Contoh PTK PAUD

73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pendidikan sangatlah penting adanya pendekatan yang mendasar untuk mengajarkan anak usia dini tentang kedisiplinan dan hidup mandiri. Karena pada usia lahir sampai memasuki pendidikan formal merupakan masa penting dalam tahapna kehidupan anak, dimana akan menentukkan perkembangan anak selanjutnya. Dalam tahap usia dini ini adalah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai tanggung jawab untuk mendisiplinkan diri, serta membangun sikap tidak selalu bergantung pada orang lain. Sehingga harapannya kelak anak-anak akan terbiasa memiliki tanggung jawab untuk berdisiplin dan akan menyadari untuk selalu bersikap mandiri. Dan usaha untuk menanamkan rasa tanggung jawab untuk berdisiplin dan bersikap mandiri, ditempuh guru salah satunya melalui metode pemberian tugas.

Transcript of Contoh PTK PAUD

46

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam bidang pendidikan sangatlah penting adanya pendekatan yang mendasar untuk mengajarkan anak usia dini tentang kedisiplinan dan hidup mandiri. Karena pada usia lahir sampai memasuki pendidikan formal merupakan masa penting dalam tahapna kehidupan anak, dimana akan menentukkan perkembangan anak selanjutnya. Dalam tahap usia dini ini adalah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai tanggung jawab untuk mendisiplinkan diri, serta membangun sikap tidak selalu bergantung pada orang lain. Sehingga harapannya kelak anak-anak akan terbiasa memiliki tanggung jawab untuk berdisiplin dan akan menyadari untuk selalu bersikap mandiri. Dan usaha untuk menanamkan rasa tanggung jawab untuk berdisiplin dan bersikap mandiri, ditempuh guru salah satunya melalui metode pemberian tugas.Walaupun selalu terjadi perubahan perkembangan yang sifatnya tidak seperti kondisi tubuh atau psikologi seperti sikap moral seperti disiplin. Dengan meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berfikir dan melihat. Maka konsep-konsep tersebut harus ditanamkan dan diserap oleh anak.

1Dari serangkaian perubahan tersebut akan terjadi sebab akibat dan proses pematangan dan pengalaman. Landasan yang diletakkan pada masa awal akan menentukkan berbagai macam cara anak dalam menyesuaikan diri dengan orang lain atau dengan situasi lingkungan sekolah dimana mereka hidup dan yang akan mempengaruhi perkembangannya. Sebab pada awal masa kanak-kanak inilah perkembangan tanggung jawab disiplin dan kemandirian masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan berfikir anak belum mencapai kemampuan, dimana anak dapat mempelajari atau menerapkan sikap perilaku yang abstrak tentang mana yang benar dan yang salah.Disiplin dianggap perlu untuk perkembangan anak, tetapi pandangan tentang apa yang merupakan disiplin yang baik telah mengalami banyak perubahan. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan aturan dan tata tertib untuk dilakukan. Dengan begitu anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang.Karena belum mengerti tentang disiplin anak-anak harus belajar berperilaku mandiri dalam pembiasaan diri di lingkungan sekolah danj juga perlu belajar menggunakan akal dan penalarannya serta pengalaman langsung. Sehingga mereka memiliki control pribadi untuk mempelajari pembiasaan yang dihadapi. Disiplin merupakan cara guru untuk menciptakan lingkungan sekolah yang tertib atau damai yaitu dengan menggunakan disiplin yang efektif. Dimana diplin yang baik bukanlah dalam bentuk hukuman melainkan instruksi.Karena nilai tanggung jawab dan disiplin yang dimiliki, merupakan kondisi potensial atau manusia sebagai makhluk normatif dan juga memperlihatkan tingkah laku yang normatif. Sehingga anak tersebut dapat menemukan bahwa perubahan yang telah dipelajari dari orang tua, pendidik (guru) maupun orang lain menjadi berubah. Jadi anak mulai dapat memperhitungkan pelanggaran moral. Misalnya sudah mengerti berkata benar atau berkata bohong, tidak mau mengambil yang bukan miliknya. Menghargai temannya dan sudah menyatakan pendapat suka atau tidak suka.Bila ditinjau dari segi historinya perkembangan nilai-nilai tanggung jawab disiplin dan kemandirian anak memegang peranan penting untuk menentukkan arah perkembangan anak yang normal. Sehingga apapun yang mengalami perkembangan dapat dianggap sebagai bahaya potensial. Hal tersebut dapat dipahami sebab dalam menyentuh afeksi seseorang jauh lebih sulit daripada meningkatkan kemampuan seseorang serta kognitif atau psikomotor. Untuk mengolahnya pun memerlukkan corak tersendiri serta menggunakan tangan-tangan yang terampil.Peningkatan nilai-nilai kedisplinan pada anak usia dini akan sangat efektif bila dalam hal ini diterapkan metode pemberian tugas. Sehingga dengan demikian anak akan merasa terawasi dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan olehnya itu peneliti mengajukan judul penelitian yaitu Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelompok B PAUD Anatupara.1.2 Rumusan MasalahApakah melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD Anatupura1.3 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas di kelompok B PAUD Anatapura1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:1. Anak Didik: Sebagai metode yang dapat meningkatkan nilai-nilai tanggung jawab disiplin dan kemandiriannya.2. Guru: Sebagai bahan masukan agar menggunakan metode yang efektif dalam pembelajaran.3. Sekolah: Sebagai sumbangan positif guna memperbaiki mutu pendidikan di sekolah khususnya di PAUD Anatapura

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Yang Relevan1. Lisniati (2013) telah melakukan penelitian dengan judul meningkatkan kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas di kelompok B PAUD Aisyiyah Liku Palu Utara. Penelitian yang dilakukan berlatar belakang dari pengalamannnya sebagai seorang guru yang mengajar di kelompok B merasakan ada masalah. Khususnya yang berkaitan dengan kedisiplinan anak. Anak masih kurang displin dalam berbagai hal. Sebagai guru yang mengajar di kelomppok tersebut merasakan masalah itu yang harus dicarikan jalan keluarnya.Oleh karena itu dia melakukan PTK dengan pilihan tindakan menggunakan metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas menjadi dasar anak-anak untuk meningkatkan kedisplinan. Pada saat diberikan tugas maka anak-anak akan lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepada mereka. Pilihan tersebut sangat tepat karena terbukti dari hasil kesimpulan yang dikemukakan bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kedisiplinan. Karena adanya peningkatan kemampuan dari siklus 1 ke siklus 2 dari aspek atau indicator yang diukur dalam penelitiaanya.

52.2 Kajian Pustaka2.2.1 Pengertian KedisiplinanAkhir-akhir ini, kedisiplinan sering diidentikkan dengan kekerasan. Sejak dini, anak telah dididik disiplin dengan kekerasan seperti: hukuman, makian, dan lain-lain. Hal tersebut diterapkan agar anak menjadi takut dan patuh pada aturan yang ada. Dorongan untuk belajar berupa kekerasan seperti itu merupakan pendidikan yang berdasarkan materialistis. Tuntutan yang diberikan hanya akan menimbulkan rasa kecewa, berontak, dan keputusasaan. Sebaliknya, bila pendidikan memiliki dasar rohani, maka kebutuhan untuk menjatuhkan hukuman atau memarahi dapat ditiadakan. Sejak dini, anak ditanamkan cinta kasih dalam belajar segala hal, sehingga akan timbul hasrat yang besar dari motivasi seperti itu. Pendidik dapat mengajarkan cinta kasih dan sifat-sifat baik pada anak dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti anak. Hal itu adalah langkah awal untuk memunculkan pemahaman anak. Selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak ialah memperoleh sifat-sifat mulia. Mengekspresikan tujuan lain (misalnya: anak tidak boleh berkelahi) juga tidak akan efektif, karena terfokus pada apa yang dilarang, bukannya pada apa yang harus dilakukan. Pendidik dapat lebih fokus mengekspresikan hal-hal yang positif, misalnya; menghargai teman, dan lain-lain. Sehubungan dengan hal di atas, langkah selanjutnya adalah: pendidik seharusnya dapat menjadi teladan bagi anak. Pendidik diharapkan dapat memberi contoh sikap disiplin agar anak dapat menerapkannya. Akhirnya, pendidikan harus dilandasi kasih sayang. Pendidik harus memberikan motivasi pada anak untuk mengembangkan sifat-sifat baiknya.1. Pengertian DisipinMenurut Suharsimi Arikunto (1990:118), disiplin merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Mulyasa (2003:108) mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu system tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senag hati.Untk membentuk satu sikap hidup, perbuatan dan pembaiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan berlaku, orang dapat mengembangkannya melalui kesadaran diri dari kebebasan dirinya dalam menaati dan mengikuti aturan yang berlaku.Suharsimi Arikunto (1990:155) menjelaskan bahwa:Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai organisasi yang menyelenggarakan pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah peraturan peraturan dan tata tertib yang dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar mengajar siswa, di samping itu juga untuk memenuhi kebutuhan setiap pribadi yang terlibat di dalamnya karena mereka adalah individu yang mesti dipandang sebagai manusia seutuhnya.

Seogeng Prijodarminto Tuu (2004:31) Disiplin:

Sebagai kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Disiplin muncul terutama karena adanya kesadaran batin dan iman kepercyaan bahwa yang dilakukan baik bermanfaat bagi diri dan lingkungan.

Dilihat dari sudut pandang sosiologis dan psikologis, disiplin adalah suatu proses belajar mengembangkan kebiasaan, penugasan diri, dan mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat. Maka kedisiplinan peserta didik dalam mengikuti suatu kegiatan pun akan menimbulkan sikap tanggung jawab, atau disiplin dalam menghadapi pelajaran atau dalam belajarnya. Dengan demikian indikator disiplin belajar dapat dilihat dalam proses dan hasil belajar. Dalam proses belajar indikatornya dapat dilihat dari: kehadiran di kelas, motivasi belajar, partisipasi dalam kelas, etika dan sopan santun,kerapian berpakaian, belajar beberapa jam setiap hari, menyimak dengan sungguh-sungguh setiap pelajaran, dan mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).

2.2.2 Disiplin Awal Masa Kanak-KanakKonsep popular dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal.Menurut Arifin Abdurrahman, (1998:30) Disiplin pada hakekatnya adalah suatu ketaatan, ketentuan, kegiatan, sikap, kelakuan, sikap hormat yang nampak sesuai dengan tata urusan yang telah disepakati antara badan organisasi dan pegawai-pegawainya.Sedangkan Fuad Hasan, (1999:45) disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok, masyarakat berupa kepatuhan/ketaatan yang ditetapkan pemerintah atau etika, norma dan kaidah yang berlaku di dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu.Makna yang terkandung dalam rumusan disiplin yang dikemukakan oleh Fuad Hasan tersebut di atas menunjukkan bahwa individu, kelompopk atau masyarakat harus mentaati ketentuan-ketentuan yang berwujud nilai-nilai serta kaidah-kaidah sosial yang positif diaktualisasikan dengan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.Penerapan tata tertib anak melalui upaya penegakkan displin tata tertib anak adalah peraturan bagi anak dalam rangka menciptakan budaya sekolah yang mendukung pembentukkan kepribadian pengembangan potensi anak dalam proses pembelajaran. Disamping itu, tata tertib juga merupakan unsur yang paling dominan dalam suatu disiplin, karena disiplin menghendaki adanya kesamaan dalam langkah-langkah atau sikap hidup yang diikat oleh norma-norma yang berlaku dala suatu lingkungan. Oleh sebab itu penerapan tata tertib harus mengacu pada nilai norma serta kultur budaya setempat yang bernilai positif demi terciptanya kondisi pembelajaran yang efektif. Menurut Slamet Imam Santoso (1981:127). Disiplin atau berdisiplin berarti patuh pada peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan peraturan ini merupakan undang-undang atau kebiasaan, tata cara pergaulan lainnya.Kepatuhan dalam melaksanakan peraturan merupakan suatu wujud nyata disiplin pada aturan yang berlaku. Hal ini berlaku bagi anak dalam meningkatkan disiplin sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu aturan yang ditetapkan dan telah disepakati bersama-sama serta harus ditaati bersama.Djauzak Ahmad (1996:8) mengemukakan beberapa pendekatan dalam membina disiplin di sekolah yaitu :a. Pemberian bimbingan yaitu pemberian kesempatan bagi anak berbuat dan menumbuhkan gagasan secara wajar, sehingga memungkinkan anak mengembangkan pola dan tingkah laku yang baik kea rah pembinaan diri sendiri.b. Evaluasi pada diri sendiri, anak mengevaluasi tingkah lakunya berdasarkan peraturan dan tata tertib seklah yang telah ditetapkan sehingga tercipta kondisi disiplin sekolah.c. Pemberian motivasi. Cara ini dilakukan kepada anak melalui dorongna sikap dan tingkah laku yang positif serta mencegah tingkah laku negative, berupa :1. Pemberian hadiah2. Pemberian sanksi/hukuman3. Penghentian hadiah

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam membina disiplin anak di sekolah perlu dengan pemberian bimbingan, evaluasi pada diri sendiri dan pemberian motivasi agar anak dapat mengembangkan pola dan tingkah laku yang baik kearah pembinaan diri sendiri sehingga tercipta kondisi disiplin sekolah.1) Tujuan DisiplinMenanamkan perilaku melalui kerjasama anak untuk meningkatkan disiplin serta membuat anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat konsekuaensi dari segala tindakan yang dilakukannya. Hal ini bukanlah hanya sekedar membuat anak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain.Disiplin yang baik dan rutin diterapkan pada anak-anak maka tujuan yang diharapkan yakni tercapainya tujuan yang telah direncanakan atau ditetapkan oleh guru dimana disiplin yang baik terjadi secara kebetulan namun disiplin yang baik diakibatkan oleh persiapan khusus dari pihak guru dan tindakan-tindakan guru.

2) Bentuk-Bentuk DisiplinMelalui pembiasaan disiplin di sekolah dewasa. Pembentukan disiplin sebagai berikut :a. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan dan penanaman kebiasaan dan keteladanan. Pembinaan itu dimulai dari lingkungan keluarga dan anak-anak.b. Disiplin dapat ditanamkan individu dari unit paling kecil, organisasi dan kelompok.c. Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda dimulai dari keluarga dan masyarakat.d. Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari permasalahan.Jadi pembentukan disiplin harus melalui proses panjang dimulai sejak dini dalam keluarga dan dilanjutkan din sekolah. Dimana hal-hal yang penting dalam pembentukan itu terdiri dari kesadaran diri, kepatuhan, keteladanan, lingkungan disiplin dan latihan-latihan misalnya kepatuhan terhadap aturan yang ada di sekolah, datang tepat waktu, disiplin dari berbaris dan belajar di dalam kelas tidak mengganggu teman, disiplin pada saat makan dan lain sebagainnya.Maka guru harus mendekati anak dengan kelembutan namun pada saat-saat tertentu guru juga harus bersikap tegas tetapi berbeda dengan sikap emosional. Karena baik sikap lembut dan tegas jika didasari kasih sayang dan ketulusan hati akan lebih memberikan hasil yang positif. Sebab salah satu sifat manusia adalah senang dipuji. Baik dikalangan anak kecil maupun orang dewasa senang mendapatkan pujian baik secara lisan maupun diberi hadiah. Pujian dan hadiah yang diberikan secara proposional akan memacu semangat positif.3) Unsur-Unsur DisiplinBila disiplin diharapkan mampu mendidik mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial, mereka harus mempunyai empat unsur pokok, apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan melaksanakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk berperilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.Hilangnya salah satu hal pokok ini akan menyebabkan sikap yang tidak baik menguntungkan pada anak yang berperilaku yang tidak akan sesuai dengan standar dan harapan sosial. Sebagai contoh, bila anak-anak merasa bila mereka akan dihukum secara tidak adil atau bila usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan harapan sosial tidak dihargai oleh pihak yang berkuasa, hal itu akan melemahkan motivasi mereka untuk berusaha memenuhi harapan sosial. Elizabeth B. Hurlock (1997:87-91) membahas secara terpisah empat unsur pokok cara mendisiplinkan anak, yaitu :a. PeraturanPokok pertama disiplin adalah peraturan, peraturan sebagaimana diterangkan sebelumnya, adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di sekolah.b. HukumanPokok kedua displin inilah hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja latin. Punier dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatakan secara jelas, tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya.c. PenghargaanPokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan, istilah penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Tetapi dapat berupa kata-kata pujian, sentuman atau tepukan tangan.d. KonsistensiPokok keempat disiplin adalah konsistensi. Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Sebaliknya, artinya ialah suatu kecendrungan menuju kesamaaan.Salah satu sikap dasar yang dimiliki seorang anak untuk menjadi seorang manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap yang baik dalam berperilau sebagai ummat Tuhan, anak, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Usia taman kanak-kanak adalah saat yang paling baik bagi guru taman kanak-kanak, untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan agama kepada anak taman kanak-kanak. Walaupun peran orang tua sangatlah besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, peran guru TK juga tidaklah kecil dalam meletakkan dasar moral dan agama bagi seorang anak, karena biasanya anak taman kanak-kanak senang menuruti perintah gurunya.

2.2 Metode Pemberian TugasMetode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah akan tetapi, sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas yang dikerjakan dalam ruang kelas.Dalam literature yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tuhgas dan pekerjaan rumah. Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh anak membaca buku kemudian member pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh anak membaca dan menambahkan tugas.Menurut Roestiyah (1996:132) bahwa teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar anak menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan dalam melakukan tugas, sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.Metode pemberian tugas terbagi menjadi 3 fase yaitu :a. Pendidik member tugasb. Anak didik melaksanakan tugasc. Mempertanggung jawabkan kepada pendidik tentang tugas yang dikerjakannya.Selain itu, fase pemberian tugas setidaknya memenuhi prosedur sebagi berikut :1. Tugas yang jelasAgar hasil belajar anak memuaskan maka guru merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh anak.2. Petunjuk-petunjuk yang jelasGuru dalam memberikan tugas hendaknya menunjukkan aspek-aspek yang jelas dengan maksud agar perhatian anak didik waktu belajar akan lebih dipusatkan pada apek-aspek yang dipentingkan. (Pasaribu S.1992:45)Penggunaan metode tugas, perlu dipertimbangkan bentuk tugas yang diberikan, tujuan yang hendak dicapai dan cara anak menyelasaikan tugas tersebut (Sriyono, 1992:45). Sedangkan menurut Prasetyo (1997:27), Terdapat tiga alasan pentingnya penggunaan metode tugas dalam proses pembelajaran yaitu:(1) Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.(2) Untuk mengaktifkan anak mempelajari sendiri masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan lain-lain.(3) Agar anak lebih rajin belajar, oleh karena itu, dalam penggunaan metode penugasan dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru dan anak. Ketika anak mengerjakan tugas tidak lepas dari pengawasan/bimbingan guru.Penggunaan metode tugas ada 3, yaitu :a. Fase pemberian tugasTujuan yang akan dicapai harus jelas. Jenis tugas yang tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut sesuai dengan kemampuan anak. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan anak. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.b. Langkah melaksanakan tugasDiberikan bimbingan/pengawasan oleh guru. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. Diusahakan/dikerjakan oleh anak sendiri, tidak menyuruh orang lain. Dianjurkan agar anak mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.c. Fase mempertanggug jawabkan tugasHal-hal yang harus dikerjakan pada fase ini, adalah : Laporan anak baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannyaDengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada anak untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Anak dapat pula menyelesaikan di sekolah. Di rumah atau ditempat atau ditempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu maupun kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatan adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatp muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya dalam memberikan tugas kepada anak, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini :1. Tujuan penugasan2. Bentuk pelaksanaan tugas3. Manfaat tugas4. Bentuk pekerjaan5. Tempat dan waktu penyelesaian tugas6. Memberikan bimbingan dan dorongan7. Memberikan penilaianAdapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada anak yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :1. Tugas mengadakan observasi/pengamatan2. Tugas mempraktekkan sesuatu3. Tugas mendemostrasikan observasi/pengamatanDari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini anak dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan. Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan anak selama penerapan metode ini berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari anak atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila terjadi hal negatif, maka guru sedapat mungkin mencari pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.

2.3 Manfaat Metode Pemberian TugasMenurut Roestiyah (1996:140), menggunakan metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa manfaat.Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern atau disebut juga azas aktivis dalam mengajar, dimana guru mengajar harus merangsang dan memotivasi anak agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri2. Dapat membina kebiasaan anak untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri.3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin anak5. Dapat mengembangkan pola berfikir dan keterampilan anakMetode pemberian tugas sebagai salah satu metode yang dikaji dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelebihan atau manfaat seperti halnya metode yang lain. Mengenai kelebihan atau manfaat metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :

1. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstuktif.2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.3. Member kebiasaan anak untuk belajar disiplin.4. Member tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini:1997)Dengan memahami kelemahan dan manfaat metode pemberian tugas di atas, tentunya akan menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya, guru yang tidak mengetahui kelebihan atau manfaat metode mengajar, maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada anak. Ini berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugas mengajarnya di dalam kelas.Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat metode pemberian tugas sangatlah baik dalam meningkatkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemnadirian anak dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan akan dapat mendukung proses belajar mengajar sehingga diharapkan melalui pemberian tugas anak-anak dapat meningkatkan kedisiplinan.

Metode Pemberian TugasKedisiplinanKurangPTK

Disiplin didalam kelasDisiplin dalam berdoaDisiplin dalam baris berbarisKedisiplinanAnakMeningkatDilakukanSecaraBersiklusRekomendasiHasilPeneletian

2.4 Hubungan Antara Kedisiplinan Dengan Metode Pemberian TugasUpaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan disiplin anak tentu dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan mampu untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Menurut Roestiyah (1996:132) bahwa Metode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan. Teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar anak menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.Pengertian disiplin secara umum sebagaimana yang terdapat dalam kamus Webster: "Behavior in accourdance with the rules (as of an arganization) promt and willing obedience to the orders of superiors. Systemtic, willing and purposeful attention to the performance of assigned tasks; arderly conduct". (Merriem, 2003:23). Kutipan ini menunjukkan bahwa merupakan sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi suatu ketentuan dan peraturan norma yang berlaku dalam tugas dan tanggungjawab. Peningkatan kedisiplinan pada anak didik akan sangat efektif bila dalam hal ini diterapkan metode pemberian tugas. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas, guru berfungsi sebagai fasilitator, tentunya guru melihat tugas yang tepat untuk diberikan kepada anak sehingga mampu meningkatkan kedisiplinannya. sehingga dengan demikian anak akan merasa terawasi dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan. Olehnya itu peneliti menggunakan metode pemberian tugas yang dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD Anatapura. Berdasarkan uraian di atas bahwa hubungan metode pemberian tugas dengan disiplin di harapkan anak bisa melakukan suatu kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga kedisiplinan meningkat sesuai dengan kemampuannya melaksanakan tugas yang diberikan guru.2.4 HipotesisDengan metode pemberian tugas dapat meningkatkan nilai-nilai kedisiplinan anak kelompok B PAUD Anatupura

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Peneltiana. Desain PeneltianPelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai tahapan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang mencatumkan Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2005:6) seperti pada gambar (1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.Keterangan 0: Pratindakan1: Rencana2: Pelaksanaan3: Observasi4: Refleksi5: Rencana6: Pelaksanaan7: Observasi8: RefleksiA: Siklus IB: Siklus II

Gambar Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005)b. Setting Dan Subjek Penelitian

22Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B PAUD Anutapura dengan subjek penelitian yaitu seluruh anak didik yang berjumlah 25 orang dan terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Alasan pemilihan PAUD ini sebab masih banyak anak didik yang mengganggu temannya saat kegiatan, merampas alat yang digunakan temannya dan lain-lain yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan anak.c. Rencana TindakanPelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuia dengan desain yang telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan tindakan, c). Observasi, dan d). refleksi.3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data1) Jenis DataData penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:a. Data tentang cara guru mengajar dengan metode pemberian tugas, danb. Data tentang peningkatan nilai-nilai kedisiplinan anak.2) Cara pengumpulan dataTeknik ObservasiPenggunaan observasi dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian pada peningkatan nilai-nilai kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas di PAUD Anatapura.3.3 Teknik Analisis DataAnalisis data kualitatif dilakukan selama dan sesuadah penilaian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahp, yaitu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. 1). Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan menfokuskan dan menyederhanakan data mulai dari awal penilitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengolahan selanjutnya. 2). Paparan data: dalam tahap ini dilakukan penyusunan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dn penggambaran tindakan. 3). Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dalam bentuk kalimat atau informasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan.Data kualitatif yang merupakan hasil belajar anak dianalisis secara deksriptif dengan menggunakan pengelompokkan berdasarkan tekhnik kategori standar (Depdiknas, 2010)= Berkembang Sangat Baik= Berkembang Sesuai Harapan= Mulai Berkembang= Belum BerkembangSetelah semua data terkumpul maka akan dilakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan table frekuensi dan presentase dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :P = Hasil yang dicapaif = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawabann = Jumlah sampel100 = Angka tetap/pembulatan(Sudjono, 1991:40)3.4 Prosedur Penelitiana. Pra TindakanDalam kegiatan ini peneliti melakukan observasi perkembangan moral anak serta menganalisis letak-letak penyebab dan juga faktor yang menjadikan moral anak sulit berkembang dengan baik, melakukan pertemuan dan memastikan teman sejawat yang akan mendampingi peneliti, melakukan konsultasi dengan pembimbing terkait hal-hal yang akan dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.b. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.1. PerencanaanMempersiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) terkait krgiatan yang dlaksanakan yaitu tentang peningkatan kedisiplinan anak, dengan metode pemberian tugas serta alat-alat lainnya yang mendukung pembelajaran, menyiapkan lembar observasi aktifitas guru dan anak.

2. Pelaksanaan TindakanTahap ini guru mempraktikkan model sesuia dengan kesepakatan bersama pada saat perencanaan melalui metode bercerita. Namun demikian, jika dijumpai hal-hal diluar kemauan dan kemampuan bersama, maka metode dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Pelaksanaan tindakan tersebut meliputi :a. Mengabsen anakb. Mengadakan apersepsic. Menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakand. Menceritakan suatu kisah sederhanae. Memotivasi anak untuk memberikan respon pada ceritaf. Memberikan pertanyaan dan dijawab oleh anak pada akhir kegiatan.3. ObservasiObservasi ini dilakukan pada saat penelitian atau dalam proses kegiatan belajar anak. Kegiatan observasi dibantu oleh seorang pengamat atau observer untuk mengamati semua aktivitas peneliti dan aktivitas anak dalam proses kegiatan. Hasil observasi dicatat dalam lembaran observasi aktivitas guru dan anak yang telah disediakan serta mendokumentasikan semua kegiatan sebagai bukti telah dilaksanakannya penelitian tindakan kelas. Hasil pengamatan ini berupa data observasi untuk refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan dapat menceritakan keadaan sesungguhnya mengenai peningkatan kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas. Pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi yang menggunakan tes.4. RefleksiKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisa data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran diterapkan. Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Pra TindakanPenelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan (PAUD Anatapura). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan melalui pengamatan pra tindakan untuk menentukkan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.Adapun hasil pengamatan pra tindakan adalah sebagai berikut :Tabel 4.1. Hasil Pengamatan disiplin di dalam KelasNoKategoriFrekuensi%

116,66

2213,33

3320

4960

Jumlah15100

28Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 2 anak (13,33%) yang masuk dalam kategori baik, 3 anak (20 %) masih dalam kategori cukup, dan 9 anak (60%) yang masuk dalam kategori kurang dalam berdisiplin di dalam kelas.Tabel 4.2. Hasil Pengamatan disiplin dalam berdoaNoKategoriFrekuensi%

1213,33

2320

3426,66

4640

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 2 anak (13,33 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 3 anak (20 %) yang masuk dalam kategori baik, 4 anak(26,66 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 6 anak (40 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin dalam berdoa.Tabel 4.3. Hasil Pengamatan disiplin dalam baris berbarisNoKategoriFrekuensi%

116,66

2213,33

3533,33

4746,66

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 2 anak (13,33 %) yang masuk dalam kategori baik, 5 anak(33,33 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 7 anak (46,66 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin dalam baris berbaris.Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra TindakanNoKategoriAspek yang DiamatiJumlahRata-Rata / %

ABC

F%F%F%

1.16,66213,3316,6648,88

2.213,33320213,33715,55

3.320426,66533,331226,66

4.960640746,662248,88

Jumlah15100151001510045100

Keterangan:A = Hasil Pengamatan anak disiplin didalam kelasB = Hasil Pengamatan anak disiplin dalam berdoaC = Hasil Pengamatan anak disiplin dalam baris berbarisBerdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 orang anak (8,88 %) yang masuk kategori sangat baik, 7 orang anak (15,55 %) yang memiliki kategori baik, 12 orang anak (26,66 %) yang masuk kategori cukup dan 22 orang anak(48,88 %) yang masuk kategori kurang. dari hasil pratindakan ini, dapat dapat terlihat hanya sefikit anak yang disiplin didalam kelas, selain itu masih banyak anak belum disiplin dalam berdoa dan disiplin dalam baris berbaris. sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan agar dapat meningkatkan disiplin melalui metode pemberian tugas.

4.1.2. Tindakan Siklus 1Tindakan siklus 1 ini dilakukan dengan tiga kali pertemuan di kelas. Dalam penyajian materi, peneliti bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh rekan guru yang bertindak sebagai pengamat.a. PerencanaanPerencanaan tindakan pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut :1. Menentukan tema dan tujuan pembelajaran2. Membuat rancangan kegiatan pembelajaran (RKH)3. Menyediakan media pembelajaran4. Membuat lembaran observasi aktifitas guru5. Membuat lembaran penilaian peningkatan disiplin anak6. Membuat rubrik penilaian peningkatan disiplin anakb. Pelaksanaan1. Melakukan proses pembelajaran di dalam kelas berdasarkan RKH yang telah dibuat, yaitu dengan pemberian tugas sangatlah baik dalam meningkatkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian anak dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan melalui pemberian tugas kedisiplinan anak dapat meningkat.2. Melakukan observasi aktivitas kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang diamati langsung oleh teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat.

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 4.5 Hasil pengamatan anak, disiplin didalam kelasNoKategoriFrekuensi%

116,66

2320

3426,66

4746,66

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 3 anak (20 %) yang masuk dalam kategori baik, 4 anak(26,66%) yang masuk dalam kategori cukup, dan 7 anak (46,66 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin didalam kelas.Tabel 4.6 Hasil pengamatan anak, disiplin dalam berdoaNoKategoriFrekuensi%

116,66

216,66

3426,66

4960

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori baik, 4 anak(26,66 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 9 anak (60 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin dalam berdoa.Tabel 4.7 Hasil pengamatan anak, disiplin didalam baris berbarisNoKategoriFrekuensi%

116,66

2213,33

3320

4960

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak (6,66 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 2 anak (13,33%) yang masuk dalam kategori baik, 3 anak(20 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 9 anak (60 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin didalam baris berbaris.Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus INoKategoriAspek yang DiamatiJumlahRata-Rata / %

ABC

F%F%F%

1.16,6616,6616,6636,66

2.32016,66213,33613,33

3.426,66426,663201124,44

4.746,669609602555,55

Jumlah15100151001510045100

Keterangan:A = Hasil Pengamatan anak, disiplin didalam kelasB = Hasil Pengamatan anak, disiplin dalam berdoaC = Hasil Pengamatan anak, disiplin dalam baris berbarisBerdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 orang anak (6,66 %) yang masuk kategori sangat baik, 6 orang anak (13,33 %) yang masuk kategori baik, 11 orang anak (24,44 %) yang masuk kategori cukup, dan 25 orang anak (55,55 %) yang masuk kategori kurang. Dengan melihat presentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa presentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan disiplin anak yaitu disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa, dan disiplin dalam baris berbaris belum mencapai presentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik yaitu 7,69 % 17,92 %.= 26,61 % oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II.c. Refleksi Tindakan Siklus IDari hasil pengamatan yang dilakukan pada aktivitas guru yang masuk dalam kategori cukup yang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. sedangkan aktivitas anak sekalipun sudah terdapat peningkatan dari hasil ppengamatan pra tindakan namun hasil tindakan siklus I belum mencapai presentase keberhasilan tindakan. hasil yang diharapkan belum sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan disiplin anak. hal ini disebabkan karena masih ada beberapa anak yang masuk dalam kategori cukup dan kurang dalam 3 aspek pengamatan yaitu disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa dan disiplin dalam baris berbaris. disamping itu ada temuan-temuan atau kejadian-kejadian yang didapatkan selama tindakan berlangsung yang menjadi kelemahan dan perlu diperbaiki pada perencanaan tindakan selanjutnya. kelemahan siklus I yaitu masih banyak anak keluar masuk tanpa ijin atau mondar-mandir didalam kelas selama pembelajaran berlangsung, kemudian dalam pengamatan anak disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa dan disiplin dalam baris-berbaris belum maksimal, hal ini karena kurang terampilnya guru dalam menyikapi kekurangan tersebut.c. Tindakan Siklus IITindakan siklus II ini juga dilakukan dengan 3 kali pertemuan dikelas. dalam penyajian materi peneliti bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh rekan guru yang bertindak sebagai pengamat.a. PerencanaanPerencanaan tindakan pada siklus II ini adalah sebagai berikut:1. Menentukan tema dan tujuan pembelajaran2. Membuat rancangan kegiatan pembelajaran (RKH)3. Menyediakan media pembelajaran4. Membuat lembaran observasi aktifitas guru5. Membuat lembaran penilaian peningkatan disiplin anak6. Membuat rubrik penilaian peningkatan disiplin anakc. Pelaksanaan1. Melakukan proses pembelajaran di dalam kelas berdasarkan RKH yang telah dibuat, yaitu dengan pemberian tugas sangatlah baik dalam meningkatkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian anak dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan melalui pemberian tugas kedisiplinan anak dapat meningkat.2. Melakukan observasi aktivitas kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang diamati langsung oleh teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat.Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 4.9 Hasil pengamatan anak, disiplin didalam kelasNoKategoriFrekuensi%

1320

2533,33

3533,33

4213.33

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 anak (20 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 5 anak (33,33 %) yang masuk dalam kategori baik, 5 anak(33.33 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 2 anak (13,33 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin didalam kelas.

Tabel 4.10 Hasil pengamatan anak, disiplin dalam berdoaNoKategoriFrekuensi%

1213,33

2426,66

3640

4320

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 2 anak (13,33 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 4 anak (26,66 %) yang masuk dalam kategori baik, 6 anak(40 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 3 anak (20 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin dalam berdoa.Tabel 4.11 Hasil pengamatan anak, disiplin didalam baris berbarisNoKategoriFrekuensi%

1213,33

2533,33

3426,66

4426,66

Jumlah15100

Dari tabel diatas diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 2 anak (13,33 %) yang masuk dalam kategori sangat baik, 5 anak (33,33 %) yang masuk dalam kategori baik, 4 anak(26,66 %) yang masuk dalam kategori cukup, dan 4 anak (26,66 %) yang masuk dalam kategori kurang dalam pengamatan disiplin didalam baris berbaris.Tabel 4.12. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus IINoKategoriAspek yang DiamatiJumlahRata-Rata / %

ABC

F%F%F%

1.320213,33213,33715,55

2.533,33426,66533,331431,10

3.640640426,661635,55

4.16,06320426,66817,57

Jumlah15100151001510045100

Keterangan:A = Hasil Pengamatan anak, disiplin didalam kelasB = Hasil Pengamatan anak, disiplin dalam berdoaC = Hasil Pengamatan anak, disiplin dalam baris berbarisBerdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 7 orang anak 15,55 %) yang masuk kategori sangat baik, 14 orang anak (31,10 %) yang masuk kategori baik, 16 orang anak (35,55%), dan 8 orang anak (17,57 %) yang masuk kategori kurang. Dengan melihat presentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa presentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan disiplin anak yaitu disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa, dan disiplin dalam baris-berbaris telah mencapai presentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak yang masuk kategori sangat baik 48,69 % dan masuk kategori baik 35,84 % dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 84,53 % dengan kategori baik. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. 4.1.3 Refleksi Tindakan Siklus IIDari hasil pengamatan yang dilakukan pada aktivitas guru semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori baik. sedangkan aktivitas anak dalam proses pembelajaran sudah dapat meningkatkan disiplin anak dengan kategori baik, untuk 3 aspek pengamatan yaitu pengamatan anak disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa dan disiplin dalam baris berbaris. sehingga dapat dikatakn dengan metode pemberian tugas yang telah diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran telah meningkatakan kedisiplinan anak di PAUD ANATAPURA.

4.2 PEMBAHASANPembahasan tindakan ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui metode pemberian tugas. Dan juga guru menyuruh anak membiasakan anak membaca doa sebelum memulai pelajaran, tidak lupa pula guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut dimaksudkan agaranak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukkan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan guru menggunakan melalui metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus tiga kali tindakan.Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yaitu dengan diberikan tugas anak diharapkan bisa disiplin didalam kelas dan guru memberikan pujian kepada anak yang bisa melaksanakn disiplin didalam kelas dan diberi motivasi agar bisa menghargai temannya.Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini yang diamati yaitu anak yang disiplin dalam berdoa, seperti pada kegiatan pertama anak diperintahkan agar selalu disiplin dalam berdoa dan anak yang bisa melaksanakan disiplin dalam berdoa diberi pujian sedangkan anak yang masih belum disiplin dalam berdoa maka guru harus memberikan motivasi.Pada pelaksanaan tindakan ketiga guru memberi motivasi kepada anak, pada kegiatan pembelajaran ini anak diberi tugas dan yang diamati pada melaksanakan tugas yang bisa disiplin dalam baris berbaris. Anak yang bisa disiplin dalam baris berbaris diberi pujian dan yang masih kurang dalam disiplin baris berbaris diberi motivasi.

1. Data Pra TindakanHasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak menunjukkan peningkatan disiplin anak yang belum maksimal. Hal itu terbukti karena 1 anak atau 6,06 % anak yang disiplin didalam kelas dengan kategori sangat baik, ada 2 anak atau 13,33 % anak yang disiplin didalam kelas dengan baik, ada 3 anak atau 20 % anak yang disiplin didalam kelas dengan kategori cukup, dan terdapat 9 anak atau 60 % anak yang disiplin didalam kelas dengan kategori kurang atau sama sekali belum menunjukkan peningkatan dalam berdisplin.Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dengan disiplin anak dalam berdoa, ada anak yang dapat menunjukkan peningkatan disiplin dengan kategori sangat baik, ada 3 anak atau 20 % anak yang disiplin dalam berdoa dengan baik, kemudian ada 4 anak atau 26,66 % dapat berdisiplin dalam berdoa dengan kategori cukup, dan terdapat 6 anak atau 40 % anak yang kurang berhasil atau belum menunjukkan peningkatan disiplin dalam kegiatan disiplin dalam berdoa. Kedisiplinan anak yang berikutnya diamatai dengan kegiatan displin anak dalam baris berbaris baru 1 anak atau 6,06 % yang bisa dikatan berhasil dengan kategori sangat baik, begitupula dengan kategori baik terdapat 2 anak atau 13,33 % anak yang disiplin dalam baris berbaris, kemudian terdapat 5 anak atau 33,33 % yang disiplin dalam baris berbaris dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan disiplin anak dalam baris berbaris dengan kategori kurang terdapat 7 anak atau 46,66 % yang belum menunjukkan peningkatan dalam berdisiplin.Dengan demikian pada pra tindakan baru sekitar 24,43 % yang bisa dikategorikan berhasil sangat baik dan baik, masih ada sekitar 75,54 % yang belum berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan, seperti pengamatan anak disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa, dan disiplin dalam baris berbaris , hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat kedisplinan anak. Disamping itu kebiasaan-kebiasaan anak dalam berdisiplin cenderung pasif. selanjutnya kemungkinan penyebabnya rendahnya disiplin anak pada pra tindakan bisa bersumber dari lingkungan bermain. kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat hanya pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus I dengan menggunakan metode pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan disiplin anak.2. Hasil Pengamatan Pada Siklus IPada siklus I yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan menggunakan metode pemberian tugas pada tema pekerjan. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkalaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan 3 kemampuan yang akan diamati yaitu pengamatan anak displin didalam kelas, disiplin dalam berdoa, dan disiplin dalam baris-berbaris. Fokus penelitian tindakan ini adalah metode pemberian tugas untuk meningkatkan disiplin anak. Dengan metode pemberian tugas yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema pekerjaan yang diharapkan anak bisa menunjukkan tingkat kedisiplinan anak dengan baik.Penerapan metode pemberian tugas tersebut berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan belum adanya peningkatan, ada 1 anak atau 6,06 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori sangat baik, ada 3 anak atau 20 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori baik, ada 4 anak atau 26,66 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori cukup, dan terdapat 7 anak atau 46,66 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori kurang atau belum menunjukkan peningkatan disiplin anak.Sementara pada pengamatan disiplin anak yang diukur dengan disiplin anak dalam berdoa terdapat 1 anak atau 6,06 % dengan kategori sangat baik, ada 1 anak atau 6,06 % yang disiplin dalam berdoa dengan kategori baik, kemudian ada 4 anak atau 26,66 % yang disiplin dalam berdoa dengan kategori cukup, dan terdapat 9 anak atau 60 % yang kurang berhasil atau yang belum menunjukkan peningkatan disiplin anak.Disiplin anak yang diamati berikutnya yaitu hasil pengamatan anak disiplin dalam baris berbaris baru 1 anak atau 6,06 % yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik, begitupula dengan kategori baik yaitu terdapat 2 anak atau 13,33 % yang disiplin dalam baris berbaris, kemudian terdapat 3 anak atau 20 % yang disiplin dalam baris berbaris dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan disiplin anak dalam disiplin dalam baris berbaris dengan kategori kurang terdapat 9 anak atau 60 % yang belum menunjukkan peningkatan disiplin anak.Dengan demikian secara umum sudah menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan. Dapat dibahas pada siklus pertama ini sudah menunjukkan peningkatan meskipun belum maksimal. peningkatan dari beberapa aspek disiplin anak yang diamati seperti disiplin anak didalam kelas, disiplin dalam berdoa, dan disiplin dalam baris berbaris, rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut. diperkirakan mengalami peningkatan berkisar 10 % lebih dari sebelumnya pada pra tindakan.3. Data yang Dikumpukan pada Siklus II Pada siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukkan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Terdapat 3 anak atau 20 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori baik, ada 5 anak atau 33,33 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori baik, ada 6 anak atau 40 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori cukup, dan terdapat 1 anak atau 6,06 % yang disiplin didalam kelas dengan kategori kurang atau belum menunjukkan peningkatan disiplin anak.Sementara pada disiplin anak yang diukur dengan disiplin dalam berdoa ada 2 anak atau 13,33 % dengan kategori sangat baik, ada 4 anak atau 26,66 % yang disiplin dalam berdoa dengan kategori baik, kemudian ada 6 anak atau 40 % yang dapat berdisiplin dalam berdoa dengan kategori cukup, dan terdapat 3 anak atau 20 % yang kurang berhasil atau yang belum menunjukkan peningkatan disiplin dalam berdoa.Kemudian disiplin anak yang diamati berikutnya yaitu disiplin dalam baris berbaris, pada kegiatan ini sudah menunjukkan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus I yaitu terdapat 2 anak atau 13,33 % yang disiplin didalam kelas dengan sangat baik, begitu pula dengan kategori baik yaitu terdapat 5 anak atau 33,33 % yang disiplin dalam baris berbaris, kemudian terdapat 4 anak atau 26,66 % yang disiplin dalam baris berbaris dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan disiplin anak dengan disiplin dalam baris berbaris dengan kategori kurang terdapat 4 anak atau 26,66 % yang belum menunjukkan peningkatan disiplin dalam baris berbaris.kalaupun ada anak yang belum berhasil yaitu 1 anak yang belum bisa disiplin didalam kelas, begitu pula terdapat 3 anak yang disiplin dalam berdoa belum menunjukkan peningkatan disiplin anak, dan masih ada 4 juga anak yang belum berhasil dengan baik dalam disiplin dalam baris berbaris . Jika dirata-ratakan ada sekitar 17,57 % yang belum berhasil dari kemampuan yang diamati.Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori cukup dan kurang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan sangat baik dan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan disiplin pada anak di Kelompok B PAUD Anatapura. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan disiplin anak pada siklus pertama untuk disiplin anak yang disiplin didalam kelas meningkat dari 13,33 % meningkat menjadi 26,66 % sangat baik dan baik dan sudah menunjukkan peningkatan dalam tindakan siklus I, disiplin anak yang diamati dalam disiplin dalam berdoa dari 26,66 % menurun menjadi 13,33 % kategori sangat baik dan baik, dan disiplin anak yang diamati terakhir yaitu disiplin dalam baris berbaris dari 20 % tidak mengalami perubahan peningkatan tetap 20 % dengan kategori sangat baik dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu sangat baik dan baik.

46Pada siklus kedua menunjukkan peningkatan pada anak yang disiplin didalam kelas meningkat signifikan menjadi 53,33 % kategori sangat baik dan baik, kemudian disiplin anak daalam berdoa meningkat menjadi 40 % dengan kategori sangat baik dan baik, sedangkan disiplin anak yang diamati pada anak yang disiplin dalam baris berbaris meningkat menjadi 46,66 % kategori sangat baik dan baik. Dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan disiplin anak pada siklus dua sangat jelas mengalami peningkatan dari masing-masing aspek yang diamati dalam kategori sangat baik dan baik.5.2 Saran-saran1. Kiranya metode pemberian tugas dapat diterapkan mengingat metode pembelajaran ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam pembelajaran, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat.2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu, guru haris menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.3. Bagi orang tua, agar sejak dini anak sering dilatih dalam mengembangkan tingkat kedisiplinannya khususnya disiplin didalam kelas, disiplin dalam berdoa dan disiplin dalam baris berbaris.4. bagi guru, agar lebih mempermudah dalam mengembangkan kedisplinan anak.5. Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Anatapura agar selalu memberikan kesempatan bagi guru untuk melakukan berbagai varisai dalam mengembangkan disiplin anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Munsyi, Metode Pemberian Tugas. www. OrganisasiOrg Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia.co.id : Diakses pada hari kamis tanggal 18 November 2014

Anita Yus, 2006. Penilaian Belajar Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Budono, 2005. Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia dini. Dirjen Dikti: Jakarta.

Gordon Browne, 1985. Membangun Kreativitas Anak. Bandung : Remaja, Rosdakarya

Hurlock, 1978. Pemberdayaan Manusia Kreatif. PGTKI Press: Yogakarta.

Kartono, 1991. The Miracle Of Mind Power For Children. Yogyakarta. Gara Ilmu

Lowenfeld Briham, 1986. Mengembangkan Daya Kreativitas, Surabaya, Putra Jaya

Madya, 1999. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Pasaribu S., 1992, Kamus Umum Bahasa Indonesi. PN balai Pustaka, Jakarta.

Prasetyo, 1997. Permainan Yang Meningkatkan Kecerdasan anak. Jakarta. Laskar Aksara

Roestiyah, N.K., 1996, Metode Pemberian Tugas, Kedisiplinan, Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar. Alumni : Bandung.

Rusman, M.Pd. 1998, Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme guru). Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Sriyono, 1992. Pembelajaran Untuk Anak TK. Dirjen Dikti: Jakarta

Sagala, 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta :Rineka Cipta

Zuhairini, 1997. Metode Pemberian Tugas Dapat Membawa Keberhasilan Anak. Percetakan offset: Bandung.