Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas...

143
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduknya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, dunia pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumberdaya menusia yang berkualitas tinggi. Dalam dunia pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak. Untuk itu guru selaku pendidik dan pengajar, harus bisa menjadi contoh panutan serta suri tauladan bagi peserta didik. Kualitas mutu pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan di dalam kelas. Peran guru disini sangat besar, sebagai ujung tombak pendidikan, guru dituntut dapat menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk menyongsong era globalisasi yang penuh tantangan ini. Oleh sebab itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya.

description

Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xii

Transcript of Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduknya. Seiring

dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, dunia pendidikan

diharapkan mampu menciptakan sumberdaya menusia yang berkualitas tinggi.

Dalam dunia pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab

semua pihak.

Untuk itu guru selaku pendidik dan pengajar, harus bisa menjadi contoh

panutan serta suri tauladan bagi peserta didik. Kualitas mutu pendidikan sangat

tergantung pada proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan di dalam

kelas. Peran guru disini sangat besar, sebagai ujung tombak pendidikan, guru

dituntut dapat menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk

menyongsong era globalisasi yang penuh tantangan ini. Oleh sebab itu guru harus

profesional dalam menjalankan tugasnya.

Dalam pembelajaran diperlukan adanya sarana dan prasarana serta peran

serta keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pembelajaran yang dilakukan seorang

guru dikatakan berhasil apabila materi pelajaran yang disampaikan dapat

dipahami, dimengerti, diterima dan dikuasai siswa. Tingkat penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran dapat dilihat melalui hasil evaluasi atau tes melalui

perubahan tingkah laku.

1

2

Seorang siswa dikatakan berhasil apabila telah memperoleh nilai sesuai

Standar Ketuntasan Belajar (SKBM) atau lebih. Berdasarkan ketentuan, apabila

tingkat penguasaan siswa mendapat nilai kurang dari 70 perlu diadakan perbaikan,

sehingga siswa diharapkan mendapat nilai 70 atau lebih. Apabila siswa mendapat

nilai 70 atau lebih diberikan pengayaan.

Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas

XII SMA Negeri 2 Pati, ditemukan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan

pembelajaran.Hal ini diduga karena aktivitas belajar siswa rendah.Hanya sebagian

kecil siswa yang aktif terlibat dalam pembelajaran, selebihnya hanya mencatat dan

diam di tempat duduk tanpa melakukan aktivitas belajar yang mendukung

kegiatan pembelajaran.Selain itu, hasil nilai ulangan harian terakhir hanya 20%

siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kompetensi yang

diujikan.

Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal

satu tentang sistem pendidikan nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara".

Sementara itu, menurut Hamalik (2009:171) pengajaran yang efektif

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,

3

serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Selanjutnya, ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran

yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam

belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar dapat

mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan

aktivitas belajar fisik, seperti mengerjakan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2)

pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di

masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar

siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar,

guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari

pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang

besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri

(Slameto:2003).

Pembelajaran di kelas tersebut juga belum dapat dikatakan berhasil dan

berkualitas. Menurut Mulyasa (2004:104), dari segi proses, pembelajaran

dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya

sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan

yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri

(Mulyasa, 2004). Sementara itu, sekolah yang bersangkutan menetapkan bahwa

untuk mata pelajaran fisika pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah

memperolah nilai mencapai KKM untuk kompetensi yang diujikan sebesar 70.

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara

lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya,

4

pelatihan dan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara

profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali (Depdiknas:2004). Melalui

penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran

dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan

pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan

secara sistematis (Depdiknas:2004).

Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu

tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan aktivitas belajar

siswa.Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan prestasi belajar

siswa dapat ditingkatkan.

Salah satu alternatif tindakan yang dapat diberikan untuk meningkatkan

aktivitas belajar dan prestasi belajar adalah dengan menerapkan model pendekatan

inkuiri berbasis demonstrasi. Salah satu ciri model pendekatan inkuiri berbasis

demonstrasi adalah rangkaian aktivitas belajar pembelajaran, terdapat sejumlah

kegiatan yang harus dilakukan siswa, tidak mengharapkan siswa hanya sekadar

mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran, melalui

pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mengolah

data, dan akhirnya menyimpulkan (Sanjaya,2008:214). Model pendekatan inkuiri

berbasis demonstrasi dapat bermanfaat dalam pembelajaran laboratorium karena

berisi aktivitas belajar seperti bekerja sama, mempelajari suatu masalah, membuat

hipotesis, mengurupulkan informasi dan menganalisisnya dalam suatu kegiatan

percobaan (Bilgin, 2009:159). Salah satu keunggulan model pendekatan inkuiri

5

berbasis demonstrasi adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran

siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang mereka lakukan

(Sanjaya,2008:220).

Model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi merupakan metode

pembelajaran yang mengkondisikan siswa belajar untuk belajar, bekerjasama

dalam kelompok untuk menemukan pemecahan suatu permasalahan di dunia

nyata (Kolmos, dkk: 2007). Selain memiliki beberapa keunggulan, terdapat

kelemahan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi antara lain

membutuhkan minat siswa yang tinggi, pemahaman siswa terhadap masalah dan

membutuhkan waktu yang cukup lama (Sanjaya, 2008:221). Melihat keunggulan

model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi, model pendekatan inkuiri

berbasis demonstrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tindakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa.Dalam model

pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi juga terdapat beberapa kelemahan, tetapi

akibat dari kelemahan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi dalam

meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa sangat kecil

dibandingkan dengan keunggulan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi.

Dengan demikian, tindakan yang akan diberikan pada kelas yang akan

ditingkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajarnya adalah penerapan model

pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi.

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini

mengambil judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk

6

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati

Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

Apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis demosntrasi dapat

meningkatkan hasil belajar fisik materi Interferensi Cahaya Untuk

siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran

2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis

demosntrasi dapat meningkatkan hasil belajar fisik materi

Interferensi Cahaya Untuk siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati

Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Pembatasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan

prestasi belajar siswa khususnya terhadap mata pelajaran Fisika materi

Interferensi Cahaya.

7

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada Siswa Kelas XII-IPA 6 SMA

Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA NEGERI 2 Pati

Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

4. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

a. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai

dengan materi fisika.

b. Melalui Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri

2 Pati Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.

c. Melalui Metode Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi dapat

meningkatkan kemampuan memahami materi Interferensi Cahaya

bagi siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Semester I Tahun

Palajaran 2012/2013.

2. Siswa

a. Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran fisika.

b. Dapat meningkatkan kemampuan memahami materi Interferensi

Cahaya bagi siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Semester I

Tahun Pelajaran 2012/2013.

8

c. Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran fisika

untuk materi Interferensi Cahaya kelas XII IPA 6 Semester I Tahun

Pelajaran 2012/2013.

3. Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk

mengambil kebijakan di sekolah tersebut. Penulis juga berharap

bahwa penelitian tindakan kelas ini, akan dapat member manfaat bagi

lembaga instansi tempat penulis bekerja, dalam hal ini, SMA Negeri 2

Pati baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan

predikat SMA Negeri 2 Pati yang telah menjadi Sekolah RSBI, maka

pemahaman pembelajaran Fisika perlu ditingkatkan, khususnya untuk

penerapan konsep dan prisnsip Interferensi Cahaya dalam teknologi.

Hal ini tidak hanya dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran Fisika

saja, melainkan juga dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran yang

lain dan relevansinya antara Mata Pelajaran Fisika dengan Mata

Pelajaran yang lain. Hal itu akan member efek yang signifikan bagi

kesuksesan proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar

siswa di SMA Negeri 2 Pati. Sehingga, SMA Negeri 2 Pati yang

merupakan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional akan dapat ikut

serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

4. Perpustakaan Sekolah

Penelitian tindakan kelas ini, semoga dapat memberi manfaat bagi

perpustakaan SMA Negeri 2 Pati sebagai pusat sumber informasi ilmu

pengetahuan baik yang berhubungan dengan Mata Pelajaran Fisika

9

maupun Mata Pelajaran lain untuk menunjang dunia pendidikan.

Harapan lain dari penelitian tindakan kelas ini adalah dengan

dijadikannya sebagai salah satu referensi di perpustakaan SMA Negeri

2 Pati. Sehingga penelitian tindakan kelas ini dapat dibaca dan

bermanfaat bagi seluruh warga SMA Negeri 2 Pati.

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi adalah suatu cara mengajar

….

2. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

3. Siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati adalah siswa siswa kelas XII-

IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktivitas Belajar

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa

belajar.    Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku

kegiatan belajar.  Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar,

maka  guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak

melakukan aktivitas belajar. Sten (dalam Dimyati, 2006: 62) berpendapat bahwa

guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-

masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih

bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada.

Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. 

Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar

mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman

belajar.  Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu

dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.

Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam

pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya.  Seperti yang

dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) bahwa:  “Belajar sambil melakukan

aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang

dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak

11

didik”.  Senada dengan hal diatas, Gie (1985: 6) mengatakan bahwa:

”Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan-nya

selama proses pembelajaran.  Aktivitas  belajar adalah segenap rangkaian kegiatan

atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan

perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau ke- mahiran yang

sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan”.

Sedangkan John (dalam Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa

belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,

maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan

pengarah.  Dan Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri.  Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau (dalam Sardirman,

1994: 96) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidi-kan sendiri,

dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara

rohani maupun teknisis.  Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif,

tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dilain pihak, Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil

mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. 

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu

bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau

hanya pasif.  Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat

peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain.

Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika

12

daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam

pengajaran.  Ia  mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan se-

bagainya.  Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti,

memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.  Se-lanjutnya

Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilai-nya dalam

pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pem-belajaran,

siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis

dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampu-an sendiri,

siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat

mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup

sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi

siswa.

Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam

kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat.  Dengan kata lain,

bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.  Tanpa aktivitas, belajar

tidak akan berlangsung dengan baik.  Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman

(1994: 93) bahwa: ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan.  Tidak ada belajar kalau tidak

ada aktivitas.  Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

penting di dalam interaksi  belajar mengajar”.  Asas  aktivitas digunakan dalam

semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun

metode mengajar di luar kelas.   Penggunaannya dilak-sanakan dalam bentuk yang

berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan

orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.

13

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran.  Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya

sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.  Dalam hal ini,

aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada

ruang lingkup.

B. Pengajaran Fisika di SMA

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam

berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau

menentukan kelakukan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika

tidak lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman.

Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, fisika,

astronomi, dan geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu

pengetahuan terapan dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu

terapan tidak dapat maju dengan pesat. Teori fisika tidak hanya cukup dibaca,

sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja akan tetapi harus dibaca dan dipahami

serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada.

Pembelajaran Fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam

secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical

sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-

ilmu fisika (fisikacal sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan

lingkungannya. (Kemble, 1966: 7)

14

Belajar merupakan upaya memperoleh pengetahuan dan pemahaman

melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur yang ada. Siswa

yang belajar sebenarnya di dalam otak terdapat banyak konsep, terutama  konsep

awal tentang alam yang ada di sekitarnya. Melalui proses pembelajaran yang

sistematis, maka  konsep awal tersebut akan menghasilkan konsep yang benar dan

tepat serta terarah.

Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk

memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa

mampu menyusun kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat

kematangan dan perkembangan intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan

adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif

maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas,

2003: 1).

Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang

diungkapkan oleh Abu Hamid (Sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan

hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban

yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.

2. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih

strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi

belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat

9

15

melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan

hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk

memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan

eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.

Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan,

keterampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi

dan lingkungan. Menurut Corey (Yusufhadi Miarso, 1986 : 195) pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah-laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu

Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk

mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum

fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi

atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah

menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam

pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam

bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa.

Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih

berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa

jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara

induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.

16

Dalam pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan siswa.

Seperti yang dikemukakan Latuheru (1988: 1) bahwa segala sesuatu yang

menyangkut pembelajaran merupakan proses komunikasi.  Komunikasi dalam

pembelajaran merupakan komunikasi timbal balik (interaksi edukatif) yang terjadi

tidak dengan sendirinya tetapi harus diciptakan oleh guru dan siswa.

Unsur-unsur dalam proses komunikasi dapat di gambarkan dalam bagan

sebagai berikut :

Bagan Proses Komunikasi Model Claude Shannon (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003: 33).

Unsur-unsur dalam proses komunikasi meliputi : sumber pesan, pesan,

transmisi/saluran, dan penerima pesan. Proses komunikasi yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran/media tertentu ke

penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah

komponen–komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan

adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya

bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media, salurannya

media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. (Sadiman

dkk, 2003: 11)

17

Message (pesan) secara tradisional berupa tanda/ pola yang digunakan

untuk komunikasi antara pengirim dan penerima. Desain pesan lebih banyak

berhubungan dengan level mikro melalui unit-unit kecil seperti visual, urutan

penyajian, halaman dan layar. Karakteristik lain desain pesan ialah bahwa disain

haruslah bersifat spesifik baik dalam medianya maupun dalam tugas belajarnya.

Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan tergantung pada apakah

medianya bersifat statis, dinamis, atau paduan keduanya (misalnya foto, film, atau

grafis komputer), apakah tugasnya melibatkan pembentukan konsep atau sikap,

keterampilan atau pengembangan strategi belajar, dan upaya mengingat.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses

komunikasi yang disebut dengan barriers, atau noises. Hambatan tersebut antara

lain (1) hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan,

inteligensi, pengetahuan, (2) hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit,

keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh, (3) hambatan kultural seperti misalnya

perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai

kepanutan; (4) hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh

situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman dkk, 2003: 13). Selain hal tersebut

hambatan-hambatan komunikasi yang mengakibatkan gangguan proses

komunikasi yaitu gangguan berasal dari saluran (misal pesan yang disajikan

dalam bentuk saluran visual, tetapi disampaikan dengan ceramah), dan gangguan

dari penerima pesan (disebabkan oleh daya tangkap penerima yang rendah,

tiadanya  motivasi, rasa lelah dan mengantuk) (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,

2003: 33).

18

Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru

maupun siswa, baik sewaktu meng-encode pesan maupun men-decode-nya, proses

komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efisien dan

efektif. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya

belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan

jarak geografis, jarak waktu, dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan 

media pembelajaran (Sadiman dkk, 2003: 13).

Latuheru (1988: 2), mengemukakan bahwa dalam komunikasi interaksi

edukatif terasa bahwa media pembelajaran sangat penting apabila dalam usaha

meningkatkan mutu pendidikan secara kualitas dan kuantitas. Dari beberapa

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai proses

komunikasi memerlukan media pembelajaran untuk menyampaikan pesan dan

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Penggunaan media pembelajaran baik berupa modul tercetak, modul

interaktif, ataupun e-learning dimaksudkan untuk membantu terjadinya proses

belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Salah satu media tersebut adalah

program komputer dalam bentuk software pembelajaran berbantuan komputer

untuk fisika. Program tersebut dibuat bukan untuk mengganti peran guru fisika

atau mengganti kegiatan eksperimen fisika tetapi sebagai alat bantu guru dalam

mengajar. Program tersebut dapat membantu memperjelas pemahaman siswa

mengenai gejala alam dan peristiwa-peristiwa fisika yang masih abstrak sehingga

tidak terjadi miskonsepsi.

B.1 Kurikulum Fisika di SMA

19

B.2 Tujuan Pengajaran Fisika di SMA

Pada hakekatnya  tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan

tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar

mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku

( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur

kata, motorik, dan gaya hidup.

Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan

merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan

data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif

maupun kuantitatif.

5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk

20

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B.3 Pengajaran Fisika di SMA Negeri 2 Pati

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, proses pembelajaran

yang dilaksanakan  dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan,

tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan

pada tahap ini adalah :

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam

PTK.

Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator

pembelajaran yang ingin dicapai

Membuat  soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil

pemebelajaran siswa.

Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan

akademis, jenis kelamin,maupun etnis.

Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model

pembelajaran yang akan dilaksanakan

2. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama

pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif

21

learning dengan model sesuai dengan skenario pembelajaran).Kegiatan

penutup

Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test

secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan

hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.

4. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data

yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan

hasil yang ingin dicapai.

Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau

belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu

dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah

selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II

Silus II

Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I  hanya

saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I

sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.

Berikut ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika

SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013:

Kelas XII,  Semester  1

22

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1.  Menerapkan  konsep dan prinsip

gejala gelombang dalam

menyelesaikan masalah

1.1  Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

gelombang secara umum1.2

Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

gelombang bunyi dan cahaya

1.3  Menerapkan konsep dan prinsip

gelombang bunyi dan cahaya dalam

teknologi

2.  Menerapkan  konsep kelistrikan dan

kemagnetan dalam berbagai

penyelesaian masalah dan produk

teknologi

2.1  Memformulasikan gaya listrik, kuat

medan listrik, fluks, potensial listrik, energi

potensial listrik serta penerapannya pada

keping sejajar2.2  Menerapkan induksi

magnetik dan gaya magnetik pada beberapa

produk teknologi

2.3  Memformulasikan konsep induksi

Faraday dan arus bolak-balik serta

penerapannya

Kelas XII, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3.  Menganalisis berbagai besaran fisis

pada gejala kuantum dan batas-batas

berlakunya relativitas Einstein dalam

paradigma fisika modern

3.1  Menganalisis secara kualitatif gejala

kuantum yang mencakup hakikat dan sifat-

sifat radiasi benda hitam serta

penerapannya3.2  Mendeskripsikan

23

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

perkembangan teori atom

3.3  Memformulasikan teori relativitas

khusus untuk waktu, panjang, dan  massa,

serta kesetaraan massa dengan energi yang

diterapkan dalam teknologi

4.  Menunjukkan penerapan konsep

fisika inti dan radioaktivitas dalam

teknologi dan kehidupan sehari-hari

4.1  Mengidentifikasi  karakteristik inti

atom dan radioaktivitas 4.2

Mendeskripsikan pemanfaatan radoaktif

dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor (Slametto, 2003:16).

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30).

24

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui

tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut

Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif

lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun

hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil

penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley pada tahun 1998 membagi 3 macam hasil belajar yaitu,

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita.

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua

25

proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah

menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut (Sudjana, 2006: 22).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik.

C.1 Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.

Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam

belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru

terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.

Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa

mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya

intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari

pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut

26

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari

pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh 

kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor

dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).

"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses

belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila

terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam

diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki

27

oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),

bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)

dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran

yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak

pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

C.2 Sitem Penilaian di SMA Negeri 2 Pati

Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan kriteria.

Sebagai criteria digunakan asumsi bahwa hampir semua orang belajar apapun

akan mampu. Hanya kecepatan dan waktu yang berbeda. Asumsi tersebut

mengindikasikan perlunya program perbaikan atau remedial.

Prinsip mastery learning : Agar sistem penilaian memenuhi prinsip kesahihan dan

keandalan, maka hendaknya memperhatikan :

1. Menyeluruh

2. Berkelanjutan

3. Berorientasi pada indicator ketercapaian

4. Sesuai dengan pengalaman belajar

Aspek yang diujikan :

1. Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman belajar siswa

28

2. Hasil belajar, ketercapaian setiap kompetensi dasar, baik kognitif, afektif

maupun psikomotor.

Penilaian hasil belajar (PP No. 19 tahun 2005), Standar penilaian ada 3 yaitu:

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

Bentuk penilaian hasil belajar oleh pendidik :

1. Ulangan harian

2. Ulangan tengah semester

3. Ulangan akhir semester

4. Ulangan kenaikan kelas

Tujuan dan fungsi penilaian itu sendiri adalah untuk menilai seberapa

banyak indikator kompetensi dasar suatu mata pelajaran tercapai, menilai

kebutuhan individual, menentukan kebutuhan pembelajaran, membantu dan

mendorong siswa, membantu dan menolong guru mengajar lebih baik,

menentukan strategi pembelajaran, akuntabilitas lembaga, dan meningkatkan

kualitas pendidikan.

D. Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk

menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di

sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil

manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera

penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya.Hingga dewasa

keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan

29

otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna

(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu

strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,

dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan

penyelidikan.Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk

memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual

(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir

menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk

membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Sumantri (1998:164) menarik kesimpulan sebagai berikut metode inkuiri

atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi

kesempadan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa

bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses

mental dalam rangka penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan

sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Ahli lain seperti Nurhadi (2004:122) berpendapat bahwa “dalam

pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagaian

besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan

guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan

yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka”.

Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inkuiri merupakan

pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan.

Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses

30

sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”. Ahli lain seperti

Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara

kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan”.

Menyimak pendapat para ahli tersebut  mengenai metode inkuiri,

meskipun dengan rumusan yang berbeda-beda namun dari segi makna tidak saling

bertentangan karena sama-sama memberikan tekanan bahwa metode inkuiri itu

adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki sesuatu masalah secara kritis, logis, dan analis sehingga

siswa dapat menemukan jawaban atau pemecahan dari masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang

dikembangkan sejak tahun 1960.Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk

menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa dikehendaki

untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran.Pembelajaran inkuiri

adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana kemajuan dinilai dengan

bagaimana siswa mengembangkan keterampilan demonstrasital dan analitik dari

pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan

konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu

proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si

belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan

harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang

31

optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan

terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.Dengan istilah ini,

dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak

mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi

mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang

digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat

ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.

Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari

belajar.Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.

Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi,

atau pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan

mengumpulkan informasi dan data dengan melibatkan panca indera seperti

melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium. Sistem pendidikan

tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses

alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurangmengajukan

pertanyaan.Dalam pengajaran tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya

banyak pertanyaan, melainkan mendengar dan mengulang jawaban yang

diharapkan.

Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak

melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya.

Menurut Sund (1975), inkuiri adalah proses mental, dan dalam proses itu individu

mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh konsep: inti sel, kecepatan,

panas, energi, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain;

32

contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh

terhadap organisme; contoh proses-proses mental: mengamati, menggolong-

golongkan, membuat dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik

kesimpulan, dan sebagainya.

D.1 Pengertian Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi

Demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana peserta didik

melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu

pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan

demonstrasi ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau

proses sesuatu. Peran pendidik dalam demonstrasi ini sangat penting, khususnya

berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan

kesalahan dalam memaknai kegiatan demonstrasi dalam proses pembelajaran.

Laboratorium sains merupakan pusat pembelajaran sains karena

laboratorium sains dapat memberikan banyak tujuan.Demonstrasi laboratorium

mengikutsertakan peserta didik dalam investigasi di mana mereka dapat

mengidentifikasi masalah, merancang prosedur, dan memberikan gambaran

tentang kesimpulan.Aktivitas-aktivitas seperti ini memberikan kepada peserta

didik sikap seperti yang dilakukan oleh ilmuwan dalam bekerja.Demonstrasi

laboratorium dapat membantu peserta didik memahami lebih baik konsep-konsep

dan prinsip-prinsip.Secara umum, demonstrasi laboratorium dapat

mengembangkan hasil-hasil seperti sikap terhadap sains, sikap ilmiah, inkuiri

33

ilmiah, pengembangan konsep, dan keterampilan teknis (Collette & Chiappetta,

1993: 198).

Demonstrasi laboratorium mengikutsertakan peserta didik dalam

menemukan dan belajar bagaimana mengalami secara langsung.Tipe aktivitas ini

merupakan suatu bagian yang integral dari belajar sains yang

baik.Demonstrasilaboratorium melibatkan peserta didik dalam inkuiri ilmiah yang

menempatkan mereka pada posisi mengajukan pertanyaan, mengajukan

pemecahaannya, membuat prediksi, mengobservasi, mengorganisasi data,

menjelaskan pola, dan lain-lain.Demonstrasi laboratorium ini mengijinkan peserta

didik untuk merencanakan dan untuk berpartisipasi dalam menginvestigasi atau

ambil bagian dalam kegiatan yang membantu mereka meningkatkan keterampilan

laboratorium secara teknis.

Demonstrasi laboratorium pada mata pelajaran sains dapat digunakan

untuk mencapai banyak hasil belajar yang berbeda-beda.Demonstrasi

laboratorium akan memberi peluang kepada para peserta didik untuk bekerja

dengan alat dan bahan-bahan tertentu, bekerja sama dengan teman, memiliki

semangat yang kuat untuk mengungkapkan atau menemukan sesuatu yang tak

diketahui, dan menikmati kepuasan atas hasil-hasil yang dapat dicapai (Subiyanto,

1988: 80).

Menurut Trowbridge dan Bybee (2000: 299-300), tujuan demonstrasi

laboratorium dalam pembelajaran sains adalah (1) mengembangkan keterampilan

dalam memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan dan menginterpretasi data, dan membuat kesimpulan, (2)

mengembangkan keterampilan dalam memanipulasi alat-alat, (3) membangun

34

kebiasaan mencatat data yang sistematis, (4) mengembangkan sikap ilmiah, (5)

mempelajari metode ilmiah dalam memecahkan masalah, (6) mengembangkan

sikap percaya diri dan tanggungjawab, (7) menyelidiki fakta-fakta alam yang

belum terungkap, dan (8) membangkitkan minat terhadap materi-materi yang

berkaitan dengan sains.

Mohan (2007: 170) mengemukakan bahwa demonstrasi laboratorium

merupakan salah satu pembelajaran yang unik dan merupakan bagian integral dari

pembelajaran sains.Pembelajaran dengan demonstrasi membantu peserta didik

memahami gagasan yang kompleks dan abstrak dan memberi peluang kepada

peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan di laboratorium.Demonstrasi

laboratorium melibatkan peserta didik untuk melakukan aktivitas secara langsung

yang membantu mereka dalam investigasi ilmiah serta untuk melakukan verifikasi

terhadap konsep, prinsip, dan hukum dalam bidang sains.

Dari kategori di atas maka pembelajaran sains menggunakan pendekatan

inkuiri berbasis demonstrasi berpotensi: (1) mengembangkan pemahaman tentang

berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; dan (3)

meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan sains.

35

D.2 Prosedur Pengajaran dengan Model Pendekatan Inkuiri Berbasis

Demonstrasi

Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya

mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada

pertanyaan-pertanyaan siswa.Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama

untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung dari guru.

Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran daripada bejana

bagipengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran inkuiri adalah

bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses

mencari pengetahuan mereka sendiri.

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah pendekatan

pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan masalah.Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat

penting.Keberhasilan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat tergantung

pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam

memecahkan masalah.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah

36

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki

itu.Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan

masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari

jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting

dalam pendekatan inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan

memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya 

mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki

yang menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung

konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya.Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada

dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.Potensi berpikir itu dimulai

dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira

(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat

membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi yang dapat mendorong

untuk berpikir lebih lanjut.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting

dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan

37

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab

itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi

yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Bahwa yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat

keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.Di samping itu, menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi

harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan

merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena

banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan

tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan.Oleh karena itu, untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada

siswa data mana yang relevan.

Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai

matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan

secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh

38

siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.

Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan

meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini

bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan

aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak

terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan

pendekatan  pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir

ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator.Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada

kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan

dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan

sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.Bimbingan dan

pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa

dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan

sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing

dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem

solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman

39

secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat

memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam

kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.

E. Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi Sebagai Teknik

pengajaran Fisika

Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah

menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap siswa sebagai subyek

belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan

interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena,

ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses belajar

siswa telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus ditambah,

dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang

diperoleh dalam proses belajar.

Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena

persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak

dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana

makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan

didesiminasikan dan diterapkan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

ini siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati,

dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman

konsep mata pelajaran (khususnya fisika) dalam kegiatan pembelajaran. Secara

logika apabila siswa meningkat partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka

40

secara otomatis akan meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan

pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar.

Dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 2, peserta didik diharapkan

untuk dapat memperoleh kompetensi tentang bahan fisika yang dipelajari. Untuk

tujuan tersebut penggunaan materi harus memenuhi beberapa kriteria sebagai

berikut:

1. Materi harus sesuai dengan aspek yang sedang dibicarakan.

2. Sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik.

3. Materi harus dapat menarik minat peserta didik.

4. Mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.

Pada pengajaran di SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013, pengajaran

fisika pada siswa kelas XII-IPA 6materi yang digunakan beracuan pada buku

karangan: ….

Dalam pembelajaran fisika, menuntut siswa untuk banyak melakukan

latihan-latihan pengerjaan materi. Hal ini dimaksudkan untuk melatih

keterampilan siswa dalam …..

Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang

menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran

inkuiri:

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi

kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu,

41

kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik

beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang

harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu

yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu

setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat

ditemukan.

2. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan

interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai

proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,

akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk

mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru

terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu

sendiri.

3. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan

peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah

merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru

42

untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.Berbagai

jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu

bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk

melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya

untuk menguji.

4. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan

potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran

berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan

memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam

posisi kering dan hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan

rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan

memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur

estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

5. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala

sesuatu mungkin saja terjadi.Oleh sebab itu, anak perlu diberikan

kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan

logika dan nalarnya. Pembelajaran  yang bermakna adalah pembelajaran

yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus

dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk

43

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis

dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Dari semua uraian diatas jelas bahwa pembelajaran fisika di SMA Negeri

2 dengan menggunakan pendekatan inkuiri berbasis demonstrasidilakukan

bertahap melalui beberapa siklus dengan penanganan yang sungguh-sungguh serta

sadar mempersiapkan materi yang lebih interaktif dengan tujuan memperoleh

hasil terbaik dari pembelajaran.

F. Hipotesis Penelitian

Dari semua uraian diatas dan berdasarkan rumusan masalah yang ada,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar mata pelajaran fisika pada

siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 antara

sebelum dan sesudah menggunakan model pendekatan inkuiri berbasis

demonstrasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada hakekatnya dalam penelitian terdapat dua macam pendekatan yaitu

penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif.

44

Penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif merupakan pendekatan yang

berusaha menggambarkan kenyataan sosial dengan melihat adanya variabel yang

saling berkaitan. Data yang diperoleh yang berkaitan dengan angka-angka, baik

yang diperoleh dari pengukuran atau mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif

(Ali, 1984:151). Sementara itu, penelitian deskriptif kuantitatif menurut Bagdon

dan Tailon (dalam Aminudin, 1984:14) adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang

orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan Kilk dan Miller (dalam

Aminudin, 1984:14) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah “suatu tradisi

dalam ilmu-ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

langsung di lingkungan hidup mereka yang nyata. Hasan (dalam Aminudin,

1984:16) mengatakan :

“Penelitian kualitatif selalu bersifat discriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk diskriptif fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi lapangan. Data penelitian mencakup catatan wawancara, catatan lapangan, foto-foto rekaman video, dokumen pribadi dan rekaman-rekaman yang lain”.

Berdasarkan konsep dasar pendekatan tersebut, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian yang hendak digambarkan

melalui pendekatan ini adalah apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis

demosntrasi dapat meningkatkan hasil belajar fisik materi Interferensi Cahaya

untuk siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013?.

B. Data dan Sumber Data

45

Menurut Arikunto (1996:114) yang bisa menjadi sumber data adalah

orang, tempat dan simbol. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

orang yaitu siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 serta

sumber data yang berupa tempat atau lokasi yang memberi informasi tentang

tempat terjadinya proses pembelajaran fisika siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder yaitu angket terhadap

responden dimana peneliti memperoleh data langsung dari sumbernya, sehingga

data yang diinformasikan yang diperoleh benar-benar asli sifatnya. Sumber-

sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII

SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 233 siswa.

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII-IPA 6

SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013. Dipilihnya siswa kelas XII-IPA 6

SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 33 siswa dalam

penelitian ini berdasarkan pada teknik random sampling yang penulis gunakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kesulitan

siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam

pembelajaran fisika dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Penggunaan

angket bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas yang dilakukan siswa

guna menjawab masalah penelitian dan untuk merubah data kualitatif dari hasil

angket kedalam data kuantitatif penulis menetapkan standar jawaban nilai angket

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kriteria Nilai Angket

46

Nilai Jawaban

5 Sangat setuju

4 Setuju

3 Netral

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

Sedangkan untuk penilaian aktivitas, digunakan standar batasan kriteria

aktivitas siswa di bawah ini.

Tabel 3.2. Kriteria aktivitas siswa

No Jumlah Skor Prosentase Kriteria

1 148 – 170 87 – 100 Sangat Aktif

2 131 – 147 77 - 86 Aktif

3 114 – 130 67 - 76 Cukup Aktif

4 97 - 113 57 - 66 Kurang Aktif

5 ˂ 96 ˂ 56 Pasif

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengetahuan atau intelegensi kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok (Arikunto,1998:139). Tes yang digunakan adalah

tes objektif, karena jawaban tes objektif bersifat pasti. Adapun jenis tes objektif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes pilihan ganda (multiple

choice). Tes tersebut penulis gunakan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas

XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.

Untuk mentransformasikan nilai penguasaan kosakata yang diperoleh

subjek yang diteliti digunakan pegangan berikut:

47

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Huruf

Bentuk Kuantitatif (angka) Bentuk Kualitatif

Rentangan 0 – 100

96 – 100

86 – 95

76 – 85

66 – 75

56 – 65

0 – 56

Istimewa

Baik sekali

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

Tes objektif ini berupa lembar pertanyaan yang berisi 25 butir soal

pilihan ganda dengan waktu 45 menit. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah

materi diberikan.

D. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan langkah-langkah

yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data adalah:

1. Data awal

Data awal diambil dari data test awal yang dilakukan penulis

terhadap siswa dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Data

dari hasil ulangan ini didokumentasi ke dalam daftar nilai yang

merupakan data untuk melihat hasil belajar siswa sebagai pembanding

untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah treatment

diberikan.

2. Siklus 1

48

Pada siklus 1 ini data diambil dari lembar angket aktivitas kelas

yang pelaksanaannya berkolaborasi dengan teman sejawat serta

dilengkapi dengan catatan harian guru. Sedangkan untuk mengetahui

hasil belajar peneliti menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau

esay) dengan menggunakan metode kuantitatif.

3. Siklus 2

Pada siklus 2 ini, data awal diambil dari data hasil tindakan

siklus 1 yang dievaluasi kelemahannya dan kekurangannya yang

dijadikan bahan untuk tindakan penelitian yang kedua. Untuk mencari

data aktivitas menggunakan lembar angket yang pelaksanaannya

dilengkapi dengan catatan harian guru. Untuk hasil belajar siswa, peneliti

menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau esay).

4. Siklus 3

Pada siklus 3 ini, data awal diambil dari data hasil tindakan

siklus 2 yang dievaluasi kelemahannya dan kekurangannya yang

dijadikan bahan untuk tindakan penelitian yang ketiga. Pencarian data

aktivitas menggunakan lembar angket yang pelaksanaannya dilengkapi

dengan catatan harian guru. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, peneliti

menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau esay).

Dalam menganalisis data, penulis mendasarkan analisa penulis

berdasarkan hasil angket yang didapat dari siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati.

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara induktif yaitu dari data

yang bersifat khusus dikumpulkan secara umum. Untuk memperoleh jawaban dari

permasalahan yang ada dilakukan dengan cara membagikan angket serta

49

memberikan tes penguasaan materi pada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati

Tahun Pelajaran 2012/2013 (format angket dan tes terlampir).

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan rumus korelasi antara

aktivitas siswa dengan penguasaan materi digunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

∑ XY

√(∑ X2 ) (∑Y 2 )

Adapun rumus hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ho = KMK.SBMP = KMK.STMP

Ha = KMK. SBMP = KMK. STMP

Keterangan :

Ho: Hasil belajar dan aktivitas siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun

Pelajaran 2012/2013 dengan penerapan pendekatan inkuiri berbasis

demontrasi tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Ha: Hasil belajar dan aktivitas siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun

Pelajaran 2012/2013 dengan penerapan pendekatan inkuiri berbasis

demontrasi memiliki hubungan yang signifikan.

E. Deskripsi Per Siklus

Dalam mengatasi masalah rendahnya aktivitas siswa dan rendahnya hasil

belajar siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk

mata pelajaran fisika peneliti menggunakan tiga kali tindakan yaitu siklus 1, siklus

2 dan siklus 3.

Tahap-tahap siklus :

SIKLUS 1

1. Perencanaan

50

Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran

menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen angket

aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa diberikan

masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa kelompok,

masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing kelompok

melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari permasalahan

yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap kelompok juga

mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang diskusi.

Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test

akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan

materi. Test akhir siklus 1 terdiri dari 10 soal esay.

2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan

menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa

diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru

serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam

RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi

siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus

terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa

didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga

memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan

akhir siklus 1.

3. Observasi

51

Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap

pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap

dan didiskusikan dengan teman sejawat.

4. Refleksi

Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada

siklus 1 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi

selesai. Berdasarkan hasil observasi dan test pada siklus 1 jika belum

memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian

dilanjutkan ke siklus 2. Hasil yang diperoleh pada siklus 1 digunakan

sebagai dasar perbaikan pada siklus 2. Hal-hal yang sudah baik dan

mendukung pembelajaran pada siklus 1 harus dipertahankan dan

ditingkatkan pada siklus 2.

SIKLUS 2

1. Perencanaan

Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran

(RPP) menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen

angket aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa

diberikan masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa

kelompok, masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing

kelompok melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari

permasalahan yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap

kelompok juga mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang

diskusi.

52

Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test

akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan

materi. Test akhir siklus 2 terdiri dari 5 soal esay.

2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan

menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa

diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru

serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam

RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi

siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus

terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa

didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga

memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan

akhir siklus 2.

3. Observasi

Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap

pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap

dan didiskusikan dengan teman sejawat.

4. Refleksi

Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada

siklus 2 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi

selesai. Berdasarkan hasil observasi dan test pada siklus 2 jika belum

memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian

53

dilanjutkan ke siklus 3. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 digunakan

sebagai dasar perbaikan pada siklus 3. Hal-hal yang sudah baik dan

mendukung pembelajaran pada siklus 2 harus dipertahankan dan

ditingkatkan pada siklus 3

SIKLUS 3

1. Perencanaan

Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran

menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen angket

aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa diberikan

masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa kelompok,

masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing kelompok

melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari permasalahan

yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap kelompok juga

mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang diskusi.

Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test

akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan

materi. Test akhir siklus 3 terdiri dari 10 soal esay.

2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan

menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa

diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru

serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam

RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi

siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus

54

terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa

didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga

memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan

akhir siklus 3.

3. Observasi

Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap

pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap

dan didiskusikan dengan teman sejawat.

4. Refleksi

Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada

siklus 3 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi

selesai. Refleksi ini juga digunakan untuk mengetahui bahwa dengan

penerapan pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa.

Sedangkan untuk hasil belajar siswa, test dilaksanakan setelah

selesai materi pelajaran pada siklus 3 dan test terdiri dari 25 soal

obyektif, hasil test dianalisis kemudian dibandingkan dengan data awal.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

55

A. Deskripsi Kondisi Awal

1. Diskripsi Aktivitas Siswa

Kelas yang peneliti ambil untuk penelitian ini mempunyai

masalah yang segera perlu diatasi, masalah ini muncul karena kebiasaan

siswa yang kurang baik. Kelas ini sering gaduh kalau saat terjadi proses

belajar mengajar kurang ada perhatian terhadap pelajaran fisika. Sebagian

siswa kelas ini beranggapan bahwa pelajaran fisika tidak penting, lebih-

lebih sebagian anak tidak akan memilih ke jurusan IPA, sehingga

pelajaran fisika menjadi pelajaran yang tidak dibutuhkan.

Untuk menarik perhatian siswa peneliti telah melakukan proses

belajar mengajar menggunakan beberapa metode diantaranya metode

diskusi informasi, metode eksperimen, metode tanya jawab, tapi ternyata

metode-metode ini belum dapat menarik perhatian siswa sehingga aktivitas

siswa masih rendah .

Oleh sebab itu peneliti harus dapat meningkatkan aktivitas siswa

dan ketertarikan siswa pada pelajaran fisika. Peneliti mencoba untuk

menggunakan metode Inquiry.

Dibawah ini peneliti tampilkan data aktivitas siswa kelas XII IPA

6 sebelum menggunakan metode inquiry dalam proses pembelajaran

sebagai data kondisi awal.

Tabel 4.1. Data Aktivitas siswa kelas XII IPA 6 Pada Kondisi Awal

No Kondisi Awal Analisis

1. Kesiapan siswa Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya

56

sebelum pelajaran dimulai

siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.

2 Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar

Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, masih banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .

3. Interaksi antar siswa Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain

4. Interaksi dengan guru

Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru.

5. Interaksi antar kelompok

Kerjasama antar kelompok belum aktif, hanya beberapa anak yang mengerjakan tugas

6. Menghargai pendapat

Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.

1. Kemauan untuk menyelesaikan tugas

Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .

8. Kelengkapan catatan Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat dengan lengkap dan rapi.

2. Diskripsi Hasil Belajar Siswa

Proses belajar mengajar fisika tidak selamanya berjalan efektif,

banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi

fisika. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil belajar yang masih rendah

dibandingkan dengan kelas yang peneliti ampu, masih banyak siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM. Sebagian siswa kelas ini beranggapan

pelajaran Fisika tidak penting lebih-lebih tidak akan memilih ke jurusan

IPA, sehingga pelajaran fisika menjadi pelajaran yang tidak dibutuhkan.

Dibawah ini peneliti tampilkan hasil belajar siswa yang

menggunakan bentuk soal tes esay dan ada dua macam soal sehingga

dalam satu bangku soalnya berbeda dan ternyata kelas XII IPA 6

57

memperoleh nilai kognitif yang paling rendah dibanding kelas yang lain.

Lebih jelasnya perhatikan tabel hasil tes dari kelas XII IPA 6 berikut ini.

Tabel 4.2. Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013

No Interval Nilai Frekuensi Persentase

1

2

3

4

5

6

7

88 – 96

79 – 87

70 – 78

61 – 69

52 – 60

43 – 51

34 – 42

3

7

11

5

2

2

3

9,1%

21,2%

33,3%

15,1%

6,1%

6,1%

9,1%

Jumlah 33 100%

Nilai rata-rata (mean) 70,18

Dari data tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hasil tes kognitif

yang merupakan data kondisi awal, siswa mendapatkan nilai di bawah

KKM (7,7) adalah 23 orang, dari 33 siswa, sedangkan jumlah siswa

yang tuntas 10 orang dari 33 siswa. Nilai rata-rata kelas 70,18 pada

prasiklus nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 96.

Jika dibuat suatu diagram batang jumlah siswa dengan nilai

ulangan harian yang diperoleh siswa kelas XII IPA 6 dapat dilihat

dalam diagram dibawah ini .

58

34-42 43-51 52-60 61-69 70-78 79-87 88-960

2

4

6

8

10

12

Jumlah Siswa

Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

Pada diagram batang ini dapat dilihat nilai kurang dari KKM

yaitu 77 berjumlah 23 siswa dengan perolehan nilai terbanyak siswa

berada pada rentang nilai 70-78 dengan 11 siswa, sedangkan siswa yang

memperoleh nilai tertinggi 88-96 berjumlah 3 siswa.

B.Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Apersepsi

Untuk mengetahui aktivitas siswa, peneliti telah menyiapkan

lembar angket yang akan disebarkan kepada siswa. Dalam lembar

observasi peneliti mengajukan 40 pertanyaan yang terbagi kedalam 5

aspek analisa aktivitas siswa.

59

Untuk mengamati hasil belajar siswa, peneliti menyiapkan soal

ulangan lengkap dengan kisi-kisi dan kunci jawaban serta skor

penilaian. Bentuk soal yang peneliti siapkan adalah pilihan ganda dan

soal esay.

b. Perencanaan Kegiatan inti

Untuk aktivitas siswa, peneliti menyebarkan angket yang diisi

oleh siswa, untuk mempermudah mengetahui aktivitas siswa, siswa

diwajibkan menuliskan identitas yang berupa nama dan nomor absen.

Setelah selesai hasil angket dikumpulkan dan dianalisa oleh peneliti.

Untuk pengamatan hasil belajar siswa, dalam proses belajar

mengajar siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 4 siswa. Kelompok-kelompok ini mempersiapkan bahan

yang digunakan dalam praktikum nanti, dan juga mempersiapkan

materi yang dapat diambilkan dari buku-buku sumber yang relevan

dan bisa juga ditambahkan dari internet.

c. Perencanaan Penutup

Untuk aktivitas siswa, angket yang sudah diisi oleh siswa

dikumpulkan untuk kemudian dianalisa oleh peneliti.

Untuk pengamatan hasil belajar, siswa bisa menanyakan hal-hal

yang belum jelas pada guru, konsultasi dengan guru mengenai

praktikum yang dilakukan.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Pelaksanaan Apersepsi

60

Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai terlebih dulu

guru memberikan informasi mengenai pelaksanaan praktikum. Mulai

dari pemakaian baju praktikum, bahan yang harus disiapkan, lembar

kegiatan praktikum, dan buku-buku reverensi. Dalam pelaksanaanya

nanti siswa dibentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari

4-5 anak sehingga ada 8 kelompok.

b. Pelaksanaan Kegiatan inti.

Pertemuan ke-I (2jam)

Pada kegiatan yang pertama siswa melakukan praktikum yang

dilakukan di laboratorium mengenai kisi difraksi, siswa masih sangat

canggung dan bingung, peneliti menggunakan metode Inquiry

terbimbing, siswa diberikan lembar kegiatan siswa beberapa hari

sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan dan saat pra-

eksperimen diberikan penjelasan.

Pada kegiatan setelah praktikum dianggap selesai siswa melakukan

diskusi yang dilaksanakan didalam laboratorium, dengan bahan

diskusi sudah disiapkan oleh guru, siswa mengerjakan dan

mendiskusikan secara berkelompok dan mempresentasikan

berdasarkan undian dan menjawab pertanyaan yang ada, tiap

kelompok diberi waktu hanya 5 menit, dengan pembagian tugas

diantara anggota kelompoknya.

Pertemuan ke-2 (2 jam),

Pada kegiatan ke-2 ini diadakan ulangan di kelas dan waktunya 60

menit dengan bentuk soal esay sebanyak 10 soal.

61

Untuk lebih jelasnya dibawah ini peneliti sajikan gambar-

gambar siswa saat melaksanakan praktikum di laboratorium dan saat

diskusi di kelas pada siklus 1

Foto 1. Saat praktikum Foto 2. Saat praktikum

Foto 3. Saat praktikum Foto 4. Saat praktikum

62

Foto 5( siswa saat diskusi dikelas ) Foto 6 ( siswa saat presentasi dikelas ) Gambar 3.

( Aktivitas siswa saat praktikum di laboratorium dan saat diskusi di kelas pada siklus 1)

c. Pelaksanaan Kegiatan Penutup

Untuk hasil aktivitas siswa peneliti merekap dan menganalisa

hasil dari data angket yang telah diisi oleh siswa sebagai hasil siklus 1

dan menyimpannya.

Setiap kelompok setelah selesai melakukan kegiatan praktikum

mengumpulkan laporan praktikum secara kelompok dan 2 hari

berikutnya mengumpulkan laporan individual. Siswa juga membuat

catatan di buku tentang semua hasil diskusi yang telah dilakukan.

3. Hasil Pengamatan

a. Hasil Aktivitas Siswa

Dengan menggunakan lembar angket aktivitas siswa yang sudah

disiapkan, maka aktivitas siswa berdasarkan nama dan nomor absen

yang tercantum dalam lembar angket dapat diketahui sehingga

beberapa kebiasaan yang kurang baik yang terjadi pada siswa saat

63

kondisi awal sering dilakukan sudah banyak berkurang, walaupun

masih ada beberapa siswa yang masih melakukan aktivitas diluar

kegiatan pembelajaran tetapi karena peneliti selalu mengingatkan

maka banyak terjadi perubahan sikap.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.3. tentang Kriteria

Penilaian Minat Siswa. Dari tabel tersebut dapat digunakan untuk

indikator mencari data pada aktivitas siswa saat proses pembelajaran.

Dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan kriteria itu

maka hasil skor aktivitas dapat diamati tabel 4.4.

Tabel 7 . Kriteria Penilaian Minat Siswa

No.

Indikator yang diamati

Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

1. Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai

Menggunakan baju praktikum,

menggunakan nomor identitas,

berkelompok dengan tertib,

membawa bahan lengkap,

Buku sumber lengkap

Menggunakan baju praktikum,

menggunakan nomor identitas,

berkelompok dengan tertib,

membawa bahan lengkap,

Buku sumber tidak lengkap

Menggunakan baju praktikum,

menggunakan nomor identitas,

berkelompok dengan tertib,

membawa bahan lengkap

Buku sumber tidak ada

Menggunakan baju praktikum,

menggunakan nomor identitas,

berkelompok dengan tidak tertib

membawa bahan tidak lengkap

Buku sumber tidak ada

Menggunakan baju praktikum,

Tidak menggunakan nomor identitas,

berkelompok dengan tidak tertib,

membawa bahan tidak lengkap

Tidak ada buku sumber

64

2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar

Memperhatikan penjelasan guru

Serius menerima pelajaran dengan melakukan eksperimen dengan benar

Memperhatikan penjelasan guru

Serius menerima pelajaran dengan melakukan eksperimen sekemampuannya

Tidak terlalu fokus memperhatikan pelajaran . dan tidak serius dalam melakukan eksperimen

Berbicara sendiri, melakukan eksperimen tidak serius.

Mengerjakan pelajaran lain , tidak melakukan eksperimen.

3. Interaksi antar peserta

Berpendapat

mau menyimak

menerima pendapat teman

Mendengarkan

kadang bertanya pada teman

Berdiskusi mengenai materi

Masa bodoh/kurang perhatian

Berbicara sendirimengganggu yang lain.

4. Interaksi dengan guru

Mendengarkan memperhatikan mengajukan pertanyaan

Mendengarkan memperhatikan

Mendengarkan

Kurang perhatian

Melakukan kegiatan lain tidak mengganggu

5. Interaksi dengan kelompoknya

Aktif melakukan kerja kelompok

Aktif mencarikan jawaban di buku sumber

Aktif berdiskusi

Diam mendengarkan diskusi yang terjadi

Membantu mencarikan bahan praktikum

Mencari jawaban dibuku sumber

Merekap hasil diskusi untuk membuat laporan kelompok

Mencatat di buku catatan

Tidak mencatat

Diam saja

6. Menghargai pendapat

Mendengarkan

Menanggapi Bertanya

Mendengarkan

Menanggapi

Mendengarkan

Bertanya Membuat

Mendengarkan

Membuat ringkasan

Mendengarkan

Tidak membuat

65

Memberi pendapat

Membuat ringkasan

Bertanya Membuat

ringkasan

ringkasan catatan

7. Kemauan untuk menyelesaikan tugas

Mengumpulkan tugas paling awal

Mengerjakan dengan rapi

Mengerjakan dengan lengkap

Mengumpulkan tugas Cukup rapilengkap

mengumpulkan tugas

tidak rapi lengkap

mengumpulkan tugastidak rapikurang lengkap

Mengumpulkan tugas terlambattidak rapi tidak lengkap

8. Kelengkapan catatan

lengkap rapi

lengkapcukup rapi

cukup lengkap

cukup rapi

cukup lengkap

tidak rapi

tidak lengkaptidak rapi

Tabel 8. Rekapan Data Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I

Aspek PengamatanJumlah skor pada

kegiatan Jumlah

total skorJumlah

total Prosentase1 2 3

1.

Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai 113 118 119 450 94%

2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar

142 140 141 423 88%

3.Interaksi antar siswa

124 148 130 402 84%

4. Interaksi siswa dengan guru 118 123 127 368 77%

5. Interaksi dengan kelompoknya 139 139 138 416 87%

6. Menghargai pendapat siswa lain 76 76 79 231 48%

7. Kemauan untuk menyelesaikan tugas

137 138 134 409 85%

8. Kelengkapan catatan 78 92 100 270 56%

66

Dari data diatas dapat diketahui perkembangan akivitas kelas XII IPA

6 mulai dari aspek 1 sampai 8.

Aspek ke-1 yaitu Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai

mendapatkan skor 450 dari 480 skor berarti 94%, ini menunjukkan bahwa

siswa sangat aktif dalam beberapa aspek yaitu tertib untuk mentaati aturan

seperti memakai baju praktikum, datang tidak terlambat ke laboratorium,

memakai nomor identitas, menyiapkan buku sumber, menyiapkan bahan

yang digunakan.

Aspek ke-2 yaitu perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar

mendapatkan skor 423 berarti 88%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat

aktif dalam beberapa aspek yaitu memperhatikan penjelasan guru ,

memperhatikan pendapat teman, dan serius menerima pelajaran.

Aspek ke-3 yaitu interaksi antar peserta, mendapatkan skor 402 berarti

84%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau

berpendapat dan menerima pendapat teman lain.

Aspek ke-4 yaitu interaksi dengan guru, mendapatkan skor 368 berarti

77%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau

mendengarkan dan memperhatikan .

Aspek ke-5 yaitu interaksi dengan kelompoknya, mendapatkan skor

416 berarti 87%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam

beberapa aspek yaitu aktif melakukan kerja kelompok, aktif mencari

jawaban dari buku sumber dan berdiskusi.

67

Aspek ke-6 yaitu menghargai pendapat, mendapatkan skor 231 berarti

48%, ini menunjukkan bahwa siswa pasif, hanya beberapa aspek yang

dilakukan yaitu mendengarkan dan membuat ringkasan.

Aspek ke-7 yaitu kemauan untuk menyelesaikan tugas, mendapatkan

skor 409 berarti 85%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam

beberapa aspek yaitu mengumpulkan tugas tepat waktu dan mengerjakannya

dengan rapi dan lengkap.

Aspek ke-8 yaitu kelengkapan catatan, mendapatkan skor 270

berarti 56%, ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif, kebanyakan

catatannya cukup lengkap tapi tidak rapi. Untuk lebih jelasnya perhatikan

diagram ini.

Gambar 4

Diagram Batang Prosentase Aktivitas Pada Siklus 1

b. Hasil Belajar Siswa

Proses pengambilan hasil belajar diperoleh dengan melakukan

tes obyektif dan soal esay. Soal obyektif 20 soal dan tes esay 5

soal .Tes ini dilakukan dengan waktu 1 jam pelajaran (45 menit) dan

dilakukan setelah penyajian materi selesai.

aspek 1

aspek 2

aspek 3

aspek 4

aspek 5

aspek 6

aspek 7

aspek 8

0102030405060708090

100

prosentase aktivitas

68

Dibawah ini peneliti tampilkan tabel data nilai hasil belajar

siswa pada siklus 1 .

Tabel 9. Nilai Ulangan Harian Siklus 1 Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 PatiTahun Pelajaran 2011 / 2012

No. Kriteria Kelompok Penilaian

Siklus 1Jumlah Siswa %

1.2.34.5.

Baik sekali (85 -100)Baik (75 - 84 )Sedang (66 - 74)Kurang (56 – 65 )Sangat kurang ( < 55)

--3326

--

0,940,9481,2

Jumlah 32 100Nilai Rata-Rata 47,28

Pada data diatas tampak tidak ada siswa yang memperoleh nilai

sesuai KKM yaitu 75, nilai sangat kurang banyak diperoleh siswa

berkisar antara 1 sampai 55 sebanyak 26 siswa yang berarti sebanyak

81,2% sedangkan nilai kurang didapat oleh 3 siswa, dan nilai sedang

juga didapat oleh 3 siswa. Sedangkan nilai rata–rata kelas yang

diperoleh adalah 47,28.

Jika hasil belajar diatas dibuat suatu diagram bentuk balok

Baik Se

kali (

85-100)

Baik (7

5-84)

Sedan

g (66-74)

Kurang (

56-65)

Sanga

t Kuran

g (1-55)

0102030

Penilaian

Jumlah Siswa

69

Gambar. 5Diagram Batang Jumlah Siswa Dengan Hasil Ulangan Pada Siklus 1

4. Refleksi

a. Aktivitas Siswa

Dengan mengamati hasil observasi yang dilakukan oleh teman

sejawat selama siklus 1 banyak sekali terjadi perubahan aktivitas pada

siswa. Siswa tampak lebih bergairah dan antusias untuk melakukan

kegiatan praktikum yang ternyata menyenangkan karena siswa dapat

membuktikan secara langsung dan mencari data dari praktikum yang

dilakukan. Interaksi sangat kelihatan baik itu dengan kelompoknya

sendiri, atau dengan kelompok lain ataupun dengan guru. Apalagi

pada kegiatan pertama kali dimana anak belum terbiasa melakukan

proses belajar mengajar dengan metode Inquiry.

Walaupun begitu masih ada beberapa kekurangan yang perlu

dibenahi dari siklus 1 yaitu menghargai pendapat siswa lain,

memberikan pendapat, mengajukan pertanyaan dan membuat catatan

yang lengkap dan rapi.

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan beberapa perkembangan

aktivitas siswa yang terjadi pada siswa kelas XII IPA 6 selama siklus

1 dibandingkan dengan kondisi awal.

Tabel 10. Hasil aktivitas siswa pada siklus 1 dibandingkan kondisi awal

70

No Kondisi Awal Siklus 1 Refleksi1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .

Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain

Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru

Kerjasama antar kelompok belum aktif, beberapa anak yang mengerjakan tugas

Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.

Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .

Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat

Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber

Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan melakukan kegiatan.

Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.

Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan dalam menentukan tindakan.

Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif

Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran

Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang membuat, dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.

Catatan sudah cukup lengkap tapi belum

Dengan metode Inquiry siswa merasa senang dan mempersiapkan dengan baik .

Siswa lebih perhatian terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

Siswa aktif bertanya , dan perlu dikembangkan pada pertanyaan yang menuju materi.

Kreativitas siswa meningkat dengan banyaknya pertanyaan saat proses pembelajaran.

Kerja kelompok semakin aktif

Semakin banyak siswa yang aktif dalam kerja kelompok

Dalam membuat laporan kelompok harus merupakan hasil diskusi.Diingatkan mengumpulkan laporan individual.

Catatan terus dipantau sehingga siswa akan melengkapi dan lebih rapi.

71

dengan lengkap dan rapi. rapi

b. Hasil belajar Siswa

Untuk hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata

mengalami penurunan, pada prasiklus nilai rata-rata 63,84 sedangkan

nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu 47,28, tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai diatas KKM. Ini dikarenakan metode yang

digunakan adalah metode Inquiry yang baru pertama kali digunakan

dalam pelajaran fisika. Metode Inquiry yang peneliti gunakan

termasuk metode yang sangat menuntut siswa untuk kreatif dan aktif,

oleh sebab itu kelas XII IPA 6 ini agak kesulitan karena memang

aktivitas siswa untuk pelajaran fisika kurang aktif. Oleh sebab itu

peneliti harus dapat menentukan perubahan–perubahan yang harus

dilakukan sebagai tindakan refleksi untuk meningkatkan aktivitas

siswa dan hasil belajar siswa.

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data hasil belajar pada

siklus 1 dengan data hasil belajar kondisi awal pada kelas XII IPA 6.

Tabel 11. Hasil belajar siklus 1 dibandingkan dengan kondisi awal

No Kondisi Awal Siklus 1 Refleksi1.

2.

3.

Nilai paling rendah 40

Nilai tertinggi 97

Rata-rata 63,84

Nilai paling rendah 18

Nilai tertinggi 69

Rata-rata 47,28

Nilai terendah mengalami kenaikan 55 % Nilai tertinggi mengalami penurunan 29 % .Nilai rata-rata mengalami penurunan 26 % .

72

Lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data hasil belajar pra-siklus

dan siklus 1, di sini akan tampak perbedaan nilai ulangan yang

diperoleh siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya.

Tabel 12: Data Hasil Belajar Siswa pada Pra-siklus dan Siklus I No Nilai Siswa

Pra-siklus Siklus 1KeteranganJumlah

siswaJumlah siswa

1.2.34.5.6.7.8.9.10.

1 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 6061 – 7071 – 8081 – 9091 - 100

0002669342

01191164000

Pra-siklus Nilai terendah 40Nilai tertinggi 97Nilai batas KKM 8 siswaSiklus 1Nilai terendah 18Nilai tertinggi 69Tidak ada siswa yang memperoleh nilai batas KKM Jumlah keseluruhan 32 32

Nilai Rata-Rata 63,84 47, 28

Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus 1 ,

mengalami penurunan. Nilai rata-rata kelas yang pada prasiklus 63,84

mengalami penurunan menjadi 47,28, yang berarti turun sebesar

26%. Dan tidak ada siswa yang mendapat nilai batas KKM.

C.Deskripsi Hasil Siklus 2

1. Perencanaan Tindakan Siklus 2

73

a. Perencanaan Apersepsi

Dalam pengamatan aktivitas kelas peneliti telah menyiapkan

lembar observasi dengan 8 aspek yang diamati. Dalam pelaksanaanya

dibantu oleh teman sejawat sebagai observer, dan cara kerjanya

observer tinggal memberi skor pada lembar observasi yang telah

disediakan.

Untuk mengambil data hasil belajar siswa, peneliti telah

menyiapkan soal ulangan lengkap dengan kisi-kisi dan skor penilaian.

Bentuk soal obyektif dengan jumlah soal 20 dan esay dengan jumlah

soal 5 dengan waktu 45 menit.

b. Perencanaan Kegiatan Inti

Untuk pengamatan aktivitas siswa, teman sejawat mengamati

dan mengisikan pada lembar observasi dengan cara mencontreng skor

yang tepat untuk sikap siswa tersebut, dan untuk mempermudah

mengetahui aktivitas siswa, siswa diwajibkan memakai kartu identitas

yang berupa nomor absen yang telah dibuat sebelumnya oleh

kelompok masing-masing yang digunakan didada biar kelihatan oleh

pengamat. Setelah selesai setiap kali pengamatan teman sejawat

menyerahkan dan mendiskusikan hasilnya dengan peneliti dan

menandatanganinya.

Untuk pengamatan hasil belajar siswa, siswa dibentuk

kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok ini

mempersiapkan bahan yang digunakan dalam praktikum nanti, dan

74

juga mempersiapkan materi dapat diambilkan dari buku-buku sumber

yang relevan dan bisa juga ditambahkan dari internet.

c. Perencanaan Kegiatan Penutup

Untuk pengamatan aktivitas, setelah selesai pengamatan

aktivitas pada tiap kelompok, teman sejawat menyerahkan hasil

rekapan aktivitas tersebut dan mendiskusikan hasil pengamatannya

dengan peneliti dan menandatanganinya.

Untuk pengamatan hasil belajar, siswa bisa konsultasi dengan

guru mengenai bahan yang harus disiapkan saat praktikum

dilaksanakan, dan menanyakan hal-hal yang belum jelas.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

a. Pelaksanaan Apersepsi

Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai terlebih dulu

guru memberikan informasi mengenai pelaksanaan praktikum. Mulai

dari pemakaian baju praktikum, nomor identitas, bahan yang harus

disiapkan, lembar kegiatan praktikum, buku-buku reverensi. Dalam

pelaksanaanya nanti siswa dibentuk kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 4 anak, berarti ada 8 kelompok.

b. Pelaksanaan Kegiatan inti.

Pertemuan ke-I ( 2jam ),

Pada kegiatan yang pertama siswa melakukan praktikum yang

dilakukan di laboratorium untuk mengamati Pteridophyta (tumbuhan

biji), sebelum praktikum guru memberikan gambar–gambar dengan

menggunakan power point, sehingga siswa sudah semakin jelas apa

75

yang harus dilakukan dalam melakukan praktikum nanti, sehingga

siswa kelihatan lebih tertib dan aktif dalam melakukan praktikum .

Pertemuan ke-2 (1 jam),

Pada kegiatan ini siswa melakukan diskusi yang dilaksanakan dikelas,

dengan bahan diskusi sudah disiapkan oleh guru, siswa mengerjakan

dan mendiskusikan secara berkelompok dan mempresentasikan

berdasarkan undian dan menjawab pertanyaan yang ada, kelompok

yang tidak mendapatkan untuk presentasi maka bertugas untuk

mengajukan pertanyaan

Pertemuan ke-3 (2 jam),

Pada kegiatan yang ke-3 ini siswa melakukan praktikum untuk

mengamati Spermatophyta (tumbuhan biji), siswa semakin aktif dan

mulai merasakan kenyamanan metode Inquiry dan siswa tampak

senang dan sangat antusias, banyak pertanyaan dan semakin terjadi

respon positif baik antar kelompok ataupun dengan guru.

Pertemuan ke-4 (1 jam),

Pada kegiatan ke-4 adalah ulangan yang diadakan di kelas dan

waktunya 45 menit dengan bentuk soal 20 obyektif dan 5 esay .

Untuk lebih jelasnya dibawah ini peneliti sajikan gambar-

gambar aktivitas siswa saat melaksanakan praktikum di laboratorium

dan saat diskusi di kelas serta saat pelaksanaan evaluasi pada siklus 2 .

76

Foto 1. Guru menggunakan power point Foto2. Guru menunjukkan bagian-

Untuk memperjelas materi bagian bunga.

Foto 3. Siswa melakukan pengamatan mikroskopis Foto 4 . Guru menunjukkan bagian - bagian tumbuhan secara mikroskopis

77

Foto 5. Siswa melakukan presentasi Foto 6. Siswa melakukan test

Gambar 6.( Aktivitas siswa praktikum di laboratorium, diskusi dan evaluasi pada siklus 2)

c. Pelaksanaan Kegiatan Penutup

Untuk hasil aktivitas siswa dengan merekap dan mendiskusikan

hasil dari data observasi yang telah dilakukan oleh observer dan

merangkumnya selama siklus 2 dan menandatanganinya.

Untuk hasil belajar siswa, setiap kelompok setelah selesai

melakukan kegiatan praktikum mengumpulkan laporan praktikum

secara kelompok, dan 2 hari berikutnya mengumpulkan laporan

individual. Siswa juga membuat catatan di buku, semua hasil diskusi

yang telah dilakukan .

Test ini dilakukan setelah kegiatan siklus 2 selesai, dan test berupa

soal obyektif dengan jumlah soal 20 butir dan soal esay 5 buah dengan

waktu 45 menit.

3. Hasil Pengamatan Siklus 2

a. Hasil Aktivitas Siswa

Dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang sudah

disiapkan dan dengan dibantu oleh teman sejawat, maka aktivitas

siswa semakin terpantau dengan teliti apalagi siswa menggunakan

78

nomor identitas yang semakin memper mudah untuk pengamatan dan

observer semakin aktif berkeliling untuk memastikan kegiatan yang

dilakukan siswa. Maka beberapa kebiasaan yang kurang baik yang

terjadi sudah banyak berkurang, walaupun masih ada beberapa siswa

yang masih melakukan aktivitas diluar kegiatan pembelajaran. Tetapi

karena peneliti selalu mengingatkan maka banyak terjadi perubahan

sikap.

Dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan kriteria

diatas maka mendapatkan hasil dengan skor yang telah peneliti rekap

dalam tabel 13, dan dari tabel tersebut terjadi perubahan sikap pada

siswa yang ternyata dari seluruh aspek pengamatan mengalami

kenaikan.

Perhatiaknan tabel hasil rekapan aktivitas siswa kelas XII IPA 6

selama siklus 2.

Tabel 13. Rekapan Data Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus 2

Aspek PengamatanJumlah skor pada

kegiatan Jumlah

total skorProsentase total skor

1 2 3

1.Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai 141 160 160 461 96%

2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar 150 146 146 442 92%

3. Interaksi antar siswa 140 138 142 420 88%4. Interaksi siswa dengan guru 134 130 133 397 83%

5. Interaksi dengan kelompoknya 146 143 140 429 89%6. Menghargai pendapat siswa lain 94 90 92 276 58%7. Kemauan untuk menyelesaikan

tugas138 140 139 417 87%

8. Kelengkapan catatan 96 100 130 326 68%

79

Dari data diatas dapat diketahui perkembangan akivitas siswa kelas

XII IPA 6 mulai dari aspek ke-1 sampai ke-8.

Aspek ke-1 yaitu Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai

mendapatkan skor 461 dari 480 skor berarti 96%, ini menunjukkan bahwa

siswa sangat aktif dalam beberapa aspek yaitu tertib untuk mentaati aturan

seperti memakai baju praktikum, datang tidak terlambat ke laboratorium,

memakai nomor identitas, menyiapkan buku sumber, menyiapkan bahan

yang digunakan.

Aspek ke-2 yaitu perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar

mendapatkan skor 442 berarti 92%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat

aktif dalam beberapa aspek yaitu memperhatikan penjelasan guru,

memperhatikan pendapat teman, dan serius menerima pelajaran.

Aspek ke-3 yaitu interaksi antar peserta, mendapatkan skor 420 berarti

88%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau

berpendapat dan menerima pendapat teman lain.

Aspek ke-4 yaitu interaksi dengan guru, mendapatkan skor 397 berarti

83%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau

mendengarkan dan memperhatikan .

Aspek yang ke-5 yaitu interaksi dengan kelompoknya, mendapatkan

skor 424 berarti 89%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam

beberapa aspek yaitu aktif melakukan kerja kelompok, aktif mencari

jawaban dari buku sumber dan berdiskusi.

80

Aspek yang ke-6 yaitu menghargai pendapat, mendapatkan skor 276

berarti 58%, ini menunjukkan bahwa siswa pasif, hanya beberapa aspek

yang dilakukan yaitu mendengarkan dan membuat ringkasan .

Aspek yang ke-7 yaitu kemauan untuk menyelesaikan tugas,

mendapatkan skor 417 berarti 87%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat

aktif dalam beberapa aspek yaitu mengumpulkan tugas tepat waktu dan

mengerjakannya dengan rapi dan lengkap.

Aspek yang ke-8 yaitu kelengkapan catatan, mendapatkan skor 326

berarti 68%, ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif, kebanyakan

catatannya cukup lengkap tapi tidak rapi.

Gambar 7

Diagram Batang Prosentase Aktivitas Pada Siklus 2

b. Hasil Belajar Siswa

Proses pengambilan hasil belajar diperoleh dengan melakukan

tes obyektif dan soal esay. Soal obyektif 20 soal dan tes esay 5

soal .Tes ini dilakukan dengan waktu 1 jam pelajaran (45 menit) dan

dilakukan setelah penyajian materi selesai.

Dibawah ini peneliti tampilkan tabel data nilai hasil belajar

siswa pada siklus 2.

as-pek

1

as-pek

2

as-pek

3

as-pek

4

as-pek

5

as-pek

6

as-pek

7

as-pek

8

0102030405060708090

100

aktivitas

81

Tabel 14. Nilai Ulangan Harian Siklus 2 Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati

Tahun Pelajaran 2011 / 2012

No. Kriteria Kelompok Penilaian

Siklus 2Jumlah Siswa %

1.2.34.5.

Baik sekali (85 -100)Baik (75 - 84 )Sedang (66 - 74)Kurang (56 – 65 )Sangat kurang ( < 55)

255137

6,2515,6215,6240,6321,88

Jumlah 32 100Nilai Rata-Rata 63,50

Pada data diatas tampak siswa yang memperoleh nilai sebatas

KKM yaitu 75 keatas adalah 7 anak ini berarti siswa yang nilainya

baik sampai baik sekali 22%, nilai dibawah KKM sebanyak 25 siswa

yang berarti sebanyak 78%. Sedangkan nilai rata–rata kelas yang

diperoleh adalah 63,5%. Jika hasil belajar diatas dibuat suatu diagram

bentuk balok.

Gambar. 8Diagram Batang Jumlah Siswa Dengan Hasil Ulangan Pada Siklus 2

< 55 56 - 65 66 - 74 75 - 84 85 - 100

0

2

4

6

8

10

12

14

Jumlah siswa

82

4. Refleksi

a. Aktivitas Siswa

Dengan mengamati hasil observasi yang dilakukan oleh teman

sejawat selama siklus 2 banyak sekali terjadi perubahan aktivitas pada

siswa. Siswa tampak lebih bergairah dan antosias untuk melakukan

kegiatan praktikum yang ternyata menyenangkan karena siswa dapat

membuktikan secara langsung dan mencari data dari paraktikum yang

dilakukan. Interaksi sangat kelihatan baik itu dengan kelompoknya

sendiri, atau dengan kelompok lain ataupun dengan guru, pada siklus

2 ini siswa sudah mulai memahami metode Inquiry yang ternyata

menyenangkan dan siswa kelihatan sangat aktif.

Aktivitas siswa yang terjadi pada siklus 2 sangat baik dan

mengalami perubahan yang ukup banyak dari siklus 1, siswa semakin

serius dengan proses belajar mengajar yaitu semakin bersungguh-

sungguh dalam mempersiapkan bahan yang digunakan untuk

prkatikum, siswa juga semakin tertib baik dalam persiapan maupun

pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan metode

Inquiry. Siswa semakin paham apa yang harus dilakukan pada metode

Inquiry. Dan perubahan–perubahan ini dapat dilihat dari hasil data

observasi yang diperoleh pada siklus 2, dan dapat dibandingkan

dengan hasil data observasi yang diperoleh pada siklus 1 yang

mengalami peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik, atau

lebih aktif.

83

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan beberapa perkembangan

aktivitas siswa yang terjadi pada siswa kelas XII IPA 6 selama siklus

2 dibandingkan dengan siklus 1.

Tabel 15. Hasil aktivitas siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus 1.

No Siklus 1 Siklus 2 Refleksi1

2.

3.

4.

5.

6.

7

Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber

Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan serius menerima pelajaran.

Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.

Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan dalam menentukan tindakan.

Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif

Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran

Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang

Siswa sangat aktif menyikapi kegiatan praktikum

Siswa sangat serius memperhatikan pejelasan guru dan mengajukan pertanyaan jika kurang jelas.

Siswa semakin banyak menanyakan hal-hal yang tidak jelas tentang cara kerja dan materi pelajaran .

Siswa mulai paham apa yang harus dilakukan dalam kelompoknya, aktivitas siswa tampak semakin baik.

Kerja kelompok semakin aktif dengan pembagian tugas.

Siswa semakin aktif dan mempersiapkan proses pembelajaran dengan serius

Pembuatan laporan kelompok merupakan

Dengan metode Inquiry siswa merasa senang dan sudah mulai memahaminya .

Guru menambahkan penjelasannya dengan gambar –gambar dengan power point.

Guru memberikan pertanyaan tentang cara kerja dan hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran

Dalam pembelajaran guru memperbanyak informasi dan terus berkeliling pada kelompok kerja siswa.. Kerja kelompok semakin aktif

Aktifitas terus meningkat

Dalam membuat

84

.

8.

membuat,

dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.

Catatan sudah cukup lengkap tapi belum rapi

hasil diskusi.

Laporan individual dikumpulkan tepat waktu.

Catatan semakin lengkap dan rapi.

laporan kelompok harus hasil diskusi ,

dan disalin sebagai laporan individual.

Guru menyadarkan bahwa catatan itu penting, dan dipantau.

b.Hasil belajar Siswa

Untuk hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata

mengalami kenaikan, pada siklus 1 nilai rata-rata 47,5 sedangkan nilai

rata-rata pada siklus 2 yaitu 63,5, siswa yang mendapatkan nilai diatas

KKM ada 7 siswa. Ini dikarenakan siswa sudah mulai paham dengan

metode Inquiry yang digunakan pada proses pembelajaran. Oleh sebab

itu kelas XII IPA VI mulai mengalami kenaikan hasil belajar

walaupun belum begitu baik, tapi sudah mulai mengalami perubahan

dalam hasil perolehan hasil belajar.

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data hasil belajar pada

siklus 2 dengan data hasil belajar siklus 1 pada kelas XII IPA 6.

Tabel 16. Hasil belajar siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1.

No Siklus 1 Siklus 2 Refleksi1.

2.

3.

Nilai paling rendah 18

Nilai tertinggi 69

Rata-rata 47,28

Nilai paling rendah 40

Nilai tertinggi 86

Rata-rata 63,5

Nilai terendah mengalami penurunan 55 % Nilai tertinggi mengalami kenaikan 20 % .Nilai rata-rata mengalami kenaikan 26 %

85

Lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data hasil belajar siklus 1

dan siklus 2, di sini akan tampak perbedaan nilai ulangan yang

diperoleh siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya.

Tabel 17. Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan siklus 2

No Nilai Siswa Siklus 1 Siklus 2 Keterangan

Jumlah siswa

Jumlah siswa

1.2.34.5.6.7.8.9.10.

1 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 6061 – 7071 – 8081 – 9091 - 100

01191164000

0001597820

Siklus 1 Nilai terendah 18Nilai tertinggi 69Nilai batas KKM tidak ada

Siklus 2Nilai terendah 40Nilai tertinggi 86Nilai batas KKM ada 7 siswa

Jumlah keseluruhan 32 32Nilai Rata-Rata 47,28 63,50

Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus 2,

mengalami kenaikan. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan

26% begitu pula untuk jumlah siswa yang memperoleh nilai batas

KKM mengalami peningkatan pada siklus 1 yang tadinya tidak ada

pada siklus 2 ada 7 anak.

D.Pembahasan

a. Aktivitas Siswa

Untuk aktivitas siswa kelas XII IPA 6 yang tadinya rendah atau

tidak aktif pada proses pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry

86

tampak mengalami perubahan yang sangat pesat. Siswa merasa sangat

senang dan menikmati kegiatan yang dilakukan .

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data perkembangan

aktivitas siswa mulai dari kondisi awal (pra siklus) sampai siklus ke 2.

Tabel 18. Hasil data aktivitas siswa mulai prasiklus sampai siklus 2

NO Kondisi awal(pra siklus)

Siklus 1 Siklus 2 Refleksi

1.

2.

3.

4.

Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.

Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .

Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain

Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan

Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber

Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan melakukan kegiatan.

Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.

Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan

Siswa sangat aktif menyikapi kegiatan praktikum

Siswa sangat serius memperhatikan pejelasan guru dan mengajukan pertanyaan jika kurang jelas.

Siswa semakin banyak menanyakan hal-hal yang tidak jelas tentang cara kerja dan materi pelajaran .

Siswa mulai paham apa yang harus dilakukan dalam kelompoknya,

Dari sikap yang masa bodoh dan tidak aktif menjadi aktif dan disiplin.

Siswa yang tadinya tidak serius menjadi serius untuk memperhatikan penjelasaan guru.

Semakin banyak siswa yang bertanya dan memberikan pendapat saat proses pembelajaran.

Aktivitas siswa terus meningkat, walaupun masih harus ada pengawasan.

87

5.

6

7.

8.

pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru

Kerjasama antar kelompok belum aktif, beberapa anak yang mengerjakan tugas

Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.

Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .

Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat dengan lengkap dan rapi.

dalam menentukan tindakan.

Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif

Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran

Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang membuat, dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.

Catatan sudah cukup lengkap tapi belum rapi

aktivitas siswa tampak semakin baik.

Kerja kelompok semakin aktif dengan pembagian tugas.

Siswa semakin aktif dan mempersiapkan proses pembelajaran dengan serius

Pembuatan laporan kelompok merupakan hasil diskusi.

Catatan semakin lengkap dan rapi.

Kerja kelompok semakin aktif

Aktifitas terus meningkat

Dalam membuat laporan kelompok harus hasil diskusi , dan disalin sebagai laporan individual.

Guru menyadarkan bahwa catatan itu penting, dan dipantau.

Berdasarkan skor data aktivitas siswa yang telah direkap oleh

observer dan peneliti, maka aktivitas siswa selama siklus 1 sampai siklus

2 mengalami peningkatan walau sedikit dan untuk lebih jelasnya dapat

diamati grafik peningkatan aktivitas siswa.

88

Tabel 19.Grafik . Peningkatan aktivitas siswa pada siklus 1 dan siklus 2

b. Hasil Belajar Siswa

Proses memperoleh hasil belajar siswa mengerjakan dengan tertib

dan tanggung jawab, hasil yang diperoleh belum memuaskan, kalau

dilihat perkembangan hasil belajar yang diperoleh siswa, pada nilai awal

sebelum menggunakan metode Inquiry kelas XII IPA 6 siswa

memperoleh nilai rata-rata 63,84 dan siswa yang tuntas berdasarkan

KKM ada 8 anak, dan setelah menggunakan metode Inquiry yang

merupakan metode baru dalam proses pembelajaran siswa mengalami

penurunan hasil belajarnya, nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 47,28 dan

tidak ada siswa yang memperoleh nilai tuntas sesuai KKM. Dan pada

siklus 2 dari hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan

walau belum memuaskan yaitu nilai rata-rata menjadi 63,50 dan siswa

yang memperoleh nilai tuntas sesuai KKM ada 7 siswa.

Walau hasil belum memuaskan tetapi sudah banyak terjadi

perubahan pada siswa XII IPA 6, dan perubahan ini hanya dapat

dibandingkan antara siklus 1 dan siklus 2 karena sama–sama

as as as as as as as as0

20

40

60

80

100

120

aktivitas siklus 2aktivitas siklus 1

89

menggunakan metode Inquiry, sedangkan data awal yang peneliti ambil

hanya sebagai pelengkap data kondisi kelas XII IPA 6.

Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data perkembangan hasil

belajar siswa kelas XII IPA 6 mulai dari hasil ulangan prasiklus sampai

siklus 2.

Tabel 20. Data Hasil Belajar mulai dari Kondisi awal sampai siklus 2

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Refleksi

Nilai terendah 40

Nilai tertinggi 97

Rata-rata 63, 84

Nilai terendah 18

Nilai tertinggi 69

Rata-rata 47,28

Nilai terendah 40

Nilai tertinggi 86

Rata-rata 63,50

Diskripsi komperatif . Nilai terendah pada akhir siklus mengalami penurunan. Nilai tertinggi pada akhir siklus mengalami kenaikan 20 %.

Nilai rata-rata mengalami kenaikan dari 47, 28 menjadi 63,5 atau mengalami kenaikan sebesar 26 % .Jumlah siswa yang memenuhi KKM juga meningkat dari tidak ada dan siklus 2 ada 7 siswa.

E. Hasil Tindakan

a. Aktivitas Siswa

Pada kondisi awal diperoleh data aktivitas siswa masih sangat

rendah setelah menggunakan metode Inquiry aktivitas siswa sangat

berubah, siswa sangat aktif untuk mengikuti proses pembelajaran karena

90

siswa ingin mencoba metode yang baru yang baru kali ini diterapkan

untuk pembelajaran fisika. Dalam proses pembelajaran yang dialami

banyak sekali perubahan sikap, tingkah laku dan aktivitas yang dialami

siswa.

Dalam metode Inquiry ini peneliti menggunakan metode Inquiry

yang terbimbing, hanya prosentase pembimbingan yang peneliti bedakan

pada siklus 1 dan siklus 2. Dan ternyata dalam proses belajar mengajar

tampak aktivitas siswa semakin membaik, yang tadinya tidak ada

pertanyaan menjadi semakin banyak pertanyaan bahkan mengembangkan

pertanyaan yang ada, yang tadinya tadinya masa bodoh menjadi aktif

bekerja sama dengan kelompoknya.

Dan akhirnya kreativitas dan aktivitas siswa bertambah baik dan

memuaskan, dibuktikan dengan data jumlah skor aktivitas yang diperoleh

siswa secara umum diatas 75% yang berarti sangat baik. Dengan

menggunakan metode Inquiry ternyata siswa semakin tertarik dan senang

pada materi fisika khususnya pada materi Plantae, sehingga perhatian dan

aktivitas siswa untuk belajar lebih meningkat.

b. Hasil Belajar Siswa

Untuk hasil belajar siswa kelas XII IPA 6, kalau diamati dari data

yang ada mengalami peningkatan. Kalau kita lihat data siklus 1 dan

siklus 2 maka akan dapat dilihat terjadi kenaikan mulai dari nilai

terendah pada siklus 2 menjadi 40 yang tadinya nilai terendah 18,

sedangkan nilai tertinggi juga mengalami kenaikan yang tadinya 69

menjadi 86 ini berarti mengalami kenaikan sebesar 20% dan pada nilai

91

rata-rata juga mengalami kenaikan yang tadinya 47,28 menjadi 63,50. Ini

berarti mengalami peningkatan sebesar 26%. Begitu pula untuk jumlah

siswa yang memenuhi KKM semakin meningkat mulai dari tidak ada

siswa yang tuntas sesuai KKM sampai ada 7 siswa yang tuntas.

Peningkatan ini dapat terjadi karena siswa mulai tahu apa yang

harus dikerjakan pada metode Inquiry ini dan guru juga semakin

memperbanyak prosentase pembimbingannya, seperti misalnya dengan

menambahkan informasi materi dengan menggunakan power point selain

siswa menggunakan buku-buku yang relefan, guru juga terus aktif

mengunjungi kelompok–kelompok yang dianggap ada kesulitan, dan

peneliti yakin kalau metode Inquiry ini sudah sering dilakukan oleh siswa

maka proses belajar mengajar akan lebih baik.

92

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS DEMONSTRASI

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA

MATERI INTERFERENSI CAHAYA BAGI SISWA KELAS XII-IPA 6

SMA NEGERI 2 PATI SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013

OLEH:

93

DRA. SUKIRAWATI

NIP. 1965093011995122002

DINAS PENDIDIKAN UPT SMA KECAMATAN PATI

SMA NEGERI 2 PATI KECAMATAN PATI

KABUPATEN PATI

2012