PTK Dengan Metode Demontrasi

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu dari cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4. Dalam hal ini pendidikan mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu peranan pendidikan haruslah dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan membentuk manusia sesuai dengan cita- cita bangsa. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai, maka pendidikan sulit akan berhasil. Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam bidang pendidikan, akan dapat merusak satu generasi berikutnya. Melihat makin merosotnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita yang tertinggal dengan bangsa- bangsa lain, menuntut kerja keras guru untuk meningkatkan kemampuan. Karena proses dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya akan tetapi sebagian 1

Transcript of PTK Dengan Metode Demontrasi

Page 1: PTK Dengan Metode Demontrasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu dari cita-cita bangsa

Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang

Dasar 1945 alinea ke-4. Dalam hal ini pendidikan mempunyai arti sangat

penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu peranan pendidikan haruslah dilihat dalam konteks

pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan membentuk manusia sesuai

dengan cita-cita bangsa. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu

sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan

dilaksanakan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tanpa keahlian yang

memadai, maka pendidikan sulit akan berhasil. Kesalahan yang dilakukan oleh

orang yang bukan ahli dalam bidang pendidikan, akan dapat merusak satu

generasi berikutnya.

Melihat makin merosotnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita

yang tertinggal dengan bangsa-bangsa lain, menuntut kerja keras guru untuk

meningkatkan kemampuan. Karena proses dan hasil belajar bukan saja

ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya akan tetapi

sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru. Guru yang kompeen akan

lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar siswa berada

pada tingkat optimal.

Maka tidak heran kalau sekarang ini para guru berusaha mencari formula

metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

dalm mata pelajaran PAI.

Mengajarkan Pendidikan Agama Islam merupakan suatu kegiatan

pengajaran sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan

kemampuan yang cukup. Kemampuan tersebut ditandai dengan adanya

interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, yang

sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Namun dalam

1

Page 2: PTK Dengan Metode Demontrasi

melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan

Pendidikan Agama Islam , ternyata masih banyak mengalami hambatan-

hambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan yang

terjadi adalah kesulitan dalam memahami cara membaca AL-Quran dengan

benar sesuai ilmu Tajwid. .

      Seperti yang terjadi di SMA Negeri 3 Lumajang, didapatkan latar

belakang siswa sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata-rata

dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang

diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam mengkaitkan materi satu dengan

yang lain. Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dalam menentukan

suatu bacaan yang terdapat dalam salah satu ayat Al-Qur'an.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu metode

yang tepat, dan sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah

prestasi belajar anak terhadap pelajaran PAI dengan menggunakan metode

diskusi.

Dari hasil penelitian ini, nantinya dapat diketahui peningkatan prestasi

dan nilai yang diperolah anak didik. Karena seperti diketahui, dengan

menggunakan metode ini , anak didik dituntut untuk berperan aktif dalam

proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir

dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana penerapan metode diskusi pada siswa kelas XII A3 di SMA

Negeri 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Apakah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar

terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI pada siswa kelas

XII A3 di SMA Negeri 3 Lumajang Tahun Pelajaran 201-/2011.

Bertolak dari pemasalahan ini, maka dibutuhkan suatu metode yang

tepat yang mampu meningkatkan prestasi belajar anak terhadap mata

Pendidikan agama islam PAI.

2

Page 3: PTK Dengan Metode Demontrasi

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Bagaimana penerapan metode diskusi pada siswa

kelas XII A3 di SMA 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui Apakah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan

"pemahaman konsep hukum bacaan nun mati dan tanwin serta mim mat"i

terhadap mata pelajaran Pendidikan agama islam PAI pada siswa Kls XII

A3 di SMA 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

A. Bagi Guru

a. Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta

didik, karena peserta didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar

mengajar.

B. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran PAI.

b. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang tinggi

dikalangan peserta didik

c. Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.

d. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

E. DEFINISI KONSEP

Beberapa konsep atau istilah penting yang menjadi perhatian di dalam

penelitian tindakan kelas PTK ini dan perlu di jelaskan agar tidak terdapat

kesalahpahaman dalam memahami PTK ini.

1. Peningkatan motivasi belajar: motivasi belajar adalah kondisi psikologis

yang mendorong seseorang untuk belajar jadi, peningkatan motivasi

belajar siswa adalah peningkatan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang atau siswa untuk belajar.

2. Proses belajar pada pelajaran PAI: proses belajar adalah proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan pelatihan jadi, proses belajar pada

3

Page 4: PTK Dengan Metode Demontrasi

pelajaran PAI adalah proses perubahan tingkah laku yang menyangkut

pengetahuan agama islam.

4

Page 5: PTK Dengan Metode Demontrasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prinsip-prinsip Pengajaran Pendidikan Agama Islam

Setiap guru pengajar mata pelajaran PAI harus memiliki kemampuan

serta keterampilan dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa terutama

apabila menggunakan metode diskusi .Dengan mendasarkan diri pada konsep

diskusi yang terdiri dari berbagi macam bentuk di atas, maka agar

pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang tenaga pengajar harus

memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah :

1. Persiapan / perencanaan diskusi

2. Pelaksanaan diskusi

3. Tindak lanjutan diskusi

4. Tujuan metode diskusi

5. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi

6. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi

7. Prinsip-prinsip metode diskusi

Dengan pedoman pada ketujuh prinsip itu pengajar bisa menyampaikan

materi pelajaran PAI dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam

penyampaian materi bisa baik, jelas dan benar, anakpun bisa memahami,

mengerti dan mengerjakan tugas dengan baik dan benar pula. Dengan

demikian anakpun bisa mengeterapkan pengetahuannya dalam kehidupan

sehari-hari. Pencapaian nilai hasil evaluasi akan meningkat.

B. Prestasi Belajar PAI

1. Prestasi

Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai

berikut :

“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult

as well and as quickly as possible”

“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih

kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat

mungkin”.

5

Page 6: PTK Dengan Metode Demontrasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar

dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam

Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi

tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,

prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali

dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa

pendapat para ahli tentang definisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan

Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :

a. Cronbach memberikan definisi :

“Learning is shown by a change in  behavior as a result of

experience”.

“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai

hasil dari pengalaman”.

b. Harold Spears memberikan batasan:

“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something

themselves, to listen, to follow direction”.

Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu

sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

c. Geoch, mengatakan :

“Learning is a change in performance as a result of practice”.

Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

6

Page 7: PTK Dengan Metode Demontrasi

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih

baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya

merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh

lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan

oleh seorang idividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan

lingkungan.

Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)

dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses

perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari

pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2)

yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim

(2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam

bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas

dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses

belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas

dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum

mengalami  proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan

di dalam proses belajar.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu

diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah

7

Page 8: PTK Dengan Metode Demontrasi

kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

keterampilan, kemampuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah

kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang

bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif

Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi

belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta

didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)

mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada

hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

8

Page 9: PTK Dengan Metode Demontrasi

pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya

untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar berlangsung.

Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan

bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut

ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah

menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada

suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian

prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian

belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang

berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari

pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi

belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang

siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar

adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan

berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek

9

Page 10: PTK Dengan Metode Demontrasi

yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi

kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam

ketiga kriteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami

proses belajar mengajar.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor

yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri

anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu

sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu

kecedasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

a. a. Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi

yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat

perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh

kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang

10

Page 11: PTK Dengan Metode Demontrasi

lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki

tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan

sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan

suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. .

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek

yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.

Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas

normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”

Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi

akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang

rendah.”

Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah

“semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin

besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah

kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya

untuk meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau

kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi

seorang anak dalam usaha belajar.

b. b. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal

ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti

kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau

kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui

belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin

(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu

untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan

dan latihan.”

11

Page 12: PTK Dengan Metode Demontrasi

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian

tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya

sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya

prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar

terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam

mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau

orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai

dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c. c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut

Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam

subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57)

mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah

“suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat

menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di

dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang

telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat

yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk

12

Page 13: PTK Dengan Metode Demontrasi

melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai

dengan keinginannya.

d. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk

melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah

bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian

pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil

jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan

Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan

siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu

pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang

menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha

dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa

kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa

akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.

Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat

melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara

aktif.

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa

13

Page 14: PTK Dengan Metode Demontrasi

pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan

sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga,

keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a. a. Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat

tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan

pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk

pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia.”

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan

terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah

satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk

belajar.

Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga

inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,

sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah

sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup

keagamaan.”

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa

pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga

formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru

sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan

kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh

perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian

14

Page 15: PTK Dengan Metode Demontrasi

orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat

belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan

keadaan yang baik untuk belajar.

b. b. Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang

sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu

lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih

giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan

guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara

guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah

laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut

untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode

yang tepat dalam mengajar.

c. c. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu

faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm

proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat

besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam

kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan

lingkungan dimana anak itu berada. .

Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat

dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang

sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang

rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.

Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak

nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh

pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan

15

Page 16: PTK Dengan Metode Demontrasi

selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan

lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal

di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan

besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia

akan turut belajar sebagaimana temannya.

D. Menggunakan Metode Yang Tepat

Pendidikan harus tahu bahwa tidak ada satupun metode yang paling

baik, tanpa didukung oleh metode yang lain dalam proses belajar mengajar.

Misalnya dalam kegiatan pendidikan akan menggunakan metode ceramah.

Maka akan menjadikan akan duduk dengan catatan hafal (DDCH), sehingga

membosankan bagi anak akibatnya akan enggan belajar.

Di dalam mengajarkan pelajaran matematika hendaknya pendidik

menggunakan beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan

beberapa metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain

metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode

problem solving, metode eksperimen dan sebagainya.

Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan dengan kebutuhan

sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan menimbulkan

minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif.

E. Pengertian Metode Diskusi

1. Pengertian

Metode diskusi adalah cara menyampaikan pelajaran dimana guru

bersama-sama siswa saling mengadakan tukar menukar informasi, pendapat

dan pengalaman dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi.

Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Persoalan atau pertanyaan yang

mempunyai kelayakan untuk didiskusikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

:

a. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya.

b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah

yang dapat dipertahankan kebenarannya.

16

Page 17: PTK Dengan Metode Demontrasi

c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”,

tetapi lebih mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan

membandingkan.

2. Klasifikasi

Dalam melaksanakan metode diskusi pimpinan diskusi dapat

dipegang oleh guru atau meminta salah satu siswa/ peserta didik.

Sedangkan berdasarkan tehnik pelaksanaannya diklasifikasikan menjadi

dua yaitu :

a. Debat

Dalam hal ini terjadi dua kelompok yang mempertahankan pendapatan

masing-masing yang bertentangan, sehingga pendengar dijadikan sebagai

kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam

keputusan akhir.

b. Diskusi

Pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan

pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari segi pelaksanaannya diskusi

dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :

Diskusi kelas

Diskusi kelas adalah semacam “brainstorming” (pertukaran

pendapat).

Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.

Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain sehingga terjadi

pertukaran pendapat secara serius dan wajar.

Diskusi kelompok

Dalam hal ini guru menyampaikan masalah, kemudian dibagi

menjadi beberapa sub masalah setelah itu siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok untuk membahas masing-masing sub, yang

selanjutnya hasilnya dilaporkan di depan kelas untuk ditanggapi.

Panel

Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja (3

sampai 7 orang) sedangkan siswa yang lain bertindak sebagai

17

Page 18: PTK Dengan Metode Demontrasi

pendengar (audiens). Ciri yang lain terdapat dalam panel ini dilakukan

oleh para siswa yang benar-benar ahli memahami seluk beluk masalah

yang didiskusikan, yang tidak bertujuan untuk memperoleh

kesimpulan akan tetapi merangsang berpikiran agar siswa

mendiskusikan lebih lanjut.

Konferensi

Dalam konferensi ini anggota duduk saling menghadap,

mendiskusikan sesuatu masalah, sehingga setiap peserta harus

memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat

yang akan diajukan.

Symposium

Dalam pelaksanaannya dapat menempuh dua cara yaitu :

Mengundang dua pembicara atau lebih, dan setiap pembicara

diminta untuk menyajikan prasarana yang sama, namun dari

sudut pandang yang berbeda-beda.

Membagi masalah dalam beberapa aspek, setiap aspek dibahas

oleh seorang pemrasaran, selanjutnya disiapkan penyanggah

umum yang akan menyoroti prasaran-prasaran. Setelah selesai

penyanggah umum memberikan sanggahan, barulah

pemrasaran diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban

atas sanggahan tersebut.

6) Seminar

Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam

meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas.

Ciri-ciri yang ada di dalamnya adalah :

Pembahasan bertolak dari kertas kerja yang disusun oleh

pemrasarana, yang berisi uraian teoritas sesuai dengan tujuan

dan maksud yang terkandung dalam pokok seminar (tema).

18

Page 19: PTK Dengan Metode Demontrasi

Pelaksanaannya sering kali diawali dengan pandangan umum

atau pengarahan dari pihak tertentu yang berkepentingan.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi

Dengan mendasarkan diri pada konsep diskusi yang terdiri dari berbagai

macam bentuk di atas, maka agar pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang

tenaga pengajar harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah :

a. Persiapan / perencanaan diskusi

1) Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.

2) Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan

jumlahnya disesuakan dengan sifat diskusi itu sendiri.

3) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berla

rut - larut.

b. Pelaksanaan diskusi

1) Membuat struktur kelompok (ketua/ pimpinan, sekretaris,

anggota).

2) Membagi-bagi tugas dalam diskusi

3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi

4) Mencatat ide-ide / sarana-sarana yang penting

5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta

6) Menciptakan situasi yang menyenangkan

c. Tindak lanjutan diskusi

1) Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari diskusi

2) Memberikan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya

3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi untuk dijadikan

bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan

datang.

Tujuan metode diskusi adalah sebagai berikut:

4) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi,

berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuannya.

19

Page 20: PTK Dengan Metode Demontrasi

6) Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain atau

menghargai pendapat korang lain.

7) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri

sendiri.

8) Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang “dilihat”, baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajar sekolah.

9) Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusan

diskusi.

d. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi

Secara umum langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam

melaksanakan metode diskusi adalah :

1) Menemukan masalah yang layak untuk didiskusikan.

2) Menjelaskan masalah tersebut.

3) Mengatur giliran pembicaraan.

4) Memberi kesempatan kepada para siswa yang akan berbicara

secara bergiliran.

5) Mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa

kepada peserta diskusi.

6) Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila terjadi

penyimpangan pembicaraan.

7) Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau kesimpulan.

Dengan demikian peranan guru sebagai pemimpin diskusi adalah :

8) Sebagai pengatur lalu pembicaraan.

9) Sebagai dinding penangkis, artinya menerima pertanyaan dari

anggota dan melemparkannya kembali kepada anggota yang lain.

10) Sebagai petunjuk jalan (guide) yang memberikan pengarahan

kepada anggota tentang masalah yang sedangkan didiskusikan,

sehingga tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.

e.Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi

1) Keuntungan-keuntungan metode diskusi

20

Page 21: PTK Dengan Metode Demontrasi

Mempertinggi partisipasi anggota secara individu

Mempertinggi partisipasi kelompok secara keselurahan

2) Kelemahan-kelemahan metode diskusi

Tidak mudah bagi pemimpin diskusi untuk meramaikan arah

penyelesaian diskusi.

Tidak selalu mudah bagi anggota kelompok diskusi untuk

mengatur cara berpikir secara rapi, apalagi secara ilmiah.

f. Prinsip-prinsip metode diskusi

1) Prinsip mengikutsertakan anak-anak dalam diskusi.

2) Pembicaraan jangan sampai diborong oleh beberapa orang anak.

3) Perhatikan anak yang selalu diam, kadang-kadang ia mempunyai

pendapat yang baik. Dalam hal anak terus diam, guru hendaknya

menyuruh anak itu mengemukakan pendapatnya.

4) Diskusi yang baik tidak asal berbicara, ramai, diperlukan suatu

ketertiban, baik dalam bergilir mengemukakan pendapat maupun

memperhatikan orang yang sedang berbicara.

5) Pertanyaan atau persoalan hendaknya sesuai dengan tingkat

perkembangan dan pengalaman anak.

6) Guru sebagai pemimpin yang memberi kepercayaan kepada anak

untuk turut serta dalam diskusi guna mendorong dan merangsang

anak untuk melakukan sumbangan pikiran.

7) Menyetujui atau menentang pendapat orang lain, anak-anak supaya

tetap berlaku sopan dan hormat, pendapat jangan hanya menang

dan menyakiti atau mematahkan semangat orang.

21

Page 22: PTK Dengan Metode Demontrasi

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai

peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d)

administrasi sosial ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama

dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas

dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan

data yang subjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu seputar ruang kelas XII A3 SMA Negeri 3

Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa yaitu 36 beda

agama 2 siswa jadi 34 siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011

B. Seting Penelitian

Seting penelitian yaitu tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

SMA Negeri 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2010 / 2011.

22

Page 23: PTK Dengan Metode Demontrasi

C. Desain atau Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan itu, serta

memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam

Mukhlis, 2000:3).

Sedangkan menurut Mukhlis (2000:5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih , yaitu penelitian tindakan,

maka peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart ( dalam Sugiarti,1997:6) , yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu

ke siklus yang berikutnya.Setiap siklus meliputi planning ( rencana ) , action

( tindakan ) , observation ( pengamatan ) , dan reflection ( refleksi). Langkah

pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi , tindakan ,

pengamatan dan refleksi . Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Observasi dibagi dalam tiga putaran yaitu putaran 1, 2 dan 3 , dimana

masing–masing putaran dikenai perlakuan yang sama ( alur kegiatan yang

sama ) dan membahas satu sub pokok bahasan yang di akhiri dengan tes

formatif di akhir masing – masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki/

meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan

tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru

(Mukhlis, 2000:5).

23

Page 24: PTK Dengan Metode Demontrasi

A. Data dan teknik pengumpulan data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model diskusi,intrumen

penelitian observasi aktivitas siswa guru, dan Tes formatif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil kegiatan proses belajar mengajar dengan

metode Diskusi.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model

diskusi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola

Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes Formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman tentang hukum baca,an

tersebut.Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang

diberikan adalah isian.Sebelumnya soal – soal ini berjumlah 10 soal yang

telah di ujicoba , kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang

di uji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk

memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil

data. Langkah – langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut :

24

Page 25: PTK Dengan Metode Demontrasi

C. Analisa Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model diskusi,

observasi aktivitas siswa guru, dan Tes formatif

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

25

Page 26: PTK Dengan Metode Demontrasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi setting penelitian

Deskripsi setting penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa

pengamatan pengelolaan metode pembelajaran diskusi dan pengamatan

aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data

pengamatan pengelolaan metode pembelajaran diskusi yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran diskusi dalam

menumbuhkan gairah belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan

guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

terhadap pelajaran PAI sebelum dan sesudah diterapkannya metode diskusi

Pada tahap ini, penelitian mengadakan pengamatan secara langsung pada

siswa kelas XII A3 SMA Negeri 3 Lumajang dalam tahap ini, para siswa

diberikan soal latihan yang dibedakan menjadi 2 tahap yaitu tahap 1 terdiri

dari soal-soal siswa di suruh mencari bacaan yang terdapat pada statu ayat

yang di pelajari . Dengan melakukan berbagai macam test dan quiz ini maka

dapat diketahui hasil dari metode diskusi ini. Dari hasil soal latihan tersebut,

kemudian dibandingkan nilai hasilnya sebelum dan sesudah dilakukan

penerapan metode diskusi.

Data-data yang diperoleh dalam setiap siklus adalah :

Data Siswa

Data nama siswa kelas XII A3 SMA Negeri 3 Lumajang (sebagaimana

terlampir).

B. Paparan hasil penelitian

1) Siklus I

Tahap Perencanaan

26

Page 27: PTK Dengan Metode Demontrasi

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 22 Juli 2010 di kelas XII dengan jumlah siswa 36 beda

agama 2 siswa jadi 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

74

20

58, 82 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model diskusi diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 74 dan persentase ketuntasan belajar

mencapai 58, 82 % atau ada 14 siswa dari 34 siswa belum tuntas belajar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena siswa belum

mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif model diskusi.

27

Page 28: PTK Dengan Metode Demontrasi

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Prestasi Siswa Pada Siklus I

No UraianHasil

Sebelum Sesudah

1

2

3

Proses pembentukan kelompok

Proses pembelajaran PAI

Pembahasan dengan cara kelompok

2

2

0

4

4

0

Keterangan : Skor 1 = 5 Skor 2 = 5 Skor 3 = 5

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

a.Guru masih kurang siap dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Masih kekurangan waktu selama KBM berlangsung sehingga anak

bingung.

c.Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

a.Guru harus lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru harus berusaha

supaya siswa terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Guru perlu mengelola waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

c.Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

28

Page 29: PTK Dengan Metode Demontrasi

2) Siklus II

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, dan alat-alat pengajaran

Hasil diskusi : (sebagaimana terlampir)

Penugasan Individu diambilkan dari buku siswa

Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 29 Juli 2010 di kelas XII dengan jumlah siswa 36 beda

agama 2 siswa jadi 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pembelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga

kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus

II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan

adalah tes formatif II.

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas

Persentase ketuntasan belajar

80

30

88, 23 %

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 80 dan ketuntasan belajar mencapai 88, 23 %atau ada 30 siswa

dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar maka secara klasikal ketuntasan

29

Page 30: PTK Dengan Metode Demontrasi

belajar yang telah tercapai sebesar 90 % (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model diskusi yang membuat siswa menjadi

lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih

mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Tabel 5.5. Rekapitulasi Minat Siswa Pada Siklus II

No Uraian Banyak Siswa

1

2

3

Anak yang suka dengan model diskusi

Anak yang bingung

Anak yang sama sekali tidak mengerti

30

2

2

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran kooperatif model diskusi. Dari data-data

yang telah diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

b. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

d. Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Refisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model diskusi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa

serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah

30

Page 31: PTK Dengan Metode Demontrasi

berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi

yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan

agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

metode pembelajaran kooperatif model diskusi dapat menumbuhkan

aktifitas belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Analisa hasil penelitian

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran

kooperatif model diskusi memiliki dampak positif dalam menumbuhkan

aktifitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 58, 82 % , dan

88, 23 %. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

metode pembelajaran kooperatif model diskusi dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa

pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran PAI dengan metode pembelajaran kooperatif model diskusi

yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,

dan diskusi antar siswa,antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan

bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model

diskusi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di

31

Page 32: PTK Dengan Metode Demontrasi

antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan LKS,enemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik,

evaluasi,tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

32

Page 33: PTK Dengan Metode Demontrasi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di depan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa dengan menerapkan metode diskusi, daya serap anak terhadap

mata pelajaran PAI tentang hukum tanwin dan nun sukun dan mim mati

benar-benar meningkat.

2. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar yang

dihasilkan selama mengerjakan soal latihan. Peningkatan dari nilai anak

didik dapat dilihat dari mean / nilai rata-rata

3. Dalam pelajaran Tajwid guru harus pandai menarik minat anak.

Mendorong kreativitas, menggiring anak dari pemikiran yang konkrit ke

pemikiran yang abstrak.

4. Upaya peningkatan daya serap anak harus dilakukan oleh semua pihak

yang terkait.

B. Penutup

Kami selaku penulis Penelitian tindakan kelas (PTK) mengucapkan

banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian penelitian ini. Dan mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat

khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin..

33

Page 34: PTK Dengan Metode Demontrasi

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk

Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka

Dimyati, dan Moedjiono mujiono Belajar Dan Pembelajaran 1994. Depdikbud.

Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical

Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Gagne.1985, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Gunarso Arif 1993., Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta; PT. Raja

Grafindo Persada.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

34

Page 35: PTK Dengan Metode Demontrasi

Hakim Thursam.2000. Metode-metode Mengajar, Bandung : Angkasa

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hasbullah, 1994."Dasar-dasar Ilmu Pendidikan", PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta,

Hudya.1988 Srategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Kartono.1995 Strategi Belajar Mengajar,, Universitas Terbuka. Jakarta.

Kartono, 1995, Pendidikan dan Masyarakat, Yogayakarta ,CV. Bina Usaha

Muhibbin.1999. Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah: Petunjuk

Bagi Para Guru dan Orang Tua. Gramedia. Jakarta.

Mukhlis2000., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta

Muray, 1990, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta

M. Ngalim Purwanto, 1986. Psikologi Pendidikan, , PT Remaja Rosdakarya-

Bandung.

Nasution, 1995, Pegembangan Kurikulum, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti

Purwanto, Ngalim, M, 1986, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung :

Rosda Karya

Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo

Slameto.2003. Proses Belajar Mengajar, Bumi aksara, Jakarta.

Sudirman, N. Ilmu Pendidikan. Rajawali Roskanda;Bandung.

Sugiarti,Titik 1997 Motivasi Belajar, Cerdas Pustaka, Jakarta.

Syah, Muhibin.1999. Psikologi Belajar, Bandung, PT Logis wacana ilmu

Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya.

S. Nasution, 1996, Metode Research, Bandung: Jemmars

Winataputra,udin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Winkel 1996, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, Oxford

Univercity Press

35

Page 36: PTK Dengan Metode Demontrasi

36