Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi...

98
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

Transcript of Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi...

Page 1: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

Page 2: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank

Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan

mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,

setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut

berperan sebagai yang diharapkan mampu

memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini

sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan

kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah

tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara

secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat

harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan

kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2010

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting

Pemimpin

Page 3: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman 1

DAFTAR ISI

halaman 2

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 15

Sisi Permintaan halaman 15

Sisi Penawaran halaman 25

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 35

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 35

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

halaman 36

halaman 37

halaman 39

Boks 1. Gerakan Menyentuh Tanah: Sinergi Sulawesi Utara

Dalam Upaya Pengendalian Inflasi Daerah

halaman 43

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45

Struktur Aset Perbankan halaman 46

Perkembangan Kantor Bank halaman 46

Perkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 46

halaman 53

halaman 57

halaman 58

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61

Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 62

APBD di Tingkat Provinsi halaman 64

Boks 2. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara

halaman 68

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 73

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 73

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 78

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 81

Page 4: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

3

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 81

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 84

PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 89

Prospek Ekonomi Makro halaman 89

Prakiraan Inflasi halaman 92

Prospek Perbankan Halaman 94

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 96

Page 5: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

4

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/

Page 6: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut

mendukung kinerja perekonomian domestik. Selama triwulan IV-

2010, pemulihan ekonomi yang lebih kuat masih ditunjukkan oleh

negara emerging market ditopang oleh konsumsi domestik yang

solid dan kinerja eksternal yang membaik. Kondisi tersebut

memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di

dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-

2010 mengalami peningkatan yang didorong oleh membaiknya

kinerja investasi, stabilnya konsumsi rumah tangga, serta masih

tingginya permintaan eksternal. Kinerja ekspor diperkirakan masih

akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian

global dan dukungan peningkatan harga komoditas

Meningkatnya konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi

pemerintah, serta pertumbuhan nilai ekspor merupakan cerminan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh positif pada

triwulan IV-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didukung

oleh faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa

Claus Day, pesta kembang api serta persiapan perayaan Tahun

Baru 2011. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan

yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya

penyelenggaraan Pilkada ulang di 3 Kabupaten/Kota dan serta

realisasi proyek fisik pemerintah yang terus mengalami

peningkatan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu,

kinerja perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan

pertumbuhan positif yang ditopang oleh kegiatan ekspor luar

negeri. Pertumbuhan ekspor luar negeri tersebut didorong oleh

peningkatan harga-harga komoditas utama di berbagai negara.

Secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih

mencatat surplus, dimana volume ekspor masih lebih besar

dibandingkan volume impor. Sejalan dengan kinerja konsumsi dan

ekpor, kinerja investasi di triwulan IV-2010 tercatat masih

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan stabilitas makro masih tetap terjaga...

Meningkatnya konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, serta pertumbuhan nilai ekspor merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...

Page 7: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

6

mengalami pertumbuhan yang positif meskipun mengalami

perlambatan. Hal ini salah satunya terindikasi dari realisasi jumlah

kredit konsumsi yang tumbuh 37,80% dari triwulan yang sama

tahun sebelumnya.

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan IV-2010 tidak terlepas dari pertumbuhan

kinerja sektor dominannya, yakni sektor pertanian, Perdagangan

Hotel dan Restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Relatif stabilnya pertumbuhan pada sektor pertanian,

PHR, serta sektor pengangkutan dan komunikasi tidak terlepas dari

pengaruh faktor musiman hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus

Day, pesta kembang api serta persiapan Tahun Baru 2011. Selain

itu, peningkatan realisasi belanja pemerintah di akhir tahun 2010

serta masih berlanjutnya efek pelaksanaan panen raya cengkih dan

kenaikan harga komoditi perkebunan utama juga turut menunjang

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan

laporan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Selama periode triwulan IV-2010 sampai bulan Desember 2010,

perkembangan harga di Kota Manado secara umum masih

menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara bulanan

menunjukkan tren yang meningkat mencapai 1,5% (mtm) pada

Desember 2010, lebih tinggi dari laju inflasi nasional tercatat 0,96

(mtm). Namun demikian, akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado

tahun 2010 masih lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi

nasional. Tekanan Inflasi IHK yang terjadi di Kota Manado terutama

bersumber dari kenaikan harga pada kelompok bahan makanan.

Pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan sangat

dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu momen perayaan hari raya

keagamaan pada periode laporan yang menyebabkan

meningkatnya permintaan dan tekanan harga pada sebagian besar

barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan hari raya.

Sementara, pengaruh faktor fundamental (interaksi permintaan

Selama periode triwulan IV-2010 sampai bulan Desember 2010, perkembangan harga di Kota Manad

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 tidak terlepas dari pertumbuhan kinerja sektor dominannya

Page 8: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

7

dan penawaran, ekspektasi inflasi serta faktor eksternal) relatif

tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap Inflasi

tahunan Kota Manado pada triwulan IV-2010.

Perkembangan Perbankan Daerah

Secara umum kondisi perbankan (Bank Umum) di Sulawesi Utara

pada triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan

menggembirakan. Berbagai indikator seperti aset, Dana Pihak

Ketiga (DPK), dan outstanding kredit menunjukkan pertumbuhan

yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi

penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada

tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi.

Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK

menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi

Utara mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama

tahun sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem

perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko

pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loan

(NPL) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI

yaitu dibawah 5%. Aspek penyerapan dana masyarakat yang

tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit

di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.

Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan

posisi Desember 2010 meningkat signifikan sebesar 88,56% (yoy),

sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 65,27%. Sementara

itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 32.51%

(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to

Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 153,41% pada triwulan IV

2009 menjadi sebesar 191,35% pada triwulan IV 2010.

Secara umum kondisi perbankan (Bank Umum) di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan menggembirakan

Sementara itu, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif ...

Page 9: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

8

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 juga

menunjukkan perkembangan positif. Aset BPR pada Desember

2010 mengalami pertumbuhan positif sebesar 40.04% (yoy),

menjadi Rp 402 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode

laporan terutama didorong oleh bertumbuhnya kredit tercatat

29,70% atau mencapai Rp 288,3 miliar. Secara sektoral, kredit

terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan

pangsa 75,44% dan sektor PHR dengan pangsa 15,19%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang

disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa

mencapai 67,82% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas

dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan

ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi

masyarakat Sulawesi Utara khususnya menjelang perayaan hari

besar keagamaan dan Tahun Baru 2011. Sejalan dengan hal

tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar

39,35% (yoy), menjadi Rp 281,8 miliar. Berdasarkan komponen

pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan

pangsa 73,46%. Sementara itu, rasio LDR mengalami penurunan

dari 118.6% pada triwulan IV 2009 menjadi 102.3% pada

triwulan laporan. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang

ditunjukkan oleh peningkatan persentase kredit bermasalah (NPL)

dari 2,9% pada Desember 2009 menjadi 4,20% pada triwulan IV

2010. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank

Indonesia BI, namun peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/ Kab

/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai Rp

5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari

pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)

yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik

9,17% (yoy) mencapai jumlah sebesar Rp 4,43 Triliun. Sementara

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai Rp5,68 Triliun atau naik....

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 menunjukkan perkembangan positif.

Page 10: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

9

itu Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami

penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan IV-2010 menunjukan

pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi

pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan

IV-2010 realisasi belanja pemerintah telah mencapai 94,9%, lebih

tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan IV-2009 sebesar

91,3%. Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara telah melebihi targetnya yakni sebesar

104,1%, jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun

lalu sebesar 98,5%. Pencapaian ini didorong oleh naiknya

penerimaan dari sisi pajak dan retribusi daerah. Peningkatan

penerimaan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas

perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan

kendaraan bermotor yang berdampak kepada peningkatan

penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama

triwulan IV-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara

mengalami peningkatan, baik pada sistem pembayaran tunai

maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan

ini dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang

mencatat net outflow. Sementara pada pembayaran non tunai,

peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan volume transaksi

kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin

menggeliatnya perekonomian di Sulawesi Utara selama periode

laporan.

Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk

tercatat sebesar 123,68%, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat 89,15% sebagai

dampak masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam

memperlakukan uang kertas dengan baik. Selain itu, faktor iklim

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan IV-2010 transaksi sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan...

Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 123,68% ...

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan IV-2010 menunjukan pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari .....

Page 11: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

10

tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan

uang kertas. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak

berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp 474,17 miliar

atau naik 126,77% (yoy).

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan IV-2010 menunjukkan sedikit peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang

palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado

pada triwulan IV-2010 tercatat sebanyak 49 lembar yang terdiri

dari 35 lembar uang pecahan Rp100.000,00, 8 lembar uang

pecahan Rp50.000,00, dan 6 lembar uang pecahan Rp20.000,00.

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama

triwulan IV-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang

dikliringkan sebanyak 89.523 lembar dengan nilai Rp 2.083 miliar

atau meningkat jumlahnya sebesar 6,53% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan

rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode

laporan tercatat sebanyak 1.400 lembar dengan nilai sebesar

Rp32,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Peningkatan

rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan

bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan

positif yang berkelanjutan.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat

Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi

regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan

IV-2010, berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan IV-

2010 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan

penyerapan jumlah tenaga kerja walaupun tidak dalam jumlah

yang signifikan.Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara pada

Agustus 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) sebesar 9,61%. Jumlah penyerapan

tenaga kerja baru diperkirakan masih menunjukkan perkembangan

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2010 mengalami peningkatan ...

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2010 menunjukkan sedikit peningkatan . . .

Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan IV-2010, berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan IV- 2010 di Sulawesi Utara mengindikasikan . . .

Page 12: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

11

positif pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis lapangan

pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan

utama.

Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan IV-

2010 diperkirakan mengalami peningkatan searah dengan

membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan kondisi perekonomian

Sulawesi Utara secara makro. Hal ini tercermin dari tingkat

kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 9,10% pada Maret

2010 yang berada dibawah tingkat kemiskinan nasional sebesar

13,50% serta meningkatnya angka indeks penghasilan saat ini

berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado Desember

2010. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani mengalami

sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terindikasi dari penurunan rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dari

100,85 pada triwulan III-2010 menjadi 100,77 pada periode

laporan. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang

kurang kondusif bagi petani terutama di penghujung tahun 2010.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Memasuki tahun 2011, perekonomian Sulawesi Utara pada

triwulan pertama diperkirakan berpotensi meningkat dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2010, yaitu dalam kisaran 6,8% ±

0,5%. Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2011 diantaranya adalah

kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/ TNI/ Polri per 1

Januari 2011, peningkatan yang cukup signifikan pada dana

transfer dari pemerintah pusat pada tahun 2011, dan

pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado

sebagai tempat perhelatan event internasional Asean Regional

Forum Disaster Relief Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat

Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia Timur yang keduanya

akan dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi

didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor

Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 diperkirakan mengalami peningkatan searah dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan kondisi perekonomian Sulawesi Utara secara makro.

Memasuki tahun 2011, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan berpotensi meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009, yaitu dalam kisaran 6,8% ± 0,5%.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Page 13: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

12

Sulawesi Utara. Kegiatan konsumsi terutama dipengaruhi oleh

peningkatan konsumsi pemerintah yang ditandai dengan perkiraan

kenaikan dana alokasi dari pemerintah pusat dan konsumsi swasta

yang didorong oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat

sebagai dampak dari kenaikan UMP dan remunerasi yang diberikan

pada PNS/ TNI/ Polri per Januari 2011. Sementara itu, belanja

pemerintah juga diperkirakan akan meningkat, kondisi ini

diindikasikan oleh kenaikan signifikan pada dana transfer dari

pemerintah pusat ke daerah di tahun 2011.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011

diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor-sektor dominan,

seperti sektor pertanian, PHR dan sektor pengangkutan dan

komunikasi.

Outlook Inflasi Regional

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I-2011 diperkirakan

sebesar 5,75% ± 1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

periode yang sama tahun lalu sebesar 1,84% (yoy). Meningkatnya

tekanan inflasi pada triwulan I-2011 terutama disebabkan oleh

tekanan eksternal dan terganggunya hasil panen bahan makanan

akibat cuaca yang kurang kondusif.

Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara di

tahun 2011 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank

(RBB) 2011 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara

untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya

pada kisaran 40%. Untuk mencapai target tersebut, perbankan

akan lebih fokus pada pembiayaan UMKM selain dengan

pembiayaan melalui linkage programme maupun model skim

pembiayaan lainnya.

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan

perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 45%. Tingginya

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I-2011 diperkirakan sebesar 5,75% ± 1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,84% (yoy).

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara di tahun 2011 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor dominan, seperti

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 45%.

Page 14: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

13

target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan

berbagai upaya diantaranya melalui strategi intergrated marketing

untuk mendapatkan bundling product (produk jasa, kredit dan

dana) dan penghimpunan dana dengan pola personal selling.

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga acuannya

(BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75%

berpotensi untuk meningkatkan tingkat suku bunga perbankan.

Namun demikian, dalam jangka pendek penyesuaian terhadap

kenaikan suku bunga pinjaman perbankan masih dalam kisaran

yang relatif terbatas.

Page 15: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

14

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 16: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

15

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja

perekonomian domestik. Selama triwulan IV-2010, pemulihan ekonomi lebih kuat masih

ditunjukkan oleh negara emerging markets ditopang oleh konsumsi domestik yang solid

dan kinerja eksternal yang membaik. Kondisi tersebut memberikan dampak positif pada

perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan

IV-2010 mengalami peningkatan yang didorong oleh membaiknya kinerja investasi,

stabilnya konsumsi rumah tangga, serta masih tingginya permintaan eksternal. Kinerja

ekspor diperkirakan masih akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian

global dan dukungan peningkatan harga komoditas.

Perkembangan ekonomi Indonesia yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan

ekonomi di daerah yang tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara

tahunan, pada triwulan IV-2010

perekonomian tumbuh sebesar 7,77% (yoy)

sehingga secara akumulasi mencapai 7,12%

(yoy) pada tahun 2010. Optimisme

masyarakat terhadap kondisi perekonomian

yang semakin membaik direspon melalui

peningkatan belanja konsumsi baik

konsumsi swasta maupun konsumsi

pemerintah. Sementara itu, kinerja ekspor

Sulawesi Utara terus menunjukkan

pergerakan positif, seiring dengan membaiknya permintaan dari domestik maupun

internasional. Dari sisi penawaran, sektor Petanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR),

serta Pengangkutan dan Komunikasi masih mendominasi sebagai sektor utama pendorong

terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010.

1.1 SISI PERMINTAAN

Meningkatnya konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerntah, serta

pertumbuhan nilai ekspor merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang

tumbuh positif pada triwulan IV-2010. Peningkatan aktivitas konsumsi swasta didukung

7,45%

8,31%

7,63%7,96%

6,75% 6,80%7,04%

7,77%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Page 17: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

16

oleh faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, pesta kembang

api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2011. Konsumsi pemerintah juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didorong oleh berlangsungnya penyelenggaraan

Pilkada ulang di 3 Kabupaten/Kota dan serta realisasi proyek fisik pemerintah yang terus

mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja

perdagangan Sulawesi Utara masih menunjukan pertumbuhan positif yang ditopang oleh

kegiatan ekspor luar negeri. Pertumbuhan ekspor luar negeri tersebut didorong oleh

peningkatan harga-harga komoditas utama di berbagai negara. Secara netto neraca

perdagangan luar negeri Sulut masih mencatat surplus, dimana volume ekspor masih lebih

besar dibandingkan volume impor. Sejalan dengan kinerja konsumsi dan ekpor, kinerja

investasi di triwulan IV-2010 tercatat masih mengalami pertumbuhan yang positif meskipun

mengalami perlambatan. Hal ini salah satunya terindikasi dari realisasi jumlah kredit investasi

yang tumbuh 37,80% dari triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb

Konsumsi 8.53 5.84 6.44 4.15 3.38 6.91 6.91 2.43 5.04 3.49 7.90 5.00 9.72 6.01 10.03 6.22

Konsumsi Swasta 5.12 2.40 5.16 2.24 2.60 1.50 5.55 1.03 5.24 2.41 7.17 3.00 7.28 3.01 7.96 3.16

Konsumsi Pemerintah 15.95 3.44 9.04 1.91 4.99 1.05 9.41 1.39 4.65 1.08 9.35 1.99 14.63 3.00 13.74 3.06

PMTB 10.03 2.01 6.33 1.35 8.25 2.07 8.26 1.23 43.72 8.97 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27

Stok -19.93 -0.26 -36.13 -0.88 -32.49 -0.77 10.90 0.12 9.16 0.09 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21

Ekspor 5.96 2.92 6.90 3.40 -9.63 -5.11 16.60 6.02 -3.11 -1.50 13.01 6.33 26.29 10.66 9.87 4.61

Impor 7.89 3.06 -0.78 -0.29 -21.98 -8.90 7.90 1.83 11.05 4.30 15.67 5.35 33.91 9.85 10.45 3.54

PDRB 7.45 7.50 8.31 8.31 7.63 7.63 11.27 7.97 6.75 6.75 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77

Jenis Penggunaan2009 2010

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi swasta pada triwulan IV-2010 tumbuh 7,96% (yoy), meningkat signifikan bila

dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,55% (yoy).

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut antara lain adalah naiknya

penghasilan masyarakat yang utamanya disebabkan oleh tambahan pendapatan yang

bersumber dari peningkatan harga-harga komoditas utama yang dihasilkan di propinsi Sulut

yaitu kelapa, pala, dan cengkeh. Perilaku masyarakat Sulawesi Utara yang cenderung

konsumtif akan merespon sebagian besar dari porsi tambahan pendapatan ini untuk

kegiatan konsumsi. Selain itu faktor musiman perayaan hari raya Idul Adha, Natal, Santa

Claus Day, persiapan pelaksanaan pesta kembang api, dan persiapan perayaan Tahun Baru

2011 juga turut berperan dalam meningkatkan konsumsi swasta.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 18: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

17

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

Kinerja konsumsi swasta salah satunya

terindikasi dari tren peningkatan indeks

keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) di Kota Manado sepanjang

triwulan IV-2010 terus memperlihatkan tren

peningkatan. Sebagaimana terlihat pada

grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan

(Desember 2010) IKK mencapai 154,92. Jika

dilihat berdasarkan komponennya, kenaikan

terjadi pada seluruh komponen penyusun Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini yang meliputi

Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) serta

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang

semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang

selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah

tangga. Optimisme konsumen juga diperlihatkan tidak hanya pada kondisi ekonomi saat ini,

tetapi juga pada kondisi di masa yang akan datang. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi

yang juga mengalami peningkatan pada seluruh komponennya yakni Indeks Ekspektasi

Kondisi Perekonomian, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan

Lapangan Kerja.

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 1.4.

Komponen Indeks Ekspektasi

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2009 2010

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi KonsumenIndeks Keyakinan Konsumen

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

200,00

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2009 2010

Penghasilan saat ini Pembelian barang tahan lama

Ketersediaan lapangan kerja40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

200,00

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2009 2010

Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d. Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.

Ketersediaan lapangan kerja 6 bln yad"

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

Page 19: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

18

Grafik 1.5.

Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari relatif

terjaganya daya beli masyarakat khususnya petani tanaman pangan, peternakan, dan

perikanan yang tercermin dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) untuk subsektor

tersebut. Peningkatan NTP tanaman pangan

tidak terlepas dari meningkatnya produksi

gabah kering hingga 10% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Sementara peningkatan NTP

perikanan didukung oleh meningkatnya tren

ekspor komoditi perikanan khususnya untuk

ikan tuna segar yang banyak di ekspor ke

negara Jepang dan beberapa negara di Asia. Akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan,

selama triwulan laporan, rata-rata indeks NTP sebesar 100,88, lebih rendah jika

dibandingkan rata-rata periode yang sama tahun lalu sebesar 101,41. Hal ini menunjukkan

menurunnya tingkat kesejahteraan petani terutama petani perkebunan dan hortikultura

yang akibat menurunnya produktivitas petani perkebunan yang disebabkan oleh faktor

cuaca.

Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.5., sepanjang tahun 2009 sampai

Desember 2010 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100).

Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi

Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu

memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.

Dalam grafik juga dapat dilihat, bahwa indeks subsektor perkebunan tercatat lebih tinggi

dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini semakin mempertegas bahwa sektor perkebunan

masih menjadi andalan Sulawesi Utara, khususnya untuk komoditi unggulan seperti kelapa,

cengkih dan pala.

Peningkatan kegiatan konsumsi selama

triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi

melalui data perkembangan kredit konsumsi

yang disalurkan bank umum. Sampai

triwulan IV-2010, kredit konsumsi yang

berhasil disalurkan bank umum mencapai

90

95

100

105

110

115

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

NTP

batas minimum sejahteraPangan

Holtikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Page 20: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

19

Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Total Sales (Unit) - left axis

gSales (% yoy) - right axis

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Total Sales (Unit) - left axis

gSales (% yoy) - right axis

Grafik 1.8.

Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Dua

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda dua

Rp7.148 miliar, atau tumbuh sebesar 20,34% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan kredit

konsumsi, penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya juga

mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama

kendaraan roda empat dan roda dua di Kota Manado. Pada triwulan IV-2010, pertumbuhan

penjualan kendaraan roda empat mengalami kenaikan hingga 31,78%% (yoy), sementara

kendaraan roda dua tumbuh 67,71% (yoy). Adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang

bertepatan dengan panen raya cengkih direspon oleh masyarakat dengan melakukan

pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.

Sejalan dengan peningkatan konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama

triwulan IV-2010 juga tumbuh sebesar 13,74% (yoy). Peningkatan ini antara lain dapat

dikonfirmasi dengan peningkatan realisasi anggaran belanja di triwulan IV-2010 yang

tercatat mencapai 95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai

91%. Selain itu, belanja pemerintah daerah terkait pelaksanaan Pilkada Ulang di 3

Kabupaten/Kota serta usaha pemerintah dalam menyelesaikan proyek-proyek menjelang

akhir tahun 2010 juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi pemerintah

pada triwulan laporan.

1.1.2 Investasi

Pada triwulan IV-2010, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

1,14% (yoy). Pertumbuhan ini dapat dikonfirmasi melalui realisasi penjualan semen pada

triwulan IV-2010 yang tumbuh 28,74% (yoy) dari 122,6 ribu ton pada triwulan IV-2009

menjadi 157,8 ribu ton pada triwulan IV-2010.

Page 21: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

20

Ket: *) Data estimasi untuk Desember 2010 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah

-1.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

Capital (ton) - left axis

gCapital ytd (%) - right axis

Pertumbuhan kinerja investasi juga tidak terlepas dari peran perbankan dalam

penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi. Sampai akhir triwulan IV-2010, jumlah

kredit investasi tercatat sebesar Rp1.335 miliar atau tumbuh 37,80% (yoy). Pencapaian

pertumbuhan kredit investasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang hanya

tumbuh 15,68% (yoy) dan merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2008

hingga 2010.

Jika dilihat dari kontribusinya, kinerja investasi

hanya memberikan sumbangan sebesar

0,27% terhadap pencapaian pertumbuhan

ekonomi triwulan IV-2010. Rendahnya

kontribusi investasi pada triwulan IV-2010

dapat dikonfirmasi melalui data impor barang

modal yang mengalami perlambatan. Sampai

dengan bulan Desember 2010, volume impor

barang modal diperkirakan sebesar 99,98 ton

atau mengalami penurunan sebesar 16,50%

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 119,73 ton. Data ini mampu

mengkonfirmasi bahwa aktivitas investasi pada triwulan laporan lebih didominasi oleh usaha

penyelesaian proyek-proyek fisik pemerintah pada akhir tahun 2010 serta pembangunan

properti yang sedang dalam proses penyelesaian, antara lain kompleks perumahan

Citraland, Taman Megapolitan, dan Grand Kawanua City.

Sumber : Asosiasi Semen, diolah

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

Grafik 1.10. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Asosiasi Semen, diolah

Grafik 1.9.

Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sulawesi Utara

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis

Grafik 1.11. Perkembangan Volume Impor Barang Modal

Page 22: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

21

Sumber: Berbagai media, diolah

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja perdagangan Sulawesi Utara di triwulan IV-2010 terus mengalami pertumbuhan

positif. Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor tersebut terutama disumbang oleh

perdagangan antar negara yang ditunjukkan oleh tren pertumbuhan nilai ekspor akibat

meningkatnya harga-harga komoditi ekspor utama. Nilai ekspor luar negeri pada triwulan

IV-2010 tercatat menunjukan pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 9,42%.

M

Meskipun terus tumbuh positif, kinerja ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2010

tercatat mengalami perlambatan. Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan laporan

hanya tumbuh sebesar 9,87% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,60%. Salah satu indikator yang dapat

mengkonfirmasi penurunan kinerja ekspor

pada triwulan laporan adalah penurunan

volume ekspor baik ke luar negeri maupun

ke pasar domestik (antar daerah).

Perkembangan kegiatan ekspor antar

daerah/provinsi dapat dikonfirmasi dengan

kegiatan muat barang melalui pelabuhan

Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai

kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi

Utara ke luar provinsi. Selama triwulan IV-

2010, volume barang asal Sulawesi Utara

yang dikirim (muat) ke pasar domestik

sebesar 223,17 ribu ton atau turun 16,50%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tabel 1.2. Realisasi Ekspor Sulawesi Utara Triwulan IV

Sumber : Berbagai Media, diolah

Grafik 1.12.

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah

Page 23: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

22

Sejalan dengan kegiatan ekspor antar daerah, kegiatan ekspor luar negeri sampai dengan

bulan Desember 2010 masih menunjukan adanya perlambatan. Volume ekspor Sulawesi

Utara ke luar negeri periode Oktober-Desember 2010 hanya mencapai 148,09 ribu ton atau

turun 28,32% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berbanding terbalik

dengan jumlah volume ekspor, nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar

USD156,32 juta atau naik 9,42% (yoy). Meningkatnya nilai ekspor tersebut didorong oleh

harga ekspor komoditi utama Sulawesi Utara yang meningkat di berbagai negara. Namun

demikian, jika melihat tren pertumbuhannya, sampai dengan Desember 2010 kinerja ekspor

Sulut memperlihatkan adanya perlambatan.

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &

Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,

minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan. Komposisi negara tujuan ekspor tidak jauh

berbeda bila dibandingkan pada tahun 2009. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai

dengan November 2010 adalah Amerika Serikat (22%), China (21%), Korea Selatan (12%),

Australia (11%), Belanda (10%), dan Jepang (5%).

Tabel 1.3. Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara

Grafik 1.13.

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember 2010 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

Ekspor_Value (Juta USD) - left axis

gEkspor_Value (% yoy) - right axis

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis

gEkspor_Volume (% yoy) - right axis

Page 24: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

23

Sementara itu, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010

mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, bahkan hingga menyentuh level ekspansi.

Dari data PDRB, tercatat kinerja impor (antar daerah dan luar negeri) Sulawesi Utara pada

triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,45%. Pertumbuhan kinerja

impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan

IV-2010 yang tercatat mencapai 10,11 ribu ton atau mengalami pertumbuhan yang cukup

signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 1,1 ribu ton.

Berdasarkan nilainya, impor luar negeri juga mengalami pertumbuhan yang sangat

signifikan yaitu sebesar 362,45% dari USD3,41 juta pada triwulan IV-2009 menjadi

USD15,75 juta pada periode yang sama tahun 2010.

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

-2.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

0

5

10

15

20

25

30

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

Impor_Value (Juta USD) - left axis

gImpor_Value (% yoy) - right axis

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

Impor_Vol (Ribu ton) - left axis

gImpor_Vol (% yoy) - right axis

Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.15. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2009

21%

19%

16%

8%

7%

6%

23%Belanda

China

Amerika Serikat

Korea Selatan

Jepang

Jerman

Negara Lainnya

22%

21%

12%

11%

10%

5%

19%Amerika Serikat

China

Korea Selatan

Australia

Belanda

Jepang

Negara Lainnya

Page 25: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

24

Secara agregat neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 masih

berada pada kondisi surplus perdagangan sebesar USD140,57 juta atau mengalami

pertumbuhan sebesar 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini berarti

bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke

Sulawesi Utara.

Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan (sampai dengan

November 2010) masih didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 43%.

Beberapa produk barang modal tersebut antara lain mesin penghasil energi dan

perlengkapannya, perlengkapan transportasi, dan perkakas logam. Meningkatnya komposisi

barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini diharapkan dapat

meningkatkan kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal barangnya,

barang impor sepanjang Tahun 2010 lebih dominan didatangkan dari negara China (56%),

Australia (14%) dan Inggris (7%).

Tabel 1.4.

Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Grafik 1.19.

Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.20.

Perkembangan Net Value Ekspor-Impor Sulawesi Utara

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

NetExim_Value (Juta USD) - left axis

gNetExim_Value (Juta USD) - right axis

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2009 2010

NetExim_Vol (Ribu ton) - left axis

gNetExim_Vol (Ribu ton) - right axis

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Ket: *) Data estimasi untuk bulan Desember Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Page 26: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

25

Di sisi lain, perkembangan kegiatan impor

antar provinsi selama triwulan laporan

mencatat pertumbuhan yang melambat.

Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan

bongkar barang melalui pelabuhan Bitung.

Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai

masuknya barang dari luar provinsi ke

Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2010,

volume barang yang masuk ke Sulawesi

Utara (bongkar) hanya mencapai 735,07

ribu ton atau turun sebesar 4,86% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat perkembangannya, sejak awal

tahun 2010 tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar

Sulawesi Utara sudah mulai menunjukan adanya tren penurunan, yang tercermin dari

pertumbuhan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) yang mengalami

perlambatan.

1.2 SISI PENAWARAN

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 tidak terlepas

dari pertumbuhan kinerja sektor dominannya, yakni sektor pertanian, Perdagangan Hotel

dan Restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Relatif stabilnya

pertumbuhan pada sektor pertanian, PHR, serta sektor pengangkutan dan komunikasi tidak

terlepas dari pengaruh faktor musiman hari raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, pesta

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Grafik 1.23. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia

Grafik 1.21. Negara Asal Impor Tahun 2009

Grafik 1.22.

Negara Asal Impor Tahun 2010

38%

21%

16%

11%

7%2% 4%

China

Australia

Filipina

Malaysia

Jepang

Korea Selatan

Negara Lainnya

56%

14%

7%

4%

4%

4%

11% China

Australia

Inggris

Jepang

Vietnam

Filipina

Negara Lainnya

Page 27: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

26

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 1.6. Perkembangan Produksi, Produktivitas, dan Luas Panen

Pertanian

kembang api serta persiapan Tahun Baru 2011. Selain itu, peningkatan realisasi belanja

pemerintah di akhir tahun 2010 serta masih berlanjutnya efek pelaksanaan panen raya

cengkih dan kenaikan harga komoditi perkebunan utama juga turut menunjang

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1 Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-

2010 mengalami peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Pada triwulan ini, sektor pertanian

tumbuh 10,31% (yoy), meningkat

signifikan dibandingkan pertumbuhan di

triwulan IV-2009 yang hanya tumbuh

sebesar 0,60% (yoy). Pertumbuhan

tersebut sejalan dengan peningkatan

Angka Ramalan III (ARAM III) untuk

beberapa komoditi seperti padi, jagung,

dan kedelai yang didukung oleh perluasan

luas lahan budidaya ketiga komoditi

pertanian tersebut. Selain itu, pada akhir

tahun ini Dinas Kelautan dan Perikanan

(DKP) Sulut, menargetkan produksi perikanan tangkap oleh nelayan mencapai 214.902 ton,

angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 15,6%.

Page 28: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

27

Grafik 1.24. Pertumbuhan Kredit Pertanian

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran

perbankan untuk membiayai sektor

pertanian masih relatif terbatas. Sampai

dengan Desember 2010, jumlah kredit yang

disalurkan pada sektor pertanian hanya

mencapai Rp 207 milliar atau hanya 1,63%

dari total kredit yang disalurkan. Belum

terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor

pertanian antara lain disebabkan oleh relatif

tingginya resiko usaha di sektor tersebut

tercermin dari tingginya NPL (Non Performing

Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,32%. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya

pertumbuhan kredit di sektor ini, pada tahun 2008 rata-rata pertumbuhan sektor pertanian

dapat mencapai 88%, kemudian terus mengalami penurunan hingga menyentuh level

33,11% (yoy) pada triwulan IV-2010.

1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan IV-2010 menunjukan kinerja yang

cukup baik dengan laju pertumbuhan sebesar 11,11% (yoy). Pertumbuhan kinerja sektor

PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang

didorong oleh dampak lanjutan dari adanya panen raya cengkih dan peningkatan harga-

harga komoditas perkebunan utama yaitu kopra, pala, dan cengkeh dimana terjadi

peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang sebagian besar akan digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder dari masyarakat. Hal ini pada tahap lebih

lanjut akan meningkatkan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu,

faktor musiman Hari Raya Idul Adha, Natal, perayaan Santa Claus Day, pesta kembang api

dan persiapan perayaan Tahun Baru 2011 juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan

sektor PHR.

Hasil Survei Penjualan Eceran pada triwulan IV-2010 menunjukkan adanya peningkatan

indeks pada penjualan kendaraan dan suku cadangnya, peralatan rumah tangga, serta

pakaian dan perlengkapannya.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Pertanian (Rp miliar) - left axis

gPertanian (% yoy) - right axis

Page 29: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

28

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor PHR

Grafik 1.25. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan

sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi

yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari

perbankan. Sampai dengan bulan Desember

2010 kredit sektor PHR yang telah disalurkan

bank umum mencapai Rp3.264 miliar atau

tumbuh 7,08% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Sementara itu, pertumbuhan

sub sektor hotel mengalami pertumbuhan

yang relatif melambat. Perlambatan aktivitas di

sub sektor ini terkait dengan ketiadaan event internasional pada triwulan laporan yang

menjadi kontributor utama pertumbahan sub sektor ini. Hal ini antara lain dapat

dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan

tren penurunan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan

lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV

2009 2010

Kendaraan & suku cadangnya

Peralatan rumah tangga

Kerajinan, seni & mainan

Makanan & tembakau

Pakaian & perlengkapannya

Bahan kimia

Bahan bakar

Peralatan tulis

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis

gKredit_PHR (% yoy) - right axis

Grafik 1.27. Kunjungan Wisman ke Sulut

Grafik 1.28. Jumlah Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Menginap (org) - left axis

gMenginap (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Page 30: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

29

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Tabel 1.7. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Datang 127,473 147,371 162,498 176,683 166,510 202,844 212,656 224,178 26.88%

Berangkat 133,507 150,115 165,109 161,278 175,663 200,622 214,014 210,950 30.80%

Datang 7,727 9,165 11,582 9,771 7,503 5,377 5,858 5,730 -41.36%

Berangkat 7,728 9,179 10,973 8,848 7,612 5,243 5,553 5,536 -37.43%

Datang 1,478,551 1,435,824 1,361,774 1,610,759 1,358,143 1,684,431 1,817,817 1,915,853 18.94%

Berangkat 893,345 875,982 722,016 820,500 885,607 1,195,887 1,336,502 947,511 15.48%

Datang 23,912 27,238 18,024 24,488 20,151 31,362 26,610 41,290 68.61%

Berangkat 46,464 129,662 94,012 80,884 56,165 74,232 64,266 64,028 -20.84%

Growth

(YoY)

Domestik

Internasional

Domestik

Internasional

2009Asal/Tujuan

Kedatangan/

Keberangkatan

2010

1.2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 tumbuh 12,41% (yoy).

Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan pesat pada subsektor

pengangkutan terutama angkutan udara dan subsektor komunikasi. Pertumbuhan yang

positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan bertepatan dengan adanya

perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, dan persiapan perayaan tahun baru

2011. Hal ini tercermin dari tingginya arus penumpang dan kargo yang keluar dari Bandar

Udara Sam Ratulangi Manado, khususnya dengan asal/tujuan domestik. Arus penumpang

dan kargo domestik yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami

pertumbuhan masing-masing sebesar 30,80% (yoy) dan 15,48% (yoy). Tingginya arus

keberangkatan (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara terkait dengan musim liburan natal dan

tahun baru.

Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.29. TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.30. Jumlah Kamar Terjual

-

1

2

3

4

5

6

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

TPK (%) - left axis

Ratas Menginap (hari) - right axis

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kmr Terjual (unit) - left axis

gKmr Terjual (% yoy) - right axis

Page 31: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

30

pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada

daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan

dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan

berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya

promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing

mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap

peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.

Sejalan dengan pertumbuhan positif

sektor ini, keberpihakan perbankan yang

diwujudkan dalam penyaluran kredit di

sektor pengangkutan dan komunikasi juga

memperlihatkan adanya peningkatan.

Sampai dengan bulan Desember 2010

jumlah kredit yang disalurkan mencapai

Rp91 miliar, atau tumbuh 47,08% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

1.2.4. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan IV-2010 tumbuh positif sebesar 6,54% (yoy). Kinerja

sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum

sejalan dengan realisasi proyek pembangunan pemerintah daerah pada triwulan laporan.

Indikasi ini terlihat dari besaran realisasi belanja yang telah mencapai 95% lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 91%.

Dari sisi pembiayaan perbankan, laju

pertumbuhan kredit sektor jasa-jasa sampai

dengan bulan Desember 2010 tercatat

tumbuh sebesar 28,95% dengan jumlah

kredit sebesar Rp618 miliar. Penyaluran

kredit pada sektor jasa-jasa, didominasi

oleh pemberian kredit pada sub sektor jasa

dunia usaha sebesar Rp 421 miliar, dengan

Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Grafik 1.31.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi

-40

-20

0

20

40

60

80

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

Page 32: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

31

pangsa 68,21% dari total kredit yang berhasil disalurkan pada sektor jasa. Sisanya sebesar

31,79% disalurkan pada sub sektor jasa pemerintahan. Tingginya penyaluran kredit di

sektor jasa pada triwulan laporan juga didorong oleh maraknya jasa-jasa yang terkait

dengan persiapan perayaan Hari Raya Natal, Santa Claus Day, dan Tahun Baru 2011.

1.2.5. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2010 relatif stabil dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 7,48% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara tersebar di

Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara,

Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Kota Bitung dan

Kota Manado merupakan pusat industri pengolahan yang tersebar di Provinsi Sulawesi

Utara.

Perkembangan industri pengolahan juga dapat dilihat dari pertumbuhan industri

pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 yang tercatat

sebesar 3,89% (qtq) lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 2,65% (qtq). Cukup

tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan besar dan sedang di Sulawesi Utara

pada triwulan IV tahun 2010, terutama disebabkan oleh tersedianya pasokan bahan baku

secara kontinyu, pasar yang masih terbuka lebar dan tenaga kerja yang cukup tersedia serta

didukung oleh stabilitas sosial, keamanan dan politik. Akan tetapi, jika dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,68%, terjadi perlambatan

produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut

disebabkan oleh pertumbuhan negatif Industri Makanan dan Minuman sebesar 1,49%.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.33. Perkembangan Industri Food and Beverage (%)

Grafik 1.34. Perkembangan Industri Pengolahan Sedang dan Besar (%)

02468

101214

Q3 Q4

2010

Sulawesi Utara Nasional

-4-202468

1012

Q3 Q4

2010

Food and Beverage

Page 33: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

32

Grafik 1.35.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Grafik 1.36. Perkembangan Kredit Konstruksi

Perkembangan sektor industri pengolahan tak

lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh

perbankan, dimana sampai dengan akhir

triwulan IV-2010 jumlah kredit yang

disalurkan tumbuh sebesar 47,52% (yoy) dari

Rp235 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi

Rp347 miliar pada triwulan IV-2010.

Pertumbuhan kredit yang relatif membaik

mengindikasikan bahwa sektor industri

pengolahan mulai bergairah kembali.

Pasca krisis ekonomi global, tingkat permintaan ekspor terhadap produk olahan Sulut masih

menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, peluang tersedianya pasar dan

tingginya permintaan dari negara partner dagang belum dapat dioptimalkan oleh

perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan bahan baku akibat semakin

tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulawesi Utara serta adanya ketergantungan

pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku. Keterbatasan bahan baku ini juga

menjadi penyebab utama belum terpenuhinya kapasitas utilisasi dari sebagian besar

perusahaan.

1.2.6. Sektor Lainnya

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV-2010 tumbuh melambat sebesar

0,86% (yoy). Beberapa prompt indicators yang mendorong pertumbuhan tersebut

diantaranya adalah aktivitas pemerintah dalam menyelesaikan proyek-proyek fisik di akhir

tahun 2010 serta pembangunan properti yang sedang dalam proses penyelesaian, antara

lain kompleks perumahan Citraland, Taman Megapolitan, dan Grand Kawanua City.

Pertumbuhan sektor konstruksi tersebut

didukung oleh keberpihakan perbankan

terhadap sektor bangunan. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah pembiayaan perbankan yang

disalurkan ke sektor konstruksi yang

menunjukan adanya perkembangan yang positif.

Sampai dengan bulan Desember 2010 jumlah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

0

10

20

30

40

50

60

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

Page 34: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

33

outstanding kredit tercatat sebesar Rp378 miliar atau tumbuh sebesar 2,05% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2010 tumbuh positif

7,35% (yoy). Jika dilihat dari jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di bulan

Oktober - Desember 2010, terdapat pertumbuhan yang tajam dalam jumlah pelanggan dan

pemakaian listrik pada triwulan laporan. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan IV-2010

tercatat sebesar 409.128 pelanggan atau tumbuh 5,81% (yoy) dengan jumlah pemakaian

187 MW atau tumbuh 48% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Sementara itu,

pada triwulan IV 2010, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 223 MW atau tumbuh

75% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik

tersedia yang lebih besar dari angka pertumbuhan jumlah pemakaian menunjukkan bahwa

ketersediaan energi listrik Sulawesi Utara dapat mencukupi kebutuhan listrik masyarakat.

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 tumbuh 2,10% (yoy).

Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh

penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang

mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor

risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan

yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan

yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami

perubahan. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor

pertambangan tercatat sebesar Rp 37 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,71%

(yoy).

Grafik 1.37. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Grafik 1.38. Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

340.000

345.000

350.000

355.000

360.000

365.000

370.000

375.000

380.000

385.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Pelanggan_RT - left axis

gPelanggan_RT (% yoy) - right axis

0

10

20

30

40

50

60

-

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Jumlah Pemakaian (MW) - left axis

Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis

gPenjualan (% yoy) - right axis

Page 35: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25

Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225

Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16

Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43

2009Data Bank

2010

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada

triwulan IV-2010 tumbuh 6,54% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan

jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas

perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM

(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh

musiman perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Day, perayaan pesta kembang

api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2011 juga mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.

Grafik 1.39. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah

Tabel 1.8.

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

-200

0

200

400

600

800

1000

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Bank Indonesia Manado

Page 36: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

35

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Selama periode triwulan IV-2010 sampai bulan Desember 2010, perkembangan harga di

Kota Manado secara umum masih menunjukkan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara

bulanan menunjukkan tren yang meningkat mencapai 1,5% (mtm) pada Desember 2010,

lebih tinggi dari laju inflasi nasional tercatat 0,96% (mtm). Namun demikian, akumulasi laju

inflasi (ytd) Kota Manado Januari sampai dengan Desember 2010 tercatat 6,28% (ytd)

masih lebih rendah dibandingkan akumulasi inflasi nasional tercatat 6,96% (ytd). Tekanan

Inflasi IHK yang terjadi di Kota Manado terutama bersumber dari kenaikan harga pada

kelompok bahan makanan. Pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan sangat

dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu momen perayaan hari raya keagamaan pada

periode laporan yang menyebabkan meningkatnya permintaan dan tekanan harga pada

sebagian besar barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan hari raya.

Sementara, pengaruh faktor fundamental (interaksi permintaan dan penawaran, ekspektasi

inflasi serta faktor eksternal) relatif tidak terlalu memberikan tekanan yang kuat terhadap

Inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan IV-2010.

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2010 tercatat 6,28% (yoy),

mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

2,31% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat

mengalami inflasi sebesar 7,38% (yoy). Tekanan inflasi antara lain disebabkan oleh (i)

peningkatan pendapatan masyarakat bertepatan dengan musim panen raya cengkeh (ii)

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

Grafik 2.1.

Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

yoy Manado yoy Nasional

%

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

qtq Manado qtq Nasional

%

Page 37: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

36

peningkatan konsumsi masyarakat Sulut yang mayoritas beragama Kristen dalam perayaan

Hari Raya Natal 2010 dan Tahun Baru 2011 (iii) kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi

komoditas tabama, sayur dan bumbu, (iv) kenaikan harga minyak dunia serta (v)

perkembangan harga komoditas dunia yang cenderung meningkat sehingga berpengaruh

pada harga komoditas domestik. Namun demikian, laju inflasi sedikit tertahan oleh masih

terpenuhinya suplai bagi peningkatan permintaan masyarakat dan berakhirnya pengaruh

musiman yaitu perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok & tembakau mencatat inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya.

Angka inflasi kelompok bahan makanan tercatat 15,23% (yoy) pada triwulan laporan yang

disebabkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan, buah-buahan, daging dan hasil-

hasilnya, ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya. Sementara, inflasi kelompok makanan

jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat 5,36% (yoy) yang dipicu oleh peningkatan

permintaan soft drink serta bahan makanan lainnya untuk kebutuhan perayaan Hari Raya

Natal 2010 dan Tahun Baru 2010.

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2010

cenderung turun bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota

Manado pada triwulan IV-2010 tercatat 1,44% (qtq), lebih rendah dibandingkan Triwulan

III-2010 yang tercatat sebesar 3,81% (qtq), dan periode yang sama tahun lalu yang tercatat

2,50% (qtq).

Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tertinggi yaitu

sebesar 4,23% (qtq). Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan bahan makanan seiring

perayaan berbagai hari raya keagamaan yang jatuh pada triwulan laporan (

Days, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2011). Disamping itu, faktor cuaca yang kurang

kondusif turut memberikan tekanan inflasi pada kelompok ini.

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 38: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

37

Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2010

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-2.41

0.24

0.03

0.75

0.02

0.38

-0.76

-0.70

0.04

0.01

0.00

0.00

0.02

-0.10

-3 -2 -1 0 1 2 3

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Okt 2010

Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2010

-2.41

0.24

0.03

0.75

0.02

0.38

-0.76

-0.70

0.04

0.01

0.00

0.00

0.02

-0.10

-3 -2 -1 0 1 2 3

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Okt 2010

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota

Manado sepanjang triwulan IV-2010

menunjukkan kecenderungan

meningkat. Pada Oktober 2010 Kota

Manado mencatat deflasi sebesar 0,7%

(mtm) , kemudian mengalami inflasi

pada November 2010 menjadi 1,22%

(mtm) dan pada Desember 2010 Kota

Manado kembali mengalami inflasi

tercatat 1,50% (mtm).

OKTOBER 2010

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.2.

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Pergerakan harga secara umum Kota Manado pada

Oktober 2010 mengalami penurunan yang tercatat

mengalami deflasi 0,7% (mtm) sebagai dampak

berakhirnya momen perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Deflasi Kota Manado terutama terjadi pada

kelompok bahan makanan sebesar 2,41% (mtm)

dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan sebesar 0,76% (mtm).

Page 39: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

38

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Oktober 2010 antara

lain bawang merah, cakalang, emas perhiasan, mujair, Beberapa komoditas yang

mengalami kenaikan harga selama bulan Oktober 2010 antara lain bawang merah,

cakalang, emas perhiasan, mujair, malalugis, tude,

gula pasir, kangkung dan daging babi. Sedangkan

komoditas yang mengalami penurunan harga

adalah cabe rawit, angkutan udara, cabe merah,

beras, kacang panjang, wortel, tempe, kembang

kol, daun bawang, dan daging ayam ras. Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada

Oktober 2010 tercatat 5,76% (yoy).

NOVEMBER 2010

Angka inflasi Kota Manado pada November 2010

tercatat 0,64% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada

kelompok bahan makanan sebesar 2,31% (mtm)

dan kelompok sandang sebesar 0,24% (mtm).

Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah

kelompok kesehatan 1,33% (mtm) dan kelompok

transpor komunikasi, dan jasa keuangan sebesar

0,10% (mtm).

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan November 2010 antara

lain cabe rawit, bawang merah, cakalang, emas perhiasan, gula pasir, cakalang asap,

sepeda motor, tude, kacang panjang, dan kentang. Sedangkan komoditas yang mengalami

penurunan harga adalah deho, pasta gigi, mujair, nike, bubara, telur ayam ras, malalugis,

telepon seluler, dan sepatu. Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada November 2010

tercatat 5,11% (yoy).

DESEMBER 2010

Pada akhir triwulan IV 2010, laju perkembangan

harga barang dan jasa secara umum menunjukkan

peningkatan namun relatif terkendali. Tercatat

Kota Manado pada Desember 2010 mengalami

inflasi sebesar 1,5% (mtm) lebih tinggi

dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat

sebesar 0,92% (mtm). Tekanan inflasi pada

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa November 2010

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut

Kelompok Barang dan Jasa Desember 2010

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

2.31

0.11

0.05

0.24

-1.33

0.00

-0.10

0.66

0.02

0.01

0.01

-0.05

0.00

-0.01

-2 -1 0 1 2 3

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Nov 2010

4.39

0.49

0.47

0.56

0.00

0.14

-0.20

1.27

0.09

0.12

0.04

0.00

0.01

0.03

-2 0 2 4 6

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Des 2010

Page 40: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

39

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

IHK Volatile Administered Core

Desember dipengaruhi oleh peningkatan permintaan seiring dengan perayaan hari raya

keagamaan ( , Idul Adha , Natal 2010 dan Tahun Baru 2011).

Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,39% (mtm). Beberapa

komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Desember 2010 antara lain cabe

rawit, bawang merah, minuman ringan, telur ayam ras, cabe merah, mujair dan cakalang.

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang putih, daging

ayam ras, cakalang asap, ketimun, sawi putih, bayam, ikan mas dan kayu lapis, kakap

merah.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada

triwulan IV-2010 terutama berasal dari inflasi volatile foods. Sedangkan tekanan yang

berasal dari inflasi inti (dari sisi fundamental) dan administered price relatif terjaga.

Grafik 2.7.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Grafik 2.8.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Volatile Administered CORE IHK

Page 41: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

40

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Inflasi Inti (core inflation) pada Desember 2010 tercatat 3,08% (yoy) dengan sumbangan

1,65, sedikit sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,13

(yoy) dengan sumbangan 1,71. Relatif stabilnya inflasi inti ditopang oleh masih terjaganya

ekspektasi masyarakat dan respon sisi penawaran yang relatif baik meskipun dibayang-

bayangi oleh tekanan eksternal sejalan perkembangan harga komoditas di pasar

internasional yang terus meningkat.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Meningkatnya permintaan masyarakat Sulawesi Utara seiring dengan perayaan hari raya

keagamaan yang jatuh pada Desember 2010 dan perayaan Tahun Baru 2011 serta musim

panen raya cengkeh masih dapat dipenuhi dari sisi penawaran. Hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) Kantor Bank Indonesia Manado periode Desember 2010 menunjukkan adanya

peningkatan permintaan pada triwulan IV 2010. Sementara dari sisi penawaran,

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado triwulan IV 2010 indeks

produksi menujukkan peningkatan yang sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi

yang terpakai dari 52% pada triwulan III 2010 menjadi 62% pada triwulan laporan. Dengan

demikian, tekanan inflasi yang disebabkan interaksi permintaan-penawaran masih relatif

minimal.

Ekspektasi Inflasi

Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi terhadap laju inflasi relatif

stabil antara lain didorong oleh kecenderungan apresiasi rupiah. Selain itu, faktor inflasi

yang rendah di bulan Oktober 2010 juga berperan dalam menurunkan ekspektasi inflasi.

Hal ini tercermin dari indeks ekspektasi harga umum untuk 6 bulan yang akan datang

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008 2009 2010

Grafik 2.10. Perkembangan Kapasitas Produksi (%)

Grafik 2.9. Perkembangan Nilai Penjualan (Rp.)

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Triwulan IV 2010 Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado Periode Desember 2010

Page 42: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

41

berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado periode Desember 2010 tercatat

172,5, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 179.

Eksternal

Sementara itu, tekanan eksternal terhadap inflasi inti relatif meningkat sejalan dengan

perkembangan harga komoditas di pasar internasional dan meningkatnya inflasi mitra

dagang. Kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia pada akhir tahun 2010

mendorong kenaikan harga minyak goreng domestik pada triwulan laporan. Sejalan dengan

itu, harga beberapa komoditas domestik lainnya seperti gula dan emas perhiasan juga

mengalami peningkatan. Namun demikian, pengaruh kenaikan harga komoditas dunia

tersebut pada periode laporan dapat sedikit diredam oleh tren apreasiasi rupiah.

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Inflasi tahunan kelompok volatile foods Kota Manado pada Desember 2010 tercatat

meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni menjadi

17,09% (yoy) dari 4,25% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu

sebesar 18,53% (yoy).

Kondisi anomali cuaca diperkirakan menjadi pemicu utama kenaikan harga kelompok yang

mempengaruhi pasokan sejak awal triwulan lalu telah menyebabkan menurunnya produksi

dan terganggunya distribusi. Namun demikian, laju inflasi sedikit tertahan oleh operasi pasar

dan sejumlah pasar murah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga Umum Konsumen

Kota Manado

Sumber : Survei Konsumen KBI Manado Desember 2010

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2008 2009 2010

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

30

230

430

630

830

1,030

1,230

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112*

2009 2010

USD/Barel

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Crude Palm Oil (CPO)

di Pasar Internasional

Sumber : Bloomberg

Page 43: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

42

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des

Cabe rawit Bawang Merah

Rp/kg

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan

Kota Manado th. 2010

Sumber : Disperindag Sulut

Jika ditinjau berdasarkan komoditas di kelompok volatile food, inflasi terutama berasal dari

komoditas bumbu-bumbuan. Berdasarkan pergerakan harga historisnya sepanjang tahun

2010, beras yang merupakan komoditas strategis dengan bobot tertinggi dalam keranjang

IHK juga turut andil dalam pembentukan inflasi tahunan kelompok ini.

Administered Price

Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan IV 2010 cenderung menurun.

Pada Desember 2010 inflasi kelompok administered price tercatat 2,59% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,58% (yoy). Hal ini merupakan dampak dari

belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada inflasi kelompok ini. Kebijakan

kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 2010 masih belum

berdampak terhadap laju inflasi karena sebagian pelaku usaha belum menaikkan harga dan

lebih memilih untuk mengurangi margin keuntungan mereka menyikapi kebijakan kenaikan

TDL tersebut.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des

Superwin PL

Rp/kg

Sumber : Disperindag Sulut

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Komoditas Beras

Kota Manado th. 2010

Page 44: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

43

BOKS 1.

GERAKAN MENYENTUH TANAH: SINERGI SULAWESI UTARA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INFLASI DAERAH

Faktor anomali cuaca yang kurang kondusif bagi produksi pangan dan permasalahan jalur

distribusi di Sulawesi Utara telah mengakibatkan meningkatnya harga beberapa komoditas

pangan strategis terutama cabai, bawang merah dan beras. Hal ini tercermin pada tingginya

tingkat inflasi kelompok volatile food yang mencapai 17,09% (yoy) dengan sumbangan 4,52%

pada triwulan IV 2010. Selain permasalahan tersebut di atas, pemanfaatan pekarangan

masyarakat untuk tanaman pangan ternyata juga semakin menurun. Hal- hal tersebut memacu

Bank Indonesia Manado sebagai Tim Pengendali Inflasi Daerah untuk mencetuskan dan berperan

aktif dalam aksi yang diharapkan dapat mendukung visi

Bank Indonesia, terutama dalam hal pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

Hal- hal lain yang menjadi pertimbangan utama terselenggaranya gerakan ini adalah:

1) Potensi lahan pertanian Sulawesi Utara yang masih belum dikelola sebesar 48.195 Ha

(Sulawesi Utara dlm Angka 2010);

2) Luas pekarangan Sulawesi Utara seluas 52.608 Ha yang merupakan potensi untuk

pengembangan komoditas cabe, bawang, jagung, dan tanaman pangan lainnya; dan

3) Teknik penanaman dan pengolahan tanaman pangan yang relatif sederhana, sehingga

dapat dengan mudah tumbuh dan dapat dikelola oleh masyarakat pada umumnya.

Gerakan Menyentuh Tanah ini sendiri merupakan sebuah gagasan untuk meminimalisir

tingginya kontribusi beberapa produk/komoditas pertanian terhadap tingkat inflasi Sulawesi

Utara, sekaligus peningkatan produksi dan pendapatan petani dan pelaku usaha. Secara spesifik,

tujuan diselenggarakannya gerakan ini adalah untuk menggerakkan dan mendorong semua

komponen masyarakat mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian dan pekarangan dengan

tanaman pangan yang rentan terimbas inflasi (padi, jagung, cabe, bawang, tomat, dll). Pada

perkembangannya, gerakan ini secara dilaksanakan secara rutin, minimal satu kali dalam sebulan

dengan kelompok sasarannya adalah Kelompok Tani, Wanita Tani, Gapoktan, PKK, LSM,

Kelompok Fungsional Keagamaan, dan juga Pegawai.

Lahan tempat gerakan ini dilakukan disiapkan sendiri oleh pemilik lahan, namun untuk sarana

produksinya difasilitasi oleh Dinas Lingkup Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kotamadya serta

Page 45: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

44

stakeholders lainnya sesuai ketersediaan. Gerakan ini pada umumnya ditempatkan pada areal yg

berpotensi dan layak secara teknis utk budidaya tanaman. Adapun jenis komoditas yang akan

ditanam secara masal dalam gerakan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan agroklimat

setempat, tetapi diutamakan jenis komoditas bernilai ekonomi tinggi sekaligus rentan kenaikan

harga (seperti cabe, tomat, bawang batang, bawang merah, sayuran tertentu, kacang-kacangan,

jagung, dan padi).

Pelaksanaan gerakan

dikoordinasi dan didampingi oleh perwakilan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi

Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 103 tentang Pembentukan

Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara, anggota TPID Sulawesi Utara meliputi

Sekretaris Daerah (SEKDA) Provinsi Sulawesi Utara yang bertindak sebagai ketua merangkap

anggota, Bank Indonesia Manado, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara,

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Utara, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi

Sulawesi Utara, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara, Badan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Bulog Divisi Regional

Sulawesi Utara, Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Biro Keuangan

dan Aset Provinsi Sulawesi Utara, dan instansi- instansi terkait lainnya.

Dalam aksi gerakan ini tidak hanya dilakukan penanaman bersama, namun juga dilakukan

bimbingan teknis berupa penyuluhan lapangan bersama petugas teknis Dinas Pertanian dan

Instansi Terkait lainnya. Selain itu, penyelenggaraan gerakan ini juga akan dievaluasi secara

berkala dan berjenjang melalui laporan pelaksanaan dam akan menjadi bahan evaluasi kepada

Gubernur.

Ke depannya, gerakan yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat

Sulawesi Utara ini diharapkan mendapatkan dukungan berupa partisipasi aktif dari seluruh

masyarakat Sulawesi Utara. Feedback dari seluruh kalangan masyarakat juga dibutuhkan sebagai

bahan evaluasi dari penyelenggaraan gerakan ini agar kualitas dan keefektifannya dapat

ditingkatkan demi tercapainya peningkatan produksi dan pendapatan sekaligus penekanan

angka inflasi Sulawesi Utara.

Page 46: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kondisi perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010 menunjukkan

perkembangan positif. Berbagai indikator seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

outstanding kredit menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari periode yang sama

tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada

tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada

pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara

mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.

Sejalan dengan hal tersebut, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loan

(NPL) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Aspek

penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada

level sedikit di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504

Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52

DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428

Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42

Kredit (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681

Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95

LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97

NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18

kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533

Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06

NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.93

2009Komponen

2010

Page 47: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

46

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah

maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV 2010 tumbuh positif seiring

membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara

masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 96,44%

dari total aset perbankan. Lebih lanjut, dari pangsa tersebut sebesar 67,63% merupakan

aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 28,77% merupakan aset bank swasta.

Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar

1,67% dan 2,21%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, bank umum syariah dan

BPR mengalami pertumbuhan positif pada dua tahun terakhir, meskipun tidak signifikan.

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 22 Bank

Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 14 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional maupun syariah memiliki 221

kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 43 kantor.

3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Desember 2010 memutuskan untuk

mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan tersebut didasari pada evaluasi

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III 2010

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado

Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. IV 2010

95.00

95.50

96.00

96.50

97.00

97.50

98.00

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Total Asset BPR Konvensional (left axis)

Total Asset BU Syariah (left axis)

Bank Umum Konvensional (right axis)

% %

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, LBPR KBI Manado

Page 48: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

47

menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, beberapa faktor risiko yang masih

dihadapi, dan prospek ekonomi ke depan. Level BI Rate saat ini dirasakan masih konsisten

dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas

keuangan serta mendorong intermediasi perbankan. Evaluasi terhadap kinerja dan prospek

perekonomian secara umum mengarah pada kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian,

tetap diwaspadai beberapa faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi maupun

prospek makroekonomi ke depan. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan

menekankan penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk

menghadapi risiko inflasi, serta masih derasnya arus modal masuk dan tingginya ekses

likuditas domestik.

Selama tahun 2010, transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di

Sulawesi Utara terus berlanjut. Transmisi kebijakan moneter tercermin dari suku bunga

perbankan yang menunjukkan kecenderungan penurunan, terutama suku bunga kredit.

Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II yang

dikelola BI, sampai dengan akhir Desember 2010, rata-rata tingkat suku bunga kredit

tercatat sebesar 15,61%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga

kredit modal kerja mencapai 17,90% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 15,62%

per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,30% per tahun.

Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang

tidak jauh berbeda. Sampai dengan Desember 2010, rata-rata tingkat suku bunga deposito

1 bulan tercatat sebesar 5,98%, mengalami fluktuasi terbatas sepanjang triwulan laporan.

10.0

11.0

12.0

13.0

14.0

15.0

16.0

17.0

18.0

19.0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agust

us

Septe

mber

Okto

ber

Nopem

ber

Dese

mber

2010

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Page 49: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

48

3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan IV 2010 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 14,42% (yoy) menjadi Rp11.428

miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang

tumbuh 19,19% (yoy) kemudian disusul oleh giro sebesar 11,48% (yoy) dan deposito

sebesar 8,51% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan

terdapatnya kelebihan likuiditas di masyarakat yang dapat diserap oleh bank. Selain itu,

mulai meningkatnya budaya menabung masyarakat Sulut sebagai dampak dicanangkannya

program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) diperkirakan turut andil dalam

pertumbuhan DPK. Sampai dengan November 2010, jumlah DPK yang berhasil dihimpun

melalui program TabunganKu tercatat Rp.36,1 miliar dengan jumlah rekening 21.791

rekening

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh

jenis simpanan tabungan sebesar 52,53% dari total keseluruhan DPK, disusul kemudian

deposito (30,17%) dan giro (17,30%).

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 63,16% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (36,84%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 12,44% (yoy) sedangkan dana

di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 18% (yoy).

Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010Giro Deposito Tabungan

Page 50: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

49

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total DPK yang dihimpun,

sebesar 73,29% atau Rp8.375 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado,

selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Bolaang Mongondow (7,79%), Kabupaten Minahasa

(7,00%), Kota Bitung (6,55%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,37%).

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)

Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota

(Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

0 10 20 30 40 50

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Q4-09 Q3-10 Q4-10

Page 51: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

50

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami

oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 40,97% (yoy) dengan total DPK sebesar

Rp614 miliar. Selanjutnya Kabupaten Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, Kota Manado

dan Kota Bitung tumbuh masing-masing sebesar 25,75% (yoy), 16,66% (yoy), 11,54%

(yoy) dan 11,22% (yoy).

3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Pada triwulan IV 2010 pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara

lebih didorong oleh kredit investasi dan konsumsi. Kredit secara umum tercatat Rp.12.681

miliar atau tumbuh 20,9% (yoy), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 17,36% (yoy). Pencapaian

ini diduga merupakan dampak membaiknya arah perekonomian nasional yang berjalan

seiring dengan perekonomian daerah. Selain itu, kestabilan suku bunga khususnya suku

bunga pinjaman telah mendorong persepsi pelaku usaha menjadi lebih baik dan rasional.

Kondisi ini diindikasikan dari tingginya ekspansi kredit pada sektor investasi yang mencapai

37,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum.

Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit

investasi yang mencapai jumlah Rp1.335 miliar atau tumbuh 37,80% (yoy). Sementara itu,

untuk jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar Rp.7.148 miliar

dan Rp.4.198 miliar atau tumbuh 20,30% (yoy) dan 17,38% (yoy). Tingginya pertumbuhan

kredit investasi dan konsumsi pada periode laporan diperkirakan sebagai dampak besarnya

aktivitas perekonomian Sulut di sektor investasi dan konsumsi seiring dengan maraknya

pembangunan kawasan perbelanjaan dan perayaan hari besar keagamaan.

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2009

2010

Konsumsi Investasi Modal Kerja

Page 52: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

51

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar

56,37% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat

sebesar 33,10%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 10,53%.

Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi merupakan bentuk penyesuaian industri perbankan

terhadap karakteristik perekonomian Sulut yang masih didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian

besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar

25,74% dari total kredit.

Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah

mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional.

Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp9.752 miliar atau mencapai pangsa

pasar 76,90% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp2.929

miliar dengan pangsa pasar 23,10% dari total kredit.

60.93%

25.74%

2.98%3.32% 7.03%

Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran

Konstruksi Jasa Dunia Usaha

Sektor Lainnya

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp12.681 miliar, tercatat

64,16% atau sebesar Rp8.136 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 13,02% (Rp1.651 miliar),

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,11% (Rp1.282 miliar), Kabupaten Sangihe

Talaud sebesar 6,37% (Rp.808 miliar) dan Kota Bitung sebesar 6,34% (Rp.804 miliar).

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010

Bank Pemerintah Bank Swasta

Page 53: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

52

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 28,73% (yoy) sedangkan yang terendah adalah

Kota Bitung sebesar 15,40% (yoy). Sementara itu Kabupaten Minahasa, Bolmong dan

Manado masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 27,62% (yoy), 23,63% (yoy) dan

19,12% (yoy).

3.3.4. Kredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum

konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan

keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan IV-2010, posisi kredit

MKM tercatat Rp10.533 miliar atau tumbuh 64,22% (yoy). Jika dilihat berdasarkan

skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa

terbesar yakni 61,41%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)

pangsanya mencapai 27,80%, dan sisanya 10,79% merupakan kredit mikro (di bawah

Rp50 juta).

Sementara itu, dibandingkan dengan kredit

secara umum, laju pertumbuhan kredit MKM

jauh lebih tinggi dibandingkan laju

pertumbuhan kredit secara umum yang pada

triwulan laporan hanya tumbuh 20,95% (yoy).

Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14.

Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Kredit Umum Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 10 20 30 40

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Q4 2009 Q3 2010 Q4 2010

Page 54: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

53

Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan

secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2010, pangsa kredit

MKM tercatat 83.06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

tercatat 61,17% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya

kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio NPL sebesar 2,94% pada akhir tahun

2010.

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. NPL relatif terjaga, berada

pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana

yang tercermin dari rasio LDR berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas

kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan

tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator

lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan IV 2010 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang

tercermin dari indikator NPL dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPL tetap

terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar

3.18%. Dengan nilai NPL yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus

meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih

lanjut, terdapat penurunan NPL pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor

Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 50 100 150 200

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2009

2010

Menengah Kecil Mikro

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Mikro Kecil Menengah

Page 55: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

54

pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit.

Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan

merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya

seiring dengan musim panen raya cengkeh.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat

terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang

relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi ) dengan pangsa mencapai 60,93% dari total

kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1.61%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat LDR menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup

terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK Provinsi Sulut

cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek yang berpotensi menciptakan

maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih

panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh

perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.

Selanjutnya angka LDR pada triwulan laporan tercatat 110,97%, meningkat dari posisinya

di periode yang sama tahun lalu sebesar 104,98%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan

LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah DPK yang

berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena

Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV2010

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Konstruksi 5 = Perdagangan 6 = Angkutan 7 = Jasa Dunia Usaha 8 = Jasa Sosial 9 = Lainnya (Konsumsi)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

-

2

4

6

8

10

12

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kredit (Rp. Miliar) NPLs (%)

Rp. Miliar %

Page 56: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

55

pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil

dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio

LDR terendah dialami oleh Kota Manado

sebesar 97,15%. Sedangkan LDR tertinggi

dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar

206,41%, disusul kemudian berturut-turut

oleh Kabupaten Bolaang Mongondow

sebesar 143,93%, Kabupaten Sangihe

Talaud sebesar 131,67%, dan Kota Bitung

sebesar 107,40%.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin

dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga dan kecenderungan penurunan suku bunga

kredit searah dengan kebijakan BI dengan mempertimbangkan sasaran inflasi dan

pertumbuhan sektor riil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak

besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena paparan terhadap transaksi valuta

asing yang tidak tinggi.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2010

memperlihatkan kecenderungan penurunan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada

Desember 2010 sebesar 2,50%, mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 6,31%. Hal ini mencerminkan berkurangnya

jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada

perbankan Sulawesi Utara mengalami penurunan.

Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator penilaian terkait kemampuan

bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih

pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga (NIM) pada triwulan laporan

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

- 50 100 150 200 250

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Q4 2009 Q3 2010 Q4 2010

Page 57: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

56

menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1505 miliar, mengalami peningkatan signifikan

bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.125 miliar.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan

triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari

penurunan rasio BOPO bank umum menjadi 70,57% pada triwulan laporan dari 71,54%

pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah

lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut dipertahankan

secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan nasional dalam

menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2010, rasio

ROA bank umum tercatat sebesar 3,01%, mengalami peningkatan bila dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,90%. Peningkatan rasio ROA

ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan

baik oleh bank untuk menghasilkan laba.

Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar)

Grafik 3.21.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Plafond 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986

Outstanding 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681

Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50

-

1

2

3

4

5

6

7

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000 %

Rp Miliar

Page 58: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

57

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

ASET 129.31 142.58 149.30 161.59 165.76 199.25 288.12 304.69

DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46

Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81

Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98

Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67

KREDIT 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06

Modal Kerja 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85

Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60

Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61

FDR 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35

2009 2010

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai

dengan posisi Desember 2010 meningkat signifikan sebesar 88,56% (yoy), sejalan dengan

pertumbuhan kredit sebesar 65,27%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 32.51% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,

Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 153,41% pada triwulan IV 2009 menjadi

sebesar 191,35% pada triwulan IV 2010. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi

produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka

meningkatkan kinerja perbankan syariah.

Grafik 3.24.

Return On Asset Bank Umum

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 q4

2009 2010

BO 322 683 997 1,32 377 847 1,20 1,62

PO 423 880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29

Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5

66

68

70

72

74

76

78

80

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15927.742 16,695 17,504

L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 312.659 534 527

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

600

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

Page 59: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

58

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 menunjukkan pertumbuhan

positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini

tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio LDR.

Aset BPR pada Desember 2010 mengalami pertumbuhan positif sebesar 40.04% (yoy),

menjadi Rp402 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh

bertumbuhnya kredit tercatat 29,70% atau mencapai Rp288,3 miliar. Secara sektoral,

kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 75,44% dan

sektor PHR dengan pangsa 15,19%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar

kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 67,82%

dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi

lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi

masyarakat Sulut khususnya menjelang perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru

2011.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar

39,35%(yoy), menjadi Rp281,8 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito

masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 73,46%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat KBI Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 335.1 402

DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8

Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0

Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8

Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9

Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9

Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5

Sektoral

Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4

Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9

PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8

Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7

Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5

LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3

NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2

Komponen2009 2010

Page 60: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

59

tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait

dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku

bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan

ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini

berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana

pembiayaan BPR.

Rasio LDR mengalami penurunan dari 118.6% pada triwulan IV 2009 menjadi 102.3% pada

triwulan laporan. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan

persentase kredit bermasalah (NPL) dari 2,9% pada Desember 2009 menjadi 4,20% pada

triwulan IV 2010. Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank Indonesia BI, namun

peningkatan NPL ini perlu menjadi perhatian.

Page 61: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

60

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 62: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

61

(dlm jutaan rupiah)

Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894

Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419

Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120

TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,1801 Data Update per 20 Juli 2010

Dana 2007 2008 2009 2010 1

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara

umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari

strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat

arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka

ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan

meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja

anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15

Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena

terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 mencapai

Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen

penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana

Alokasi Umum (DAU) yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik 9,17%

(yoy) mencapai sebesar Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana Penyesuaian dan Otonomi

khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Page 63: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

62

4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi

Utara Tahun 2010 meningkat sebesar 3,40% dibandingkan dengan Tahun 2009. Secara

agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten

dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,68 Triliun. Beberapa Kabupaten/Kota bahkan di

tingkat Provinsi di Tahun 2010 mengalami penurunan alokasi anggaran dibandingkan tahun

lalu. Namun demikian untuk Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow

(Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Boltim), dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel)

mengalami peningkatan alokasi dana dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan

daerah tersebut merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan dana untuk

mengejar target pembangunannya.

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2010, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp666,51 miliar dengan

pangsa 12,20%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp494,52 miliar dengan pangsa

9,05% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.466,59 dengan pangsa 8,54%

dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp358,09 miliar dengan pangsa 6,56%. Alokasi dana

terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,07% dari

total dana perimbangan atau sebesar Rp222,51 milliar.

Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Page 64: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

63

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Berdasarkan komponennya, alokasi dana

perimbangan di masing – masing

kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD

Tahun 2010 sebagian besar berasal dari Dana

Alokasi Umum. Sementara itu, Dana Bagi Hasil

yang diperuntukan guna mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara Pusat dan

Daerah) yang dilakukan melalui pembagian

Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

12,2%

9,1%

6,0%

4,9%

8,5%

6,5%6,0%

6,4%

6,0%

6,6%

4,7%

4,9%

5,0%

5,0%

4,1% 4,2% Pemprov Manado

Bitung Tomohon

Minahasa Minsel

Minut Bolmong

Talaud Sangihe

Kotamobagu Bolmut

Sitaro Mitra

Boltim Bolsel

12,7%

9,8%

6,4%

5,4%

8,8%

6,8%6,3%

6,4%

6,5%

7,9%

5,0%

5,0%

5,4%

5,2%

1,0%

1,3%

Pemprov Manado

Bitung Tomohon

Minahasa Minsel

Minut Bolmong

Talaud Sangihe

Kotamobagu Bolmut

Sitaro Mitra

Boltim Bolsel

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Dana Perimbangan

6,06%

81,13%

12,81%

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Grafik 4.4. Komposisi Dana Perimbangan APBD-2010

Page 65: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

64

Tabel 4.3. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

hasil dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam

antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, masih menunjukan persentase yang relatif

kecil. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi

Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya

alam masih relatif kecil.

4.2. APBD di Tingkat Provinsi

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan IV-2010 menunjukan pencapaian yang lebih

baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami

peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2010

realisasi belanja pemerintah telah mencapai 94,9%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada

triwulan IV-2009 sebesar 91,3%.

Dari sisi penerimaan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah melebihi

targetnya yakni sebesar 104,1%, jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun

lalu sebesar 98,5%. Pencapaian ini didorong oleh naiknya penerimaan dari sisi pajak dan

retribusi daerah. Peningkatan penerimaan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas

perekonomian, terutama yang bersumber dari penjualan kendaraan bermotor yang

berdampak kepada peningkatan penerimaan atas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Sampai dengan triwulan IV-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Utara tercatat

sebesar Rp1.158,64 miliar, atau mencapai 104,1% dari target pendapatan dalam APBD.

Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan terbesar berasal dari dana

perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 56,7% disusul Penerimaan

Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 35%.

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

Pendapatan 1,039,059 1,023,377 98.5 1,112,727 1,158,636 104.1

Pendapatan Asli Daerah 317,318 331,111 104.3 389,762 418,702 107.4

Dana Perimbangan 686,741 692,266 100.8 631,074 650,530 103.1

Lain-lain PAD yang Sah 35,000 - 0.0 91,890 89,404 97.3

Belanja 1,133,163 1,034,398 91.3 1,198,753 1,137,379 94.9

Belanja Operasi 699,472 653,812 93.5 869,647 834,620 96.0

Belanja Modal 283,969 241,644 85.1 189,039 164,360 86.9

Belanja Tidak Terduga 4,000 2,254 56.3 2,500 1,298 51.9

Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 145,722 136,688 93.8 137,566 137,100 99.7

Pembiayaan 94,104 99,104 86,026 88,026

Penerimaan Daerah 499,104 399,104 80.0 388,026 347,026 89.4

- SILPA 99,104 99,104 100 88,026 88,026 -

Pengeluaran Daerah 405,000 300,000 74.1 302,000 259,000 85.8

UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2009APBD-P 2010

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2010

Page 66: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

65

Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010

Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-

aset yang dimiliki pada triwulan IV-2010 mencatat hasil yang lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli

Daerah (PAD) pada triwulan laporan sebesar 107,4% dari target APBD atau meningkat

dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun lalu sebesar 104,3%.

Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak

(89,6%) sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan

lain-lain. Aktivitas perekonomian yang terus berkembang yang ditunjukkan oleh tingginya

penjualan kendaraan bermotor, maraknya pembangunan tempat rekreasi keluarga,

menjamurnya rumah makan dan restoran turut menyumbang pendapatan melalui

komponen pajak dan retribusi daerah.

Namun demikian, pencapaian PAD sepanjang Tahun 2010 tersebut masih relatif kecil bila

dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari relatif

rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan antara PAD terhadap total

belanja yang hanya 36,8%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar

masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Namun

demikian, angka rasio kemandirian fiskal daerah telah sedikit mengalami perbaikan

dibandingkan tahun 2009 yang tercatat lebih rendah yakni sebesar 32%.

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Pada triwulan IV-2010 belanja pemerintah daerah mulai menunjukan peningkatan seiring

dengan mulai dilaksanakannya beberapa program pemerintah, terutama proyek

pembangunan infrastruktur. Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2010

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1,039,059 1,023,377 98.5 1,112,727 100.0 1,158,636 104.1

Pendapatan Asli Daerah 317,318 331,111 104.3 389,762 35.0 418,702 107.4

- Pajak Daerah 279,826 289,378 103.4 349,132 89.6 373,703 107.0

- Retribusi Daerah 10,092 7,566 75.0 11,195 2.9 11,899 106.3

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,300 16,369 100.4 13,554 3.5 13,554 100.0

- Lain-lain 11,100 17,799 160.3 15,882 4.1 19,547 123.1

Dana Perimbangan 668,996 674,268 100.8 631,074 56.7 650,530 103.1

- Dana Bagi Hasil Pajak 56,516 61,299 108.5 54,035 8.6 63,163 116.9

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 1,455 150.7 965 0.2 11,146 1154.7

- Dana Alokasi Umum 558,635 558,635 100.0 558,635 88.5 558,781 100.0

- Dana Alokasi Khusus 52,879 52,879 100.0 17,439 2.8 17,439 100.0

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 52,746 17,998 34.1 91,890 8.3 89,404 97.3

UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2009 APBD-P 2010

(Rp Juta)

Proporsi APBD-

P 2010

(%)

Realisasi APBD

Tw. IV-2010

Page 67: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

66

Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2010

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

BELANJA 1,133,163 100.0 1,034,398 91.3 1,198,753 100.0 1,137,379 94.9

Belanja Operasi 699,472 61.7 653,812 93.5 869,647 72.5 834,620 96.0

- Belanja Pegawai 355,378 50.8 335,037 94.3 386,877 44.5 377,291 97.5

- Belanja Barang 252,862 36.2 235,997 93.3 305,342 35.1 292,498 95.8

- Belanja Hibah 24,107 3.4 22,057 91.5 125,929 14.5 114,014 90.5

- Belanja Bantuan Sosial 57,125 8.2 54,721 95.8 47,500 5.5 46,817 98.6

- Belanja Bantuan Keuangan 10,000 1.4 6,000 60.0 4,000 0.5 4,000 100.0

Belanja Modal 283,969 25.1 241,644 85.1 189,039 15.8 164,360 86.9

- Belanja Tanah 16,595 5.8 10,050 60.6 13,800 7.3 4,771 34.6

- Belanja Peralatan dan Mesin 36,582 12.9 33,914 92.7 39,830 21.1 35,034 88.0

- Belanja Bangunan dan Gedung 75,259 26.5 66,092 87.8 33,402 17.7 26,006 77.9

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 151,532 53.4 127,818 84.4 98,888 52.3 95,534 96.6

- Belanja Aset Tetap Lainnya 4,002 1.4 3,770 94.2 3,119 1.6 3,016 96.7

Belanja Tak Terduga 4,000 0.4 2,254 56.3 2,500 0.2 1,298 51.9

Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 145,722 12.9 136,688 93.8 137,566 11.5 137,100 99.7

UraianAPBD-P 2009

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2009 APBD-P 2010

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2010

(%)

Realisasi APBD

Tw. IV-2010Proporsi APBD

2009

(%)

adalah sebesar Rp1.198 miliar, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan total belanja

pada APBD-P 2009 sebesar Rp1.133 miliar. Realisasi belanja provinsi sampai dengan

triwulan IV-2010 mencapai Rp1.137 miliar atau mencapai 94,9% dari target total belanja

dalam APBD, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9%.

Menurut komponen pembentuknya, belanja provinsi didominasi oleh belanja operasional

dengan pangsa 72,5% atau mencapai Rp869,65 miliar. Sampai dengan triwulan IV-2010

realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 96% atau sebesar Rp834,62 miliar.

Sementara itu, belanja modal hanya memiliki proporsi sebesar 15,8% atau senilai Rp189,04

miliar dari total anggaran belanja secara keseluruhan, dengan nilai realisasi pada triwulan

laporan mencapai 86,9% atau sebesar Rp164,36 miliar.

Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2009 proposi antara belanja

operasional dan belanja modal mengalami sedikit pergeseran. Pada APBD-P 2009, proporsi

belanja modal tercatat masih lebih tinggi dari proporsi pada APBD-P 2010, yakni mencapai

25,1%. Sedangkan untuk belanja operasional, pada APBD-P 2009 proporsinya tercatat

sebesar 61,7% lebih rendah dibandingkan APBD-P 2010 (72,5%). Hal ini menunjukkan

bahwa belanja daerah masih banyak dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji,

tunjangan, dan lain sebagainya), sedangkan alokasi untuk pembangunan infrastruktur

masih relatif jauh lebih rendah.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 68: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

67

4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2010

tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja

dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi

permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi

konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 9,04% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi

Sulawesi Utara di triwulan IV-2010, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki

pangsa sebesar 1,53%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk

diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi

anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memiliki pangsa sebesar 10,56%

terhadap PDRB harga berlaku Sulawesi Utara triwulan IV-2010.

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar

sampai dengan posisi 31 Desember 2010 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah

pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja

pemerintah).

Tabel 4.6. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 31 Desember 2010

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

PENDAPATAN 1,158,636 10.76

Pendapatan Asli Daerah 418,702 3.89

- Pajak Daerah 373,703 3.47

- Retribusi Daerah 11,899 0.11

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13,554 0.13

- Lain-lain 19,547 0.18

Dana Perimbangan 650,530 6.04

- Dana Bagi Hasil Pajak 63,163 0.59

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 11,146 0.10

- Dana Alokasi Umum 558,781 5.19

- Dana Alokasi Khusus 17,439 0.16

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 89,404 0.83

BELANJA 1,137,379 10.56

Konsumsi Pemerintah 973,018 9.04

- Belanja Pegawai 377,291 3.50

- Belanja Barang 292,498 2.72

- Belanja Hibah 114,014 1.06

- Belanja Bantuan Sosial 46,817 0.43

- Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.04

- Belanja Tak Terduga 1,298 0.01

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 137,100 1.27

Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 164,360 1.53

Uraian

Realisasi APBD

Tw.IV-2010

(Rp Juta)% thd PDRB 1

Page 69: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

68

BOKS 2.

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI SULAWESI

UTARA

Dewasa ini, desentralisasi fiskal merupakan merupakan ciri yang menonjol dalam hubungan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sistem ini bertujuan untuk mengembangkan

segenap potensi ekonomi daerah secara efisien dan berkelanjutan sehingga diharapkan dapat

memacu aktivitas perekonomian di daerah-daerah sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

gerak perekonomian nasional.

Desentralisasi fiskal diterapkan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 mengacu pada UU Nomor 22

tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah yang dalam perkembangannya diperbaharui dengan

dikeluarkannya pengganti kedua Undang-Undang tersebut dengan UU Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah.

Berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2004, desentralisasi mensyaratkan adanya perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan

pembagian kewenangan masing-masing daerah. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi

fiskal, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menggali sumber pendapatan di daerah dan

melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan.

perimbangan baik provinsi maupun

kabupaten/ kota dan keseluruhannya mengalami peningkatan

Grafik 6.1 Perkembangan Dana Perimbangan Riil

Provinsi Sulawesi Utara (Rp)

Sumber : APBD Realisasi Kabupaten/ Kota & Provinsi Sulawesi Utara

Dana Perimbangan yang menjadi pokok dari

adanya desentralisasi fiskal ini sendiri terdiri atas

Dana Bagi Hasil (DBH); Dana Alokasi Umum

(DAU); dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Berdasarkan dana yang dihimpun, dana

perimbangan total kabupaten/ kotamadya dan

provinsi menunjukkan kenaikkan yang

signifikan sepanjang 2001-2009, namun

sempat sedikit menurun pada tahun 2004.

Setelah 2004, secara konstan dana

perimbangan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 70: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

69

Melihat kondisi ini, muncul pertanyaan yang didasarkan dari berbagai teori mengenai apakah

desentralisasi fiskal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

dan juga akan berdampak menurunkan ketimpangan pendapatan antar Kabupaten dan Kota di

Provinsi Sulawesi Utara.

Hal ini kemudian diteliti dengan menggunakan berbagai metode, yaitu: (1) Analisis Tipologi

Daerah (Klassen Typology) untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

masing-masing daerah; (2) Indeks Williamson atau yang juga biasa disebut Indeks Ketimpangan

Regional (regional inequality) untuk mengentahui ketimpangan ekonomi setiap daerah; (3)

Analisis Korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks

Williamson; serta (4) Analisis Regresi Data Panel (Regressions Panel Data) yang menggunakan

pendekatan fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) dengan model:

Model I : Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di mana:

LPDRBCit

= Tingkat pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita pada kabupaten/ kota dan tahun t

β0 = intercept

β1-β

3 = parameter

Indikator desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Utara:

DBHit = Dana Bagi Hasil Pajak + Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada

kabupaten/kota i dan tahun t

DAUit = Dana Alokasi Umum pada kabupaten/kota i dan tahun t

DAKit = Dana Alokasi Khusus pada kabupaten/kota i dan tahun t

Variabel-variabel Kontrol:

LPDRBit -1

= Tingkat pertumbuhan pendapatan domestik regional bruto tahun sebelumnya pada kabupaten/kota i.

POPit = Pertumbuhan Penduduk pada kabupaten/kota i dan tahun t

PADit

= Pendapatan Asli Daerah pada kabupaten/kota i dan tahun t Model II: Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/

Kota

Page 71: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

70

dimana:

IWit = Indeks Williamson pada kabupaten/kota i dan tahun t

; = intercept

1 8 = parameter desentralisasi

Indikator desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Utara:

DBHit = Dana Bagi Hasil Pajak + Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada kabupaten/

kota i dan tahun t

DAUit = Dana Alokasi Umum pada kabupaten/kota i dan tahun t

DAKit = Dana Alokasi Khusus pada kabupaten/kota i dan tahun t

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) meliputi

tahun 2001-2009 dan data lintas daerah (cross section) dari 15 kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Utara yang dikelompokkan menjadi 5 daerah sebelum terjadi pemekaran. Daerah yang

di maksud yakni Kota Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa (termasuk Minahasa Selatan,

Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan Kota Tomohon), Kabupaten Bolaang Mongondow

(termasuk Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow

Timur, dan Kota Kotamobagu), serta Kabupaten Kepulauan Satal (Sangihe, Talaud, dan Sitaro).

Berdasarkan hasil pengujian dampak desentralisasi fiskal terhadap perumbuhan ekonomi secara

empiris dengan data panel metode fixed effect dengan cross section 5 kabupaten dan Kota di

Provinsi Sulawesi Utara dan time series periode 2001-2009, diperoleh hasil yang menunjukkan

bahwa selain variabel PAD riil per kapita, semua variabel penjelasnya signifikan pada α=1%.

Variabel transfer pemerintah riil per kapita (DBLRDFC) tahun sebelumnya berpengaruh positif

pada pertambahan PDRB per kapita pada tahun berjalan. Setiap kenaikan transfer pemerintah riil

per kapita sebesar 1% akan berdampak pada kenaikan PDRB per kapita riil sebesar 0,006%.

Dengan kata lain, desentralisasi fiskal yang telah berjalan sejak 2001 membawa dampak yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Meskipun koefisien elastisitas

variabel transfer pemerintah riil per kapita (DBLRDFC) tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh

perubahan yang belum signifikan, namun secara statistik korelasi antara desentralisasi fiskal dan

PDRB Sulawesi Utara sangat signifikan pada α = 1%. Salah satu penyebab belum signifikannya

dampak desentralisasi fiskal terhadap PDRB pada penelitian ini adalah periode pengamatan yang

hanya sembilan tahun (jangka pendek), sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi

belum begitu terasa. Pada jangka panjang, di mana ketersediaan infrastruktur sarana dan

prasarana semakin baik, diharapkan desentralisasi fiskal dapat memberikan stimulus bagi

pertumbuhan ekonomi daerah.

Disamping itu, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan metode Tipologi Klassen,

Page 72: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

71

desentralisasi fiskal juga berdampak pada meningkatnya ketimpangan pendapatan antar

Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara pada periode pengamatan. Kota Manado dan

Kota Bitung adalah dua daerah yang memiliki pendapatan yang relatif sama sedangkan

pendapatan riil per kapita dari daerah-daerah yang lain di Provinsi Sulawesi Utara tertinggal jauh

dibandingkan dari kedua Kota tersebut.

Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan

per Kapita maka klasifikasi daerah per kabupaten

dan kota di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan

bahwa Kota Manado adalah satu-satunya daerah

yang berada pada kuadran I (cepat maju cepat

tumbuh) dengan pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan per kapita tertinggi dibandingkan

dengan dengan daerah kabupaten/kota lainnya di

Provinsi Sulawesi Utara untuk periode 2001-2009.

Kota Bitung berada pada kuadran IV (Maju Tertekan)

di mana Kota Bitung memiliki pendapatan per kapita

yang hampir sama dengan Kota Manado namun

pertumbuhan ekonominya masih di bawah

pertumbuhan ekonomi rata-rata (Provinsi Sulawesi

Utara). Selain dari Kota Manado dan Kota Bitung, daerah kabupaten dan kota yang berada di

Provinsi Sulawesi Utara masih relatif tertinggal. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan per kapita daerah kabupaten/kota tersebut masih di bawah

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Utara.

Hasil tersebut juga selaras dengan hasil dari indeks Williamson. Melalui indeks ini, juga

didapatkan hasil bahwa sampai dengan tahun 2009, terdapat kecenderungan ketimpangan antar

daerah yang semakin membesar. Pada tahun 2009 sendiri, angka Indeks Williamson pada

Provinsi Sulawesi Utara adalah 0,7613.

Fenomena ketimpangan pendapatan yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan

kecenderungan sesuai dengan analisisis Simon Kuznet (1955) yang menyebutkan bahwa pada

tahap awal perkembangan maka proses pertumbuhan diikuti oleh semakin memburuknya

distribusi pendapatan dan setelah mencapai titik tertentu, pembangunan akan diikuti oleh

membaiknya pemerataan pendapatan. Kedepannya, seiring dengan upaya-upaya yang dilakukan

pemerintah diharapkan pemerataan pendapatan akan membaik dan pertumbuhan ekonomi

daerah yang berkualitas dapat tercapai.

Grafik 6.4 Tipologi daerah Provinsi Sulawesi Utara 2001-2009

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah

Page 73: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

72

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 74: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

73

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari

satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun

Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

nasional baik tunai maupaun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang

diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang

Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).

Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk

menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap

memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di

daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di

Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, selama triwulan IV-2010 transaksi

sistem pembayaran di Sulawesi Utara mengalami peningkatan, baik pada sistem

pembayaran tunai maupun non tunai. Pada sistem permbayaran tunai, peningkatan ini

dapat terkonfirmasi dari tingginya aktivitas transaksi tunai yang mencatat net outflow.

Sementara pada pembayaran non tunai, peningkatan ini tercermin dari naiknya nilai dan

volume transaksi kliring dan RTGS. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin menggeliatnya

perekonomian di Sulawesi Utara selama periode laporan.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV-2009.

Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tercermin pada kenaikan jumlah uang kartal

yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow) pada triwulan IV-2010 sebesar

208,98 miliar, naik sebesar 30,4% dari Rp687,38 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi

Page 75: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

74

(Dalam ribuan)

MASUK KELUAR MASUK KELUAR

UK

100,000 11,321,100 - 13,567,900 -

50,000 9,479,850 - 8,399,550 -

20,000 8,240 5,980,620 65,340 5,839,940

10,000 9,080 4,583,810 55,750 6,234,010

5,000 1,010 4,103,380 42,325 4,869,335

2,000 - 4,389,484 7,922 3,226,592

1,000 155 1,511,492 27,396 1,678,742

500 250 - 119 -

100 17 - 1 -

SUB JUMLAH 20,819,702 20,568,786 22,166,302 21,848,619

UL

1,000 20 - 162 5,040

500 2,108 136,950 3,761 159,000

200 400 57,601 991 91,200

100 338 49,400 389 51,800

50 20 9,850 54 16,000

25 - - - -

SUB JUMLAH 2,885 253,801 5,357 323,040

JUMLAH 20,822,587 20,822,587 22,171,659 22,171,659

PECAHAN2009 2010

Rp896,36 miliar pada periode laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari

masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2010 hanya

tercatat sebesar Rp383,40 miliar.

Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow

sebesar Rp512,96 miliar atau meningkat 13,28%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar Rp452,84 miliar. Peningkatan ini diperkirakan karena

meningkatnya kebutuhan akan uang tunai menjelang perayaan hari besar keagamaan (Idul

Adha dan Natal) serta perayaan menjelang tahun baru 2011. Hal ini juga terindikasi dari

jumlah penukaran uang pecahan kecil di loket KBI Manado selama periode 1 bulan

menjelang hari raya Natal yang tercatat sebesar Rp22,17 miliar, meningkat sebesar 6,48%

dibandingkan periode yang sama di tahun 2009.

Tabel 5.1. Data Penukaran Uang Kartal 1 Bulan Menjelang Natal

di Kantor Bank Indonesia Manado

Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp420,15 miliar,

selanjutnya pada November 2010 yang tercatat sebesar Rp160,25 miliar. Sementara, pada

Oktober 2010 aliran kas mengalami net inflow sebesar Rp67,44 miliar. Uang masuk yang

lebih tinggi pada Oktober 2010 merupakan efek musiman dari tingginya aliran uang keluar

pada triwulan III-2010 sebagai konsekuensi dari perayaan Idul Fitri.

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 76: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

75

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383

Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896

Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513

(1,000)

(800)

(600)

(400)

(200)

-

200

400

600

800 miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383

PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474

Rasio 8.57 49.00 402.99 89.15 42.35 97.86 64.11 123.68

-

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

440

-

100

200

300

400

500

600

700 % Miliar

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan

kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar, dengan melakukan Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat

terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Selama triwulan IV-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 123,68%,

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat

89,15%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan

laporan adalah sebesar Rp474,17 miliar atau naik 126,77% (yoy). Budaya dan perilaku

masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot

(men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas.

Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan

uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 77: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

76

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649

Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716

Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010

Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20

Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131

Netflow 18 -51 -23 -3 -11 -58 -81 -110

-150

-100

-50

0

50

100

150

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank

Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan

khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado

bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo

menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan IV-2010 posisi aliran kas titipan

Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp66,98 miliar. Net outflow yang terjadi

selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan

sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Page 78: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

77

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

- Rp100.000,- 2 1,014 14 1 14 5 4 18 14 0 94 35

- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15 19 3 10 8

- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10 0 0 2 6

- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2 1 0 0 0

- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2 3 0 0 0

- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 25 1,035 33 136 41 18 14 47 37 3 106 49

20092008Pecahan

2010

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten

Kepulauan Sangihe. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net

outflow (kecuali pada awal tahun). Pada triwulan IV-2010, kas titipan di Tahuna mengalami

net outflow sebesar Rp110,10 miliar atau meningkat signifikan dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya (Rp3,49 miliar). Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah

titipan di Tahuna mengindikasikan perkembangan pembangunan yang cukup pesat antara

lain pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai, pembangunan rumah khusus,

pembangunan prasarana dermaga penyeberangan dan pembangunan prasarana bandar

udara, yang mendorong bergairahnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-

2010 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado

pada triwulan IV-2010 tercatat sebanyak 49 lembar yang terdiri dari 35 lembar uang

pecahan Rp100.000,00, 8 lembar uang pecahan Rp50.000,00, dan 6 lembar uang pecahan

Rp20.000,00.

Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Bank Indonesia

untuk terus berupaya meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui kegiatan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor

Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan

sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di

kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan

terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang

digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga

menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya

Page 79: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

78

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Perputaran Kliring

a. Lembar 72,982 79,557 82,114 84,032 75,799 80,399 82,862 89,523

b. Nominal (Rp miliar) 1,497 1,626 1,722 1,860 1,658 1,674 1,914 2,083

Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1,236 1,282 1,369 1,384 1,221 1,299 1,315 1,400

b. Nominal (Rp miliar) 25.40 26.17 28.72 30.71 26.73 27.08 30.39 32.52

Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 0.99 0.96 1.06 1.33 1.02 2.16 1.72 1.33

b. Nominal (%) 0.91 1.08 1.27 1.45 1.01 2.44 1.54 1.82

2010KETERANGAN

2009

penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian

diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan

kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2010 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 89.523 lembar dengan nilai

Rp2.083 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,53% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang

dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.400 lembar dengan nilai sebesar

Rp32,52 miliar atau tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal

kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami

pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.3.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,33% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau tidak

mengalami perubahan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, terdapat kenaikan dari 1,45% pada

triwulan IV-2009 menjadi 1,82% pada triwulan IV-2010 dari rata-rata nominal cek dan BG

yang dikliringkan per hari.

Page 80: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

79

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian

akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal

ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal

transaksi RTGS selama triwulan IV-2010 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai

Rp2.842,57 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 17,75% dibandingkan nilainya

di triwulan IV-2009. Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume

RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan 12,83% (yoy) dari 5.774 transaksi di

triwulan IV-2009 menjadi 6.515 transaksi pada triwulan IV-2010. Peningkatan transaksi

RTGS pada triwulan laporan didorong oleh realisasi pembangunan infrastruktur pendukung

penyelenggaraan event internasional Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-

DiREx) serta beberapa realisasi investasi swasta seperti pembangunan serta perluasan pabrik,

disamping faktor musiman perayaan hari raya natal dan perayaan menjelang tahun baru

yang menghabiskan dana yang cukup besar sehingga lalu lintas pembayaran melalui RTGS

pun mengalami peningkatan.

Tabel 5.4.

Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Okt 191.76 718 498.42 799 690.18 1,517

Nov 225.20 748 544.54 941 769.74 1,689

Dec 356.68 1,036 597.55 1,532 954.23 2,568

Tw IV-2009 773.64 2,502 1,640.51 3,272 2,414.15 5,774

Jan 182.88 694 709.22 1,102 892.10 1,796

Feb 192.27 638 553.24 1,339 745.51 1,977

Mar 239.37 833 726.79 1,120 966.16 1,953

Tw I-2010 614.52 2,165 1,989.25 3,561 2,603.77 5,726

Apr 213.78 740 581.82 968 795.60 1,708

Mei 195.30 676 522.58 932 717.88 1,608

Jun 244.18 800 639.48 1,077 883.66 1,877

Tw II-2010 653.26 2,216 1,743.88 2,977 2,397.14 5,193

Jul 239.81 832 767.16 1,120 1,006.97 1,952

Agust 244.27 795 683.53 1,324 927.80 2,119

Sep 186.04 666 605.75 1,121 791.79 1,787

Tw III-2010 670.12 2,293 2,056.44 3,565 2,726.56 5,858

Oct 234.48 885 589.70 1,115 824.18 2,000

Nov 241.73 933 667.04 1,226 908.77 2,159

Dec 284.38 1,018 825.24 1,338 1,109.62 2,356

Tw IV-2010 760.59 2,836 2,081.98 3,679 2,842.57 6,515

Pertumbuhan (YoY %) -1.69 13.35 26.91 12.44 17.75 12.83

Periode

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

Page 81: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

80

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 82: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

81

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui penurunan tingkat

kemiskinan dan pengangguran, telah menunjukkan hasil yang positif pada Triwulan IV-

2010. Tingkat Pengangguran Terbuka secara konstan mengalami penurunan selama

beberapa tahun terakhir dan secara konsisten berada di bawah tingkat kemiskinan nasional.

Namun demikian, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Sulawesi Utara yang

tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami perlambatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang

kurang kondusif bagi petani terutama di penghujung tahun 2010.

6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berbagai indikator ketenagakerjaan pada Triwulan IV- 2010 di Sulawesi Utara

mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja walaupun tidak

dalam jumlah yang signifikan. Peningkatan ini berjalan seiring dengan peningkatan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Triwulan IV-2010 dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 62,05% pada

Agustus 2009 menjadi 63,31% pada Agustus 2010. Berdasarkan wilayahnya, TPAK di

daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing tercatat 62,95% dan 63,52%. TPAK

daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,99% (yoy) sedangkan TPAK daerah

perdesaan mengalami peningkatan sebesar 2,7%.

Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak Februari

2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Sulawesi

Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan TPT nasional. TPT nasional pada Agustus 2010 tercatat 7,14%, sedangkan TPT

Sulawesi Utara tercatat 9,61%.

Page 83: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

82

Penduduk 15 Thn ke atas (usia kerja) 1.658.299 1.669.313 1.685.502 1.694.125 1.710.924 1.637.366

Angkatan Kerja 1.046.665 1.020.952 1.077.155 1.051.130 1.074.256 1.036.574

Bekerja 917.363 912.198 962.627 940.173 961.648 936.939

Mencari Kerja 129.302 108.754 114.528 110.957 112.608 99.635

Bukan Angkatan Kerja 611.634 648.361 608.347 642.995 636.668 600.792

TPAK 63,12 61,16 63,91 62,05 62,79 63,31

TPT 12,35 10,65 10,63 10,56 10,48 9,61

Ags-10Feb-09Ags-08 Ags-09 Feb-10Feb 08

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.1 Angkatan Kerja Sulawesi Utara menurut Pendidikan dan

Daerah Februari 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Penurunan TPT ini tidak telepas dari Program Aksi Gerakan Penanggulangan Pengangguran

(GPP) di Provinsi Sulawesi Utara yang dipelopori oleh Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi. Dana Program aksi GPP yang dialokasikan di Provinsi Sulawesi Utara pada

tahun 2009 sebesar Rp 29,86 Milyar yang terdiri dari (1) Dana Dekonsentrasi Bidang

Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian & Dana Tugas Perbantuan sebesar Rp 20,2 milyar

serta (2) Program Bantuan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp 9,59 milyar.

.

Sementara itu, jika dilihat menurut keterampilannya, jumlah angkatan kerja pada Februari

2010 masih didominasi oleh angkatan kerja yang tidak mempunyai keterampilan khusus,

yaitu sebesar 89,24% dimana sebesar 61,17% berasal dari pedesaan. Bidang dengan

sumber daya berketrampilan terbanyak adalah bidang tata niaga dengan share sebesar

3,64%, atau sebesar 39.076 orang.

Secara khusus, pada sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi

Utara, share angkatan kerja yang memiliki keterampilan khusus tergolong sangat rendah,

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan

Diploma I/II/III/Akademi

Universitas

35,90%

20,34%

23,75%

9,87%

2,85%

7,28%

Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari

total jumlah tenaga kerja pada Februari

2010 sebesar 1.074.256 orang, presentase

terbesar terdapat pada tenaga kerja dengan

tingkat pendidikan setara maksimal Sekolah

Dasar (SD), yaitu sebesar 35,90%.

Presentase sarjana dalam komponen

angkatan kerja ini masih relatif rendah, yaitu

hanya sebesar 7,28%.

Page 84: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

83

Tabel 6.2

Angkatan Kerja di Sulawesi Utara Menurut Keterampilan dan Daerah Pebruari 2010

Pertanian 332.981 357.558 7,38%

Pertambangan 31.052 17.224 -44,53%

Industri 57.452 50.621 -11,89%

Listrik, Gas & Air Bersih 4.747 4.554 -4,07%

Konstruksi 57.296 59.146 3,23%

Perdagangan 178.341 172.722 -3,15%

Angkutan 97.458 77.868 -20,10%

Keuangan 19.300 14.978 -22,39%

Jasa 183.021 182.268 -0,41%

Total 961.648,0 936.939,0

Growth Sektor Feb-10 Ags-10

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

yakni tercatat 0,27% atau sebesar 2.923 orang. Namun demikian, komposisi penduduk

Sulawesi Utara yang bekerja di sektor pertanian pada Agustus 2010 masih sangat dominan.

Share angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian pada Agustus 2010 berjumlah

38,16%.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Agustus 2010 mengalami

peningkatan 7,38% apabila dibandingkan dengan semester sebelumnya. Sejalan dengan

itu, jumlah tenaga kerja yang berstatus pekerja bebas pertanian juga mengalami

peningkatan sebesar 42,73% dibandingkan dengan semester sebelumnya.

Sementara itu, jumlah pekerja di sektor lainnya mengalami penurunan yang diikuti oleh

penurunan jumlah pekerja bebas Non Pertanian sebesar 31,03%. Dalam kurun waktu enam

bulan, terdapat penurunan jumlah tenaga kerja yang berstatus berusaha sendiri sebesar

16.700 orang dan jumlah buruh/ karyawan sebanyak 10.345 jiwa. Hal ini mengindikasikan

terjadinya pergeseran tenaga kerja ke sektor pertanian dari sektor lainnya sebagai dampak

musim panen raya cengkeh.

Tabel 6.3 Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara

Menurut Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.2 Share Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara

Menurut Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

38,16%

1,84%

5,40%0,49%

6,31%

18,43%

8,31%

1,60% 19,45%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas & Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Keuangan

Jasa

Page 85: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

84

Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan

hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado periode Desember 2010 yang tercermin dari

peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja dibandingkan triwulan sebelumnya

.Optimisme ini tidak dapat dipisahkan dari faktor penerimaan Pegawai Negeri Sipil pada

bulan Desember yang diperkirakan membuka lapangan kerja hingga 3.151 tenaga kerja.

Selain itu, faktor panen raya cengkih yang berlangsung pada bulan Agustus sampai dengan

November 2010 juga merupakan faktor yang mempengaruhi optimisme responden

terhadap ketenagakerjaan Sulawesi Utara pada periode laporan. Sementara itu, semakin

maraknya peningkatan pembangunan kawasan perbelanjaan Sulawesi Utara pada Triwulan

IV- 2010 juga diperkirakan turut andil dalam mendukung keoptimisan atas peningkatan

penyerapan tenaga kerja. Trickle down effect yang dihasilkan oleh pembangunan tersebut

diproyeksikan akan mampu mengakselerasi penyerapan tenaga kerja Sulawesi Utara.

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan IV 2010 diperkirakan

mengalami peningkatan searah dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan dan kondisi

perekonomian Sulut secara makro. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan Provinsi Sulut

sebesar 9,10% pada Maret 2010 yang berada dibawah tingkat kemiskinan nasional sebesar

13,50% serta meningkatnya angka indeks penghasilan saat ini berdasarkan hasil Survei

Konsumen (SK) KBI Manado Desember 2010.

Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani mengalami sedikit penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang terindikasi dari penurunan rata-rata Nilai Tukar Petani

(NTP) dari 100,85 pada triwulan III 2010 menjadi 100,77 pada periode laporan. Kondisi ini

Tabel 6.4

Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berusaha Sendiri 287.238 286.716 259.553 242.853 -6,43%

Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar 130.426 129.345 127.986 102.364 -20,02%

Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar 41.175 42.900 40.962 45.854 11,94%

Buruh/Karyawan 279.163 284.798 322.315 332.660 3,21%

Pekerja Bebas Pertanian 64.141 48.003 52.028 74.258 42,73%

Pekerja Bebas Non Pertanian 39.899 55.056 58.541 40.377 -31,03%

Pekerja Tak Dibayar 120.585 93.355 100.263 98.573 -1,69%

Total 962.633,4 940.173,0 961.648,0 936.939,0

GrowthStatus Pekerjaan Feb-10Ags-09Feb-09 Ags-10

Page 86: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

85

tidak terlepas dari faktor anomali cuaca yang kurang kondusif bagi petani terutama di

penghujung tahun 2010.

Level garis kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari Rp. 184.772,-

per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada

Maret 2010. Sebagai pedoman untuk pengukuran kemiskinan, BPS mengunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) dimana kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat

dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan

sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan sendiri dibagi menjadi GK Makanan

dan GK Bukan Makanan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran

kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari.

Sedangkan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Peningkatan Garis Kemiskinan di Provinsi Utara pada pada Maret 2010 diikuti oleh

penurunan tingkat kemiskinan yang diantaranya disebabkan oleh lebih tingginya

peningkatan pendapatan penduduk Sulawesi Utara apabila dibandingkan dengan

peningkatan garis kemiskinan. Hal ini mengindikasikan semakin berkualitasnya

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2010 tercatat

206.720 orang, menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya tercatat 219.570.

Dilihat dari asalnya, sebesar 63,06% penduduk miskin berasal dari perdesaan. Salah satu

penyebab dominasi perdesaan terhadap jumlah penduduk miskin ini adalah masih relatif

rendahnya tingkat ketrampilan angkatan kerja di pedesaan. Berdasarkan data angkatan

kerja pada Februari 2010, tercatat 958.677 penduduk Sulawesi Utara tidak memiliki

keterampilan khusus dimana 61,17% merupakan angkatan kerja yang berasal dari

pedesaan. Lebih lanjut, jumlah tersebut merupakan 92,13% dari keseluruhan angkatan

kerja di pedesaan.

Page 87: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

86

MakananBukan

MakananTotal

Perkotaan

Maret 2009 146.007 47.244 193.251 79,25 8,14

Maret 2010 152.189 50.280 202.469 76,38 7,75

Perdesaan

Maret 2009 141.599 36.672 178.271 140,31 11,05

Maret 2010 149.372 38.724 188.096 130,35 10,14

Kota & Desa

Maret 2009 143.512 41.260 184.772 219,57 9,79

Maret 2010 150.595 43.739 194.334 206,72 9,10

Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah

Penduduk

Miskin

(ribuan orang)

%

Penduduk

Miskin

Sementara itu, tingkat kemiskinan Sulawesi Utara relatif lebih baik jika dibandingkan

dengan tingkat kemiskinan nasional. Kondisi ini tercermin dari tren penurunan angka

kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara yang secara konsisten berada dibawah angka

kemiskinan Nasional selama periode lima tahun terakhir. Menurunnya angka kemiskinan di

Sulawesi Utara secara berkesinambungan menunjukkan bahwa program-program

pengentasan kemiskinan yang digalakkan pemerintah di Provinsi Sulawesi Utara telah

berjalan dengan baik dengan pengembangan program sesuai dengan tantangan di masa

mendatang.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado, indeks penghasilan saat ini meningkat

dari 133,00 pada akhir triwulan III-2010 menjadi 137,50 pada akhir triwulan IV-2010. Hal

ini tidak terlepas dari keoptimisan masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara

yang semakin membaik.

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2010 sebesar 100,77,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 100,85. Kedua

komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)

mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IB lebih besar dibandingkan kenaikan IT,

maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan IV-2010. Adapun kenaikan IB terutama datang

dari konsumsi rumah tangga, khususnya makanan jadi dan bahan makanan.

Grafik 6.3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Tabel 6.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah di Sulawesi Utara

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2006 2007 2008 2009 2010

Sulawesi Utara Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 88: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

87

Tabel 6.5 Indeks Harga Yang Diterima & Dibayar Petani serta Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Utara (2007 = 100)

No

Sektor, Sub Sektor & Sub

KelompokJuli 2010

Agustus

2010

September

2010

Oktober

2010

November

2010

Desember

2010

1 Indeks Diterima Petani 125,85 126,90 127,49 127,79 128.75 129.29

2 Indeks Dibayar Petani 124,48 125,90 126,75 126,81 127.16 128.48

2.1 Konsumsi Rumah Tangga 127,77 129,54 130,57 130,52 130.96 132.68

Bahan Makanan 138,61 141,29 143,06 142,71 143.30 146.01

Makanan Jadi 126,40 128,78 129,24 129,90 129.90 130.82

Perumahan 117,37 117,86 118,19 118,15 118.49 119.39

Sandang 112,59 113,43 113,76 113,93 114.62 116.11

Kesehatan 116,00 116,94 117,97 118,16 118.54 118.62

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112,77 112,77 112,77 112,87 112.96 113.12

Transportasi dan Komunikasi 109,65 109,73 109,73 110,28 110.65 111.11

2.2 BPPBM 114,62 115,02 115,38 115,80 115.91 115.95

Bibit 110,41 110,73 110,59 110,65 110.65 110.65

Obat-obatan & Pupuk 115,48 115,85 116,11 117,05 117.27 117.27

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 110,63 110,66 110,67 110,93 110.93 110.93

Transportasi 117,73 117,81 118,09 118,24 118.24 118.54

Penambahan Barang Modal 118,13 118,60 119,26 119,62 119.95 119.95

Upah Buruh Tani 110,45 110,96 111,55 111,79 111.79 111.79

3 Nilai Tukar Petani 101,11 100,79 100,59 100,77 101.25 100.63

Sumber: Badan Pusat Statistik,

diolah

Page 89: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

88

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 90: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

89

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Memasuki tahun 2011, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan

berpotensi meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010, yaitu dalam kisaran

6,8% ± 0,5%. Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan I-2011 diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji

PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, peningkatan yang cukup signifikan pada dana transfer dari

pemerintah pusat pada tahun 2011, dan pembangunan infrastuktur swasta serta terpilihnya

Kota Manado sebagai tempat perhelatan event internasional Asean Regional Forum Disaster

Relief Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia

Timur yang keduanya akan dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Optimisme pertumbuhan ekonomi pada

triwulan I-2011 yang dicerminkan dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan secara triwulanan oleh Bank

Indonesia Manado menunjukkan ekspektasi

pelaku usaha yang meningkat. yang ditandai

dengan kenaikan indikator ekspektasi

kegiatan usaha dengan persentase Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 10,54%,

lebih tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan

usaha pada triwulan I-2011 dengan SBT

sebesar -21,9%.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan

konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara. Kegiatan konsumsi terutama

dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang ditandai dengan perkiraan

kenaikan dana alokasi dari pemerintah pusat dan konsumsi swasta yang didorong oleh

semakin membaiknya daya beli masyarakat sebagai dampak dari kenaikan UMP dan

remunerasi yang diberikan pada PNS/TNI/Polri per Januari 2011. Kondisi ini antara lain dapat

dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen di Kota Manado yang dilakukan oleh Bank

Sumber : Manado Post, diolah

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2008 2009 2010 2011

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

Page 91: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

90

Indonesia, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan

mendatang yang tercermin dari kenaikan seluruh komponen pembentuk Indeks Ekspektasi

Konsumen yakni indeks ekspektasi ekonomi, indeks ekspektasi penghasilan dan indeks

ekspektasi ketersediaan tenaga kerja. Sementara itu, belanja pemerintah juga diperkirakan

akan meningkat, kondisi ini diindikasikan oleh kenaikan signifikan pada dana transfer dari

pemerintah pusat ke daerah di tahun 2011.

Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan I-2011 diperkirakan akan terus membaik.

Komoditi utama ekspor Sulawesi Utara yang potensial adalah produk kelapa seperti minyak

kelapa (crude coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah tepung kelapa dan

arang kelapa. Tren kenaikan harga minyak dunia saat ini dan kemungkinannya di masa

mendatang memberikan dampak pada semakin meningkatnya permintaan crude coconut

oil sebagai salah satu energi alternatif terutama oleh negara-negara penghasil biodiesel.

Produk pertanian lainnya yang potensial untuk diekspor adalah kopra, pala dan cengkih. Di

awal tahun 2011, permintaan komoditi kopra dari pasar luar negeri meningkat tajam, hal ini

ditandai dengan kenaikan harga kopra yang mencapai Rp9.000,-/kg.

Selain produk pertanian, produk hasil perikanan juga banyak diminati oleh pasar luar negeri

khususnya dari negara Jepang. Produk hasil perikanan yang menjadi primadona ekspor

diantaranya ikan tuna segar, ikan kaleng, ikan kayu dan ikan beku. Namun demikian,

peluang tersedianya pasar dan tingginya permintaan dari negara partner dagang belum

dapat dioptimalkan secara maksimal oleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Page 92: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

91

ketersediaan bahan baku akibat semakin tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulut

serta adanya ketergantungan pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan baku.

Perkembangan komponen investasi diperkirakan akan tumbuh stabil di awal tahun 2011

sebagaimana yang terjadi pada periode sebelumnya. Kinerja investasi pada triwulan I-2011

lebih banyak didorong oleh kinerja proyek milik swasta, diantaranya kegiatan pembangunan

kawasan belanja Taman Megapolitan, Grand Kawanua City dan Manado Town Square

(Mantos) II yang sedang dalam proses penyelesaian pada periode laporan. Selain itu,

beberapa perusahaan contact liaison berencana untuk melaksanakan kegiatan investasi

sebagai upaya ekspansi usahanya dalam bentuk penambahan mesin maupun pembangunan

pabrik/tempat usaha baru. Sedangkan dari sisi investasi pemerintah, indikasi pertumbuhan

positif dapat terlihat dari alokasi transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah berupa

Dana Alokasi Khusus (DAK) di tahun 2011 yang mengalami peningkatan masing-masing

sebesar 12,82% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan alokasi anggaran tersebut diharapkan

dapat meningkatkan kegiatan pembangunan di Sulawesi Utara. Namun demikian, pada

awal tahun biasanya realisasi investasi sektor pemerintah belum akan signifikan terjadi dan

kemungkinan baru akan meningkat realisasinya pada triwulan II dan III setiap tahunnya.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 diperkirakan masih akan

ditopang oleh sektor-sektor dominan, seperti sektor pertanian, PHR dan sektor

pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian diperkirakan masih menjadi kontributor

utama pertumbuhan ekonomi sektoral di tahun 2011, hal ini salah satunya didorong oleh

adanya kesepakatan antara pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

sebagai sentra uatama penghasil padi bersama dengan petani setempat bahwa waktu

Tabel 7.1. Alokasi DAU dan DAK Tahun Anggaran 2010 dan 2011-01-21

se-Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Bappeda Provinsi Sulawesi Utara

Page 93: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

92

Grafik 7.3. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado

(% yoy)

Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)

2009 2010 2011

musim tanam tahun 2011 akan dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu musim tanam

gadu (April-September) dan musim tanam rendengan (Oktober-Maret). Dengan adanya

keseragaman ini diharapkan berbagai faktor penghambat produktivitas padi dapat

ditanggulangi secara menyeluruh. Namun demikian, yang perlu diwaspadai adalah keadaan

cuaca yang kurang kondusif dapat berpotensi mengahambat produktivitas sektor pertanian

khususnya subsektor tanaman bahan makanan (tabama).

Perkiraan pertumbuhan sektor PHR dan sektor pengangkutan lebih ditopang oleh

pelaksanaan berbagai international event yang akan diselenggarakan di tahun 2011. Kota

Manado terpilih sebagai tempat penyelenggaraan Asean Regional Forum Disaster Relief

Index (ARF DIREx) dan Kongres Pejabat Perempuan Internasional Asia Pasifik-Asia Timur

yang keduanya akan dilaksanakan pada Maret 2011. Sebagai daerah tujuan wisata dan

terpilihnya Kota Manado sebagai tempat penyelenggaraan Meeting Invention Convention

and Exhibition (MICE), load factor penumpang pesawat udara diperkirakan akan mengalami

peningkatan, selanjutnya akan mendorong kinerja sektor pengangkutan dan PHR yang

salah satunya tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel.

7.2. Prakiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I-2011

diperkirakan sebesar 5,75% ± 1% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang

sama tahun lalu sebesar 1,84% (yoy).

Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan I-

2011 terutama disebabkan oleh tekanan

eskternal dan terganggunya hasil panen bahan

makanan akibat cuaca yang kurang kondusif.

Salah satu faktor fundamental yang menjadi faktor penyebab tingginya laju inflasi Kota

Manado pada triwulan I-2011 adalah kenaikan harga komoditas internasional diantaranya

komoditi CPO, emas, kedelai dan beras. Faktor pasokan dan distribusi yang terganggu

akibat cuaca ekstrim yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia menyebabkan harga

beberapa komoditas perkebunan/pertanian mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Disamping itu, tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan harga minyak dunia juga perlu

diwaspadai mengingat dampaknya yang cukup signifikan terhadap laju kenaikan harga

barang dan jasa pada umumnya.

Page 94: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

93

Sementara itu ekspektasi masyarakat terhadap

harga barang secara umum diperkirakan akan

meningkat, hal ini disebabkan oleh perkiraan

kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok

masyarakat mengikuti harga di pasaran

internasional. Selain itu, adanya rencana

kenaikan TDL untuk kalangan industri oleh

pemerintah serta rencana konversi minyak

tanah ke gas elpiji juga berpotensi memicu

peningkatan ekspektasi harga oleh masyarakat.

Penyebab inflasi yang bersumber dari faktor non fundamental lebih banyak disebabkan oleh

hasil panen tanaman bahan makanan yang tidak maksimal karena terganggu oleh cuaca

yang kurang kondusif. Kondisi ini telah diantisipasi oleh pemerintah daerah dengan

memperhitungkan stok di awal tahun sehingga tekanan inflasi dapat sehubungan

berkurangnya pasokan dapat diminimalisir. Khusus untuk komoditi beras, data Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara mencatat total stok beras Januari 2011 mencapai

Grafik 7.5. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa

di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Grafik 7.4.

Perkembangan Harga Komoditas Internasional

30

230

430

630

830

1,030

1,230

1,430

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011

USD/Barel

30

130

230

330

430

530

630

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011

USD/Mt

30

230

430

630

830

1,030

1,230

1,430

1,630

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011

USD/Oz

-

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2009 2010 2011

USD/Bush

(CPO) (Beras)

(Emas) (Kedelai)

Sumber : Bloomberg, diolah

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

Ekspektasi Harga 3 bln yad Ekspektasi Harga 6 bln yad

Page 95: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

94

57.071 ton atau setara dengan ketahanan beras untuk 2 bulan kedepan. Kecukupan bahan

makanan juga tercermin dari indeks ketersediaan barang dan jasa pada Survei Konsumen

yang dilakukan Bank Indonesia yang mengalami peningkatan di sepanjang triwulan I-2011

dengan indeks di akhir triwulan yang tercatat sebesar 168,5.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk

menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,75%. Keputusan

tersebut diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke

depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan

harga volatile foods yang masih tinggi, di samping karena kenaikan harga komoditi global

termasuk minyak dan rencana kebijakan pemerintah di bidang komoditi strategis.

Dalam menghadapi risiko tekanan inflasi ke depan yang diperkirakan masih bersumber dari

gangguan produksi dan permasalahan distribusi komoditi pangan dan energi, pengendalian

kestabilan harga akan terus dilakukan dengan dukungan kebijakan Pemerintah melalui

forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

7.3. Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara di tahun 2011 diperkirakan

akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil rekapitulasi Rencana

Bisnis Bank (RBB) 2011 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus

meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 40%. Untuk mencapai

target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada pembiayaan UMKM selain dengan

pembiayaan melalui linkage programme maupun model skim pembiayaan lainnya.

Grafik 7.6.

Indeks Ketersediaan Barang dan Jasa

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

110

120

130

140

150

160

170

180 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2009 2010 2011

Ketersediaan Barang dan Jasa

Page 96: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

95

Grafik 7.7. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara

mencapai sekitar 45%. Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan

menerapkan berbagai upaya diantaranya melalui strategi intergrated marketing untuk

mendapatkan bundling product (produk jasa, kredit dan dana) dan penghimpunan dana

dengan pola personal selling.

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikan suku

bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin

dari 6,5% menjadi 6,75% berpotensi untuk

meningkatkan tingkat suku bunga perbankan.

Hal ini tercermin dari ekspektasi konsumen pada

Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia

yang menunjukkan adanya kenaikan tingkat

suku bunga di awal tahun 2011.

Namun demikian, dalam jangka pendek penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga

pinjaman perbankan masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Penentuan suku bunga

pinjaman perbankan juga dipengaruhi oleh struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu

terserap oleh pihak perbankan. Sebagaimana diketahui, di Sulawesi Utara, komposisi DPK

masih didominasi oleh dana murah yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 52.53% dari

total DPK, biaya yang dikeluarkan oleh perbankan (suku bunga tabungan) masih relatif lebih

kecil dibandingkan suku bunga deposito, sehingga kenaikan BI Rate diperkirakan tidak akan

berdampak signifikan terhadap kenaikan suku bunga pinjaman. Sampai sejauh ini, implikasi

terhadap dunia usaha masih belum ada. Namun, jika perbankan ramai-ramai menaikan

tingkat suku bunga kredit, hal ini akan memberikan tekanan bagi biaya produksi

perusahaan. Selain itu biaya operasional yang bersumber dari beban utang juga akan

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan suku bunga kredit.

110

115

120

125

130

135

140

145

150

155

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2009 2010 2011

Tingkat Suku Bunga

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

Page 97: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

96

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu Mtm Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. Yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Page 98: Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 · 2013-10-12 · 0 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2010 Kantor Bank Indonesia Manado

97

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.