.

Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda empat pilihan (4 option). Cara penskoran tes yaitu soal yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan soal yang dijawab salah diberi skor 0. Perangkat tes yang digunakan untuk pengambilan data harus memenuhi syarat sebagai alat pengambil data yang baik yaitu memiliki validitas yang tinggi, reliabel, memiliki tingkat kesukaran yang seimbang antara soal yang sukar, sedang, dan mudah, dan memiliki daya beda soal yang sedang,baik, atau baik sekali.

Adapun langkah-lagkah dalam menyusun tes sebagai berikut:

1) Membatasi bahan yang akan diujikan.

Bahan atau materi yang akan diujikan dalam tes hasil belajar dibatasi pada kompetensi dasar mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan.

2) Menentukan alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal.

Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan masing-masing tes adalah 45 menit.

3) Menentukan jumlah butir soal.

Jumlah butir soal tes setiap siklusnya sebanyak 15 soal 4) Menentukan tipe soal.

Tipe soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda 4 pilihan. Pemilihan tipe ini dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun guru yang memeriksa.

b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes, bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

c) Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.

d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi. (Suharsimi Arikunto, 2003:165)

5) Menentukan komposisi jenjang soal.

Perangkat tes yang digunakan terdiri dari 3 aspek yaitu aspek ingatan (C1), aspek pemahaman (C2), dan aspek aplikasi (C3).

d. Alat evaluasi ini berupa soal-soal yang terlebih dahulu diujicobakan diluar sampel penelitian untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

3. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan Rencana Pembelajaran (RP) pada lampiran 1. Maka untuk siklus I siswa melakukan simulasi Respon Konfirmasi dan Diskonfirmasi dari calon pelanggan, Siklus II siswa melakukan simulasi bagaimana komunikasi verbal dan Non verbal, siklus III siswa melakukan simulasi bagaimana etika dan etiket dalam berkomunikasi serta mengidentifikasi bahasa dan gerak tubuh pelanggan. 4. Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dianalisis pada tahap ini. Berpatokan dengan hasil analisis tersebut, guru dapat merefleksikan diri untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengelola koperasi sekolah.

D. Data dan Cara pengambilan data

1. Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini adalah semua siswa dan guru.

2. Jenis data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data kuantitatif : Hasil belajar

3. Cara pengambilan data

a. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa

E. Metode Analisis Data

1. Data mengenai hasil belajar

Data mengenai hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal. Adapun rumus yang digunakan adalah:

a. Menghitung rata-rata nilai

Untuk menghitung rata-rata nilai secara klasikal digunakan rumus rata-rata nilai ( Suharsimi Arikunto, 2003:264 ).

Keterangan:

X = rata-rata nilai

X = jumlah seluruh nilai

N = jumlah siswa

b. Menghitung ketuntasan belajar

Untuk menghitung ketuntasan belajr secara klasikal digunakan rumus seperti yang digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan tanggapan siswa, yaitu teknik analisis deskkriptif persentase ( Ali, 1992:186 ). Adapun rumusnya adalah:

Persentase = x100%

Keterangan:

Persentase = tingkat persentase yang dicapai

n

= nilai yang diperoleh

N

= jumlah seluruh nilai

Keterangan:

Dalam perhitungan ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus diatas, maka n merupakan simbol dari jumlah siswa yang mempunyai nilai = 75 dan N merupakan simbol dari seluruh siswa peserta tes.

F. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minimal siswa memperoleh nilai = 75. (Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) produktif pemasaran, 2012)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah penerapan metode simulasi dalam KBM diperoleh data sebagai berikut:

1. Data Hasil Tes

Setelah dilakukan analisis data hasil tes, diperoleh nilai seperti yang tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Belajar Setelah Penerapan Metode Simulasi

NoKeteranganSiklus

IIIIII

1Nilai tertinggi 8595100

2Nilai terendah 506575

3Rata-rata nilai 65.8674.8386.54

4Ketuntasan (%) 17.14%68.57%100%

Hasil evaluasi siswa pada tiap siklus secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1. B. Pembahasan

1. Pembahasan Siklus I

Setelah penerapan metode simulasi dalam KBM diperoleh data hasil tes, yaitu rata-rata nilai siklus I sebesar 65.86 sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal 17.14% Data hasil tes pada siklus I belum mencapai standar ketuntasan batas minimal yang telah ditetapkan sekolah.

Penggunaan metode simulasi dalam penelitian tindakan kelas ini diterapkan pada kompetensi melakukan konfirmasi keputusan pelanggan. Penelitian ini terbagi dalam tiga siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuan (4 jam pelajaran). Pada siklus pertama, untuk memulai pembelajaran, guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Kemudian guru memberikan ceramah tentang mengelola konfirmasi keputusan pelanggan secara singkat, yaitu respon konfirmasi dan diskonfirmasi dari calon pelanggan. Untuk kegiatan inti guru membentuk kelompok untuk bermain simulasi tentang mengelola order pembelian. Sebagai awal dari permainan simulasi, guru menjelaskan terlebih dahulu peran yang harus

diperankan oleh masing-masing siswa, yang selanjutnya siswa memerankan peran mereka dalam simulasi. Kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih dalam waktu 60 menit. Selama pelaksanaan simulasi, guru selalu membimbing siswa dalam peranannya. Jadi, disini peran serta guru masih mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan permainan simulasi masih banyak siswa yang bingung. Kebingungan siswa saat melakukan simulasi dikarenakan dalam menjelaskan prasimulasi guru masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum faham mengenai peranan dalam simulasi. Selain itu permainan simulasi masih merupakan hal yang baru bagi mereka.

Kegiatan penutup dalam pembelajaran, guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi secara klasikal untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas dari materi yang telah disampaikan guru dan yang telah disimulasikan.

Setelah kegiatan penutup selesai, dilanjutkan dengan evaluasi akhir siklus I. Evaluasi yang berupa tes tertulis bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dari hasil tes siklus I diketahui bahwa siswa sudah memahami materi pelajaran, yaitu respon konfirmasi dan diskonfirmasi dari calon pelanggan. 2. Refleksi Siklus I

Didasarkan pada analisis data di atas, masih terdapat kekurangan- kekurangan pada siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain guru kurang memotivasi siswa dan guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan simulasi. Karena kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam KBM untuk siklus II. Perbaikan tersebut yaitu dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang akan disimulasikan. Selain itu guru harus lebih dapat memotivasi siswa, sehingga siswa benar-benar termotivasi, sehingga siswa lancar dalam bermain simulasi.

3.Pembahasan Siklus II

Siklus II diawali dengan menganalisis masalah KBM yang didasarkan pada data yang diperoleh pada siklus I. Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa setelah penerapan metode simulasi dalam pembelajaran siswa menjadi lebih aktif. Keaktifan siswa tersebut terlihat pada keterlibatan siswa dalam permainan simulasi. Dalam melakukan permainan simulasi pada siklus I, siswa terlihat kurang lancar dalam memerankan peran-peran mereka. Sebagian siswa kelihatan masih bingung dalam permainan tersebut. Jadi, dalam memerankan peran-peran tersebut peran serta guru masih sangat dibutuhkan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru harus melakukan perbaikan-perbaikan. Perbaikan- perbaikan tersebut yaitu guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum mereka fahami mengenai peran dalam simulasi. Selain itu juga guru perlu lebih dapat memotivasi siswa selama KBM. Untuk mengawali KBM, guru menjelaskan secara singkat materi yang diajarkan.

Dari observasi di siklus II didapat data bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 74.83dengan ketuntasan belajar sebesar 68.57% Perolehan hasil belajar siswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan jika dibanding dengan perolehan hasil belajar pada siklus I. Peningkatan hasil belajar tersebut yaitu dari 65.86 pada siklus I menjadi 74.83 pada siklus II untuk rata-rata nilai dan dari 17.14% pada siklus I menjadi 68.57%. pada siklus II untuk ketuntasan belajar secara klasikal.

Didasarkan pada analisis data hasil tes, materi yang disampaikan guru yaitu Komunikasi verbal dan nonverbal telah difahami dengan baik oleh siswa. Hal ini dikarenakan dalam menjelaskan materi pelajaran guru lebih memotivasi siswa, serta dalam memberikan penjelasan prasimulasi, guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum faham mengenai perannya.

Besarnya ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus II tersebut belum memenuhi target yang ditetapkan dalam KKM yaitu sekurang-kurangnya mendapat nilai = 75.

4. Refleksi Siklus II

Dari data di atas didapat bahwa seluruh siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan permainan simulasi. Hal ini dikarenakan siswa merasa terbantu dengan adanya permainan tersebut.

Maka dari itu guru harus lebih pandai menekankan pada materi yang penting dan untuk siklus berikutnya guru menerapkan pembelajaran dengan permainan simulasi, yang mana saat menjelaskan guru mengambil peranan terlebih dahulu. Peran yang diperankan oleh guru tersebut bertujuan untuk contoh peragaan untuk siswa. 5. Pembahasan Siklus III

Siklus III diawali dengan menganalisis masalah KBM yang didasarkan pada data yang diperoleh dari observasi pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa setelah penerapan metode simulasi siswa menjadi lebih aktif dibanding siklus I. Keaktifan-keaktifan yang lain terlihat pada tingkat keseriusan dalam melakukan permainan simulasi. Walaupun siswa telah lebih aktif dalam pembelajaran, tetapi saat melakukan simulasi masih ada sebagian siswa yang tidak lancar dalam memerankan peran-peran mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada siklus III dilaksanakan pembelajaran dengan peragaan yang sebelumnya diperankan oleh guru. Peranan oleh guru tersebut dimaksudkan untuk memberi contoh secara lebih konkrit kepada siswa, sehingga siswa lebih mudah dalam bersimulasi. Hal ini menyebabkan siswa lebih mudah memahami materi yang disimulasikan, semua itu terlihat pada hasil yang diperoleh setelah diadakan tes akhir siklus III. Simulasi pada siklus III ini dilakukan selama kurang lebih 60 menit.

Dari observasi di siklus III didapat data bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa sebesar 86.54 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Perolehan hasil belajar siswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan jika dibanding dengan perolehan hasil belajar pada siklus II. Peningkatan hasil belajar tersebut yaitu dari 74.83 pada siklus II menjadi 86.54 pada siklus III untuk rata-rata nilai dari 68.57% pada siklus II menjadi 100% pada siklus III untuk ketuntasan belajar secara klasikal.

Didasarkan pada analisis data hasil tes, materi yang disampaikan guru yaitu etika dan etiket komunikasi serta bahasa dan gerak tubuh pelanggan telah difahami dengan baik oleh siswa. Hal ini dikarenakan dalam menjelaskan materi pelajaran guru lebih memotivasi siswa, serta dalam memberikan penjelasan prasimulasi, guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum faham mengenai perannya. Selain itu guru dalam menjelaskan materi yang akan disimulasikan, guru memperagakan terlebih dahulu sehingga dalam melakukan simulasi oleh siswa akan lebih lancar.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus dan setelah menganalisis data-data yang didapat, terbukti bahwa meningkatnya keaktifan dan motivasi siswa dapat berpengaruh positif terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. Atau dengan kata lain bahwa dengan menerapkan metode yang mengikutsertakan atau melibatkan siswa secara aktif saat pembelajaran dapat menuntaskan hasil belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan atau mengikutsertakan siswa saat pembelajaran adalah metode simulasi. Metode simulasi terbukti dapat mengaktifkan siswa dan merupakan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa yang pada akhirnya hasil belajar mencapai standar ketuntasan batas minimal yaitu sebesar 100% yang artinya seluruh siswa dapat mencapai ketuntasannya sesuai dengan nilai ketuntasan yang ada.6. Refleksi Siklus III

Penerapan metode simulasi dalam pembelajaran dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dari calon pelanggan dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada kompetensi tersebut. yaitu penerapan metode simulasi pada pembelajaran produktif pemasaran dalam melakukan konfirmasi keputusan pelanggan. Hal ini sesuai pendapat Hamalik (2004:63), yaitu bahwa salah satu aspek untuk mencapai tujuan instruksional adalah aspek metode dan strategi belajar mengajar. Selain itu metode yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu metode simulasi, dapat meningkatkan keaktifan siswa secara langsung dalam pembelajaran, yang mana menurut Rinanto (1982) hal tersebut merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan agar KBM berhasil. Hal lain yang merupakan hal positif dari penerapan metode simulasi dalam pembelajaran ini adalah situasi kelas saat pembelajaran menjadi lebih demokratis. Dengan situasi seperti itu siswa lebih bebas menuangkan pendapat-pendapatnya, itu semua sesuai pendapat Sudjana (2000: 42) yang menyatakan bahwa suasana kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran.

Adapun kelemahan dari penerapan metode simulasi yaitu siswa yang tidak melakukan simulasi ramai sendiri. Disini guru mengatasi kelemahan tersebut dengan cara memberi tugas pada siswa yang tidak melakukan simulasi yaitu mencatat hal-hal yang kurang faham kemudian bertanya. Apabila guru mampu mengurangi kelemahan tersebut, maka pelaksanaan simulasi akan berhasil. (Roestiyah, 2001:23).

Memperhatikan uraian tersebut, dapat diketahui dengan jelas bahwa permainan simulasi selain dapat mempermudah pemahaman siswa mengenai suatu materi, juga dapat memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Setelah siswa berani mengemukakan pendapat, maka proses pembelajaran akan tampak lebih hidup, artinya interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru akan terjalin lebih positif. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa dalam KBM yang telah dilaksanakan siswa menjadi lebih aktif. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode simulasi pada pembelajaran dapat memotivasi siswa dan dapat mengikutsertakan siswa secara aktif. Dengan meningkatnya motivasi siswa dan keaktifan siswa tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Pengaruh tersebut yaitu hasil belajar siswa mencapai standar ketuntasan batas minimal dengan nilai rata rata 65.86 untuk siklus I, siklus II sebesar 74.83 dan 86.54 untuk siklus III. Ini berarti keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini berhasil karena dari nilai KKM = 75. Selain menuntaskan hasil belajar siswa, metode simulasi juga dapat lebih menghidupkan interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi antara guru dengan siswa.

B. Saran

Bardasarkan penelitian yang telah dilakukan dan menganalisis hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam penerapan metode simulasi selama pembelajaran, hendaknya guru menjelaskan materi yang akan disimulasikan dengan cara memperagakan terlebih dahulu.

2. Guru hendaknya memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang belum atau kurang faham sebelum dilakukannya permainan simulasi. Hal itu diperlukan agar siswa lebih lancar dalam memerankan perannya saat permainan simulasi. Tujuan

Bahan

Metode dan Alat

Penilaian

X =

X

N

n

N

PAGE 35