Contoh PTK Bab I - V

39
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus - rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1). Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memula i melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa. Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari- hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2). Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit dipahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak. Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat

Transcript of Contoh PTK Bab I - V

Page 1: Contoh PTK Bab I - V

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-

rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap

pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu

berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh

kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).

Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama

yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu

atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memula i

melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang

baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa.

Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian

siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep

geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-

hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh

guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak

pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya

banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar

dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2).

Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran

matematika sulit dipahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui

manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang

dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak.

Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah

memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk

mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat

Page 2: Contoh PTK Bab I - V

2

membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru

menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan.

Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1980:134) menyatakan bahwa setiap

konsep matematika dapat difahami dengan mudah apabila kendala utama yang

menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi atau dihilangkan. Dienes

berkeyakinan bahwa anak pada umumnya melakukan abstraksi berdasasarkan

intuisi dan pengalaman kongkrit, sehingga cara mengajarkan konsep-konsep

matematika dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan objek kongkrit.

Dengan demikian, dalam mengajarkan matematika perlu adanya benda-benda

kongkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika, yang selanjutnya disebut

sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran ini

digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam

proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan

objek yang sedang dipelajari.

Guru selalu menggunakan metode ceramah yang langsung menyajikan materi

dalam bentuk rumus-rumus pasti, tanpa mengetahui bagaimana rumus itu diperoleh,

sehingga tidak bisa bertahan lama di benak siswa. Walaupun kurikulum telah

berkali-kali diperbarui, teknologi pendidikan telah mengalami berkali-kali inovasi,

banyak guru yang tidak mengubah cara mengajar mereka yang cenderung monoton

atau kurang bervariasi. Guru kurang kreatif dalam memanfaatkan alat peraga yang

ada dalam proses pembelajaran di kelas.

Seharusnya, siswa memiliki motivasi belajar tinggi, aktif, kreatif, disiplin,

antusias memperhatikan penjelasan guru, berusaha menjadi pembelajar yang

mandiri, mau berusaha mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep

Matematika, sehingga diharapkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

Matematika dapat meningkat, pada akhirnya prestasi belajarnya meningkat,

sehingga tidak ada anak yang tinggal kelas atau tidak lulus ujian karena nilai

Matematikanya tidak dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan di sekolah

masing-masing.

Hasil belajar siswa kelas V SDS 009 Immanuel Tahun Pelajaran 2013/2014

mata pelajaran Matematika tentang kubus dan balok masih sangat rendah. Hal ini

Page 3: Contoh PTK Bab I - V

3

dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan harian belum dapat mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu baru 50 dengan nilai terendah 30 dan nilai

tertinggi 70. Dari siswa yang berjumlah 33 yang terdiri dari 16 putra dan 17 putri

baru 13 siswa atau 39,4% yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM). KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika kelas V adalah

65.

Jumlah anak yang nilainya mencapai KKM belum ada separuh dari jumlah

keseluruhan siswa di kelas V. Hal ini tentu cukup memprihatinkan, mengingat

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional

(UN). Kenyataan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor guru,

faktor siswa, sarana dan prasarana maupun lingkungan serta latar belakang keluarga

siswa.

Faktanya pembelajaran Matematika di sekolah masih banyak melakukan

pembelajaran konvensional, padahal seharusnya dalam konsep pembelajaran guru

bukanlah satu-satunya sumber belajar, selain itu penggunaan media sebagai sumber

belajar harus dimaksimalkan.

Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya

masalah yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar tersebut.

Identifikasi masalahnya adalah bahwa siswa kurang mengerti dalam

menerjemahkan bentuk bangun ruang kubus dan balok dengan penerapannya, juga

masih rendahnya keberanian siswa dalam memberikan pendapat sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki.

Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu adanya perbaikan proses

pembelajaran, dalam hal ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alternat if

solusi yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan

menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran, dalam hal ini

adalah alat peraga konkrit berupa berbagai benda yang berbentuk bangun ruang

terutama kubus dan balok. Untuk itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas

tentang penggunaan media visual atau alat peraga dalam pembelajaran materi kubus

dan balok. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

Page 4: Contoh PTK Bab I - V

4

sampai dengan evaluasi, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

memahami materi kubus dan balok.

Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul

“Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang

Kubus dan Balok pada Siswa Kelas V SDS 009 Immanuel Tebing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diajukan rumusan masalah

yaitu apakah penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika tentang kubus dan balok pada siswa kelas V SDS 009 Immanue l

Tebing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran

Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa

2. Menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

4. Meningkatkan kualitas pembelajaran

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun

sekolah.

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami materi

kubus dan balok dan meningkatkan motivasi belajar.

2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru

yang akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah

3. Bagi guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk

menambah wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang

sesuai dengan materi pelajaran.

4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil

belajar, khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat

meningkatkan kualitas pendidikan.

Page 5: Contoh PTK Bab I - V

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Oemar Hamalik (2001 : 27 ) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparwoto (2004 : 41) bahwa

belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam diri individu yang belajar

dapat dikenali produk belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi,

tingkah laku, maupun keterampilan.

William Burton mengemukakan bahwa ”A good learning situation consist of

a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose

and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment”.

Yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individ u

melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian

pengalaman – pengalaman belajar.

Menurut Winkel belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilka n

perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard

belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang

kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali

kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat,

seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya (Purwanto, 2008

: 51)

Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne (Mulyani Sumantri & Johar

Permana, 1999 : 16) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam

perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada

Page 6: Contoh PTK Bab I - V

6

dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan

terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan

serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Moh. Surya dikutip oleh Nana Sudjana (2005 : 22) mendefinisikan Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Oemar Hamalik (1993 : 280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu :

a. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena

tujuan akan menuntut dalam belajar,

b. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis,

c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari sehingga

memperoleh pengertian – pengertian,

d. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan dan hasil.

Dari prinsip – prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam memaknai belajar

dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses

pembelajaran, sehingga pengertian dan pemahaman mengenai makna Belajar

menjadi lebih jelas dan terarah.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar ada

suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan,

pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan

tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi

tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh

sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

B. Hasil Belajar

Menurut W.J.S Purwadarminto (1987 : 767 ) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu

tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.

Page 7: Contoh PTK Bab I - V

7

Prestasi belajar menurut Winkel (1996 : 226 ) mengemukakan bahwa hasil

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Menurut Nana Sudjana (2005 : 20) hakikat hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Nana Sudjana (2005 : 38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang

dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa

terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan

yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis.

Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77 ) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil terbaik yang dicapai siswa setelah

melaksanakan usaha belajar secara maksimal. Salah satu pemikiran

konstruktivisme yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami

perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan

individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat

tahap yaitu (1) sensory motor; (2) pre-operational; (3) concrete operasional; dan

(4) formal operational. Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil

apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen

dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu

oleh pertanyaan dari guru.

Dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif serta interaktif

maka guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar

mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan

Page 8: Contoh PTK Bab I - V

8

berbagai pengetahuan dari lingkungan dan sumber Belajar lainnya. Implikasi teori

perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran, adalah:

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena

itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

berfikir anak.

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4. Memberikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

serta diskusi dengan teman-temannya.

C. Karakteristik Matematika

Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang

matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik

ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain: (a) memiliki objek kajian abstrak,

(b) bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki symbol

yang kosong dari arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, (f) konsisten dalam

sistemnya.

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta,

konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek

lain, misalnya: pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini.

Pola pikir yang digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan

suatu struktur yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.

Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain

dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian,

pembelajaran matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif

siswa, mengkongkritkan objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami

siswa. Selain itu sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir

deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya

pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa

Page 9: Contoh PTK Bab I - V

9

kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu

saja.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik

(Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu

kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan

dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan

perubahan tingkah laku.

Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah

suatu pembelajaran yang bertujuan:

(a) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi

(b) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

(c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

(d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,

peta, diagram dalam menjelaskan gagasan

D. Kubus dan Balok

1. Pengertian Kubus

Gambar 1

Page 10: Contoh PTK Bab I - V

10

Pada gambar di atas menunjukkan sebuah bangun ruang yang semua sisinya

berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti itu

dinamakan kubus. Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

a. Sisi/Bidang; Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar

1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk

persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan),

CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping

kanan).

b. Rusuk; Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan

terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali

Gambar 8.1. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC,

CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

c. Titik Sudut; Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari

Gambar 8.2 , terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu

titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Selain ketiga unsur di atas, kubus juga

memiliki diagonal. Diagonal pada kubus ada tiga, yaitu diagonal bidang,

diagonal ruang, dan bidang diagonal.

d. Diagonal Bidang; Pada kubus tersebut terdapat garis AF yang

menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu

sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang

Gambar 2

e. Diagonal Ruang; perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 8.4 . Pada

kubus tersebut, terdapat ruas garis HB yang menghubungkan dua titik sudut

Page 11: Contoh PTK Bab I - V

11

yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut

diagonal ruang.

Gambar 3

f. Bidang Diagonal; Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 8.5 secara

saksama. Pada gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada

kubus ABCD. EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan

EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk

suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD.

Bidang ACGE disebut sebagai bidang diagonal. Coba kamu sebutkan

bidang diagonal lain dari kubus ABCD.EFGH.

Gambar 4

2. Jaring-jaring Kubus

Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-

ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Kubus

memiliki sebelas jaring-jaring. Berikut ini kesebelas jaring-jaring kubus yang bisa

dibuat.

Page 12: Contoh PTK Bab I - V

12

Gambar 5

Page 13: Contoh PTK Bab I - V

13

3. Menghitung Volume Kubus

Volume kubus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

V = S x S x S atau 𝑉 = 𝑆 3

Keterangan:

V = Volume

S = sisi kubus

4. Pengertian Balok

Bangun ruang ABCD.EFGH pada gambar tersebut memiliki tiga pasang sisi

berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya, di mana setiap sisinya berbentuk

persegipanjang. Bangun ruang seperti ini disebut balok. Berikut ini adalah unsur -

unsur yang dimiliki oleh balok ABCD.EFGH pada Gambar 6.

Gambar 6

a. Sisi/Bidang; Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Dari

Gambar 6, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi

berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD (sisi bawah),

EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi belakang), BCGF (sisi

samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). Sebuah balok memiliki tiga

pasang sisi yang berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga

pasang sisi tersebut adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH,

dan BCGF dengan ADHE.

b. Rusuk; Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH memiliki 12 rusuk.

Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH,

HE, AE, BF, CG, dan HD.

c. Titik Sudut; Dari Gambar 6, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8

titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H. Sama halnya dengan kubus,

Page 14: Contoh PTK Bab I - V

14

balok pun memiliki istilah diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang

diagonal. Berikut ini adalah uraian mengenai istilah- istilah berikut.

d. Diagonal Bidang; Coba kamu perhatikan Gambar 7. Ruas garis AC yang

melintang antara dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang,

yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidang balok

ABCD.EFGH.

e. Diagonal Ruang; Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan

E pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 8 disebut diagonal ruang

balok tersebut. Jadi, diagonal ruang terbentuk dari ruas garis yang

menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu

bangun ruang.

f. Bidang Diagonal; Sekarang, perhatikan balok ABCD.EFGH pada Gambar

9. Dari gambar tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu

diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut beserta dua

rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk sebuah bidang

diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH.

5. Jaring-jaring Balok

Balok dapat dibentuk dari 54 macam jaring-jaring. Dalam sebuah tersusun dari

6 bidang persegi panjang. Beberapa model jaring-jaring balok dapat dilihat di

gambar berikut ini.

Page 15: Contoh PTK Bab I - V

15

6. Menghitung Volume Balok

Volume balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑉 = 𝑃 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡

Keterangan:

V = Volume

Page 16: Contoh PTK Bab I - V

16

P = Panjang

l = lebar

t = tinggi

E. Alat Peraga

Menurut Ngadino Y. ( 2003 : 10 ) alat peraga adalah “alat / benda yang digunakan

oleh guru dalam mengajar”. Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk

memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata /

konkrit (Depdiknas, 2003 : 10).

Amirhamzah Sulaiman (1991 : 25) berpendapat bahwa “ alat peraga adalah alat-alat

visual, yang dapat memperhatikan rupa atau bentuk yang kita kenal dengan alat peraga”.

Sedangkan Oemar Hamalik (1982 : 43) “alat peraga adalah alat metode atau teknik yang

digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan

siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran sebagai alat bantu sekolah.

Pengertian alat peraga menurut Estiningsih (1994) adalah media pembelajaran

yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga

merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar (Moh. Surya, 1992:

75).

Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat

atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau

meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6).

Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar yang

dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses belajar mengajar

(2002: 99-100):

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan

fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif;

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar;

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi

pelajaran;

d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan

sekedar pelengkap;

Page 17: Contoh PTK Bab I - V

17

e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses

belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang

diberikan guru;

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi

mutu belajar mengajar

Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai:

a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir,

oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme;

b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk

belajar;

c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan Belajar

sehingga hasil belajar bertambah mantap;

d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri pada setiap siswa;

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan;

f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya

kemampuan berbahasa;

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta

membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih

sempurna.

Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip

tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-

prinsip ini adalah sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105):

a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih

terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan

pelajaran yang hendak diajarkan;

b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu

diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan anak didik;

c. Menyajikan alat peraga dengan tepat;

d. Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan

situasi yang tepat.

Page 18: Contoh PTK Bab I - V

18

R.M. Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah pendidikan

penerangan (1995: 6) menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada

bahan yang dipakai:

Gambar-gambar (lukisan), misalnya Zoologie (gambar-gambar binatang),

Botani (gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan gambar tentang ilmu

bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan);

Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres,

bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang;

Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan

dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari

bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia.

Media mengajar alat peraga dan peraga benda sering disebut sebagai alat modern,

karena kesadaran mengenai pentingnya memakai media mengajar dalam pelayanan

anak yang masih baru. Melalui pemakaian alat peraga dan peraga benda, imajinasi anak

dirangsang, perasaan anak disentuh dan kesan yang mendalam diperoleh. Melaluinya

anak belajar dengan semangat dan dapat mengingat dengan baik. Dalam mengajar,

panca indera dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan

dilibatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan

apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah

"mendengar". Melalui mendengar, anak mengikuti peristiwa demi peristiwa dan ikut

merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak

melihat sesuatu dari apa yang diceritakan.

Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar

dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang

diceritakan "dilihat" melalui sebuah gambar. Dengan demikian melalui "mendengar"

dan "melihat" akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media Mengajar (alat

peraga dan peraga benda) seperti: gambar, gambar berkembang, flashcard, slides

menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik, yaitu mampu mengingat 50% dari

apa yang didengar dan dilihatnya.

Page 19: Contoh PTK Bab I - V

19

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Swasta 009 Immanuel Tebing kelas V pada

tahun pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang, yang terdiri dari 16 laki-

laki dan 17 perempuan, yang beralamat di wilayah Sei Bati, Kelurahan Pamak,

Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.

B. Deskripsi per Siklus

Menurut Sukardi (2003: 210) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Bentuk penelitian ini yang

dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jenis kolaboratif yang

melibatkan guru lain sebagai observer. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas

ini menggunakan dua siklus yakni siklus 1 (pertama) dan siklus II (kedua).

Selanjutnya dilakukan ulangan harian 1 dan 2. Dari hasil pengamatan dan refleksi

pada siklus 1 diadakan perbaikan/pemantapan pada proses pembelajaran pada

siklus II.

Menurut Sukardi (2003: 212), model siklus dalam penelitian tindakan kelas

mempunyai tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: lembar kerja

siswa, mempersiapkan tes hasil belajar dan lembar observasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Kegiatan

yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam upaya memperbaiki mutu

pembelajaran yang diinginkan. Dalam melakukan tindakan penelitian harus

berjalan sesuai dengan tujuan perencanaan yang telah disusun. Sesuai

dengan metode tutor sebaya untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam

membangun pengetahuan, maka peneliti benar-benar berpijak pada

perencanaan yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran 1

Page 20: Contoh PTK Bab I - V

20

pada siklus 1 dan rencana pelaksanaan pembelajaran 2 pada siklus II.

Peneliti memberikan lembar kerja siswa dengan menerapkan penggunaan

alat peraga. Selama proses pembelajaran siswa belajar sesuai pembelajaran

yang digunakan yaitu pendekatan model demonstrasi dengan

mengedepankan alat peraga.

3. Observasi

Dalam tahap ini yang bertindak sebagai observer adalah guru lain. Observasi

yang dilakukan terhadap aktivitas, interaksi, dan kemajuan siswa selama

pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan bersamaan dengan

tindakan. Observasi dilakukan oleh guru lain dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disediakan. Observasi bertujuan untuk mengamati hal-

hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai

tujuan yang diinginkan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan aktivitas melihat kembali bagi guru atau peneliti atas

dampak dari proses yang dilakukan untuk menimbulkan pertanyaan yang

bisa dijadikan acuan keberhasilan, misalnya apakah hasil belajar siswa

sudah menunjukkan ketuntasan belajar atau bagaimana aktivitas yang

dilakukan siswa dalam proses pembelajaran berikutnya.

Pada tahap refleksi ini juga bertujuan mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan sehingga sangat

penting untuk menjadi patokan pada pelaksanaan siklus II atau tahap

berikutnya sebagai perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini

dilakukan mulai dari pertemuan pertama dan ulangan harian 1. Setelah

ulangan harian pertama peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk

mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil yang dicapai oleh

siswa. Jika setelah diadakan pertimbangan dari hasil tindakan maka penelit i

memutuskan untuk pmelaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II. Siklus

kedua dilaksanakan pada pertemuan kedua dan ulangan harian 2. Setelah

pelaksanaan ulangan harian 2 peneliti melakukan refleksi mengkaji hasil

yang dicapai oleh siswa.

Page 21: Contoh PTK Bab I - V

21

C. Instrumen Penelitian

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan program

kerja guru dalam melaksanakan tugas di dalam proses pembelajaran,

materi ajar, model pembelajaran dan langkah- langkah pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa memuat kompetensi dasar, indicator, tujuan

pembelajaran, dan langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam

menyelesaikan masalah yang dikembangkan dalam membangun

pengalamannya, serta tugas yang harus dikerjakan. Lembar kerja

siswa berguna untuk membangun pengalaman siswa dalam proses

pembelajaran.

D. Instrumen Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi

dan tes hasil belajar.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi tentang

aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi

siswa antara lain : perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh

guru, keaktifan dan antusias siswa dalam proses memahami materi

pembelajaran, serta kerjasama dalam kelompok dalam menyelesa ikan

tugas. Sedangkan aktivitas guru yang diamati antara lain : menjelaskan

kompetensi dasar, menginformasikan model pembelajaran yang

digunakan, memotivasi siswa dalam belajar, mendemonstras ikan

penggunaan alat pembelajaran, membimbing siswa bekerja dalam

kelompok.

Page 22: Contoh PTK Bab I - V

22

b. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dibuat berpedoman pada indikator kisi-kisi. Data hasil

belajar matematika, berupa ulangan harian setiap siklus. Data hasil

belajar berguna untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah :

1. Observasi

Observasi ini digunakan untuk memperoleh aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Observasi siswa dilakukan oleh teman sejawat.

Observasi siswa berisikan berbagai aktivitas siswa yang terjadi di dalam

kelas.

2. Wawancara

Wawancara ini digunakan untuk memperoleh gambaran awal guru dalam

mengetahui penyebab/faktor- faktor yang mempengaruhi siswa kurang

minat belajar matematika, nilai matematika siswa kurang sehingga guru

dapat menciptakan model pembelajaran yang bisa mengatasi kendala -

kendala tersebut. Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru matematika

kelas sebelumnya dan kepada siswa tersebut.

3. Teknik Tes

Data tentang hasil belajar matematika diperoleh melalui tes yang

dilakukan setelah pembelajaran berlangsung. Tes hasil belajar dilakukan

dua kali dalam bentuk ulangan harian tiap kompetensi dasar. Soal-soal

pada ulangan harian berdasarkan indikator yang ingin dicapai pada

materi kubus dan balok.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui lembar observasi yang kemudian dianalis is.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan data tentang siswa dan guru selama proses pembelajaran serta

ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi kubus dan balok.

1. Analisis Data Aktivitas Siswa

Page 23: Contoh PTK Bab I - V

23

Analisis data tentang aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembaran

observasi selama proses pembelajaran yang kemudian dianalisis dengan

analisis deskriptif. Analisis tentang aktivitas siswa dan guru dari lembar

observasi selama pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai jika aktivitas

pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan metode tutor sebaya, yang

terdapat dalam pelaksanan pembelajaran diperbaiki untuk pedoman

pembelajaran selanjutnya.

2. Analisis Data Ketercapaian KKM

a. Ketuntasan Individual

Analisis data ketercapaian hasil belajar dapat dilakukan dengan

membandingkan skor hasil belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Pada penelitian ini siswa dikatakan

mencapai KKM apabila nilai yang diperoleh siswa sama atau lebih dari

65. Siswa dikatakan tidak mencapai KKM jikka nilai yang diperoleh

lebih kecil dari 65. Jadi semakin banyak siswa yang mencapai KKM

setelah dilaksanakan tindakan daripada sebelum dilaksanakan maka

dapat dikatakan hasil belajar meningkat. Skor hasil belajar siswa yang

diperoleh dari nilai ulangan harian kemudian dianalisis setiap indikator.

Analisis ketercapaian indikator dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus berikut ini :

Nilai = 𝑆

𝑆𝑇 x 100

Keterangan :

S = Skor yang diperoleh

ST = Skor total

Ketentuan yang digunakan dalam menilai hasil belajar siswa berpedoman

pada kriteria penilaian skala pengkategorian DEPDIKBUD (1986:6).

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kriteria penilaian aktivitas siswa

berikut ini.

Page 24: Contoh PTK Bab I - V

24

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

No Skor Kategori

1 96 – 100 Istimewa

2 86 – 95 Baik Sekali

3 76 – 85 Baik

4 66 – 75 Cukup

5 56 – 65 Sedang

6 00 – 55 Rendah

Sumber dari DEPDIKBUD (1986: 6)

Sedangkan penilaian hasil belajar, untuk mempermudah penulis

menetapkan tiga kriteria dalam keberhasilan belajar siswa. Dengan

ketentuan sebagai berikut :

0 – 64 = Rendah

65 – 79 = Sedang

80 – 100 = Tinggi

b. Ketuntasan Klasikal

Hasil belajar matematika dikatakan meningkat apabila siswa yang

mencapai KKM setelah tindakan lebih banyak daripada sebelum

tindakan. Ketuntasan belajar secara klasikal dikatakan tercapai jika 85%

dari seluruh siswa mencapai KKM. Sedangkan untuk mencapai KKM

terhadap hasil siswa secara keseluruhan menggunakan rumus :

Ketuntasan Klasikal = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100

G. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober - November 2014. Peneliti

menentukan waktu tersebut dengan alasan siswa masih menerima waktu belajar

efektif, sesuai dengan KTSP yang ditetapkan oleh SD Swasta 009 Immanuel Tebing

Kabupaten Karimun. Selain itu peneliti menetapkan bulan Oktober dan November

sesuai dengan alokasi penelitian dan disejalankan dengan program pengajaran

Page 25: Contoh PTK Bab I - V

25

materi kubus dan balok merupakan materi pelajaran pada semester ganjil. Untuk

lebih jelasnya berkaitan dengan alokasi/waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Alokasi/waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Pembelajaran WaktuPelaksanaan

1 Mempersiapkan perangkat pembelajaran 8 November 2014

2 Pelaksanaan penelitian siklus 1 11 November 2014

3 Pelaksanaan penelitian siklus 2 14 November 2014

4 Pengolahan hasil penelitian 20 November 2014

Page 26: Contoh PTK Bab I - V

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per Siklus

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan di SD Swasta 009

Immanuel Tebing pada siswa kelas V yang berjumlah 33 orang. Tindakan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah melaksanakan model pendekatan alat peraga

yang diawali dengan mendemostrasikan alat peraga kubus dan balok di depan

kelas.Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini mempersiapkan 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal ulangan harian, serta kunci jawaban

LKS dan kunci jawaban ulangan harian.

Pada tahap ini peneliti membagi siswa dalam 8 kelompok yang terdiri dari 3-

4 siswa. Penetapan kelompok berdasarkan pemerataan siswa yang tingkat

kemampuannya lebih pandai, sedang, dan kurang pandai.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan metode tutor sebaya dengan materi

kubus dan balok. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini sebanyak 2 siklus.

a. Pelaksanaan siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan 1 kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari Selasa,

11 November 2014. Pada pertemuan pertama beberapa siswa belum

sepenuhnya memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan guru yang

memperkenalkan alat peraga kubus dan balok di depan kelas, hal ini terliha t

dari aktivitas siswa yang terkesan main-main bahkan alat peraga kubus dan

balok dijadikan hal yang lucu bagi mereka. Namun guru terus memberikan

bimbingan dan arahan agar lebih serius. Sehingga dalam menyelesaikan LKS

1 siswa masih mengalami kesulitan dengan adanya kurang konsentrasi pada

penjelasan materi oleh guru dengan mengedepankan alat peraga.

Pada pertemuan pertama ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk

melakukan aktivitas siswa.

Page 27: Contoh PTK Bab I - V

27

Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama dapat diliha t

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

No Fokus Pengamatan Siswa ( Siklus 1)

1 Motivasi siswa mengikuti pembelajaran Baik

2 Memperhatikan dan mengikuti penjelasan

materi dengan pengenalan alat peraga

Cukup

3 Menyelesaikan soal-soal pada LKS Cukup

Berdasarkan hasil tersebut di atas diketahui bahwa memperhatikan dan

mengikuti bimbingan teman sebaya serta menyelesaikan soal-soal LKS

yang diberikan oleh guru masih dalam kategori cukup, sehingga

membutuhkan perbaikan dalam rencana siklus berikutnya.

Di kegiatan akhir pertemuan pertama ini, peneliti langsung

mengadakan ulangan harian 1. Hasil ulangan siswa pada siklus pertama

dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Page 28: Contoh PTK Bab I - V

28

Tabel 4.2

Skor Nilai Siklus 1

Sumber dari hasil ulangan siklus 1

Keterangan : T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar siswa materi operasi hitung

campuran pada siklus 1 adalah 63,64%. Yang tuntas hanya 14 siswa dengan

persentase 42,42%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 19 siswa dengan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Nilai

1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 50 TT

2 Alberto Aldius Marco 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 40 TT

3 Alfonsus Felix Brian 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5 50 TT

4 Angelica Kristina Natalie 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 50 TT

5 Antonius Nanda Saputra 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 50 TT

6 Antonius Anus 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 50 TT

7 Apriyani 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 T

8 Ardika Marco Dongoran 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 50 TT

9 Christianus Martin Danielo 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 T

10 Dedy Pranata 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 T

11 Devita Sari Simamora 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 40 TT

12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 5 50 TT

13 E'bri Kasih Tampubolon 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 50 TT

14 Erfina Damai Yanti 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T

15 Erison Manalu 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 40 TT

16 Eryadi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T

17 Femiliana Agnes 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 40 TT

18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 50 TT

19 Heppi Naomi Lastio S 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 5 50 TT

20 Jesy Rosalia Venelia Sari 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 60 TT

21 Joni Chandra 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T

22 Lily Gabriel Malau 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 60 TT

23 Lisa Lavenia 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 T

24 Maria Grasela 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6 60 TT

25 Michelle Magdalena 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80 T

26 Raifalina Dhea Agnesia P 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 50 TT

27 Ryan Pratama Sianturi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 80 T

28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 T

29 Steviana Br Sihombing 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6 60 TT

30 Wihelmus Bimo Primastopo 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T

31 Xui Ching Anggelika 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 T

32 Yolanda Agnes H. Sitompul 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 T

33 Yosephine Mere 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 5 50 TT

30 24 23 21 22 22 19 18 19 12 210 2100

SKOR NILAI SIKLUS I

Jumlah

Persentasi 63,64 %

KetSoal Jumlah

No Nama Siswa

Page 29: Contoh PTK Bab I - V

29

persentase 57,58%. Setelah mengkaji hasil ulangan harian 1 ternyata rata-rata

kelasnya 63,64% yang artinya masih di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu

65.

Jika dilihat dari kriteria keberhasilan belajar siswa maka dapat dikatakan hasil

belajar masih rendah. Jika kita lihat perbandingan antara siswa yang tuntas dan

tidak tuntas, siswa yang tidak tuntas masih besar prosentasenya, sedangkan siswa

yang tuntas di bawah 50%. Sehingga dapat dikatakan untuk ketuntasan secara

klasikal masih sangat rendah. Hasil belajar pada siklus I ini memang masih rendah

namun mengalami peningkatan disbanding dengan hasil belajar siswa pada tes

awal. Perbandingan hasil belajar matematika materi kubus dan balok di SD Swasta

009 Immanuel Tebing pada siklus I dan tes awal tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Page 30: Contoh PTK Bab I - V

30

Tabel 4.3

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

KUBUS DAN BALOK PADA TES AWAL DAN SIKLUS I

No Nama Siswa Skor Nilai

Ket Tes

Awal

Siklus

1

1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 50 Tetap

2 Alberto Aldius Marco 40 40 Tetap

3 Alfonsus Felix Brian 50 50 Tetap

4 Angelica Kristina Natalie 40 50 Meningkat

5 Antonius Nanda Saputra 50 50 Tetap

6 Antonius Anus 40 50 Meningkat

7 Apriyani 70 80 Meningkat

8 Ardika Marco Dongoran 50 50 Tetap

9 Christianus Martin Danielo 60 80 Meningkat

10 Dedy Pranata 70 80 Meningkat

11 Devita Sari Simamora 40 40 Tetap

12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 40 50 Meningkat

13 E'bri Kasih Tampubolon 50 50 Tetap

14 Erfina Damai Yanti 80 90 Meningkat

15 Erison Manalu 40 40 Tetap

16 Eryadi 80 90 Meningkat

17 Femiliana Agnes 40 40 Tetap

18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 40 50 Meningkat

19 Heppi Naomi Lastio S 50 50 Tetap

20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 Tetap

21 Joni Chandra 70 90 Meningkat

22 Lily Gabriel Malau 50 60 Meningkat

23 Lisa Lavenia 70 80 Meningkat

24 Maria Grasela 50 60 Meningkat

25 Michelle Magdalena 70 80 Meningkat

26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 50 Tetap

27 Ryan Pratama Sianturi 80 80 Tetap

28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 80 90 Meningkat

29 Steviana Br Sihombing 60 60 Tetap

30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 90 Tetap

31 Xui Ching Anggelika 90 90 Tetap

32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 80 Meningkat

33 Yosephine Mere 40 50 Meningkat

Jumlah 1920 2100 Meningkat

Persentasi 58,18% 63,64% Meningkat

Sumber dari tes awal dan tes siklus 1

Page 31: Contoh PTK Bab I - V

31

Berdasarkan tabel perbandingan tersebut hasil belajar kubus dan balok pada

tes awal mencapai rata-rata 58,18% tergolong rendah, sedangkan pada siklus 1 rata-

rata hasil belajar 63,64% tergolong sedang. Dengan demikian terjadi peningkatan

hasil belajar materi kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta 009 Immanue l

Tebing. Selama pelaksanaan berlangsung, guru membuat catatan harian tentang

situasi dan kondisi guru, siswa, dan lingkungan. Pada siklus ini, kondisi guru dalam

keadaan sehat. Namun pada saat proses pembelajaran berlangsung cuaca kurang

mendukung karena terjadi turun hujan yang disertai petir. Hal tersebut diperparah

lagi dengan kondisi listrik padam. Guru mengalami kesulitan menjelaskan materi

pelajaran karena suara guru kurang jelas didengar oleh siswa.

Refleksi Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan 1, ketuntasan belajar materi

operasi hitung campuran belum mencapai hasil yang memuaskan, masih ada 19

siswa yang belum tuntas secara individual, dan secara klasikal pun belum tercapai,

tetapi telah menunjukkan peningkatan persentase secara umum baik individu

maupun klasikal.

Ketuntasan belajar siswa belum dapat tercapai dengan maksimal disebabkan

beberapa faktor, antara lain :

1. Dalam perencanaan kurangnya persiapan, sehingga hasil belajar belum

optimal

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang memberi bimbingan dan

kurang tegas kepada siswa yang kurang serius dalam mengerjakan

tugas.

3. Faktor alam yang kurang mendukung yaitu hujan yang disertai sehingga

menyebabkan mati lampu

4. Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 masih belum tuntas, untuk itu

siswa yang belum tuntas diadakan remedial

b. Pelaksanaan Siklus II

Untuk siklus II ada satu kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian.

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 November 2014.

Page 32: Contoh PTK Bab I - V

32

Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Fokus Pengamatan Siswa ( Siklus 1)

1 Motivasi siswa mengikuti pembelajaran Baik

2 Memperhatikan dan mengikuti penjelasan

materi dengan pengenalan alat peraga

Baik

3 Menyelesaikan soal-soal pada LKS Baik

Berdasarkan hasil tersebut di atas aktivitas siswa sudah baik. Di kegiatan

akhir pertemuan siklus II, peneliti langsung mengadakan ulangan harian 2.

Hasil ulangan siswa pada siklus kedua dapat kita lihat pada tabel berikut

ini :

Page 33: Contoh PTK Bab I - V

33

Tabel 4.5

Sumber dari hasil ulangan harian 2

Keterangan : T = Tuntas

TT = Tidak tuntas

Hasil belajar metematika pada siklus II ini menunjukkan peningkatan yang sangat

baik, maka peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian berikutnya. Namun ada 2

siswa yang belum tuntas tetap menjadi prioritas guru, dibantu oleh siswa yang

menjadi tutor dalam kelompoknya, sehingga siswa yang belum tuntas ini dapat

memahami materi pelajaran kubus dan balok. Dengan harapan pada saat ujian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Nilai

1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 TT

2 Alberto Aldius Marco 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 60 TT

3 Alfonsus Felix Brian 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 70 T

4 Angelica Kristina Natalie 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80 T

5 Antonius Nanda Saputra 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 6 60 TT

6 Antonius Anus 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 T

7 Apriyani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T

8 Ardika Marco Dongoran 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80 T

9 Christianus Martin Danielo 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 T

10 Dedy Pranata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 T

11 Devita Sari Simamora 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 50 T

12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 60 T

13 E'bri Kasih Tampubolon 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 T

14 Erfina Damai Yanti 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T

15 Erison Manalu 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70 T

16 Eryadi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T

17 Femiliana Agnes 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 T

18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 60 TT

19 Heppi Naomi Lastio S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80 T

20 Jesy Rosalia Venelia Sari 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 60 TT

21 Joni Chandra 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T

22 Lily Gabriel Malau 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 T

23 Lisa Lavenia 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 T

24 Maria Grasela 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 T

25 Michelle Magdalena 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 T

26 Raifalina Dhea Agnesia P 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 60 TT

27 Ryan Pratama Sianturi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T

28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T

29 Steviana Br Sihombing 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 70 TT

30 Wihelmus Bimo Primastopo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T

31 Xui Ching Anggelika 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T

32 Yolanda Agnes H. Sitompul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 T

33 Yosephine Mere 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6 60 TT

31 26 25 25 27 26 27 27 25 19 258 2580Jumlah

Persentasi 78,18 %

Ket

SKOR NILAI SIKLUS II

No Nama SiswaSoal Jumlah

Page 34: Contoh PTK Bab I - V

34

semester ganjil siswa tersebut dapat mengerjakan soal berkaitan dengan kubus dan

balok.

Refleksi siklus II

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, dapat ditarik

kesimpulan bahwa hasil belajar matematika materi kubus dan balok di kelas V SD

Swasta 009 Immanuel Tebing meningkat menjadi berkategori baik. Dan dengan

hasil itu maka tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya.

B. Pembahasan dari Setiap Siklus

Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan metode tutor sebaya

maka terlihat adanya peningkatan dalam hasil belajar matematika materi opearsi

hitung campuran. Peningkatan hasil belajarnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Perbandingan Hasil Belajar Tes Awal, Siklus I dan Siklus II

Nilai

Kategori

Hasil Pembelajaran

Tes Awal Siklus I Siklus II

80 – 100 Tinggi 7 ( 21,21% ) 13 ( 39,39%) 20 (60,31%)

65 – 79 Sedang 5 (11,54%) - 5 (15,15%)

0 – 64 Rendah 21 (73,08%) 20 (60,61%) 8 (24,24%)

Jumlah Siswa 33 33 33

Rata-rata 58,18% 63,64% 78,18%

Kategori Rendah Sedang Baik

Untuk lebih jelasnya lagi perbandingan hasil belajar matematika materi

operasi hitung campuran dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 35: Contoh PTK Bab I - V

35

Tabel 4.7

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Materi Kubus dan Balok

pada Tes Siklus I dan siklus II

Sumber dari hasil tes awal, ulangan harian siklus I dan 2

Siklus I Siklus II

1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 80 Meningkat

2 Alberto Aldius Marco 40 60 Meningkat

3 Alfonsus Felix Brian 50 70 Meningkat

4 Angelica Kristina Natalie 50 80 Meningkat

5 Antonius Nanda Saputra 50 60 Meningkat

6 Antonius Anus 50 70 Meningkat

7 Apriyani 80 100 Meningkat

8 Ardika Marco Dongoran 50 80 Meningkat

9 Christianus Martin Danielo 80 80 Meningkat

10 Dedy Pranata 80 90 Meningkat

11 Devita Sari Simamora 40 50 Meningkat

12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 50 60 Meningkat

13 E'bri Kasih Tampubolon 50 80 Meningkat

14 Erfina Damai Yanti 90 90 Tetap

15 Erison Manalu 40 70 Meningkat

16 Eryadi 90 90 Tetap

17 Femiliana Agnes 40 70 Meningkat

18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 50 60 Meningkat

19 Heppi Naomi Lastio S 50 80 Meningkat

20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 Tetap

21 Joni Chandra 90 90 Tetap

22 Lily Gabriel Malau 60 80 Meningkat

23 Lisa Lavenia 80 90 Meningkat

24 Maria Grasela 60 80 Meningkat

25 Michelle Magdalena 80 90 Meningkat

26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 60 Meningkat

27 Ryan Pratama Sianturi 80 90 Meningkat

28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 90 100 Meningkat

29 Steviana Br Sihombing 60 70 Meningkat

30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 100 Meningkat

31 Xui Ching Anggelika 90 100 Meningkat

32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 90 Meningkat

33 Yosephine Mere 50 60 Meningkat

2100 2580 Meningkat

63,64% 78,18% Meningkat

Jumlah

Persentase

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

KUBUS DAN BALOK PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II

No Nama SiswaSkor Nilai

Ket

Page 36: Contoh PTK Bab I - V

36

Perbandingan hasil belajar awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.8

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kubus dan Balok

pada Tes Awal, Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa Skor Nilai

Ket Tes

Awal

Siklus

1

Siklus

II

1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 50 80 Meningkat

2 Alberto Aldius Marco 40 40 60 Meningkat

3 Alfonsus Felix Brian 50 50 70 Meningkat

4 Angelica Kristina Natalie 40 50 80 Meningkat

5 Antonius Nanda Saputra 50 50 60 Meningkat

6 Antonius Anus 40 50 70 Meningkat

7 Apriyani 70 80 100 Meningkat

8 Ardika Marco Dongoran 50 50 80 Meningkat

9 Christianus Martin Danielo 60 80 80 Meningkat

10 Dedy Pranata 70 80 90 Meningkat

11 Devita Sari Simamora 40 40 50 Meningkat

12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 40 50 60 Meningkat

13 E'bri Kasih Tampubolon 50 50 80 Meningkat

14 Erfina Damai Yanti 80 90 90 Meningkat

15 Erison Manalu 40 40 70 Meningkat

16 Eryadi 80 90 90 Meningkat

17 Femiliana Agnes 40 40 70 Meningkat

18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 40 50 60 Meningkat

19 Heppi Naomi Lastio S 50 50 80 Meningkat

20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 60 Meningkat

21 Joni Chandra 70 90 90 Meningkat

22 Lily Gabriel Malau 50 60 80 Meningkat

23 Lisa Lavenia 70 80 90 Meningkat

24 Maria Grasela 50 60 80 Meningkat

25 Michelle Magdalena 70 80 90 Meningkat

26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 50 60 Meningkat

27 Ryan Pratama Sianturi 80 80 90 Meningkat

28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 80 90 100 Meningkat

29 Steviana Br Sihombing 60 60 70 Meningkat

30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 90 100 Meningkat

31 Xui Ching Anggelika 90 90 100 Meningkat

32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 80 90 Meningkat

33 Yosephine Mere 40 50 60 Meningkat

Jumlah 1920 2100 2580 Meningkat

Persentase 58,18% 63,64% 78,18% Meningkat

Page 37: Contoh PTK Bab I - V

37

Dan perbandingan hasil belajar matematika tentang materi kubus dan balok pada

tes awal, siklus I dan siklus II dapat digambarkarkan melalui diagram berikut ini.

Gambar 4.1

Diagram Hasil Belajar Matematika Kubus dan Balok

pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II

C. Pembahasan Hasil penelitian

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan ternyata hasil belajar

siswa setelah tindakan dengan penerapan alat peraga mengarah kepada yang

lebih baik dibanding dengan sebelum tindakan. Hal yang ditemukan penelit i

selama tindakan yaitu siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa

lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan mengedepankan alat

peraga.

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan

penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi

kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta 009 Immanuel Tebing. Karena

ketuntasan belajar pada siklus II ini sudah tercapai, maka tidak perlu

dilaksanakan siklus selanjutnya.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tes Awal Siklus I Siklus II

58.1863.64

78.18

36.36 33.39

75.76

63.64 60.61

24.24

Pers

enta

se

Tahap Pelaksanaan

Diagram Hasil Belajar Matematika

Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas

Page 38: Contoh PTK Bab I - V

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkan bahwa dengan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan

hasil belajar matematika kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta

009 Immanuel Kabupaten Karimun Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun

kesimpulannya sebagai berikut :

1. Dengan penggunaan alat peraga pada proses pembelajaran maka

hasil belajar siswa dapat lebih meningkat.

2. Kegiatan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga dapat

meningkatkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

3. Peningkatan hasil belajar matematika materi kubus dan balok

diperoleh data siswa tuntas pada siklus I ada 13 siswa dengan

presentase 39,39%, sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 20

siswa dengan presentase 60,61%. Pada siklus II terjadi

peningkatan yang cukup signifikan yaitu siswa yang tuntas

menjadi 25 siswa dengan prosentase 75,76%, sedangkan siswa

yang belum tuntas 8 siswa dengan presentase 24,24%. Artinya

secara keseluruhan kelas dapat dikatakan tuntas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan

beberapa saran yang berkaitan dengan penerapan metode tutor sebaya yaitu :

1. Penerapan alat peraga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran

matematika kelas V pada materi kubus dan balok atau materi

matematika lainnya.

2. Penerapan alat peraga dapat diterapkan pada pembelajaran mata

pelajaran bidang ilmu lainnya.

Page 39: Contoh PTK Bab I - V

39

3. Bagi penelitian lanjutan, penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

hasil belajar matematika materi kubus dan balok hendaknya dapat

memperluas cakupan aspek yang terdapat dalam penelitian ini.

4. Dalam pelaksanaan PTK, guru dibantu oleh teman sejawat, dengan

melaksanakan PTK secara sungguh-sungguh, mudah-mudahan

masalah pembelajaran di kelas menjadi lebih baik, yang pada akhirnya

mutu pendidikan menjadi semakin baik juga.