Psikiatri
description
Transcript of Psikiatri
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
oleh:
ISTI SUNDARI
NIM. 0708015034
Pembimbing
dr. Denny Jeffry Rotinsulu, Sp.KJ
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2011
0
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya Lab. Kesehatan Jiwa
Pemeriksaan dilakukan pada Hari Kamis, 29 Desember 2011 pukul 10.30 WITA
di Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Anamnesa
Autoanamnesa.
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. D
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (Teknisi Pertanian)
Suku : Banjar
Alamat : Jl. Gunung Lingai Rt. 02 Lempake Tepian Samarinda
Pasien datang sendiri berobat ke Poliklinik Atma Husada Mahakam Samarinda.
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Gugup
Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Autoanamnesis:
Pasien mulai menyadari kalau dirinya mudah gugup sejak + 5 tahun
yang lalu. Awalnya pasien mengalami mudah gugup saat ia berada di sebuah
acara pertemuan bersama rekan kerjanya padahal ia bukan sebagai pembicara.
Rasa gugup tersebut tidak hanya timbul saat pasien berada di keramaian tetapi
juga bisa timbul saat pasien hanya seorang diri seperti saat sholat. Rasa gugup
itu muncul secara tiba-tiba. Saat rasa gugup itu muncul pasien selalu merasa
dadanya berdebar-debar, tangannya basah dan gemetaran, serta badannya
mengeluarkan keringat yang berlebihan hingga bajunya basah semua sehingga
1
pasien merasa tidak percaya diri ketika berada di tempat umum.Selain itu,
pasien juga merasa tidak nyaman dan gelisah saat gejala itu timbul. Gejala-
gejala tersebut tiba-tiba saja muncul dengan cepat.
Pasien baru membawa dirinya berobat karena disarankan oleh
temannya yang berkata takutnya semakin lama pasien bisa menjadi gangguam
jiwa. Dan ketika pasien ke poliklinik kemudian diperiksa pasien juga
menyatakan kalau sekarang rasa gugupnya sedang timbul dan selalu bertanya
“Apakah saya bisa sembuh?” dan Apakah saya ini mengalami gangguan
jiwa?”. Selain itu, selama 3 bulan terakhir rasa gugup itu semakin sering
dirasakan yaitu hampir setiap hari.
Rasa gugup itu sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien
menjadi kurang bersemangat dalam melakukan pekerjaannya bahkan karena
rasa gugup yang sering muncul itu ia dipindah bekerja dari bagian lapangan
sebagai teknisi ke bagian jaga piket saja. Karena saat rasa gugup itu timbul bisa
membuat pasien sulit untuk berkonsentrasi. Keluhan itu juga sampai
meyebabkan pasien mengalami gangguan tidur baik sulit memulit tidur atau
mudah terbangun saat tidur namun masih bisa tidur kembali saat terbangun
sehingga pasien merasa lesu dikeesokan harinya. Namun, makan dan minum
pasien masih seperti biasanya.
Pasien menyatakan kalau ia dulu juga pernah seperti ini ketika duduk
di bangku SMA. Hal ini berawal dari suatu kejadian yang menyakitkan hatinya
dan tidak dapat ia lupakan sampai sekarang. Saat ia duduk di bangku SMA,
guru dan teman-temannya mengejek namanya karena nama “Darwin” terkenal
suka membuat teori yang aneh-aneh, salah satu teori tersebut menyatakan kalau
nenek moyang manusia adalah kera. Namun, rasa gugup itu kemudian hilang
dan sejak lima tahun yang lalu timbul kembali.
Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain
o Gangguan Mental dan Emosi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi
o Gangguan Psikosomatik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik.
2
o Kondisi Medis
Pasien tidak memiliki riwayat malaria, thypoid, dan trauma kepala. Pasien juga
tidak memiliki riwayat epilepsi. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat
operasi.
o Gangguan Neurologi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologi.
Riwayat Kebiasaan
o Riwayat konsumsi alkohol (-) dan Napza (-)
o Riwayat merokok (+) 1,5 bungkus/hari sejak + 10 tahun yang lalu
o Riwayat mengkonsumsi kopi 1 gelas/hari sejak + 5 tahun yang lalu
Gambaran kepribadian
Merupakan pribadi yang ramah dan cukup pintar bergaul namun
sedikit tertutup. Pasien juga merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan
pendendam.
Faktor Pencetus
Tidak terbatas pada kondisi lingkungan tertentu.
Riwayat perkawinan
Belum menikah
Riwayat sosial ekonomi
Berasal dari keluarga dengan ekonomi cukup.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
Riwayat religius
Pasien cukup rajin beribadah.
3
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan
lingkungannya.
Genogram
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Keterangan :
: laki- laki tanpa gangguan jiwa
: laki-laki dengan gangguan jiwa
: Perempuan dengan gangguan jiwa
: Perempuan tanpa gangguan jiwa
Riwayat Pribadi
1. Masa Anak-anak Awal (0-3 tahun)
i. Riwayat prenatal, kehamilan Ibu dan kelahiran
Pasien dilahirkan dengan direncanakan oleh kedua orang tua. Selama
kehamilan dan persalinan berjalan normal tidak ada gangguan. Pasien
dilahirkan per vaginam di rumah sakit.
ii. Kebiasaan makan dan minum
4
Sejak kecil pasien dibiasakan makan teratur. Terkadang pasien
diberikan ASI melalui botol.
iii. Perkembangan awal
Pasien diasuh oleh baby sitter karena kedua orang tua pasien bekerja.
Tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang.
iv. Toilet training
Pasien diajarkan menggunakan pispot sejak umur ± 2 tahun.
v. Gejala-gejala dari masalah prilaku
Seperti anak kebanyakan, tidak ada kelainan.
vi. Kepribadian dan temperamen sebagai anak
Pasien sejak kecil sudah cukup pandai bergaul dan akrab dengan
teman-teman sepermainannya.
vii. Mimpi-mimpi awal dan fantasi
Tidak ada night terror.
2. Masa Anak-anak Pertengahan (3-11 tahun)
i. Pasien sudah mampu mengidentifikasi gender mulai usia 3 tahun.
ii. Kesehatan pasien tidak ada gangguan yang berarti
iii. Tumbuh kembang dalam batas normal
iv. Pasien senang bermain dengan teman sebayanya dan sedikit tertutup
v. Tidak pernah tinggal kelas. Prestasi di sekolah cukup memuaskan.
3. Masa Anak-anak Akhir (Pubertas sampai Remaja)
i. Hubungan dengan teman sebaya
Mulai tidak harmonis sejak guru dan teman satu kelasnya mengejek
namanya.
ii. Riwayat sekolah
Saat ia duduk di bangku SMA, guru dan teman-temannya mengejek
namanya karena nama “Darwin” terkenal membuat teori yang
menyatakan kalau nenek moyang manusia adalah kera dan teori itu
aneh sekali bagi mereka.
5
iii. Perkembangan kognitif dan motorik
Tidak ada kemunduran kognitif.
iv. Masalah fisik dan emosi remaja yang utama
Tidak ada masalah fisik.
v. Riwayat psikoseksual
Tidak diketahui.
vi. Latar belakang agama
Pasien cukup taat beribadah sejak dewasa.
4. Masa Dewasa
i. Riwayat pekerjaan
Bekerja.
ii. Aktivitas sosial
Kurang terlibat dengan lingkungan social kemasyarakatan.
iii. Seksualitas Dewasa
Orientasi seksual normal.
iv. Riwayat Militer
Tidak pernah ikut pendidikan militer dan tidak pernah terlibat kasus
pidana maupun dipenjara.
v. Sistem penghargaan/nilai
Pasien tidak merasa rendah diri dan tidak dihargai oleh orang lain.
STATUS PRAESENS
a. Status Internus
Keadaan umum : Sedikit gelisah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Frekuensi nadi : 104 x/menit
Frekuensi pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,50C
Keadaan Gizi : Baik
Kulit : Anhidrosis (-)
6
Kepala : Alopesia (-) Trauma (-)
Mata : Anemis (-) Ikterik (-) Pupil isokor
Hidung : Deviasi septum (-) Rhinorrhea (-)
Telinga : Sekret (-) Pendengaran normal
Mulut Tenggorokan: Higien baik, Hiperemi faring (-)
Leher : Pembesaran KGB (-) Deviasi trakea (-)
Toraks : Simetris
Jantung : Cor dalam batas normal
Paru : Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-) Soefl
Hepar Lien : Pembesaran (-)
Ruang Traube : Timpani
Bising Usus : Normal, Metallic sound (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
b. Status Neurologikus
Pancaindera : Tidak didapatkan kelainan
Refleks fisiologi : Normal
Lateralisasi : Tidak ada
Refleks Patologis : Tidak ada
Tanda meningeal : Tidak ada
Tekanan intrakranial : Tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan TIK.
Mata
Gerakan : Normal
Persepsi : Normal
Pupil : Isokor
Diplopia : Tidak didapatkan kelainan
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Status Psikiatrikus
A. Penampilan
7
1. Identifikasi Pribadi: Cukup pandai bergaul, sedikit tertutup,
kooperatif.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Psikomotor dbn.
3. Gambaran Umum: Sedikit gelisah, kooperatif, terdapat kontak mata.
B. Bicara: Cukup banyak bicara, intonasi sesuai.
C. Mood dan Afek
1. Mood: Stabil
2. Afek: Sesuai
D. Fikiran dan Persepsi
1. Bentuk Fikiran
i. Produktivitas: Normal
ii. Kelancaran berfikir/ide: Cepat
iii. Gangguan bahasa: (-)
2. Isi Fikiran: Tidak ada gangguan, berpikir tentang kesembuhan
penyakitnya
3. Gangguan Berpikir
i. Waham: (-)
ii. Flight of Ideas: (-)
4. Gangguan Persepsi
i. Halusinasi: Auditorik (-) Visual (-)
ii. Depersonalisasi dan Derealisasi: (-)
5. Mimpi dan Fantasi (-)
E. Sensorik
1. Kesadaran: Composmentis
2. Orientasi
i. Waktu (+)
ii. Orang (+)
iii. Tempat (+)
3. Konsentrasi dan Berhitung (+)
4. Ingatan
i. Masa dahulu: (+)
ii. Masa kini: (+)
iii. Segera: (+)
8
5. Pengetahuan (+)
6. Kemampuan berpikir abstrak (+)
7. Tilikan diri: Derajat VI
8. Penilaian
i. Penilaian sosial (+)
ii. Penilaian terhadap test (+)
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
A. Keadaan Umum
o Kesadaran : Composmentis
o Sikap : Kooperatif
o Tingkah laku : Sedikit gelisah
o Perhatian : Baik
o Inisiatif : Baik
o Ekspresi wajah : Cemas
o Verbalisasi : Koheren (+)
B. Pemeriksaan Fisik
Takikardi
Takipnea
Hipertensi
Hiperhidrosis
Tremor
C. Pemeriksaan Psikis
Keadaan afektif
o Afek : Afek sesuai
o Arus emosi : Stabil
Keadaan dan fungsi intelek
o Daya ingat : Baik
o Konsentrasi : Baik
o Orientasi : Baik
o Insight : Baik
9
Keadaan sensasi dan persepsi
o Ilusi : (-)
o Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
Keadaan proses berfikir
o Kecepatan : Cepat
o Mutu : Koheren
o Isi :Waham (-)
Kelainan intelektual dan perbuatan
o Kegaduhan umum : (-)
o Deviasi seksual : (-)
o Mannerisme : (-)
o Anxietas : (+)
o Psikomotor : dbn
o Kemauan : ADL mandiri
Hubungan dengan realita : Baik
D. Diagnosis
Formulasi diagnosis
Seorang laki-laki, usia 30 tahun, beragama Islam, status belum
menikah, pendidikan SMA, pekerjan swasta, tinggal di Samarinda.
Datang berobat sendiri ke Poliklinik RSKD Atma Husada
Mahakam Samarinda, pada hari Kamis, 29 Desember 2011 pukul
10.30 WITA.
Pasien mulai menyadari kalau dirinya mudah gugup sejak + 5
tahun yang lalu tetapi selama 3 bulan terakhir hampir setiap hari
pasien merasa gugup. Rasa gugup tersebut timbul tidak hanya saat
pasien berada di keramaian tetapi juga bias timbul saat pasien
hanya seorang diri seperti saat sholat. Rasa gugup itu muncul tiba-
tiba saja. Saat rasa gugup itu muncul pasien selalu merasa dadanya
berdebar-debar, tangannya basah dan gemetaran, serta badannya
mengeluarkan keringat yang berlebihan hingga bajunya basah
10
semua sehingga pasien merasa tidak percaya diri berada di tempat
umum. Selain itu, pasien juga merasa tidak nyaman dan gelisah
saat gejala itu timbul. Gejala-gejala tersebut tiba-tiba saja muncul
dengan cepat. Akibat rasa gugup itu pasien sampai merasa
aktivitasnya terganggu karena saat rasa gugup itu timbul bisa
membuat pasien sulit untuk berkonsentrasi dan mengalami
gangguan tidur.
Riwayat trauma (-), kejang (-), penyakit infeksi (-)
Riwayat konsumsi alkohol (-) dan Napza (-)
Riwayat merokok dan mengkonsumsi kopi (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 150/100
mmHg, Nadi 104x/menit, Frekuensi Nafas 24x/menit, Suhu 36,5oC.
Pada pemeriksaan kardiovaskuler, respiratorik, gastrointestinal,
urogenital dan neurologikus tidak didapatkan kelainan.
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran composmentis,
penampilan rapi, sikap saat pemeriksaan kooperatif, orientasi baik,
emosi stabil, afek sesuai, proses fikir cepat, koheren, waham (-),
kehilangan minat (-), konsentrasi baik (+),halusinasi auditorik (-),
visual (-), ilusi (-), kemauan baik, psikomotor dbn.
Diagnosis Multiaksial:
Aksis I : F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini
Aksis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini
Aksis IV : Tidak ada diagnosis pada aksis ini
Aksis V : GAF 80-71
E. Pengobatan
Psikofarmakolog i :
- Clobazam 0-0-10 mg
Psikote rapi
11
F. Prognosis
Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Epidemiologi
Gangguan kecemasan umum adalah suatu kondisi yang sering
ditemukan; tetapi dengan kriuteria ketat dari DSM-III R dan DSM-IV,
gangguan kecemasan umum sekarang mungkin lebih jarang ditemukan
dibandingkan jika digunakan kriterai DSM-III. Perkiraan yang diterima untuk
prevalensi gangguan kecemasan umum satu tahun terentang dari 3 sampai 8
persen. Gangguan kecemasan umum kemungkinan merupakan gangguan yang
paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta, biasanya
gangguan kecemasan atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan 50 persen
pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki gangguan mental
lainnya.
Rasio wanita dan laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1, tetapi
rasio wanota berbanding laki-laki yang mendapatkan perawatan rawat inap
untuk gangguan tersebut kira-kira adalah 1 berbanding 1. Usia onset adalah
sukar untuk ditentukan, karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa
mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Pasien
biasanya datang untuk mendapatkan perawatan dokter pada usia 20 tahunan,
walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi hamper setiap usia.
Hanya sewpertiga pasien yang menderita gangguan kecemasan umum mencari
pengobatan psikiatrik. Banyak pasien pergi ke dokter umum, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis kardiologi , spesialisw paru-paru, atau dokter spesialis
gastroenterology, untuk mencari pengobatan atas komponen spesifik
gangguan.
b. Etiologi
Sepertiga pada sebagian besar gangguan mental, penyebab gangguan
cemas umum adalah tidak diketahui. Seperti yang sekarang didefinisikan,
gangguan kecemasan umum kemungkinan mempengaruhi kelompok pasien
12
yang heterogen. Kemungkinan karena derajat kecemasan tertentu adalah
normal dan adaptif, membedakan kecemasan norm,al dari kecemasan
patologis dan membedakan factor penyebab biologis dari factor psikososial
adalah sulit. Faktor biologis dan psikologis kemungkinan bekerja sama.
Faktor Biologis
Manfaat terapeutik benzodiazepine dan azapirone sebagai contoh,
buspirone (BuSpar) telah memusatkan usaha pewnelitian biologis pada system
neurotransmitter gamma-aminobutyric acid (GABA) dan serotonin (5-
hydroxytryptamine [5-HT]). Benzodiazepine (yang merupakan agonis reseptor
benzodiazepin) diketahui menurunkan kecemasan, sedangkan flumazenil
(Mazicon) (suatu antagonis reseptor benzodiazepine) dan beta-carboline
(agonis kebalikan reseptor benzodiazepin) diketahui menginduksi kecemasan.
Walaupun tidak ada data yang meyakinkan dan menyatakan bahwa reseptor
benzodiazepine adalah abnormal pada pasien gangguan kecemasan umum,
beberapa penelitian telah memusatkan pada lobus osipitalis, yang memiliki
konsentrasi benzodiazepin tertinggi di otak. Daerah otak lain yang telah
dihipotesiskan terlibat didalam gangguan kecemasan umum, adalah ganglia
basalis, system limbic, dan korteks frontalis. Karena buspirone adalah suatu
agonis reseptor 5-HT1A, beberapa kelompok penelitian memusatkan pada
hipotesis bahwa regulasi system serotogenik pada gangguan kecemasan umum
adalah abnormal. Sistem neurotransmitter lainnya merupakan sasaran
penelitian pada gangguan kecemasan umum adalah system neurotransmitter
norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin. Beberapa bukti menyatakan bahwa
pasien dengan gangguan kecemasan umum mungkin memiliki subsentivitas
pada reseptor adrenergic-alfa2, seperti yang dinyatakan oleh penumpulan
pelepasan hormon pertumbuhan setelah infuse clonidine (Catapres).
Hanya sejumlah terbatas penelitian pencitraan otak pada pasien
dengan gangguan kecemasan umum telah dilakukan. Satu penelitian tomografi
emisi positron (PET; positron emission tomography) melaporkan suatu
penurunan kecepatan metabolic di ganglion basal is dan substansia putih pada
pasien gangguan kecemasan umum disbanding control normal. Sejumlah
penelitian genetika telah juga dilakukan dalam bidang ini. Satu penelitian
menemukan bahwa hubungan genetika mungkin terjadi antara gangguan
13
kecemasan umum dan gangguan depresif berat pada wanita. Penelitian lain
menemukan adanya komponen genetic yang terpisah tetapi sulit untuk
ditentukan pada gangguan kecemasan umum. Kira-kira 25% sanak saudara
derajat pertama dari pasien dengan gangguan kecemasan umum juga terkena
gangguan. Sanak saudara laki-laki lebih sering menderita suatu gangguan
penggunaan alcohol. Beberapa laporan penelitian pada anak kembar
menyatakan suatu angka kesesuaian 50% pada kembar monozigotik dan 15%
pada kembar dizigotik.
Berbagai kelainan elektroensefalogram (EEG) telah ditemukan
dalam irama alfa dan potensial cetusa. Potensial EEG tidur telah melaporkan
peningkatan diskontinuitas tidur, penurunan tidur delta, penurunan tidur
stadium I, dan penurunan tidur REM (rapid eye movement). Perubahan pada
arsitektur tidur adalah berbeda dari perubahan yang ditemukan pada gangguan
depresif.
Faktor Psikososial
Dua bidang pikiran utama pada factor psikososial yang
menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum adalah bidang
kognitif-perilaku dan bidang psikoanalitik. Bidang kognitif-perilaku
menghipotesiskan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah
berespon secara tidak tepat dan tidak aklurat terhadap bahaya yang dihadapi.
Ketidakakuratan tertsebut disebabkan oleh perhatrian selektif terhadap
perincian negative di dalam lingkungan, oleh distorsi pemrosesan informasi,
dan oleh pandangan ysng terlalu negative tentang kemampuan seseorang
untuk mengatasinya. Bidang psikoanalitik menghipotesiskan bahwa
kecemasan adalah suatu gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan.
Teori psikologis tentang kecemasan tersebut pertama kali diajukan oleh
Sigmund Freud pada tahun 1909 dengan penjelasannya tentang Little Hans;
sebelumnya, Freud telah memandang kecemasan sebagai memiliki dasar
fisiologis.
Suatu hierarki kecemasan aadalah berhubungan dengan berbagai
tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitive, kecemasan
14
mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancuran atau fusi orang
lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur, kecemasann adalah
berhubungan dengan perpisahan dari objek yang dicintai. Pada tingkat yang
masih lebih matur, kecemasan adalah berhubungan dengan hilangnya cinta
dari objek yang penti. Kecemasan kastrasi adalah berhubungan dengan fase
oedipal dari perkembangan dan dianggap merupakan satu tingkat tertinggi
kecemasan. Kecemasan superego, ketakutan mengecewakan gagasan dan nilai
sendiri (didapatkan dari orang tua yang diinternalisasikan), adalah bentuk
kecemasan yang paling matur.
c. Diagnosis
Kriteria Diagnostik DSM-IV memasukkan beberapa modifikasi dari
criteria DSM-III-R untuk membuatnya lebih mudah digunakan dan membantu
klinisi membedakan gangguan kecemasan umumm, kecemasan normal, dan
gangguan mental lainnya. Perbedaan antara gangguan kecemasan umum dan
kecemasan normal adalah ditekankan dengan penggunaan kata “berlebihan”
dan “sulit untuk mengendalikan” di dalam kritteria dan dengan menyebutkan
bahwa gejala menyebabkan gangguan atau penderitaan yang bermakna.
Pembedaan antara gangguan kecemasan umum dan gangguan mental lain
dibantu dalam DSM-IV dengan contoh cirri yang membedakan dikriteria D.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kecemasan Umum
A. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang
mengkhawatirkan), yang lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi
selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah kejadian atau aktivitas
(seperti pekerjaan, prestasi sekolah)
B. Orang merasa sulit mengendalikan ketakutan
C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah disertai oleh tiga (atau lebih) dari
enam gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak
terjadi dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan:
hanya satu nomor yang diperlukan pada anak-anak.
1. Kegelisahan atau perasaan bersemangat atau gelisah
15
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tertidur, atau tidur gelisah, dan
tidak memuaskan)
D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan menderita suatu
gangguan panic (seperti pada gangguan panic), merasa malu pada situasi
umum (seperti pada fobia social, terkontaminasi (seperti pada gangguan
obsesif-kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat
(seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan (seperti
pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada
gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-
mata selama gangguan stress pascatraumatik.
E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi social, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
F. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu
gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan
pervasive.
Pedoman Diagnostik Gangguan Anxietas Menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III:
Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang
berlangsung hamper setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya
sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut:
(a) Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan
gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb);
16
(b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat sanati);
dan
(c) Overaktivitas otonomik (kepala tearsa rinagn, berkeringat, takikardi,
takipne, keluhan epigastrika, pusing kepala, mulut kering, dsb).
d. Gambaran Klinis
Gejala utama dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif.
Kecemasan adalah berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien.
Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai kegemataran,
kegelisahan, dan nyeri kepala. Hiperaktivitas sering kali dimanifestasikan oleh
sesak nafas, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.
Kewaspadaan kognitif ditandai oleh sifat lekas tersinggung dan mudahnya
pasien dikejutkan.
Sering sekali, pasien dengan gangguan kecemasan umum
mendatangi dokter umum atau dokter penyakit dalam untuk membantu
beberapa gejala somatic. Selain itu, pasien pergi ke dokter spesialis untuk
gejala spesifik sebagai contoh, diare kronis. Gangguan medis nonpsikiatrik
spesifik jarang ditremukan, dan pasien adalah bervariasi dalam perilaku
mencari dokter. Beberapa pasien menerima suatu diagnosis gangguan
kecemasan umum dan pengobatan yang sesuai; yang lainnya mencari
konsultasi medis tambahna untuk masalah mereka.
e. Diagnosis banding
Diagnosis banding gangguan kecemasan umum adalah semua
kondisi yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes
kimia darah standar, elektokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus
menyingkirkan intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulant, putus alcohol,
dan putus sedative, hipnotik, atau ansiolitik. Pemeriksaan status mental dan
riwayat penyakit menggali kemungkinan diagnosis panic, fobia, dan gangguan
obsesif-kompulsif. Pada umumnya pasien dengan gangguan panic mencari
pengobatan lebih awal, lebih terganggu karena penyakitnya, memiliki onset
17
gejala tiba-tiba, dan kurang terganggu oleh gejala somatic dibandingkan
pasien dengan gangguan kecemasan umum. Membedakan gangguan
kecemasan umum dari gangguan depresif berat dan gangguan distimik adalah
sukar; pada kenyatannya gangguan-gangguan tersebut seringkali terdapat
bersama-sama. Kemungkinan diagnostic lainnya adalah gangguan
penyesuaian dengan kecemasan, hipokondriasis, ganggguan
hiperaktivitas/deficit-atensi, gangguansomatisasi, dan gangguan kepribadian.
f. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien
dengan gangguan kecemasn umum, perjalan klinis dan prognosis gangguan
adalah sukar untuk diperkirakan. Namun demikian, beberapa data menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan adalah berhubungan onset ganngguan kecemasan
umum; terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negative secara jelas
meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Menurut definisinya,
gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis yang mungkin
seumur hidup. Sebanyak 25 persen pasien akhirnya mengalami gangguan
panic. Sejumlah besar pasien kemungkinan memiliki ganggguan depresif
berat.
g. Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan
kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan
psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan pendekatan suportif. Pengobatan
mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinis yang terlibat, dan
pendekatan supportif. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak waktu
bagi klinisi yang terlibat, terlepas apakah klinisi seorang dokter psikiatrik,
seorang dokter keluarga, atau spesialis lainnya.
Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi utama untuk gangguan kecemasan umum
adalah kognitif-perilaku, suportif, dan berorientasi-tilikan. Data masih terbatas
18
tentang manfaat relative dari pendekatan-pendekatan tersebut, walaupun
penelitian vyang paling canggih telah dilakukan dengan teknik kognitif-
perilaku, yang tampaknya memiliki kemanjuran jangka panjang dan jangka
pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif
pasien yang dihipotesiskan, terbatas tentang manfaatdan pendekatan perilaku
menjawab keluhan somatic secara langsung. Teknik utama yang digunakan
dalam pendekatan perilaku badalah relaksasi dan biofeedback. Beberapa data
awal menyatakan bahwa kombinasi pendekatan kognitif dan perilaku adalah
lebih efektif dibandingkan teknik tersebut jika digunakan sendiri-sendiri.
Terapi suportif menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien,
walaupun manfaat jangka panjangnya adalah meragukan. Psikoterapi
berorientasi-tilikan memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar
dan mengenali kekuatan ego. Manfaat psikoterapi berorientasi-tilikan untuk
gangguan kecemasan umum dilaporkan pada banyak kasus anecdotal, tetapi
tidak terdapat penelitian besar yang terkendali.
Sebagian besar pasien mengalami kekenduran kecemasan yang jelas
jika diberikan kesempatan untuk membicarakan kesulitannya dengan dokter
yan prihatin dan simaptik. Jika klinisi menemukan situasi eksternal yang
menyebabkan kecemasan, klinisi mungin mampu sendirian atau dengan
bantuan pasien atau keluarganya untuk mengubah lingkungan dan dengan
demikian menurunkan tekanan yang penuh ketegangan. Penurunan gejala
sering kali memungkinkan pasien untuk berfungsi secara efektif dalam
pekerjaan dan hubungannya sehari-hari, yang memberikan kesenanangan dan
pemuasan baru yang dengan sendirinya bersifat terapeutik.
Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu
kecemasan adalah suatu sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan
pemeriksaan. Kecemasan dapat normal, adaptif, maladaptive, terlalu kuat, atau
terlalu ringan, tergantung pada keadaan. Kecemasan tampak dalam berbagai
situasi selama perjalanan siklus hidup seseorang; pada banyak kasus,
pengurangan gejala bukan merupakan tujuan tindakan yang paling tepat.
19
Bagi pasien yang secara psikologis bermaksud dan termotivasi untuk
mengerti sumber kecemasannya, psikoterapi mungkin merupakan pengobatan
terpilih. Terapi psikodinamika bekerja dengan anggapan bahwa kecemasan
mungkin meningkat pada pengobatan yang efektif. Tujuan pengobatan
dinamika adalah untuk mening katkan toleransi kecemasan pasien
(didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengalami kecemasan tanpa harus
melampiaskannya), bukannya untuk menghilangkan kecemasan. Penelitian
empiris menyatakan bahwa banyak pasien yang menjalani psikoterapetik
secara berhasil mungkin terus mengalami kecemasan setelah dihentikannya
psikoterapi. Tetapi, peningkatan penguasaann ego memungkinkan mereka
untunk menggunakan gejala kecemasan sebagai sinyal untuk mencerminkan
perjuangan hidu untuk meluaskan tilikan dan pengertian mereka. Suatu
pendekatan psikodinamikapada pasien dengan gangguan kecemasan umum
melibatkan pencarian rasa takut pasien yang mendasarinya.
Farmakoterapi
Keputusan untuk meresepkan suatu ansiolitik pada pasien dengan
gangguan kecemasan umum harus jarang dilakukan pada kunjungan pertama.
Karena sifat gangguan yang berlamgsung lama, suatu rencana pengobatan
harus dengan cermat dijelaskan. Dua obat utama yang harus dipertimbangkan
dalam pengobatan gangguan kecemasan umum adalah buspirone dan
benzodiazepine. Obat lain yang mungkin berguna adalah obat trisiklik sebagai
contoh, imipramine (Tofranil), anti histamine, dan antagonis adrenergic-beta
sebagai contoh, propanolol (Indreal).
Walaupun terapi obat untuk gangguan kecemasan sering kali
dipandang sebagai pengobatan selama 6 sampai 12 bulan, beberapa bukti
menyatakan bahwa pengobatan harus jangka panjang, kemungkinan seumur
hidup. Kira-kira 25% pasien mengalami kekambuhan dalam bulan pertama
setelah dihentikan terapi, dan 60 sampai 80% kambuh selama perjalanan tahun
selanjutnya. Walaupun beberapa pasien tergantung pada benzodiazepine, tidak
ada toleransi yang berkembang untuk efek terapeutik dari benzodiazepin atau
buspirone.
20
Benzodiazepine
Benzodiazepine telah merupakan obat terpilih untuk gangguan
kecemasan umum. Pada gangguan benzodiazepine dapat diresepkan atas dasar
jika diperlukan, sehingga pasien menggunakan benzodiazepine kerja cepat
jika mereka merasakan kecemasan tertentu. Pendekatan alternative adalah
dengan meresepkan benzodiazepine untuk suatu periode terbatas, selama
mana pendekatan terapeutik psikososial diterapkan.
Beberapa masalah adalah berhubungan dengan pemakaian
benzodiazepine dalam gangguan kecemasan umum. KIra-kira 25 sampai 30%
dari semua pasien tidak berespons, dan dapat terjadi toleransi dan
ketergantungan. Beberapa pasien juga mengalami gangguan kesadaran saat
menggunakan obat dan, dengan demikian, adalah berada dalam risiko untuk
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mesin.
Keputusan klinis untuk memulai terapi dengan benzodiazepine harus
dipertimbangkan dan spesifik. Diagnosis pasien, gejala sasaran spesifik, dan
lamanya pengobatan semuanya harus ditentukan dan harus diberikan
informasi kepada pasien. Pengobatan untuk sebagian besar keadaan
kecemasan berlangsung selama dua sampai enam minggu, diikiuti oleh satu
atau dua minggu menurunkan obat perlahan-lahan (tapering) sebelum
akhirnya obat dihentikan. Kekelituan klinis yang sering dengan terapi
benzodiazepine adalah dengan memutuskan secara pasif untuk melanjutkan
pengobatan atas dasar tanpa batas.
Untuk pengoabatan kecemasan, biasanya memulai pengobatan pada
rentang rendah terapeutiknya dan meningkatkan dosis untuk mencapai respon
terapeutik. Penggunaan benzodiazepine dengan paruh waktu sedang (8 sampai
15 jam) kemungkinan menghindari beberapa efek merugikan yang
berhubungan dengan penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh
21
panjang. Pemakaian dosis terbagi mencegah perkembangan efek merugikan
yang berhubungan dengan kadar plasma puncak yang tinggi. Perbaikan yang
didapatkan dengan benzodiazepine mungkin lebih dari sekedar efek
antikecemasan. Sebagai contoh, obat dapat menyebabkan pasien memandang
berbagai kejadian dalam pandangan yang positif. Obat juga dapat memiliki
kerja disinhibisi ringan, serupa dengan yang dilihat setelah sejumlah kecil
alcohol.
Buspirone
Buspirone kemungkinan besar efektif pada 60 sampai 80% pasieen
dengan gangguan kecemasan umum. Data menyatakan bahwa buspirone
adalah lebih efektif dalam menurunkan gejala kognitif dari gangguan
kecemasan umum dibandingkan dengan menurunkan gejala somatik. Bukti-
bukti juga menyatakan bahwa pasien yang sebelumnya telah diobati dengan
benzodiazepine kemungkinan tidak berespon dengan pengobatan buspiron.
Tidak adanya respon tersebut mungkin disebabkan oleh tidak adanya efek
non-ansiolitik dari benzodiazepine (seperti relaksasi otot dan rasa kesehatan
tambahan), yang terjadi pada terapi buspirone. Namun demikian, rasio
manfaat-risiko yang lebih baik, tidak adanya efek kognitif dan psikomotor,
dan tidak adanya gejala putus obat menyebabkan buspirone merupakan obat
lini pertama dalam pengobatan gangguan ceams umum. Kerugian utama dari
buspirone adalah bahwa efeknya memerlukan dua sampai tiga minggu
sebelum terlihat, berbeda denagn efek ansiolitik benzodiazepine yang hamper
segera terlihat. Busppiron bukan merupakan terapi efektif untuk putus
benzodiazepine.
Obat lain
Jika pengobatan dengan bbuspirone atau benzodiazepine adal ah
tidak efektif atau tidak sepenuhnya efektif, pengobatan dengan suatu obat
trisiklik atau antagonis adrenergic-beta dapat dipertimbangkan. Obat trisiklik
telah terbukti efektif dalam pengobatan kecemasan. Obat adrenergic beta
adalah terbatas dalam efektivitasnya untuk mengobati gejala perifer dari
22
kecemasan (sebagai contoh, palpitasi dan tremor). Alternatif lainadalah
menggunakan obat kombinasi, seperti benzodiazepine dan buspirone atau
salah satu dari obat tersebut dengan suatu obat trisiklik atau suatu antagonis
adrenergic-beta.
23
BAB III
PEMBAHASAN
a. Anamnesis
Teori Fakta
Gangguan cemas menyeluruh
ditandai dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan dan
tidak rasional bahkan terkadang
tidak realistic terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari
Dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya selama 6
bulan
Kecemasan sulit untuk dikendalikan
disertai gejala somatic:
Ketegangan Motorik:
- Kedutan otot/rasa gemetar
- Otot tegang/kaku/pegel linu
- Tidak bias diam
- Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
- Nafas pendek/terasa berat
- Jantung berdebar-debar
- Telapak tangan basah-dingin
- Mulut kering
- Kepala pusing/rasa melayang
- Mual, mencret, perut tak enak
- Muka panas/badan menggigil
- Buang air kecil lebih sering
kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional
Dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya selama 6
bulan
Kecemasan sulit untuk dikendalikan,
disertai gejala somatic:
Ketegangan Motorik:
- Rasa gemetar (+)
- Otot tegang (+)
- Tidak bias diam (+)
- Mudah menjadi lelah (+)
Hiperaktivitas Otonomik:
- Nafas pendek/terasa berat (+)
- Jantung berdebar-debar (+)
- Telapak tangan basah-dingin (+)
- Mulut kering (-)
- Kepala pusing/rasa melayang (-)
- Mual, mencret, perut tak enak (-)
- Muka panas/badan menggigil (-)
- Buang air kecil lebih sering (-)
24
- Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan
Penangkapan berkurang
- Perasaan jadi peka/mudah
ngilu
- Mudah terkejut/kaget
- Sulit konsentrasi pikiran
- Sukar tidur
- Mudah tersinggung
Hendaya dalam kehidupan sehari-
hari:
- Penurunan kemampuan
bekerja, hubungan social, dan
melakukan kegiatan rutin
Menyebabkan gangguan yang
bermakna dalam fungsi social dan
pekerjaan
- Sukar menelan/rasa tersumbat (-)
Kewaspadaan berlebihan dan
Penangkapan berkurang
- Perasaan jadi peka/mudah ngilu
- Mudah terkejut/kaget (+)
- Sulit konsentrasi pikiran (+)
- Sukar tidur (+)
- Mudah tersinggung (+)
Hendaya dalam kehidupan sehari-hari:
- Penurunan kemampuan bekerja
(+)
Dipindahkan kerja ke bagian lain dan
merasa tidak percaya diri
Berdasarkan anamnesa yang diperoleh secara autoanamnesa, gejala
yang dialami pasien mencakup sebagian besar gejala-gejala gangguan
kecemasan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa gejala utama dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif.
Kecemasan adalah berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien.
Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai kegemataran,
kegelisahan, dan nyeri kepala. Hiperaktivitas sering kali dimanifestasikan oleh
sesak nafas, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.
Kewaspadaan kognitif ditandai oleh sifat lekas tersinggung dan mudahnya
pasien dikejutkan.
25
2. Pemeriksaan Fisik
Teori Fakta
Takikardi
Takipnea
Hipertensi
Tremor
Hiperhidrosis
takikardi (+) 104x kali/menit
Takipnea (+) RR= 24 kali/menit
Hipertensi (+) TD= 150/100
mmHg
Tremor (+)
Hiperhidrosis (+)
Seperti pada anamnesa, tanda-tanda yang diperoleh dari pemeriksaan
fisik pada pasien ini juga semakin mengarahkan diagnosis pasien ini pada
gangguan kecemasan menyeluruh. Berdasarkan teori hasil pemeriksaan fisik
yang sering ditemukan pada pasien gangguan kecemasan menyeluruh yakni
takikardi, takipnea, hipertensi, tremor, dan hiperhidrosis sebagai manifestasi
dari gejala somatic akibat hiperaktivitas otonomik.
3. Diagnosis
Teori Fakta
Kriteria Diagnostik Gangguan Cemas
Menyeluruh menurut DSM-IV TR
A. Kecemasan atau kekhawatiran
yang berlebihan yang timbul
hamper setiap hari, sepanjang hari,
terjadi selama sekurangnya 6
bulan, tentang sejumlah aktivitas
atau kejadian (seperti pekerjaan
atau aktivitas sekolah)
B. Penderita merasa sulit
mengendalikan kekhawatirannya
C. Kecemasan dan kekhawatiran
disertai tiga atau lebih dari enam
gejala berikut ini (denagn
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
26
sekurangnya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir).
Catatan: hanya satu nomor yang
diperlukan pada anak
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau
pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur
atau tetap tertidur, atau tidur
gelisah, dan tidak memuaskan)
D. Fokus kecemasan dan
kekhawatiran tidak terbatas pada
gangguan aksis I, misalnya,
kecemasan atau ketakutan adalah
bukan menderita suatu gangguan
panic (seperti pada gangguan
panic), merasa malu pada situasi
umum (seperti pada fobia social,
terkontaminasi (seperti pada
gangguan obsesif-kompulsif),
merasa jauh dari rumah atau sanak
saudara dekat (seperti gangguan
cemas perpisahan), penambahan
berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), menderita
keluhan fisik berganda (seperti
pada gangguan somatisasi), atau
menderita penyakit serius (seperti
pada hipokondriasis) serta
Memenuhi
27
kecemasan dan kekhawatiran tidak
terjadi semata-mata selama
gangguan stress pasca trauma.
E. Kecemasan, kekhawatiran, atau
gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara
klinis, atau gangguan pada fungsi
social, pekerjaan, atau fungsi
penting lain
F. Gangguan yang terjadi adalah
bukan karena efek langsung dari
suatu zat (misalnya
penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme), dan
tidak terjadi semata-mata selama
suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan
perkembangan pervasive
Memenuhi
Memenuhi
Pada pasien ini memenuhi semua criteria diagnostic untuk gangguan
kecemasan umum berdasarkan DSM-IV. Kriteria Diagnostik DSM-IV
memasukkan beberapa modifikasi dari criteria DSM-III-R untuk membuatnya
lebih mudah digunakan dan membantu klinisi membedakan gangguan
kecemasan umum, kecemasan normal, dan gangguan mental lainnya.
Perbedaan antara gangguan kecemasan umum dan kecemasan normal adalah
ditekankan dengan penggunaan kata “berlebihan” dan “sulit untuk
mengendalikan” di dalam kritteria dan dengan menyebutkan bahwa gejala
menyebabkan gangguan atau penderitaan yang bermakna. Pembedaan antara
gangguan kecemasan umum dan gangguan mental lain dibantu dalam DSM-
IV dengan contoh ciri yang membedakan di kriteria D.
28
Pengukuran Derajat Kecemasan
(Hamilton Anxiety Rating Scales)
No. Nilai
1. Perasaan Cemas (ansietas): (Cemas, Firasat buruk,
Takut akan fikiran sendiri, Mudah tersinggung)
0
2. Ketegangan: (Merasa tegang, Lesu, Tidak bisa
istirahat tenang, Mudah terkejut, Mudah menangis,
Gemetar, Gelisah)
2
3. Ketakutan: (Pada gelap, Pada orang asing,
Ditinggal sendiri, Pada binatang besar, Pada
keramaian lalulintas, Pada kerumunan orang
banyak)
0
4. Gangguan tidur: (Sukar masuk tidur, Terbangun
malam hari, Tidur tidak nyenyak, Bangun dengan
lesu, Banyak mimpi-mimpi, Mimpi buruk, Mimpi
menakutkan)
4
5. Gangguan kecerdasan: (Sukar konsentrasi, Daya
ingat menurun, Daya ingat buruk)
2
6. Perasaan depresi (murung): (Hilangnya minat,
Berkurangnya kesenangan pada hobi, Sedih,
Bangun dini hari, Perasaan berubah-ubah
sepanjang hari)
2
7. Gejala somatic/fisik (otot): (Sakit dan nyeri otot-
otot, Kaku, Kedutan otot, Gigi gemerutuk, Suara
tidak stabil)
1
8. Gejala somatic/fisik (sensorik): (Tinnitus (telinga
berdenging), Penglihatan kabur, Muka merah atau
pucat, Merasa lemas, Perasaan ditusuk-tusuk)
0
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan
Pembuluh darah ): (Takikardia ( denyut jantung
cepat), berdebar-debar, Nyeri di dada, Denyut nadi
mengeras, Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,
2
29
Detak jantung menghilang ( berhenti sekejap ))
10. Gejala respiratori ( pernafasan): (Rasa tertekan
atau sempit di dada, Rasa tercekik, Sering menarik
nafas, Napas pendek/sesak)
0
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan ): (Sulit
menelan, Perut melilit, Gangguan pencernaan,
Nyeri sebelum dan sesudah makan, Perasaan
terbakar diperut, Rasa penuh atau kembung, Mual,
Muntah, Buang air besar lembek, Sukar buang air
besar (konstipasi), Kehilangan berat badan
0
12. Gejala urogenital ( perkemihan dan kelamin):
(Sering buang air kecil, Tidak dapat menahan air
seni, Tidak datang bulan (tidak ada haid), Darah
haid berlebihan, Darah haid amat sedikit, Masa
haid berkepanjangan, Masa haid amat pendek,
Haid beberapa kali dalam sebulan, Menjadi dingin
(frigid), Ejakulasi dini, Ereksi ilmiah, Ereksi
hilang, Impotensi
1
13. Gejala autonom: (Mulut kering, Muka merah,
Mudah berkeringat, Kepala pusing, Kepala terasa
berat, Kepala terasa sakit, Bulu-bulu berdiri)
0
14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara: (Gelisah,
Tidak tenang, Jari gemetar, Kerut kening, Muka
tegang, Otot tegang / mengeras, Nafas pendek dan
cepat, Muka merah)
4
Tabel HARS
No Aspek-Aspek HARS NILAI
1. Perasaan Ansietas 0
2. Ketegangan 2
3. Ketakutan 0
4. Gangguan tidur 4
5. Gangguan kecerdasan 3
30
6. Perasaan depresi 2
7. Gejala somatic (otot) 1
8. Gejala somatic (sensorik) 0
9. Gejala kardiovaskuler 1
10. Gejala Respiratori 0
11. Gejala Gastrointestinal 0
12. Gejala Urogenital 1
13. Gejala Otonom 2
14. Tingkah laku pada wawancara 4
TOTAL 20
Interpretasi total nilai HARS = kecemasan ringan
4. Penatalaksanaan
Teori Fakta
b. Farmakoterapi
- Benzodiazepin
- Buspiron
- SSRI (Selective Serotonin Re-
uptake Inhibitor)
c. Psikoterapi
- Terapi kognitif-perilaku
- Terapi suportif
a. Farmakoterapi
Clobazam 0-0-10mg
b. Psikoterapi
Farmakoterapi yang diberikan pada pasien ini kurang sesuai dengan
yang ada diliteratur. Berdasarkan teori buspirone merupakan obat lini pertama
dalam pengobatan gangguan cemas umum dikarenakan rasio manfaat-risiko
yang lebih baik, tidak adanya efek kognitif dan psikomotor, dan tidak adanya
gejala putus obat. Tetapi, kerugian utama dari buspirone adalah bahwa
efeknya memerlukan dua sampai tiga minggu, berbeda dengan efek ansiolitik
benzodiazepine yang hampir segera terlihat.
Golongan benzodiazepine sebagai obat anti-anxietas mempunyai
ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas yang rendah, dibandingkan meprobamate atau Phenobarbital.
31
Disamping itu Phenobarbital menginduksi ensim mikrosomal di hepar
sedangkan golongan benzodiazepine tidak. Golongan benzodiazephine =
“drug of choice” dari semua obat yang memiliki efek anti anxietas, disebabkan
spesifitas, potensi, dan keamanannya. Spektrum klinis Benzodiazepine
meliputi efek anti anxietas, antikonvulsa, anti-insomnia, premedikasi tindakan
operatif. Clobazam yang merupakan salah satu dari golongan Benzodiazepin
memiliki dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose related, lebih
efektif sebagai anti-anxietas. Clobazam juga psychomotor performancenya
paling kurang terpengaruh, sehingga sesuai untuk pasien dewasa dan usia
lanjut yang ingin tetap aktif. Waktu paruh clobazampun panjang sehingga
sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat.
5. Prognosis
Teori Fakta
Gangguan cemas menyeluruh
merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup.
Sebanyak 25% penderita akhirnya
mengalami gangguan panic, juga
dapat mengalami gangguan depresi
mayor
Bonam
Prognosis pada pasien ini bonam jika pasien meminum obatnya
secara teratur dan berusaha melupakan kejadian saat ia duduk dibangku SMA.
Sebab beberapa data menyatakan bahwa peristiwa kehidupan adalah
berhubungan onset ganngguan kecemasan umum; terjadinya beberapa
peristiwa kehidupan yang negative secara jelas meningkatkan kemungkinan
akan terjadinya gangguan. Sehingga meskipun pada akhirnya gangguan
kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis yang mungkin seumur hidup
tetapi tidak sampai mengalami gangguan panic dan ganggguan depresif berat.
BAB III
PENUTUP
32
Kesimpulan
Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif,tidak
menyenangkan. tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya
kemungkuna bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-
gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.
Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu
keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang
kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai
oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi
sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10
gangguan ini merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan
menatap selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya
kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, dan aktivitas otonomik yang
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
33
Willy F.Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa , Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya.
Maslim, R. 2002. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta : PT Nuh Jaya.
34