Skripsi PTK Bab I

40
Skripsi PTK Bab I - III BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang sudah dimainkan sejak lama di berbagai Negara, meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Semua permainan itu memiliki tujuan yang sama, yaitu permainan yang dimainkan oleh dua tim dan pemain dari tiap tim berusaha memainkan bola dan menjaga bola agar tidak direbut oleh tim lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan. Seperti yang dikemukakan dalam www.untukku.com yaitu: … Di negeri Cina. Kala itu, dinasti Han melatih tentara menggunakan “tsu-chu” untuk latihan fisiknya, yaitu latihan menendang bola kulit memasukkan ke dalam jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang …”, selain di Cina permainan sepak bola telah dimainkan juga di Jepang yang bernama Kemari, meskipun tidak kompetitif seperti di Cina. Yunani dengan “episkyros”, Romawi (Italia) dengan “haspartum”, dan Perancis dengan “choule”. Sepakbola adalah permainan invasi yaitu permainan yang memperbolehkan setiap pemain dalam sebuah tim atau regu yang bertanding menyerang memasuki daerah pertahanan lawan, dan setiap pemain dalam sebuah tim berusaha memasukan bola ke gawang lawannya untuk membuat gol atau skor, serta menjaga gawangnya dari serangan lawan. Gol dihitung jika bola seluruhnya telah melewati garis gawang. Seiap pemain berusaha memasukan bola dengan cara melakukan operan (passing), menggiring (dribbling), menembak (shooting). Selain cara – cara tersebut, ada

Transcript of Skripsi PTK Bab I

Page 1: Skripsi PTK Bab I

Skripsi PTK Bab I - III

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

     Sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang sudah dimainkan

sejak lama di berbagai Negara, meskipun menggunakan istilah yang berbeda.

Semua permainan itu memiliki tujuan yang sama, yaitu permainan yang dimainkan

oleh dua tim dan pemain dari tiap tim berusaha memainkan bola dan menjaga bola

agar tidak direbut oleh tim lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring

atau gawang lawan. Seperti yang dikemukakan dalam www.untukku.com yaitu: … Di negeri Cina. Kala itu, dinasti Han melatih tentara menggunakan “tsu-chu”

untuk latihan fisiknya, yaitu latihan menendang bola kulit memasukkan ke dalam jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang …”, selain di Cina permainan sepak bola telah dimainkan juga di Jepang yang bernama Kemari, meskipun tidak kompetitif seperti di Cina. Yunani dengan “episkyros”, Romawi (Italia) dengan “haspartum”, dan Perancis dengan “choule”.

     Sepakbola adalah permainan invasi yaitu permainan yang memperbolehkan

setiap pemain dalam sebuah tim atau regu yang bertanding menyerang memasuki

daerah pertahanan lawan, dan setiap pemain dalam sebuah tim berusaha

memasukan bola ke gawang lawannya untuk membuat gol atau skor, serta menjaga

gawangnya dari serangan lawan. Gol dihitung jika bola seluruhnya telah melewati

garis gawang. Seiap pemain berusaha memasukan bola dengan cara

melakukan operan (passing), menggiring (dribbling), menembak (shooting). Selain

cara – cara tersebut, ada cara lain yang bisa dilakukan oleh para pemain yang tidak

membawa bola, seperti bergerak mencari ruang kosong, membantu dan melindungi

pemain yang sedang membawa bola. Dan pemain dari tim lawan yang tidak

menguasai bola berusaha untuk merebut bola dari pemain lawan dengan cara

melakukan adu tubuh (body charge), taklikng, membayangi pemain lawan yang tidak

membawa bola, menutup ruang kosong, dan menutup ruang tembak ke arah

gawang.

Page 2: Skripsi PTK Bab I

     Pada permainan sepakbola modern dan kompetitif, permainan ini dimainkan

selama 90 menit yang dibagi kedalam dua babak. Tiap babak dimainkan selama 45

menit dan jika tim yang mencetak gol lebih banyak dari tim lainnya dalam kurun

waktu 90 menit tersebut adalah pemenang permainan ini, jika keadaan masih

imbang (draw) diadakan babak tambahan waktu selama 2 x 15 menit, dan bila

kedudukan masih imbang maka diadakan adu penalty. Permainan sepak bola

dimainkan oleh 22 orang pemain yang dibagi kedalam 2 tim, setiap tim terdiri dari 11

orang,  yang diantaranya adalah 1 orang penjaga gawang (goal keeper), 4 pemain

belakang (defender), 4gelandang  (miedfielder), dan 2 orang penyerang (striker).

Namun jika permainan ini dimainkan  untuk olah raga rekreasi, jumlah pemain bisa

disesuaikan, contoh bisa dimainkan dengan 8 orang pemain, 6 orang pemain

bahkan dengan 4 orang pemain, olahraga permainan sepakbola  bisa dimankan.

     Sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari di seluruh dunia, terbukti

dari data siswa di akademi La Masia milik klub sepakbola Barcelona Spanyol, yang

diminati oleh setiap anak di seluruh dunia, yang dikutip

darihttp://www.kaskus.us/showthread yaitu :

     La Masia menjadi salah satu kamp paling elite bagi bakat-bakat super dari seluruh dunia. Dalam 30 tahun, sebanyak 450 pemain bola muda memancangkan mimpinya di bangunan dengan luas 610 meter persegi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 40 pemain menjadi pemain utama Barcelona…

     Bukan hanya menjadi pemain sepakbola saja, banyak orang yang menggemari

pertandingan sepakbola, dengan menjadi penonton ini terbukti dari data penonton

sepakbola  yang ada di liga jerman, yang dikutip dari http://www.sepaxbola.info 

menyatakan bahwa: “Liga yang stadionnya paling ramai adalah Bundesliga. Pada

tahun 1960an hingga 1980an, rata-rata jumlah kehadiran penonton di stadion klub-

klub Jerman berkisar antara 5-7 juta orang per musim.”.Dari sumber tersebut di atas,

dapat dilihat bahwa antusiasme masyarakat dunia terhadap sepakbola sangat tinggi.

Begitu juga masyarakat Indonesia sangat menggemari olahrga permainan ini,

terlihat dari banyaknya jumlah klub dan pemain yang berkiprah di Liga Indonesia

yang berada di bawah naungan Persatuan Sepakbola Seluruh indonesia (PSSI),

Page 3: Skripsi PTK Bab I

yang dikutip darihttp://sepakbola.showbiznotes.net/daftar-tim-klub-peserta-

indonesia-super-league-isl-20102011/:

     Arema Indonesia jumlah pemain 23 orang, Persipura Jayapura 24 orang, Persiba Balikpapan 22 orang, Persib Bandung jumlah pemain 24 orang,Persija Jakarta 25 orang, Persiwa Wamena 23 orang, PSPS Pekanbaru 23 orang, Sriwijaya FC 24 orang, Persijap Jepara 25 orang, Persema Malang 23 orang, Bontang FC 24 orang, Persisam Samarinda 23 orang, PSM Makassar 22 orang, Persela Lamongan 23 orang, Pelita Jaya Karawang 24 orang, Persibo Bojonegoro 23 orang, Semen Padang 23 orang, Deltras Sidoarjo 24 orang

     Dari sumber di atas, menunjukan bahwa sepakbola digemari di Indonesia. Tidak

hanya pada liga professional saja, bahkan permainan sepakbola dimainkan sampai

ke pelosok – pelosok daerah di Indonesia, yang lebih populer dengan istilah antar

kampung (Tarkam). Tidak hanya menjadi pemain,  banyak orang yang berbondong -

bondong menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion sepakbola di seluruh

Indonesia ini dapat dibuktikan dengan data penonton yang dikutip

darihttp://www.sepaxbola.info  yaitu: “…Dari evaluasi jumlah penonton ISL 2009/10,

rata-rata jumlah penonton tertinggi adalah Persija (22.908 orang), diikuti Arema

(21.724) dan Persipura (20.068)…”. Dari data  tersebut bisa dilihat antusiasme

masyarakat di Indonesia terhadap sepak bola tidak kalah dibandingkan dengan

masyarakat di luar Indonesia. kita dapat melihat permainan ini dimainkan oleh

berbagai macam orang,  seperti yang diutarakan oleh Sucipto (1999/200:7) yakni “

Sepakbola berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat, karena permainan ini

dapat dimainkan oleh laki – laki dan perempuan, anak – anak, dewasa dan orang

tua”. Sepakbola bisa  dimainkan di berbagai tempat. Mulai dari sekitar rumah, di

tingkat sekolah, jalanan, hingga yang dimainkan secara professional.

     Di lingkungan persekolahan, permainan sepakbola termasuk salah satu ruang

lingkup materi aktivitas pembelajaran permainan dan olahraga, dalam materi

pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan Olahraga dan Rekreasi (Penjasorkes),

yang sudah tertera dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,

yang telah dirumuskan dalam standar kompetensi sebagai berikut: “Melakukan

teknik dan taktik berbagai permainan dan olahraga didasari konsep yang benar dan

Page 4: Skripsi PTK Bab I

memiliki nilai – nilai yang terkandung didalamnya”. Dan sudah dijabarkan dalam

tujuan pembelajaran yang terdapat pada kompetensi dasar dan indicator aktivitas

pembelajaran permainan olahraga ksususnya dalam aktivitas permainan sepakbola,

pada tingkat satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI (sebelas)

sebagai berikut:

Kompetensi dasar:

Mengintregrasikan teknik salah satu nomor olahgraga beregu mengunakan bola

besar (sepakbola, bolavoli, bola basket) dengan baik, tepat dan lancar.

Indikator

1. Menggunakan berbagai bentuk formasi, bentuk strategi dalam permainan sepak

bola.

2. Mempraktikan teknik passing, shooting dan dribbling.

     Melalui aktivitas pembelajaran olahraga permainan sepakbola ini, potensi –

potensi pendidikan  yang ada pada siswa diharapkan dapat tumbuh berkembang

secara optimal, baik potensi dalam dimensi kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Dimensi kognitif yang berpeluang besar untuk ditumbuh kembangkan melalui

aktifitas permainan sepakbola sepertimemperhitungkan arah datangnya bola,

mengukur seberapa kuatnya operan yang akan diberikan kepada kawan dan 

mengukur berapa kuatnya tendangan ke gawang lawan agar masuk ke gawang.

Bukan hanya dimensi kognitif saja yang terkembangkan didalam permainan

sepakbola, dimensi  afektif dan psikomotor pun dapat  tumbuh berkembang dengan

cara bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, saling menghargai, sportivitas,

mencari ruang dalam permainan, ketepatan dalam memberikan umpan, kebugaran

jasmani, dll.

     Namun didalam kenyataan di lapangan aktifitas pembelajaran permainan

sepakbola kebanyakan terbalik, dari aktivitas pembelajaran permainan olahraga

sepakbola menjadi pelatihan cabang olahraga, yang menekankan seorang siswa

Page 5: Skripsi PTK Bab I

untuk mengoptimalkan kemampuan geraknya  dengan menggunakan metode latihan

yang disesuaikan. Guru mata pelajaran penjasorkes cenderung memberikan siswa

pelatihan sepakbola gerakan passing, misalnya passing menggunakan kaki bagian

dalam dan siswa diperintahkan untuk melakukan pengulangan sampai menguasai

gerakan passing tersebut. Seharusnya seorang guru penjasorkes memberikan

aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, yang bukan hanya mengembangkan

aspek psikomotornya lewat gerakan passing saja, tapi juga dituntut harus

mengembangkan aspek kognitif, dan afektifnya lewat aktifitas pembelajaran

permainan sepakbola. Dengan cara mengajarkan siswa untuk mengeluarkan

kreatifitasnya dalam proses pengambilan keputusan, untuk membantu siswa

mengetahui potensi yang dimilikinya, untuk bekerja sama dengan rekan setimnya

dalam aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, memperkaya kemampuan

gerak siswa, membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam

aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, belajar bertanggung jawab,

memberikan pertolongan, meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani.

     Di dalam aktivitas pembelajaran permainan sepakbola seorang guru harus bisa

mengarahkan siswanya untuk bebas dan kreatif dalam mempelajari suatu

pembelajaran permainan olahraga namun tetap dalam pengawasan guru. Untuk

mengakomadisi kreatifitas dan kebebasan siswa dalam mengikuti aktivitas

pembelajaran permainan sepakbola, seorang guru penjasorkes bisa menggunkan

metode, model dan gaya mengajar yang sesuai, agar semua potensi siswa dapat

berkembang.   

     Di dalam aktivitas pembelajaran yang diberikan oleh masing – masing guru mata

pelajaran, memiliki metode, model dan mengajar yang berbeda – beda. Dan tugas

guru adalah memilih metode, model dan gaya mengajar yang tepat agar materi yang

diberikan dapat tersampaikan. Beberapa metode, model dan gaya mengajar, yang

sering dipergunakan oleh seorang guru diantaranya adalah pemrosesan informasi,

gaya mengajar komando, divergen, pembelajaran kooperatif dsb. Itulah beberapa

Page 6: Skripsi PTK Bab I

metode, gaya dan strategi yang bias dipergunakan oleh seorang guru, khususunya

guru penjas. Dalam pembelajaran penjas seorang guru di tuntut kreatifitasnya untuk

menggunakan gaya, metode dan strategi mengajar yang tepat, sehingga antusias

siswa dalam pembelajaran cukup tinggi.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang permasalahan, dapat diidentifikasi terkait dengan

aktivitas pembelajaran permainan sepakbola dalam mata pelajaran Penjaskes di

SMAN 1 Pangalengan adalah sebagai berikut:

1.      Guru belum memahami antara aktivitas pembelajaran permainan sepak bola dengan

pelatihan cabang olahraga sepakbola

2.      Guru Penjaskes cenderung memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga

sepakbola, bukan memberikan aktifitas pembelajaran permainan sepak bola.

3.    Masih jarang guru Penjaskes yang menerapkan  gaya mengajar divergen dalam

aktivitas pembelajaran permainan sepak bola.

4.               Siswa kurang kreatif dalam memberikan jawaban pada suatu permasalahan

5.               Siswa cenderung pasif  dan menunggu jawaban yang diberikan oleh guru

6.               Siswa terlalu bergantung kepada intruski guru dalam pembelajaran.

7.               Kurangnya kesempatan gerak yang didapat siswa karena lama menunggu giliran.

C.    Batasan  Masalah

Untuk mempermudah masalah yang diteliti, maka batasan permasalahan dalam

penelitian ini adalah: penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran

aktivitas permainan sepak bola di SMA Negeri 1 Pangalengan.

D.    Rumusan Masalah

Page 7: Skripsi PTK Bab I

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka penulis 

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana penerapan gaya

mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola?

 E.     Tujuan Penelitian

Adapun yang dijadikan tujuan penelitian oleh penulis adalah sebagai berikut:

1.      Ingin mengetahui penggunaan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran

aktivitas permainan sepakbola SMA Negeri 1 Pangalengan 

2.      Ingin mengetahui bagaimana siswa memberikan respon terhadap gaya

mengajar divergen yang dipergunakan oleh guru .

3.      Ingin mengetahui aplikasi dari gaya mengajar Divergen .

D.                Kegunaan penelitian

Dengan mengetahui pengaruh gaya mengajar divergen terhadap pembelajaran

permainan sepakbola di SMAN 1 Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung diharapkn memberikan kegunaan, kepada:

1.   Teoritis

a.       Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi mengenai berbagai metode

dan gaya mengajar yang ada dan dapat dipergunakan untuk mengembangkan

potensi siswa dalam pembelajaran Penjaskes.

b.      Untuk menerapkan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas

permainan sepakbola, sehingga langkah – langkah yang akan dilakukan dapat

dipergunakan oleh guru Penjas

2.   Praktis.

            Agar gaya mengajar divergen dapat dipergunakan oleh guru  Penjas,

sehingga dapat memperbanyak gaya mengajar yang dimiliki.

BAB IITINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR

 DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Page 8: Skripsi PTK Bab I

A.    TINJAUAN TEORITIS

1.      Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Sepakbola

Seperti yang telah diungkapkan pada Bab sebelumnya, permainan sepakbola merupakan

salah satu permainan olahraga bola besar yang digunakan sebagai media atau alat dalam

aktifitas pembelajaran Penjas. Keberadaan permainan sepakbola sebagai media atau alat

aktifitas pembelajaran penjas ini, sudah secara eksplisit tersurat di dalam KTSP 2006, untuk

satuan pendidikan SMA. Dengan demikian sekolah (guru dan siswa) wajib melaksanakan

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dalam konteks Pendidikan Jasmani.

 Menurut Rusman (2011:3): “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan

bahwa, yang dimaksud proses interaksi adalah proses terjadinya hubungan – hubungan sosial

antara peserta didik dengan guru maupun sumber dan lingkungan pembelajaran lainnya di

dalam kegiatan pembelajaran, misalnya bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan dari

guru, dan berdiskusi dengan rekan di dalam pembelajaran. Sumber belajar adalah segala daya

yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. 

Sumber belajar dalam pembelajaran bisa didapat dari guru, buku, video – video 

pembelajaran Penjas dari internet, gambar – gambar kegiatan pembelajaran, peralatan yang

dipergunakan, melihat pertandingan sepakbola di televisi atau di lingkungan sekitar serta

media cetak seperti koran dan majalah. Lingkungan belajar adalah tempat terjadinya kegiatan

belajar dan pembelajaran, Penjas seperti lapangan sepakbola, lapangan bola voli, lapangan

basket dan lain – lain.

Menurut Undang – Undang RI nomor 14 tahun 2005, guru adalah “Pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.”. Dari uraian tersebut dijelaskan tugas utama seorang guru

yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya.

Page 9: Skripsi PTK Bab I

Menurut UNESCO yang dikutip oleh Aunurrahman (2011:6) bahwa dalam pembelajaran

di setiap jenjang dan satuan pendidikan, guru harus mengarahkan peserta didik kepada

hakikat pendidikan yaitu 1. Learning to know, 2. Learning to do, 3. Learning to live

together,, learnign to live with others, 4. Learning to be.

 Selanjutnya menurut Aunurrahman (2011:6) yang dimaksud dengan learning to

knowadalah “upaya untuk memahami instrumen - instrumen  pengetahuan baik sebagai alat

maupun sebagai tujuan.” Learning to do adalah  “...bagaimana mengajarkan anak – anak

untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan 

pengetahuan – pengetahuan yang telah diperolehnya ...” Learning to live together, lerning to

live with others adalah “mengajarkan, melatih,dan membimbing peserta didik agar mereka

dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka –

prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan

dan konflik.” Sementara yang dimaksud dengan learning to be adalah bahwa:...Pendidikan hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya

setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi serta nilai – nilai spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayakan untuk berfikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka menentukan sesuatu yang diyakini yang harus dilaksanakan

Konsep – konsep tersebut sama dengan tujuan pembelajaran Penjas. Menurut Lutan

(2007:5.18) menyatakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan

melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,

neuromuskular, intelektual dan emosional.” Pernyataan yang sama diutarakan oleh Bucher

yang dikutip oleh Aan S (2011) dalam bahwa “Pendidikan Jasmani adalah bagian yang

terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh, bidang dan sasaran yang diusahakan adalah

perkembangan jasmaniah, mental, emosional dan sosial bagi warga negara, sehat melalui

medium kegiatan jasmaniah.” Dua pernyataan tersebut menunjukan bahwa  Penjas adalah

bagian penting dalam pendidikan seperti yang tertulis dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun

2006 yaitu:Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan  secara keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani , olahraga dan kesehatan.

Page 10: Skripsi PTK Bab I

Dari penjelasan di atas, disebutkan Penjas bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial dll. Lebih lanjut tujuan

Penjas dijelaskan dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006 yaitu:1.      Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga terpilih.

2.      Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik3.      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar4.      Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang

terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan5.      Mengembangkan sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan

demokratis6.      Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan

lingkungan7.      Memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai

informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terempil, serta memiliki sikap yang positif

Berdasar pada konsep dasar arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO dan

konsep dasar tujuan Penjas, maka dapat disintesiskan bahwa konsep dan tujuan Penjas

memiliki kesamaan – kesamaan dengan arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO.

Kesamaan – kesamaan tersebut, dapat dianalisis sbb:

Pertama, salah satu tujuan Penjas, adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang

konsep – konsep dasar aktivitas jasmani, yang dapat berguna bagi kemaslahatan hidupnya.

misalnya siswa dapat memahami  konsep aktivitas jasmani yang benar, mengetahui cara

hidup di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang

sempurna, memahami  pola hidup sehat, mengetahui cara mengembangkan dan memelihara

kebugaran jasmani dan serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga

terpilih, dan mengetahui sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya

diri dan demokratis. Semua itu merupakan  ciri – ciri dari konsep learning to know.

 Kedua, bahwa tujuan Penjas adalah agar siswa bisa melakukan berbagai aktifitas jasmani

dan olahraga terpilih, menerapkan sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis dan menerapkan konsep aktifitas Pendidikan jasmani dan

olahraga untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran,

terampil, serta memiliki sikap yang positif. Dalam praktik pembelajaran Penjas, semua nilai –

Page 11: Skripsi PTK Bab I

nilai tersebut diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga semua nilai – nilai tersebut

dapat diterapkan di lingkungan dimana siswa tersebut hidup sepanjang hayatnya. Semua hal

tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah padalearning to do.

Ketiga, Penjas bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kerja sama, menghargai orang

lain, mempercayai orang lain, saling membantu, memberikan motivasi untuk diri sendiri dan

orang lain, mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain

dan lingkungan. Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah

pada learning to live together, learning to live with others.

Keempat, Penjas adalah pendidikan yang utuh, melibatkan seluruh dimensi manusia, yaitu

dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Tercermin dalam 7 tujuan Penjas yang tercantum

pada PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006, yang sudah dibahas pada paragraph

sebelumnya.  Penjas juga memiliki tujuan untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang

memiliki karakteristik moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang terkandung di

dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Seperti memiliki sikap sportif, fair play,

jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri. Mengembangkan keterampilan pengelolaan

diri dalam bentuk meningkatkan keterampilan gerak dasar, pertumbuhan fisik yang

sempurna, terbiasa melakukan pola hidup sehat, dalam upaya pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani, melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga

terpilih.Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah

pada learning to be.

Merujuk pada analisis di atas, maka semua praktik pembelajaran penjas dalam semua

akifitas pembelajaran harus diarahkan pada konsep arah pendidikan tersebut. Termasuk

dalam pelaksanaan pembelajaran aktifitas permainan sepakbola. Pada pembelajaran aktifitas

permainan sepakbola pilar pendidikan menurut UNESCO tersebut diterapkan di dalam

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dan dapat dianalisis sebagai berikut:

Pertama, guru memberikan penjelasan dan pemahaman tentang konsep – konsep dasar

bermain sepak bola, baik yang berkaitan dengan  teknik dan taktik, selain itu guru juga

memberikan informasi tentang nilai – nilai pendiidkan yang terkandung di dalam

pembelajaran aktivitas permainan sepak bola. Seperti dalam melakukan tendangan, siswa

Page 12: Skripsi PTK Bab I

bukan di ajarkan untuk menendangan, tapi diajarkan cara – cara melakukan tendangan dan

diajarkan untuk membiasakan diri mengukur berapa tenaga yang diperlukan untuk melakukan

tendangan tersebut.

Dalam Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, selain di ajarkan cara – cara

menendang bola, juga diberikan pengetahuan tentang cara – cara mengoper bola, sehingga

siswa dapat pengetahuan tentang dasar – dasar dalam pembelajaran aktivitas permainan

sepakbola. Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa dibiasakan berfikir cara – cara

melakukan trik – trik menggiring bola, memilih, dan menentukan pergerakan sebelum bola

datang. Membiasakan siswa untuk mengamati karakteristik perubahan arah, ketinggian, dan

kecepatan jatuhnya bola. Sehingga dapat menentukan posisi yang tepat pada saat bola jatuh.

Lalu guru harus membiasakan siswa untuk menggunakan kreatifitasnya dalam melakukan

operan, melakukan pergerakan untuk mengecoh lawan dan pemahaman akan taktik

permainan agar siswa memahami apa yang harus dilakukan di dalam pembelajaran.

Selain hal – hal tersebut di atas, secara tidak langsung siswa diajarkan untuk menjaga

kesehatannya, dengan membersihan tubuhnya setelah pembelajaran, sehingga terhindar dari

penyakit seperti biang keringat. Selain itu di dalam pembelajaran aktivitas permainan

sepabola, siswa akan memahami sikap sportif seperti, bagaimana caranya mengakui

kekalahan, bagaimana cara memberikan selamat kepada lawan bermain yang memenangi

permainan dan memahami pentingnya bermain jujur. Lalu siswa juga akan mengetahui

bagaimana cara bekerjasama, seperti bagaimana membuka ruang agar teman dapat mengoper

bola, bagaimana seorang siswa melakukan operan kepada teman yang lebih siap dan menutup

pergerakan lawan. Ciri – ciri tersebut merupakan pembelajaran aktivitas permainan sepakbola

yang dilandasi oleh pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know.

.

Kedua, di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola siswa diajarkanmelakukan

tendangan yang akurat, melakukan pergerakan sebelum bola datang, memberikan umpan 

yang akurat di terapkan oleh guru kepada siswa memenuhi keinginan untuk bergerak,

membuka ruang dalam permainan, memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap,

memperkaya kemampuan gerak, Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa melakukan

Page 13: Skripsi PTK Bab I

teknik - teknik menggiring bola, memilih, dan menentukan pergerakan sebelum bola

datang,menentukan posisi yang tepat pada saat bola jatuh, disiplin dalam menjaga daerah

pertahanan sendiri, berlari kembali ke posisi awal saat bertahan, menjaga pemain lawan.

Selain itu diutarakan oleh Bucher (1964) yang dikutip oleh Lutan melalui pembelajaran

aktifitas permainan sepak bola banyak keuntungan biologis yang dapat diraih seperti:a.       Pengaruh gerak terhadap kesehatan umum dan otot jantungb.      Pengaruh terhadap volume darah per denyut jantungc.       Pengaruh terhadap frekuansi denyut nadid.      Pengaruh terhadap darahe.       Pengaruh terhadap tekanan darah arterif.       Pengaruh terhadap butir – butir darah merahg.      Pengaruh terhadap pernafasanh.      Pengarah terhadap otot

     Dari uraian di atas, bahwa dengan  pembelajaran aktifitas permainan sepak bola,

setidaknya dapat mendekati sehat paripurna yang dirumuskan oleh World Health

Organization (WHO). Dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola, olah raga 

permainan dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang

terdapat di dalam permainan sepakbola khususnya. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas

yang tinggi dari sorang guru penjaskes untuk membuat berbagai bentuk aktivitas gerak, agar

dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola tidak masuk menjadi aktivitas pelatihan

olah raga, karena kebanyakan guru Penjasorkes cenderung hanya mengembangkan aspek

dimensi psikomotornya seperti melatih teknik passing, dribling dan shooting saja tanpa

memperhatikan aspek dimensi lainnya. Seperti pada penguasaan teknik menendang didalam

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola, ada siswa yang kurang bisa melakukan

tendangan dan akan malas dalam melakukan pembelajaran disini seorang guru penjas yang

berorientasi pada pelatihan, akan memaksa siswa tersebut untuk melakukan teknik

menendang seperti yang dicontohkan, seharusnya seorang siswa diberikan kebebasan untuk

melakukan cara menendang menurut dirinya sendiri dengan bimbingan dan arahan dari guru.

 Lalu guru harus membiasakan siswa untuk mengakui kekalahan dengan cara

memberikan selamat kepada lawan bermain yang memenangi pertandingan dalam

pembelajaran. Aspek psikomotor ini dapat diterapkan terhadap siswa dengan cara,

menerapkan peraturan dan norma – norma dalam pembelajaran aktivitas permainan

Page 14: Skripsi PTK Bab I

sepakbola. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang

mengarah pada konsep learning to do.

Ketiga, di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, siswa diajarkan untuk

saling membantu, karena pada dasarnya permainan sepakbola bukanlah permainan

perseorangan tapi permainan beregu. Seperti yang diutarakan oleh Sucipto (1991:7) bahwa”

sepakbola merupakan permainan beregu, masing – masing regu terdiri dari 11 pemain dan

salah satunya adalah penjaga gawang,” dari uraian tersebut disebutkan permainan beregu

yang dimaksud permainan beregu adalah permainan yang dilakukan oleh sekelompok orang.

Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang merupakan kegiatan pembelajaran  beregu

ini, siswa diajarkan untuk bekerja sama, menghargai keputusan teman satu tim , mepercayai

teman seperti jika terjadi tendangan penalty semua pemain harus mempercayai kepada orang

yang melakukan tendangan, atau sebaliknya percaya pada penjaga gawang. Saling membantu

dalam menjaga pertahanan dan juga membantu dalam penyerangan, saling memberikan

motivasi kepada rekan bila melakukan gol bunuh diri, atau memberikan motivasi jika timnya

kalah Sikap – sikap tersebut harus dilandasi oleh sikap saling menghargai sehingga bisa

menjauhkan siswa dari perselisihan dan konflik. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran

aktivitas permainan sepakbola yang mengarah pada konsep Konsep learning to live together,

lerning to live with

Keempat, pembelajaran aktivitas permainan sepakbola merupakan alat atau media yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan – tujuan penjas. Guru harus mengarahkan siswa dalam

pembelajaran, memberdayakan dirinya melalui aspek – aspek yang terdapat dalam kegiatan

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola untuk menjadi diri sendiri. Seperti belajar

menemukan posisi dalam permainan yang akan di tempati, lalu mencari cara bermain pada

posisi tersebut. Sehingga pada saat siswa terjun di lingkungan masyarakat, siswa terbiasa

untuk menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat. Ini merupakan ciri – ciri

pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang mengarah pada konsep learning to be.

Cara – cara  memainkan bola dalam permainan sepakbola, tidak memiliki standar teknik

baku yang tetap, karena permainan sepakbola termasuk dalam kategori klasifikasi

keterampilan terbuka (open skill). Menurut Lutan (2005): “keterampilan terbuka adalah

Page 15: Skripsi PTK Bab I

keterampilan dimana lingkungan selalu berubah – ubah atau sukar diprediksi, sehingga si

pelaku tak dapat merencanakan secara efektif respons yang serasi.” Dari uraian tersebut,

dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola akan ditemui berbagai situasi dimana

siswa dihadapkan beberapa pilihan yang harus dipilih. Seperti saat berada di depan gawang.

Seorang siswa, bisa melakukan tendangan jika ada cukup ruang untuk melakukan tembakan.

Dalam melakukan tembakan tersebut bisa juga terjadi situasi dimana rekannya lebih memiliki

posisi yang lebih menguntungkan.

Berdasarkan cara berfikir tersebut, maka dalam pembelajaran aktivitas permainan

sepakbola, siswa dibiasakan untuk membuka pemikirannya lebih luas, berfikir menggunakan

pengetahuannya, membiasakan siswa berfikir cepat, dan membiasakan siswa berfikir secara

efektif, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sehingga berpeluang

besar untuk mengembangkan berbagai dimensi baik kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola yang teratur, terencana, terarah dan terbimbing,

diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

Berdasar pada uraian di atas, dalam pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dimensi

kognitif, afektif dan psikomotor. Dapat ditumbuh kembangkan. Menurut Sneyers (2002)

menyatakan dalam sepakbola:Tidak cukup mengandalkan latihan teknik dan taktik saja. Juga kelenturan disamping

kekuatan otot, terutama yang berkaita erat dengan permainan sepakbola, harus dipersiapkan sejak dini. Kerja sama perlu dilatih sehingga setiap pemain dapat membaca pikiran kawannya.

Dari pendapat tersebut jelas bahwa dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola,

tidak hanya aspek psikomotor saja yang dikembangkan juga aspek kognitif lewat membaca

pikiran kawan, lalu memutuskan apa yang akan dilakukan sehingga bias menghasilkan

keputusan yang tepat. Lalu aspek afektif lewat kerja sama antar siswa.

2.      Gaya Mengajar Divergen

Gaya mengajar merupakan keputusan – keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam

suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa.

Page 16: Skripsi PTK Bab I

Mosston (1994:2) mengungkapakan bahwa : ”pola hubungan pembuatan keputusan yang

dibuat guru dan siswa disebut gaya mengajar”. Dari uraian di atas jelas bahwa gaya mengajar

bukan hanya suatu tata cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan

bagaimana seorang guru bisa melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Gaya mengajar divergen merupakan salah satu gaya mengajar yang berpusat pada siswa,

Seperti yang diutarakan oleh Mosston “for the first time the learner is enganged in

discovering and producing options within the subject matter.”. jadi siswa disini memiliki

peran dan ikut serta secara langsung dalam membuat pilihan dan penemuan di dalam

pembelajaran. Tugas siswa pada pembelajaran dengan gaya mengajar divergen adalah untuk

menemukan jawaban terhadap permasalahan. Seperti yang diutarakan Mosston “ the role of

the learner has been either to replicate and perform or to discover the specific target”. Gaya

mengajar divergen berbentuk tugas – tugas dimana siswa berperan dalam membuat

keputusan.  Guru hanya bertugas memberikan dan membimbing siswa dalam permasalahan

yang harus di selesaikan. Jawaban dari permasalahan itu harus memiliki jawaban yang

banyak atau berbeda – beda, gaya mengajar divergen juga memberikan kesempatan pada

siswa untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Siswa dituntut untuk menemukan jawaban yang bervariasi dengan menggunakan

kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama dalam pembelajaran untuk menghasilkan jawaban

– jawaban tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Furqon (68) menyatakan bahwa “gaya

mengajar divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah”. Sasaran

metode divergen adalah:1. Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.2. Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.3. Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.4. Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.

      Menurut Mosston (1994 :200) Gaya mengajar divergen memiliki struktur “Stimulus >

Cognitive Dissonance > Mediation > Discovery.”. Dari uraian tersebut alur gaya

mengajar divergen diawali dengan pemberian rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk

Page 17: Skripsi PTK Bab I

memberikan permasalahan sehingga siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka

terangsang untuk berfikir. Cognitive dissonance pada tahapan ini siswa akan mencari cara

penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya. Mediation pada tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya

mengajar divergen ini, siswa akan menemukan jawaban yang beragam. Discovery pada tahap

ini siswa pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek. Tujuan dari gaya

mengajar divergen menurut Mosston (1994:201) yaitu:1. To invite the cognitive capacities of the teacher in designing problems for a given subject matter area.2. To invite cognitive capacities of the learner in discovering multiple solutions to any given problem in physical education3. To develop insight into the structure of the activity and discover the possible variations within this structure.4. To reach the level of affective security that permits the teacher and the learner to go beyond accepted, conventional responses.5. To develop the ability to verify solutions and organize them for specific purposes.

Dari uraian di atas guru dalam penggunaan gaya mengajar divergen dituntut untuk

membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan guru dituntut

menggunakan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga

siswa dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat membiasakan siswa memiliki

pandangan yang luas pada susunan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan banyak

jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, siswa diarahkan agar terbiasa dengan

pencarian permasalahan, lalu siswa dituntut untuk menemukan solusi ke dalam praktek.

Dari tujuan penerapan gaya mengajar divergen yang diuraikan oleh Mosston di atas,

maka hasil belajar yang diharapkan terjadi dan dinilai oleh guru dalam pembelajaran aktivitas

permainan sepakbola berupa, respons jawaban yang diberikan oleh siswa seperti banyaknya

gerakan yang dilakukan dalam melakukan tendangan, cara berfikir siswa dalam menemukan

dan merumuskan cara melakukan tendangan yang berbeda – beda tiap gerakan, siswa terbiasa

mencarai jawaban yang dapat muncul dalam pembelajaran, dan  siswa dituntut untuk terbiasa 

saling mengkoreksi antar sesama siswa jika terdapat gerakan yang sama.  

Dalam penerapan gaya mengajar divergen ini dijelaskan oleh Mosston (1994:202)

menjelaskan ada beberapa tahapan pengambilan keputusan yang dibuat oleh guru yaitu:

Page 18: Skripsi PTK Bab I

1. Preimpact, the teacher make decision about the general subject matter, decision about specific topic, and decision about design problem of series that will elicit divergent solution. Teacher must first have insight into specifik elements of the activity, the sequence of the activity, and the structure of  the activity..2. Impact set the learner decides which multiple and divergent solutions adre applicable to the problem. The solutions discovered by the learner become the subject matter, the content of the episode.3. Post Impact, the learner makes evaluation decisions about the discover solutions.vthe more the learner is engaged in the post impact phase, the more the objective of this style is reached.

Dari uraian di atas terdapat 3 tahapan yang harus dibuat oleh guru, pertama pre impact,

pada tahapan ini guru menyiapkan materi yang dapat mengarahkan siswa kedalam

pemikirandivergent, guru harus menyusun kegiatan yang terhubung dari satu permasalahan

ke permasalahan yang lain. Impact pada tahapan ini guru harus mengarahkan dan

membimbing siswa untuk memutuskan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Post

impact, pada tahapan ini siswa akan memeriksa jawabannya, jika siswa bisa menemukan

jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai.

Agar tujuan dari gaya mengajar divergen  dapat tercapai, maka seorang guru Penjasorkes

harus menyusun kegiatan pembelajaran dan menerapkan aspek dalam gaya

mengajar divergen  yang diutarakan oleh Mosston (1994:206) “1. The design of a single

problem and its consequences, 2. The design of sequence of problem, 3. Guidelines for

designing problems in various acticities.”. dari uraian tersebut guru Penjasorkes terlebih

dahulu ahrus menysusun permasalahan tunggal yang harus diselesaikan oleh siswa juga

membuat kemungkinan – kemungkinan yang akan diberikan oleh siswa. Lalu menyusun

bentuk permasalahan yang berkelanjutan, bentuk permasalahan yang dibuat harus

berhubungan dari permasalahan tunggal yang dibuat, seperti penambahan pada inti masalah

sehingga siswa dapat meencari jawaban permasalahan tersebut. Membuat garis pembimbing

untuk permasalahan yang dibuat kedalam kegiatan yang beragam. Dari setiap kegiatan yang

beragam tersebut harus terhubung sehingga penyelesaian divergen dapat diterapkan oleh

siswa.

Page 19: Skripsi PTK Bab I

Tujuan utama dari gaya mengajar ini adalah untuk membiasakan siswa menghasilkan

berbagai macam jawaban terhadap permasalahan tunggal. Mosston mengungkapkan tugas

guru dan siswa yang terjadi pada penggunaan gaya mengajar divergen yaitu:Role of learner:

1. To produce divergent responses ( multiple responses to the same questions)2. To ascertain the validity of the responses3. To verify responses in some subject matter tasks.Role of Teacher:1. To make the decision about the question to be asked2. To accept the responses3. To serve of verification in some subject matter tasks.

Didalam penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan kekurangan, menurut

Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:

Kelebihan:-          Melibatkan aspek kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk berkembang secara

harmonis.-          Memahami pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada siswa memahami

hubungan antara proses dan hasil belajar.-          Ganjaran dan dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses belajar mengajar

cenderung mendorong siswa membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada pokok bahasan.

Kekurangan:-          Nampak sangat bertele – tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak segera menemukan

target belajarnya.-          Diperlukan banyak waktu untuk membimbing siswa, yang menimbulkan keengganan guru

membuat persiapan secara cermat.-          Sangat menekankan pada laju kecepatan belajar siswa.

3.      Penelitian Tindakan Kelas

Metode penelitian yang dipergunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan menerapkan gaya mengjar divergen. Menurut Muslikah (2010:32) PTK

adalah: “ Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan –

tindakan tertentu agar dapat memeperbaiki dan meningkatkan  praktek – praktek di kelas

secara professional”. Di dalam penelitian ini seorang guru harus peka terhadap gejala – gejala

yang terjadi di kelas dalam pembelajaran, karena penelitian ini menitik beratkan pada

permasalahan yang muncul pada pembelajaran, sehingga seorang guru bisa memperbaiki

metode, model dan gaya mengajarnya, seperti yang diutarakan oleh Undang (2008:3) yaitu: “

Page 20: Skripsi PTK Bab I

… Melalui  PTK guru dapat memperbaiki kinerja metode mengajarnya sehingga daya serap

atau taraf serap mata pelajaran yang dibinanya, bisa lebih optimal dipahami oleh siswa”. PTK

menurut Arikunto (2008:2) ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:1. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.2. Tindakan – menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari penjelasan tersebut PTK dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu

pembelajaran dan memeprhatikan pada aturan dan metodologi tertentu untuk memperoleh

data atau informasi, lalu diberikan tindakan yang dalam bentuk siklus yang di dalamnya

berisikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru.  PTK dilaksanakan di kelas baik yang

berada di luar maupun di dalam ruangan, baik yang dilakukan di lapangan olahraga ataupun

ruangan kelas. Namun PTK bukanlah penelitian tntang ruang kelas tetapi kegiatan siswa yang

diteliti dengan pemberian tindakan oleh guru yang sekaligus menjadi peneliti.

PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya, metode penelitian ini biasa dipergunkan

untuk memperbaiki, mendeteksi, dan menyempurnakan metode mengajar, seperti yang

diutarakan oleh Undang (2008:13) yaitu: “… PTK bersifat pragmatis dan praktis, yakni

memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM di kelas”. Dari uraian tersebut peneliti yang

menggunakan PTK harus mengetahui karakteristik siswa yang ada dalam sebuah PBM,

sehingga jika muncul permasalahan – permasalahan, akan dengan mudah terdeteksi, dengan

menggunakan PTK maka seorang guru dapat meneliti permasalahan tersebut dan mencari

solusinya. Metode PTK ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 pangalengan, dengan menerapkan

gaya mengajar divergen.

      Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian berupa model siklus dari

Kemmis dan Taggart. Model ini berbentuk perputaran atau rotasi yang dilakukan secara

teratur dan tetap, siklus ini diterapkan dengan adanya perencanaan (planning) yang

Page 21: Skripsi PTK Bab I

didalamnya berisikan perencanaan pembelajaran guru dalam mempersiapkan penelitian ini.

Selanjutnya di ikuti dengan pelaksanaan (act) berisikan praktek kegiatan pembelajaran yang

sudah dipersiapkan oleh guru.  Observasi (observe) pengamatan guru dari hasil penelitian

pembelajaran. Refleksi (reflect)  berisikan perbaikan dari peneliti yang selanjutnya perbaikan

tersebut akan di terapkan pada siklus ke II dan seterusnya.

      Gambar 3.1 desain penelitian model spiral Kemmis dan Taggart ( Gunawan Undang

2008: 104) adalah sebagai berikut:Gambar 3.1

Pelaksanaan 

Desain Penelitian Model Spiral Kemmis dan Taggart 

Gamba

Perencanaan

 Pengamatan

 

?

 

Page 22: Skripsi PTK Bab I

Pelaksanaan

 

     

      Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga siklus. Jika dalam penelitian ini masih belum

terlihat hasil yang diinginkan oleh peneliti, maka keputusan untuk melanjutkan atau

menambah siklus akan menjadi keputusan bersama antara peneliti dengan guru kelas XI di

SMA Negeri 1 Pangalengan selaku observer. Siklus dihentikan jika dari siklus – siklus yang

telah dijalankan terjadi perubahan yang diharapkan dan sesuai dengan rencana, dari gaya

mengajar divergen yang diterapkan dalam pembelajaran.

      Berikut ini langkah – langkah yang akan dilakukan dalam tiap siklus yang dijelaskan

sebagai berikut pada siklus ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam

pembelajaran aktivitas permainan sepak bola yang dilaksanakan di SMA Negeri 1

Pangalengan pada kelas XI yaitu:

a. Masih jarangnya penggunaan gaya mengajar divergen di SMA Negeri 1 Pangalengan.

b. Kurang aktifnya siswa yang diakibatkan dari penggunaan gaya, metode dan model

mengajar yang dipergunakan guru.

c. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran karena terpusat pada guru.

d. Kreatifitas siswa tidak muncul karena gaya mengajar yang dipergunakan kurang

menunjang untuk siswa mengeluarkan kreatifitasnya.

e. Kurangnya disiplin siswa dengan banyaknya siswa yang mengobrol ketika guru

menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Page 23: Skripsi PTK Bab I

Setelah masalah – masalah yang ada pada pembelajaran aktivitas permainan sepak bola ,

maka tahapa awal dalam melakukan penelitian dalam siklus pertama adalah dengan membuat

perencanaan (planning) yang disesuaikan dengan hasil pengamatan awal: 

a. perencanaan (plan)

Pada tahap perencaanaan dibuat tahapan – tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam

pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yaitu:

1. Membuat desain pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen

2. Mengamati kondisi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

3. Mengumpulkan data – data, media, dan alat  yang dapat menunjang pembelajaran

dengan gaya mengajar divergen.

4. Membuat lembar – lembar observasi.

b. pelaksanaan (act)

Dalam tahap pelaksaan ini  peneliti memberikan gaya mengajar divergen pada siswa.

Dalam tahap ini guru menjelaskan kepada siswa rancangan pembelajaran aktivitas permainan

sepakbola kepada siswa, dan menjelaskan harapan – harapan yang diharapkan muncul dari

pembelajaran, guru mengajar sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Guru mengajar

seperti biasa dan peneliti atau observer meneliti pembelajaran yang dilaksanakan.

Guru memberuikan pmbelajaran mulai dari pembukaan yang terdiri dari  penjelasan,

apersepsi, dan pemanasan, lalu dilanjutkan dengan inti pembelajaran, dan penutup, guru

harus bersikap seperti biasa tanpa di buat – buat, dan harus mentaati apa yang sudah dibuat

pada tahapan perencanaan.

c. Pengamatan (observe)

Pengamatan ini dilakukan selama pembelajaran, dengan menggunakan lembar

observasidan catatan lapangan yang telah dibuat, lembar observasi ini berisikan pengamatan

yang dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen, lembar

observasi ini digunakan untuk mengamati penggunaan gaya mengajar divergen dan

pengaruhnya terhadap siswa..

Hasil dari lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam reflection, untuk

memperbaiki gaya mengajar yang dipergunakan dalam pembelajaran pada siklus ke dua

Page 24: Skripsi PTK Bab I

d. Perbaikan (reflection)

Dalam tahap ini hasil dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, dievaluasi dan

dicari kelemahan dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola pada siklus satu, untuk

diperbaiki dan diterapkan pada siklus dua sehingga apa yang menjadi kekurangan dan

bagaimana penyelesaiannya dapat dideteksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari

penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu didalam pelaksanaan PTK tidak dapat dilaksanakan

hanya dalam satu pertemuan atau satu kali siklus tapi dibutuhkan beberapa siklus untuk

memperbaiki dan menemukan hasil yang diinginkan oleh peneliti sesuai dengan kriteria

keberhasilan belajar siswa.

Untuk siklus – siklus selanjutnya dilakukan perbaikan dari hasil siklus pertama, pada

siklus ke dua, peneliti memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus pertama dengan

langkah – langkah yang sama seperti siklus pertama, yang terdiri dai perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan observasi, namun hasil perbaikan dari siklus pertama di

terapkan pada siklus kedua, selanjutnya pada siklus ketiga sama seperti pada pelaksaan siklus

kedua, namun yang dipergunakan adalah hasil perbaikan dari siklus kedua dan diterapkan

pada siklus ketiga, dan seperti itu seterusnya pada siklus – siklus selanjutnya jika dirasakan

perlu menambah siklus.

B. Kerangka Berfikir

Dari gambaran alur berfikir tersebut, dapat dianalisis bahwa hubungan antara hakikat

pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan karakteristik permainan sepakbola dengan

gaya mengajar divergen, dapat dilaksanakan dengan langkah – langkah PTK. Karena di

dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, teknik yang dipergunakan tidak memiliki

standar baku dan termasuk pada keterampilan terbuka. Seorang siswa dituntut untuk

megeluarkan kreatifitasnya, pengetahuannya dan mengeluarkan kemampuannya dalam

kegiatan pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, agar siswa menjadi pribadi yang

memiliki karakteristik moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang terkandung di

dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola. Seperti memiliki sikap sportif, fair play,

jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri dan dapat bekerja sama.

Page 25: Skripsi PTK Bab I

Ini sesuai dengan gaya mengajar divergen, dimana siswa dituntut untuk mengeluarkan

kreatifitasnya, pengetahuannya dan kemampuan yang dimiliki dalam situasi yang diberikan

oleh guru pada kegiatan pembelajaran. Siswa harus mengeluarkan kreatifitasnya untuk

memberikan jawaban yang berfariasi pada permasalahan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, penerapan gaya mengajar divergen di dalam

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola yang dilaksanakan dengan menggunakan 

langkah – langkah PTK, diduga bahwa gaya mengajar divergen dapat diterapkan dalam

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka berfikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “gaya mengajar divergen dapat diterapkan dalam

pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.”

 BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A.    TUJUAN OPERASIONAL PENELITIAN

Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan

keterampilan peneliti dalam menerapkan gaya mengajar divergen, khususnya dalam

rangka meningkatkan kualitas pembelajaran aktivitas permainan sepakbola di SMA

Negeri 1 Pangalengan, terutama kelas XI IPA 1.

B.     TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1.      Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangalengan, Penelitian ini akan

dilaksanakan pada kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 16

orang siswa laki – laki dan 24 orang siswa perempuan.

2.      Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011 – 2012.

Waktu penelitian digambarkan seperti pada Matrik 3.1 di bawah ini:

Page 26: Skripsi PTK Bab I

NO Nama Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1.Penyusunan Proposal Skripsi

2.Bimbingan Proposal Skripsi

3.Seminar Proposal Skripsi

4.Surat Keputusan Judul Skripsi

5.BAB I (Pendahuluan)

6.BAB II (Tinjauan Teoritis, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan)

7.BAB III (Metodologi Penelitian)

8.Observasi

9.BAB IV (Pengolahan Data)

10.BAB V (Kesimpulan dan Saran)

11.Pra Sidang Skripsi

12.Ujian Sidang

C.    FOKUS PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada penerapan gaya mengajar Divergen dalam

pembelajaran aktivitas permainan sepakbola di SMA Negeri 1 Pangalengan

D.    METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas (PTK), hal yang berkaitan dengan PTK telah dijelaskan

pada BAB II.

E.     LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN

Page 27: Skripsi PTK Bab I

Merujuk pada langkah – langkah PTK seperti yang dikemukakan Arikunto

(2008:16) bahwa dalam penelitian tindakan kelas “terdapat empat tahapan yang

lazim dilalui, yaitu 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan dan 4. Refleksi.”

Dalam kaitannya dengan penelitian ini dikemukakan langkah penelitian sebagai

berikut:

a.    Observasi Awal

Adalah kegiatan pertama peneliti untuk melihat permasalahan pembelajaran

Penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang dilaksanakan

di SMA Negeri 1 Pangalengan. Maksud observasi adalah untuk mengamati kegiatan

pembelajaran dan menganalisis masalah – masalah yang terkait dengan fokus

penelitian. Fokus masalah yang di teliti atau yang diobservasi meliputi kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, gaya / metode mengajar yang

digunakan oleh guru, respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran, interaksi –

interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang diberikan oleh guru

dan sarana prasarana pendukung pembelajaran yang terdapat di sekolah yang

dijadikan tempat penelitian.

Data – data yang terkait dengan fokus penelitian dicatat dalam catatan lapangan

yang dijadikan data untuk pembahasan dan dituangkan dalam wujud Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data hasil pengamatan tersebut, yang berupa

masalah – masalah yang teridentifikasi, selanjutnya dijadikan pembuatan pedoman

perencanaan perbaikan dalam pembelajaran tahap berikutnya. Dalam penelitian ini,

salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP aktivitas permainan

sepakbola. Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka

RPP yang dibuat berorientasi pada penerapan gaya mengajar divergent.

b.      perencanaan (plan)

Page 28: Skripsi PTK Bab I

Pada tahap perencaanaan dibuat tahapan – tahapan pelaksanaan pembelajaran

yang akan dilakukan peneliti dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola

yaitu:

1. Mempelajari Permendiknas nomor 41 tahun 2007, kurikulum KTSP 2006,

silabus dan program pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Pangalengan, untuk

dijadikan pedoman pembuatan RPP aktivitas permainan sepakbola ,dengan

menggunakan gaya mengajar divergent

2. Membuat rancangan RPP aktivitas permainan sepakbola dengan

menggunakan gaya mengajar divergent

3. Mendiskusikan rancangan RPP dengan pembimbing

4. Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.

c.       Pelaksanaan (act)

Dalam tahap pelaksaan ini, peneliti membuat dan melaksanakan:

1. Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola ,dengan menggunakan gaya

mengajar divergent, yang sudah dirancang pada RPP. Selanjutnya untuk

dilaksanakan.

2. Pada penerapan RPP dengan gaya mengajar divergen  ini, peneliti menjadi

pengajar dan orserver, yang bertugas untuk mengambil foto – foto kegiatan

penelitian, mencatat kegiatan penelitian, dan mengisi lembar observasi.

3. Peneliti mencatat permasalahan yang muncul saat perlaksanaan

pembelajaran, selanjutnya catatan ini disebut dengan catatan lapangan.

d.      Perbaikan (reflection)

Refleksi merupakan tahap yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan. Pada

tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mengevaluasi hasil – hasil atau respons dari

tindakan yang telah dicatat dalam catatan lapangan. Tahap reflesi adalah bagian

yang sangat penting dari PTK. Refleksi yang ditekankan adalah evaluasi diri peneliti

selaku guru dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari

Page 29: Skripsi PTK Bab I

tindakan yang dilakukan.proses refleksi ini juga dikonsultasikan dengan

pembimbing.

Jika hasil refleksi sudah terlihat dampak yang diharapkan oleh peneliti, termasuk

relevansi ketercapaian tujuan penelitian, maka disimpulkan penelitian tindakan kelas

dianggap cukup. Tapi jika hasil refleksi pada siklus pertama belum terlihat dampak

yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan dengan penelitian pada

siklus ke II.

F.     Data Penelitian

1.      Sumber data:

Data – data yang digunakan untuk analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini

bersumber dari:

         Guru dalam hal ini peneliti sendiri

         Respons siswa khususnya dalam hubungannya dengan diterapkannya gaya

mengajar divergent dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola oleh peneliti/

guru

         Data observer

         Lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Pangalengan yang dijadikan tempat penelitian

2.      Jenis data:

Jenis data dalam penelitian ini berupa data deskripsi kualitatif tentang permasalahan

dan cara pemecahan masalah yang teridentifikasi oleh peneliti, dalam bentuk

catatan lapangan, dokumentasi (foto) dan hasil refleksi dari tiap pelaksanaan

pembelajaran.

3.      Alat Pengumpul Data:

Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :

         Catatan lapangan dan catatan observer

         Alat observasi

         Dokumnetasi (Video dan foto)

G.    TEKNIK ANALISIS DATA

Page 30: Skripsi PTK Bab I

Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data. Analisis

data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh sebab itu,

peneliti harus memahami teknik analisis data agar hasil penelitiannya mempunyai

nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipergunakan

adalah dengan cara triangulasi data. Triangulasi yaitu menggunakan berbagai

sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian seperti menganalisis,

mensintesis, memaknai, menerangkan, menyimpulkan data yang terkumpul.

Triangulasi data dilakukan antara peneliti, dosen pembimbing dan mitra peneliti serta

menggunakan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya data yang diperoleh direduksi lalu dikelompokan. Hasil yang didapat

berupa kebiasaan – kebiasaan yang muncul pada pembelajaran aktivitas permainan

sepakbola, selanjutnya dideskripsikan sehingga menjadi suatu kesimpulan.  

Diposkan oleh Angga Sastra Sutiana di 06.41