KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 18...

of 61 /61
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Embed Size (px)

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 18...

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

FEBRUARI 2017

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer

Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer

Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek Publikasi KEKR Sulawesi Utara

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode Februari 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik

setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan

dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Februari 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

iv

Daftar Isi

VISI DAN MISI BANK INDONESIA ii KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv DAFTAR GRAFIK v

DAFTAR TABEL vii INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA viii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5

PDRB Jenis Penggunaan 5 Konsumsi 5

Investasi (PMTB) 7 Ekspor-Impor 8

PDRB Kinerja Lapangan Usaha 11 Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan 12

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor 12 Konstruksi 13

Transportasi 14 Industri Pengolahan 14

Lapangan Usaha Lainnya 16 Box I. Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Di Atas Output Potensial 17

BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 18 Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 18

Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 19 Alokasi Belanja APBN Di Sulawesi Utara 20

BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 21 Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan IV 2016 21

Arah Perkembangan Inflasi Triwulan I 2017 25 Program Pengendalian Dan Tantangan Yang Dihadapi 28

BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 30 Gambaran Umum Perbankan 30 Akses Keuangan Dan UMKM 31

Ketahanan Korporasi 34 Ketahanan Rumah Tangga 36

Box II. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Sulawesi Utara 40 BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 41

Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 41 Pengelolaan Uang Tunai 42

BAB VI - KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 45 Ketenagakerjaan 45

Kesejahteraan 46 BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 49

Pertumbuhan Ekonomi 49 Inflasi 50

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 51

v

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Konsumsi Rumah Tangga, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Kredit Konsumsi Grafik 1.2. Tabungan dan Kinerja Kategori Industri Pengolahan Grafik 1.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Grafik 1.4. Kredit Investasi dan Likert Scale Investasi dalam Liaison Grafik 1.5. Nilai Ekspor Grafik 1.6. Volume Ekspor Grafik 1.7. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Grafik 1.8. Nilai Ekspor Grafik 1.9. Harga Komoditas CNO Grafik 1.14. Nilai Impor Grafik 1.15. Produksi Beras Grafik 1.16. Indeks Pembelian Barang Tahan Lama dan Kredit Konsumsi Grafik 1.17. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Bitung Grafik 1.18. Arus Penumpang di Bandara Sam Ratulangi Grafik 1.19. Produksi Industri Pengolahan Kelapa Grafik 1.20. Kunjungan Wisman Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Grafik 3.2. Inflasi dan Andil Oktober 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.3. Inflasi dan Andil November 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Desember 2016 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Triwulan IV 2016 (qtq) Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.6. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Grafik 3.7. Inflasi Tahunan Core Traded dan Non Traded Grafik 3.8. Inflasi Tahunan Core traded dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Grafik 3.9. Ekspetasi Harga oleh Konsumen Grafik 3.10. Ekspetasi Harga oleh Pedagang Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan Grafik 4.3. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.4. Pangsa UMKM Grafik 4.5. Pangsa UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara Grafik 4.6. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.7. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.8. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara Grafik 4.9. Lickert Scale Kegiatan Usaha Grafik 4.10. Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Lapangan Usaha Dominan Grafik 4.13. Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Grafik 4.14. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi Utara terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 4.15. Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan YAD Grafik 4.16. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara Grafik 4.17. Komposisi DPK Sulawesi Utara Grafik 4.18. Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik 4.19. Komposisi Kredit Konsumsi Grafik 4.20. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring SKNBI

6 6 7 7 8 9 9 10 10 10 12 13 14 14 15 16 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 30 31 32 32 32 33 33 34 35 35 35 36 36 37 37 37 37 38 38 38 41

vi

Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) Grafik 6.2. Nilai Tukar Petani Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan yang Akan Datang

43 44 45 48 49

vii

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.2. Pangsa Jenis Penggunaan Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 1.4. Pangsa Lapangan Usaha Tabel 2.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 2016 Tabel 2.3. Alokasi Belanja APBN di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.4. Alokasi Anggaran Infrastruktur Strategis 2016 Tabel 3.1. Inflasi Januari 2017 Tabel 3.2. Inflasi Komoditas Utama Sulawesi Utara Januari 2017 Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (Ribu Jiwa) Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Tabel 6.5. TPT Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi (%) Tabel 6.6. Indikator Keadaaan Kesejahteraan

5 5 11 11 19 19 20 20 26 27 45 46 46 46 46 47

viii

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48)

C PDRB Sektoral 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

1. Ekspor (ribu USD) 2,748,852 2,921,078 2,427,757 2,140,307 10,237,993 2,460,036 2,852,328 2,231,129 2,663,362 10,206,855

2. Impor (ribu USD) 18,790 12,040 12,080 29,210 72,120 37,270 52,870 23,900 47,930 161,970

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 46 47 48 48

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 28 29 29 29

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 18 19 20 20

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 341 349 349

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 286 294 294

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 282 282

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 12 12 12

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,195 37,195 39,637 40,521 40,593 39,186 39,186

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 37,652 37,652

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2015 2016

i

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

INDIKATOR

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan - -

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi - - -

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,500 1,025 2,451 1,289 7,265

- Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7,208 707 2,464 1,791 2,789 7,752

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99,513 373,823 102,698 100,895 82,472 84,940 371,005

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,973 2,609 2,242 2,321 10,145

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,679 1,576 1,375 1,348 1,495

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 44 40 39 47 43 49 41 37 37 41

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2.10 2.37 2.65 2.86 2.49 3.15 2.47 2.74 2.81 2.79

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 1.87 2.59 2.91 3.48 2.71 3.08 2.87 2.52 4.25 3.18

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2015 2016

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara menunjukan tren peningkatan... Anggaran pendapatan dan belanja APBD Sulawesi Utara tahun

Perkembangan Ekonomi Makro Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara menunjukan tren meningkat, tercermin dari peningkatan pertumbuhan PDRB Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (6,01%). Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak triwulan II 2014 dan melanjutkan tren peningkatan ekonomi yang berlangsung sejak awal tahun 2016. Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Utara relatif sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia sebagaimana proyeksi triwulan IV 2016 sebesar 6,43% (yoy)1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV 2016 tersebut didorong oleh peningkatan ekspor di sisi penggunaan, sementara itu di sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian, konstruksi, transportasi dan jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy) pada triwulan IV 2016. Namun demikian, secara spasial di kawasan Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara masih relatif cukup rendah. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara hanya menempati urutan kelima dibandingkan dengan 6 (enam) provinsi di kawasan Sulawesi atau hanya lebih tinggi dari Sulawesi Tengah. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 juga tumbuh meningkat, yaitu sebesar 6,17% (yoy) dibanding tahun sebelumnya (6,12%). Realisasi pertumbuhan tersebut menunjukkan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang mengalami tren penurunan sejak tahun 2013 hingga 2016. Adapun realisasi pertumbuhan tahun 2016 juga relatif sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 6,15% (yoy)2. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 tersebut didorong oleh peningkatan ekspor di sisi penggunaan, sementara itu di sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja lapangan usaha pertanian, perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi makan minum, dan jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,02% (yoy) pada tahun 2016. Namun demikian, secara spasial di kawasan Sulawesi, kinerja perekonomian Sulawesi Utara tahun 2016 relatif cukup rendah. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara hanya menempati urutan kelima dibandingkan dengan 6 (enam) provinsi di kawasan Sulawesi atau hanya lebih tinggi dari Sulawesi Barat. Memasuki triwulan I 2017, perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan perekonomian tumbuh melambat dibanding triwulan IV 2016. Pada periode tersebut, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 5,9%-6,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya kinerja perekonomian pada triwulan pertama 2017 dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan komponen ekspor. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan akan disebabkan oleh kinerja kategori pertanian dan kategori-kategori yang merupakan cerminan sektor pariwisata.

Keuangan Pemerintah Anggaran pendapatan APBD Sulawesi Utara tahun 2016 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh naiknya pendapatan transfer dari pemerintah pusat, sedangkan PAD Sulawesi Utara mengalami penurunan. Dampak

1 Publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara periode November 2016 2 Publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara periode November 2016

2

2016 meningkat dibanding tahun sebelumnya... Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 rendah, terkendali dan berada di bawah batas kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia...

menurunnya PAD tersebut menyebabkan rasio kemandirian pendapatan Sulawesi Utara semakin rendah. Di sisi lain, signal positif ditunjukkan oleh realisasi pendapatan yang meningkat dibanding tahun 2015 dan triwulan III 2016. Ketiga sumber pendapatan mengalami peningkatan sehingga mendorong realisasi pendapatan meningkat. Dari sisi belanja, anggaran belanja juga meningkat dibanding periode sebelumnya yang didorong oleh peningkatan anggaran belanja modal dan non-modal. Namun, berdasarkan porsinya, jumlah belanja modal masih relatif kecil dibanding belanja non-modal, sehingga masih terdapat ruang peningkatan bagi pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara. Dalam hal penyerapannya, anggaran belanja terealisasi cukup baik, namun masih di bawah level realisasi 90%. Berbeda halnya dengan realisasi alokasi APBN di Sulawesi Utara, realisasi alokasi APBN masih di bawah level 90%, namun dengan porsi belanja modal yang lebih besar dibanding belanja pegawai. Sementara belanja pegawai terealisasi dengan baik, namun belanja modal khususnya beberapa proyek infrastruktur prioritas belum terealisasi dengan optimal. Untuk meningkatkan realisasi penggunaan anggaran, pemerintah perlu menyiapkan upaya khusus. Hal tersebut cukup penting mengingat banyak proyek infrastruktur strategis yang akan dan sementara dibangun. Upaya yang perlu disiapkan yakni percepatan proses lelang proyek, monitoring realisasi fisik dan anggaran, dan memastikan penyampaian laporan realisasi anggaran tepat waktu, mengingat penyaluran DAK nantinya berdasarkan perkembangan realisasi anggaran. Hal-hal tersebut merupakan bentuk Sulawesi Utara turut ikut dalam semarak pembangunan negeri.

Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 rendah, terkendali dan berada di bawah batas kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,35% (yoy), lebih rendah dari triwulan III 2016 (2,28%) dan tahun 2015 (5,56%). Secara bulanan, angka IHK pada bulan Oktober tercatat inflasi yang rendah sebesar 0,01% (mtm), kemudian meningkat tajam pada bulan November sebesar 2,86%, dan pada bulan Desember mencatat deflasi sebesar 1,52%. Adapun realisasi inflasi 0,35% (yoy) tersebut berada di bawah batas sasaran inflasi Bank Indonesia tahun 2016 sebesar 41%. Memasuki awal triwulan I 2017, inflasi tercatat cukup tinggi dan mengalami peningkatan. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara pada bulan Januari 2017 mencatat inflasi sebesar 1,10% (mtm), lebih tinggi dari bulan Desember 2016 (-1,52%). Inflasi bulanan tersebut juga lebih tinggi dari inflasi historis Januari 5 tahun terakhir. Secara tahunan, inflasi bulan Januari 2017 tercatat sebesar 1,63% (yoy), lebih tinggi dari bulan Desember 2016 (0,35%). Melihat realisasi inflasi Januari dan perkiraan inflasi pada Februari dan Maret, Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada triwulan I 2017 sebesar 3,01% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan sebelumnya (0,35% yoy). Berbagai upaya dilakukan oleh TPID Sulawesi Utara untuk mencapai sasaran inflasi. Pada Oktober 2016, TPID Sulawesi Utara bersama dengan TPID Kab/Kota telah menyepakati Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara periode 2016-2019. Fokus pengendalian inflasi akhir tahun menjadi agenda utama TPID Provinsi maupun Kab/Kota pada November dan Desember 2016. Selanjutnya, rapat koordinasi TPID Se-Sulawesi Utara telah dilaksanakan pada Desember untuk membahas pengendalian harga dan ketersediaan bahan pokok strategis menjelang Natal dan Tahun Baru 2017. Untuk tahun 2017, upaya pengendalian inflasi akan dilaksanakan sesuai dengan Roadmap yang telah disusun. Upaya pengendalian inflasi semakin diperkuat melalui penyelarasan program pengendalian inflasi 2017.

3

Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga... Pada triwulan IV 2016, nilai nominal transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan peningkatan

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut. Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan kondisi bahan baku meski pada level yang masih relative terbatas untuk industri pengolahan. Hal tersebut mengurangi tekanan akan kerentanan sektor korporasi, melihat pangsa ekspor Sulawesi Utara yang didominasi hasil olahan industri pengolahan. Disisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKE) masih berada pada level yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Penurunan IKE sejalan dengan menurunnya pertumbuhan konsumsi RT pada PDRB periode laporan. Di sisi perkembangan indikator utama perbankan, pertumbuhan DPK tercatat membaik meski masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Membaiknya pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh pertumbuhan positif komponen Deposito yang pada periode sebelumnya mencatatkan kontraksi yang cukup dalam, pada triwulan IV 2016 telah tercatat tumbuh positf. komponen Tabungan sebagai komponen utama pembentuk DPK, mengalami perlambatan pertumbuhan meski masih mencatatkan pertumbuhan positif. Di sisi lain, tekanan terhadap penurunan komponen Giro masih terus berlanjut. Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy) meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,06% (yoy). Secara umum, penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara masih disalurkan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang mencapai 60,3% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan perlambatan pada periode laporan. Sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir yang menunjukkan tren perlambatan mengkoreksi penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk dua lapangan usaha yang mendominasi kredit UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha akomodasi dan makan minum yang erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Sementara itu indikator akses keuangan Sulawesi Utara terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, namun demikian dari sisi penyaluran pembiayaan menunjukkan penurunan. Sebagai upaya agar lembaga keuangan/pembiayaan dapat diakses seluruh lapisan masyarakat Sulawesi Utara yang kemudian diharapkan dapat turut pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sekaligus mengatasi kemiskinan, dalam beberapa kurun waktu terakhir Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya memperluas implementasi LKD, memfasilitasi Perjanjian Kerja Sama (PKS) implementasi transaksi pembayaran dan penerimaan Pemda melalui aplikasi kasda online, dan melakukan berbagai sosialisasi dan edukasi GNNT.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pada triwulan IV 2016, nilai nominal transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016. Namun, secara pertumbuhan transaksi SKNBI mengalami perlambatan seiring dengan switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS dalam bertransaksi akibat perubahan batas bawah nilai transaksi RTGS. Sementara itu, kebutuhan uang kartal di Sulawesi

4

dibandingkan triwulan sebelumnya... Keadaan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat... Baik perekonomian maupun inflasi Sulawesi Utara, diperkirakan meningkat pada triwulan II 2017...

Utara mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan kebijakan dan kegiatan penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai serta pengelolaan uang tunai Rupiah. Bank Indonesia melakukan berbagai upaya di Sulawesi Utara seperti kas titipan, kas keliling, pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), pemberantasan uang palsu, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), Layanan Keuangan Digital (LKD), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan kewajiban penggunaan uang Rupiah serta sosialisasi uang Rupiah Tahun Emisi 2016.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan pada periode Agustus 2016. Hal tersebut tercermin dari penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 6,18% dari 9,03% pada tahun sebelumnya, sehingga jumlah tenaga kerja mencapai 1.111 ribu jiwa dengan penyerapan tenaga kerja periode Agustus 2016 sebanyak 111 ribu jiwa. Penyerapan tenaga kerja terjadi didorong oleh meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian sebagai dampak program pertanian pemerintah dan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca. Sejalan dengan keadaan ketenagakerjaan, kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara menurun dari 8,98% menjadi 8,20% pada tahun 2016. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari perbaikan pertumbuhan NTP. Selain dampak pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang rendah, meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga didukung oleh program pengentasan kemiskinan pemerintah daerah ODSK3 menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan berada pada kisaran 6,0-6,4% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2017. Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yaitu kinerja pertanian, industri, perdagangan, konstruksi dan sektor pariwisata. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan akan ditopang oleh konsumsi. Untuk keseluruhan tahun 2017, kategori utama Sulawesi Utara masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, terdapat beberapa tantangan dan risiko yang membayangi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang perlu menjadi perhatian. Pada triwulan kedua 2017, tekanan inflasi Sulawesi Utara diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017, namun demikian masih berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 41%. Inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,131% (yoy) pada triwulan II 2017. Secara bulanan, inflasi terjadi di bulan Mei dan Juni, sedangkan pada bulan April diperkirakan mengalami deflasi. Namun terdapat beberapa risiko yang tetap perlu menjadi perhatian khususnya kenaikan tarif dan harga komoditas administered prices.

3 OSDK: Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (Program Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw)

5

Bab I.

Perkembangan Ekonomi Makro

1.1. PDRB - JENIS PENGGUNAAN

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara baik pada triwulan IV 2016

dan keseluruhan tahun 2016 didorong oleh

peningkatan pertumbuhan ekspor.

Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara yang lebih tinggi tertahan oleh

perlambatan pertumbuhan konsumsi baik

rumah tangga dan pemerintah serta

perlambatan pertumbuhan investasi.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan kontribusinya, konsumsi rumah

tangga masih menjadi penopang utama

perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa

mencapai 45%. Setelah konsumsi rumah

tangga, investasi menjadi penopang ekonomi

Sulawesi Utara dengan pangsa 34%. Adapun

investasi didominasi oleh investasi bangunan

dengan pangsa sebesar 94%. Kemudian,

konsumsi pemerintah memiliki kontribusi

sebesar 17% terhadap ekonomi Sulawesi

Utara.

Tabel 1.2. Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Memasuki triwulan I 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Perlambatan tersebut diperkirakan

disebabkan oleh kinerja ekspor yang

melambat.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Sulawesi Utara pada triwulan IV

2016 tumbuh melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Konsumsi rumah tangga kembali

mengalami perlambatan pertumbuhan,

demikian pula halnya konsumsi pemerintah

kembali mengalami penurunan. Perlambatan

kedua komponen ini menjadi penahan laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada

triwulan IV 2016.

Konsumsi rumah tangga yang tumbuh

melambat terkonfirmasi dari hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia. Berdasarkan hasil

survei tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) pada triwulan IV 2016 mengalami

penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perlambatan konsumsi juga

tercermin dari kredit konsumsi yang tumbuh

melambat. Kredit konsumsi perseorangan di

Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 tumbuh

melambat dari 5,93% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 5,56% pada triwulan IV

2016.

2015 (% yoy)

Total III IV Total

Konsumsi Rumah Tangga 6.37 5.96 5.52 6.27

Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 0.25 5.60 2.67 4.76

Konsumsi Pemerintah 9.94 (1.50) (6.55) 2.32

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9.52 5.86 1.62 6.29

Perubahan Inventori (63.28) (34.43) (34.79) (55.37)

Ekspor (11.70) (2.80) 53.37 0.14

Impor (0.88) 18.79 (14.15) 28.53

Net Ekspor Antarprovinsi (0.74) (12.10) 12.41 (7.48)

Total 6.12 6.01 6.49 6.17

Jenis Penggunaan2016 (% yoy)

2015 (%)

Total III IV Total

Konsumsi Rumah Tangga 45.8 44.9 44.0 45.3

Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 2.0 2.0 2.0 2.0

Konsumsi Pemerintah 17.8 16.7 16.8 17.3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 34.0 34.0 34.4 34.2

Perubahan Inventori 0.0 0.0 0.0 0.0

Ekspor 14.6 14.3 15.3 14.4

Impor (termasuk net impor antardaerah) 14.2 11.9 12.5 13.2

Total 100.0 100.0 100.0 100.0

Jenis Penggunaan2016 (%)

6

Grafik 1.1. Konsumsi Rumah Tangga, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Kredit Konsumsi

Di tengah perlambatan konsumsi, jumlah

tabungan rumah tangga di perbankan umum

Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan,

sehingga dapat disimpulkan perlambatan

konsumsi disebabkan oleh tingkat daya beli

masyarakat yang terbatas. Jumlah tabungan

perseorangan di perbankan umum pada

triwulan IV 2016 tercatat sebesar Rp 10,70

triliun, tumbuh melambat menjadi 7,02% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya (12,28%).

Terbatasnya tingkat pendapatan masyarakat

sebagai akibat dari perkembangan harga

beberapa komoditas pertanian yang stagnan

dengan kecenderungan menurun pada akhir

tahun seperti kelapa, cengkih, pala, dan juga

beras. Penurunan harga komoditas-komoditas

tersebut terjadi seiring dengan peningkatan

produksi dan panen raya khususnya komoditas

cengkih. Di samping itu, terbatasnya daya beli

masyarakat tidak terlepas dari belum

normalnya produksi industri pengolahan

khususnya pengolahan ikan di daerah Bitung-

Sulawesi Utara yang berdampak pada

pemberhentian tenaga kerja di industri

tersebut. Kondisi ini terkonfirmasi dari

pertumbuhan kinerja kategori industri

pengolahan yang terus mengalami tren

perlambatan.

Grafik 1.2. Tabungan dan Kinerja Kategori Industri Pengolahan

Dari sisi pemerintah, penurunan konsumsi

pada triwulan IV 2016 terutama disebabkan

oleh penundaan penyaluran anggaran pusat

ke daerah. Penundaan tersebut merupakan

dampak dari penerimaan perpajakan dalam

APBNP 2016 lebih rendah dari yang

ditargetkan. Hal ini menyebabkan persentase

realisasi belanja pemerintah daerah di

Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016

mengalami penurunan. Dampak dari hal

tersebut yaitu terdapat beberapa paket proyek

infrastruktur yang gagal dilelang dan belum

dibayarkan.

Untuk keseluruhan tahun 2016, kinerja

konsumsi rumah tangga dan pemerintah

mengalami perlambatan dibandingkan tahun

sebelumnya. Terbatasnya daya beli

masyarakat seiring penurunan tingkat

pendapatan menjadi faktor penyebab

perlambatan konsumsi sepanjang tahun 2016.

Sementara itu, penundaan penyaluran

anggaran pusat ke daerah menjadi faktor

penyebab perlambatan konsumsi pemerintah

sepanjang tahun 2016.

Memasuki triwulan I 2017, pengeluaran

konsumsi rumah tangga diperkirakan relatif

stabil dengan kecenderungan meningkat,

sedangkan pengeluaran konsumsi

pemerintah diperkirakan tumbuh meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan

hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) naik dari 116,1 poin

menjadi 124,3 poin pada Januari 2017.

Peningkatan IKK salah satunya didorong oleh

persepsi peningkatan penghasilan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

% yoy

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB Kredit Konsumsi

Indeks Keyakinan Konsumen

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

% yoy

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

Tabungan Kinerja Industri Pengolahan

7

sebagaimana naiknya Upah Minimum Provinsi

(UMP) dari Rp2.400.000 menjadi Rp2.598.000.

Namun, laju pertumbuhan konsumsi rumah

tangga diperkirakan tertahan oleh

perlambatan di sektor pertanian akibat

penurunan produksi seiring curah hujan yang

tinggi pada triwulan I 2017. Selain turunnya

produksi pertanian, berbagai tantangan dan

risiko yang berpotensi menghambat

pengeluaran antara lain kenaikan tarif listrik

sebagaimana pengalihan subsidi tenaga listrik

900 VA yang berlanjut pada bulan Maret.

Sementara itu, konsumsi pemerintah

diperkirakan meningkat seiring dengan

penyaluran anggaran dari pusat ke daerah

serta percepatan pelelangan proyek di awal

tahun.

1.1.2. Investasi (PMTB)

Melemahnya kinerja investasi terutama

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan

investasi bangunan, sebagaimana 94%

investasi di Sulawesi Utara berupa bangunan.

Perlambatan tersebut tercermin dari

pertumbuhan penjualan semen pada triwulan

IV 2016 yang melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Berdasarkan sektornya,

perlambatan terutama disebabkan oleh

investasi sektor pemerintah seiring dengan

penundaan penyaluran anggaran ke daerah.

Hal itu berdampak pada realisasi anggaran

belanja modal mengalami penurunan.

Demikian pula halnya, investasi oleh sektor

rumah tangga juga belum kuat pada triwulan

IV 2016 tercermin dari kredit pemilikan rumah

(KPR) yang tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan

dengan tingkat konsumsi masyarakat yang

cenderung melambat pada triwulan IV 2016.

Adapun penyaluran KPR perbankan di Sulawesi

Utara hingga akhir tahun 2016 sebesar Rp 4,17

triliun.

Grafik 1.3. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Sementara itu, perbaikan investasi mulai

terjadi di sektor swasta, yang tercermin dari

peningkatan kredit investasi pada triwulan IV

2016 dibanding triwulan sebelumnya. Kredit

investasi yang disalurkan oleh perbankan

umum di Sulawesi Utara hingga akhir tahun

2016 sebesar Rp 4,38 triliun. Membaiknya

investasi swasta terkonfirmasi dari likert scale

investasi hasil liaison Bank Indonesia kepada

perusahaan-perusahaan besar di Sulawesi

Utara. Beberapa perusahaan melakukan

investasi berupa pembukaan cabang di

beberapa kabupaten kota di Sulawesi Utara

serta pembelian alat dan mesin dalam rangka

mendukung bisnis. Menurut contact liaison,

investasi tersebut dilakukan untuk

mengantisipasi perbaikan permintaan pada

tahun 2017. Adapun berdasarkan data Badan

Koordinasi dan Penanaman Modal, salah satu

investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) yang besar di Sulawesi Utara pada

triwulan IV 2016 yaitu investasi pada lapangan

usaha kelistrikan yang tercatat sebesar Rp 3,30

triliun seiring dengan gencarnya pembangunan

infrastruktur listrik dalam rangka mendukung

program 35.000 MW pemerintah.

Grafik 1.4. Kredit Investasi dan Likert Scale Investasi dalam Liaison

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0

500,000,000,000

1,000,000,000,000

1,500,000,000,000

2,000,000,000,000

2,500,000,000,000

3,000,000,000,000

3,500,000,000,000

4,000,000,000,000

4,500,000,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

yoyRupiah

Sumber: Bank Indonesia

KPR Pertumbuhan KPR

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

yoy

Sumber: Bank Indonesia

Pertumbuhan Kredit Investasi Likert Scale Investasi

8

Untuk keseluruhan tahun 2016, investasi juga

tumbuh melambat dibanding tahun

sebelumnya. Perlambatan terutama

disebabkan oleh penurunan belanja modal

pemerintah seiring dengan penundaan

penyaluran anggaran ke daerah. Dari sektor

swasta, perlambatan investasi seiring dengan

perlambatan ekonomi dunia dan nasional

sehingga berdampak pada pelaku usaha yang

masih wait & see sebelum melakukan

investasi. Sementara itu, sektor rumah tangga

menjadi penahan laju perlambatan investasi

dimana kredit pemilikan rumah (KPR)

mengalami peningkatan pada tahun 2016

dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan KPR

merupakan dampak positif dari pelonggaran

aturan Loan To Value (LTV) pada Juni 2015. KPR

yang disalurkan perbankan umum di Sulawesi

Utara mencapai Rp 4,17 triliun pada akhir

tahun 2016, yang tumbuh sebesar 7,43% (yoy),

meningkat dibandingkan tahun 2015 (7,19%).

Melihat perkembangan terkini, investasi

diperkirakan tumbuh meningkat pada

triwulan I 2017, meskipun dalam level yang

relatif terbatas. Peningkatan didorong baik

oleh pemerintah dan rumah tangga. Dari

sektor pemerintah, berlanjutnya

pembangunan proyek infrastruktur seiring

dengan penyaluran anggaran tahun 2017 serta

penyaluran anggaran yang ditunda pada tahun

2016. Dari sektor rumah tangga, pelonggaran

LTV pada Agustus 2016 akan mulai berdampak

pada permintaan KPR sehingga mendorong

investasi dalam konstruksi perumahan. Hal

lainnya yang diyakini akan mendorong

investasi yaitu program kebijakan ekonomi

yang terus dikeluarkan oleh pemerintah

khususnya dalam upaya perbaikan iklim

investasi dan perizinannya. Namun demikian,

laju pertumbuhan investasi akan tertahan oleh

sektor swasta. Berdasarkan hasil liaison,

pelaku usaha masih pesimis terhadap

pemulihan ekonomi tahun 2017 sehingga

pelaku usaha belum melakukan ekspansi usaha

atau pun investasi yang cukup tinggi. Hal

tersebut diantisipasi oleh kebijakan Bank

Indonesia dalam menetapkan suku bunga

acuan yakni BI 7-day reverse repo rate yang

saat ini masih tetap dipertahankan pada level

4,75% atau dengan stance pelonggaran

moneter. Tingkat suku bunga tersebut

diharapkan mendorong perbankan untuk

menurunkan tingkat suku bunga kreditnya

yang tentu akan berdampak positif bagi

investasi.

1.1.3. Ekspor-Impor Luar Negeri

Nilai ekspor Sulawesi Utara triwulan IV 2016

tumbuh sebesar 24,78% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya (-8,13%). Sehingga nilai

ekspor Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016

tercatat sebesar USD 266,96 juta. Berdasarkan

komoditasnya, ekspor Sulawesi Utara triwulan

IV 2016 didominasi oleh lemak dan minyak

hewan/nabati dengan pangsa 57% (USD

152,22 juta), kemudian perhiasan/permata

15% (USD 40,78 juta), serta ikan dan udang 9%

(USD 23,08 juta). Berdasarkan negara

tujuannya, Amerika Serikat merupakan tujuan

utama ekspor Sulawesi Utara dengan pangsa

26% (USD 68,08 juta), kemudian Singapura

dengan pangsa 15,5% (USD 41,26 juta) dan

Belanda dengan pangsa 15,3% (USD 40,82

juta).

Grafik 1.5. Nilai Ekspor

Peningkatan kinerja ekspor Sulawesi Utara

menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV 2016. Hal tersebut didorong

oleh peningkatan permintaan dari beberapa

negara mitra dagang seiring dengan mulai

membaiknya perekonomian di beberapa

negara tersebut khususnya pada triwulan IV

2016. Peningkatan permintaan terkonfirmasi

dari perbaikan volume ekspor Sulawesi Utara

(0.40)

(0.30)

(0.20)

(0.10)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

400,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

yoyUSD

Sumber: Badan Pusat Statistik

Nilai Ekspor Growth Nilai Ekspor (sb.kanan)

9

pada triwulan IV 2016, sehingga total volume

ekspor tercatat sebesar 208 juta ton. Hal ini

sejalan dengan peningkatan Purchasing

Manufacturing Index (PMI) beberapa negara

importir tersebut pada akhir tahun 2016.

Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika Serikat pada triwulan

IV 2016 turut membantu peningkatan ekspor

Sulawesi Utara. Nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika Serikat melemah sebesar

3,82% (yoy) pada triwulan IV 2016, setelah

menguat pada triwulan sebelumnya sebesar

5,18%. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika Serikat pada triwulan IV 2016 yaitu

sebesar Rp 13.248,47/USD. Dari sisi internal,

peningkatan ekspor didorong oleh

ketersediaan bahan baku perkebunan baik

kelapa, cengkih maupun pala seiring dengan

membaiknya cuaca. Meningkatnya produksi

bahan baku tersebut terkonfirmasi dari hasil

liaison kepada pelaku usaha pengolahan

kelapa dan pala. Adapun peningkatan nilai

ekspor terjadi pada tiga komoditas utama

Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 yaitu

lemak dan minyak nabati, perhiasan/permata

serta ikan dan udang. Di sisi lain, harga

komoditas dunia khususnya coconut oil (CNO)

yang merupakan ekspor utama Sulawesi Utara,

menunjukan tren meningkat pada tahun 2016

dan masih tumbuh tinggi pada triwulan IV

2016, meskipun relatif sedikit melambat

(38,3% yoy) pada akhir tahun 2016 dibanding

triwulan sebelumnya (43,4%). Harga CNO pada

triwulan IV 2016 yaitu sebesar USD

1.551,25/MT.

Grafik 1.6. Volume Ekspor

Grafik 1.7. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat

Untuk keseluruhan tahun 2016, nilai ekspor

Sulawesi Utara mengalami perbaikan,

meskipun masih tercatat kontraksi. Nilai

ekspor Sulawesi Utara tahun 2016 terkontraksi

sebesar 0,04% (yoy), membaik dibandingkan

kontraksi tahun sebelumnya (-13,21%). Total

ekspor Sulawesi Utara pada tahun 2016

tercatat sebesar USD 1,02 miliar. Berdasarkan

komoditasnya, ekspor tahun 2016 didominasi

oleh lemak dan minyak hewan/nabati (64,95%)

dan perhiasan/permata (12,69%). Berdasarkan

negara tujuannya, Amerika Serikat masih

merupakan negara utama tujuan ekspor

(29,36%), diikuti Belanda (15,50%) dan

Tiongkok (10,24%).

Perbaikan ekspor tersebut mendorong

peningkatan kinerja komponen ekspor dan

pertumbuhan ekonomi tahun 2016. Namun

demikian, peningkatan kinerja ekspor

keseluruhan tahun 2016 berbeda dengan

peningkatan ekspor pada triwulan IV 2016.

Pada keseluruhan tahun, ekspor lebih

didorong oleh perbaikan harga komoditas

dunia khususnya CNO, namun jumlah volume

ekspor Sulawesi Utara mengalami penurunan

sejalan dengan pemulihan ekonomi global

yang belum kuat. Adapun rata-rata harga CNO

pada tahun 2016 yaitu sebesar USD 1.472/MT,

meningkat sebesar 32,46% (yoy) dari USD

1.111/MT di tahun sebelumnya. Sedangkan

volume ekspor tahun 2016 turun sebesar

12,43% (yoy), lebih dalam dari penurunan pada

tahun sebelumnya (-0,74%), sehingga volume

ekspor Sulawesi Utara pada tahun 2016

tercatat sebesar USD 964 juta.

(0.30)

(0.20)

(0.10)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

yoyTon

Sumber: Bank Indonesia

Volume Ekspor Growth Volume Ekspor (sb.kanan)

(0.10)

(0.05)

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

13,000

13,500

14,000

14,500

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

yoyRp/1 USD

Sumber: Bank Indonesia

Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS

Growth Nilai Tukar Rp thd Dollar AS (sb.kanan)

10

Grafik 1.8. Nilai Ekspor

Grafik 1.9. Harga Komoditas CNO

Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara

mengalami penurunan pada triwulan IV 2016.

Penurunan tersebut tercermin dari

melambatnya nilai impor Sulawesi Utara, yakni

tumbuh 64,03% (yoy), lebih rendah dari tahun

sebelumnya (98,18%). Penurunan pada

triwulan IV 2016 terutama disebabkan oleh

base-effect impor barang konsumsi gandum-

ganduman sebesar USD 6,71 juta pada

triwulan IV 2015 yang menyebabkan

penurunan pada triwulan IV 2016. Impor

gandum-ganduman tersebut merupakan

impor beras yang dilakukan untuk mendukung

ketersediaan bahan pangan utama di Sulawesi

Utara yang pada saat itu mengalami

kekurangan sebagai dampak El Nino 2015.

Apabila impor tersebut tidak diperhitungkan,

maka kinerja impor triwulan IV 2016 akan

mencatat peningkatan kinerja. Berdasarkan

kategorinya, impor barang konsumsi turun

sebesar 93% (yoy) dari 132%, barang bahan

baku melambat menjadi 91% (yoy) dari 135%,

dan barang modal mengalami peningkatan

signifikan sebesar 245% (yoy) dari 47%. Pada

triwulan IV 2016, impor Sulawesi Utara

didominasi oleh impor bahan baku dengan

pangsa sebesar 54%, diikuti impor barang

modal 41%, impor barang konsumsi 1,3% dan

impor komoditi lainnya 3,3%. Berdasarkan

negara asalnya, Tiongkok merupakan negara

eksportir utama ke Sulawesi Utara dengan

pangsa sebesar 38%, diikuti oleh Singapura

(24%) dan Malaysia (13%).

Grafik 1.14. Nilai Impor

Meskipun pada triwulan IV 2016 mengalami

penurunan, namun dalam keseluruhan tahun

2016 kinerja impor meningkat. Peningkatan

tersebut tercermin dari peningkatan nilai

impor Sulawesi Utara tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 124,68% (yoy), lebih tinggi dari tahun

sebelumnya (-41,71%). Peningkatan impor

tersebut didorong oleh meningkatnya impor

barang modal yang tumbuh sebesar 420,02%

(yoy), meningkat signifikan dibanding tahun

sebelumnya yang tercatat kontraksi (-73,98%).

Impor barang modal tersebut merupakan

impor mesin kelistrikan yakni boiler yang

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik

sejalan dengan pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 5 dan 6

Lahendong di Tompaso, Kabupaten Minahasa,

Sulawesi Utara selama tahun 2016.

Berdasarkan kategorinya, pada tahun 2016

barang modal mendominasi pangsa impor

yaitu sebesar 53%, diikuti oleh bahan baku 37%

dan barang konsumsi 5%. Berdasarkan negara

tujuannya, sebesar 19% impor berasal dari

Tiongkok, 15% dari Singapura dan 9% dari

Australia.

Berdasarkan perkembangan terkini, kinerja

ekspor Sulawesi Utara pada triwulan I 2017

diperkirakan melambat. Perlambatan

(0.20)

(0.10)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

-

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

1,000,000,000

1,200,000,000

1,400,000,000

2013 2014 2015 2016

yoyUSD

Sumber: Badan Pusat Statistik

Nilai Ekspor Growth Nilai Ekspor (sb.kanan)

(0.20)

(0.10)

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

2014 2015 2016

yoyUSD/MT

Sumber: World Bank

Harga Coconut Oil Growth Harga CNO (sb.kanan)

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV

2015 2016

yoyUSD Juta

Sumber: Badan Pusat Statistik

Nilai Impor Pertumbuhan Nilai Impor (rhs)

11

tersebut terutama disebabkan oleh

perkembangan harga komoditas dunia

khususnya CNO yang cenderung masih berada

di level harga akhir tahun 2016, sehingga

secara pertumbuhan harga tersebut relatif

melambat pada triwulan I 2017. Di samping itu,

produksi bahan baku SDA dalam Sulawesi

Utara yang juga belum kuat memengaruhi

kapasitas produksi industri, khususnya dari

perikanan tangkap. Berdasarkan hasil liaison,

pelaku usaha masih pesimis terhadap

pemulihan ekonomi global tahun 2017. Pelaku

usaha di industri pengolahan komoditas

perkebunan dan perikanan menyatakan

bahwa kinerja usaha tahun 2017 masih penuh

risiko. Adapun dalam rangka mendorong

ekspor, Pemerintah Sulawesi Utara

memperkuat sektor primer yaitu lapangan

usaha pertanian yang merupakan sumber

bahan baku bagi industri pengolahan.

Penguatan lapangan usaha pertanian

dilakukan pemerintah terutama melalui

peremajaan tanaman perkebunan. Bank

Indonesia juga mendukung program dan

strategi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Utara melalui penelitian dan kajian serta

pembentukan klaster yang berorientasi pada

pengolahan komoditas pertanian. Salah satu

penelitian yang dilakukan Bank Indonesia pada

tahun 2016 yaitu penelitian Komoditas Produk

dan Jenis Usaha Unggulan UMKM yang

hasilnya dalam bentuk pemetaan produk dan

jenis usaha unggulan di tiap kabupaten dan

kota di Sulawesi Utara.

1.2. PDRB - KINERJA LAPANGAN USAHA

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV

2016 didorong oleh kategori pertanian,

transportasi yang merupakan cerminan dari

pariwisata, dan jasa keuangan yang

meningkat signifikan. Sementara itu, kategori

utama Sulawesi Utara seperti perdagangan,

konstruksi, dan industri pengolahan

mengalami perlambatan pertumbuhan.

Untuk keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara didorong oleh

kategori pertanian, perdagangan,

transportasi dan juga jasa keuangan yang

meningkat tinggi. Sementara itu, kategori

konstruksi dan industri pengolahan mengalami

perlambatan pertumbuhan kinerja.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan kontribusinya, kategori

pertanian masih menjadi penopang utama

perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa

mencapai 22%. Setelah pertanian, kategori

perdagangan menjadi penopang ekonomi

Sulawesi Utara dengan pangsa 12%. Kemudian,

ada kategori konstruksi dan transportasi yang

masing-masing memiliki pangsa sebesar 11%

terhadap perekonomian Sulawesi Utara.

Tabel 1.4. Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Memasuki triwulan I 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Perlambatan ekonomi akan disebabkan oleh

perlambatan kinerja kategori pertanian dan

sektor pariwisata.

2015 (%)

Total III IV Total

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.55 4.29 5.72 3.67

Pertambangan dan Penggalian 8.41 4.71 3.85 4.42

Industri Pengolahan 2.69 1.80 1.45 1.11

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 15.87 28.56 2.43 17.52

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 2.42 6.31 4.47 3.07

Konstruksi 9.84 5.61 5.76 6.89

Perdagangan Besar dan Eceran 6.00 6.07 4.76 6.05

Transportasi dan Pergudangan 7.38 10.11 10.14 9.24

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.38 16.83 13.69 12.69

Informasi dan Komunikasi 8.99 9.80 9.03 9.20

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.93 14.75 28.36 19.16

Real Estate 7.58 7.37 7.03 7.08

Jasa Perusahaan 8.11 6.86 9.16 6.87

Administrasi Pemerintahan 8.99 1.73 2.03 4.72

Jasa Pendidikan 7.08 2.01 7.87 6.21

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.88 9.23 8.80 8.02

Jasa lainnya 7.56 9.94 9.23 8.64

Total 6.12 6.01 6.49 6.17

Lapangan Usaha2016 (%)

2015 (%)

Total III IV Total

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21.7 22.2 21.5 21.7

Pertambangan dan Penggalian 4.7 4.9 4.7 4.8

Industri Pengolahan 9.5 8.8 8.8 9.0

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.1 0.1 0.1 0.1

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.1 0.1 0.1 0.1

Konstruksi 11.5 11.3 11.8 11.4

Perdagangan Besar dan Eceran 12.4 11.9 12.1 12.1

Transportasi dan Pergudangan 10.6 11.2 11.1 11.0

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.1 2.4 2.3 2.3

Informasi dan Komunikasi 3.8 3.9 3.9 3.9

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.6 3.9 3.9 4.0

Real Estate 3.5 3.4 3.4 3.5

Jasa Perusahaan 0.1 0.1 0.1 0.1

Administrasi Pemerintahan 8.4 8.1 8.6 8.3

Jasa Pendidikan 2.9 2.8 2.6 2.8

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.5 3.4 3.5 3.5

Jasa lainnya 1.5 1.5 1.5 1.5

Total 100 100 100 100

Lapangan Usaha2016 (%)

12

1.2.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja kategori pertanian pada triwulan IV

2016 meningkat seiring dengan perbaikan

cuaca. Membaiknya kondisi iklim tahun 2016

setelah dampak buruk dari El Nino tahun 2015,

mendorong peningkatan luas tanam dan

jumlah produksi pertanian serta produksi

perkebunan tahunan. Pada tahun 2015,

produksi pertanian dan perkebunan

mengalami penurunan seiring dengan gagal

panen akibat El Nino. Namun, pada September

2016, indeks El Nino tercatat menurun menjadi

-0,31 dari 2,06 pada September 2015, sehingga

mendorong peningkatan produksi. Di samping

perbaikan cuaca, peningkatan kinerja

pertanian didorong juga oleh program

pemerintah daerah berupa pencetakan sawah,

bantuan alsintan, bantuan bibit/benih, subsidi

pupuk dan penyuluhan petani. Kedua faktor

utama tersebut mendorong produksi beras

tumbuh 0,29% (yoy) sehingga mencapai

produksi 95.583 ton pada triwulan IV 2016.

Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha juga

menyatakan bahwa supply bahan baku

perkebunan baik kelapa, cengkih dan pala juga

mengalami perbaikan pada triwulan IV 2016

seiring dengan perbaikan cuaca.

Grafik 1.15. Produksi Beras

Sepanjang tahun 2016, kategori pertanian

juga tumbuh meningkat dibandingkan tahun

2015. Peningkatan terutama didorong oleh

perbaikan cuaca pasca El Nino tahun 2015.

Perbaikan cuaca mendorong peningkatan

produksi pertanian. Adapun pada tahun 2015

banyak pertanian tanaman pangan yang

mengalami gagal panen akibat El Nino. Selain

itu, peningkatan produksi didukung juga oleh

program pemerintah, salah satunya

pencetakan sawah. Berdasarkan Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi

Utara, total pencetakan sawah yang dilakukan

pemerintah selama tahun 2016 yaitu sebesar

2.855 ha. Di samping peningkatan produksi

tanaman pangan, peningkatan kinerja

pertanian didukung juga oleh perbaikan

kinerja perikanan tangkap. Namun demikian,

pertumbuhan kinerja pertanian yang lebih

tinggi ditahan oleh perlambatan kinerja

perkebunan tahunan dimana mengalami

penurunan cukup dalam pada awal tahun

akibat masih terasanya dampak El Nino tahun

2015.

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia,

lapangan usaha pertanian diperkirakan

melambat pada triwulan I 2017. Perlambatan

tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca

dengan curah hujan yang tinggi pada triwulan I

2017, sehingga menyebabkan produksi

tanaman pangan mengalami penurunan.

Dampak lainnya juga menyebabkan produksi

perikanan tangkap menurun dikarenakan tidak

bisa melaut dengan kondisi cuaca pada

triwulan I 2017.

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja kategori perdagangan pada triwulan

IV 2016 tumbuh melambat seiring dengan

perlambatan konsumsi baik rumah tangga

maupun pemerintah. Perlambatan konsumsi

rumah tangga disebabkan oleh daya beli

masyarakat yang menurun sehingga

berdampak pada perlambatan aktivitas

perdagangan. Penurunan daya beli

terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia dimana Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) turun dari 119 poin menjadi 116,1 poin.

Penurunan IKK salah satunya disumbang oleh

penurunan Indeks Pembelian Barang Tahan

Lama dari 103,7 pada triwulan III 2016 menjadi

102,7 pada triwulan IV 2016. Masyarakat

cenderung terbatas dalam konsumsi dan

menurunkan aktivitas pembelian durable

goods. Penurunan aktivitas perdagangan

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015

yoyTon

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Produksi Beras Pertumbuhan Prod. Beras (Sb.Kanan)

13

tercermin juga dari pertumbuhan kredit

konsumsi. Kredit konsumsi perseorangan di

Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 tumbuh

melambat dari 5,93% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 5,56% pada triwulan IV

2016. Hingga akhir tahun 2016, kredit

konsumsi yang disalurkan oleh perbankan

umum di Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp

18,66 triliun. Penurunan juga tercermin dari

base-effect impor barang konsumsi gandum-

ganduman sebesar USD 6,71 juta pada

triwulan IV 2015 yang menyebabkan

perlambatan pertumbuhan pada triwulan IV

2016.

Grafik 1.16. Indeks Pembelian Barang Tahan Lama dan Kredit Konsumsi

Untuk keseluruhan tahun 2016, kinerja

kategori perdagangan relatif stabil dengan

kecenderungan meningkat. Berbeda dengan

triwulan IV 2016 yang mengalami

perlambatan, tahun 2016 kinerja perdagangan

sedikit meningkat dari 6,00% (yoy) pada tahun

2015 menjadi 6,05% pada tahun 2016.

Peningkatan kinerja tersebut ditopang oleh

tingginya konsumsi dan aktivitas perdagangan

pada triwulan II 2016 sebagai dampak

penurunan harga bahan bakar minyak (BBM)

pada 1 April 2016, sehingga secara

keseluruhan tahun 2016 kinerja perdagangan

meningkat. Pada triwulan II 2016, kinerja

perdagangan tercatat tumbuh 7,15% (yoy),

meningkat dari 6,44% pada triwulan

sebelumnya. Selain itu, peningkatan

perdagangan juga sedikit ditopang oleh

aktivitas konsumsi oleh wisatawan

mancanegara yang meningkat signifikan pada

tahun 2016.

Memasuki triwulan I 2017, kinerja kategori

perdagangan diperkirakan tumbuh

meningkat seiring dengan peningkatan UMP.

Peningkatan sumber pendapatan seiring yakni

peningkatan UMUM Sulawesi Utara dari Rp

2.400.000 menjadi Rp 2.598.000 juta.

Perkiraan peningkatan diindikasi oleh hasil

Survei Konsumen dimana IKK naik dari 116,1

poin pada triwulan IV 2016 menjadi 124,3 poin

pada triwulan I 2017. Salah satu indeks

pembentuknya yaitu Indeks Pembelian Barang

Tahan Lama dari 102,7 poin menjadi 109 poin.

Selain itu, suku bunga acuan yang tetap

dipertahankan pada stance pelonggaran

moneter diperkirakan akan mendorong

peningkatan kredit konsumsi.

1.2.3. Konstruksi

Kinerja kategori konstruksi pada triwulan IV

2016 tumbuh meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 5 dan 6

Lahendong di Tompaso, Kabupaten Minahasa,

Sulawesi Utara.

Namun, kinerja kategori konstruksi pada

keseluruhan tahun 2016 tumbuh melambat

dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut

merupakan dampak dari penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah sejak

Agustus 2016. Faktor pendorong perlambatan

lainnya yaitu sikap wait & see oleh pelaku

usaha selama tahun 2016 dalam pengambilan

keputusan melakukan ekspansi.

Memasuki triwulan I 2017, kinerja kategori

konstruksi diperkirakan akan meningkat

meskipun cenderung terbatas. Peningkatan

didorong oleh kelanjutan pembangunan

proyek infrastruktur oleh pemerintah seiring

dengan masuknya anggaran tahun 2017 dan

penyaluran anggaran yang ditunda tahun

2016. Kinerja konstruksi juga didukung oleh

kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan

suku bunga acuan yakni BI 7-day reverse repo

rate yang saat ini masih tetap dipertahankan

pada level 4,75% atau dengan stance

pelonggaran moneter, yang diperkirakan

0

5

10

15

20

25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Pertumbuhan Kredit Konsumsi

14

memengaruhi suku bunga kredit investasi.

Kemudian, pelonggaran kebijakan

makroprudensial yaitu aturan down payment

atau LTV kredit kepemilikan rumah pada

Agustus 2016 akan menopang pertumbuhan

kinerja konstruksi. Untuk membantu

mendorong kinerja konstruksi, masalah

pembebasan lahan yang sering menjadi

kendala dalam pembangunan perlu mendapat

perhatian dari pemerintah dan pemangku

kepentingan terkait.

1.2.4. Transportasi

Kinerja transportasi pada triwulan IV 2016

tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong

oleh peningkatan aktivitas perdagangan di

pelabuhan Bitung Sulawesi Utara, baik

perdagangan luar negeri maupun dalam

negeri. Total volume perdagangan barang

pada triwulan IV 2016 mencapai 433,500 ton,

atau mengalami perbaikan meskipun masih

tercatat kontraksi dibandingkan jumlah

volume perdagangan triwulan IV 2015. Selain

itu, peningkatan transportasi juga didorong

oleh peningkatan mobilisasi orang pada

transportasi darat seiring dengan jumlah

wisman yang berkunjung ke Sulawesi Utara

pada triwulan IV 2016 mencapai 11.881 jiwa

atau meningkat sebesar 207,48% (yoy) dari

3.864 jiwa pada triwulan IV 2015.

Grafik 1.17. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Bitung

Untuk keseluruhan tahun 2016, kinerja

kategori transportasi tumbuh meningkat.

Peningkatan kinerja tersebut terutama akan

didorong oleh berlanjutnya kedatangan

wisatawan mancanegara khususnya dari

Tiongkok ke Sulawesi Utara sebagai dampak

dari kerjasama program direct charter flight

antara pemerintah, maskapai serta tour and

travel agent. Untuk mendukung sektor

pariwisata, Bandara Sam Ratulangi sendiri juga

telah diizinkan untuk beroperasi selama 24 jam

sehari sejak Agustus 2016. Adapun dampak

dari program direct charter flight tersebut,

jumlah penumpang baik datang maupun

berangkat pada tahun 2016 di Bandara Sam

Ratulangi mencapai 2.584.866 orang, lebih

tinggi dari tahun 2015 yang tercatat sebesar

2.086.267 orang. Pertumbuhan tersebut

sebesar 23,90% (yoy) pada tahun 2016, lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan 5,84% pada

tahun 2015. Selain itu, adanya pembukaan

layanan rute baru oleh beberapa maskapai

pada tahun 2016 juga menjadi pendorong

pertumbuhan kinerja kategori transportasi.

Grafik 1.18. Arus Penumpang di Bandara Sam Ratulangi

Memasuki triwulan I 2017, kinerja kategori

transportasi diperkirakan tumbuh melambat,

namun masih akan mencatat pertumbuhan

yang cukup tinggi. Perlambatan tersebut

disebabkan peningkatan jumlah wisman tidak

setinggi semester II 2016. Melihat tren jumlah

wisman yang datang dari Juli hingga Desember

2016, jumlah wisman mengalami penurunan.

Dari sisi transportasi laut, perlambatan ekspor

diperkirakan menyebabkan aktivitas bongkar

muat di pelabuhan mengalami penurunan.

1.2.5. Industri Pengolahan

Pada triwulan IV 2016, kinerja industri

pengolahan mengalami perlambatan yang

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

yoyTon

Sumber: PT Pelindo IV, Bitung

Total Barang Pertumbuhan Total Barang (rhs)

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

2014 2015 2016

yoyOrang

Sumber: PT Angkasa Pura I, Bandara Sam Ratulangi

Jumlah Penumpang Pertumbuhan Penumpang (rhs)

15

disebabkan oleh perlambatan pada industri

selain industri makanan dan minuman.

Adapun industri makanan dan minuman

merupakan industri terbesar dengan pangsa

sebesar 85% terhadap total output industri

pengolahan. Pada triwulan IV 2016 industri

tersebut tumbuh meningkat sebagai dampak

dari peningkatan produksi perkebunan yakni

kelapa, cengkih dan pala. Hal tersebut

terkonfirmasi dari hasil liaison yang dilakukan

kepada salah satu pelaku usaha di industri

pengolahan kelapa yang menyatakan bahwa

supply bahan baku komoditas perkebunan

mengalami perbaikan. Perbaikan pasokan

terjadi seiring dengan perbaikan kondisi iklim.

Peningkatan produksi industri pengolahan

berdampak positif bagi perkembangan ekspor

Sulawesi Utara. Namun demikian, industri

selain makanan dan minuman secara agregat

mengalami penurunan kinerja. Salah satu

industri tersebut yaitu industri barang galian

bukan logam yang mengalami penurunan

sebagai dampak penertiban izin pertambangan

yang dilakukan oleh Pemerintah Sulawesi

Utara. Sehingga, secara total industri

mengalami perlambatan pertumbuhan.

Turunnya industri selain makanan dan

minuman juga mengkonfirmasi bahwa

turunnya konsumsi masyarakat, karena

industri tersebut merupakan industri y