Contoh Proposal Skripsi PTK
-
Upload
machlid-al-utaiby -
Category
Documents
-
view
736 -
download
1
Embed Size (px)
Transcript of Contoh Proposal Skripsi PTK

PENERAPAN PEMBELAJARAN PARTISIPATIF MODEL TRUE FALSE
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
TROUBLESHOOTING KOMPUTER PADA SISWA KELAS XII
SMAN 10 MALANG
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH
DAVIN SETIYA BUDI
NIM 108533414492
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
APRIL 2011

A. JUDUL
Penerapan Pembelajaran Partisipatif Model True False Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Prestasi Belajar Troubleshooting Komputer Pada Siswa Kelas
XII SMAN 10 Malang
B. LATAR BELAKANG
Kualitas pendidikan yang baik dapat dilihat dari proses pembelajaran itu
berlangsung. Ketercapaian indikator belajar secara menyeluruh merupakan ciri
keberhasilan dalam membelajarkan siswa. Hal ini dapat dimulai dari penerapan
metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Menurut Soedjadi (dalam
Rahayu, 2007:6) keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan
oleh proses belajar mengajar yang ditangani langsung oleh para guru. Salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu menyiapkan
penyelenggaraan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Metode pembelajaran ada berbagai macam, ada yang berorientasi guru ataupun
berorientasi pada kemampuan siswa. Maka dari itu, seorang guru wajib memilih
metode pembelajaran yang sesuai terhadap situasi dan kondisi kelas sehingga
mampu memaksimalkan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matadiklat
komputer dan jaringan di SMAN 10 Malang, bahwa kesulitan belajar siswa dalam
memahami pokok bahasan troubleshooting komputer ini dikarenakan bentuk
pembelajaran kelas yang masih konvensional yaitu guru menerangkan dan siswa
mendengarkan atau lebih dikenal dengan metode ceramah. Selain ceramah, guru
hanya memberikan tugas-tugas teoritik dan tanya jawab di akhir pelajaran.

Selain itu, berdasarkan observasi di kelas hampir semua siswa tidak
menyukai pelajaran teori, tetapi lebih suka pada pelajaran praktik langsung. Rata-
rata Siswa SMAN 10 Malang khusunya kelas XII yang menjadi subjek penelitian
memiliki kemampuan dan motivasi dalam belajar yang masih kurang. Gejala yang
menunjukkan rendahnya motivasi belajar antara lain: (1) tidak semua siswa
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) tidak semua siswa
memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi pelajaran, bahkan siswa
cenderung apatis, sehingga ketertiban kelas menjadi terganggu, (3) jika tidak
diberikan sangsi tertentu atau diberi penguatan dalam bentuk menakut-nakuti,
siswa akan melakukan kegiatan lain di dalam kelas, seperti mengerjakan PR mata
pelajaran lain, tidur atau berbicara sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya
keterlibatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga kebanyakan
siswa cenderung pasif dan hanya siswa-siswa deretan kursi terdepan saja yang
mau dan mampu menjawab pertanyaan.
Materi mata pelajaran pokok bahasan troubleshooting komputer ini terlalu
banyak yang berupa hafalan, terutama dalam menghafal bagian-bagian komputer
dan analisa teoritis terhadap berbagai macam kemungkinan terjadi kerusakan. Jika
jenis materi hafalan ini diajarkan kepada siswa dengan model pembelajaran yang
kurang sesuai, maka berakibat pada kejenuhan peserta didik yang kemudian
menjadi penyebab rendahnya aktivitas kelas karena sedikitnya antusiasme.
Sebagai wujud upaya guru dalam meningkatkan antusiasme siswa dalam
kelas, guru menggunakan cara otoriter dalam mengajar dimana jika siswa tidak
bisa menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang sudah dijelaskan, maka
siswa akan dikenai sanksi berupa tugas tambahan. Tekanan seperti ini secara

psikologis akan mempengaruhi mood belajar siswa yang kemudian berdampak
pula pada ketidaknyamanan siswa dalam belajar karena terpaksa.
Rendahnya motivasi belajar dan aktivitas siswa akibat berbagai masalah
diatas berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.
Hal inilah yang mendasari peneliti untuk membantu meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas XII SMAN 10 Malang dengan menerapkan pembelajaran
partisipatif model True False pada pokok bahasan troubleshooting komputer.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah metode pembelajaran partisipatif model True False dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII SMAN 10 Malang pada
pokok bahasan troubleshooting komputer?
2. Apakah metode pembelajaran partisipatif model True False dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII SMAN 10 Malang pada pokok
bahasan troubleshooting komputer?
D. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XII SMAN 10
Malang pada pokok bahasan troubleshooting komputer dengan metode
pembelajaran partisipatif model True False.

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas XII SMAN 10
Malang pada pokok bahasan troubleshooting komputer dengan metode
pembelajaran partisipatif model True False.
E. HIPOTESIS
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis tindakan,
yaitu:
1. Model pembelajaran partisipatif model True False dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas XII SMAN 10 Malang pada pokok bahasan
troubleshooting komputer.
2. Model pembelajaran partisipatif model True False dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas XII SMAN 10 Malang pada pokok bahasan
troubleshooting komputer.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan berguna untuk:
1. Guru
Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam
meningkatkan wawasan pembelajaran dan mengembangkan meteri
pembelajaran, serta untuk meningkatkan profesionalisme guru.
2. Siswa
Dapat memiliki kebiasaan-kebiasaan positif seperti kerjasama dalam
kelompok, keaktifan dalam pembelajaran, sosialisasi, dan mengemukakan
pendapat kepada orang lain, serta lebih bertanggung jawab terhadap

pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi untuk
belajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa.
3. Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan strategi
pembelajaran pada matadiklat yang lain.
4. Universitas Negeri Malang
Sebagai bahan masukan bagi Universitas Negeri Malang khususnya Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro dalam membekali mahasiswa untuk
mengembangkan model pembelajaran di SMA atau SMK.
5. Peneliti
Dapat mengetahui masalah pembelajaran di kelas dan upaya untuk
memperbaiki pembelajaran selanjutnya, serta menyiapkan peneliti sebagai
pendidik yang profesional.
G. RUANG LINGKUP
Permasalahan dalam suatu penelitian dapat berkembang menjadi masalah
yang kompleks dan lebih luas, maka perlu dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di SMAN 10 Malang dengan mengambil subyek siswa
kelas XII yang siswanya berjumlah 34 orang.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan troubleshooting komputer.
3. Hasil penelitian tidak digeneralisasikan pada kelas dan sekolah lain.

H. DEFINISI OPERASIONAL
Penafsiran yang keliru terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini
perlu dihindari, maka perlu diberikan definisi istilah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran partisipatif adalah Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif dalam membentuk kondisi kelas yang
penuh dengan antusiasme antar siswa selama kegiatan belajar mengajar.
2. True False adalah salah satu model pembelajaran partisipatif yang
menekankan pada kemampuan merespon siswa dalam menjawab pertanyaan
guru sesuai dengan kode jawaban yang dimiliki siswa serta kemampuan
menjabarkannya dalam kelas untuk mendapatkan feedback dari teman
lainnya.
3. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari dalam diri
siswa yang diukur dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat,
perhatian, konsentrasi, dan ketekunan siswa selama proses belajar mengajar.
4. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari
bidang studi ilmu tertentu berdasarkan kemampuan dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
I. KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang
ada pada individu (Sujana, 2005:28). Jadi, pada hakekatnya belajar adalah segala

proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan
integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah
kesempurnaan hidup.
Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada
kesadaran, niat, tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan
menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan, dan
keterampilan siswa. Peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, apektif,
dan psikomotorik kearah yang lebih baik lagi menunjukkan keberhasilan belajar
siswa yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu sendiri dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
1. Pembelajaran Partisipatif
Metode pembelajaran partisipatif bukanlah menjadi hal yang baru dalam
dunia pendidikan. Kebanyakan guru menerapkan metode pembelajaran partisipatif
ini pada mata pelajaran yang lebih mengutamakan pada keaktifan siswa di kelas,
terutama psikomotoriknya.
Menurut Court (dalam Suparno, 1997:65) mengajar berarti partisipasi
dengan pebelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Lebih lanjut dijelaskan oleh
Jumbadi (2008:2) pembelajaran partisipatif merupakan kegiatan pembelajaran
yang menekankan bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami
teknik-teknik belajar dan berperilaku belajar yang dapat menimbulkan interaksi
edukatif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

Kedua teori diatas menunjukkan bahwa peserta didik menjadi pemain
utama dalam memenuhi kebutuhan akademisnya sehingga selama kegiatan belajar
mengajar peserta didik diposisikan sebagai seseorang yang menginginkan
pemuasan pengetahuan. Begitu pula yang seharusnya terjadi pada siswa kelas XII
SMAN 10 Malang bahwa partisipasi belajar siswa dalam membentuk insan
akademis yang memiliki keaktifan dikelas dimulai dengan penanaman konsep
bahwa belajar merupakan sebuah kebutuhan. Dari kebutuhan tersebut akan
muncul perilaku-perilaku yang berupa interaksi dengan lingkungan belajar
sehingga kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi hidup.
Kegiatan pembelajaran partisipatif didasarkan pada prinsip-prinsip belajar,
yaitu: 1) berangkat dari kebutuhan belajar (learning needs based), 2) berorientasi
pada tujuan belajar (goal and objective), 3) belajar berdasarkan pengalaman
(experiential learning), 4) berpusat pada peserta didik (participant centered).
Menurut Sudjana (dalam Jumbadi, 2008:2) partisipatif adalah bertahap dan
berkesinambungan, dengan proses pemberdayaan (empowering proccess) dan
berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran partisipatif perlu
disusun beberapa strategi antara lain:
1. Menekankan pada aktifitas siswa
Pada konteks ini, partisipasi siswa dalam membentuk kondisi belajar yang
begitu antusias menjadi poin utama dalam pembentukan pembelajaran
partisipatif. Sementara guru menjadi pemicu dan penengah dalam membentuk
kondisi tersebut sehingga kelas dapat dikontrol dengan baik.
2. Menjunjung tinggi kebersamaan

Partisipasi yang dibentuk oleh antar siswa maupun siswa dengan guru
merupakan perwujudan dari nilai kebersamaan yang terbuat. Saling bertukar
pikiran antar subjek di dalam kelas menjadikan bentuk interaksi yang
seimbang dalam membentuk kondisi belajar yang lebih bergairah. Selain itu,
nilai kebersamaan yang terbentuk bertujuan untuk menghilangkan dominasi
siswa yang memiliki taraf berpikir cepat terhadap siswa yang kurang.
3. Pemberian penghargaan terhadap semua hasil karya siswa
Secara psikologis, hal ini akan memberikan rasa kepuasan bagi siswa yang
selanjutnya menimbulkan rasa percaya diri dan tumbuhnya sikap pengenalan
kemampuan diri sendiri. Dengan begini siswa dapat mengetahui terhadap
kelebihan dan kekurangannya dalam berprestasi di sekolah.
4. Penguatan
Pada strategi ini, guru menjadi subjek yang berperan dalam inventarisasi
terhadap semua hasil karya siswa yang kemudian disikapi dalam bentuk
pemberian nilai secara objektif.
Metode pembelajaran partisipatif ini sangatlah cocok untuk mata pelajaran
troubleshooting komputer yang pada dasarnya menuntut keaktifan siswa di kelas
dalam mencoba untuk melakukan analisis terhadap error yang terjadi pada sebuah
komputer. Partisipasi siswa yang baik akan menyebabkan proses transfer ilmu
dapat berjalan dengan baik pula, terutama pada materi mata pelajaran yang
cenderung untuk hafalan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran partisipatif adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

keaktifan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan akademisnya yaitu
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan justifikasi dengan teknik-teknik belajar serta membentuk perilaku
belajar yang dapat menimbulkan interaksi edukatif antara siswa dengan siswa dan
antara siswa dengan guru.
2. Pembelajaran Partisipatif Model True False
True False merupakan bahasa Inggris yang artinya benar salah. Dalam
bidang pendidikan, pengertian yang lebih luas lagi dari model True False ini
adalah aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak siswa untuk terlibat ke dalam
materi pembelajaran dengan segera, strategi ini menumbuhkan kerjasama tim,
berbagi pengetahuan dan belajar secara langsung (dalam Astuti, 2009:12).
Implementasi dari model True False ini berupa pembentukan kondisi kelas
dimana siswa lebih berperan terhadap penentuan kebenaran terhadap materi
pelajaran yang diterima dari siswa lain. Kebenaran yang dibentuk pada
penggunaan model True False ini bersifat umum bagi seluruh siswa. Dimulai dari
salah satu siswa memberikan argumen kemudian siswa lain menanggapi argument
tersebut. Adapun guru bertindak sebagai penengah jika terjadi ketidaksesuaian
konsep materi belajar dalam kegiatan pembelajaran itu.
Kelebihan dari stategi True False adalah siswa dapat mengungkapkan
alasan tentang jawaban yang siswa berikan. Siswa harus memiliki
pertanggungjawaban terhadap argumen yang diyakini kemudia argumen itu akan
dikoreksi bersama siswa yang lain. Siswa yang menanggapi diperkenankan
menilai benar atau salah terhadap argumen dari siswa sebelumnya. Interaksi

seperti inilah yang akan membuat suasana kelas semakin hidup terutama bagi
siswa kelas XII SMAN 10 Malang pada mata pelajaran troubleshooting komputer.
3. Motivasi belajar
Motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motivation yang artinya
dorongan. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong,
menyebabkan dan merangsang (Imron, 1995:87). Menurut Winkels (dalam
Imron, 1995:87) motivasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.
Hal senada dikatakan oleh Uno (2006:1) yang menyatakan bahwa motivasi adalah
kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku . Hal ini
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut
Uno (2006:23) perlu adanya indikator-indikator untuk mengukur motivasi belajar,
indikator yang dimaksud adalah: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara sederhana dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis siswa yang
menghasilkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan
indikator minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan.

Seorang guru harus berusaha sedapat mungkin untuk menanamkan dan
mengembangkan motivasi belajar pada siswa (Winkel, 1996:99). Hal ini sejalan
dengan pernyataan Prayitno (dalam Rahayu, 2007:30), bahwa gurulah yang
berperan dalam menentukan bagaimana cara untuk memotivasai secara efektif
dengan mempertimbangkan tipe siswa, jenis materi pelajaran, dan tujuan yang
akan dicapai.
Sebagai konsekuensi atas perhatian guru terhadap unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar. Upaya untuk meningkatakan motivasi belajar
menurut Imron (1995:102) dilakukan dengan cara: (1) mengoptimalkan penerapan
prinsip-prinsip belajar, (2) mengoptimalkan unsur-unsur belajar pembelajaran, (3)
mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan yang dimiliki oleh
pembelajar, (4) mengembangkan cita-cita dan aspirasi belajar.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam keberhasilan kegiatan
pembelajaran, karena motivasi merupakan daya penggerak yang mengarahkan
tindakan atau tingkah laku siswa terhadap tujuan yang ingin dicapai dan
mempuyai peranan yang luas karena menumbuhkan gairah, rasa senang dan
semangat dalam belajar. Hal inilah yang menjadi tujuan dari guru dimana siswa
memiliki gairah dalam belajar yang akan menyemarakkan kegaitan berlajar
mengajar di kelas, terutama bagi siswa kelas XII SMAN 10 Malang saat mata
pelajaran troubleshooting komputer.
4. Prestasi belajar
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim, 2002:1190)
prestasi adalah hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan. Menurut Winkel

(1996:24) prestasi merupakan sebagai bukti keberhasilan usaha yang dicapai.
Berbeda halnya menurut Sudjana (2005: 24) yang menyatakan bahwa, prestasi
belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah tercapainya tujuan pengajaran yang
dapat diukur dan dinilai dari hasil belajar mereka (siswa). Lebih jauh lagi
dikatakan oleh Dimyati (dalam Arifiyanti, 2007:18), bahwa prestasi belajar
mempunyai pengertian; (1) perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses
belajar, (2) kemampuan aktual yang dapat diukur langsung, (3) perubahan tingkah
laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi belajar sering disebut dengan istilah hasil belajar dan untuk
mengetahuinya pengajar atau guru memberikan penilaian terhadap keseluruhan
proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2005:2) hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah Kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi , dan internalisasi. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek psikomotorik, yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara sederhana dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari sebuah tindakan yang telah dilakukan

berupa perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Untuk mengetahui prestasi belajar yang sudah dicapai oleh siswa, maka
dibutuhkan suatu penilaian terhadap hasil belajar tersebut. Penilaian hasil belajar
merupakan proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu yang dapat dilakukan baik dengan cara tes maupun
dengan cara non tes (Sudjana, 1996:3). Adapun tujuan dari penilaian hasil belajar
menurut Sudjana (2005:4), yaitu: (1) mendeskripsikan kecakapan belajar para
siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya, (2) mengetahui keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu seberapa jauh efektivitas
dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan, (3) menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran
serta strategi pelaksananya, (4) memberikan pertanggungjawaban (accountability)
dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Tinjauan Kompetensi Mata Pelajaran Troubleshooting Komputer
Bidang Studi Jaringan Komputer adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji
tentang ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta sikap (kerja) yang berkaitan
dengan komputer. Dengan kata lain, pembelajaran jaringan komputer ini
menekankan pada pencapaian berbagai kompotensi bekerja dibidang jaringan dan
komputer. Dengan karakteristik tersebut, bukan berarti pembelajaran jaringan
komputer hanya menekankan pada penguasaan aspek/ranah psikomotorik semata

melalui kegiatan praktikum, melainkan pembelajaran aspek kognitif dan afektif
tetap diperlukan melalui program normatif adan adaptif, karena keduanya
merupakan unsur pembentuk kompetensi peserta diklat (Sudjimat, 2005:3).
6. Kajian Terhadap Penelitian Relevan
Kajian terhadap penelitian tedahulu diambil dari skripsi Jatmi Puji Astuti
(2009) yang berjudul “Efektivitas Strategi True Or False dan Card Sort Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fiqh Di Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan motivasi siswa ditentukan dengan
indikator aspek motivasi (keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan) kemudian
menetukan skor tiap indikator dan selanjutnya menetukan taraf keberhasilan
tindakan dengan cara membandingkan jumlah skor yang dicapai dengan jumlah
skor maksimum kemudian dikalikan 100% kemudian hasil belajar yang diperoleh
dibandingkan dengan SKM (Standart Ketuntasan Minimum) mata diklat ekonomi.
Dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus ini
diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dari
aspek keaktifan pada siklus I sebesar 70% dan pada siklus II meningkat menjadi
86%, motivasi belajar siswa dari aspek keantusiasan pada siklus I sebesar 56%
dan pada siklus II meningkat menjadi 76%, sedangkan motivasi belajar dari aspek
keceriaan pada siklus I sebesar 90% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%.
Dan dari analisis data belajar siswa dari aspek kognitif pada siklus I dapat
diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar siswa sebanyak 22 siswa (62,8%) dan

pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 31 siswa
(88,6%), hasil belajar siswa dari aspek afektif menunjukkan bahwa jumlah siswa
yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 29 (82,8%) dan pada siklus dua jumlah
siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 30 siswa (85,7%), sedangkan hasil
belajar siswa dari aspek psikomotorik menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
tuntas belajar pada siklus I sebanyak 22 siswa (62,8%) dan pada siklus II jumlah
siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 30 siswa (85,7%).
Begitu pula pada penelitian Jumbadi (2008:104) yang berjudul Penerapan
Pembelajaran partisipatif Metode True False Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Matematika Materi Pokok Persamaan Kuadrat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2007/2008. Subyek
penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran
2007/2008 dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Strategi pengumpulan data
untuk mendukung penelitian tersebut menggunakan instrument penelitian sebagai
berikut: 1) LKS, 2) tes akhir pembelajaran dan 3) dokumentasi. Hasil dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan dengan tiga siklus telah memperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan
metode pembelajaran partisipatif model True False. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai sangat tinggi
10%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 12,5% dan kemudian pada
siklus III terjadi peningkatan sebesar 17,5%. Nilai rata-rata yang diperoleh setelah
pelaksanaan siklus III ini mencapai 42,5 dari nilai rata-rata awal sebelum adanya
tindakan sebesar 37.

7. Kerangka Berfikir
a. Peningkatan Motivasi Belajar
Konsep yang ada pada metode pembelajran partisipatif model True False
ini memiliki keunggulan dalam bentuk menghidupkan suasana kelas. Keberadaan
siswa yang menjadi pemeran utama dalam kelas akan membentuk sebuah
lingkungan belajar yang lebih berkosentrasi pada aktivitas siswa. Segala sesuatu
yang dibahas oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar akan menentukan
pengetahuan siswa dalam memahami sebuah materi belajar khususnya
troubleshooting komputer. Kondisi semacam inilah yang dapat dikatakan sebagai
perwujudan adanya motivasi belajar siswa yang tercermin dari antusiasme saat
belajar di kelas. Jumbadi (2007:53) juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran
partisipatif akan terjalin proses sosialisasi dan komunikasi yang lebih akrab
sehingga minat siswa dalam belajar semakin tinggi. Dengan kondisi yang
terbentuk selama menggunakan metode pembelajaran partisipatif model True
False siswa akan merasa lebih rileks dalam berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran dikelas karena para siswa tidak akan segan-segan lagi dalam
menyampaikan opini kepada teman-teman sekelasnya.
b. Peningkatan Prestasi Belajar
Sebagai implikasi dari tumbuhnya motivasi belajar siswa selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar, akan berakibat pula terhadap prestasi belajar
siswa (Jumbadi, 2007:55). Rasionalnya jika siswa memiliki antusiasme saat
mengikuti pembelajaran maka akan berdampak pada semangat siswa untuk
mempelajari materi troubleshooting komputer secara lebih mendalam mengingat
materi troubleshooting komputer ini membutuhkan kemampuan kognitif tingkat

mengingat, dan anilisis serta psikomotor. Dengan kondisi belajar mengajar yang
dibentuk menggunakan metode pembelajaran partisipatif model True False ini
maka secara keseluruhan dampak yang akan dirasakan oleh siswa adalah
munculnya antusiasme belajar atau peningkatan motivasi belajar yang berbanding
lurus dengan peningkatan prestasi akademik tiap siswa. Prestasi yang diraihpun
akan bersifat merata karena partisipatif siswa secara keseluruhan dalam
pembelajaran akan terus dievaluasi sehingga semua siswa mendapatkan
kesempatan untuk menyampaikan opininya kepada eman-teman sekelasnya.
J. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas dikenalkan
pertama kali oleh Jhon Dewey pada tahun 1910 dalam bukunya How We Think
dan The Source of a Science of Education (dalam Ihsan, 2008:110).
Arikunto (2008:3) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelompok secara bersamaan.
Secara rinci tujuan PTK menurut Suhardjono (2008:60), yaitu (1) meningkatkan
mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan, serta pembelajaran di sekolah,
(2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas, (3) meningkatkan sikap
profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam

melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
(sustainable). Jadi PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas. Selain itu, kegiatan PTK bertujuan untuk mencari jawaban
ilmiah untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengembangkan profesinya.
Adapun model untuk masing-masing tahap dalam penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2008:66) adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Wiriaatmadja, 2008:66)
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi yang tidak lain adalah evaluasi (Arikunto, 2008:20).
Untuk menentukan jumlah siklus, peneliti harus melihat tingkat
keberhasilan dari siklus yang sudah dilaksanakan. Apabila dalam siklus 1 proses
pembelajaran sudah mencapai tujuan yang diharapkan, maka peneliti cukup
menggunakan satu siklus saja. Tetapi apabila dalam siklus 1 masih terdapat
kekurangan dan perlu adanya perbaikan, maka peneliti perlu melanjutkan ke
siklus berikutnya. Menurut Arikunto (2008:75) banyaknya siklus tergantung dari
kepuasan peneliti sendiri, tetapi sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Penelitian
ini menggunakan dua siklus dalam menyelesaikan pembelajaran partisipatif model
True False, sehingga sudah memenuhi kelayakan dalam penelitian tindakan kelas.
2. Keberadaan Peneliti
Menurut Wiriaatmadja (2008:96) penelitian tindakan kelas sebagai
penelitian bertradisi kualitatif dengan latar atau setting yang wajar dan alami, oleh
karena itu membutuhkan kehadiran peneliti sebagai instrumen terpenting.
Sedangkan menurut Moleong (2005:168) peneliti dalam penelitian kualitatif
bertindak sebagai (1) perencana tindakan, (2) pelaksana tindakan, (3) pengumpul
data, (4) penganalisis data, dan (5) pelapor hasil penelitian, maka kehadiran
peneliti dilapangan mutlak adanya selama penelitian. Untuk memperoleh rekaman
data yang akurat, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran TIK dan satu rekan
sejawat sebagai pengamat.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Malang yang beralamat di
Jl. Ki Ageng Gribik No 28 Malang. SMA Negeri 10 Malang lebih dikenal sebagai
SMA Sampoerna, hal ini karena SMA ini didirikan berdasarkan dana dari sebuah
perusahaan besar di Indonesia yaitu Sampoerna, Tbk. Siswa dari SMA tersebut
berasal dari berbagai lulusan SMP atau MTS yang ada di Jawa Timur yang
mendapatkan beasiswa Sampoerna untuk sekolah di SMA Negeri 10 Malang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2008 sampai 5 Juni 2011.
4. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 10
Malang semester Genap Tahun Pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 34 siswa
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 20 siswa dan perempuan sebanyak 14
siswi.
5. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002:126) instrumen adalah alat yang digunakan untuk
waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau
prestasi (Arikunto, 2002:198). Tes dapat berupa tes lisan, tertulis dan tindakan.
Tes tertulis disusun sedemikian hingga setiap butir soal menggambarkan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes yang digunakan pada

penelitian ini adalah tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu berdasarkan aspek kognitif.
Tes prestasi berupa soal-soal tes yang diberikan kepada siswa pada akhir
pembelajaran tiap siklus.
b. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan
pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2002:128). Dipandang dari segi
menjawabnya, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
karena responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia. Jika dilihat dari
segi bentuknya, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket check
list, responden tinggal memberikan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran partisipatif model True False.
c. Lembar penilaian
Lembar penilaian dalam penelitian ini berupa sebuah daftar yang memuat
indikator-indikator kompetensi motivasi dan prestasi belajar. Untuk lembar
penilaian motivasi memuat empat macam indikator, yaitu minat, perhatian,
konsentrasi, dan ketekunan. Sedangkan lembar penilaian prestasi digunakan untuk
mengukur aspek afektif dan psikomotorik.
Lembar penilaian aspek afektif meliputi kerjasama dalam kelompok,
kerajinan, kedisiplinan, dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat,
bertanya, dan menjawab pertanyaan. Sedangkan lembar penilaian aspek

psikomotor meliputi kemampuan berdiskusi kelompok, dan etika dalam
berdiskusi.
d. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2005:216) dokumentasi
adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Pada penelitian ini dokumentasi
digunakan untuk mengetahui hasil nilai ulangan siswa sebelum pelaksanaan
tindakan sekaligus latar belakang siswa yang nantinya dapat digunakan sebagai
acuan untuk membandingkan hasil dari tiap siklus.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti
(Arikunto, 2002:198). Oleh karena itu, dalam mengumpulkan data harus hati-hati
dan membutuhkan persiapan yang matang. Adapun pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data
Menurut Arikunto (2002:107) sumber data adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Dalam penelitian ini subjek penelitian diperoleh dari siswa kelas
XII SMA Negeri 10 Malang Semester II tahun ajaran 2010/2011, guru TIK, dan
teman peniliti yang berfungsi sebagai mitra dalam melakukan penelitian.
b. Jenis data
Menurut Moleong (2005:157) jenis data dibagi dalam kata-kata, tindakan,
sumber data tertulis, foto, dan statistik. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
Nilai awal dari ulangan harian kompetensi sebelumnya

Hasil penilaian prestasi belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik
Hasil penilaian motivasi belajar
Hasil respon siswa terhadap pembelajaran partisipatif model True False
c. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada sumber
dan jenis data. Secara rinci teknik pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut:
a. Data motivasi belajar diperoleh dari lembar penilaian berdasarkan
indikator motivasi belajar selama siklus berlangsung.
b. Data prestasi belajar dari segi aspek kognitif diperoleh dengan cara
memberikan tes formatif sebagai alat evaluasi kepada siswa setiap akhir
siklus tindakan.
c. Data prestasi belajar dari segi aspek afektif dan psikomotorik diperoleh
dari hasil lembar penilaian berdasarkan indikator afektif dan psikomotorik.
d. Nilai awal dari ulangan harian sebelumnya diperoleh melalui pengumpulan
data-data dari dokumen nilai ulangan harian yang telah diberikan
sebelumnya.
Respon siswa terhadap pembelajaran partisipatif model True False
diperoleh dari hasil angket yang disebarkan oleh peneliti kepada siswa pada akhir
kegiatan pembelajaran yaitu setelah selesai siklus terakhir (siklus ke-2).

7. Teknik Analisis Data
Menurut Patton (dalam Moleong, 2005:280), analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data kualitatif
Menurut Moleong (2005:247) proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana yang
dilakukan oleh Arifiyanti (2007:28), yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data,
dan (3) penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh melalui perangkat
pengumpulan data akan dianalisis dan selanjutnya direduksi secara sistematis
berdasarkan kelompok data, data tereduksi ini akan disajikan secara terorganisir
untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
2. Data kuantitatif
a. Data motivasi belajar siswa
Data motivasi siswa berdasarkan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar penilaian motivasi dihitung dengan
menggunakan persentase motivasi siswa berdasarkan tiap-tiap indikator. Untuk
menghitung persentase motivasi siswa secara klasikal adalah sebagai berikut.

IMk = nx
Sd
S max
x 100 %
(Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:30)
Keterangan:
IMk : Indikator motivasi klasikal
Sd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator
Smax : Skor maksimal indikator (bergantung jumlah deskriptor)
n : Jumlah siswa
b. Data prestasi belajar siswa
Analisis untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa ditentukan
dengan ketuntasan belajar siswa secara individual dan secara kelas (klasikal).
Kriteria peningkatan penguasaan minimal dari pelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Secara perorangan (individual); siswa dianggap telah “tuntas belajar” apabila
daya serap mencapai 70%.
2. Secara kelompok (klasikal); dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai
85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 70%,
menggunakan rumus:
%10070
xsiswaseluruh
skormemperolehyangSiswaTB
(Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:31)
8. Indikator Keberhasilan Tindakan
Untuk menentukan taraf keberhasilan tindakan ditinjau dari sisi peserta
didik dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Untuk menghitung persentase hasil belajar siswa dengan cara

membandingkan jumlah skor yang diperoleh siswa dengan jumlah skor
maksimum kemudian dikalikan 100%.
Persentase Keberhasilan = 100% X maksimumskor
siswa dicapai yangskor
(Sumber: Arikunto, 2002:329)
Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Tindakan
Aspek Kondisi
Awal
Pencapaian
Siklus I
Pencapaian
Siklus II
Keaktifan siswa menyampaikan
opini 5% 15% 30%
Kualitas opini yang disampaikan 5% 10% 25%
Keakuratan dalam memecahkan
troubleshooting pada komputer 5% 20% 25%
Kemampuan siswa melakukan
troubleshooting komputer secara
personal
5% 10% 20%
9. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing – masing siklus terdiri 4
tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a. Siklus 1 pada materi teknik analisis troubleshooting komputer
Siklus 1 dilaksanakan selama 2 kali pertemuan
1) Tahap perencanaan
(1) melakukan pertemuan awal dengan guru TIK sekolah terkait dan
menyampaikan hal–hal mengenai perencanaan penelitian yang akan
dilaksanakan, (2) menyiapkan rencana pembelajaran, (3) menentukan sumber
data. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Mempersiapkan materi tentang troubleshooting komputer
b. Penyusunan kartu indeks yang berisi tanda-tanda kerusakan pada
komputer sesuai umlah siswa di kelas
c. Mempersiapkan bahan atau literatur tentang materi troubleshooting
komputer
2) Tahap pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan diatur sebagai berikut:
a. Tahap penyajian kelas
Pada tahap penyajian kelas ini peneliti memaparkan tujuan dan langkah-
langkah model pembelajaran partisipatif model True False pada materi
mengenal troubleshooting komputer.
b. Tahap penyampaian materi
Guru menjelaskan tentang materi troubleshooting komputer selama satu
jam pelajaran, sementara siswa yang lain mendengarkan dengan
saksama. Materi pelajaran yang disampaikan pada pertemuan pertama
tentang analisis troubleshooting komputer pada hardware. Untuk
pertemauan kedua, materi yang guru sampaikan tentang analisis
troubleshooting komputer pada software.
c. Tahap pembagian kartu indeks
Kartu indeks yang berisi tentang pernyataan-pernyataan seputar
troubleshooting komputer ini dibagikan pada setiap siswa secara acak.
d. Tahap presentasi siswa
Dimulai dengan guru menampilkan sebuah indikator dari kerusakan pada
komputer kemudian siswa yang merasa membawa kartu indeks yang

berhubungan dengan soal yang ditanyakan pada guru diminta untuk
presentasi didepan kelas.
e. Tahap umpan balik (feedback)
Pada tahapan ini siswa yang sudah mempresentasikan hasil analisisnya
terhadap indikator kerusakan pada soal yang disajikan guru akan
mendapatkan umpan balik dari siswa lain. Siswa lain yang ingin
menanggapi berhak untuk menyalahkan atau memperkuat hasil analisis
siswa yang berada didepan kelas (presentator). Disinilah proses
partisipatif dari seluruh siswa yang dijadikan sisi unggul dari metode
pembelajaran ini.
f. Guru mengevaluasi hasil diskusi
Guru menyempurnakan hasil diskusi siswa dari tiap troubleshooting yang
sudah dianalisis oleh siswa.
g. Tahap penghargaan kepada siswa
Siswa yang memiliki kemampuan analisis terbaik akan mendapatkan
penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa barang. Penghargaan
siswa terbaik diberikan pada saat pelajaran berakhir atau setelah peneliti
membacakan skor untuk tiap siswa yang sudah presentasi maupun
menanggapi.
3) Tahap pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap
ini dilakukan observasi terhadap aktivitas guru, siswa, motivasi belajar,
prestasi belajar aspek afektif, dan lembar catatan lapangan.
4) Tahap refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh dari tindakan 1, maka data diolah atau
dianalisa. Peneliti bersama observer merenungkan hasil tindakan 1 sebagai
bahan pertimbangan apakah siklus 1 sudah mencapai kriteria atau tidak. Hasil
analisis data yang digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
berikutnya.
b. Siklus 2 pada materi reparasi troubleshooting komputer
Setelah merefleksi siklus 1, maka dapat dilanjutkan ke siklus 2 jika belum
tercapai ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal. Pada siklus 2 ini
pada hakikatnya adalah melengkapi apa yang kurang dan perlu diperbaiki pada
siklus 1 untuk menghasilkan hasil akhir atau kesimpulan penelitian. Siklus 2
dilaksanakan seperti siklus 1 dan dilakukan selama 1 kali pertemuan.
1) Tahap perencanaan
Pada kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan seperangkat komputer dan mensettingnya pada kondisi
error
b. Menggunakan waktu seefektif mungkin.
c. Menunjuk siswa yang pasif pada waktu sesi feedback dilaksanakan
d. Memberi reinforcement/penguatan terhadap sikap dan keterampilan
siswa selama kegiatan berlangsung.
2) Tahap pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan diatur sebagai berikut:
a. Tahap penyajian kelas
Pada tahap penyajian kelas ini peneliti menunjukkan sebuah komputer

yang dalam kondisi error untuk dilakukan troubleshooting secara
langsung.
b. Tahap pembagian kartu indeks
Kartu indeks yang berisi tentang pernyataan-pernyataan seputar
troubleshooting komputer ini dibagikan pada setiap siswa secara acak.
c. Tahap presentasi siswa
Guru mempersilahkan siswa untuk menganalisis kondisi kerusakan pada
komputer yang ada kemudian menyesuaikan hasil analisisnya terhadap
kartu indeks yang dimiliki. Jika siswa merasa kartu indeks yang
dibawanya sesuai dengan indikator kerusakan komputer, maka siswa
tersebut diminta maju kedepan kelas dan menganalisis kerusakan tersebut
lalu melakukan reparasi pula pada komputer.
d. Tahap umpan balik (feedback)
Pada tahapan ini siswa yang sudah mempresentasikan hasil analisisnya
terhadap indikator kerusakan pada komputer akan mendapatkan umpan
balik dari siswa lain. Siswa lain yang ingin menanggapi berhak untuk
menyalahkan atau memperkuat hasil analisis siswa yang berada didepan
kelas (presentator). Disinilah proses partisipatif dari seluruh siswa yang
dijadikan sisi unggul dari metode pembelajaran ini.
e. Guru mengevaluasi hasil diskusi
Guru menyempurnakan hasil diskusi siswa dari tiap troubleshooting yang
sudah dianalisis oleh siswa.
f. Tahap penghargaan kepada siswa
Siswa yang memiliki kemampuan analisis terbaik akan mendapatkan

penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa barang. Penghargaan
siswa terbaik diberikan pada saat pelajaran berakhir atau setelah peneliti
membacakan skor untuk tiap siswa yang sudah presentasi maupun
menanggapi maupun memperbaiki komputer secara langsung.
3) Tahap pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap
ini dilakukan observasi terhadap aktivitas guru, siswa dan kelompok,
motivasi belajar, prestasi belajar aspek afektif dan psikomotorik, dan lembar
catatan lapangan.
4) Tahap refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari tindakan 2, maka data diolah atau
dianalisa. Peneliti bersama observer merenungkan hasil tindakan 2 sebagai
bahan pertimbangan apakah siklus 2 sudah mencapai kriteria atau tidak. Hasil
analisis data digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Berdasarkan dari hasil refleksi siklus 2, jika belum tercapai ketuntasan
belajar minimum, maka peneliti harus melanjutkan ke siklus ke- 3, siklus ke-4
sampai dengan siklus ke-n. Sehingga ketuntasan belajar troubleshooting komputer
khususnya baik secara individu maupun klasikal dapat tercapai.

K. DAFTAR RUJUKAN
Arifiyanti, R. 2007. Penerapan Pembelajaran Questioning dengan Strategi
Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Kelas VII-B SMP PGRI 01 Pakisaji
Malang Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi tidak dterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti, Jatmi P. 2009. Efektivitas Strategi True Or False dan Card Sort Dalam
Pembelajaran Fiqh Di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ihsan, A.N.T. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournamen
(TGT) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar
Matadiklat Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) Pokok Bahasan
Pengecoran Pada Siswa Kelas 1 Mesin Produksi (Mp) 1 SMK Negeri 6
Malang. Skripsi tidak dterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Imron, A. 1995. Teori Belajar Pembelajaran. Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas IKIP Malang: Malang.
Jumbadi. 2008. Penerapan Pembelajaran partisipatif Metode True False Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Materi Pokok Persamaan
Kuadrat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
Colomadu Tahun Pelajaran 2007/2008. Karanganyar: Widyatama.
Moleong, J. L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rahayu, A. 2007. Penerapan Model Pembelajaran TGT (Team Game
Tournament) dan Program Remidi Dengan Memperhatikan Modalitas
Belajar Pada Materi Ikatan Kimia Kelas X di SMA Negeri 12 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Salim, P dan Salim, Y. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modren English Press.
Sudjana. 1996. Cooperative Learning Sebagai Alternative Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar. Korpri. No. 242 Vol. XXI Desember.

Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Uno , H. B. 2006.Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: Bumi Kasara.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.