klp 2, S1B

14
Kelompok 2 : • Novia Jumaidah • Rahmatina Aulia • Ratih Kusuma • Rahayu Fadillah • Restuningtyas W.A • Rizka Julianti • Rotua Serevina • Ruliano • Wahyu Utami • Winda Fahmi Putri • Winda Permata Zulmy

description

farmakoterapi

Transcript of klp 2, S1B

Page 1: klp 2, S1B

Kelompok 2 : • Novia Jumaidah• Rahmatina Aulia• Ratih Kusuma• Rahayu Fadillah• Restuningtyas W.A• Rizka Julianti• Rotua Serevina• Ruliano• Wahyu Utami• Winda Fahmi Putri• Winda Permata Zulmy

Page 2: klp 2, S1B

Drug Induced Liver Injury

Page 3: klp 2, S1B

• Metabolisme karbohidrat• Metabolisme lemak• Metabolisme protein• Metabolisme vitamin• Detoksikasi• Fagositosis dan imunitas• Hemodinamik

HEPATOTOKSIK

Obat tersebut terbukti menyebabkan kerusakan hati pada binatang percobaan.

Jika suatu obat menyebabkan gangguan pada hati saat dikonsumsi dan gangguan hati sembuh saat pemberian obat dihentikan, namun timbul kembali saat diberikan obat lagi.

Page 4: klp 2, S1B

Epidemiologi

• Angka kejadian DILI pada populasi umum diperkirakan 1−2 kasus/100.000 orang pertahun.

• Di negara-negara barat, penyebab mayoritas DILI adalah obat antibiotik, antikonvulsan dan agen psikotropika.

• Di negara Asia, herbal dan suplemen diet adalah penyebab paling sering dari DILI. Herbal dan suplement diet baru-baru ini menyebabkan kurang dari 10% kasus DILI di negara-negara barat

Etiologi

Hepatotoksik tergantung dosis (dose-dependenttoxicity)

Toksisitas idiosinkratik (idiosyncratictoxicity)

Alergi obat

Page 5: klp 2, S1B

Mekanisme Kerusakan hepatositIkatan kovalen dari obat ke protein intraseluler penurunan ATP gangguan aktin rupturnya membran hepatosit. Gangguan protein transportObat yang mempengaruhi protein transport di membran kanalikuli dapat mengganggu aliran empedu hilang proses pembentukan vili dan gangguan pompa transport menyebabkan kolestasis. Aktivasi sel T sitolitikIkatan kovalen dari obat pada enzim P-450 dianggap imunogen, mengaktifkan sel T dan sitokin dan menstimulasi respon imun multifaset. Apoptosis hepatositAktivasi jalur apoptosis oleh reseptor Fas TNF menyebabkan berkumpulnya caspase interseluler, yang berakibat pada kematian sel terprogram (apoptosis).

Gangguan mitokondriaBeberapa obat menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada α-oksidasi (mempengaruhi produksi energi dengan cara menghambat sintesis dinucleotide adenine nicotinamide dan dinucleotide adenine flavin menurunnya produksi ATP) dan enzim rantai respirasi. Kerusakan duktus biliarisMetabolit racun yang diekskresikan di empedu dapat menyebabkan kerusakan epitel duktus biliaris.

Page 6: klp 2, S1B

Efek Hepatotoksik Obat yang mengakibatkan gejala mirip hepatitis viral akut Cth : Allopurinol, deklofenak, fenobarbital Obat yang mengakibatkan gejala mirip hepatitis kronik aktif Cth : PCT (>), Isoniazid, metildopa Obat yang mengakibatkan gejala mirip fatty liver Cth : antitiroid, asam valproat, steroid Obat yang mengakibatkan ikterus obstruktif Cth : Eritromisin, kaptopril, fenitoin Obat yang mengakibatkan gejala mirip sirosis biliaris Cth : Tiabendazol, Tolbutamid Obat yang mengakibatkan granuloma hepar Cth : Asam asetilsalisilat, Klorpromazin, Penisilin Obat yang mengakibatkan sirosis Cth : asam nikotinat, metotreksat, dan terbinafin. Obat yang mengakibatkan tumor hati Cth : Danazol, kontrasepsi oral Obat yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah portal Cth : Metotreksat, Azatioprin

Page 7: klp 2, S1B

Diagnosa

1. Waktu antara mulai minum obat sampai gejala reaksi nyata muncul umumnya 5-90 hari.

2. Reaksi sesudah penghentian obat berupa penurunan enzim hati paling tidak 50% dari konsentrasi di atas batas normal terjadi dalam 8 hari.

3. Penyebab lain gangguan fungsi hati harus disingkirkan dengan pemeriksaan teliti termasuk infeksi hepatitis karena virus, bakteri,alkohol, hepatitis autoimun, penyakit traktusbiliaris, dan gangguan hemodinamik.

4. Dijumpai respons positif pada pemaparan ulang dengan obat yang sama, setidaknya kenaikan dua kali lipat kadar enzim hati.

International Consensus Criteria :

Page 8: klp 2, S1B

KASUS

Page 9: klp 2, S1B

Seorang wanita, usia 35 tahun, datang dengan keluhan mata, badan kuning dan buang air kecil seperti teh, serta gatal di seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu. Pasien didiagnosis mengidap hipertiroidisme 1 bulan yang lalu dan saat ini sedang mendapat pengobatan propiltiourasil 150 mg/tablet sebanyak 3x3 tablet per hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 108 kali/menit, suhu 37,4⁰C, frekuensi napas 20 kali/menit, berat badan 53 kg, tinggi badan 165 cm, IMT : 19,47 kg/m2 (berat badan normal). Sklera dan palatum mole yang tampak ikterik, struma nodosa bilateral, dan hepatomegali.

Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan bilirubin total 19,94 mg/dL, direk 14,31 mg/dL, indirek 5,63 mg/dL, fosfatase alkali 261 U/L (N: 40-150 U/L), SGOT 48 U/L, SGPT 80 U/L, Kadar albumin dan kolinesterase serum masih dalam batas normal.

Pemeriksaan serologi untuk hepatitis A, B, dan C negatif. Sedangkan kadar hormone tiroid menunjukkan peningkatan kadar FT4 (3,59 ng/dL) dan T3 total (2,34 ng/mL) disertai kadar TSHS yang rendah (<0,010 U/mL).

Pada USG abdomen, tidak ditemukan kelainan pada hepar dan traktus biliaris. Pada USG tiroid, didapatkan struma ringan nodosa bilateral dengan beberapa lesi di dalamnya, mengarah kista darah lama memadat, tidak mengarah ke lesi malignan.

KASUS

Page 10: klp 2, S1B

Penyelesaian dengan metode SOAP

Subjek

• Nama : - (wanita)• Umur : 35th

• Keluhan : mata, badan kuning dan buang air kecil seperti teh, serta gatal di seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu

Objektif

Pemeriksaan Fisik:Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 108 kali/menit, suhu 37,4⁰C, frekuensi napas 20 kali/menit. Sklera dan palatum mole yang tampak ikterik, struma nodosa bilateral, dan hepatomegali.

Pada pemeriksaan laboratorium:Bilirubin total 19,94 mg/dL, direk 14,31 mg/dL, indirek 5,63 mg/dL, fosfatase alkali 261 U/L (N: 40-150 U/L), SGOT 48 U/L(Normal: 0-35 U/L), SGPT 80 U/L(Normal: 0-35 U/L), Kadar albumin dan kolinesterase serum masih dalam batas normal. kadar hormone tiroid menunjukkan peningkatan kadar FT4 (3,59 ng/dL) dan T3 total (2,34 ng/mL) disertai kadar TSHS yang rendah (<0,010 U/mL). Pada USG abdomen, tidak ditemukan kelainan pada hepar dan traktus biliaris. Pada USG tiroid, didapatkan struma ringan nodosa bilateral dengan beberapa lesi di dalamnya, mengarah kista darah lama memadat, tidak mengarah ke lesi malignan.

Pemeriksaan serologi :hepatitis A, B, dan C negatif.

Page 11: klp 2, S1B

Asessment

Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi 3x3 tablet PTU/hari selama 1 bulan, kemudian badan, matanya menjadi kuning, gatal, urin seperti teh, ditambah dengan pemeriksaan fi sik dan penunjang yang mengarah ke gangguan fungsi hati. Penyebab keluhan tersebut diduga adalah hepatotoksisitas karena obat dengan gambaran klinis kolestasis, mengingat PTU rutin diminum dan tidak ada riwayat minum alkohol, jamu, maupun obat herbal. Penyebab lain seperti hepatitis karena virus Hepatitis A, B, dan C sudah disingkirkan. Gangguan sistem bilier juga disingkirkan melalui hasil USG yang tidak menunjukkan adanya batu empedu ataupun radang kandung empedu. Gangguan hemodinamik sudah bisa disingkirkan sejak awal, sebab pasien masuk dengan tanda- tanda vital stabil. Selain itu tidak tampak tanda dan gejala lain yang mengarah ke autoimun.

Page 12: klp 2, S1B

Kriteria Obat Rasional

Estazor®(As. Ursodeoksikolat)

Methioson® Thyrozol®

(Tiamazol)

Tepat indikasi Menigkatkan aliran empedu Hepatoprotektor Hipertiroidisme

Tepat pemilihan obat

Baik Rp. 5.500/kapsul 250mg.

BaikRp.800/ tablet

Baik Rp.1.474/ tablet

Tepat regimen 8-10mg/kgBB/hr 2-3 tab 3x sehari PO 10mg 2 x sehari PO

Tepat pasienhipertiroidisme dengan

kolestasishipertiroidisme

dengan kolestasishipertiroidisme

Waspada efek samping obat

Dilakukan monitoring terus menerus,jika terdapat tes yang parah,dilakukan terapi lain atau pembedahan untuk mencegah efek samping

Plan (Terapi yang akan diberikan)

• Istirahat• Menghindari makanan yang

beryodium tinggi• Diet tinggi kalori, protein, multivitamin

serta mineral• Menghentikan/Mengurangi rokok,

alkohol dan kafein

Page 13: klp 2, S1B

Monitoring Follow Up• Pemantauan efek terapi obat• Pemantauan efek samping obat• Pemantauan penggunaan obat dan kepatuhan pasien

• Menjelaskan informasi tentang obat dan cara penggunaan obat• Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang efek terapi dan

efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan• Memberikan informasi kepada pasien untuk menghindari konsumsi protein

tinggi• Menganjurkan pasien untuk selalu membawa obat-obatan untuk mengatasi

serangan asma untuk mencegah keterlambatan penanganan• Menganjurkan pasien untuk melakukan olahraga secara teratur,serta hindari

alkohol dan merokok.

KIE

Page 14: klp 2, S1B

Terimakasih