Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Hak atas pangan merupakan bagian yang penting dalam bagian hak asasi manusia. Tingkat mutu Pola konsumsi pangan yang masih belum beragam, bergizi dan seimbang di Indonesia terutama di Sulawesi Utara menunjukan bahwa keadaan ketahanan pangan yang belum maksimal. Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil survei Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara, dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) baru sebesar 87,8 atau kurang dari skor PPH ideal sebesar 100 (BKP SULUT, 2011). Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dan tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan Pangan itu sendiri tidak semata-mata hanya mencakup aspek produksi saja, tetapi mencakup aspek yang lebih luas yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi . Aspek konsumsi merupakan merupakan bagian penting dalam mencapai ketahanan pangan yang maksimal. (BKP SULUT, 2011). Program diversifikasi merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang dapat membantu terwujudnya pola 1

Transcript of Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Page 1: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, mengingat

pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Hak atas pangan merupakan bagian

yang penting dalam bagian hak asasi manusia. Tingkat mutu Pola konsumsi pangan

yang masih belum beragam, bergizi dan seimbang di Indonesia terutama di Sulawesi

Utara menunjukan bahwa keadaan ketahanan pangan yang belum maksimal. Hal ini

ditunjukan berdasarkan hasil survei Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara, dari

skor Pola Pangan Harapan (PPH) baru sebesar 87,8 atau kurang dari skor PPH ideal

sebesar 100 (BKP SULUT, 2011).

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dan tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan Pangan itu sendiri tidak semata-

mata hanya mencakup aspek produksi saja, tetapi mencakup aspek yang lebih luas

yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi . Aspek konsumsi merupakan merupakan

bagian penting dalam mencapai ketahanan pangan yang maksimal. (BKP SULUT,

2011).

Program diversifikasi merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang

dapat membantu terwujudnya pola pangan harapan yang maksimal.Pemerintah

Indonesia sejak tahun 1960-an telah merintis upaya perbaikan kualitas makanan dan

gizi keluarga melalui berbagai program atau kegiatan perbaikan menu makanan

rakyat. Upaya tersebut diawali dengan pelaksanaan Applied Nutrition Program

(ANP) yang merupakan cikal bakal program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

(UPGK). Kemudian sejak tahun 1990, di Departemen Pertanian untuk memperbaiki

gizi dan peningkatan pendapatan keluarga miskin terutama di pedesaan telah

melaksanakan Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (Badan Ketahanan Pangan

Departemen Pertanian, 2009).

Kegunaan PPH dapat diimplementasikan dalam perencaan kebutuhan

konsumsi dan penyediaan pangan, oleh sebab itu PPH merupakan instrumen untuk

1

Page 2: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik dari segi jumlah maupun komsumsi

pangan menurut jenis pangan, skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan

keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan

kebutuhan konsumsi pangan tahun-tahun berikutnya. Dengan pendekatan PPH, maka

perencanaan produksi dan penyediaan pangan dapat didasarkan pada patokan

imbangan komoditas seperti yang telah terumuskan dalam PPH (9 kelompok pangan),

untuk mencapai sasaran kecukupan pangan dan gizi penduduk).

Konsumsi pangan yang tidak beragam, menu makanan, mutu gizi dan status

gizi sangat berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasaan, semakin tinggi

skor mutu gizi konsumsi pangan semakin kecil pula resiko penyakit sehingga

hasilnya berdampak pada pembangunan sumber daya manusia yang sehat, tangguh

fisik, mental dan cerdas. Oleh sebab itu pendekatan pembangunan kesehatan pangan

perlu diarahkan untuk mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, dan seimbang,

dengan jalan menumbuhkan minat melalui Gerakan Percepatan Penganekaragam

Konsumsi Pangan (BKP SULUT, 2011).

Badan Ketahanan Panganmerupakan Lembaga Teknis Daerah yang

merupakan unsur pendukung tugas Gubernur mempunyai tugas melaksankan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang

Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara memiliki

fungsi yang diatur sesuai dengan SK Gub. No. 4 tahun 2010 dan visi yaitu

terwujudnya Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga Menuju Kemandirian

Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat dan mempunyai landasan hukum yaitu

Peraturan Gubernur No.18 Tahun 2010 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (BKP SULUT

2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik membahas tentang

gambaran program diversifikasi pangan di Sulawesi Utara melalui kegiatan magang

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi tahun 2012.

2

Page 3: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

1.2 Tujuan Magang

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan

terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama

menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi,

serta memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1.Bagi Peserta Magang

1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi,sistem

manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternatif

pemecahan masalah (problem solving) yang ada di Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Sulawesi Utara.

3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan

dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat Gizi

Kesehatan Masyarakat.

4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh

manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun di Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

1.2.2.2.Bagi Fakultas dan Tempat Magang

1. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum

dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.

2. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Sulawesi Utara.

3. Membina dan meningkatkan kerja sama antara Fakultas Kesehatan

MasyarakatUniversitas Sam Ratulangidengan Badan Ketahanan

PanganProvinsi Sulawesi Utara.

3

Page 4: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

1.3 Manfaat Magang

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang

Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Gizi Kesehatan Masyarakat.

2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.

3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat

terhadap permasalahan yang ditemukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara.

4. Memperkaya kajian dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat terutama sesuai

bidang minat Gizi Kesehatan Masyarakat.

5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan

masalah kesehatan.

6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.

7. Mendapat bahan untuk penulisan skripsi / karya ilmiah.

1.3.2 Bagi Tempat Magang

1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu

penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

2. Badan Ketahanan Pangan mendapatkan alternatif calon pegawai / karyawan

yang telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.

3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi

dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, trampil dan memiliki

pengalaman kerja.

1.3.3 Bagi Fakultas

1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas

pengajaran.

2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.

4

Page 5: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

3. Terbinanya jaringan kerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan

antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya

manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang

Waktu pelaksanaan magang selama 3 minggu 4 hari, yaitu mulai dari tanggal 25 Juni

2012sampai dengan 19 juli 2012 dan tempat pelaksanaan magang di Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

5

Page 6: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1. Analisis Situasi Umum

2.1.1 Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

2.1.1.1 Tugas Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

Sesuai dengan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Utara, maka

tugas Badan Ketahanan Pangan merupakan unsur pendukung tugas Gubernur yang

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang

bersifat spesifik di bidang ketahanan pangan.

2.1.1.2 Fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Ketahanan Pangan

menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusanan kebijakan teknis.

2. Penyusunan perencanaan, pengkoordinasian, dan pembinaan pelaksanaan

tugas.

3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

ketahanan pangan.

4. Penyelenggaraan urusan administrasi, kesekretariatan, ketersediaan pangan,

distribusi dan harga pangan, konsumsi pangan, dan keamanan dan kerawanan

pangan.

5. Pelaksanaaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

2.1.2. Visi dan Misi Badan Ketahanan Pangan

2.1.2.1 Visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

Berpijak dari visi, misi, sasaran pembangunan pertanian Provinsi Sulawesi Utara,

maka visi Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011-

2015 adalah Terwujudnya Ketahanan Pangan Tingkat Rumah TanggaMenuju

Kemandirian Pangan danKesejahteraan Masyarakat.

6

Page 7: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Pengertian visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara yakni:

1. Ketahanan Pangan adalahkondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

2. Kemandirian Pangan adalahkemampuan produksi pangan dalam negeri (daerah)

yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin

pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik

jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh

sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

2.1.2.2. Misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

1. Meningkatkan profesionalisme, kualitas, kinerja dan pelayanan aparatur

pemerintah bidang ketahanan pangan.

2. Mengembangan koordinasi dan sinergitas peran dan fungsi antar

stakeholder/instansi terkait dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi.

3. Mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam mewujudkan

ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan daerah berbasis sumberdaya

dan budaya lokal.

4. Memantapkan diversifikasi konsumsi pangan sebagai pilar utama dalam

perwujudan ketahanan pangan.

5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan masyarakat sebagai pemacu dan

pemicu pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan.

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan di bidang ketahanan pangan

melalui pengkajian dan analisis ketahanan pangan.

2.1.3. Letak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara terletak dijalan Martadinata No. 9

Manado, Sulawesi Utara.

7

Page 8: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

2.1.4. Ketenagaan

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara memiliki jumlah pegawai

sebanyak 71 pegawai, terdiri dari laki-laki 35 pegawai dan perempuan 36 pegawai

dengan tingkat pendidikan yang beragam: S2 berjumlah 4 pegawai, S1 berjumlah 28

pegawai, D3 berjumlah 3 pegawai, dan SLTA berjumlah 36 pegawai.

2.1.5. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara meliputi 15

kabupaten/kota di Sulawesi Utara, yaitu sebagai berikut:

1. Kabupaten Kepulauan Sangihe

2. Kabupaten Kepulauan Talaud

3. Kabupaten Minahasa

4. Kabupaten Minahasa Selatan

5. Kabupaten Minahasa Utara

6. Kota Tomohon

7. Kabupaten Bolaang Mongondow

8. Kota Manado

9. Kota Bitung

10. Kabupaten Minahasa Tenggara

11. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

12. Kota Kotamobagu

13. Kabupaten Kepulauan SITARO

14. Kabupaten Bolaang Timur

15. Kabupaten Bolaang Selatan

8

Page 9: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

2.2.1.5. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

9

KEPALA BADANIr. P. Rene Hosang, M.Si

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKRETARISIr. Lucia R. Turangan, Msi.

KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN dan

KEUANGAN

Della D. Pontoh, STP, MS

KEPALA SUB BAGIANHUKUM dan

KEPEGAWAIAN

Dra. Ventje F. Malonda

KEPALA SUB BAGIANUMUM

Dra. Jans D. Mongkaren

KEPALA BIDANG KONSUMSI PANGAN

Ir. Grace K.I. Kumaat

KEPALA BIDANG KEAMANAN dan

KERAWANAN PANGAN

Ir. Hilbert Takaendengan

KEPALA BIDANG DISTRIBUSI dan HARGA

PANGAN

Ir. Norry Kapojos

KEPALA BIDANG KETERSEDIAAN PANGAN

Ir. Grietje Andries

KEPALA SUB BIDANG SUMBER DAYA PANGAN

Meity B. Ngantung, SE, MM

KEPALA SUB BIDANG PENGEMBANGAN

CADANGAN PANGAN

Ir. Jaily T. Wangko

KEPALA SUB BIDANG AKSES dan HARGA

PANGAN

Ir. Laila Kiay Mardjo

KEPALA SUB BIDANG DISTRIBUSI PANGAN

Herman Sonda, SPt

KEPALA SUB BIDANG TEKNOLOGI PANGAN

Radhiah Hamadi, STP, Msi.

KEPALA SUB BIDANG PENGANEKARAGAMAN

KONSUMSI PANGAN

Jemmy Jopy Pandey, SE

KEPALA SUB BIDANG MUTU dan KEAMANAN

PANGAN

Ir. Tri Teguh Santoso

KEPALA SUB BIDANG KERAWANAN PANGAN

Drs. P. J. Ronald Sepang

Page 10: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

2.2. Analisis Situasi Khusus

Salah satu bidang dari empat (4) bidang yang ada di Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Sulawesi Utara adalah Bidang Konsumsi Pangan. Di bidang inilah

penempatan selama 4 (empat) minggu pelaksanaan magang.

2.2.1. Deskripsi Tentang Organisasi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara

Bidang Konsumsi Pangan mempunyai struktur organisasi yakni sebagai berikut:

1. Kepala Bidang Konsumsi Pangan

2. Kepala Sub Bidang Teknologi Pangan

3. Kepala Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan

4. Staf-Staf

2.2.2. Tugas dan Fungsi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Sulawesi Utara

2.2.2.1. Tugas Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara

Tugas dari Bidang Konsumsi Pangan ini sesuai dengan Peraturan Gubernur

Sulawesi Utara Nomor 67 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sulawesi Utara yakni Bidang Konsumsi Pangan melaksanakan

tugas penyelenggaraan di Bidang Teknologi Pangan dan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan serta tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

2.2.2.2. Fungsi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Konsumsi Pangan

mempunyai fungsi yakni sebagai berikut:

1. Pemberian pelayanan administrasi dilingkungannya

2. Penyusunan rencana dan pelaporan kegiatan

3. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas konsumsi pangan

4. Penyelenggaraan urusan teknologi pangan

5. Penyelenggaraan urusan penganekaragaman konsumsi pangan

10

Page 11: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Bidang Konsumsi Pangan terdapat 2 (dua) sub bidang yakni Sub Bidang

Teknologi Pangan dan Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan.

Adapun tugas dari kedua sub bidang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tugas Sub Bidang Teknologi Pangan adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan administrasi dan mengkoordinasikan

pelaksanaan tugas.

b. Melakukan pengembangan teknologi pengolahan pangan alternatif khas

daerah.

c. Identifikasi dan pengumpulan bahan/informasi teknologi pangan yang

diterapkan industri rumah tangga serta masyarakat umumnya.

d. Membuat bahan rekomendasi dan sosislisasi teknologi terapan pengolahan

pangan alternatif khas daerah yang padat gizi dimasyarakat.

e. Melakukan monitoring dan fasilitasi penerapan teknologi pengolahan

panganalternatif khas daerah (pangan lokal) pada industri rumah tangga.

f. Melaksanakan uji coba dan rekayasa ulang teknik pengolahan pangan

lokal untuk menghasilkan produk olahan pangan yang bergizi.

g. Menyusun pengembangan makanan tradisional daerah dan makanan khas

nusantara.

h. Membuat bahan pembinaan, sosialisasi dan pengawasan mutu makanan

jajanan.

i. Membuat dan menyusun laporan kegiatan.

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

2. Tugas Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan

a. Melaksanakan pelayanan administrasi dan mengkoordinasikan

pelaksanaan tugas.

b. Menyusun identifikasi jenis dan kemampuan penyediaan pangan lokal

dalam rangka pengembangan penganekaragamanan konsumsi pangan dan

gizi.

c. Membuat bahan/data untuk pelaksanaan gerakan percepatan

pengembangan dan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi berbasis

pangan lokal.

11

Page 12: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

d. Melaksanakan peningkatan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi

aktif mengembangkan penganekaragaman konsumsi sesuai potensi

wilayah.

e. Mengumpulkan dan menghimpun bahan/data dan penyusunan rumus Pola

Pangan Harapan (PPH).

f. Melaksanakan pemantauan pengembangan penganekaragaman konsumsi

pangan dan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan.

g. Menyusun optimasi pemanfaatan pekarangan dan potensi sumber daya

pangan lainnya dalam pengembangan penganekaragaman konsumsi

pangan dan gizi masyarakat.

h. Membuat bahan informasi/data serta analisis pola konsumsi pangan dan

gizi masyarakat.

i. Membuat bahan dalam rangka penyusunan pola bimbingan dan sesuai

sosialisasi penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi masyarakat.

j. Menyusun petunjuk teknis gerakan percepatan penganekaragaman

konsumsi pangan dan gizi.

k. Membuat dan menyusun laporan kegiatan.

l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

12

Page 13: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

BAB III HASIL KEGIATAN

3.1 Uraian Kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi

Utara sejak tanggal 25 juni 2012 sampai dengan tanggal 19 juli 2012 sesuai

dengan Pedoman Magang yang disediakan oleh Panitia Magang.

Adapun dalam pelaksanaan kegiatan magang ini saya ditempatkan di

Bidang Konsumsi Pangan. Dalam pelaksanaan magang ini, kami mengikuti sesuai

hari kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara yaitu dari hari Senin

hingga Jumat. Secara umum kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Pertemuan dengan Kepala Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian sekaligus

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Adapun pertemuan yang dilakukan

menyangkut:

a. Diskusi mengenai gambaran umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara.

b. Diskusi mengenai maksud dan tujuan magang

c. Pengarahan mengenai tempat lokasi kerja di Badan Ketahanan Pangan

Sulawesi Utara.

d. Pembimbingan selama berada di Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara tentang situasi dan permasalahan yang ditemukan pada

bidang Konsumsi Pangan.

1. Diskusi tentang Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang

pangan.

2. Penjelasan mengenai profil Badan Ketahanan Sulut.

2. Mengikuti apel pagi setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat bersama

seluruh staf dan pegawai yang ada di Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara.

13

Page 14: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

3. Mengikuti Ibadah bersama staf dan pegawai yang dilaksanakan setiap hari

Kamis dalam minggu ke II dan IV bulan berjalan.

4. Mencatat dan mengoreksi arsip SK. BKP sulawesi utara.

5. Turun Lapangan dalam rangka Survei Konsumsi Pangan di Kota Bitung

pada hari rabu, 27 juni 2012.

6. Rekapitulasi data Food Recall 24 jam dalam survei Konsumsi Pangan di

Kota Bitung dan Minahasa Selatan.

7. Diskusi dengan petugas survei pola konsumsi makanan di Kota Bitung

8. Diskusi dengan Kepala Bidang Konsumsi Pangan dan Kepala Sub Bidang

Teknologi Pangan, serta Kepala Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi

Pangan.

9. Mengikuti kerja bakti di kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sulawesi Utara.

3.2. Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil kegiatan magang yang dilakukan dari tanggal 25Juni 2012

sampai dengan 19 Juli 2012 di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara,

ditemukan bahwa kualitas konsumsi penduduk sulawesi utara ini diketahui dari

jenis pangan yang dikonsumsi. Jenis pangan yang beraneka ragam merupakan

syarat penting untuk menghasilkan pola konsumsi yang bermutu gizi seimbang.

Parameter yang digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman dan

keseimbangan konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) yang

memuat jenis dan jumlah kelompok pangan yang dianjurkan untuk dikonsumsi

pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

Sesuai hasil analisis data survei Pola konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi

Utara pada tingkat rumah tangga tahun 2011 menunjukan bahwa :

a. Masyarakat Sulawesi Utara mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang masih

kurang dari Angka Kecukupan Energi ideal sebesar 2.000 kkal/hari. Hal ini

ditunjukan dalam jumlah kalori/energi yang dikonsumsi baru sebesar 1.975 kkal

perkapita perhari, jumlah tersebut baru mencapai 98,7% dari rata-rata angka

kecukupan energi ideal sebesar 2.000 kkal (WNPG 2004), namun dilihat dari

klasifikasi tingkat konsumsi pangan termasuk dalam katergori normal.

14

Page 15: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

b. Tingkat mutu pola konsumsi Pangan masyarakat belum beragam, bergizi dan

seimbang. Hal ini ditunjukan dari skor PPH baru sebesar 87,8 atau kurang dari

PPH ideal sebesar 100.

c. Tingkat konsumsi pangan padi-padian menyumbangkan energi sebesar 1.159,5

kkal (58,7%) dari total energi 1.975 kkal. Dimana bahan pangan beras

memberikan kontribusi terbesar yaitu 1.150,2 kkal, selanjutnya terigu 8,6 kkal,

dan jagung 0,7 kkal. Sedangkan konsumsi energi pangan ini sudah melebihi

jumlah konsumsi yang dianjurkan sebesar 1.000 kkal (WNPG2004).

d. Tingkat konsumsi pangan umbi-umbian memberikan kontribusi energi sebesar

69,5 kkal (3,5%) dari total konsumsi energi sebesar 1.975. Dimana, energi

tersebut berasal dari bahan pangan Ketela pohon 55,5 kkal, Ubi jalar 4,4 kkal,

Sagu 0,2 kkal, dan Talas 8,9 kkal, serta kentang 0,6 kkal. Total konsumsi energi

kelompok pangan umbi-umbian masyarakat Sulawesi Utara sebesar 69,5 kkal

yang berarti masih dibawah dari konsumsi energi yang dianjurkan sebesar 120

kkal (WNPG 2004).

e. Tingkat konsumsi pada kelompok pangan hewani menyumbangkan energi

sebesar 196,0 kkal atau 9,9% dari total konsumsi energi 1.975 kkal, yang berarti

konsumsi tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi energi

kelompok pangan yang dianjuran WNPG 2004 sebesar 240 kkal.

f. Tingkat konsumsi pangan pada kelompok pangan minyak dan lemak

memberikan kontribusi energi sebesar 287,2 kkal atau 14,5 % dari total konsumsi

energi sebesar 1.975 kkal, yang berarti konsumsi tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan konsumsi energi kelompok pangan minyak dan lemak yang

dianjurkan dalam WNPG 2004 sebesar 200 kkal.

g. Tingkat konsumsi terhadap kelompok pangan buah/biji berminyak

menyumbangkan energi sebesar 36,9 kkal atau 1,9% dari total konsumsi energi

1.975 kkal, yang berarti konsumsi tersebut masih kurang dari konsumsi energi

kelompok pangan buah/biji berminyak yang dianjurkan dalam WNPG 2004

sebesar 60 kkal. Tingkat konsumsi kelompok pangan sayur dan buah

menyumbangkan energi sebesar 123,6 kkal atau 6,3% dari total konsumsi energi,

yang berarti konsumsi tersebut melebihi total konsumsi energi kelompok pangan

sayur dan buah yang dianjurkan WNPG 2004 sebesar 120 kkal.

15

Page 16: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

h. Tingkat konsumsi kelompok kacang-kacangan menyumbangkan energi

sebesar 40,3 kkal atau 2,0% dari total konsumsi energi tahuin 2011, yang berarti

konsumsi tersebut masih lebih rendah dari konsumsi energi yang dianjurkan

WNPG 2004 sebesar 100 kkal.

i. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap kelompok pangan gula

menyumbangkan energi sebesar 59,8 kkal atau 3,0% dari total konsumsi energi,

yang berarti konsumsi tersebut dibawah konsumsi energi kelompok gula yang

dianjurkan WNPG 2004 sebesar 100 kkal. Selanjutnya hasil survei juga

menunjukan bahwa konsumsi gula pasir memberikan konstribusi sebesar 57,0

kkal, sementara gula aren hanya sebesar 2,8 kkal.

j. Secara umum komsumsi protein masyarakat Sulawesi Utara telah mencapai 54

gram/kapita/hari.

Kebijakan pangan dari pemerintah yang dahulu belum memberikan

perhatian yang seimbang terhadap pangan non-beras (diversifikasi pangan),

disamping itu program pendidikan gizi dan pangan bagi masyarakat juga belum

memadai. Berbagai bahan pangan lokal seperti umbi-umbian, jangung, sagu dan

sebagainya dianggap sebagai bahan pangan alternatif, yang berakibat pada pola

konsumsi pangan masyarakat yang didominasi oleh bahan pangan beras.

Hal ini terlihat jelas dengan data yang ada pada Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Sulawesi Utara yakni konsumsi padi-padian warga Sulawesi Utara sangat

tinggi yakni 60,84% yang telah melebihi target yang ditetapkan yakni 50%. Data

mengenai Pola Pangan Harapan (PPH) Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel3.1

(BKP SULUT 2011).

Tabel 3.1. Konsumsi Energi per Kelompok Pangan dan Skor PPH Berdasarkan Survei Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori

%%AK

EBobo

t

Skor Aktu

al

Skor AKE

Skor Maks.

Skor PPH

Padi-Padian 1159 58,7 58,0 0,5 29,4 29,0 25,0 25,0Umbi-Umbian 69,5 3,5 3,5 0,5 1,8 1,7 2,5 1,7Pangan Hewani 196, 9,9 9,8 2,0 19,8 19,6 24,0 19,6Minyak dan Lemak 287, 14,5 14,4 0,5 7,3 7,2 5,0 5,0Buah/Biji Berminyak 36,0 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 1,0 0,9Kacang-Kacangan 40,3 2,0 2,0 2,0 4,1 4,0 10,0 4,0Gula 59,8 3,0 3,0 0,5 1,5 1,5 2,5 1,5Sayur dan Buah 123, 6,3 6,2 5,0 31,3 30,9 30,0 30,0

16

Page 17: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Lain-Lain 2,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0Total 1975 100 98,7 11,5 96,1 94,9 100 87,8

(Sumber: BKP SULUT, 2011)

Tabel 3.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Seimbang (per kapita perhari) sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional

Kelompok PanganBerat

(gram)Energi(kkal)

%AKE/G Skor PPH

Padi-Padian 275 1000 50,0 25,0Umbi-Umbian 100 120 6,0 2,5Pangan Hewani 150 240 12,0 24,0Minyak dan Lemak 20 200 10,0 5,0Buah/Biji Berminyak 10 60 3,0 1,0Kacang-Kacangan 35 100 5,0 10,0Gula 30 100 5,0 2,5Sayur dan Buah 250 120 6,0 30,0Lain-Lain - 60 3,0 0,0

Total 2000 100 100,0(Sumber: BKP SULUT, 2011)

Berdasarkan perbandingan antara Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, dapat dilihat

bagaimana konsumsi pangan di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya dalam

golongan padi-padian. Terlihat jelas sesuai data yang ada bahwa konsumsi padi-

padian telah melebihi dari PPH ideal yang ditetapkan. Dimana sesuai dengan PPH

Ideal, seharusnya konsumsi padi-padian adalah sebesar 50,0 %AKE/G, namun

pada Tabel 3.1 terlihat konsumsi padi-padian di Sulawesi Utara telah melebihi

PPH ideal yakni sebesar 61,3%AKE.Adapun kelompok Pangan Hewani, kacang-

kacangan yang masih jauh dari angka ideal, serta kelompok pangan yang lainnya

yang belum memenuhi PPH ideal yang ditetapkan.

Hal ini dikatakan menjadi suatu masalah karena terlihat melalui data yang

ada, Pola Pangan Harapan (PPH) di Sulawesi Utara tahun 2011, konsumsi beras

masyarakat melebihi dari PPH ideal, konsumsi umbi-umbian yang belum

memenuhi PPH ideal, pangan hewani yang masih dibawah PPH ideal, dan

kelompok pangan yang lain yang belum sesuai dengan ketentuan ideal PPH yang

ditetapkan sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional yang didapatkan dalam

Hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004, seperti yang terlihat

pada Tabel 3.2.

Berdasarkan hasil analisis data survei pola konsumsi pangan Provinsi

Sulawesi Utara tersebut ditemukan suatu masalah bahwa program diverifikasi

17

Page 18: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

konsumsi pangan yang belum maksimal.Hal ini dilihat dari belum tercapainya

pola konsumsi masyarakat yang bergizi seimbang, beragam, dan aman yang

dinyatakan dalam Pola Pangan Harapan (PPH).

3.3. Alternatif Pemecahan Masalah

Beberapa upaya Badan Ketahanan Provinsi Sulawesi Utara dalam upaya

meningkatkan ketahanan pangan yaitu :

1. Pengembangan industri pangan lokal berupa pemberian fasilitas alat

pengolahan bahan pangan berupa alat penepung di daerah Sanger, Bolaang

Mongondow, Minahasa, Minahasa tenggara yang semuanya 180 kelompok.

2. Pemanfaatan pekarangan rumah berupa kegiatan percontohan desa intensif

pekarangan yang berjumlah 180 kelompok pada tahun 2010 sampai 2012.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan pemberian bibit benih tanaman.

3. Sosialisasi pangan beragam, bergizi dan seimbang di seluruh kabupaten/kota

Provinsi Sulawesi Utara.

4. Setiap tahun dalam memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS), diadakan

lomba cipta menu yang berbahan pangan lokal (umbi-umbian, sagu, jagung)

non beras disertai menyusun menu makan keluarga selama sehari. Lomba ini

dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten,

Provinsi sampai tingkat pusat. Semuanya dilakukan guna meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya Diversifikasi Pangan

5. Pemberian bantuan dana oleh Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara

kepada sekolah-sekolah untuk pengadaan makanan bagi murid-murid di

sekolah. Dalam hal ini pihak sekolah diberi hak mengolah makanan bergizi

seimbang, bervariasi, dan aman.

6. Badan Ketahanan Pangan melaksanakan program penganekaragaman

makananberupa program one day no rice yaitu satu hari tanpa

mengkonsumsi nasi, serta program Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP).

18

Page 19: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Dari beberapa upaya tersebut, dilakukan analisis SWOT untuk

menentukan alternatif pemecahan masalah.

1. Strengtnees (Kekuatan)

a. Adanya kebijakan pemerintah daerah yang tertuang dalam Peraturan

Gubernur Nomor 18 tahun 2010 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragamanan Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

b. Adanya sosialisasi kepada kelompok masyarakat maupun sekolah-sekolah.

c. Adanya bantuan berupa bibit tanaman dan alat pengolahan bahan pangan

pada beberapa kelompok masyarakat.

d. Adanya lomba cipta menu.

e. Terjalin kerjasama antara pihak Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara

dengan Mahasiswa Fakultas Pertanian dalam pengolahan pangan.

2. Weakness (Kelemahan)

a. Kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan karena keterbatasan

tenaga.

b. Belum meratanya pemberian bantuan baik berupa bibit tanaman maupun

alat pengolahan bahan pangan di Provensi Sulawesi Utara.

3. Opportunity (Peluang)

a. Adanya lomba cipta menu dapat merangsang masyarakat dalam

mendukung program diversifikasi ini, yaitu berupa terciptanya beraneka

ragam makanan dari berbagai bahan pangan.

b. Kerjasama dengan Mahasiswa Fakultas Pertanian dalam pengolahan

pangan dapat meningkatkan teknologi pengolahan bahan pangan.

4. Threat (Ancaman)

a. Pembagian daerah sosialisasi yang tidak merata di Sulawesi Utara.

b. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.

Dari penjabaran prioritas masalah dengan menggunakan SWOT, maka

ditemukan alternatif pemecahan masalahnya,sebagai berikut :

1. Meningkatan Sosialisasi program diversifikasi pangan di seluruh

kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

19

Page 20: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

2. Peningkatan bantuan pengadaan alat pengolahan pangan secara merata di

seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

3. Pelatihan dan pemberdayaan kelompok masyarakat melalui pengembangan

industri pangan lokal.

3.4. Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang Sesuai Tujuan dan

Manfaat Magang

3.4.1. Bagi Institusi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

Pelaksanaan magang di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara

diharapkan dapat menghasilkan masukan dan pemikiran baik dalam pelaksanaan

maupun evaluasi kegiatan terhadap masalah-masalah yang ada di Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara terlebih khusus di Bidang Konsumsi

Pangan. Melalui kegiatan magang ini diharapkan dapat menciptakan kerjasama

yang baik antara pihak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara dengan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

3.4.2. Bagi Mahasiswa

Manfaat dari pelaksanaan magang ini bagi mahasiswa sendiri adalah sebagai

berikut:

a. Memperoleh pengalaman dalam kegiatan survei pola konsumsi pangan

masyarakat dan pengetahuan dalam menghitung Pola Pangan Harapan (PPH)

di provinsi Sulawesi Utara.

b. Memperoleh pengetahuan secara menyeluruh tentang bagaimana orientasi

kerja di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.

20

Page 21: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Sekilas Mengenai Diversifikasi Konsumsi Pangan

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi, sehingga ketersediaan

pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala

kemampuannya selalu berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara.

Kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan suatu hal yang sangat strategis.

Oleh karena itu sudah kewajiban pemerintah untuk menyediakan pangan yang

cukup baik dari segi jumlah, mutu dan ketersediaannya yang terjangkau. Sehingga

Kondisi ketahanan pangan dapat terpenuhi sesuai dengan undang-undang No. 7

Tahun 1996 yang menyatakan bahwa pengertian ketahanan pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik

dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam peristilahan

kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia karena konsep tersebut telah

banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar. Kasryno et al. (1993)

memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di

bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi,

konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan

bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang

saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan

pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Kedua penulis tersebut

menterjemahkan konsep diversifikasi dalam arti luas, tidak hanya aspek konsumsi

pangan tetapi juga aspek produksi pangan. Pakpahan dan Suhartini (1989)

menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga

diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras

yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Secara

lebih tegas, Suhardjo dan Martianto (1992) menyatakan dimensi diversifikasi

konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada diversifikasi konsumsi makanan

pokok, tetapi juga makanan pendamping. (Anonim, 2010)

21

Page 22: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Dimensi diversifikasi pangan secara jelas dapat dibedakan antara apa yang

dimaksud diversifikasi produksi pangan atau diversifikasi konsumsi pangan atau

kedua-duanya. Konsep harus dipahami secara jelas, sehingga dimensi mana yang

akan digunakan juga akan jelas, tidak tumpang tindih. Dimensi diversifikasi

konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada pangan pokok tetapi juga pangan jenis

lainnya, karena konteks diversifikasi tersebut adalah untuk meningkatkan mutu

gizi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sebagai usaha untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia.

Upaya diversifikasi pangan masih perlu ditingkatkan guna menurunkan

tingkat ketergantungan masyarakat terhadap beras. Sebab saat ini tingkat

konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kilogram (kg) per kapita per

tahun.Dinilai dari segi kesehatan setiap manusia membutuhkan gizi seimbang

yang bukan diperoleh dari satu jenis saja. Jadi nasi bukan merupakan makanan

satu-satunya penentu kesehatan (Anonim, 2012).

Pemerintah sebagai penjamin terhadap ketersediaan pangan bagi warga

negaranya, tidak bisa hanya terpaku kepada ketersediaan beras saja. Harus ada

suatu diversifikasi pangan untuk menjamin ketahanan pangan. Pola pikir

masyarakat Indonesia harus mampu diubah bahwa pangan itu hanya beras saja,

sehingga budaya “kalau belum makan nasi sama saja belum makan” yang melekat

di warga kita bisa ditanggalkan. Diversifikasi harus digalakkan dengan berusaha

mengkonsumsi atau mengganti pola makan nasi dengan pangan lainnya seperti

mie, ubi, sagu, dan lainnya yang nilai gizi dan kalorinya  setara dengan nasi.

China dan Vietnam mempunyai kebudayaan untuk memakan mie, India

mempunyai kebudayaan memakan roti. Indonesia mempunyai beragam makanan,

seperti Pecel, Gado-gado, Papeda dan lainnya yang tak kalah dengan  China dan

Vietnam dengan mie-nya, dan India dengan rotinya.

Jumlah penduduk Indonesia yang pada saat sekarang ini merupakan suatu

angka yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan  pangannnya, sehingga tak

heran bila ketahanan pangan Indonesia yang tidak pernah tertanggulangi akan

menimbulkan ancaman kelaparan yang akhirnya dapat menimbulkan kerawanan

terhadap kestabilan keamanan bangsa. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemantapan

ketahanan pangan harus dilakukan dengan diversifikasi pangan, mengandalkan

22

Page 23: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

keunggulan keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya

(termaksuk budaya dan kebiasaan pangan) lokal, mengutamakan produksi dalam

negeri, dan menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang

dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau, dan peningkatan pendapatan

masyarakat terutama petani dan  nelayan. (Anonim, 2010)

4.2. Manfaat Diversifikasi Pangan

Hipocrates, seorang filosof Yunani menyatakan bahwa makanan mempunyai

manfaat penting untuk pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit.Dalam

pernyartaannya tersirat bahwa ada zat-zat tertentu dalam makanan yang apabila

dikonsumsi akan membantu membangun kesehatan seseorang. Sebaliknya,

apabila zat tersebut tidak diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, maka dapat

menimbulkan penyakit.Kemudian hasil analisis kandungan gizi pada berbagai

jenis pangan menunjukan tidak ada satu jenis pangan pun yang mengandung zat

gizi yang lengkap yang mampu memenuhi semua zat gizi yang di butuhkan oleh

manusia, kecuali ASI. Itupun hanya untuk bayi yang berusia 4-6 bulan lebih dari

usia itu memerlukan makanan tambahan (Anonim, 2012).

Kebijakan diversifikasi konsumsi pangan sangat diperlukan. Selain

peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dampak positif dari kebijakan

diversifikasi konsumsi pangan antara lain memperkuat ketahanan pangan

Indonesia, meningkatkan pendapatan petani dan agroindustri pangan, serta

menghemat devisa negara (Anonim, 2012).

4.3. Program Diversifikasi Pangan di Sulawesi Utara

Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi anekaragam

pangan dari berbagai kelompok pangan, baik pangan pokok (sumber energi), lauk

pauk (sumber protein nabati dan hewani), sayur maupun buah (sumber vitamin

dan mineral) dalam jumlah yang cukup (Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan,

2010).

Salah satu parameter yang dipakai untuk menilai tingkat keanekaragaman

dan keseimbangan konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH). Secara

fungsional, PPH dapat dikenal dengan istilah konsumsi pangan yang beragam,

23

Page 24: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

bergizi dan berimbang yang dinyatakan dalam skor mutu pangan dengan nilai

100.

Berdasarkan hasil Suvei Konsumsi Pangan tahun 2011 di Provinsi

Sulawesi Utara, ditemukan bahwa konsumsi pangan khususnya golongan padi-

padian telah melebihi target konsumsi yang ditetapkan sesuai Susunan Pola

Pangan Harapan Nasional yang bersumber dari Hasil Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi tahun 2004 yang terlihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukan

bahwa Program Diversifikasi Pangan di Propinsi Sulawesi Utara belum berjalan

secara maksimal. Terjadinya kondisi seperti akibat dari belum maksimalnya

pelaksanaan program dari pihak Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi

Sulawesi Utara sehingga pelaksanaan program belum dapat mencakup seluruh

masyarakat yang ada di Sulawesi Utara.

Dalam pelaksanaan program ini, terdapat kendala yang berasal dari

masyarakat itu sendiri dimana budaya masyarakat Sulawesi Utara dalam hal

konsumsi pangan yang memiliki asumsi bahwa “belum dikatakan makan kalau

belum makan nasi”. Hal ini akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat itu

sendiri akan konsumsi pangan beragam, bergizi, dan berimbang. Selain itu hal ini

diakibatkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan

pekarangan guna menanam berbagai sumber pangan lokal.

Pihak Badan Ketahanan Pangan sendiri telah melakukan berbagai kegiatan

untuk menanggulangi kendala yang ada di masyarakat seperti yang telah

dijelaskan di atas yaitu dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Festival Pangan/ Lomba Cipta Menu tingkat Provinsi. Festival Pangan tahun

2010 dilaksanakan dalam bentuk Lomba Kreasi Cipta Menu Pangan

Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman berbasis Potensi Sumberdaya

Wilayah dan Displey Aneka Olahan Pangan Lokal. Kegiatan ini

dilaksanakan bersamaan dengan acara peringatan Hari Pangan Sedunia

(HPS) ke 30 tahun 2010 Tingkat Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 29

Oktober 2010 di pendopo Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Utara.

b. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi mengenai Program

24

Page 25: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Utara.

c. Pengembangan industri pangan lokal yaitu pemberian fasilitas alat

pengolahan bahan pangan berupa alat penepung di daerah Sangihe, Bolaang

Mongondow, Minahasa, Minahasa tenggara yang semuanya 180 kelompok.

d. Pemanfaatan pekarangan rumah berupa kegiatan percontohan desa intensif

pekarangan yang berjumlah 180 kelompok pada tahun 2010 sampai 2012.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan pemberian bibit benih tanaman.

25

Page 26: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang ada Program Diversifikasi Pangan di Propinsi Sulawesi

Utara belum berjalan secara maksimal, sehingga pola konsumsi makanan belum

memenuhi angka maksimal Pola Pangan Harapan. Terjadinya kondisi seperti

akibat dari belum maksimalnya pelaksanaan program dari pihak Badan Ketahanan

Pangan (BKP) Provinsi Sulawesi Utara yang dapat dilihat dari :

1. Pola Pangan Harapan yang belum mencapai titik maksimal

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pola konsumsi makanan yang

bergizi seimbang, beranekaragam, dan aman bagi kesehatan

3. Kurangnya pelatihan kader dalam menunjang program diversifikasi pangan di

Provinsi Sulawesi Utara dalam mensosialisasikan program diversifikasi.

4. Belum meratanya bantuan bibit tanaman dan alat pengolahan bahan

pangandi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Program diversifikasi makanan tetap harus dilakukan. Selain dapat

meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, juga dapat meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat

tersebut.

5.2. Saran

Berdasarkan masalah tersebut, maka saran yang dapat beberapa hal yang harus

dilakukan yaitu :

1. Harus diadakannya pelatihan tenaga program diversifikasi pangan untuk

mensosialisasikan program diversifikasi pangan. Kerja sama dengan

berbagai pihak seperti sekolah dan kelompok masyarakat dapat membantu

terbentuknya kader atau tenaga diversikasi yang dapat mempromosikan

program-program yang ada.

2. Anggaran Badan Ketahanan Pangan harus ditingkatkan terutama dalam

pengadaan alat pengolahan pangan dan penyediaan bibit tanaman unggul

di masyarakat.

26

Page 27: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

3. Pengawasan juga harus terus dilakukan tershadap semua pihak yang

terkait dalam program diversifikasi pangan ini.

27

Page 28: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat. 2012. Panduan Magang. Manado

Almatsier, Sunita.2009. Prinsip Dasar Ilmi Gizi. PT SUN: Jakarta

Anonim, 2009, Program Diversifikasi, dilihat 18 agustus 2012,

(http://bkp.deptan.go.id/file/petapangan/)

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. 2011:

Profil badan pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan. Manado.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. PT RajaGrafindo

Persada:Jakarta

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

Pangan

Peraturan Daerah Kota Manado No. 05 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja

28

Page 29: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

LAMPIRAN

29

Page 30: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

30

Page 31: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Lampiran 2

Tabel 3.1. Konsumsi Energi per Kelompok Pangan dan Skor PPH Berdasarkan Survei Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori

%%AK

EBobo

t

Skor Aktu

al

Skor AKE

Skor Maks.

Skor PPH

Padi-Padian 1159 58,7 58,0 0,5 29,4 29,0 25,0 25,0Umbi-Umbian 69,5 3,5 3,5 0,5 1,8 1,7 2,5 1,7Pangan Hewani 196, 9,9 9,8 2,0 19,8 19,6 24,0 19,6Minyak dan Lemak 287, 14,5 14,4 0,5 7,3 7,2 5,0 5,0Buah/Biji Berminyak 36,0 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 1,0 0,9Kacang-Kacangan 40,3 2,0 2,0 2,0 4,1 4,0 10,0 4,0Gula 59,8 3,0 3,0 0,5 1,5 1,5 2,5 1,5Sayur dan Buah 123, 6,3 6,2 5,0 31,3 30,9 30,0 30,0Lain-Lain 2,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 1975 100 98,7 11,5 96,1 94,9 100 87,8(Sumber: BKP SULUT, 2011)

31

Page 32: Gambaran Diversifikasi Pangan Sulawesi Utara

Lampiran 3

Tabel 3.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Seimbang (per kapita perhari) sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional

Kelompok PanganBerat

(gram)Energi(kkal)

%AKE/G Skor PPH

Padi-Padian 275 1000 50,0 25,0Umbi-Umbian 100 120 6,0 2,5Pangan Hewani 150 240 12,0 24,0Minyak dan Lemak 20 200 10,0 5,0Buah/Biji Berminyak 10 60 3,0 1,0Kacang-Kacangan 35 100 5,0 10,0Gula 30 100 5,0 2,5Sayur dan Buah 250 120 6,0 30,0Lain-Lain - 60 3,0 0,0

Total 2000 100 100,0(Sumber: BKP SULUT, 2011)

32