Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2010 - bi.go.id · (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2010 - bi.go.id · (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara...
0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI
Manado dituntut berperan sebagai yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 Juni 2010
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 15
Sisi Permintaan halaman 16
Sisi Penawaran halaman 25
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 37
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 37
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Boks 1. Indeks Implisit (Deflator PDRB) Sektor Perekonomian Provinsi Sulawesi Utara
halaman 39
halaman 40
halaman 43
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45
Fungsi Intermediasi halaman 46
Risiko Kredit halaman 54
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
Boks 2.Komitmen Bank Indonesia Dan Perbankan Dalam Mendorong Pengembangan
Sektor Pertanian Di Provinsi Sulawesi Utara
halaman 56
halaman 57
halaman 59
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61
Dana Perimbangan halaman 62
Perkembangan APBD Provinsi halaman 64
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 77
Ketenagakerjaan halaman 77
Kesejahteraan Masyarakat halaman 80
3
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 85
Prospek Ekonomi Makro halaman 85
Prakiraan Inflasi halaman 88
Prospek Perbankan Halaman 90
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 92
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : [email protected] [email protected]
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Kinerja berbagai indikator ekonomi makro nasional menunjukan
adanya tren peningkatan sepanjang triwulan II-2010, hal ini sejalan
dengan perbaikan ekonomi global yang disertai kenaikan harga
komoditas dunia, perbaikan outlook credit rating dan persepsi
internasional terhadap Indonesia. Peningkatan kinerja ini tercermin
dari surplus neraca transaksi berjalan maupun transaksi modal dan
finansial, penguatan nilai tukar rupiah disertai dengan volatilitas
yang menurun, serta cadangan devisa Indonesia yang sampai
dengan akhir triwulan II-2010 mencapai USD76,3 miliar atau setara
dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah. Dengan semakin membaiknya kondisi tersebut,
perekonomian Indonesia secara tahunan di triwulan II-2010
diperkirakan tumbuh mencapai sekitar 6%.
Relatif baiknya perkembangan indikator makro ekonomi nasional
berdampak pula terhadap perkembangan indikator makro
ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Walaupun
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama
tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara di
triwulan II-2010 tumbuh 6,80% (yoy). Perlambatan ini lebih
disebabkan karena di triwulan II-2009 lalu terdapat beberapa event
berskala internasional (World Ocean Conference, Coral Triangle
Summit dan Sail Bunaken) yang berdampak cukup signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut
Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sulawesi Utara adalah kegiatan ekspor dan konsumsi, baik
konsumsi pemerintah maupun swasta. Tiga komoditi utama ekspor
antar negara adalah CNO/CCO (minyak mentah dan kopra),
bungkil sejenisnya, dan RBD CNO (minyak siap pakai dari kopra)
sementara ekspor antar provinsi adalah minyak solar/HSD (curah),
barang campuran, dan barang untuk keperluan proyek. Sedangkan
Kinerja berbagai indikator ekonomi makro nasional menunjukan adanya tren peningkatan sepanjang triwulan II-2010
Relatif baiknya perkembangan indikator makro ekonomi nasional berdampak pula terhadap perkembangan indikator makro ekonomi regional termasuk di
Provinsi Sulawesi Utara.
Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara adalah kegiatan ekspor dan konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun swasta.
6
peningkatan konsumsi seiring dengan peningkatan aktivitas
kampanye menjelang Pilkada (pemilihan kepala daerah) yang akan
berlangsung di 7 kabupaten/kota dan provinsi awal Agustus 2010
serta berlangsungnya beberapa even yang sifatnya musiman
seperti liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Sementara itu,
kinerja investasi tetap tumbuh positif di triwulan II-2010 walaupun
mengalami perlambatan dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Konsentrasi masyarakat dan pemerintah terhadap
penyelenggaraan Pilkada menyebabkan aktivitas investasi berjalan
tidak terlalu optimal selama triwulan laporan.
Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara
relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Namun demikian, secara umum kinerja sektor
ekonomi selama triwulan laporan memperlihatkan perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor ekonomi yang
menjadi andalan masih tertumpu pada sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
bangunan serta sektor pertanian. Relatif stabilnya pertumbuhan di
sektor PHR dan pengangkutan serta meningkat pesatnya
perkembangan sektor pertanian ditunjang oleh beberapa even
yang sifatnya musiman diantaranya dimulainya musim liburan
sekolah dan tahun ajaran baru. Selain itu mulai berlangsungnya
panen raya cengkeh dan aktivitas kampanye menjelang
pelaksanaan Pilkada menjadi salah satu faktor pendorong
meningkatnya aktivitas ekonomi di triwulan laporan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Meskipun menunjukan kecenderungan meningkat, inflasi tahunan
Kota Manado pada triwulan II-2010 masih relatif terkendali. Secara
tahunan inflasi meningkat dari 1,84% (yoy) pada triwulan I-2010
menjadi 4,21% (yoy) pada triwulan II-2010. Angka tersebut masih
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat
sebesar 5,05% (yoy). Peningkatan laju inflasi tahunan Sulawesi
Utara selama triwulan II-2010 disebabkan baik oleh faktor
Meskipun menunjukan kecenderungan meningkat, inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan II-2010 masih relatif terkendali.
Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
7
fundamental maupun non fundamental. Dari sisi fundamental,
tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh faktor interaksi antara
permintaan dan penawaran agregat, sedangkan pengaruh tekanan
eksternal dan ekspektasi inflasi masih minimal dan terkendali.
Sementara itu, dari sisi non fundamental inflasi terutama
dipengaruhi oleh inflasi volatile food.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi selama triwulan II-2010 tertinggi
terjadi pada kelompok sandang tercatat mengalami inflasi 6,84%
(yoy) yang disusul oleh kelompok bahan makanan sebesar 6,39%
(yoy). Inflasi terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan sebesar 1,75% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
sub kelompoknya, inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok
buah-buahan, sayur-sayuran, padi-padian umbi-umbian dan
hasilnya serta kelompok barang pribadi dan sandang lainnya.
Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 membaik,
yang tercermin dari perkembangan positif berbagai indikator
perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan. Laju
pertumbuhan dari total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit
tercatat mengalami pertumbuhan yang positif, walaupun lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu,
fungsi intermediasi perbankan memperlihatkan tren peningkatan
sejak awal triwulan II-2009 sampai dengan triwulan laporan,
tercermin dari meningkatnya prosentase Loan To Deposit Ratio
(LDR) yang mencapai 109,37% di triwulan II-2010. Sejalan dengan
hal tersebut, kualitas kredit yang disalurkan perbankan relatif
stabil, yang ditunjukan oleh rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan) dari 3,72% pada triwulan II-2009 menjadi 3,79%
pada triwulan II-2010. Sementara itu, kredit UMKM juga terus
menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, ditandai
dengan meningkatnya pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
yang mencapai 81,50%, disertai oleh relatif stabilnya kualitas
kredit UMKM yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,80%.
Kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II 2010 membaik, yang tercermin dari perkembangan positif
Berdasarkan kelompoknya, inflasi selama Triwulan II 2010 tertinggi terjadi pada kelompok sandang ..
8
Indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada
triwulan II-2010 secara umum mengalami pertumbuhan positif,
terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah secara
tahunan, sampai dengan posisi bulan Mei 2010 tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 28,64% (yoy). Begitu juga
dengan penyaluran pembiayaan tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 24,11% (yoy). Sementara itu, pengumpulan DPK
mengalami pertumbuhan negatif sebesar -51,57% (yoy). Dengan
kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat
tajam dari 80,18% pada triwulan II-2009 menjadi sebesar
205,52% pada triwulan laporan. Kenaikan yang signifikan pada
FDR tersebut perlu mendapat perhatian sebab peningkatan yang
terjadi merupakan dampak turunnya DPK.
Laju pertumbuhan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) secara tahunan Provinsi Sulawesi Utara di
triwulan II-2010 menunjukan peningkatan apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan
laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan meningkat dari
18.11% (yoy) pada triwulan II-2009 menjadi 33.91% (yoy) atau
menjadi Rp295,2 miliar. Selanjutnya pertumbuhan kredit
meningkat dari 15,01% (yoy) menjadi 23,80% (yoy) atau menjadi
sebesar Rp224,7 miliar. DPK juga mengalami peningkatan
pertumbuhan dari 18,29% (yoy) menjadi 32,23%(yoy) atau
menjadi sebesar Rp212 miliar. Namun demikian, hal ini tidak diikuti
dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan persentase kredit
bermasalah (Non Performing Loan gross) yang mencapai 4,20%
pada triwulan II-2010 dan penurunan rasio LDR dari 111,32%
pada triwulan II-2009 menjadi 106% pada triwulan laporan.
Laju pertumbuhan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit BPR secara tahunan Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II 2010 menunjukan peningkatan.....
Indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan II 2010 secara umum mengalami pertumbuhan positif, terkecuali total DPK.
9
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota
di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai
Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari
pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)
yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang naik
9,17% (yoy) mencapai jumlah Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana
Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami penurunan
sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2010 menunjukan
pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai
dengan triwulan II-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi
Utara telah mencapai Rp589,39 miliar, atau sebesar 55,3% dari
target pendapatan dalam APBD. Sementara itu, realisasi belanja
provinsi sampai dengan triwulan II-2010 mencapai Rp423,57 miliar
atau mencapai 38,7% dari target total belanja dalam APBD, lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 35,8%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada
pada kondisi net outflow sebesar Rp221,63 miliar atau meningkat
13,37%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp195,48 miliar. Jumlah uang kartal yang
dikeluarkan Bank Indonesia Manado meningkat sebesar 47,66%
dari Rp355,29 miliar pada triwulan II-2009 menjadi Rp524,64
miliar pada periode laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang
masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan II-2010 hanya tercatat sebesar Rp303,01
miliar.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke ...
Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow sebesar Rp221,63 miliar atau meningkat 13,37%, .....
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2010 menunjukan pencapaian yang lebih baik...
10
Selama triwulan II-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 97,86%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 49%.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga
selama triwulan laporan adalah sebesar Rp296,52 miliar atau naik
278,66% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado menunjukan adanya penurunan yang signifikan dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang
ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada
triwulan II-2010 hanya tercatat sebanyak 3 lembar yang
keseluruhannya merupakan uang pecahan Rp50.000,00. Jumlah
ini lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
sebanyak 18 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah
sudah cukup baik.
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama
triwulan II-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang
dikliringkan sebanyak 80.399 lembar dengan nilai Rp1.674 miliar
atau meningkat jumlahnya sebesar 2,95% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan
rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode
laporan tercatat sebanyak 1.299 lembar dengan nilai sebesar
Rp27,08 miliar atau tumbuh sebesar 3,48% (yoy). Peningkatan
rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan
positif yang berkelanjutan.
Selama triwulan II-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 97,86%.....
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan II-2010 tercatat mengalami peningkatan...
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado pada triwulan laporan menunjukan penurunan...
11
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi
regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan
II-2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus
menunjukan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara
pada Februari 2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT
(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,48%, merupakan
angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga kerja
baru diperkirakan masih menunjukan perkembangan positif pada
triwulan laporan. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian
masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah
terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan
dan sektor jasa.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan meningkat di triwulan
laporan. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator,
diantaranya Indeks Ekspektasi Penghasilan yang berada pada level
optimis, peningkatan NTP (Nilai Tukar Petani) dan penurunan
tingkat kemiskinan. Indeks Ekspektasi Penghasilan berdasarkan
Survei Konsumen (SK) Kota Manado mengalami sedikit penurunan
dari 136 pada triwulan yang sama periode sebelumnya menjadi
134 pada triwulan laporan, namun masih berada pada level
optimis. Selanjutnya kesejahteraan masyarakat petani terindikasi
mengalami peningkatan yang tercermin dari rata-rata Nilai Tukar
Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II-2010 sebesar
101,47, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yang
tercatat sebesar 101,43. Sementara itu tingkat kemiskinan Provinsi
Sulawesi Utara pada Maret 2010 kembali mengalami penurunan
yang tercatat sebesar 0,69% (yoy), relatif masih lebih rendah
apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan secara nasional.
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal pada triwulan II-2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Utara terus menunjukan perbaikan.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan meningkat di triwulan laporan.
12
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010
diperkirakan tumbuh lebih tinggi atau berada pada kisaran 7,59%
(yoy) ± 0,5%. Laju pertumbuhan pada triwulan III-2010 didukung
oleh pelaksanaan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di 7
Kabupaten/Kota dan Provinsi yang direncanakan akan dilaksanakan
secara serentak pada bulan Agustus 2010. Faktor lain yang
mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010 adalah
perilaku musiman pada saat tahun ajaran baru yang jatuh pada
bulan Juli, bulan suci ramadhan pada bulan Agustus dan hari raya
Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2010. Selain itu,
perayaan pengucapan syukur di bulan Juli 2010 yang merupakan
seremoni rutin yang diselenggarakan oleh sebagian besar
masyarakat Sulawesi Utara setelah masa panen, juga turut
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan III-2010.
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih
mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Konsumsi
masyarakat diperkirakan masih akan mengalami peningkatan,
terkait dengan pola konsumsi musiman menjelang tahun ajaran
baru 2010, seremoni pengucapan syukur, bulan suci Ramadhan
dan peringatan hari raya Idul Fitri. Hal ini juga didukung oleh daya
beli masyarakat yang cenderung meningkat karena adanya
pencairan gaji ke-13 bagi PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR).
Selain itu, pelaksanaan panen raya cengkeh yang sebagian besar
akan berlangsung pada bulan Juli dan Agustus 2010, akan
mendorong kenaikan pendapatan khususnya bagi para petani,
yang pada tahap selanjutnya akan meningkatkan belanja
konsumsi.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010
diperkirakan masih akan ditopang oleh sektor-sektor dominan,
seperti sektor PHR, bangunan, pengangkutan dan komunikasi serta
sektor pertanian.
Perkembangan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh lebih tinggi atau berada pada kisaran 7,59% (yoy) ± 0,5%.
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih mendominasi laju pertumbuhan ekonomi Sulut.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III-2010
13
Outlook Inflasi Regional
Laju inflasi tahunan Kota Manado selama triwulan III-2010
diperkirakan akan cenderung meningkat, lebih tinggi dibandingkan
inflasi pada triwulan III-2009 yang tercatat mengalami deflasi. Laju
inflasi Kota Manado di triwulan mendatang diperkirakan berada
pada kisaran 5,25%± 0,5 (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi
diperkirakan berasal dari sisi permintaan yang terkait dengan
faktor musiman yaitu perayaan Idul Fitri, serta dari sisi penawaran
berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap harga dan
kondisi iklim/cuaca yang mengganggu produktivitas hasil-hasil
pertanian. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan
makanan, kelompok transport dan kelompok sandang diperkirakan
akan mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi.
Prospek Perbankan
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan III-2010 diperkirakan masih cukup baik. Kebijakan
Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk
lebih ekspansif dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh
kecenderungan menurunnya suku bunga kredit. Sementara itu,
jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun pada triwulan
mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini
didorong oleh potensi meningkatnya tingkat pendapatan
masyarakat seiring dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR),
dimulainya panen raya cengkeh, dan potensi membaiknya kinerja
ekspor Sulawesi Utara.
Dari sisi penyaluran kredit, perbankan Sulawesi Utara optimis
untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25 30%,
lebih tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara nasional
yang hanya berada pada kisaran 17%. Menurut sektor
ekonominya, sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran), sektor
konstruksi, sektor jasa dunia usaha dan konsumsi masih menjadi
fokus utama dalam portofolio kredit di Sulawesi Utara.
Tekanan Inflasi Kota Manado selama triwulan II-2010 diperkirakan akan cenderung meningkat...
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 diperkirakan
masih cukup baik.
Dari sisi penyaluran kredit, perbankan Sulawesi Utara optimis untuk terus meningkatkan pertumbuhan hingga 25-30%..
14
Halaman ini sengaja dikosongkan
15
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kinerja berbagai indikator ekonomi makro nasional menunjukan tren peningkatan
sepanjang triwulan II-2010, hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang disertai
kenaikan harga komoditas dunia, perbaikan outlook credit rating dan persepsi internasional
terhadap Indonesia. Peningkatan kinerja ini tercermin dari surplus neraca transaksi berjalan
maupun transaksi modal dan finansial, penguatan nilai tukar rupiah disertai dengan
volatilitas yang menurun, serta cadangan devisa Indonesia yang sampai dengan akhir
triwulan II-2010 mencapai USD76,3 miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dengan semakin membaiknya kondisi tersebut,
perekonomian Indonesia secara tahunan di triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh mencapai
sekitar 6%.
Relatif baiknya perkembangan indikator makro ekonomi nasional berdampak pula terhadap
perkembangan indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara.
Walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu,
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-2010 tumbuh 6,80% (yoy).
Perlambatan ini lebih disebabkan karena di triwulan II-2009 lalu terdapat beberapa event
berskala internasional (World Ocean Conference, Coral Triangle Summit dan Sail Bunaken)
yang berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut.
Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara adalah
kegiatan ekspor dan konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun swasta. Tiga komoditi
utama ekspor antar negara adalah CNO/CCO (minyak mentah dan kopra), bungkil
sejenisnya, dan RBD CNO (minyak siap pakai dari kopra) sementara ekspor antar provinsi
adalah minyak solar/HSD (curah), barang campuran , dan barang untuk keperluan proyek.
Sedangkan peningkatan konsumsi seiring dengan peningkatan aktivitas kampanye
menjelang Pilkada (pemilihan kepala daerah) yang akan berlangsung di 7 kabupaten/kota
dan provinsi awal Agustus 2010 serta berlangsungnya beberapa even yang sifatnya
musiman seperti liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi antara lain
dapat dikonfirmasi dengan masih tetap tingginya optimisme masyarakat Kota Manado
berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) periode Juni 2010 terhadap 200 responden
masyarakat Kota Manado. Sementara itu, kinerja investasi tetap tumbuh positif di triwulan
II-2010 walaupun mengalami perlambatan dibandingkan periode-periode sebelumnya.
16
Konsentrasi masyarakat dan pemerintah terhadap penyelenggaraan Pilkada menyebabkan
aktivitas investasi berjalan tidak terlalu optimal selama triwulan laporan.
Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, secara umum kinerja
sektor ekonomi selama triwulan laporan memperlihatkan perlambatan dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Sektor ekonomi yang menjadi andalan masih tertumpu pada
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor bangunan serta sektor pertanian. Relatif stabilnya pertumbuhan di sektor PHR dan
pengangkutan serta meningkat pesatnya perkembangan sektor pertanian ditunjang oleh
beberapa even yang sifatnya musiman diantaranya dimulainya musim liburan sekolah dan
tahun ajaran baru. Selain itu mulai berlangsungnya panen raya cengkeh dan aktivitas
kampaye menjelang pelaksanaan Pilkada menjadi salah satu faktor pendorong
meningkatnya aktivitas ekonomi di triwulan laporan.
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan
II-2010 terutama bersumber dari kegiatan ekspor dan konsumsi, baik konsumsi swasta
maupun konsumsi pemerintah. Sedangkan kegiatan investasi cenderung melambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.
Konsumsi 8.53 5.84 6.44 4.15 5.04 3.49 5.99 2.36
Konsumsi Swasta 5.12 2.40 5.16 2.24 5.24 2.41 9.13 0.26
Konsumsi Pemerintah 15.95 3.44 9.04 1.91 4.65 1.08 9.35 1.99
PMTB 10.03 2.01 6.33 1.35 43.72 8.97 2.94 0.61
Stok -19.93 -0.26 -36.13 -0.88 9.16 0.09 15.18 0.22
Ekspor 5.96 2.92 6.90 3.40 -3.11 -1.50 13.61 6.58
Impor 7.89 3.06 -0.78 -0.29 11.05 4.30 15.25 5.23
PDRB 7.45 7.45 8.31 8.31 6.75 6.75 6.80 6.80
Jenis Penggunaan2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara menurut Penggunaan (% yoy)
17
50
70
90
110
130
150
170
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2009 2010
Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen
-3
-2
-1
0
1
2
3
98
99
100
101
102
103
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2009 2010
NTP (indeks) - left axis batas minimum sejahtera
Growth (% yoy) - right axis
1.1.1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama Triwulan II-2010 tumbuh 5,99% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada konsumsi swasta dan konsumsi
pemerintah. Konsumsi swasta pada triwulan II-2010 tumbuh 9,13% (yoy) yang utamanya
didorong oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat pada musim liburan dan tahun ajaran
baru. Selain itu, adanya panen raya cengkeh telah mendorong peningkatan pendapatan
masyarakat yang kemudian direspon dengan naiknya daya beli masyarakat secara umum.
Hasil Survei Konsumen Kota Manado periode Juni 2010 yang merupakan indikator
penuntun konsumsi rumah tangga menunjukan adanya kenaikan Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) sebesar 8,00 poin dari 124,92 pada Juni 2009 menjadi 132,92 pada Juni
2010.
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari relatif
terjaganya daya beli masyarakat khususnya petani tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)
dimana untuk posisi Juni 2010 tercatat berada pada level 101,47, lebih tinggi jika
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai level 100,60. Indeks NTP
sepanjang tahun 2009 sampai Juni 2010 selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks >
100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di
Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selain itu, peningkatan pelanggan listrik khususnya untuk kelompok rumah tangga juga
mengindikasikan meningkatnya kegiatan konsumsi selama triwulan II-2010.
Grafik 1.1.
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, diolah
18
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
348.000
350.000
352.000
354.000
356.000
358.000
360.000
362.000
364.000
366.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
Pelanggan_RT - left axis
gPelanggan_RT (% yoy) - right axis
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui
data perkembangan kredit konsumsi yang disalurkan bank umum. Selama triwulan II-2010
(posisi Mei 2010), kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp6.582
miliar, atau tumbuh 30,37% (yoy). Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit
konsumsi, penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya juga
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
kendaraan roda empat di Kota Manado. Pada bulan Juni 2010 pertumbuhan penjualan
kendaraan roda empat naik hingga 65,19% (yoy). Adanya kenaikan pendapatan
masyarakat yang bertepatan dengan panen raya cengkeh serta realisasi kenaikan gaji
PNS/TNI/Polri direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa
khususnya pembelian barang tahan lama.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
300
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2009 2010
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
Sumber : Dealer Utama Penjualan Kendaraan Roda Empat, diolah Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Grafik 1.3.
Perkembangan Pelanggan Listrik Kelompok Rumah Tangga
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Sulutenggo, diolah
Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
19
Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan II-2010 tumbuh 9,35% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang hanya tumbuh 9,04% (yoy). Peningkatan ini
antara lain dapat dikonfirmasi dengan kenaikan realisasi anggaran belanja di triwulan II-
2010 yang telah mencapai 38,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya
tercatat sebesar 35,8%. Realisasi anggaran belanja terutama dialokasikan untuk perbaikan
dan pembangunan infrastruktur. Selain itu, belanja pemerintah daerah terkait persiapan
Pilkada juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi pemerintah.
1.1.2. Investasi
Pada triwulan II-2010, investasi di Provinsi Sulawesi Utara tumbuh lebih lambat sebesar
2,94% (yoy). Kinerja investasi selama triwulan laporan dapat dikonfirmasi melalui data
besaran kredit investasi yang disalurkan bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado. Sampai dengan Mei 2010, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp1.069 miliar
atau tumbuh 21,09% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini lebih tinggi
dibandingkan triwulan II-2009 yang tumbuh 10,10% (yoy). Indikator dini yang menunjukan
arah positif dari kinerja investasi juga ditunjukan oleh kenaikan jumlah pelanggan listrik
khusus untuk segmen bisnis dan industri sebesar 4,94% (yoy) dari sebanyak 13.144
pelanggan pada triwulan II-2009 menjadi 14.793 pelanggan pada triwulan II-2010.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
12.739 12.768
12.904
13.098
13.316
13.417
376
376
377 377
376 376
375
376
377
378
12.400
12.600
12.800
13.000
13.200
13.400
13.600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
Bisnis - left axis Industri - right axis
Grafik 1.7. Perkembangan Pelanggan Listrik di Wilayah Sulawesi Utara
Ket: *) s.d. Mei 2010
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo, diolah
20
Namun demikian, secara umum kontribusi investasi terhadap pencapaian pertumbuhan
ekonomi relatif lebih kecil dibandingkan kontribusi komponen lainnya dalam PDRB di sisi
penggunaan. Beberapa indikator yang dapat menjelaskan hal tersebut antara lain, data
volume penjualan semen di triwulan II-2010 yang mengalami penurunan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya kontribusi kinerja investasi juga terlihat
dari perkembangan volume impor barang modal yang menunjukan perlambatan. Sampai
dengan Mei 2010, volume impor barang modal hanya tercatat sebesar 17,32 ton. Selain itu,
aktivitas investasi yang masuk wilayah Provinsi Sulawesi Utara juga memperlihatkan adanya
perlambatan. Hal ini tercermin dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sepanjang tahun 2010 hanya tercatat 1
(satu) perusahaan PMA yang berinvestasi. Faktor yang menyebabkan perlambatan ini antara
lain adalah sikap wait and see yang diambil oleh investor untuk menunggu hasil Pilkada di
bulan Agustus 2010, juga adanya perubahan ketentuan yang dikeluarkan oleh Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal No.7 Tahun 2010 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang masih dipelajari oleh investor.
-1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Capital (Ton) - left axis
gCapital (% yoy) - right axis
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2009 2010
Volume (ton) - left axis
g_semen (% yoy) - right axis
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulut
Tabel 1.2. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA)
Grafik 1.9. Perkembangan Volume Impor Barang Modal
Sumber : Asosiasi Semen, diolah
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, diolah
Grafik 1.8.
Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sulawesi Utara
21
1.1.3. Ekspor – Impor
Kinerja perdagangan Provinsi Sulawesi
Utara khususnya ekspor di triwulan II-
2010 sangat menggembirakan. Indikasi
membaiknya kinerja ekspor terutama
disumbang oleh perdagangan antar
provinsi maupun antara negara. Kinerja
ekspor pada triwulan II-2010 tumbuh
13,61% (yoy). Salah satu indikator untuk
mengkonfirmasi kinerja ekspor pada
triwulan laporan adalah perkembangan
volume ekspor baik ke luar negeri
maupun ke pasar domestik
(antarprovinsi). Perkembangan kegiatan
ekspor antar provinsi dapat dikonfirmasi dengan kegiatan muat barang melalui Pelabuhan
Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Provinsi
Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan II-2010, volume barang asal Provinsi
Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai 272,88 ribu ton atau
meningkat 19,05% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, berdasarkan data yang bersumber dari Direktorat Statistik dan Moneter,
Kantor Pusat Bank Indonesia (data sementara Juni 2010), volume dan nilai ekspor luar
negeri masih menunjukan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Namun demikian, pencapaian ini diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan hingga data tetap untuk triwulan II-2010 seluruhnya diperoleh. Hal ini cukup
optimis mengingat terdapatnya beberapa realisasi ekspor di akhir triwulan laporan
khususnya untuk komoditas unggulan Provinsi Sulawesi Utara.
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
200
210
220
230
240
250
260
270
280
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
Periode Komoditi Ekspor Nilai/Volume Negara Tujuan
Ikan tuna segar 199 ton/USD3.005 Thailand
Tepung kelapa USD32.500 Afrika Selatan
Kopra 29 ton/USD2.782 Bangladesh
Tepung kelapa 63 ton/USD75.000 Rusia
Triwulan II-
2010
Tabel 1.3.
Perkembangan Realisasi Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : Berbagai Media, diolah
Grafik 1.10. Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah
22
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &
Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,
minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah China,
Amerika Serikat, Belanda, dan Korea Selatan.
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Ekspor_Value (Juta USD) - left axis
gEkspor_Value (% yoy) - right axis
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Food and Live Animals 36.27 71.82 43.54 66.47 46.22 51.87
Animal and Vegetable Oils&Fats 48.13 132.62 114.83 128.47 112.27 88.36
Others 1.53 9.86 1.79 11.65 6.80 20.42
Total 85.94 214.30 160.16 206.59 165.29 160.65
2010Komoditi
2009
21%
19%
16%
8%
7%
6%
23%
Belanda
China
Amerika Serikat
Korea Selatan
Jepang
Jerman
Negara Lainnya
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Ekspor_Vol (Ribu ton) - left axis
gEkspor_Vol (% yoy) - right axis
10%
23%
20%12%
4%
4%
27%
Belanda
China
Amerika Serikat
Korea Selatan
Jepang
Jerman
Negara Lainnya
Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Tabel 1.4.
Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Grafik 1.11.
Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Grafik 1.13.
Negara Tujuan Utama Ekspor Tahun 2009
Grafik 1.14.
Negara Tujuan Utama Ekspor Januari - Juni 2010
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
23
Kinerja impor luar negeri ke Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Peningkatan kinerja impor luar negeri
merupakan salah satu konsekuensi dari diberlakukannya ACFTA pada awal Januari 2010.
Penurunan tarif impor sampai dengan 0% berdampak pada maraknya barang-barang impor
yang masuk wilayah Sulawesi Utara. Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara lain
dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan II-2010 yang mencapai 8,63
ribu ton atau meningkat signifikan 191% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun demikian, secara agregat, neraca perdagangan luar negeri masih berada pada
kondisi surplus perdagangan sebesar USD152,02 juta. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor
Provinsi Sulawesi Utara ke luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar negeri
ke Sulawesi Utara.
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Impor_Vol (Ribu ton) - left axis
gImpor_Vol (% yoy) - right axis
-70
-50
-30
-10
10
30
50
70
90
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
NetExim_Vol (Ribu ton) - left axis
gNetExim_Vol (% yoy) - right axis
-70
-50
-30
-10
10
30
50
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
NetExim_Value (Juta USD) - left axis
gNetExim_Value (% yoy) - right axis
Grafik 1.17.
Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.15. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Grafik 1.18.
Perkembangan Net Value Ekspor-Impor Sulawesi Utara
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
-2,000
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0
5
10
15
20
25
30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Impor_Value (Juta USD) - left axis
gImpor_Value (% yoy) - right axis
24
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan masih
didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 39,58% dan bahan konsumsi dengan
pangsa 23,18% dari total impor. Beberapa produk barang modal tersebut antara lain
mesin, perkakas dan alat transportasi. Sedangkan impor bahan konsumsi antara lain berupa
food and lived animals. Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin,
peralatan dan material ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan investasi. Sedangkan,
peningkatan impor bahan makanan sejalan dengan tingginya aktivitas konsumsi
masyarakat. Selain itu, dampak tidak langsung kesepakatan ACFTA adalah tersedianya
berbagai macam alternatif produk murah dari China yang mendorong tingginya volume
impor bahan konsumsi. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sepanjang tahun
2009 sampai dengan Juni 2010 lebih banyak didatangkan dari negara China, Jepang dan
Australia.
15,99%
11,34%
7,29%
37,90%
21,02%
6,46%Filipina
Malaysia
Jepang
China
Australia
Lainnya
5.30%2.53%
7.94%
67.00%
13.63%
3.59%
Thailand
Malaysia
Jepang
China
Australia
Lainnya
Tabel 1.5.
Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Ket: *) data sementara Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia
Grafik 1.18.
Negara Asal Impor Tahun 2009
Grafik 1.19.
Komoditi Asal Impor Januari - Juni 2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Machinery and Transport Equipment 100 2,510 10,700 105 4,607 3,417
Manufactured Goods 1 350 3,333 665 544 2,001
Chemical 6 37 637 262 26 648
Animal and Vegetable Oils & Fats 0 15 803 40 405 63
Food and Lived Animals 0 10 93 20 161 2,500
Others 6 44 33 8 140 2
Total 113 2,966 15,597 1,100 5,883 8,632
2010Komoditi
2009
25
0
5
10
15
20
25
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
Sementara itu, perkembangan
kegiatan impor antar provinsi selama
triwulan laporan masih mencatat
pertumbuhan yang positif. Hal ini
dapat dikonfirmasi dengan kegiatan
bongkar barang melalui pelabuhan
Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan
sebagai masuknya barang dari luar
provinsi ke Sulawesi Utara. Selama
triwulan II-2010, volume barang yang
masuk ke Provinsi Sulawesi Utara
(bongkar) mencapai 850,35 ribu ton
atau meningkat 6,08% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Jika dilihat perkembangannya, sejak awal tahun 2010 tingkat ketergantungan Provinsi
Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya mulai menunjukan adanya tren penurunan,
yang tercermin dari pertumbuhan volume barang yang masuk yangcenderung melambat.
1.2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan proyeksi laju pertumbuhan sebesar 7,16% (yoy), melambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (8,31%). Perlambatan ini disebabkan
oleh ketiadaan even berskala besar yang terjadi pada triwulan laporan, dimana tepat di
triwulan II-2009 terdapat 3 (tiga) event berskala internasional (WOC, CTI Summit dan Sail
Bunaken). Sementara itu, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan serta sektor pertanian masih menjadi
sektor dominan dalam pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010. Relatif stabilnya
pertumbuhan pada sektor PHR, pengangkutan, bangunan serta sektor pertanian ditunjang
oleh dimulainya musim liburan, tahun ajaran baru, peningkatan realisasi belanja pemerintah
dan pelaksanaan panen raya cengkeh.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.20. Perkembangan Kegiatan Bongkar dan Muat di Pelabuhan Bitung
26
Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Beras, Gabah dan Jagung
Ket: *) Data Perkiraan Dinas Pertanian Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2010 lebih baik dibandingkan periode yang sama
Tahun 2009. Pada triwulan ini, sektor pertanian tumbuh 12,54% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan di triwulan II-2009 sebesar 4,21% (yoy). Berdasarkan sub
sektornya, pencapaian pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub
sektor perkebunan yang tumbuh signifikan menjadi 25% (yoy). Panen raya cengkeh yang
dimulai pada Juni mulai berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan sub sektor
perkebunan. Sementara itu, perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan tumbuh
lambat sebesar 4% (yoy). Hal ini disebabkan oleh perkiraan menurunnya produksi padi
selama triwulan laporan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu seiring
dengan meningkatnya serangan hama dan faktor musim yang tidak menentu, hujan dan
panas silih berganti, sebagai dampak iklim El Nino.
Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2*)
Luas Panen (Ha) 36.202 37.341 37.398 40.990 52.301 23.671
Produksi Gabah (Ton) 173.909 185.711 190.246 192.857 256.760 121.536
Produksi Beras (Ton) 109.563 116.997 119.855 94.509 141.218 66.845
Luas Panen (Ha) 39.721 39.636 41.872 50.555 70.030 20.761
Produksi Jagung (Ton) 153.878 159.480 177.495 180.380 285.205 88.514
2008 2009 2010KOMPONEN
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.
Pertanian 4.68 0.94 4.21 0.89 5.40 1.07 12.54 2.55
Pertambangan & Penggalian 5.74 0.31 5.75 0.31 8.17 0.43 2.65 0.14
Industri Pengolahan 5.43 0.44 6.67 0.51 5.17 0.41 6.37 0.48
Listrik, Gas & Air Bersih 17.75 0.14 18.65 0.14 4.02 0.04 3.86 0.03
Bangunan 7.86 1.26 5.77 0.89 11.42 1.83 2.61 0.39
PHR 12.37 1.76 15.37 2.28 7.29 1.08 6.77 1.07
Pengangkutan & Komunikasi 8.72 1.07 14.55 1.82 5.46 0.68 6.38 0.84
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7.03 0.48 6.94 0.46 6.07 0.41 6.09 0.40
Jasa-Jasa 6.47 1.05 6.42 1.00 5.00 0.80 5.82 0.89
PDRB 7.45 7.45 8.31 8.31 6.75 6.75 6.80 6.80
Lapangan Usaha2009 2010
27
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian
masih relatif terbatas. Sampai dengan Mei 2010, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian hanya mencapai Rp125 milliar atau hanya 1,11% dari total kredit yang
disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain
disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya
NPL (Non Performing Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil
sebagai dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati
dalam menyalurkan pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus
melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 35-
40% (yoy) pada triwulan I Tahun 2009 sampai menyentuh level kontraksi sebesar 66,76%
(yoy) di triwulan II-2010 (lihat Boks 2).
1.2.2. Sektor Bangunan (Konstruksi)
Seiring dengan melambatnya kinerja kegiatan investasi, kinerja sektor bangunan (konstruksi)
selama triwulan II-2010 tumbuh lambat sebesar 2,61% (yoy). Pertumbuhan sektor
bangunan didorong oleh realisasi belanja pemerintah di triwulan II-2010 yang tercatat
mencapai 38,7%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
35,8%. Dari sisi pembiayaan, posisi kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan II-
2010 juga menunjukan adanya perbaikan. Total kredit yang berhasil disalurkan sampai
dengan Mei 2010 tercatat sebesar Rp504 miliar atau tumbuh sebesar 6,19% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Grafik 1.21.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
28
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan II-2010 menunjukan kinerja yang
cukup baik dengan laju pertumbuhan sebesar 6,77% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan
tersebut jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang mencapai
15,37% (yoy). Ditinjau dari sub sektornya, melambatnya pertumbuhan sub sektor hotel
menjadi faktor utama melambatnya kinerja di sektor ini. Melambatnya aktivitas di sub
sektor ini terkait dengan ketiadaan event internasional pada triwulan laporan yang menjadi
kontributor utama pertumbuhan sub sektor ini. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi
melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren penurunan
diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu
menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Grafik 1.22.
Perkembangan Kredit Konstruksi
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
29
-40
-20
0
20
40
60
80
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
0
10
20
30
40
50
60
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
-
1
2
3
4
5
6
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
Sementara itu, kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja kedua sub sektor
ini selain didorong meningkatnya aktivitas kampanye menjelang Pilkada, juga dipengaruhi
oleh dampak lanjutan dari adanya panen raya cengkeh, dimana terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat (petani cengkeh) yang sebagian besar akan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder dari masyarakat. Hal ini pada tahap lebih
lanjut akan meningkatkan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor
restoran. Indikasi pertumbuhan kedua sub sektor tersebut diantaranya dapat dikonfirmasi
Grafik 1.23. Kunjungan Wisman ke Sulut
Grafik 1.24.
Jumlah Tamu Menginap
Grafik 1.25. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.26.
Jumlah Kamar Terjual Ket: *) estimasi Juni 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah
Ket: *) estimasi Juni 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah
Ket: *) estimasi Juni 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah
Ket: *) estimasi Juni 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.26.
Jumlah Kamar Terjual
30
melalui jumlah pelanggan listrik di kalangan bisnis yang tercatat sebanyak 13.417
pelanggan yang terdaftar pada triwulan II-2010, atau mengalami pertumbuhan sebesar
5,08% (yoy).
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi
yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan Mei 2010
kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp2.522 miliar. Jika
dibandingkan periode yang sama tahu lalu, laju pertumbuhan kredit sektor PHR mengalami
perlambatan sebesar 7,08% (yoy). Penurunan ekspansi kredit ini terutama dipengaruhi oleh
semakin selektifnya perbankan dalam melakukan penyaluran kredit pada sektor PHR, yang
dipengaruhi oleh risiko yang harus ditanggung perbankan mengingat perkembangan
kinerja sektor ini tercatat terus mengalami perlambatan. Di sisi lain, tingkat suku bunga
kredit yang masih relatif tinggi menyebabkan calon debitur harus melakukan perhitungan
bisnis dengan cermat sebelum mengambil pembiayaan dari perbankan.
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala
internasional di Tahun 2009 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu
kota tujuan wisata oleh masyarakat luar. Hal ini berpengaruh pada tingginya minat
wisatawan untuk berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan
komunikasi pada triwulan II-2010 tumbuh 6,38% (yoy). Menurut sub sektornya,
0
1
2
3
4
5
6
12.400
12.600
12.800
13.000
13.200
13.400
13.600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
Pelanggan_Bisnis (firm) - left axis
gPelanggan_Bisnis (% yoy) - right axis
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.27. Perkembangan Pelanggan Bisnis PT. PLN
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Sumber : PT. PLN Wilayah Sulutenggo
31
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama berasal dari sub sektor
pengangkutan dengan pangsa sebesar 89% dari total PDRB sektor pengangkutan,
sedangkan sisanya disumbangkan oleh sub sektor komunikasi.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan bertepatan
dengan adanya kenaikan kelas dan musim liburan sekolah. Hal ini tercermin dari tingginya
arus penumpang dan kargo yang masuk dan keluar dari Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado. Arus penumpang maupun kargo domestik yang datang (masuk) ke Provinsi
Sulawesi Utara masing-masing tumbuh sebesar 37,64% (yoy) dan 17,31% (yoy). Demikian
pula halnya arus penumpang dan kargo domestik yang berangkat (keluar) dari Provinsi
Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 33,65% (yoy) dan
36,52% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan jumlah penumpang dan kargo yang berasal dari
luar negeri (internasional) tercatat mengalami penurunan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh ketiadaan event berskala internasional di triwulan II-2010. Faktor lain yang
menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing adalah penutupan penerbangan
langsung ke luar negeri (Kuala Lumpur dan Singapura) oleh maskapai Air Asia.
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didorong oleh masuknya provider telekomunikasi selular Axis ke Kota Manado
serta didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis, merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Datang 127.473 147.371 162.498 176.683 166.510 202.844 37,64%
Berangkat 133.507 150.115 165.109 161.278 175.663 200.622 33,65%
Datang 7.727 9.165 11.582 9.771 7.503 5.377 -41,33%
Berangkat 7.728 9.179 10.973 8.848 7.612 5.243 -42,88%
Datang 1.478.551 1.435.824 1.361.774 1.610.759 1.358.143 1.684.431 17,31%
Berangkat 893.345 875.982 722.016 820.500 885.607 1.195.887 36,52%
Datang 23.912 27.238 18.024 24.488 20.151 31.362 15,14%
Berangkat 46.464 129.662 94.012 80.884 56.165 74.232 -42,75%
Growth
(YoY)
Kargo (kg)
Domestik
Internasional
Domestik
Internasional
2009 2010
Penumpang
Jenis
PengangkutanAsal/Tujuan
Kedatangan/
Keberangkatan
Tabel 1.8.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
32
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Jika dilihat dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi
menunjukan adanya perlambatan. Sampai dengan Mei 2010 jumlah kredit yang disalurkan
mencapai Rp73 miliar, atau melambat 18,43% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Perlambatan ini tidak hanya dirasakan oleh sektor pengangkutan dan
komunikasi, tetapi juga dialami oleh beberapa sektor lain. Gejala perlambatan ini antara lain
disebabkan oleh adanya sistem baru penilaian kelayakan penyaluran kredit (credit scoring)
yang tidak hanya didasarkan pada besarnya agunan yang diberikan, namun juga
memperhatikan track record nasabah yang baik dan produktif.
1.2.5. Sektor Jasa-Jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan II-2010 sektor jasa-jasa tumbuh 5,82% (yoy). Kinerja
sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum sejalan
dengan dimulainya realisasi proyek pembangunan pemerintah daerah pada triwulan
laporan. Indikasi ini terlihat dari besaran realisasi belanja yang telah mencapai 38,7% atau
sebesar Rp423,57 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar
35,8%. Selain itu, besaran realisasi belanja fisik Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi
Utara sampai dengan Mei 2010 mencapai 25,97%.
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
33
Dari sisi pembiayaan perbankan, laju pertumbuhan kredit sektor jasa-jasa sampai dengan
Mei 2010 tercatat sebesar 20,31% dengan jumlah kredit sebesar Rp596 miliar. Penyaluran
kredit pada sektor jasa-jasa, didominasi oleh pemberian kredit pada sub sektor jasa dunia
usaha sebesar Rp504 miliar, dengan pangsa 84,50% dari total kredit yang berhasil
disalurkan pada sektor jasa. Sisanya sebesar 15,50% disalurkan pada sub sektor jasa
pemerintahan. Tingginya penyaluran kredit di sektor jasa pada triwulan laporan juga
didorong oleh maraknya jasa pembuatan baliho, spanduk, poster, dll menjelang Pilkada
Agustus 2010.
1.2.6. Sektor Lainnya
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan II-2010 relatif stabil sehingga sektor
industri pengolahan tumbuh 6,37% (yoy). Dari hasil Quick Survey yang dilakukan oleh
Kantor Bank Indonesia Manado terhadap beberapa perusahaan yang bergerak pada industri
pengolahan, dapat disimpulkan bahwa pasca krisis ekonomi global, tingkat permintaan
ekspor terhadap produk olahan Sulut masih menunjukan adanya peningkatan. Namun
demikian, peluang tersedianya pasar dan tingginya permintaan dari negara partner dagang
belum dapat dioptimalkan oleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya
ketersediaan bahan baku akibat semakin tingginya persaingan usaha yang sejenis di
Sulawesi Utara serta adanya ketergantungan pada alam (cuaca) dalam penyediaan bahan
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
gJasa (% yoy) - right axis
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
34
baku. Keterbatasan bahan baku ini juga menjadi penyebab utama belum terpenuhinya
kapasitas utilisasi dari sebagian besar perusahaan.
Semakin terbukanya pasaran ekspor di ASEAN dan China diperkirakan akan mendorong
kinerja ekspor dan sektor industri pengolahan sebagaimana tercermin dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di triwulan I-2010 yang memprediksikan perkembangan
kegiatan industri pengolahan pada triwulan II-2010 akan cenderung mengalami
peningkatan tercermin dari nilai SBT yang naik sebesar 7,38%. Perkembangan sektor
industri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan, dimana
sampai dengan akhir triwulan II-2010 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp255 miliar
atau tumbuh sebesar 33,28% (yoy).
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2010 tumbuh 3,86% (yoy).
Perlambatan kinerja sektor ini, tak lepas dari permasalahan pasokan listrik di Provinsi
Sulawesi Utara seiring dengan dilangsungkannya pemeliharaan beberapa mesin
pembangkit. Namun demikian, jumlah antrian calon pelanggan PLN masih tetap tinggi. Hal
ini disebabkan oleh relatif terbatasnya pasokan listrik oleh PLN di Sulawesi Utara. Kinerja
sektor listrik, gas dan air bersih antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan
jumlah pemakaian listrik. Jumlah pemakaian listrik di wilayah Sulawesi Utara mencapai
68.833 Megawatt dengan jumlah pelanggan sebanyak 389.600 unit. Angka konsumsi listrik
mengalami peningkatan sebesar 5,38% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
0
5
10
15
20
25
30
35
-
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
-
2
4
6
8
10
12 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
%
Grafik 1.31. Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Per Sektor Ekonomi
Tw.II-2010
Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Kota Manado Ket: *) s.d Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
35
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2010 tumbuh 2,65% (yoy).
Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor
yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang
mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor
risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertambangan sampai dengan Mei 2010 tercatat sebesar Rp33 miliar atau mengalami
perlambatan sebesar 5,12% (yoy).
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan laporan diperkirakan akan tumbuh 6,09% (yoy). Perkembangan sektor keuangan,
persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan
fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan
ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Sementara itu, jasa
persewaan di Kota Manado, memperlihatkan adanya tren penurunan, hal ini disebabkan
oleh semakin tingginya persaingan antar pemain jasa persewaan.
Grafik 1.33.
Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara
Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Ket: *) s.d. Mei 2010 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, diolah
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010
PenjualanListrik (Mwh) - left axis gPenjualan (% yoy) - right axis
-50
0
50
100
150
200
29
30
31
32
33
34
35
36
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
36
Halaman ini sengaja dikosongkan
37
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Meskipun menunjukan kecenderungan meningkat, inflasi tahunan Kota Manado pada
triwulan II-2010 masih relatif terkendali. Secara tahunan inflasi meningkat dari 1,84% (yoy)
pada triwulan I-2010 menjadi 4,21% (yoy) pada triwulan II-2010. Angka tersebut masih
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,05% (yoy).
Sementara itu, inflasi triwulanan Kota Manado juga meningkat dari 0,72% (qtq) pada
triwulan I-2010 menjadi 0,20% pada periode laporan. Sama halnya dengan inflasi tahunan,
inflasi triwulanan Kota Manado tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
nasional yang sebesar 1,41% (qtq).
2.1. INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2010 tercatat 4,21% (yoy),
mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan I-2010 sebesar 1,84% (yoy) dan
periode yang sama tahun lalu sebesar 2,25% (yoy).
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi inflasi, peningkatan inflasi tahunan Kota Manado
selama triwulan II 2010 disebabkan oleh faktor fundamental dan faktor non fundamental.
Dari sisi fundamental, tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh faktor interaksi antara
permintaan dan penawaran agregat, sedangkan pengaruh tekanan eksternal dan ekspektasi
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
38
inflasi masih minimal dan terkendali. Sementara itu, dari sisi non fundamental inflasi
terutama dipengaruhi oleh inflasi volatile food .
FAKTOR FUNDAMENTAL
Interaksi permintaan dan penawaran
Dari sisi permintaan, laju konsumsi dan permintaan domestik pada triwulan laporan
meningkat yang tercermin pada peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Survei
Konsumen Kota Manado sebesar 8,00 poin dari 124,92 pada Juni 2009 menjadi 132,92
pada Juni 2010. Kenaikan permintaan ditenggarai akibat peningkatan konsumsi masyarakat
yang bertepatan dengan pelaksanaan tahun ajaran baru, masa liburan, pilkada, perayaan
pengucapan syukur, dan realisasi kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 5% di Tahun 2010.
Dari sisi penawaran, terjadi perlambatan aktivitas produksi pada triwulan II-2010. Hal ini
dikonfirmasi oleh hasil Survei Produksi Kota Manado yang menunjukan penurunan indeks
dari 128,85 pada Juni 2009 menjadi 113,03 pada Juni 2010. Respon penawaran yang
relatif lambat terhadap kenaikan permintaan menyebabkan tekanan pada inflasi inti,
terutama terjadi pada kelompok sandang dengan nilai inflasi sebesar 6,85% (yoy) yang
tercatat sebagai kelompok dengan inflasi tertinggi pada triwulan II-2010.
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi inflasi masyarakat Kota Manado pada triwulan II-2010 cenderung meningkat
namun masih relatif terjaga. Hal ini tercermin pada nilai Indeks Ekspektasi Konsumen Kota
Manado untuk perubahan harga umum enam bulan kedepan yang sedikit meningkat
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 163 poin
pada Juni 2009 menjadi 172 poin pada triwulan II-2010.
Tekanan Eksternal
Tekanan eksternal pada triwulan II-2010 cenderung melemah sebagaimana yang terlihat
pada menguatnya nilai tukar rupiah. Berlanjutnya apresiasi nilai tukar rupiah pada periode
laporan terutama terkait dengan masih derasnya aliran modal masuk ke Indonesia seiring
dengan membaiknya peringkat risiko negara (country risk) serta meningkatnya ekspor yang
tercermin pada besarnya surplus pos transaksi berjalan (net ekspor-impor) neraca
pembayaran Indonesia.
39
FAKTOR NON FUNDAMENTAL
Inflasi non inti Kota Manado berasal dari kelompok volatile food yang didorong oleh
kenaikan harga pada komoditas bahan makanan sub kelompok bumbu-bumbuan, sub
kelompok buah-buahan dan sub kelompok sayur-sayuran. Hal ini ditenggarai akibat faktor
cuaca yang tidak menentu sehingga berpengaruh pada produksi hasil pertanian dan
kecukupan pasokan. Sementara itu, dari sisi administered price kenaikan Harga eceran
tertinggi (HET) pupuk oleh pemerintah per tanggal 9 April 2010 yaitu rata-rata sebesar 30%
juga turut andil terhadap peningkatan harga, khususnya pada peningkatan kelompok
bahan makanan.
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi selama triwulan II-2010 tertinggi
terjadi pada kelompok sandang tercatat mengalami inflasi 6,84% (yoy) yang disusul oleh
kelompok bahan makanan sebesar 6,39% (yoy). Inflasi terendah terjadi pada kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,75% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok buah-buahan, sayur-sayuran,
padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, serta kelompok barang pribadi dan sandang lain.
2.2. INFLASI TRIWULANAN (QtQ)
Tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan II-2010 cenderung menurun bila
dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota Manado pada triwulan
II-2010 tercatat 0,20% (qtq), lebih rendah dibandingkan Triwulan I-2010 yang tercatat
sebesar 0,72% (qtq), namun lebih tinggi dari periode yang sama Tahun 2009 lalu yang
tercatat -2,08%.
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
40
Grafik 2.3.
Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)
Berdasarkan kelompoknya, inflasi secara triwulanan terutama disumbangkan oleh kelompok
sandang 1,89% (qtq) dan kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan 1,23% (qtq).
Namun demikian, kenaikan harga pada kedua kelompok ini mampu diredam oleh
kecenderungan menurunnya inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau
dan kesehatan yang masing-masing mengalami deflasi 0,95% (qtq) dan 0,04% (qtq).
2.3. INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2010 mengalami fluktuasi. Pada
Bulan April 2010, Kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,08 % (mtm) , kemudian
mengalami inflasi pada Mei 2010 menjadi 1,37% (mtm) dan pada Juni 2010
perkembangan harga di Kota Manado kembali mengalami deflasi sebesar 1,07%. Fluktuasi
harga terutama terjadi pada harga kelompok bahan makanan khususnya pada sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian serta bumbu-bumbuan.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2
-1
0
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009 2010
%
mtm Manado mtm Nasional
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
41
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa April 2010
2.3.1. APRIL 2010
Kota Manado pada April 2010 mengalami
deflasi sebesar 0,08% (mtm). Dari 66 kota,
tercatat 46 kota IHK di Indonesia mengalami
inflasi dan 20 kota mengalami deflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di kota Manokwari sebesar
2,04 persen dan terendah di kota Palembang
sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di
kota Tarakan sebesar 2,08 persen dan
terendah di kota Jambi sebesar 0,02 persen.
Deflasi Kota Manado selama April 2010,
terutama disumbangkan oleh kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
yang tercatat 0,86% (mtm). Hal ini ditenggarai sebagai dampak dari masih relatif terjaganya
kecukupan pasokan. Berdasarkan data yang terhimpun pada April 2010, komoditas yang
mengalami penurunan harga diantaranya gula pasir, beras, cabe merah, kangkung, daun
bawang, tomat, sayur, cakalang, daging ayam ras, mujair, dan tahu mentah. Secara
tahunan, laju inflasi Kota Manado pada April 2010 tercatat 3,12% (yoy).
2.3.2. MEI 2010
Angka inflasi Kota Manado pada Mei 2010
tercatat 1,37%, lebih tinggi dibandingkan inflasi
nasional yang tercatat 0,29% (mtm). Tingginya
angka inflasi bulan Mei antara lain disebabkan
oleh kenaikan harga cabai akibat faktor cuaca,
tingginya daya beli masyarakat sebagai dampak
dari kenaikan pendapatan, masa panen raya
cengkeh, serta berbagai aktivitas menjelang
pesta politik pemilihan kepala daerah di
beberapa wilayah administratif di provinsi
Sulawesi Utara. Adapun inflasi disumbang oleh
kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan
sebesar 4,85 persen, kelompok perumahan, air,
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Mei 2010
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-0.16
-0.86
0.11
0.27
-0.04
0.02
0.49
-0.04
-0.16
0.03
0.02
0.00
0.00
0.07
-2 -1 0 1 2 3
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) April 2010
4.85
-0.11
0.01
0.72
0.04
-0.02
0.30
1.31
-0.02
0.00
0.05
0.00
0.00
0.04
-1 0 1 2 3 4 5 6
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Mei 2010
42
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Juni 2010
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,01 persen, kelompok sandang sebesar 0,72 persen,
kelompok kesehatan 0,04 persen, kelompok transpor komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,30 persen, sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar -0,11 persen dan
kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga sebesar -0,02 persen. Secara akumulasi, sampai
dengan Mei 2010, laju inflasi Kota Manado mencapai 2,02% (ytd) atau 5,21% (yoy) secara
tahunan.
2.3.3. JUNI 2010
Pada akhir triwulan II 2010, perkembangan
harga barang dan jasa secara umum
menunjukan penurunan. Tercatat Kota Manado
pada Juni 2010 mengalami deflasi paling tinggi
di Indonesia, yakni sebesar 1,07% (mtm) atau
lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional
yang tercatat sebesar 0,97% (mtm). Deflasi
terutama terjadi karena adanya penurunan
indeks pada kelompok bahan makanan dari
143,36 pada Mei 2010 menjadi 137,26 pada
Juni 2010 (-4,26%). Berdasarkan sub
kelompoknya, deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar
28,42% dan terendah terjadi pada sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar
0,03%. Secara akumulasi, laju inflasi Kota Manado hingga Juni 2010 tercatat sebesar
0,92% (ytd) atau 4,21% (yoy) secara tahunan.
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
-4.26
0.02
-0.03
0.89
-0.04
0.01
0.44
-1.18
0.00
-0.01
0.06
0.00
0.00
0.06
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Juni 2010
43
BOKS 1.
PERKEMBANGAN INDEKS IMPLISIT (DEFLATOR PDRB)
SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI UTARA
Inflasi yang didefinisikan sebagai perubahan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus dapat diukur dengan menggunakan beberapa jenis indeks, salah satunya adalah
dengan Indeks Harga Implisit. Indeks Harga Implisit atau sering disebut juga Deflator PDRB
merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada
tahun dasar yang diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan
nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100 persen. Laju pertumbuhan berantai
indeks implisit tiap tahunnya dapat menggambarkan angka inflasi pada tingkat produsen setiap
sektor/ sub sektor.
Indeks implisit Sulawesi Utara pada triwulan II tahun 2010 mencapai 197,71 % menunjukan
adanya kenaikan harga sebesar 97,71% dibandingkan tahun 2000 yang merupakan tahun dasar
perhitungan indeks. Kenaikan harga secara umum pada triwulan laporan terjadi di semua sektor
perekonomian. Indeks implisit tertinggi dicapai sektor jasa-jasa sebesar 221,70%, sedangkan
II III IV I II
2009 2010
Pertanian 187.05 187.47 187.64 189.45 188.06
Pertambangan & Penggalian 156.82 156.59 157.35 158.20 159.84
Industri Pengolahan 199.32 200.81 202.61 208.77 209.84
Listrik, Gas & Air Bersih 197.09 196.85 197.76 198.39 198.53
Bangunan 209.57 209.69 212.98 212.70 213.47
PHR 198.61 200.01 200.27 204.07 204.18
Pengangkutan & Komunikasi 169.98 170.04 170.75 171.94 175.18
Keu.Persewaan & Jasa Perh. 165.96 169.58 174.35 180.16 184.06
Jasa-Jasa 208.64 209.33 210.86 215.33 221.70
PDRB 191.32 192.14 194.30 196.77 197.71
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Sumber : BPS, diolah
Perkembangan Indeks Implisit Sektor Perekonomian Prov. Sulut (%)
44
indeks terendah terjadi di sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks sebesar
159,84%. Apabila dibandingkan dengan indeks implisit Sulawesi Utara secara agregat, maka
sektor yang indeks implisitnya berada diatas indeks implisit Sulawesi Utara pada triwulan II-2010
adalah sektor industri pengolahan (209,84%), sektor listrik, gas dan air bersih (198,53%), sektor
bangunan (213,47%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (204,18%) dan sektor jasa-jasa
(221,70%). Sedangkan sektor yang indeks implisitnya berada dibawah indeks implisit Sulawesi
Utara adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dengan indeks masing-masing sebesar 175,18% dan 184,06%. Kondisi ini
mencerminkan bahwa perubahan tingkat harga pada kedua sektor tersebut relatif lebih lambat
apabila dibandingkan dengan sektor lainnya.
Berdasarkan laju pertumbuhan indeks implisit dapat digambarkan besaran inflasi yang mencakup
seluruh barang dan jasa yang diproduksi didalam wilayah penghitungan PDRB. Secara umum,
pada triwulan II tahun 2010 inflasi terjadi di hampir semua sektor penyangga perekonomian
Sulawesi Utara. Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 3,34%, menurun
tajam apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,97%. Laju
perkembangan harga tertinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dengan inflasi sebesar 10,91%. Sementara itu inflasi terendah terjadi pada sektor pertanian
sebesar 0,54% yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,92%. Tren
pergerakan harga sektor pertanian selama tahun 2010 berdasarkan Indeks Implisit sejalan
dengan pergerakan harga bahan makanan berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
tercatat mengalami inflasi pada triwulan II-2009 sebesar 6,39% setelah mengalami deflasi
sebesar 2,19% pada triwulan I 2010.
Inflasi Sektor Perekonomian Sulut Berdasarkan Indeks Implisit (%)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010
Pertanian
Pertambangan & PenggalianIndustri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
PHR
Pengangkutan & KomunikasiKeu.Persewaan & Jasa Perh.Jasa-Jasa
Sumber : BPS, diolah
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 membaik, yang tercermin dari
perkembangan positif berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan
laporan. Laju pertumbuhan dari total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit tercatat
mengalami pertumbuhan yang positif, walaupun lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan memperlihatkan tren
peningkatan sejak awal triwulan II-2009 sampai dengan triwulan laporan, yang tercermin
dari meningkatnya prosentase Loan To Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 109,37% di
triwulan II-2010. Sejalan dengan hal tersebut, kualitas kredit yang disalurkan perbankan
relatif stabil, yang ditunjukan oleh rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) dari
3,72% pada triwulan II-2009 menjadi 3,79% pada triwulan II-2010. Sementara itu, kredit
UMKM juga terus menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, ditandai dengan
meningkatnya pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang mencapai 81,50%, disertai
oleh relatif stabilnya kualitas kredit UMKM yang pada triwulan laporan tercatat sebesar
3,80%.
Ket *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
46
3.1. FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN
3.1.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate sebesar 6,5% masih konsisten dengan
sasaran inflasi tahun 2010 (5%±1%) dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang
masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian di tengah masih tingginya risiko
global yang bersumber dari krisis utang di sejumlah negara Eropa, Rapat Dewan Gubernur
Bank Indonesia pada 3 Juni 2010 memutuskan mempertahankan BI Rate pada level 6,5%.
Respon pihak perbankan di Sulawesi Utara terhadap kebijakan moneter ini masih
berlangsung, walaupun dengan magnitude yang terbatas. Hal ini ditandai dengan
kecenderungan penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit selama triwulan II-2010,
meskipun penurunannya tercatat relatif tidak terlalu signifikan. Pihak perbankan masih
dihadapkan pada kondisi perekonomian yang sedang berada dalam tahap pemulihan pasca
krisis, dimana potensi risiko masih relatif tidak stabil, sehingga suku bunga kredit yang
ditetapkan oleh perbankan di wilayah Sulawesi Utara cenderung tinggi. Seperti halnya
tingkat suku bunga kredit, pergerakan rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan
sepanjang triwulan II-2010 juga masih terbatas. Pergerakan rata-rata suku bunga kredit
relatif lebih fluktuatif dibandingkan dengan suku bunga deposito.
Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II, sampai
dengan akhir bulan Mei 2010, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar
15,85%. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi
sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur mengalami
gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit
modal kerja mencapai 17,82% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 17,27% per
tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 12,46% per tahun. Sementara itu, pergerakan
tingkat suku bunga deposito menunjukan perkembangan yang tidak jauh berbeda. Sampai
dengan Mei 2010, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 5,99%,
mengalami penurunan terbatas (±0,01%) sepanjang triwulan laporan.
47
3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Sepanjang triwulan II-2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan
menunjukan pertumbuhan yang positif. DPK di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp10.271 miliar atau tumbuh 11,69% (yoy). Berdasarkan jenis
simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang bertumbuh 15,13%
(yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 12,80% (yoy) dan giro sebesar 3,22% (yoy).
Grafik 3.2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.1. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Grafik 3.4. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU ) Basel II
20.20%
36.41%
43.39%
Giro Deposito Tabungan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5
2009 2010
Modal Kerja Investasi Konsumsi
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
14.0
14.5
15.0
15.5
16.0
16.5
17.0
17.5
5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5
2009 2010
Sk. Bunga Kredit (Left Axis)BI Rate (Right Axis)Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
%
48
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 43,39% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (36,41%) dan giro (20,20%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,55% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,45%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 14,21% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,19% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 71,76% atau Rp7.370 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Bolaang Mongondow (8,12%), Kabupaten
Minahasa (7,91%), Kota Bitung (6,62%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,60%).
Terkonsentrasinya DPK di Kota Manado disebabkan oleh jumlah jaringan kantor bank yang
sebagian besar berlokasi di Kota Manado dan berkembangnya Kota Manado sebagai sentra
pertumbuhan ekonomi daerah.
Grafik 3.5. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Ket *) s.d Mei 2010 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,0008,0009,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Bank Pemerintah Bank Swasta
49
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan hampir seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 28,18% (yoy) dengan total DPK sebesar
Rp834 miliar. Berikutnya adalah Kabupaten Sangihe Talaud yang tumbuh 18,72% (yoy),
Kota Manado (11,19%), dan Kota Bitung (9,73%). Sedangkan Kabupaten Minahasa
mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,17% (yoy).
3.1.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Penyaluran dana bank umum konvensional pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan
positif secara tahunan, namun sedikit melambat apabila dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Outstanding kredit yang disalurkan sampai dengan akhir triwulan
II-2010 adalah sebesar Rp11.233 miliar. Secara tahunan, penyaluran kredit bank umum
tumbuh 20,39% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2009 yang
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 22,60%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi yang mencapai jumlah
Rp6.582 miliar atau tumbuh sebesar 33,44% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit
investasi dan kredit modal kerja pertumbuhannya masing-masing sebesar 25,60% (yoy) dan
0,98% (yoy).
Grafik 3.7. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota
Grafik 3.6.
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota
Ket.*) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2008 2009 2010
Bitung 644 635 552 583 639 642 669 673 705 680
Manado 5,371 5,862 5,959 6,872 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,370
Sangihe Talaud 315 329 343 372 440 473 575 488 559 575
Bolmong 392 427 391 448 553 669 697 632 795 834
Minahasa 468 513 684 586 833 827 794 686 841 812
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung
Rp Miliar
-20 0 20 40 60 80
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q2-10*) Q1-10 Q2-09
50
Grafik 3.9. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Di Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
58,59% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan modal
kerja. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 31,90%, kemudian diikuti oleh
kredit investasi dengan pangsa sebesar 9,51%. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran
kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor lainnya (konsumsi)
dengan jumlah Rp7.119 miliar dengan pangsa 63,37%. Selanjutnya diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 22,45% dari total kredit.
Disusul penyaluran kredit pada sektor jasa dunia usaha dan sektor konstruksi masing-
masing dengan pangsa 4,49% dan 4,48%.
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp8.653 miliar atau mencapai
pangsa pasar 77,03% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar
Rp2.580 miliar dengan pangsa pasar 22,97% dari total kredit.
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Ket *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit
%
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2*)
2009
2010
Konsumsi Investasi Modal Kerja
Rp Miliar
51
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp11.233 miliar, tercatat
64,79% atau sebesar Rp7.278 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado . Selanjutnya
diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,74% (Rp1.431 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,18% (Rp1.143 miliar), Kota Bitung sebesar
6,31% (Rp.709 miliar), dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,98% (Rp.672 miliar).
Grafik 3.12.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota
Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Bank Pemerintah
Bank Swasta
- 10 20 30 40
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q2*)-10
Q1-10
Q2-09
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Bitung Manado Sangihe TalaudBolmong Minahasa
Rp Miliar
Grafik 3.10. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Ket. *) s.d Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
52
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Minahasa sebesar 33,27% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota
Bitung sebesar 14,50% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan
merupakan dampak atas respon pihak perbankan pada proses masa pemulihan
perekonomian global yang kemudian berdampak pada perilaku perbankan yang lebih
memperhitungkan faktor risiko dengan fokus pada prinsip kehati-hatian.
Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan tercermin dari angka Loan to
Deposit Ratio (LDR) sebesar dari 109,37% pada triwulan laporan, meningkat dari posisinya
di periode yang sama tahun lalu sebesar 101,47%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan
LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan
karena pertumbuhan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan DPK
yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah
dialami oleh Kota Manado sebesar 98,76%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Minahasa sebesar 176,23%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten
Bolaang Mongondow sebesar 137,11%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 116,80%, dan
Kota Bitung sebesar 98,76%.
Ket. *) s.d. mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
- 10 20 30 40
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
BitungQ2*)-10
Q1-10
Q2-09
Grafik 3.13.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Ket. *) s.d. mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
53
3.1.4. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang cukup signifikan, ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan II-2010, jumlah kredit MKM
yang berhasil disalurkan mencapai Rp9.155 miliar dengan laju pertumbuhan sebesar
54,57% (yoy). Pencapaian ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan kredit secara
umum pada triwulan laporan yang hanya tumbuh 20,39% (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, pangsa kredit UMKM terhadap penyaluran kredit perbankan
secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2010, pangsa kredit
UMKM tercatat sebesar 81.50%. Kenaikan pangsa kredit UMKM juga diikuti oleh
meningkatnya kualitas kredit UMKM yang tercermin dari penurunan rasio Non Performing
Loan (NPL) jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sampai akhir triwulan II-2010
rasio NPL kredit UMKM tercatat sebesar 3,80%, masih lebih rendah dari batas toleransi
Bank Indonesia sebesar 5%.
Grafik 3.14.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
Ket. *) s.d. Mei 2010 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Kredit UMKM
Kredit Umum
Ket. *) s.d. Mei 2010 Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
54
3.2. RISIKO KREDIT
3.2.1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II-2010
memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat
rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 2,38% turun dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,50%.
Grafik 3.16. Non Performing Loan Kredit UMKM
Grafik 3.15. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Ket. *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Grafik 3.17.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q2 Q3 Q4 Q2*)
Mikro
Kecil
Menengah
Rp Miliar
- 50 100 150 200
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2*)
Menengah Kecil Mikro
Rp Miliar
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2009 2009 2010 2010
Plafond 10,64 11,03 11,73 13,13 13,62
Outstanding 9,627 10,00 10,48 10,84 11,23
Rasio UL (%) 5.50 5.38 6.31 2.32 2.38
-
1
2
3
4
5
6
7
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
%Rp Miliar
55
3.2.2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan
sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah
dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut
Net Interest Margin (NIM). Pada triwulan
laporan, rasio NIM menunjukan angka yang
positif tercatat sebesar Rp603.49 miliar,
mengalami peningkatan signifikan bila
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp513 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam
bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandingkan
dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Hal ini dapat
dikonfirmasi melalui pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK.
3.2.3. Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari
rasio BOPO bank umum yang turun menjadi 70,03% dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 76,05%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah
lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
3.2.4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan I-2010, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 1,11% mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,99%. Peningkatan rasio ROA
ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan
baik oleh bank untuk menghasilkan laba.
Grafik 3.18. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2009 2009 2010 2010
Pend.Bunga 748 1,154 1,580 489.71 835.92
Biaya Bunga 235 348 456 133.70 232.42
NIM 513 805 1,125 356.02 603.49
-
200
400
600
800
1,000
1,200
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
56
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara kelembagaan, jumlah Bank Syariah yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia
Manado sebanyak 3 buah diantaranya Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank
Syariah Mega Indonesia dengan jumlah kantor 10 unit beroperasi di Sulawesi Utara dan 10
unit beroperasi di Gorontalo.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Asset 129,311 142,576 149,299 161,367 165,764 183,415
DPK 155,290 167,426 164,397 94,679 83,203 81,081
Tabungan 11,939 13,781 14,798 13,709 7,892 7,243
Giro 91,698 101,522 98,269 61,215 50,510 52,818
Deposito 51,653 52,123 51,330 19,755 24,801 21,020
Kredit 120,941 134,266 139,499 145,251 150,073 166,634
Modal Kerja 114,904 127,071 129,541 133,153 135,834 151,527
Investasi 2,412 2,741 2,729 2,840 2,988 3,283
Konsumsi 3,625 4,454 7,229 9,258 11,251 11,824
LDR (%) 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.52
2009 2010
Grafik 3.20.
Return On Asset Bank Umum Grafik 3.19.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
BO 683 997 1,329 377 658
PO 880 1,358 1,858 538 912
Rasio 77.62 73.40 71.54 70.03 72.07
66
68
70
72
74
76
78
80
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
%Rp Miliar
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010
Aset (Rp Juta) 14,235 14,860 14,769 15,114 15,867
L/R (Rp Juta) 253 459 428 167 299
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
13,000
13,500
14,000
14,500
15,000
15,500
16,000
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp Miliar)
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
57
Pada triwulan II-2010, secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara mengalami pertumbuhan positif terkecuali total DPK. Total aset bank umum syariah
secara tahunan, sampai dengan posisi bulan Mei 2010 tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 28,64% (yoy). Begitu juga dengan penyaluran pembiayaan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 24,11% (yoy) . Sementara itu, pengumpulan DPK mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -51,57% (yoy) pada periode laporan. Dengan kondisi
tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat tajam dari 80,18% pada triwulan II-
2009 menjadi sebesar 205,52% pada triwulan laporan. Kenaikan yang signifikan pada FDR
tersebut perlu mendapat perhatian sebab peningkatan yang terjadi merupakan dampak
dari turunnya DPK yang mengindikasikan masih rendahnya animo masyarakat Sulawesi
Utara untuk menyimpan dananya di bank umum syariah. Hal ini merupakan tantangan
bagi perbankan syariah di Sulawesi Utara. Ke depannya, perlu dilaksanakan upaya-upaya
dalam menjaga daya saing dan meningkatkan pengembangan bank umum syariah,
terutama dalam hal sosialisasi dan financial deepening dengan memperkaya variasi produk
maupun jasa yang dihasilkan tanpa mengesampingkan aspek kesesuaian prinsip syariah.
3.4. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Laju pertumbuhan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit BPR secara tahunan Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan II-2010 menunjukan peningkatan apabila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan
kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Pada triwulan laporan, pertumbuhan asset BPR secara tahunan meningkat dari 18.11%
(yoy) pada triwulan II-2009 menjadi 33.91% (yoy) atau menjadi Rp295,2 miliar. Selanjutnya
pertumbuhan kredit meningkat dari 15,01% (yoy) menjadi 23,80% (yoy) atau menjadi
sebesar Rp224,7 miliar. DPK juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 18,29% (yoy)
menjadi 32,23%(yoy) atau menjadi sebesar Rp212 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa mencapai 65,08%.
Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga
simpanan di BPR.
58
Sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa
mencapai 66,34% dari total kredit. Hal ini diperkirakan merupakan indikasi dari
meningkatnya aktivitas perekonomian khususnya di sektor konsumsi. Namun demikian,
rasio LDR mengalami penurunan dari 111,32% pada triwulan II-2009 menjadi 106% pada
triwulan laporan. Kualitas kredit BPR memburuk seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan
persentase kredit bermasalah (NPL gross) yang mencapai 4,20% pada triwulan laporan.
Walaupun masih berada dibawah level toleransi Bank Indonesia (B)I, namun peningkatan
NPL ini perlu menjadi perhatian.
Ket *) s.d. Mei 2010
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2010
Aset BPR Kredit BPR
DPK BPR DPK Bank Umum
%
Grafik 3.21. Pertumbuhan Aset, Kredit & DPK BPR
serta DPK Bank Umum
59
No Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10
1.
a. Tanaman Pangan 8.794 10.686 10.333 13.875 10.834
b. Tanaman Perkebunan 12.117 13.124 15.471 7.083 6.471
c. Perikanan 65.174 67.038 77.182 76.134 72.873
d. Peternakan 22.771 24.458 27.423 25.679 24.511
2. 2.000 2.000 2.002 2.016 2.015
3. 20 19 19 19 19
4. 0 0 0 0 0
5. 7.452 7.595 7.779 7.566 7.876
118.328 124.920 140.209 132.372 124.599TOTAL
Sub Sektor Pertanian
Pertanian
Sarana Pertanian
Lainnya
Perburuan
Kehutanan dan pemotongan kayu
BOKS 2.
KOMITMEN BANK INDONESIA DAN PERBANKAN DALAM MENDORONG
PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Penyaluran kredit di sektor pertanian selama Tahun 2010, menunjukan perkembangan yang
stagnan. Sampai dengan Mei 2010, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp124,60 milliar,
mengalami penurunan dibandingkan posisi April 2010 yang tercatat Rp132,37 milliar.
Menindaklanjuti hal tersebut, Bank Indonesia dan perbankan di Sulawesi Utara telah
mengadakan pertemuan bersama yang pada intinya membahas faktor penyebab cenderung
stagnannya penyaluran kredit di sektor pertanian, serta langkah/upaya apa yang telah dilakukan
oleh perbankan untuk mendorong penyaluran kredit pada sektor tersebut.
Beberapa hal yang dapat disarikan dari pertemuan tersebut adalah :
1. Bank Indonesia dan Perbankan di Sulawesi Utara tetap memiliki komitmen untuk berperan
serta dalam mendorong percepatan pemberdayaan ekonomi daerah melalui pembiayaan
pada sektor ekonomi produktif, secara khusus pada sektor pertanian.
2. Beberapa faktor menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan kredit pertanian yaitu :
Tingginya rasio kredit bermasalah pada sektor pertanian yang mencapai 10,18% pada
Mei 2010, jauh melebihi batas toleransi yang diperkenankan oleh Bank Indonesia sebesar
5%. Penurunan kualitas kredit pertanian ini, tentunya menjadi pertimbangan tersendiri
bagi perbankan dalam menilai resiko kredit pada sektor pertanian sehingga mendorong
mereka lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini tak jarang selain disebabkan
oleh faktor alam dan kegagalan panen, juga terdapatnya pandangan di bagian
masyarakat tertentu yang menganggap kredit merupakan pemberian cuma-cuma yang
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Prov. Sulut (Rp. Juta)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II ,diolah
60
tidak perlu dikembalikan.
Rendahnya penyaluran kredit pertanian pada periode-periode sebelumnya juga
menyebabkan terbatasnya alokasi dana yang disediakan oleh masing-masing bank karena
mengacu pada pengalaman di periode-periode sebelumnya dimana penyaluran kredit di
sektor pertanian masih kecil. Hal ini tentunya berkaitan juga dengan tingginya faktor
resiko kredit di sektor pertanian, tercermin dari rasio NPL (Non Performing Loan) yang
tinggi.
Penagihan yang intensif dari bank sehingga pelunasan kredit berjalan lebih cepat
dibandingkan realisasi kredit baru.
3. Dalam upaya mengantisipasi berlangsungnya panen raya cengkeh, perbankan Sulawesi
Utara berkomitmen untuk turut serta dalam memberikan pembiayaan baik pra panen
maupun pasca panen. Namun hingga saat ini masih sangat sedikit petani yang datang ke
bank untuk mendapatkan fasilitas itu. Informasi dari salah satu bank menyebutkan bahwa
bank umumnya memberikan pembiayaan kepada petani pengumpul dengan pola
kemitraan. Dengan pola kemitraan tersebut, maka para petani yang sekiranya
membutuhkan biaya pra panen (seperti pembelian karung dan peralatan pertanian lainnya),
akan mendapatkan pembiayaan dari para pedagang pengumpul tersebut. Besaran pokok
dan bunga dari pinjaman yang didapat oleh petani cengkeh selanjutnya akan
diperhitungkan dari hasil penjualan cengkeh pada saat panen. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan prosesnya lebih mudah dan praktis.
4. Saat ini beberapa bank penyalur KUR (Kredit Usaha Rakyat) telah melakukan sosialisasi
sekaligus menyalurkan. Namun demikian, hal tersebut belumlah maksimal disebabkan oleh
belum adanya keputusan dari Kementerian Keuangan terkait mekanisme pengawasan KUR,
disamping itu rasio kredit bermasalah dalam penyaluran KUR di beberapa bank juga
menunjukan perkembangan yang meningkat (kurang menggembirakan).
5. Mengacu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 dalam Pasal 2
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
oleh perbankan dalam bentuk kredit sebagian besar berasal dari dana nasabah yang
disimpan pada bank tersebut baik dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dengan
demikian, sudah sewajarnya apabila perbankan harus mampu mengelola dana tersebut
secara baik dengan tetap mengaplikasikan prinsip kehati-hatian (prudential banking
system). Apabila tidak dikelola dengan baik, pada suatu kondisi tertentu bank tersebut
dapat mengalami kegagalan dan dalam hal ini bukan hanya bank yang mengalami kerugian
namun kita selaku penyimpan dana juga akan merasakan dampaknya.
61
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output daerah, mencapai
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian daerah, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan daerah secara umum. Selain itu, APBD juga merupakan kebijakan
operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah yang telah
ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. Karena pada
hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat, maka APBD harus benar-benar menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pembahasan dalam laporan ini dibatasi pada
perkembangan realisasi anggaran pemerintah daerah tingkat Provinsi Sulawesi Utara,
sedangkan realisasi anggaran 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat
tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data realisasi yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010
diperkirakan mencapai Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat
terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan komponen dari dana
perimbangan yang naik 9,17% (yoy) mencapai jumlah Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana
Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88%
dibandingkan tahun sebelumnya.
62
4.1. DANA PERIMBANGAN
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi
Utara Tahun 2010 menunjukan peningkatan sebesar 3,40% dibandingkan dengan Tahun
2009. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi,
kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,68 Triliun. Sebagian besar
kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2010 mengalami penurunan alokasi anggaran
dibandingkan tahun lalu. Namun demikian Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur (Boltim), dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel)
mengalami peningkatan alokasi dana dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan
daerah tersebut merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan dana untuk
mengejar target pembangunannya.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi
Utara
Dana Perimbangan 3.796.133 4.375.802 5.282.510 5.462.060
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222.918 274.401 335.993 330.894
Dana Alokasi Umum (DAU) 3.071.594 3.427.845 4.059.322 4.431.419
Dana Alokasi Khusus (DAK) 501.621 673.556 887.196 699.748
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160.774 280.370 393.844 221.120
TOTAL 3.956.907 4.656.172 5.676.354 5.683.1801 Data Update per 25 Juni 2010
Dana 2007 2008 2009 2010 1
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
63
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2010, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp666,51 miliar dengan
pangsa 12,20%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp494,52 miliar dengan pangsa
9,05% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.466,59 dengan pangsa 8,54%
dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp358,09 miliar dengan pangsa 6,56%. Alokasi dana
terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,07% dari
total dana perimbangan atau sebesar Rp222,51 milliar.
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
12,2%
9,1%
6,0%
4,9%
8,5%
6,5%6,0%
6,4%
6,0%
6,6%
4,7%
4,9%
5,0%
5,0%
4,1% 4,2% Pemprov Manado
Bitung Tomohon
Minahasa Minsel
Minut Bolmong
Talaud Sangihe
Kotamobagu Bolmut
Sitaro Mitra
Boltim Bolsel
12,7%
9,8%
6,4%
5,4%
8,8%
6,8%6,3%
6,4%
6,5%
7,9%
5,0%
5,0%
5,4%
5,2%
1,0%
1,3%
Pemprov Manado
Bitung Tomohon
Minahasa Minsel
Minut Bolmong
Talaud Sangihe
Kotamobagu Bolmut
Sitaro Mitra
Boltim Bolsel
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Dana Perimbangan
64
Berdasarkan komponennya, alokasi dana
perimbangan di masing – masing wilayah
administratif di Sulawesi Utara pada APBD
Tahun 2010 sebagian besar berasal dari Dana
Alokasi Umum. Sementara itu, Dana Bagi Hasil
yang diperuntukan guna mengatasi masalah
ketimpangan vertikal (antara Pusat dan
Daerah) yang dilakukan melalui pembagian
hasil dari sebagian penerimaan perpajakan
(nasional) dan penerimaan sumber daya alam
antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil,
masih menunjukan prosentase yang relatif kecil. Rendahnya pangsa Dana Bagi Hasil di
Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi Sulawesi Utara terhadap
penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan sumber daya alam masih
kecil.
4.2. PERKEMBANGAN APBD PROVINSI
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2010 menunjukan pencapaian yang lebih
baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan 30 Juni
2010, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp423,57 miliar atau sebesar 38,7% dari
target pengeluaran dalam APBD sebesar Rp1.094 miliar. Sementara itu, realisasi pendapatan
pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp589,39 miliar atau telah mencapai 55,3% dari
target pendapatan dalam APBD sebesar Rp1.066 miliar. Secara neto, APBD Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2010 mengalami defisit sebesar Rp27 miliar. Namun demikian, bila
dibandingkan APBD-P 2009 defisit APBD Sulut tahun 2010 sudah jauh menurun. Untuk
menutupi defisit tersebut, pemerintah provinsi menggunakan pos Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA) dan penerimaan kembali investasi daerah.
6,06%
81,13%
12,81%
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Grafik 4.4. Komposisi Dana Perimbangan APBD-2010
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
65
4.2.1 Pendapatan Provinsi
Pendapatan daerah adalah total penerimaan dana yang diperoleh daerah pada suatu
periode waktu tertentu. Besarnya nilai pendapatan daerah merupakan ukuran besarnya
kemampuan fiskal suatu daerah. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula
kekuatan fiskal daerah. Untuk itu suatu daerah diharapkan dapat memaksimalkan setiap
potensi penerimaan pendapatan daerahnya, sehingga dapat memberikan ruang gerak
kebijakan fiskal yang lebih luas.
Sampai dengan triwulan II-2010 realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Utara telah
mencapai Rp589,39 miliar, atau sebesar 55,3% dari target pendapatan dalam APBD.
Berdasarkan komponen pembentuknya, sumber penerimaan terbesar berasal dari dana
perimbangan (utamanya Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 62,5% disusul Penerimaan
Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 32,8%.
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-
aset yang dimiliki pada triwulan II-2010 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari
pencapaian realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) pada triwulan laporan sebesar 57,1%
dari target APBD atau meningkat dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun
lalu yang hanya mencapai 46,9% dari target APBD 2009. Berdasarkan komponen
pembentuknya, PAD ini terutama bersumber dari penerimaan pajak (89,1%) sedangkan
sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Tabel 4.3. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
I Pendapatan 1.028.716 476.924 46,4 1.066.545 589.394 55,3
Pendapatan Asli Daerah 309.720 145.121 46,9 350.031 199.718 57,1
Dana Perimbangan 668.996 326.479 48,8 666.514 356.875 53,5
Lain-lain PAD yang Sah 50.000 5.324 10,6 50.000 32.801 65,6
II Belanja 1.120.452 401.679 35,8 1.093.545 423.568 38,7
Belanja Operasi 702.081 281.637 40,1 746.124 349.867 46,9
Belanja Modal 242.945 63.256 26,0 207.921 32.634 15,7
Belanja Tidak Terduga 7.500 1.454 19,4 7.500 405 5,4
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 167.925 55.332 33,0 132.000 40.662 30,8
III Pembiayaan 91.736 (150.000) 27.000 (215.000)
Penerimaan Daerah 391.836 100.000 25,5 329.000 39.000 11,9
- SILPA 54.836 - - 29.000 - -
Pengeluaran Daerah 300.100 250.000 83,3 302.000 254.000 84,1
No UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2009APBD 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2010
66
Namun demikian, pencapaian PAD sepanjang Tahun 2010 tersebut masih relatif kecil bila
dibandingkan kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari relatif
rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan PAD terhadap total belanja
yang hanya 32%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih
digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
4.2.2 Belanja Provinsi
Belanja daerah merupakan salah satu instrumen fiskal daerah yang paling signifikan
disamping pajak dan retribusi daerah. Besarnya belanja daerah ini akan mencerminkan
peranan pemerintah daerah terhadap perekonomian daerah. Sebagai instrumen fiskal,
besarnya belanja daerah ini juga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Realisasi belanja daerah yang besar merupakan indikasi peran fiskal daerah yang ekspansif,
yang diharapkan dapat berpengaruh positif dalam peningkatan output daerah, selain
investasi daerah dan ekspor daerah.
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2010 adalah sebesar Rp1.093 miliar,
mengalami sedikit penurunan dibandingkan total belanja pada APBD 2009 sebesar Rp1.122
miliar. Namun demikian, kinerja belanja provinsi menunjukan peningkatan dibandingkan
tahun lalu. Realisasi belanja provinsi sampai dengan triwulan II-2010 mencapai Rp423,57
miliar atau mencapai 38,7% dari target total belanja dalam APBD, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun lalu sebesar 35,8%.
Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2010
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1.028.716 476.924 46,4 1.066.545 100,0 589.394 55,3
Pendapatan Asli Daerah 309.720 145.121 46,9 350.031 32,8 199.718 57,1
- Pajak Daerah 275.626 134.797 48,9 311.927 89,1 172.510 55,3
- Retribusi Daerah 7.594 3.189 42,0 11.589 3,3 4.880 42,1
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16.500 - - 16.500 4,7 13.484 82
- Lain-lain 10.000 7.136 71,4 10.015 2,9 8.845 88,3
Dana Perimbangan 668.996 326.479 48,8 666.514 62,5 356.875 53,5
- Dana Bagi Hasil Pajak 56.516 6.882 12,2 54.035 8,1 25.032 46,3
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 621 64,4 965 0,1 534 55,3
- Dana Alokasi Umum 558.635 279.317 50,0 558.635 83,8 325.956 58,3
- Dana Alokasi Khusus 52.879 39.659 75,0 52.879 7,9 5.353 10,1
Lain-lain Pendapatan yang Sah 50.000 5.324 10,6 50.000 4,7 32.801 65,6
UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2009 APBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2010
67
Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2010
Menurut komponen pembentuknya, belanja provinsi didominasi untuk belanja operasional
dengan pangsa 68,2% atau mencapai Rp746,12 miliar. Sampai dengan triwulan II-2010
realisasi belanja operasional telah mencapai 46,9% (Rp349,87 miliar). Sementara itu,
pangsa belanja modal hanya sebesar 19% atau senilai Rp207,92 miliar dari total anggaran
belanja secara keseluruhan, dengan nilai realisasi pada triwulan II-2010 hanya mencapai
15,7% atau sebesar Rp32,63 miliar. Hal ini menunjukan bahwa belanja daerah masih
banyak dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain
sebagainya).
4.2.3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama
berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal
diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 4,16%
terhadap proyeksi PDRB Provinsi Sulawesi Utara triwulan II-2010, sedangkan realisasi belanja
modal hanya memberikan kontribusi sebesar 0,39%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memberikan
kontribusi sebesar 5,03% terhadap proyeksi PDRB Sulawesi Utara triwulan II-2010.
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
BELANJA*) 1.120.452 401.679 35,8 1.093.545 100,0 423.568 38,7
Belanja Operasi 702.081 281.637 40,1 746.124 68,2 349.867 46,9
- Belanja Pegawai 397.308 169.894 42,8 402.388 53,9 184.591 45,9
- Belanja Barang 221.274 69.177 31,3 231.236 31,0 93.019 40,2
- Belanja Hibah 16.375 9.235 56,4 63.500 8,5 49.020 77,2
- Belanja Bantuan Sosial 57.125 33.332 58,3 45.000 6,0 19.236 42,7
- Belanja Bantuan Keuangan 10.000 - - 4.000 0,5 4.000 100
Belanja Modal 242.945 63.256 26,0 207.921 19,0 32.634 15,7
- Belanja Tanah - - - 13.800 6,6 3.000 22
- Belanja Peralatan dan Mesin - - - 24.789 11,9 5.600 22,6
- Belanja Bangunan dan Gedung - - - 17.921 8,6 4.876 27
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - - - 148.113 71,2 19.035 12,9
- Belanja Aset Tetap Lainnya - - - 3.298 1,6 122 4
Belanja Tak Terduga 7.500 1.454 19,4 7.500 0,7 405 5,4
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 167.925 55.332 33,0 132.000 12,1 40.662 30,8
UraianAPBD-P 2009
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2009 APBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2010
Ket: *) Penyusunan anggaran Belanja dalam APBD-P 2009 menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 25 Tahun 2009, sedangkan
untuk APBD 2010 menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
68
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 Juni 2010 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
pengeluaran pemerintah (belanja pemerintah) lebih kecil dibandingkan jumlah
pendapatannya.
Tabel 4.6. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 Juni 2010
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATAN 589.394 7,00
Pendapatan Asli Daerah 199.718 2,37
- Pajak Daerah 172.510 2,05
- Retribusi Daerah 4.880 0,06
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13.484 0,16
- Lain-lain 8.845 0,11
Dana Perimbangan 356.875 4,24
- Dana Bagi Hasil Pajak 25.032 0,30
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 534 0,01
- Dana Alokasi Umum 325.956 3,87
- Dana Alokasi Khusus 5.353 0,06
Lain-lain Pendapatan yang Sah 32.801 0,39
BELANJA 423.568 5,03
Konsumsi Pemerintah 349.867 4,16
- Belanja Pegawai 184.591 2,19
- Belanja Barang 93.019 1,10
- Belanja Hibah 49.020 0,58
- Belanja Bantuan Sosial 19.236 0,23
- Belanja Bantuan Keuangan 4.000 0,05
- Belanja Tak Terduga 405 0,00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 40.662 0,48
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 32.634 0,391 Data menggunakan PDRB harga berlaku proyeksi Tw.II-2010
Uraian
Realisasi
APBD Tw.II-
2010
(Rp Juta)
% thd PDRB 1
69
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No.3
tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Sehingga sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, Kantor Bank
Indonesia (KBI) Manado mempunyai tugas menjaga dan mengatur kelancaran sistem
pembayaran baik tunai maupun non tunai di daerah Sulawesi Utara. Dalam rangka
mendukung kelancaran aktivitas perekonomian Sulawesi Utara, KBI Manado senantiasa
mengupayakan kelancaran sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal.
Dalam transaksi tunai, KBI Manado berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat
waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sedangkan dalam transaksi non
tunai, KBI Manado selalu berusaha menjaga kelancaran sistem pembayaran yang efektif
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2009.
Peningkatan transaksi pembayaran tunai ini tercermin pada kenaikan jumlah uang kartal
yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow) pada triwulan II-2010. Jumlah
uang kartal yang dikeluarkan Bank Indonesia Manado meningkat sebesar 47,66% dari
Rp355,29 miliar pada triwulan II-2009 menjadi Rp524,64 miliar pada periode laporan.
Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor
Bank Indonesia Manado pada triwulan II-2010 hanya tercatat sebesar Rp303,01 miliar.
Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow
sebesar Rp221,63 miliar atau meningkat 13,37%, triwulan yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp195,48 miliar. Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kebutuhan
akan uang tunai selama proses persiapan menjelang Pilkada Provinsi/Kabupaten/Kota. Selain
70
itu, dimulainya tahun ajaran baru juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan uang
tunai terutama untuk transaksi selama masa liburan dan pembelian peralatan serta
perlengkapan sekolah. Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi pada bulan Mei 2010
sebesar Rp129,86 miliar, berikutnya berturut-turut di bulan Juni dan April 2010 masing-
masing sebesar Rp71,58 miliar dan Rp20,19 miliar.
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar, dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB). Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur
dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan II-2010, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 97,86%,
jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat
sebesar 49%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama
triwulan laporan adalah sebesar Rp296,52 miliar atau naik 278,66% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik
dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122 235 617 303
Outflow (-) -87 -337 -370 -428 -18 -355 -235 -687 -0,77 -525
Net Flow 505 -218 -268 -211 595 -195 -113 -453 616 -222
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800miliar
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
71
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122 235 617 303
PTTB 305 169 118 102 53 78 490 209 261 297
Rasio 51,4 142, 114, 46,9 8,57 49,0 402, 89,1 42,3 97,8
-
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
-
100
200
300
400
500
600
700 % Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010
Inflow 533 516 702 615 621 542 645 629 672 547
Outflow -463 -672 -755 -560 -443 -611 -566 -673 -537 -586
Netflow 70 -156 -53 55 178 -69 80 -44 135 -39
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar)
72
Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukan posisi net outflow. Sepanjang triwulan II-2010 posisi aliran kas titipan
Gorontalo menunjukan nilai net outflow sebesar Rp38,52 miliar. Net outflow yang terjadi
selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan
sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuha, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net
outflow (kecuali pada awal tahun). Pada triwulan II-2010, kas titipan di Tahuna mengalami
net outflow sebesar Rp58 miliar atau meningkat 13,73% dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Kondisi net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna
mengindikasikan perkembangan pembangunan yang cukup pesat antara lain
pembangunan sarana/prasarana pengaman pantai, pembangunan rumah khusus,
pembangunan prasarana dermaga penyeberangan dan pembangunan prasarana bandar
udara, yang mendorong bergairahnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukan adanya
penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang
palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan II-2010
hanya tercatat sebanyak 3 lembar yang keseluruhannya merupakan uang pecahan
Rp50.000,00. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010
Inflow 51 19 23 36 57 27 40 108 40 39
Outflow -31 -67 -71 -100 -39 -78 -63 -111 -50 -97
Netflow 20 -48 -49 -63 18 -51 -23 -3 -11 -58
-150
-100
-50
0
50
100
150
Grafik 5.4. Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
73
sebesar 18 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat
terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.
Sebagai strategi preventif, Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk
meminimalisir pergerakan pelaku pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri
keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia,
kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah
namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan
mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu
karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi.
Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak
Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
5.2. PERKEMBANGAN ALAT PEMBAYARAN NON-TUNAI
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2010 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 80.399 lembar dengan nilai
Rp1.674 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 2,95% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.299 lembar dengan nilai sebesar
Rp27,08 miliar atau tumbuh sebesar 3,48% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal
kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami
pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
- Rp100.000,- 2 1.014 14 1 14 5 4 18 14 0
- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15 19 3
- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10 0 0
- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2 1 0
- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2 3 0
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25 1.035 33 136 41 18 14 47 37 3
2009 20102008Pecahan
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
74
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 2,16% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,96%.
Sementara itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya juga terdapat kenaikan dari 1,08% pada
triwulan II-2009 menjadi 2,44% pada triwulan II-2010 dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, mempunyai keunggulan
dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat
diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal transaksi RTGS selama triwulan II-2010
(dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.397,14 miliar atau mengalami
peningkatan nilai sebesar 4,45% dibandingkan nilainya di triwulan II-2009. Sejalan dengan
jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan dari 4.943 transaksi di triwulan II-2009 menjadi 5.193 transaksi pada
triwulan II-2010, atau tumbuh sebesar 5,06% (yoy).
Jika ditelusuri lebih dalam, perkembangan transaksi RTGS yang masuk ke wilayah Sulawesi
Utara (kolom To pada tabel 5.3) menunjukan pertumbuhan positif dibandingkan transaksi
RTGS yang keluar wilayah Sulawesi Utara (kolom From pada tabel 5.3) yang tercatat
mengalami kontraksi. Hal ini mencerminkan pembangunan dan kegiatan perekonomian
yang terus berkembang di wilayah Sulawesi Utara juga ditopang oleh arus dana dari luar
wilayah Sulawesi Utara.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Perputaran Kliring
a. Lembar 71.180 75.825 79.174 76.409 72.982 79.557 82.114 84.032 75.799 80.399
b. Nominal (Rp miliar) 1.402 1.356 1.590 1.535 1.497 1.626 1.722 1.860 1.658 1.674
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1.194 1.205 1.237 1.297 1.236 1.282 1.369 1.384 1.221 1.299
b. Nominal (Rp miliar) 23,51 21,65 24,84 26,06 25,40 26,17 28,72 30,71 26,73 27,08
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 0,37 0,57 0,79 1,04 0,99 0,96 1,06 1,33 1,02 2,16
b. Nominal (%) 0,73 0,44 1,02 1,54 0,91 1,08 1,27 1,45 1,01 2,44
KETERANGAN2008 2009 2010
Tabel 5.2.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
75
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Jan 196,05 619 490,73 1.275 686,78 1.894
Feb 220,92 716 435,00 784 655,92 1.500
Mar 278,32 751 563,45 835 841,77 1.586
Tw I-2009 695,29 2.086 1.489,18 2.894 2.184,47 4.980
Apr 254,13 845 623,87 994 878,00 1.839
Mei 250,57 946 515,09 849 765,66 1.795
Jun 156,81 479 494,57 830 651,38 1.309
Tw II-2009 661,51 2.270 1.633,53 2.673 2.295,04 4.943
Jul 127,73 420 539,12 1.388 666,85 1.808
Agust 130,87 502 502,00 800 632,87 1.302
Sep 143,68 460 526,54 792 670,22 1.252
Tw III-2009 402,28 1.382 1.567,66 2.980 1.969,94 4.362
Okt 191,76 718 498,42 799 690,18 1.517
Nov 225,20 748 544,54 941 769,74 1.689
Dec 356,68 1.036 597,55 1.532 954,23 2.568
Tw IV-2009 773,64 2.502 1.640,51 3.272 2.414,15 5.774
Jan 182,88 694 709,22 1.102 892,10 1.796
Feb 192,27 638 553,24 1.339 745,51 1.977
Mar 239,37 833 726,79 1.120 966,16 1.953
Tw I-2010 614,52 2.165 1.989,25 3.561 2.603,77 5.726
Apr 213,78 740 581,82 968 795,60 1.708
Mei 195,30 676 522,58 932 717,88 1.608
Jun 244,18 800 639,48 1.077 883,66 1.877
Tw II-2010 653,26 2.216 1.743,88 2.977 2.397,14 5.193
Pertumbuhan (YoY %) -1,25 -2,38 6,76 11,37 4,45 5,06
Periode
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
Tabel 5.3.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
76
Halaman ini sengaja dikosongkan
77
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan membaiknya berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem
pembayaran dan fiskal pada triwulan II-2010, kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Utara terus menujukan perbaikan. Tingkat Pengangguran di Sulawesi Utara pada Februari
2010 menurun, yang tercermin dari nilai TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar
10,48%, merupakan angka terendah sejak tahun 2006. Jumlah penyerapan tenaga kerja
baru diperkirakan masih menunjukan perkembangan positif pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan
utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan
dan sektor jasa.
Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara juga diperkirakan akan
meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, diantaranya Indeks
Ekspektasi Penghasilan yang berada pada level optimis di periode laporan, peningkatan NTP
(Nilai Tukar Petani) dan penurunan tingkat kemiskinan.
6.1. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara, memasuki triwulan II-2010, diperkirakan masih
menunjukan perkembangan yang positif. Tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak
terserap oleh beberapa sektor di Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, pelaku usaha masih menunjukan tingkat optimisme peningkatan penggunaan
tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai SBT SKDU yang masih bernilai positif sebesar
11,67%, lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai SBT periode yang sama tahun
sebelumnya.
Berdasarkan lapangan usahanya selama triwulan laporan, sektor pertanian diperkirakan
akan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Hal ini seiring dengan mulai
berlangsungnya panen raya cengkeh di beberapa wilayah di Sulut. Kondisi serupa juga
terjadi pada sektor PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja pada triwulan II-
2010 sebagai dampak berkembang pesatnya sektor ini dan semakin dikenalnya Kota
Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik dan dunia. Perkiraan terbesar akan
78
peningkatan tenaga kerja terutama berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi, yang
tercermin dari nilai SBT SKDU sebesar 3,7%.
Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2010 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1.074.256 orang (62,79%) masih lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 636.668 orang. Jumlah
angkatan kerja ini menurun tipis sebesar 0,27% (yoy) atau sebanyak 2.899 orang
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut komponen penyusunnya, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2010 juga mengalami sedikit
penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah 961.648 orang, menurun
0,10% (yoy) atau sebanyak 979 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring
dengan berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja, jumlah orang yang mencari kerja pun
mengalami penurunan yaitu dari 114.528 orang pada Februari 2009 turun 1,68% (yoy)
menjadi 112.608 orang pada Februari 2010.
Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2009 Februari 2010
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami sedikit penurunan dari 63,91% pada Februari 2009 menjadi 62,79% pada
Februari 2010. TPAK sebesar 62,79% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 62-63
penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100
orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) pada Februari 2010 sebesar 10,48%, merupakan angka yang
terendah sejak Tahun 2006. Hal ini menunjukan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
79
yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya
sudah mempunyai perkerjaan.
Komposisi penduduk Sulawesi Utara yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan
utama relatif sama dibanding keadaan Februari 2009 maupun Agustus 2009. Sektor
pertanian (pertanian, perkebunan,kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan
lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 332.981 orang
(34,63%). Namun demikian sektor ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 386.873 orang.
Secara umum bila dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2009, seluruh sektor
terkecuali sektor pertanian dan angkutan, mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja.
Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun sektor pertanian paling banyak digeluti
oleh tenaga kerja di Sulawesi Utara, namun pangsanya terus menurun dan mengalami
pergeseran terutama ke sektor perdagangan, jasa dan angkutan. Pergeseran ini terjadi
terkait berkembang pesatnya sektor perdagangan ritel (PHR) dan jasa sebagai dampak
semakin dikenalnya Kota Manado sebagai kota tujuan pariwisata domestik dan dunia.
Tabel 6.2. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.1. Struktur Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi
di Sulawesi Utara
34.63%
3.23%
5.97%0.49%
5.96%18.55%
10.13%
2.01%19.03%
Pertanian Pertambangan Industri
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan
Angkutan Keuangan Jasa
80
Berdasarkan statusnya, struktur pekerjaan penduduk pada bulan Februari 2010 mengalami
pergeseran. Jika pada periode-periode sebelumnya didominasi oleh berusaha sendiri, pada
Februari 2010 status pekerjaan penduduk yang mendominasi bergeser menjadi
buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 322.315 orang (33,52%). Status pekerjaan
penduduk yang bekerja terkecil adalah kategori pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap
buruh dibayar sebanyak 40.962 orang (4,26%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di
daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 178.183
orang (47,42%) dan berusaha sendiri sebesar 95.417 orang (25,39%). Sedangkan untuk
daerah pedesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian besar adalah berusaha
sendiri yaitu sebesar 164.136 (28,02%) dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 144.132
orang (24,60%).
6.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara diperkirakan meningkat di triwulan II tahun 2010. Hal ini terkonfirmasi dengan Indeks
Ekspektasi Penghasilan berdasarkan Survei Konsumen (SK) Kota Manado yang mengalami
sedikit penurunan dari 136 pada triwulan yang sama periode sebelumnya menjadi 134 pada
triwulan laporan, namun masih berada pada level optimis.
Secara khusus, kesejahteraan masyarakat petani juga terindikasi mengalami peningkatan.
Kondisi ini tercermin dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II-
2010 sebesar 101,47, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yang tercatat sebesar
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan di Sulawesi Utara
81
101,43. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang
Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar
dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan II-2010. Adapun
kenaikan IB terutama datang dari naiknya indeks harga bahan makanan dan makanan jadi
(untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal &
transportasi (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2010 kembali mengalami
penurunan yang tercatat sebesar 0,69% (yoy). Bila pada Maret 2009 jumlah penduduk
miskin Provinsi Sulawesi Utara sebesar 220 juta jiwa maka pada Maret 2010 telah turun
menjadi 206,72 juta jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2010 ini merupakan
lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007 yang sejalan dengan tren perkembangan
tingkat kemiskinan Nasional. Secara umum, tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara relatif
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan secara nasional.
Tabel 6.4. Indeks Harga Yang Diterima & Dibayar Petani serta Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Utara (2007 = 100)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
82
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2009 Maret 2010, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.9.562, yaitu dari Rp.184.772,- per kapita per bulan pada Maret
2009 menjadi Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Walaupun terjadi
peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu
mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis
Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (12.840 orang) mampu keluar dari kemiskinan.
Grafik 6.2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.3. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
0
5
10
15
20
25
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10
Desa Kota
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18%
Tabel 6.5. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
83
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2009,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,67 persen, pada bulan Maret 2010, peranannya
sedikit mengalami penurunan menjadi 77,49 persen. Dengan kata lain peningkatan Garis
Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang
lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) ternyata mengalami perbaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan
menurun dari 1,55 pada Maret 2009 menjadi 1,14 pada Maret 2010. Sedangkan Indeks
Keparahan Kemiskinan turun dari 0,36 menjadi 0,24 pada periode yang sama . Nilai indeks
(P1) menunjukan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata
kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini sering digunakan sebagai dasar
penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.
Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin.Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode
Maret 2009-Maret 2010 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan
konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.
Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
84
Kedalaman kemiskinan di pedesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai
indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,12. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di pedesaan yang ditunjukkan dari disparitas
nilai indeks (P2) dimana di pedesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30.
85
BAB VII PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI & INFLASI
7.1. PROSPEK EKONOMI MAKRO
Perkembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010 diperkirakan akan
tumbuh cukup tinggi mencapai 7,59% (yoy) . Pertumbuhan ini diantaranya didukung oleh
penyelenggaraan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di 7 Kabupaten/Kota dan Provinsi yang
direncanakan akan dilaksanakan secara serentak pada awal Agustus 2010. Kegiatan Pilkada
ini diperkirakan tidak hanya akan meningkatkan aktivitas konsumsi swasta namun juga
belanja pemerintah tercermin dari besarnya alokasi dana Pilkada yang mencapai Rp180
milliar, dengan rincian : Rp116 milliar di tingkat provinsi dan Rp64 miliar di tingkat
kabupaten/kota. Meningkatnya aktivitas konsumsi sudah mulai dirasakan seiring dengan
maraknya pemasangan baliho, spanduk, iklan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah di berbagai sudut kota khususnya di daerah-daerah yang menyelenggarakannya.
Selain aktivitas konsumsi terkait dengan Pilkada, faktor lain yang berpotensi mendorong
pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang adalah kegiatan musiman berupa masih
berlangsungnya tahun ajaran baru di beberapa sekolah, datangnya bulan suci Ramadhan
serta perayaan Hari Raya Idul Fitri. Di samping itu, pesta perayaan pengucapan syukur atas
hasil panen yang berlangsung pada Juli 2010 diperkirakan juga turut berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2010.
.
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan ekspor masih menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sulawesi Utara. Konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan mengalami
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha
Provinsi Sulawesi Utara
Ket: * Perkiraan Kegiatan Usaha hasil SKDU ** Perkiraan Bank Indonesia Manado Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
(40,00)
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* Q3**
2008 2009 2010
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
Optimisme pertumbuhan ekonomi
yang semakin membaik pada
triwulan III-2010 antara lain
tercermin dari meningkatnya
indikator ekspektasi kegiatan
usaha Hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) dengan persentase
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) di
triwulan III-2010 sebesar 40,93%.
86
peningkatan, terkait dengan pola konsumsi musiman menjelang tahun ajaran baru 2010,
pesta perayaan pengucapan syukur, Bulan Suci Ramadhan dan peringatan Hari Raya Idul
Fitri. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat karena adanya realisasi
pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Selain itu, masih berlangsungnya panen raya
cengkeh yang sebagian besar akan berlangsung pada bulan Juli dan Agustus 2010, akan
mendorong kenaikan pendapatan khususnya bagi para petani, yang pada tahap selanjutnya
akan meningkatkan belanja konsumsi. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui
peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang
(termasuk tingkat penghasilan) tercermin dari kenaikan Indeks Ekspektasi Ekonomi.
Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan III-2010 diperkirakan akan membaik. Potensi
ekspor Sulawesi Utara yang utama adalah produk kelapa seperti minyak kelapa murni (virgin
coconut oil), dan produk turunannya diantaranya adalah tepung kelapa dan arang kelapa.
Produk pertanian lain yang potensial untuk diekspor adalah kopra, pala dan cengkeh. Saat
ini, Provinsi Sulawesi Utara sedang mengalami panen raya cengkeh dengan estimasi hasil
panen mencapai 15.000 ton. Dengan adanya panen raya cengkeh yang jatuh pada bulan
Juni-Agustus 2010 ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja ekspor. Selain produk
pertanian, komoditas yang menjadi andalan eskpor lainnya adalah ikan, baik berupa ikan
segar maupun ikan kaleng hasil pengolahan. Namun demikian, peluang tersedianya pasar
dan tingginya permintaan dari negara partner dagang belum dapat dioptimalkan oleh
perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan bahan baku akibat semakin
tingginya persaingan usaha yang sejenis di Sulut serta adanya ketergantungan pada alam
(cuaca) dalam penyediaan bahan baku.
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Ekonomi
Sumber : Manado Post, diolah
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
108,00
144,00
150,50
140,00
161,00 163,00
139,50
129,00
158,00
60
80
100
120
140
160
180
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep
2010
87
Tabel 7.1. Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija di
Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Perkembangan komponen investasi diperkirakan akan lebih tinggi pada triwulan III-2010,
hal ini terkait dengan semakin meningkatnya realisasi proyek-proyek fisik pemerintah
khususnya untuk proyek infrastruktur diantaranya pembangunan jalan ring road 2 dan ring
road 3, pembangunan jembatan lingkar barat Bolaang Mongondow Selatan serta
pembangunan sarana umum lainnya seperti pembangunan fasilitas pariwisata di lahan
seluas 15 hektar. Sedangkan dari pihak swasta, indikator pertumbuhan investasi dapat
dilihat dari rencana dan realisasi investasi khususnya pada bidang pertambangan (tambang
emas) di wilayah Minahasa Utara.
Relatif stabilnya pertumbuhan sektor PHR dan sektor pengangkutan lebih ditopang oleh
faktor musiman antara lain musim liburan, tahun ajaran baru serta perayaan Idul Fitri.
Kinerja sektor bangunan akan tumbuh sejalan dengan realisasi proyek pemerintah yang
terus berjalan. Sementara itu, pertumbuhan pada sektor pertanian di triwulan III-2010 akan
lebih didorong oleh pelaksanaan panen raya cengkeh pada bulan Juli dan Agustus 2010.
Jenis Tanaman 2008 2009 ARAM II-2010
Perubahan
2009-2010
(%)
Padi (Sawah+Ladang) 520.193 549.087 586.238 6,77Jagung 466.061 450.989 489.141 8,46Kedelai 7.217 7.667 9.155 19,41Kacang Tanah 8.640 8.493 9.317 9,70Kacang Hijau 2.381 2.680 2.173 (18,92)Ubi Kayu 83.656 77.206 84.412 9,33Ubi Jalar 520.193 584.647 548.912 (6,11)
Padi (Sawah+Ladang) 47,31 47,85 48,77 1,92Jagung 35,36 35,69 36,52 2,33
Kedelai 13,81 13,57 13,26 (2,28)Kacang Tanah 13,14 13,17 13,12 (0,38)Kacang Hijau 13,29 12,62 12,73 0,87Ubi Kayu 130,96 130,70 130,59 (0,08)Ubi Jalar 47,31 48,71 47,84 (1,79)
Padi (Sawah+Ladang) 109.951 114.745 120.195 4,75Jagung 131.791 126.349 133.936 6,00Kedelai 5.227 5.652 6.905 22,17Kacang Tanah 6.573 6.450 7.103 10,12
Kacang Hijau 1.791 2.123 1.707 (19,59)Ubi Kayu 6.388 5.907 6.464 9,43Ubi Jalar 109.951 120.018 114.745 (4,39)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ku/Ha)
Luas Panen (Ha)
Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III-2010
diperkirakan masih akan ditopang
oleh sektor-sektor dominan, seperti
sektor PHR, bangunan, pengangkutan
dan komunikasi serta sektor
pertanian. Perkembangan sektor
pertanian diperkirakan akan
meningkatkan jumlah produksi
tanaman bahan makanan. Jumlah
produksi padi pada Tahun 2010
diperkirakan mencapai 586.238 ton
atau naik 6,77% (yoy). Demikian pula
dengan komoditi jagung, kedelai,
kacang tanah dan ubi kayu yang
diprediksikan akan mengalami per-
tumbuhan masing-masing sebesar 8,46%, 19,41%, 9,70% dan 9,33%. Seperti halnya
jumlah produksi, angka produktivitas dan luas panen dari tanaman padi dan jagung juga
tercatat mengalami peningkatan.
88
Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang dikhawatirkan menjadi potensi yang dapat
menghambat laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2010, yaitu permasalahan pasokan
listrik serta ancaman gangguan kamtibmas menjelang dan pada saat pelaksanaan Pilkada.
7.2. PRAKIRAAN INFLASI
Laju inflasi tahunan Kota Manado selama triwulan III-2010 diperkirakan akan cenderung
meningkat, lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan III-2009 yang tercatat mengalami
deflasi. Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III-2010 diperkirakan berasal dari sisi
permintaan yang terkait dengan faktor musiman yaitu berlangsungnya bulan suci
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, serta dari sisi penawaran berkaitan dengan kebijakan
pemerintah terhadap harga dan kondisi iklim/cuaca yang mengganggu produktivitas hasil-
hasil pertanian.
Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan, kelompok transport dan
kelompok sandang diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi.
Melonjaknya permintaan daging ayam ras yang biasa terjadi menjelang hari raya Idul Fitri
mengakibatkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Tekanan harga gula diperkirakan akan
tetap tinggi, karena pasokan yang semakin menipis. Kondisi ini akan semakin tidak
terkendali jika pemerintah masih membatasi penggunaan gula rafinasi hanya untuk
kalangan industri. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu akan berdampak terhadap
hasil pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan.
Di sisi lain, tekanan harga juga datang dari kelompok administered price. Adanya kenaikan
Tarif Dasar Listrik (TDL) yang terhitung mulai 1 Juli 2010 akan berdampak khususnya
terhadap sektor usaha dan industri yang merupakan pelanggan di atas 1.300 KVA. Selain
itu, PT. Pertamina (Persero) UMPS VII Manado juga kembali menaikkan harga premium,
solar dan minyak tanah (BBM Non-Subsidi) untuk semua segmen pengguna. Kenaikan ini
dilakukan oleh PT. Pertamina karena menyesuaikan dengan standar Mild Oil Plats of
Singapore (MOPS). Kenaikan administered price ini secara tidak langsung telah membawa
ekspektasi konsumen pada tingkat harga yang lebih tinggi.
89
Kecenderungan meningkatnya tekanan harga di triwulan mendatang dapat pula
dikonfirmasi dengan perkembangan indeks ekspektasi konsumen yang meliputi ekspektasi
penghasilan, ekspektasi ekonomi dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja.
Kecenderungan meningkatnya ekspektasi konsumen mengindikasikan bahwa tekanan
terhadap harga dari sisi permintaan akan meningkat di triwulan mendatang. Sementara itu,
dari sisi penawaran pasokan barang dan jasa diperkirakan tidak akan mengalami
permasalahan berarti tercermin dari relatif tidak banyak berubahnya indeks ketersediaan
barang dan jasa dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Di samping faktor-faktor diatas, ekspektasi masyarakat terhadap harga barang dan jasa
perlu dijaga. Keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sebagai komitmen Bank
Indonesia, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, perbankan dan pelaku usaha, diharapkan
dapat mengawal kestabilan inflasi daerah yang diwujudkan dalam pelaksanaan Forum TPID
Golongan tarif Rata-rata kenaikan
Sosial 10%
Rumah Tangga 18% Bisnis 16%
Industri 6-12% Bangunan Pemerintah 15-18%
Traksi, curah dan layanan khusus 9-10%
Grafik 7.3.
Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.4.
Indeks Ketersediaan Barang dan Jasa
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
2008 2009 2010
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
120
130
140
150
160
170
180
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
2009 2010
Ketersediaan Barang dan Jasa
Tabel 7.2. Daftar Perkiraan Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) Per 1 Juli 2010
Sumber : Survei dan Berbagai Media,diolah
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
90
guna membahas sumber dan potensi tekanan inflasi kedepan. Berdasarkan asumsi-asumsi
di atas, maka laju inflasi Kota Manado di triwulan mendatang diperkirakan berada pada
kisaran 5,25%± 0,5 (yoy).
7.3. PROSPEK PERBANKAN
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2010
diperkirakan masih cukup baik. Kebijakan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif
dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan menurunnya suku
bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun pada
triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh
potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring dengan pencairan Tunjangan
Hari Raya (THR), dimulainya panen raya cengkeh, dan potensi membaiknya kinerja ekspor
Sulawesi Utara.
Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukan bahwa perbankan Sulawesi
Utara optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 25 30%, lebih
tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara nasional yang hanya berada pada
kisaran 17%. Tingkat suku bunga perbankan sampai dengan saat ini masih bergerak
dengan kisaran yang relatif terbatas. Penurunan BI Rate tidak langsung direspon oleh
perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunganya. Sampai dengan Bulan Mei 2010,
tingkat suku bunga deposito tercatat sebesar 5,99%, mengalami tren penurunan terbatas
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
Grafik 7.5. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
2009 2010
Tingkat Suku Bunga
91
sejak bulan April dan Mei yang tercatat masing-masing sebesar 6,09% dan 6,00%.
Sedangkan tingkat suku bunga kredit perbankan masih menunjukan tren peningkatan,
walapun dalam kisaran yang relatif kecil. Tingkat suku bunga kredit pada bulan Mei 2010
tercatat sebesar 15,85%, mengalami kenaikan dibandingkan April dan Mei 2010, masing-
masing sebesar 15,81% dan 15,61%. Namun demikian, perbankan diharapkan dapat lebih
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor
riil. Hal ini sesuai dengan ekspektasi konsumen yang mengharapkan adanya penurunan
tingkat suku bunga pada triwulan III-2010.
Menurut sektor ekonominya, sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran), sektor
konstruksi, sektor jasa dunia usaha dan konsumsi masih menjadi fokus utama dalam
portofolio kredit di Sulawesi Utara. Sedangkan pembiayaan di sektor pertanian diperkirakan
akan mengalami banyak tantangan sehubungan dengan tingginya rasio NPL (Non
Performing Loan) di sektor pertanian. Selain itu, rendahnya penyaluran kredit pertanian
pada periode-periode sebelumnya juga menyebabkan terbatasnya alokasi dana yang
disediakan oleh masing-masing bank karena mengacu pada pengalaman di periode-periode
sebelumnya dimana penyaluran kredit di sektor pertanian masih kecil.
Dalam upaya mengantisipasi berlangsungnya panen raya cengkeh, perbankan Sulawesi
Utara berkomitmen untuk turut serta dalam memberikan pembiayaan baik pra panen
maupun pasca panen. Bank umumnya memberikan pembiayaan kepada petani pengumpul
dengan pola kemitraan. Dengan pola kemitraan tersebut, maka para petani yang sekiranya
membutuhkan biaya pra panen (seperti pembelian karung dan peralatan pertanian lainnya),
akan mendapatkan pembiayaan dari para pedagang pengumpul tersebut. Besaran pokok
dan bunga dari pinjaman yang didapat oleh petani cengkeh selanjutnya akan
diperhitungkan dari hasil penjualan cengkeh pada saat panen.
Sinkronisasi program di masing-masing dinas dan kerjasama yang lebih erat antara BI,
perbankan dan pemerintah daerah perlu ditingkatkan agar upaya mewujudkan Sulawesi
Utara berswasembada beras di Tahun 2010 ini dapat terwujud, tentunya dukungan
pembiayaan dari perbankan sangatlah dibutuhkan dengan tetap menjunjung tinggi prinsip
kehati-hatian perbankan.
92
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPL Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
93
kredit dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada di masyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada daalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.