PTF KLP II

25
1 TRANSDERMAL TRANSDERMAL OLEH OLEH KELOMPOK II KELOMPOK II

description

TRANSDERMAL adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit).

Transcript of PTF KLP II

1

TRANSDERMALTRANSDERMAL

OLEHOLEH

KELOMPOK IIKELOMPOK II

TRANSDERMAL adalah salah satu cara

administrasi obat dengan bentuk sediaan

farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo)

yang digunakan pada permukaan kulit, namun

mampu menghantarkan obat masuk ke dalam

tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal =

kulit).

Sediaan transdermal adalah salah satu

bentuk sediaan topikal yang sistem

pemberiannya mendukung transpor

bahan obat dari permukaan kulit melalui

epidermis, dermis dan lapisan lainnya

sampai kedalam sirkulasi sistemik.

33

4

Tujuan penggunaannya adalah untuk

menghasilkan efek tempetik optimal

pada permukaan kulit sampai

epidermis.

5

Faktor yang berpengaruh pada

efektivitas obat secara topikal adalah

pelepasan zat aktif dari pembawa

sediaan, selanjutnya difusi zat aktif

tersebut melewati stratum corneum.

Zat pembawa yang umum adalah

alkohol, gliserin dan DMSO.

6

Bila jumlah pelepasannya cukup besar

maka ketersediaannya untuk

berpenetrasi juga besar, sehingga zat

aktif dapat mencapai tempat kerja (site

of action) dalam jumlah dan waktu yang

diharapkan

Umumnya penggunaan transdermal

adalah pada obat-obatan hormon,

misalnya estrogen. Yang paling umum

ditemui koyo untuk menghilangkan

kecanduan rokok, atau menghilangkan

nafsu makan (berfungsi sebagai

pelangsing).

7

8

Bentuk transdermal menjadi pilihan

terutama untuk obat-obat yang apabila

diberikan secara oral bisa memberi efek

samping yang tidak diinginkan. Misalnya

efek penggumpalan darah akibat

estrogen oral, atau iritasi lambung pada

obat-obat antiinflamasi non steroid dan

aspirin/asetosal.

9

Keuntungan transdermal adalah dosis yang

dibutuhkan jauh lebih kecil dibanding dosis

oral, karena obat diharapkan langsung masuk

ke sasaran, sehingga tingkat toksisitasnya pun

lebih rendah dibanding oral. Misalnya, pada

Carbamazepin (antikonvulsan / antikejang,

umum digunakan untuk penderita epilepsi)

dosis transdermal 4 mg mampu memberikan

efek setara dengan dosis 1200 mg oral.

10

Pengobatan transdermal diadministrasikan

di dekat organ sasaran, misalnya untuk

obat jantung ditempelkan di dada kiri, hal

ini agar kerja obat lebih efektif karena

langsung menuju sasaran.

11

Transdermal Drugs Delivery System

(TDDS) merupakan teknologi lebih

tinggi untuk menghantarkan obat

sampai ketujuannya.

Teknologi baru ini cukup mahal, tidak

semua obat bisa dibuat dalam bentuk

transdermal drugs  delivery system ini.

12

Umumnya obat ini secara komersil baru

digunakan untuk:

1. cessation of tobacco smoking.

Digunakan paling banyak untuk para

perokok yang ingin menghilangkan

kebisaan merokoknya.

13

2. Woman’s health. Bagi para ibu yang

ingin menunda kehamilannya dengan

diberi patch yang cukup ditempel yang

berisi hormon kontrasepsi.

14

3. Pain management. Jika pasien

menderita sakit tak tertahankan dapat

dipergunakan Lidocaine patch, yang

berguna sebagai anestetik, atau yang

lebih kuat lagi dengan fentanyl (opioid

analgesic).

15

4. Obat Jantung/ Cardiovascular

disease terutama untuk angina, dapat

digunakan Nitroglycerin patches.

Sistem Penghantaran Obat Secara Transdermal

I.Struktur Kulit

Kulit orang dewasa menutupi luas sebesar

kurang lebih 2 m persegi dan menerima sekitar

satu pertiga peredaran darah dalam tubuh, terdiri

dari kumpulan organ yang melaksanakan fungsi-

fungsi tertentu dan tersusun dalam suatu sistem

peliput atau sistem integumen, dengan ketebalan

sekitar 2,97 ± 0,28 mm. Kulit memisahkan jaringan

sirkulasi darah dan organ-organ penting dalam

tubuh dari pengaruh lingkungan luar.

II. Diferensiasi sel pada lapisan kulit

Kulit memiliki 3 lapisan utama yang terdiri dari :

1) Epidermis, merupakan lapisan epitel terluar terdiri

dari 5 lapisan, yaitu :

a). Stratum basale/ germinativum/silindricum

b). Stratum spinosum

c). Stratum ganulosum

d). Stratum lusidum

e). Stratum corneum

berfungsi sebagai protektor terhadap pengaruh luar.

2). Dermis, merupakan jaringan ikat yang terletak di

bawah epidermis dengan struktur lapisan lebih

tebal dari lapisan epidermis. Lapisan dermis

terdiri dari beberapa komponen yaitu : kolagen

75 %, elastin 4 %, dan retikulin 0,4%.

3). Subkutan atau hipodermis, lapisan yang terletak

dibawah dermis, mengandung kolagen, akan

membentuk jaringan ikat yang lentur antara

struktur kulit pada bagian dalam dengan

struktur kulit pada permukaan kulit. Lapisan ini

berfungsi sebagai protektor panas dan mekanik.

III. Peranan lipida sebagai sawar kulit (barier)

Elemen penting yang mempengaruhi sifat

ipermeabilitas kulit adalah sifat hidrofobik lapisan

stratum korneum. Fungsi stratum corneum

sebagai sawar kulit ditentukan oleh :

1). Lokalisasi sawar (barier) , secara topikal

penetrasi terjadi pada lapisan perifer stratum

korneum, kemudian melalui sub epitel

epidermis, dan seterusnya berhenti pada

lapisan terakhir stratum korneum.

2). Merupakan model dua kompartemen, yang

ditunjukkan dengan adanya sel korneosit

yang kaya keratin dan dikelilingi oleh fasa

lemak berkesinambungan dan berpengaruh

pada permeabilitas lapisan stratum korneum

terhadap bahan berpenetrasi.

3). Hubungan antara struktur lemak dan fungsi

sawar kulit, yang mana membran stratum

korneum teriri dari fosfolipida dengan

komposisi utama kolesterol, asam lemak dan

seramida.

IV. Perpindahan masa melalui kulit

Komponen lemak pada stratum korneum

merupakan kendala utama penyebab rendahnya

penetrasi obat melalui lapisan stratum korneum.

Membran stratum korneum merupakan sel mati,

tidak mempunyai inti dan mengandung sel keratin

terjerat dalam matriks lemak. Sel keratin ini

berfungsi sebagai pengontrol absorpsi perkutan

obat atau zat kimia lain yang masuk melalui kulit.

Penetrasi melintasi stratum korneum terjadi

karena proses difusi melalui dua mekanisme,

yaitu :

1). Absorpsi Transepidermal, yaitu alur difusi

melalui stratum korneum melalui dua jalur yaitu:

jalur transelular dan jalur intraselular. Lapisan

penentu kulit yang menunjang absorpsi

transepidermal adalah stratum korneum.

Permeasi transepidermal berlangsung melalui

dua tahap yaitu :

a). Pelepasan obat dari pembawa ke stratum

korneum, tergantung koefisien partis obat

dalam pembawa dan stratum kornem.

b). Difusi melalui epidermis dan dermis dibantu

oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan

dermis.

2). Absorpsi Transappendageal, adalah mekanisme

masuknya obat melalui folikel rambut dan kelenjar

keringat, karena adanya pori-pori, sehingga

memungkinkan obat berpenetrasi. Absorpsi

transappendageal paling penting melalui folikel

rambut, dan merupakan jalur permeasi obat

berbentuk ion, molekul obat yang berukuran besar

dan bersifat polar.

25