PTK BAB 2 Scramble.pdf

17
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Metode Scramble 1. Pengertian metode scramble Harjasurjana dan Mulyati dalam Rahayu (2007) “Mengemukakan bahwa Istilah Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan.” Istilah ini digunakan untuk sejenis permainan kata, dimana permainan menyususn huruf- huruf yang telah diacak susunannya menjadi suatu kata yang tepat . Yang dimaksud dengan scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 2 atau 4 orang dalam satu kelompok, dalam permaiana tersebut para pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimat- kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu. Teknik ini digunakan untuk sejenis permainan anak-anak. Melalui permainan ini, anak-anak berlomba untuk menyusun kalimat dari kata-kata yang tersedia. Permainan ini dapat melatih anak-anak untuk aktif. Scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Fadmawati (2009) pembelajaran metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal, sedangkan Soeparno (1998:60) berpendapat bahwa metode scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal jawaban yang ada. Dijelaskan juga oleh Daud, (2010) bahwa istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang berarti “perebutan, pertarungan, perjuangan” scramble dipakai untuk jenis permainan anak- anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni:

description

gghhg

Transcript of PTK BAB 2 Scramble.pdf

Page 1: PTK BAB 2 Scramble.pdf

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Metode Scramble

1. Pengertian metode scramble

Harjasurjana dan Mulyati dalam Rahayu (2007) “Mengemukakan bahwa Istilah

“Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan.”

Istilah ini digunakan untuk sejenis permainan kata, dimana permainan menyususn huruf-

huruf yang telah diacak susunannya menjadi suatu kata yang tepat . Yang dimaksud

dengan scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 2 atau 4 orang

dalam satu kelompok, dalam permaiana tersebut para pemainnya harus menyusun kembali

kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimat-

kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu. Teknik ini digunakan untuk sejenis

permainan anak-anak. Melalui permainan ini, anak-anak berlomba untuk menyusun kalimat

dari kata-kata yang tersedia. Permainan ini dapat melatih anak-anak untuk aktif.

Scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Fadmawati

(2009) pembelajaran metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan

mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan

soal, sedangkan Soeparno (1998:60) berpendapat bahwa metode scramble adalah salah

satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas

untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.

Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan

lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Siswa

diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal jawaban yang ada.

Dijelaskan juga oleh Daud, (2010) bahwa istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang

berarti “perebutan, pertarungan, perjuangan” scramble dipakai untuk jenis permainan anak-

anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran

kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk

yakni:

Page 2: PTK BAB 2 Scramble.pdf

5

a. Scramble Kata

Yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah

dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya:

Alpjera = Pelajar

b. Scramble Kalimat

Yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat

hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar contohnya:

pergi – akan – saya –ke – Bandung = Saya akan pergi ke Bandung

c. Scramble wacana

Yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak.

Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna. Melalui pembelajaran metode

scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak

susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode scramble berbentuk

permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran metode scramble adalah

sebuah metode yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang

dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama

antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok untuk dapat berfikir

kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Metode permainan ini

diharapkan dapat memacu hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS.

2. Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran dengan Metode Scramble

Pembelajaran metode scramble, memiliki kesamaan dengan model pembelajaran

lainnya, siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda-beda. Pernyataan ini diungkapkan oleh Lestari (2009).

Seperti yang dipaparkan oleh Anitah (2010) metode pembelajaran scramble dapat

dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah berikut :

a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat

dalam wacana tersebut ke dalam kartu-karu kalimat.

Page 3: PTK BAB 2 Scramble.pdf

6

b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak nomornya sesuai materi

bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal

tersebut.

c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal

untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.

d. Siswa di haruskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu

yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa

dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang

membutuhkan kreativitas serta kerjasama siswa dalam kelompok. Metode ini memberi

sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.

3. Kekurangan dan kelebihan metode Scramble

a) Kelebihan Metode Scramble

1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan

dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus

membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,

setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi

kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta pertanggung jawaban secara

individual materi yang ditangan dalam kelompok, sehingga dalam teknik ini setiap

siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di kelompok diberi tanggung jawab

akan keberhasilan kelompoknya.

2) Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain.

Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berfikir, mempelajari sesuatu secara

santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.

3) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode

scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.

4) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya

mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

Page 4: PTK BAB 2 Scramble.pdf

7

5) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk

maju.

b) Kekurangan metode sramble antara lain:

1) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang

sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai

materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikan oleh guru.

4) Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas

akan menggangu kelas yang berdekatan.

2.1.2 Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar dapat ditemukan dalam berbagai sumber atau literature. Meskipun

kita melihat ada perbedaan-perbedan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari

masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya.

Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Avtivities”, merumuskan pengertian

belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu

berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam buku Educational Psychology, H.C.

Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian

yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dalam sebuah situs tentang pengertian

belajar, Abdillah (2002) mengidentifikasi sejumlah pengertian belajar yang bersumber dari

para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di

dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah

(2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan

Page 5: PTK BAB 2 Scramble.pdf

8

tingkahan laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli

pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan

dari hasil belajar itu. Tetapi proses usaha itu harus dilakukan secara sengaja dan sadar

karena terdapat perubahan tingkahlaku seseorang yang bukan dari hasil peristiwa yang

disengaja. oleh karna itu tidak setiap perubahan dalam individu merupakan berubahan

dalam arti belajar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

1) Faktor jasmaniah

(a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam kesdaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas

dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang

berpengaruh terhadap belajarnya.

(b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

mengenai tubuh/ badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang

cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga

pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi

pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor psikologis

(a) Inteligensi

Menurut J.P. Chaplin inteligensi adalah:

(1) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively.

(2) The ability to utilize abstract concepts effectively.

(3) The ability to grasp relationships and to learn quickly

Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif

Page 6: PTK BAB 2 Scramble.pdf

9

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi

dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang

sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada

yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

(b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek.

(c) Minat

Hilgard merumuskan tentang minat adalah sebagai berikut: interest is persisting

tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang

beberapa kegiatan.

(d) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the capacity to learn. Dengan perkataan

lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,

misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain

yang kurang/ tidak berbakat di bidang itu.

Dari uraian di atas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran

yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia

senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah

penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang

sesuai dengan bakatnya.

(e) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar

dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang

belajar. Motif-motif diatas dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan

latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan.

Page 7: PTK BAB 2 Scramble.pdf

10

(f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-

alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan

kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,

otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak.

(g) Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: preparedness to respond

or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau beraksi. Kesediaan itu

timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu di

perhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah gemulainya tubuh dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelemahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing

sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi

kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari

kelelahan.

b) Faktor-faktor Ekstern

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga

faktor yaitu:

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga.

Page 8: PTK BAB 2 Scramble.pdf

11

(a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal

ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan

bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang

sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.

(b) Relasi antaranggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang

lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya: apakah hubungan itu

penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang

terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh.

(c) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga

merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang di sengaja. Suasana

rumah yang gaduh atau ramai dan semeraut tidak akan memberi ketenangan kepada anak

yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak

penghuninya.

(d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang

sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,

perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,

kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan buku-buku.

(e) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar

jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah

semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat

mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya,

untuk mengetahui perkembangannya.

Page 9: PTK BAB 2 Scramble.pdf

12

(f) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak

dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar

mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran

dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah.

a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

Mengajar itu sendiri menurut Ulih Bukit Karo-Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh

orang lain kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan

mengembangkannya.

Di dalam pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai murid atau

siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan

lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar haruslah

setepat tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Dari uraian di atas jelaslah bahwa

metode mengajar itu menpengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan

menpengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.Metode mengajar yang kurang baik itu

dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai bahan

pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa

dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,sehingga siswa kurang senang

terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelas lah bahan pelajaran itu

pengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap

belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas

kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat

Page 10: PTK BAB 2 Scramble.pdf

13

bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang

mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus

mempunyai perencanaan yang mendetil, agar dapat melayani siswa belajar secara

individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang

demikian.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga

dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga

dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik,

siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya.

d) Relasi Siswa dengan Guru

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa

di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Siswa yang mempunyai

sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah

diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.

Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menggangu belajarnya.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan

juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar

dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawi atau karyawan dalam pekerjaan

administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas,gedung sekolah,halaman dan lain-

lain,kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,dan

kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.Seluruh staf sekolah yang

mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin

pula,selain itu juga member pengaruh yang positif terhada belajarnya.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran

yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima

bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempelancar

Page 11: PTK BAB 2 Scramble.pdf

14

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima

pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu

dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar

siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat

dipertangungjawabkan. Di mana siswa beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah,

sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di

atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila

banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu

merasa senang. Tapi berdasarkan teori belajar, yang meningkat perkembangan psikis dan

kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.

i) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing

menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana

mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap

siswa.

j) Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan

dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga dalam

pembagian waktu untuk belajar. Kadan-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus

menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat,

bahkan dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian

waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan

hasil belajar.

k) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah

biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu

Page 12: PTK BAB 2 Scramble.pdf

15

banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai

waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

3) Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan

pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak,

misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagaman maka belajarnya akan

terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

b) Mass media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah,

buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang

baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.

Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah

kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang

tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

c) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya

daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri

siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti mempengaruhi yang

bersifat buruk juga.

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan

mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang

berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di

sekitarnya. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang

baik-baik maka anak akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka penulis

dapat merarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa

terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari berupa perubahan perilaku

belajar siswa. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,

Page 13: PTK BAB 2 Scramble.pdf

16

dan dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor internal dan

eksternal.

2.1.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di

negara kita muncul bersamaan dengan berlakunya kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun

1975. Dilihat pada sisi ini maka bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial masih “baru” karena

bahan yang dikaji sebetulnya bukanlah baru. Namun cara pandang yang dianutnya

memang dapat dianggap baru.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian IPS:

1. Jean Jarolimek (1967): IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan

lingkungan sosial dan fisiknya.

2. Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan.

3. Binning: IPS suatu pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan

organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial

(1952).

4. Michaelis (1957): IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan

lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan.

5. Depdikbud RI. Dalam kurikulum 1975: IPS ialah bidang studi yang merupakan paduan

dari sejumlah mata pelajaran sosial.

6. Prof. Dr. D. Nasution, MA. (1975): IPS adalah Suatu program pendidikan yang

merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam

lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari

berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik

dan psikologi sosial.

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih

relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam

konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada

tahun 1913 mengadopsi nama lembaga social studies yang mengembangkan kurikulum AS

(Marsh, 1980; Martoella, 1976).

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid

Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella (1987) mengatakan

Page 14: PTK BAB 2 Scramble.pdf

17

bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada

“transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih

sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Dengan demikian pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek

kependidikan.

Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan

perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola

(patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan

pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14)

nasionalisme.

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan

berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut, Gross

(1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta

didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia

mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a democratic society”.

Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya

(Gross, 1978).

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang

sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan

terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin

mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,

minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan

IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani

tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan

Page 15: PTK BAB 2 Scramble.pdf

18

menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus

ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu

mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik

untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengkondisian

iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab,

1986).

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan

pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya

menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan

terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai

bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat

lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena

itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan

kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar

berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996).

2.2. Kajian Hasil penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan metode scramble antara lain:

1. Septyana, Dwi (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep

matematika melalui pembelajaran scramble pokok bahasan segi empat,

menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model ini, dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa.

2. Sulistyowaty, Endah (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa

dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramble pada pokok bahasan

bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini,

motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama pada pokok bahasan

bilangan bulat.

3. Azizah (2010) dalam penelitiannya tetang implementasi cooperative learning metode

scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran

matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkanya model pembelajaran ini,

motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran matematika.

Page 16: PTK BAB 2 Scramble.pdf

19

Dari hasil penelitian di atas ternyata metode scramble dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian diatas, penulis menggunakan metode

scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS didalam

penelitian ini.

2.3. Kerangka Berfikir

Penulis pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode

scramble terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Penelitian akan dimulai

dengan memberikan pretes terhadap dua kelas penelitian dengan soal yang sama dengan

hari yang berbeda, untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) yang akan menjadi bahan penelitian. Setelah didapatkan hasil

pretes peneliti akan menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan perbedaan

bahwa pada kelas eksperimen penelitian dilakukan dengan menerapkan metode Scramble,

dan kelas kontrol tanpa menggunakan treatmen apapun dari peneliti (pembelajaran

konvensional). Kemudian setelah adanya treatmen di kelas eksperimen penulis akan

melakukan postes pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah

ada perbedaan hasil belajar siswa antara kedua kelas penelitian tersebut. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode scramble.

Untuk bagan kerangka berfikir dapat dilihat di bawah ini:

Pembelajaran menggunakan

metode scramble

Kelas Eksperimen

Pre test

Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan metode pembelajaran scramble dimana hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol

Pembelajaran seperti biasa yang dilakukan guru (Konvensional)

Pre test Kelas kontrol

Post test

Post test

Hasil pre test tidak boleh ada perbedaan yang

signifikan

Page 17: PTK BAB 2 Scramble.pdf

20

2.4. Hipotesis Tindakan

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran yang telah di kemukakan, maka penulis

mengajukan hipotesis:

Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode scramble terhadap hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial siswa kelas IV semester II Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 02

Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.