Kisi-kisi Provinsi Sulawesi Utara

59
Provinsi Sulawesi Utara dalam prospektif regional maupun internasional berada pada posisi yang sangat strategis karena terletak di bibir Pasifik (Pasifik Rim) yang secara langsung berhadapan dengan Negara-negara Asia Timur dan Negara-negara Pasifik, sehingga menjadi lintasan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Australia dan dua Samudera yaitu Samudera India dan Pasifik. Posisi strategis ini menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke Pasifik dan memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dalam AFTASecara administratif, Provinsi Sulawesi Utara terbagi menjadi 6 kabupaten, 3 kotamadya dengan Manado sebagai ibukota provinsi. (Catatan, saat ini telah berkambang menjadi 11 kabupaten dan 4 kota) Komoditi tanaman perkebunan yang potensial di provinsi ini adalah kelapa, cengkeh, pala, kopi, kakao dan vanilli. Sektor Perikanan juga termasuk salah satu sektor unggulan provinsi ini. Komoditi yang dihasilkan berupa perikanan laut dan perikanan darat termasuk perikanan umum, tambak, kerambah dan lain-lain. Provinsi ini juga memiliki komoditi sekunder yang diunggulkan yaitu dari sektor industri pengolahan yang terdiri atas industri kelapa terpadu, industri minyak goreng kelapa, minyak atsiri, pengolahan kopi, industri makanan dari kacang-kacangan, pengalengan ikan, tepung ikan dan industri ikan beku. Kini juga tengah dikembangkan teknik-teknik baru dalam budidaya perikanan laut, meliputi ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut dan kerang mutiara. Untuk budidaya perikanan darat fokus diarahkan untuk ikan mas dan nila. Dari sektor industri telah banyak perusahaan yang sudah beroperasi dan menanamkan modalnya di provinsi ini. Perusahaan- perusahaan ini bergerak dalam bidang industri pengolahan makanan, minuman, kayu, hasil tambang, batubara, minyak bumi, gas bumi, hasil perkebunan, karet, bahan dasar logam, barang galian furnitur dan industri jasa. Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah perairan laut utara Sulawesi Utara, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang Mongodow dan Minahasa.

description

sssssssss

Transcript of Kisi-kisi Provinsi Sulawesi Utara

Provinsi Sulawesi Utara dalam prospektif regional maupun internasional berada pada posisi yang sangat strategis karena terletak di bibir Pasifik (Pasifik Rim) yang secara langsung berhadapan dengan Negara-negara Asia Timur dan Negara-negara Pasifik, sehingga menjadi lintasan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Australia dan dua Samudera yaitu Samudera India dan Pasifik. Posisi strategis ini menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke Pasifik dan memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dalam AFTASecara administratif, Provinsi Sulawesi Utara terbagi menjadi 6 kabupaten, 3 kotamadya dengan Manado sebagai ibukota provinsi. (Catatan, saat ini telah berkambang menjadi 11 kabupaten dan 4 kota)

Komoditi tanaman perkebunan yang potensial di provinsi ini adalah kelapa, cengkeh, pala, kopi, kakao dan vanilli. Sektor Perikanan juga termasuk salah satu sektor unggulan provinsi ini. Komoditi yang dihasilkan berupa perikanan laut dan perikanan darat termasuk perikanan umum, tambak, kerambah dan lain-lain. Provinsi ini juga memiliki komoditi sekunder yang diunggulkan yaitu dari sektor industri pengolahan yang terdiri atas industri kelapa terpadu, industri minyak goreng kelapa, minyak atsiri, pengolahan kopi, industri makanan dari kacang-kacangan, pengalengan ikan, tepung ikan dan industri ikan beku. Kini juga tengah dikembangkan teknik-teknik baru dalam budidaya perikanan laut, meliputi ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut dan kerang mutiara. Untuk budidaya perikanan darat fokus diarahkan untuk ikan mas dan nila.

Dari sektor industri telah banyak perusahaan yang sudah beroperasi dan menanamkan modalnya di provinsi ini. Perusahaan-perusahaan ini bergerak dalam bidang industri pengolahan makanan, minuman, kayu, hasil tambang, batubara, minyak bumi, gas bumi, hasil perkebunan, karet, bahan dasar logam, barang galian furnitur dan industri jasa.Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah perairan laut utara Sulawesi Utara, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang Mongodow dan Minahasa.

Propinsi Sulawesi Utara juga memiliki kawasan hutan yang potensial. Pemanfaatan hasil hutan baru mencapai sekitar 47,5 % dari seluruh areal hutan produksi yang ada. Jenis hutan yang ada di Sulawesi Utara adalah hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, dan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap, terbatas, dan konversi.Di bidang pertambangan, sumber daya mineral, seperti tembaga, bijih besi, nikel, emas, serta bahan galian batu kapur, kaolin, sangat potensial untuk dikembangkan secara optimal. Selain itu, di daerah Lahendong, telah ditemukan panas bumi yang potensial untuk dikembangkan menjadi tenaga listrik dengan kekuatan ribuan megawatt.Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki Sulawesi Utara sebagai salah satu sumber daya ekonominya. Potensi wisata di Sulawesi Utara cukup beragam, di antaranya wisata alam, wisata bahari, dan wisata budaya. Keberadaan taman nasional, seperti Taman Nasional Laut Bunaken dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, juga berpotensi sebagai salah satu aset wisata alam di Sulawesi Utara.

Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya kawasan industri Bitung Industrial Estate yang terletak di Bitung-Sulawesi Utara, Bandara Samratulangi di Manado, Bandara Naha Natuna di Kepulauan Sangihe, Bandara Melonguane di Kepulauan Taulud dan Bandara Mopait di Bolaang Mongondow serta memiliki Pelabuhan UKI dan Kotabunan, Pelabuhan Belang, Pelabuhan Tahuna, Pelabuhan Ulu Siau, Pelabuhan Petta, Pelabuhan Manado, Pelabuhan Marore dan Pelabuhan Bitung.

Sumber :http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=71

Sumber Gambar:http://www.indonesia-tourism.com/north-sulawesi/map/Diposkan olehhasil blogdi17.53Tidak ada komentar:Sulawesi Utara Makin Populer di Mata Turis

Pariwisata Sulawesi Utara mencatat angka kunjungan signifikan pada tahun 2009, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara naik dua kali lipat. Akan tetapi, kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan pembenahan infrastruktur pada sejumlah obyek wisata. Sulawesi Utara memiliki 503 obyek wisata budaya, alam, dan laut.

Kepala Dinas Pariwisata Sulut Fredrik Rotinsulu di Manado, Jumat (15/1/2010), menyebut angka kunjungan turis asing mencapai 78.203 orang, tahun 2008 hanya sekitar 32.760 orang, sedangkan angka kunjungan wisatawan nusantara mencapai 1.181.431 orang naik dari 409.065 tahun sebelumnya.

Rotinsulu mengatakan, kenaikan angka kunjungan wisman dan wisnus terjadi pada lama tinggal dan jumlah uang yang dibelanjakan. Jika pada tahun 2008 lama tinggal tiga hari, kini menjadi empat hari. Demikian juga uang yang dibelanjakan turis asing sekitar Rp 1,5 juta setiap hari per orang, sedangkan wisnus Rp 750.000, sehingga total uang yang dibelanjakan para turis asing dan turis lokal mencapai Rp 3,7 triliun.

Kenaikan angka kunjungan wisata itu dipicu oleh pelaksanaan Konferensi Kelautan Dunia pada Mei lalu yang dilanjutkan dengan Sail Bunaken pada bulan Agustus.

Akan tetapi, Rotinsulu merasa yakin angka kunjungan wisman dan wisnus bertambah lebih banyak tahun 2010 dengan sejumlah kalender kegiatan internasional di bidang MICE dan wisata. "Untuk MICE, Manado punya fasilitas tiga buah gedung convention yang dapat menampung 3.000 hingga 5.000 orang," katanya.

Ketua PHRI Sulut Johny Licke menilai peluang pariwisata Sulut cukup besar pada tahun 2010, tetapi percuma jika kinerja pelaku pariwisata asal jadi. "Sesungguhnya banyak turis mengeluh karena obyek-obyek pariwisata menarik tidak dilengkapi dengan infrastruktur jalan maupun transportasi yang layak. Contohnya Bunaken," katanya.

Untuk ke Bunaken, banyak turis mengeluh karena mobilitas angkutan laut yang minim sehingga pariwisata menjadi mahal. "Bayangkan jika setiap ke Bunaken harus mencarter perahu motor Rp 500.000 hingga Rp 1 juta sekali jalan," katanya.

Sumber :Laporan wartawan KOMPAS Jean Rizal Layuckhttp://travel.kompas.com/read/2010/01/15/1150543/Sulawesi.Utara.Makin.Populer.di.Mata.Turis15 Januari 2010

Sumber Gambar:http://www.travelling-sulawesi.com/images/bunaken-map.gifhttp://www.belajardiving.com/bunakentrip1.jpgDiposkan olehhasil blogdi17.42Tidak ada komentar:Sejarah Provinsi Sulawesi UtaraSulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum daerah yang berada di paling ujung utara Nusantara ini menjadi Daerah Propinsi.Dalam sejarah pemerintahan daerah Sulawesi Utara, seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, mengalami beberapa kali perubahan administrasi pemerintahan, seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan bangsa.Pada permulaan kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus keresidenan yang merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi. Propinsi Sulawesi ketika itu beribukota di Makassar dengan Gubernur yaitu DR.G.S.S.J. Ratulangi.

Kemudian sejalan dengan pemekaran administrasi pemerintahan daerah-daerah di Indonesia, maka pada tahun 1960 Propinsi Sulawesi dibagi menjadi dua propinsi administratif yaitu Propinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1960.Untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di Propinsi Sulawesi Utara-Tengah, maka berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor.122/M Tahun 1960 tanggal 31 Maret 1960 ditunjuklah A. Baramuli, SH sebagai Gubernur Sulutteng.

Sembilan bulan kemudian Propinsi Administratif Sulawesi Utara-Tengah ditata kembali statusnya menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960. Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulutteng meliputi; Kotapradja Manado, Kotapraja Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing; Sangihe Talaud, Gorontalo, Bolaang Mongondow, Minahasa, Buol Toli-Toli, Donggala, Daerah Tingkat II Poso, Luwuk/ Banggai. Sementara itu, DPRD Propinsi Sulawesi Utara-Tengah baru terbentuk pada tanggal 26 Desember 1961.

Dalam perkembangan selanjutnya, tercatat suatu momentum penting yang terpatri dengan tinta emas dalam lembar sejarah daerah ini yaitu dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tanggal 23 September 1964 yang menetapkan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara sebagai daerah otonom Tingkat I dengan Ibukotanya Manado.

Momentum diundangkannya UU Nomor 13 Tahun 1964 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Sejak itulah secara de facto wilayah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara membentang dari utara ke selatan barat daya, dari Pulau Miangas ujung utara di Kabupaten Sangihe Talaud sampai ke Molosipat di bagian barat Kabupaten Gorontalo. Adapun daerah tingkat II yang masuk dalam wilayah Sulawesi Utara yaitu; Kotamadya Manado, Kota Madya Gorontalo, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Kabupaten Sangihe Talaud. Gubernur Propinsi Dati I Sulawesi Utara yang pertama adalah F.J. Tumbelaka.

Dalam perjalanan panjang Propinsi Sulawesi Utara tercatat sejumlah Gubernur yang telah memimpin daerah ini yaitu:F.J.Tumbelaka (Pj.Gubernur 1964-1965); Soenandar Prijosoedarmo (Pj.Gubernur 1965-1966); Abdullah Amu (Pj.Gubernur 1966 - 1967); H.V. Worang (1967 - 1978); Willy Lasut.G.A (1978-1979); Erman Harirustaman (Pj.Gubernur 1979-1980); G.H. Mantik (1980-1985); C.J. Rantung (1985-1990); E.E.Mangindaan (1995-2000); Drs. A.J. Sondakh (2000-2005); Ir. Lucky H. Korah, MSi (Pj. Gubernur 2005) dan Drs.S.H.Sarundajang (2005-2010).

Sementara yang pernah menduduki posisi Wakil Gubernur yaitu; Drs. Abdullah Mokoginta (1985-1991); A. Nadjamuddin (1991-1996); J. B. Wenas (Wagub Bidang Pemerintahan dan Kesra, 1997-2000); Prof. Dr. Hi. H. A. Nusi, DSPA (Wagub Bidang Ekonomi dan Pembangunan, 1998-2000 ), dan Freddy H. Sualang (2000-2005) dan terpilih kembali untuk periode 2005-2010.

Selanjutnya, seiring dengan nuansa reformasi dan otonomi daerah, maka telah dibentuk Propinsi Gorontalo sebagai pemekaran dari Propinsi Sulawesi Utara melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000. Dengan dibentuknya Propinsi Gorontalo tersebut, maka wilayah Propinsi Sulawesi Utara meliputi; Kota Manado, Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Sangihe dan Talaud dan Kab. Bolaang Mongondow. Pada Tahun 2003 Propinsi Sulawesi Utara mengalami penambahan 3 Kabupaten dan 1 Kota dengan Kabupaten Minahasa sebagai Kabupaten induk yaitu Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Tomohon serta Kabupaten Kepulauan Talaud. Kemudian tahun 2007 ketambahan lagi 4 lagi Kabupaten/Kota yakni Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Bolmong Utara, Kab. Sitaro dan Kota Kotamobagu.

Luas Propinsi Sulawesi Utara adalah 15.272,44 km2.Propinsi Sulawesi Utara terbagi dalam 13 Daerah Kabupaten/ Kota yaitu;

1. Kota Manado (157,25 km2);2. Kota Bitung (304,00 km2);3. Kota Tomohon (114,20 km2);4. Kab. Minahasa (1.114,87 km2);5. Kab. Minahasa Utara (932,20 km2);6. Kab. Minahasa Selatan (1.409,97 km2);7. Kab. Kepulauan Sangihe (746,57 km2);8. Kab. Kepulauan Talaud (1.240,40 km2);9. Kab. Bolaang Mongondow (6.446,06 km2);10.Kab. Kep. SITARO (275,96 km);11.Kab. Minahasa Tenggara (710,83 km);12.Kab. Bolaang Mongondow Utara (1.843,92 km);13.Kota Kotamobagu (68,06 km)

Tambahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara)

14.Kab. Bolaang Mnongodow Selatan15.Kab. Bolaang Mongondow Timur

Sumber :http://www.sulut.go.id/new/isi.php?vd=menu&id=9&submenu=2http://Diposkan olehhasil blogdi17.24Tidak ada komentar:Peta Sulawesi Utara

View Larger MapDiposkan olehhasil blogdi17.18Tidak ada komentar:Lintas Sejarah Kota Manado

Kota Manado yang sekarang sebagai ibukota Propinsi Sulawesi , diperkirakan telah didiami sejak abad ke-16 . Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah dikenal dan didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.

Tahun 1658 , VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia , Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830 . Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini.

Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919 . Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota ( Burgemeester ). Pada tahun 1951 , Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951 , terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957 , Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959 , Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965 , Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623 , merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 , dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia , kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919 , yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka pada setiap tanggal 14 Juli Kota Manado merayakan HUT-nya. Dan pada tanggal 14 Juli 2009 ini masyarakat dan pemerintah Kota Manado merayakan hari jadinya yang ke-386.

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor 5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan /desa dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87 kelurahan. Tabel di samping adalah daftar kecamatan beserta luas dan jumlah kelurahannya:

No. Kecamatan/ Luas wilayah (hektar)/Jumlah kelurahan

1. Bunaken/ 5.212,5/ 82. Malalayang/ 1.640/ 93. Mapanget/ 4.913,55/ 114. Sario/ 144,8/ 75. Singkil/ 587,13/ 96. Tikala/ 1.588,4/ 127. Tuminting/ 700,17/ 108. Wanea/ 659,95/ 99. Wenang/ 279,5/ 12

Sumber :http://www.manadokota.go.id/sejarahkotamanado.php

Sumber Gambar :http://www.starfish.ch/Zeichnung/Karten/Manado.GIFDiposkan olehhasil blogdi16.09Tidak ada komentar:Kota Manado

Kota Manado adalah sebuah Kota di Propinsi Sulawesi Utara yang sekaligus merupakan ibu kota propinsi. Letak Manado berada di ujung Utara pulau Sulawesi. Motto kota ini Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, berarti: "Manusia hidup untuk memajukan orang lain" atau "Orang hidup menghidupkan orang lain". Dalam bahasa Manado sering dikatakan: "Baku beking pande", yang berarti "Saling menambah pintar orang lain".

Kota Manado dikelilingi oleh wilayah pegunungan dan oleh karena itu terkenal dengan udaranya yang sejuk. Manado juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado. Pulau Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado. Penduduknya dikenal ramah dan terbuka.

Sebagai kota Pantai (waterfront city), Pemerintah Kota Manado mencanangkan wisata bahari sebagai jenis wisata andalan. Hal ini didukung oleh keindahan alam dan potensi yang ada. Dengan keindahan dan kekayaan hayati perairan, Taman Laut Pulau Bunaken dan sekitarnya merupakan tujuan utama wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara.

Taman Nasional Laut Bunaken sudah terkenal di dunia dengan kekayaan alamnya dan keindahan kehidupan di bawah laut dengan flora dan fauna yang khas dan bervariasi. Khusus bagian utara, Taman Nasional Laut Bunaken meliputi Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Manado Tua, Pulau Mantehage, dan Pulau Nain (Kabupaten Minahasa). Selain terkenal dengan taman lautnya, Kota Manado juga membangun Kawasan Bisnis Bahu Mall sebagai pusat rekreasi pantai dan arena pusat hiburan.

Dari seluruh aktivitas ekonomi tersebut, mendorong sektor perdagangan hotel dan restoran terus tumbuh dan mendominasi kontribusi pembentukan PDRB. Berdasarkan harga konstan 2000, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 27,69 persen pada pembentukan PDRB 2005.

Dengan semakin digiatkan proyek pariwisata, Kota Manado terus tumbuh dan menciptakan klaster hotel dan restoran. Jumlah hotel yang ada di kota ini mencapai 61 unit usaha dimana hotel berbintang berjumlah 9 unit usaha dan hotel melati berjumlah 72 unit usaha.

Adapun fasilitas perdagangan internal kota, banyak terkonsentrasi di Kecamatan Wenang. Sekitar 164 unit ruko, 358 kios, dan 686 tenda. Ramainya kecamatan ini sebagai wilayah perdagangan domestik, membuat kecamatan ini layak dijadikan klaster perdagangan dalam kota.

Sektor lain yang juga mempengaruhi aktivitas perekonomian Kota Manado adalah sektor angkutan dan komunikasi. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB Manado mencapai 24,07 persen. Besaran kontribusi perdagangan dapat tercermin dari tingginya aktivitas di Pelabuhan Manado dimana pelabuhan ini sangat ramai sebagai pelabuhan kapal pelayaran dalam negeri, pelayaran luar negeri, pelayaran khusus dan pelayaran masyarakat.

Sumber :http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Manado

Sumber Gambar:http://www.visit-manado.com/images/manado-harbor.gifhttp://alvieno.files.wordpress.com/2009/10/manado.jpghttp://gallery.manado.net/upgrade/index.phpDiposkan olehhasil blogdi15.35Tidak ada komentar:Sekilas Kota Bitung

Kota Bitung merupakan salah satu pemerintah kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah daratan 304 km2. Sebagian besar wilayah daratan merupakan daerah berombak, berbukit dan gunung. Secara Geografis Kota Bitung terletak pada posisi diantara 1o23'23" - 1o35'39" LU dan 125o1'43" - 125o18'13" BT. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Likupang dan Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara), Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara). Wilayah daratan mempunyai luas 304 km2, secara administratif terbagi dalam lima wilayah kecamatan serta enam puluh kelurahan. Lima kecamatan tersebut masing-masing Kecamatan Bitung Utara (136,40 km2 ) meliputi 12 kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah (24 km2 ) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Barat (33,62 km2) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Timur (59,08 km2) terdiri dari 13 kelurahan dan Kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau Lembeh (50.90 km2) meliputi 15 kelurahan.

Sebagai pintu gerbang jalur laut di Provinsi Sulawesi Utara, dengan berbagai aktifitas perdagangan dan pendidikan serta dengan keberadaan sumber daya alam yang cukup memadai, Kota Bitung memiliki lahan sawah seluas 156 Ha , lahan kering 28.719 Ha dan lainnya 1252 Ha, menunjukkan penggunaan lahan dalam pembangunan Kota Bitung cenderung maksimal. Kota Bitung merupakan kota multi dimensi dengan keragaman etnis yang dalam kesehariannya berkembang dalam nuansa kebersamaan dengan menghargai keragaman tersebut dengan didukung semangat dan budaya Mapalus. Kelurahan yang ada masih ada yang mempunyai ciri pedesaan baik dilihat dari segi fisik maupun pola hidup masyarakatnya. Masih ada beberapa kelurahan yang bercirikan kelurahan pesisir (Bitung Selatan, Bitung Timur dan beberapa kelurahan di Bitung Utara) maupun kelurahan yang bercirikan masyarakat petani (Bitung Utara). Keberhasilan pembangunan Kota Bitung yang dicerminkan dari laju pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para migran untuk tinggal dan bekerja di Kota Bitung. Rata-rata kepadatan penduduk pada Tahun 2005 mencapai sekitar 558 jiwa per km2. Menyadari heterogenitas penduduk dengan berbagai latar belakang budaya maka pembangunan Kota Bitung diarahkan pada "Terwujudnya Kota Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi" sesuai dengan visi yang akan dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Kota Bitung. Berbagai tantangan, potensi dan dinamika lingkungan strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan Kota Bitung merupakan motivasi bagi pemerintah dan masyarakat serta semua stake holders pembangunan untuk merancang dan melaksanakan pembangunan dengan mengarahkan pada skala prioritas yang dapat menggerakkan roda perekonomian rakyat dan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Disamping itu kemajuan teknologi informasi dan efek globalisasi telah menciptakan persaingan antar kekuatan ekonomi semakin meningkat, menuntut proses pembangunan yang semakin efisien serta menghasilkan produk dengan daya saing yang semakin menjadi tantangan pembangunan kedepan. Beberapa program prioritas pembangunan pada era otonomi daerah telah memberi peluang bagi daerah untuk mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengutamakan berbagai isu publik dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat dan telah mencapai 794.026 orang pada Tahun 2005 merupakan jumlah angkatan kerja yang potensial untuk menggerakkan pembangunan apabila dapat dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja sektor pertanian semakin berkurang. Pergeseran ini telah mengarah pada sektor perdagangan dan industri yang cenderung mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Menyadari bahwa transformasi struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak dapat dihindari dalam pembangunan, yang semakin mengarah pada ekonomi persaingan bebas yang diikuti dengan makin bertambahnya konsumsi masyarakat terhadap produk barang industri. Demikian juga halnya dengan pengelola tenaga kerja bergeser dari sektor primer ke sektor tersier, maka pembangunan sektor pertanian di arahkan pada upaya pemenuhan pangan serta pelestarian sumber daya alam. Produksi padi pada Tahun 2005 berjumlah 555,6 ton dari luas lahan 137.5 Ha. Selain padi juga dihasilkan jagung 2.236,51 Ton dari 694,5 Ha. Disamping itu juga produksi umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) sebanyak 8.309 ton dari 557 ha, buahan 245,36 ton dari luas lahan 104,30 ha serta kacang tanah sebanyak 143,97 ton dari 135,40 Ha. Disamping pertanian tanaman pangan sub sektor perikanan juga mempunyai peran yang cukup berarti, dalam perekonomian Kota Bitung. Perikanan terutamanya perikanan laut produksinya semakin fluktuatif, pada Tahun 2005 produksinya meningkat 0,66 % yakni dari 133.043,6 ton menjadi 133.924,8 ton. Kegiatan ekonomi di Kota Bitung lainnya adalah pariwisata. Kota Bitung dengan 16 objek pariwisata, baik wisata pantai, wisata hutan maupun wisata sejarah.

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu upaya pembangunan di bidang pelayanan masyarakat seperti pembangunan sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan dan perhubungan, sarana dan prasarana pendidikan. Pembangunan kesehatan diarahkan pada kemampuan hidup bagi masyarakat dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat. Sarana pelayanan kesehatan telah diupayakan melalui 3 RS Umum, serta 6 buah Puskesmas serta layanan kesehatan lainnya. Panjang jalan di Kota Bitung Tahun 2005 mencapai 232.42 km. bila dirinci menurut statusnya jalan negara mencapai 29.90 km, Jalan provinsi mencapai 15 km dan selebihnya adalah jalan kota. Pembangunan perhubungan/transportasi di Kota Bitung diharapkan dapat mewujudkan arus lalu lintas/angkutan perkotaan, laut yang lancar, tertib, aman dan nyaman. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai program seperti : peningkatan dan pengembangan sistem lalu lintas, peningkatan dan pengembangan manajemen angkutan umum, peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana angkutan perkotaan serta peningkatan dan pengembangan jaringan angkutan dan jalan. Pembangunan pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu, untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan kehidupan lokal, nasional maupun global. Menyangkut peningkatan kualitas SDM pemerintah Kota Bitung sangat concern akan hal tersebut. Hal ini terlihat dari visi dan misi Kota Bitung yakni : "Terwujudnya Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, perdagangan, jasa dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi" selanjutnya dijabarkan dalam misi Pemerintah Kota Bitung yakni Panca Bina dimana salah satunya adalah Bina Manusia. Salah satu program dalam Misi Bina Manusia adalah Pemerintah Kota Bitung bertekad dan berupaya untuk "menyiapkan masyarakat yang berkualitas dan berkemampuan tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap menjaga kelestarian nilai-nilai etika, moral serta norma agama".

Bertitik tolak dari upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Tahun 2005 jumlah TK 61 buah, SD sebanyak 96 buah, SLTP sebanyak 29 buah dan SLTA sebanyak 22 buah. Partisipasi sekolah merupakan masalah yang paling signifikan yang patut dikedepankan dalam analisis pendidikan. Dengan melihat angka partisipasi sekolah di Kota Bitung, secara langsung kita akan dapat melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan pendidikan di kota serba dimensi ini. Angka partisipasi Kasar (APK) merupakan angka yang mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. Namun, indikator ini lebih banyak bercerita tentang keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, dan bukan pada penduduk dewasa.

Salah satu faktor penting dalam kelangsungan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah tersedianya lembaga keuangan dan perbankan daerah sebagai fasilitas meminjam dana dan penggerak investasi baik oleh pemerintah maupun dunia usaha. Dalam era otonomi daerah derap laju pembangunan kabupaten/kota sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah yang dimiliki untuk membiayai aktifitas pembangunan dan pemerintahan. Skala prioritas kebutuhan menjadi pertimbangan utama mengalokasikan keuangan daerah disamping arah efisiensi dan manfaat dalam upaya memenuhi aspirasi masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Kota Bitung dengan berbagai pertimbangan telah berusaha menggali potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah disamping pendapatan dana perimbangan pemerintah pusat dan provinsi, serta lain-lain pendapatan yang sah. Besarnya PAD yang diterima pada Tahun 2005 masih memberi kontribusi sebesar 6,03 % pada APBD, naik dari tahun 2004 yang menyumbang 5,99 %. Kinerja pembangunan pemerintah daerah tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen pemerintahan yang baik, yang pada akhirnya dapat ditunjukkan dari indikator ekonomi makro. Disamping itu banyak ahli pembangunan mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator seperti : angka kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi dan ibu melahirkan, kemampuan baca tulis, umur harapan hidup dan sebagainya yang akhirnya dapat tercermin dari indeks pembangunan manusia (Human Development Index). Upaya pembangunan ekonomi melalui berbagai program kebijakan telah menunjukkan kecenderungan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi, menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan Tahun 2002.

Sumber :http://www.bitung.go.id/?m=tentang_bitung&src=sekilas_bitung

Sumber Gambar:http://yanly23.files.wordpress.com/2009/10/pelabuhan-bitung.jpghttp://zuckh.files.wordpress.com/2008/07/dsc01944.jpgDiposkan olehhasil blogdi09.10Tidak ada komentar:Kotamobagu

Kota Kotamobagu adalah sebuah daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara yang resmi berdiri sebagai daerah otonom melalui Undang Undang Pemekaran Nomor 4 Tahun 2007 dan di resmikan pada Tanggal 23 Mei Tahun 2007.

Terletak di tengah tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara, di antara 0 derajat 30-1 derajat 0 Lintang Utara dan 123 derajat-124 derajat Bujur Timur.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Passi Barat dan Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow.Terletak di garis katulistiwa, beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Curah hujan cukup tinggi yaitu mencapai 2000 sampai 3000 mm / tahun, hal ini sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.

Luas wilayah sebesar 184,33 km atau 2% dari total luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. Jumlah Penduduk 104.682 Jiwa, lakilaki 53.919 Jiwa dan 50.763 Jiwa.

Sumber :http://kotamobagukota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=111&Itemid=119Diposkan olehhasil blogdi08.38Tidak ada komentar:Tomohon Menyajikan Surga Dunia

Tak sekadar Bunaken dengan taman lautnya, bumi Nyiur Melambai memiliki bentangan alam pegunungan nan indah yang begitu mengagumkan. Tuhan telah menciptakan tanah bagi orang Kawanua ini penuh potensi, khususnya di sektor periwisata. Satu di antara tempat wisata yang menjadi andalan Kota Tomohon dikenal dengan sebutan Gardenia.

Revo, Public Relation Gardenia, mengatakan, tanah yang awal mulanya diperuntukkan sebagai tanah permukiman dan perkebunan pertanian ini dirancang sedemikian rupa hingga menjadi tempat yang asyik untuk tempat wisata.

"Gardenia merupakan wisata alam. Menyajikan panorama keindahan alam Tomohon serta kelestariannya," kata dia saat berbincang dengan Tribun Manado di ruang Gardenia Kitchen, Kelurahan Kakaskasen II, Rabu (2/9).

Keasrian betul-betul terjaga saat mengelilingi lokasi wisata alam Gardenia. Rimbunan pohon yang menghijau begitu terasa. Suasana kesejukan dengan tampilan bangunan rumah kayu (rumah adat) Minahasa memberikan kegembiraan hati yang memandanginya. Tak hanya itu, rerumputan disertai tetumbuhan bunga-bungaan menjadikan atmosfer Gardenia seakan sebagai lokasi surgawi dunia.

"Kami menanam banyak jenis bunga. Beragam jenis yang ditanam seperti di antaranya ada Condyline fruitcosa, Spathoglottis plicata, lavender. Pokoknya semua bunga diberi nama agar pengunjung mengetahui," urainya.

Bahkan berkat hal itu, makhluk lain, seperti burung-burung, tak sungkan menyambangi lokasi Gardenia. Kicauan ceria menandakan burung nyaman berada di Gardenia.

Selain menyajikan suguhan alam, Gardenia menyediakan tempat hunian penginapan berkonsep natural. Setiap pengunjung yang ingin menginap tidak perlu memusingkan mencari makan dan minum karena semua tersedia secara lengkap. "Pastinya tidak akan menyesal. Penginap bisa sekaligus merasakan alam Lereng Gunung Lokon dan tepian Kota Tomohon," ucap Revo.

Untuk kulinernya, Revo menjelaskan, bahan-bahan makanan langsung diambil dari perkebunan yang ada di Gardenia. Perkebunan itu tidak memakai pestisida karena lebih mengutamakan nilai kealamiannya. "Masakan rumah penginapannya ialah menu makanan bahan-bahan organik dengan beragam variasi. Kami betul-betul memerhatikan kesehatan," katanya.

Sumber :http://travel.kompas.com/read/2009/09/07/09362564/Tomohon.Menyajikan.Surga.Dunia7 September 2009

Sumber Gambar:http://i217.photobucket.com/albums/cc9/wldy/Gardenia/b37.jpgDiposkan olehhasil blogdi08.09Tidak ada komentar:Geografi dan Sejarah Kota Tomohon

Geografi

Kota Tomohon terletak pada 1015'LU dan 1240 50'BT dengan luas wilayah sebesar 147,2178km atau 14.721,78Ha.

Diagram Luas Wilayah Kota Tomohon per Kecamatan

Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kota Tomohon

Kota Tomohon terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 35 kelurahan/desa.

Secara geografis Kota Tomohon dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Minahasa. Artinya, dari bagian utara, selatan, timur dan barat, berbatasan langsung dengan Kabupaten Minahasa. Secara umum, Kota Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Kota Manado sebagai ibukota propinsi dan kotakota lainnya yang berada di wilayah Kabupaten Minahasa.

Jarak Kota Tomohon dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara adalah:Tomohon-Bitung berjarak 55kmTomohon-Manado berjarak 22kmTomohon-Tondano berjarak 15km

Kota Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Kota Manado dan pencapaian dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Kota Tondano atau melintasi Manado. Aksesibilitas ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara cukup lancar, melalui jalan-jalan dengan kualitas yang baik.

Sejarah

" tanah liar telah dibangun menjadi ladang, perkampungan yang kotor menjadi negeri yang bersih. Jalan, hutan yang sempit dan kasar menjadi mudah dilalui

ada keadaan damai dan tenang

dan kerajaan kegelapan diganti oleh kerajaan terang yang diberkati.

itulah kesan pertama yang anda peroleh pada saat memasuki Negeri Tomohon

dan bila anda melihat gerakan lalu lalang pedati, orang dan penunggang kuda yang gemuruh dan tidak sabar, tentu mudah anda bayangkan bahwa anda dipindahkan ke suatu negeri yang besar dan makmur di suatu jalan perdagangan yang ramai. "

Dikutip dalam buku Minahasa, Negeri, Rakyat dan Budayanya.

Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah. Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia menuliskan tentang suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun 1850.

Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan dari tahun ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu ibukota kecamatan di Kabupaten Minahasa.

Dekade awal tahun 2000-an masyarakat di beberapa bagian wilayah kabupaten Minahasa melahirkan inspirasi dan aspirasi kecenderungan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal untuk melakukan pemekaran daerah. Berhembusnya angin reformasi dan diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah, semakin mempercepat proses akomodasi aspirasi masyarakat untuk pemekaran daerah dimaksud. Melalui proses yang panjang secara yuridis dan pertimbangan yang matang dalam rangka akselerasi pembangunan bangsa bagi kesejahteraan masyarakat secara luas, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa beserta Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Minahasa merekomendasikan aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Tomohon, dan Kabupaten Minahasa Utara; yang didukung oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan Pemerintah Pusat dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003, dan pembentukan Kabupaten Minahasa Utara melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003.

Terbentuknya lembaga legislatif Kota Tomohon hasil Pemilihan Umum Tahun 2004, menghasilkan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 22 Tahun 2005 tentang Lambang Daerah dan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 29 Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kota Tomohon.

Kota Tomohon diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Harry Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 4 Agustus 2003.

Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota hasil Pemilihan Kepala Daerah langsung, Jefferson S. M. Rumajar, SE. dan Linneke S. Watoelangkow pada tanggal 4 Agustus 2005 oleh Pejabat Gubernur Sulut Ir. Lucky Korah, M.Si berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri No. 131.51-494 Tahun 2005, tanggal 13 Juli 2005 (Walikota) dan No. 131.51-495 tanggal 13 Juli 2005 (Wakil Walikota).

Penjabat Walikota Tomohon berturut-turut adalah:Drs. Boy S. Tangkawarouw, MSc. (Pejabat Walikota), 4 Agustus 2003 sampai dengan 8 Maret 2005.Jefry Korengkeng, SH. (Pelaksana Tugas Penjabat Walikota), 8 Maret 2005 sampai dengan 17 Mei 2005.Nico Pelealu, SH., MSi. (Pejabat Walikota), 17 Mei 2005 sampai dengan 4 Agustus 2005.Jefferson S. M. Rumajar, SE. (Walikota definitif) dan Linneke S. Watoelangkow (Wakil Walikota definitif), 4 Agustus 2005-2010.

Sumber :http://www.tomohonkota.go.id/tomohon/history/

Sumber Gambar:http://www.toko-tomohon-manado.nl/garbage/58/588222/04%20Tomohon.jpgDiposkan olehhasil blogdi07.24Tidak ada komentar:Kabupaten Minahasa Utara (MINUT)

Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dengan ibukota Airmadidi, adalah kabupaten pemekaran dari Kabupaten Minahasa. Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota yaitu Kota Manado dan Kota pelabuhan Bitung.

Sumber DayaTanaman kelapa tersebar di seluruh wilayah Minut dan merupakan usaha tani utama penduduk. Selain hasil perkebunan kelapa, kekayaan laut dan deposit emas juga terkandung di wilayah Minut.

PariwisataDaerah ini mudah diingat terkait dengan cagar budaya Waruga yaitu kuburan batu moyang Minahasa,Batu bertumbuh di desa Watutumou, Taman Laut di (pulau gangga,pulau nain & pulau Talise),makam pahlawan nasional Ibu Maria Walanda Maramis, lokasi gunung tertinggi di Sulut yaitu Gunung Klabat atau Tamporok, pabrik tepung kelapa Poleko, serta pasar kukis Bobengka dan kue khas dari Kenari Halua di Airmadidi.

SukuPenduduk Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah etnis Tonsea dan sebagian lagi Sangir, yang memiliki marga antara lain : Nelwan, Sompie, Langelo, Wuisan, Dondokambey, Doodoh, Rondonuwu, Wagiu, Wullur, Wantania, Katuuk, Koloay, Karundeng, Manua, Sompotan, Sigarlaki, Sundah, Tuegeh, Tintingon, Tangkilisan, Ticoalu, Tangka, Sayangbati, Tuwaidan, Umboh, Pangemanan, Panambunan, Peleh, Punuh, Pangau, Dumais, Bolang, Mantiri, Mumbunan, Luntungan, Kulit, Dengah, Dotulong dan Unsulangi,Rooroh (asli treman),Tingon,Waturandang.

Kecamatan* Airmadidi* Dimembe* Kalawat* Kauditan* Kema* Likupang Barat* Likupang Selatan* Likupang Timur* Talawaan* Wori

Bupati & Wakil Bupati Minahasa UtaraSejak dimekarkan dari Kabupaten Minahasa dengan ketua panitia pembentukan Kab.Minahasa utara yaitu Drs. Patrice Suwu, kabupaten Minahasa Utara telah dan masih dipimpin oleh bupati dan wakil bupati sebagai berikut:

* Drs. Paul Tirayoh, MBA 12 Januari 2004 19 Maret 2005 (Penjabat)* Drs. Edwin Silangen 9 Maret 2005 14 Agustus 2005 (Penjabat)* Vonnie Anneke Panambunan 14 Agustus 2005 - April 2008* Drs. Sompie Singal, MBA(Wakil Bupati) 14 Agustus 2005 - April 2008* Drs. Sompie Singal, MBA(Plt. Bupati) April 2008 -

Sumber :http://minut-community.com/kabupaten-minahasa-utara-minut/7 Januari 2009Sumber Gambar:http://www.ecotippingpoints.org/resources/application-ampreng-village/Map-of-Minahasa-District.jpghttp://www.minahasa.net/images/map-minahasa-en.pngDiposkan olehhasil blogdi07.03Tidak ada komentar:Profil Kabupaten Minahasa UtaraKabupaten Minahasa Utara beribukotakan Airmadidi. Memiliki luas wilayah 955,32 km2 dan terbagi menjadi 8 kecamatan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud dan Laut Sulawesi di sebelah utara, Kabupaten Minahasa di sebelah selatan, Kota Manado di sebelah barat, dan Kota Bitung dan Laut Maluku di sebelah timur.Pariwisata menjadi salah satu aspek yang mendapat perhatian untuk dikembangkan. Topografi wilayahnya sebagian besar berupadataran rendah, dan sebagian kecil berbukit-bukit dan bergunung memungkinkan dikembangkannya wisata alam, budaya dan bahari. Kegiatan menyelam, snorkeling, renang, sport fishing, dan rekreasi luar ruangan merupakan jenis wisata yang ditawarkan di beberapa pantai dan pulau di kawasan kabupaten ini. Beberapa yang menarik antara lain Taman Laut Nain dan Mantehage, Pantai Tarabitan, dan Pantai Lilang yang dapat digunakan untuk kegiatan menyelam. Sementara snorkeling dan sport fishing bisa dilakukan di Pulau Gangga dan Pulau Sahaung. Wisata lainnya adalah daerah wisata Gunung Klabat dan agroindustri.Alam dan cuaca daerah ini memang cocok untuk areal tanaman pertanian. Hampir disemua kecamatan berbagai tanaman pertanian tumbuh subur. Budi daya padi sawah yang diterapkan di sini umumnya sawah dengan irigasi semi teknis dan sederhana, disampingjuga terdapat sawah tadah hujan. Penanaman dilakukan dua kali musim tanam dan kadang kala di gilir dengan tanaman palawija. Tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk adalah padi, jagung, ubi-ubian dan tanaman hortikultura lainnya.Tanaman perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar memegang peranan penting bagi perekonomian Minahasa Utara. Komoditas perkebunan yang banyak diusahakan penduduk adalah kelapa, cengkeh, vanilli, kakao dan pala. Pola penanaman masih sederhana dan merupakan perkebunan rakyat yang dikelola secara turun-temurun. Tanaman kelapa misalnya,diusahakan penduduk sejak lama dan tumbuh subur di hampir semua kecamatan. Kelapa umumnya oleh penduduk dibuat kopra yang merupakan komoditas unggulan kabupaten. Kopra di sini sebagian besar merupakan produk industri rumahan, sementara pengolahan kelapa menjadi minyak dikerjakan oleh pabrik dalam skala kecil. Selain itu, kelapa juga diolah menjadi tepung kelapa, nata de coco, arang tempurung, dan batang kelapa. Pabrik-pabrik pengolah kelapa tersebut terdapat di Kecamatan Airmadidi, Dimembe, Kauditan dan Kema. Semua komoditasini sudah masuk ke pasar ekspor, terutama ke Eropa dan India. Cengkeh, pala, dan vanilli juga banyak ditanamn di daerah ini, Tanaman cengkeh terutama diusahakan di Kecamatan Airmadidi, Kauditan dan Kema.Terdapat 4.000 hektar areal potensial untuk tanaman ini.Beberapa kecamatan di Minahasa Utara, seperti Wori, Likupang Barat, Likupang Timur, Kema dan Kauditan berbatasan dengan laut sehingga memiliki potensi yang besar di bidang perikanan. Baik perikanan laut maupaun darat, serta budidaya rumput laut, mutiara dan biota laut banyak diusahakan penduduk setempat. Selain itu juga budidaya ikan air tawar yang pengembangannya dilakukan dalam keramba ataupun jaring apung dan kolam. Produk komoditas utama hasil laut di daerah ini adalah ikan tuna, ikan cakalang, ikan kerang, rumput laut dan mutiara. Hasil laut ini telah diekspor ke Eropa, Amerika dan Asia.Kondisi wilayah kabupaten terbungsu di Provinsi Sulawesi Utara ini merupakan area sentra dan titik simpul pusat pengembangan dan pertumbuhan antara Kota Manado dan Kota Bitung serta Kabupaten Minahasa. Kawasan ini juga termasuk dalam kawasan pengembangan Kapet Manado-Bitung. Segala potensi, andalan dan unggulan yang dimiliki kabupaten ini-termasuk juga pengembangan kawasan industri di Kauditan- cukup menunjang untuk menjadikan kawasan Minahasa Utara sebagai daerah industri. Terlebih letak wilayahnya yang dekat sekitar 20 kilometer dari Pelabuhan Bitung dan sekitar satu kilometer dari Bandara Sam Ratulangi, Manado.

Sumber Data:Sulawesi Utara Dalam Angka 2006(01-11-2006)BPS Provinsi Sulawesi UtaraJl. 17 Agustus, Manado 95119Telp (0431) 862204Fax (0431) 862204Sumber :http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=7102Diposkan olehhasil blogdi06.58Tidak ada komentar:Kabupaten Minahasa Tenggaraa). Kondisi Umum1). Luas Wilayah : 710.83 km22). Jumlah Penduduk : 100.365 jiwa3). Kedudukan Ibukota : Ratahan4). Jumlah Kecamatan : 6 Kecamatan5). Jumlah Desa : 59 Desa6). Jumlah Kelurahan : 4 Kelurahanb). Ekonomi:c). Sumberdaya Alam1). Pertanian (padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, kadele, kacang tanah, kacang hijau dan berbagai tanaman hortikultura)2). Perikanan (perikanan darat/kolam, telaga, danau, sungai)3). Peternakan (kuda, sapi, kambing, babi, ayam, itik)4). Perkebunan (buah-buahan, kelapa, cengkih, vanili, kopi)5). Pariwisata (wisata alam, dan wisata budaya)d). Infrastruktur:1). Lembaga keuangan : Bank BRI, BPR, Koperasi2). TK : 423). SD : 644). SLTP : 195). SLTA : 106). Fasilitas kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik KB, dan Tenaga Paramedis yang memadai).7). Fasilitas telekomunikasi (sambungan telepon, wartel, telepon, jaringan TV, radio dsb)8). Fasilitas olahraga (lapangan sepakbola, bola volly, bulutangkis)

Catatan :Kabupaten Minahasa Tenggara adalah kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, dengan ibu kota: Ratahan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Minahasa Selatan.

Tanggal 23 Mei 2007 bertempat di Manado telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Ad Interim Widodo AS bersama dengan tiga kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kota Kotamobagu, dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).

Sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Minahasa Tenggara adalah Drs. Albert Pontoh, MM yang dilantik pada tanggal 23 Mei 2007 dengan ibukota Ratahan.

Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari 6 kecamatan, yaitu:

BelangPusomaenRatahanRatatotokTombatuTouluaan

Sumber :http://www.sulut.go.id/dataweb/kabmitra.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Minahasa_TenggaraDiposkan olehhasil blogdi06.52Tidak ada komentar:Kabupaten Minahasa SelatanKabupaten Minahasa Selatan merupakan kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Amurang. Luas daerahnya mencapai 2.120,8 km2 dan terbagi menjadi 15 kecamatan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Minahasa di sebelah Utara, dengan Kabupaten Bolaang Mongondow di sebelah Selatan, dengan Laut Sulawesi di sebelah Barat dan dengan Laut Maluku di sebelah Timur.

Hamparan kebun kelapa yang luas menjadi pemandangan utama bagi kabupaten yang dikenal sebagai penghasil kopra terbesar di Sulawesi Utara ini. Tidak hanya itu, kabupaten ini juga mewarisi sebagian sumber daya alam kabupaten induknya (Minahasa), seperti tambang emas di Kecamatan Ratotok, sentra tanaman hortikulturadi Kecamatan Modoinding, dan potensi perikanan di Kecamatan Belang. Bahkan luas wilayah kabupaten ini melebihi Kabupaten Minahasa.

Pantai utara membentang dari Kecamatan Tumpaan, Tombasian, Tenga dan Sinonsayang, berbatasan dengan Laut Sulawesi. Keberadaan Teluk Amurang di Kecamatan Tumpaan dan Tombasian merupakan modal pembangunan Pelabuhan Laut Amurang. Letaknya menjorok ke dalam daratan seluas lebih kurang 5.000 hektar dengan kedalaman lebih dari 25 meter. Kondisi itu membuat kawasan ini selalu terlindung dari angin topan dan memiliki keluasan untuk lalu lalang kapal-kapal besar.

Dataran rendah Pantai Selatan Minahasa Selatan juga kaya akan bahan tambang emas. PT Newmont Persada Indonesia sudah sejak lama mengekploitasi tambang di Ratotok. Kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Sulawesi Utara ini mengandalkan pertanian terutama dari perkebunan dan tanaman pangan. Komoditas andalan adalah kelapa.

Pohon kelapa tumbuh subur di seluruh kecamatan, kecuali Modoinding. Hasilnya melimpah, melahirkan industri-industri pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa dan kopra, baik yang berskala kecil maupun besar. Kelapa juga diolah menjadi arang tempurung dan tepung kelapa, bahkan tepung kelapa sudah diekspor ke mancanegara. Kecamatan Modoinding, lahannya memang tidak dihiasi dengan hijaunya perkebunan kelapa. Namun, areal perbukitannya tetap berwarna hijau oleh tanaman hortikultura seperti kentang, tomat, buncis, cabai, wortel, bawang daun, dan petsai.

Terletak di ketinggian 3200 meter, membuat segala jenis tanaman hortikultura tumbuh subur, bahkan kawasan ini ditetapkan sebagai sentra agropolitan Propinsi Sulawesi Utara. Kentang sebagai andalan Modoinding, berhasil menembus pasar ekspor mancanegara. Tomat, salak dan rambutan juga menjadi tanaman andalan bagi Minahasa Selatan. Masing-masing komoditas mempunyai kekhasan dalam varietasnya. Seperti salak varietas pangu. Salak berumah satu ini hanya bisa dikembangkan di Kecamatan Ratahan dan mempunyai rasa khas. Dari hasil pertanian ini berdampak besar terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian.

Penerimaan PDRB tahun 2003 (menurut harga konstan 2000) mencapai Rp 582,88 milyar. Dari jumlah itu sumbangan terbesar berasal dari sektor pertanian 42,44 persen, pertambangan dan penggalian 13,37 persen, jasa-jasa 9,45 persen, industri pengolahan 8,98 persen, angkutan 7,69 persen, dan perdagangan 7,35 persen.

Potensi pertanian daerah ini cukup memadai untuk tanaman padi, palawija, sayuran dan buah-buahan. Produksi padi sawah dan ladang (2005) mencapai 86.267,3 ton. Sementara hasil tanaman pangan lain adalah; jagung 54.835 ton, sayur-sayuran seperti bawang daun 46.840 ton, kubis 15.800 ton, wortel 8.675 ton, kentang 73.880 ton, dan buah-buahan terutama rambutan 11.517,27 ton, pepaya 13.518 ton, dan mangga 19.493 ton.

Tanaman pangan dari daerah ini dikenal berkualitas, sehingga daerah ini ditetapkan sebagai proyek pengembangan agropolitan, karena hasilnya telah dipasarkan di tingkat nasional bahkan internasional. Kontribusinya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat juga memberi dampak positif bagi peningkatkan pendapatan daerah. Hasil tanaman itu terkonsentrasi di Kecamatan Tompaso Baru, Tombatu, Belang, Ranoyapo, Tumpaan, dan Tombasian.

Sementara hasil perkebunan juga pegang peranan penting bagi perekonomian di daerah Minahasa Selatan. Komoditi perkebunan yang menjanjikan adalah; kelapa, cengkih, casiavera, kakao, dan kopi. Hasil tanaman kelapa 74.492,72 ton, kopi 89.189,12 ton, kakao 25.835,83 ton, cengkeh 413.498,81 ton, dan casiavera 37.689,50 ton.

Hasil komoditi itu terkonsentrasi di Kecamatan Tompaso Baru, Belang, Motoling, Ranoyapo, Tenga, Sinonsayang, Tereran, Mondoinding, Tombasian dan Tumpaan. Selain itu, produksi aren mencapai 99.651 ton, terkonsentrasi di daerah Tareran, Motoling, Kumelembuai dan Touluaan.

Potensi peternakan yang menonjol adalah ternak Sapi, Kuda, Babi, Unggas Ayam dan Itik. Produksi daging sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Minahasa Selatan dan dipasarkan ke daerah lain. Keadaan ini mendukung dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Populasi ternak antara lain; Babi 27.205 ekor, Sapi 23.447 ekor, Kambing 22.086 ekor, ternak Unggas Ayam Ras 55.560 ekor, dan Ayam Buras 120.770 ekor. Hasil ternak terkonsentrasi di Tompaso Baru, Touluaan, Motoling, Kumelelembuai, Ranoyapo, Tombasian, Ratahan, Tareran, Mondoinding dan Tenga.

Sementara hasil perikanan budidaya air tawar mencapai 12.567 ton, dan perikanan laut 18.191,70 ton. Hasil perikanan itu terkonsentrasi di Kecamatan Belang, Tombosian, Tumpaan, Tompaso Baru, Tombatu, Touluaan, dan Ratahan.

Obyek wisata menarik di daerah ini, antara lain; obyek wisata Sungai Maruasey, terdapat di Desa Tangkuney Kecamatan Tumpaan sekitar 30 Km dari pusat Kota Amurang. Obyek wisata Batu Dinding terdapat di Kecamatan Amurang, batu yang tingginya 70 m dekat sungai Ranoyapo. Obyek wisata Bukit Doa Pinaling terletak di Desa Pinaling, Kecamatan Amurang Timur, wisatawan dapat merasakan perpaduan antara keindahan alam dan sentuhan religius. Obyek wisata Pantai Moinit yang terletak di sebelah Selatan Kabupaten ini, di antara Desa Teep dan Tawaang Kecamatan Amurang. Daerah Pantai Moinit ini banyak menyimpan aneka-ragam Flora dan Fauna.Untuk kluster daerah Minahasa Selatan, hasil pertanian dan perkebunan seperti pPadi, jagung, sayuran, dan buah-buahan harus menjadi pilihan, termasuk hasil perkebunan seperti; kelapa, cengkeh, kopi, kakao, dan casievera. Ke depan perlu dibangun industri olahan hasil pertanian, perkebunan serta perikanan laut.

Sumber :http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Minahasa+SelatanDiposkan olehhasil blogdi06.37Tidak ada komentar:Kabupaten Minahasa

Kabupaten Minahasa adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Propinsi Sulawesi Utara. Luas wilayahnya 1029,82 km2, terdiri dari 18 kecamatan. Jumlah penduduknya 303.544 jiwa dimana 155.815 orang pria dan 147.729 orang wanita. Kabupaten ini tingkat pendidikannya cukup tinggi, dan memiliki struktur ekonomi yang relatif baik.

Wilayah Kabupaten Minahasa di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara dan Laut Maluku, di sebelah Barat berbatasan dengan Kota Manado dan Laut Sulawesi, di Selatan berbatasan dengan kabupaten Minahasa Selatan.

Alam kabupaten ini cocok untuk areal tanaman pertanian. Hampir di semua kecamatan berbagai tanaman pertanian tumbuh subur. Budidaya padi sawah di sini umumnya sawah dengan irigasi semiteknis dan sederhana, di samping juga terdapat sawah tadah hujan. Tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk adalah padi, jagung, ubi-ubian, dan tanaman hortikultura lainnya. Sebanyak 33,41 persen penduduk bekerja di lahan pertanian. Hasil itu selain untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah sendiri, juga dipasarkan ke daerah sekitar.

Subsektor perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar, memegang peranan penting bagi perekonomian di Kabupaten Minahasa. Komoditas perkebunan yang banyak diusahakan penduduk adalah kelapa, cengkeh, vanili, cokelat (kakao), dan pala. Pola penanaman masih sederhana dan merupakan perkebunan rakyat yang dikelola secara turun-temurun. Tanaman kelapa, diusahakan penduduk sejak lama dan tumbuh subur hampir di semua kecamatan di Bumi Nyiur Melambai ini. Cengkeh, pala, dan vanili juga banyak ditanam di daerah ini. Tanaman cengkeh terutama diusahakan di Kecamatan Airmadidi, Kauditan, dan Kema.

Kelapa umumnya dibuat kopra merupakan komoditas unggulan kabupaten. Kopra di sini sebagian besar merupakan produk industri rumahan, sementara pengolahan kelapa menjadi minyak dikerjakan oleh pabrik. Selain itu, kelapa juga diolah menjadi tepung kelapa, nata de coco, dan arang tempurung. Komoditas ini sudah masuk pasar ekspor, terutama ke Eropa dan India.

Berdasarkan sejarahnya, kata Minahasa berasal dari "MINAESA" yang berarti persatuan, pada zaman dulu Minahasa dikenal dengan nama "MALESUNG".

Menurut penyelidikan Wilken dan Graafland, pemukiman nenek moyang orang Minahasa dulunya di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan daerah sekitar Tompaso.

Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut waktu itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu : Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat; Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan; Pasiowan Telu : Rakyat.Berdasarkan penyelidikan Dr. J.P.G. Riedel, sekitar tahun 1670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa. Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur lautAnak suku Tombulu : wilayahnya menuju utaraAnak suku Toulour : menuju timur (atep)Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besarPada saat itu belum semua daratan Minahasa ditempati, baru sampai di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. Setelah abad XV dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut dan terjadi perang dengan Bolaang Mongondow, penyebaran penduduk meluas ke seluruh daerah Minahasa. Hal itu sejalan dengan perkembangan anak Suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik.Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom melalui UU Nomor 10 tahun 2003 tertanggal 25 Pebruari 2003. Pada tanggal 21 Nopember 2003 dengan UU Nomor 33 Tahun 2003, Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan menjadi daerah otonom baru.Dengan adanya pemekaran itu, wilayah Minahasa menjadi tiga Kabupaten, yaitu; Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Utara, serta tiga Kota, yaitu; Kota Manado, Kota Bitung, dan Kota Tomohon.Kontribusi pembentukan PDRB berasal dari pertanian sebesar 23,3 persen, sektor bangunan dan konstruksi sebesar 20 persen dan sektor jasa-jasa lain sebesar 15,62 persen. Pertanian meliputi padi, palawija, pekebunan dan peternakan. Total panen padi per tahun mencapai 65.397,9 ton. Padi banyak terdapat di Kecamatan Langowan Selatan, Langowan Barat dan Sonder. Jagung banyak terdapat di Kecamatan Kawangkoan, ubi kayu di Pineleng, ubi jalar di Langowan Timur, talas di Tondano Barat dan kacang tanah di Kawangkoan.

Lain dengan tanaman perkebunan. Tanaman ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan palawija. Tanaman ini memiliki usia yang tahunan baru dapat dinikmati hasilnya. Tanaman kebun yang ada di Minahasa terdiri dari kelapa dengan total panen pada 2006 mencapai 16.153,55 ton, Cengkeh 755 ton, Vanili 29,06 ton, kopi 156,75 ton, kakao 37,7 ton, aren 10.316 ton dan casievera 21,36 ton.

Kelapa banyak terdapat di Kakas dan Tombariri, cengkeh di Kombi dan Sonder, Vanili di Langowan Timur dan Kombi. Sementara Kopi banyak dihasilkan di daerah Remboken dan Tondano Barat. Sedangkan produksi Aren banyak dihasilkan dari Tombariri, Tompaso dan Tombulu dan casievera terkonsentrasi di Kawangkoan dan Tondano Barat.Sementara hasil sub-sektor peternakan yang menonjol adalah ternak Sapi 20.280 ekor, Babi 87072 ekor, Kambing 3306 ekor, Kuda 5567 ekor, 44.291 ternak Unggas Ayam Ras dan Itik 455.508 ekor. Sapi banyak terdapat di Kecamatan Kawangkoan, Remboken dan Tompaso, Babi Tombulu, Eris dan Tondano Selatan, Kambing di Tondano Barat dan Kombi, kuda di Eris, Lawongan Timur dan Lawongan Selatan sedangkan ternak Anjing banyak terdapat di Tombariri, Tompaso dan Kombi. Untuk ternak unggas Tondano Selatan. Usaha Koperasi banyak terdapat di Tondano Barat sedngkan bentuk usaha non-koperasi banyak terdapat di Kakas dan Tondano Barat.

Sumber :http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+MinahasaSumber Gambar:http://www.minahasa.net/images/map-minahasa-id.pngDiposkan olehhasil blogdi06.30Tidak ada komentar:Kabupaten Kepulauan Talaud

Kabupaten Kepulauan Talaud adalah salah satu daerah bahari yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan. Secara geografis, kabupaten ini terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Mindanau (Republik Philipina), sehingga disebut sebagai daerah perbatasan. Sebagai daerah yang relatif masih baru, yaitu pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, kenyataan yang muncul ke permukaan menyangkut keberadaan daerah ini adalah dimasukkannya sebagai daerah tertinggal. Walaupun demikian, di era otonomi ini, Kabupaten Kepulauan Talaud dengan beberapa potensi andalannya akan mampu membangun daerah mengejar ketertinggalannya.

Luas daratan kabupaten yang dikelilingi oleh Laut Pasifik, Laut Maluku dan Laut Sulawesi ini mencapai 1.251,02 Km2, tersusun atas tiga pulau besar dan satu gugusan kepulauan. Pulau terbesar yang dijadikan sentra perekonomian adalah Pulau Karakelang yang luasnya mencapai 78,06 % dari luas total wilayah. Dengan lautan yang sangat luas, pada masa mendatang Kabupaten Kepulauan Talaud mempunyai peluang sangat terbuka untuk mengoptimalkan potensi kelautan yang kaya akan berbagai sumber daya hayati.

Secara administratif, kabupaten yang beribukota Melonguane ini terbagi menjadi 11 kecamatan (3 kecamatan baru dimekarkan, masing-masing Kecamatan Lirung Selatan, Damau, dan Tampan Nana "Dapalan") dan 86 desa definitif 2 kelurahan, 7 desa persiapan, serta wilayah khusus Miangas yang dikenal sebagai "Check Point Border Crossing Area". Iklim daerah ini dipengaruhi oleh angin muson dengan musim kemarau terjadi pada bulan Juni - September dan musim penghujan terjadi pada bulan September - Nopember. Menurut Schmidt dan Ferguson, daerah ini memiliki type iklim A (basah). Adapun berdasarkan hasil registrasi tahun 2003, jumlah penduduknya adalah sebanyak 76.042 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 3,42 % dan kepadatan 60,78 jiwa/Km2.

Struktur perekonomian daerah ini didominasi oleh sektor pertanian, diikuti jasa-jasa, perdagangan, hotel dan restoran, pertambangan dan penggalian, angkutan dan komunikasi, bangunan, keuangan dan jasa perusahaan, listrik, gas dan air bersih, serta industri pengolahan. Dari PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2002 yang mencapai Rp. 270.035.000, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar Rp. 166.950.000 disusul jasa-jasa sebesar Rp. 34.325.000 dan seterusnya.

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk tahun 2003No Kecamatan/ Luas Wilayah (km2) / Penduduk Kepadatan (km2)1 Kabaruan 115,61/ 9.546/ 82,57 2 Lirung 98,07/ 16.334/ 166,55 3 Melonguane 125,74/ 9.405/ 74,80 4 Beo 279,65/ 11.872/ 42,45 5 Rainis 263,67/ 12.851/ 48,74 6 Essang 169,78/ 6.615/ 38,96 7 Gemeh 137,71/ 3.491/ 39,87 8 Nanusa 60,79/ 3.928/ 64,62 Total 1.251,02/ 76.042/ 60,78

Sumber :http://203.77.237.21/einvest/homepage/7104/umum/0/Sumber Gambar:http://gado2enak.files.wordpress.com/2006/12/talaud.jpg

Diposkan olehhasil blogdi06.03Tidak ada komentar:Kab Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)

View Larger Mapa. Kondisi Umuma). Luas Wilayah : 275.96 km2b). Jumlah Penduduk : 63.355 jiwac). Kedudukan Ibukota : OndongKec. Siau Baratd). Jumlah Kecamatan : 10e). Jumlah Desa : 80f). Jumlah Kelurahan : 4b. Kemampuan Ekonomi:a). PAD diprediksikan Rp. 4.197.905.200,-b). Laju Pertumbuhan Ekonomi diperkirakan 4,88%c). PDRB Rp. 5.131.973,-c. Sumberdaya Alam :a). Pertanian (padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan dsb)b). Perkebunan (pala, fuli, cengkih, kelapa, dan buah-buahan)c). Perikanan dan kelautan (perikanan laut, danau, kolam, telaga)d). Pariwisata (wisata alam/gunung, wisata budaya, dan taman laut)d. Sosial Budaya:a). Sarana Ibadah : 224 buahb). Tempat Pertunjukan Seni : 15 buahc). Sarana Olahraga : 72 buahe. Sosial Politika). Lembaga Swadaya Masyarakat : 11b). Yayasan : 6c). Asosiasi : 3d). Partai Politik yang duduk di DPRD : 6 partai

Anggota DPRD Kab Sitaro (2009 - 2014)Setelah melalui proses demokrasi yang panjang, akhirnya 20 orang Wakil Rakyat pilihan pertama di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dilantik pada tanggal 31 Agustus 2009. Berikut nama ke-20 anggota dewan baru tersebut:

1. Djipton Tamudia BAc (PDIP)2. Benyamin Kanarang SH (PDIP)3. Henny Kansil (PDIP)4. Sisca Salindeho (PDIP)5. Djon Ponto Janis (PDIP)6. Edronsila Bawotong SH MH (PDIP)7. Netty Adrian (PDIP)8. Novi Tatemba (PDIP)9. Mochtar Kaudis (PDIP)10. Woldewin Sasue (Golkar)11. Evenson Hok Limpepas (Golkar)12. Tommy Rawung (Golkar)13. Pdt E Sawori (Golkar)14. H Makainas (Golkar)15. Djudson Kalibato (Gerindra)16. Elians Bawole SE (Gerindra)17. Fence Kuning (PDS)18. Budhi Manoi (Demokrat)19. Harles Bawole ST (PDP)20. Juana Tumbio SE (Barnas)

Sumber :http://www.sulut.go.id/dataweb/sitaro.pdfhttp://sitaro.wordpress.com/page/3/Sumber Gambar:http://maps.google.com/Diposkan olehhasil blogdi05.41Tidak ada komentar:Selayang Pandang Kab Kepulauan Sangihe

View Larger Map

Sangihe berasal dari kata Sang dan Ihe. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki luas mencapai 11.863,58 km2 terdiri dari Lautan 11.126,61 km2 dan Daratan 736,97 km2. Ibukota berkedudukan di Tahuna secara keseluruhan jumlah pulau yang ada di kepulauan ini berjumlah 105 pulau dengan rincian ; 79 pulau yang tidak berpenghuni dan 26 pulau berpenghuni.Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak antara 2 4 13 4 44 22 LU dan 125 9' 28 - 125 56' 57 BT dan posisinya terletak di antara Kab. Kepl. SITARO dengan Pulau Mindanao (Republik Filipina).

Pada Tahun 2002 Kabupaten Kepulauan Sangihe dimekarkan (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud) menjadi 2 Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Pemekaran kembali dilakukan di Kabupaten Induk (Kabupaten Sangihe) menjadi Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (SITARO) pada Tahun 2007 sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2007 tanggal 2 januari 2007 dan peresmiannya telah dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2007 di Ruang Mapaluse Kantor Gubernur Sulawesi Utara sekaligus dengan Pelantikan PPS Bupati Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Drs. Idrus Mokodompit.

Sebagai daerah otonom, ada 4 (empat) karakteristik signifikan yang membedakan Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan Kabupaten / Kota lain dalam cakupan Propinsi Sulawesi Utara bahkan lingkup Nasional yaitu :

1). Daerah KepulauanWilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 105 Pulau, dengan rincian dimana 26 buah Pulau berpenghuni dan 79 buah Pulau tidak berpenghuni, dengan luas wilayah 11.863,58 km2. Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 14 Kecamatan, 125 Kampung dan 22 Kelurahan, dimana wilayahnya sebagian besar terdiri dari pegunungan dan tanah berbukit yang dikelilingi oleh lautan.

Pulau-pulau letaknya menyebar dengan jarak relatif berjauhan, namun tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keutuhan Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga perlu dikembangkan, dibina, dipelihara dan dipertahankan sebagai aset nasional.

2). Daerah PerbatasanBerdasarkan Undang-Undang Nomor 77 Tahun 1957 tentang Persetujuan Mengenai Warga Negara Yang Secara Tidak Sah di Daerah Republik Indonesia dan Republik Philipina.Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak diantara 0204'13" sampai 0444'22" Lintang Utara dan 1259'28" sampai 12556'57" Bujur Timur. Batas-batas Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebagai berikut

Sebelah Utara : Negara PhilipinaSebelah Timur : Kabupaten Talaud dan Laut MalukuSebelah Selatan : Kabupaten Siau Tagulandang BiaroSebelah Barat : Laut Sulawesi

3). Daerah BencanaKabupaten Kepulauan Sangihe termasuk daerah rawan bencana alam. Di daerah ini hampir setiap tahun terutama pada Bulan Desember sampai Maret dilanda bencana alam seperti banjir, tanah longsor, abrasi dan letusan gunung berapi, hal dimana dapat diuraikan sebagai berikut :

Iklim pada bulan Desember sampai Maret bercurah hujan maksimum dibarengi angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir maksimum dan gelombang laut maksimum. Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh angin muson, musim kemarau (juni juli dan Oktober Nopember). Type iklim di daerah ini menurut Schmit dan ferguson adalah type A (Iklim Basah).Daerah ini memiliki gunung api yang masih aktif yakni satu berada dibawah laut yaitu terletak dekat Pulau Mahengetang, sedangkan yang lainnya yaitu Gunung Awu di Pulau Sangihe.Kondisi topografi daerah ini terutama di Pulau Sangihe Besar umumnya berbukit-bukit termasuk disekitar pemukiman penduduk, dibarengi dengan kondisi tanah yang sangat labil dan mudah longsor. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu bantuan induk vulkanis, sedangkan keadaan tanah jenis vulkanis, non vulkanis dan mengandung asam fosfor, calcium, kalium dan magnesium

4). Daerah TerbelakangSulitnya menjangkau Kepulauan Sangihe dari Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti kota-kota di Pulau Jawa, Kota Makasar, Kota Manado dan Kota Bitung, mengindikasikan bahwa Kabupaten ini secara fisik masih terisolir sehingga dapat digolongkan sebagai daerah terpencil dengan aksesibilitas sarana dan prasarana yang belum memadai.

Sumber :http://www.sangihe.go.id/selayang_pandang.phpSumber Gambar:http://maps.google.com/http://www.sangihe.go.id/klaster/tatoareng.phphttp://www.sangihe.go.id/klaster/sangihe.phphttp://www.bodeweb.de/pics/sangihe.jpgDiposkan olehhasil blogdi05.23Tidak ada komentar:Geliat Perikanan di Bolaang Mongondow SelatanSEJAK ditetapkannya Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai daerah otonom yang baru, hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah tersebut untuk mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara arif, bertanggung jawab dan berkelanjutan.Kabupaten yang baru terbentuk ini memiliki luas 1.615,86 km2 dengan jumlah penduduk 54.751 jiwa. Semua kecamatan berada di pesisir Teluk Tomini dengan panjang garis pantai 290 km (termasuk 2 kecamatan pesisir di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur).

Potensi PerikananDi Kecamatan Pinolosian Timur terdapat 9 desa dimana hampir semuanya memiliki wilayah pesisir. Potensi penangkapan ikan di sungai 16 ha, potensi budidaya di kolam 30 ha, sawah/mina padi 50 ha, tambak 900 ha dan laut 1.700 ha. Di Kecamatan Pinolosian Tengah terdapat 5 desa dan hampir semua desa-desa tersebut memiliki wilayah pesisir. Potensi penangkapan ikan di danau 25 ha dan sungai 16 ha, potensi budidaya di kolam 70 ha, sawah/mina padi 100 ha, tambak 900 ha dan laut 1.700 ha. Di Kecamatan Pinolosian terdapat 8 desa dan kesemuanya memiliki wilayah pesisir. Potensi penangkapan ikan di sungai 20 ha, potensi budidaya di kolam 50 ha, sawah/mina padi 65 ha, tambak 700 ha dan laut 198 ha. Di Kecamatan Bolaang Uki terdapat 18 desa yang kesemuanya memiliki wilayah pesisir. Potensi penangkapan ikan di sungai 15 ha, potensi budidaya di kolam 105 ha, sawah/mina padi 140 ha, tambak 650 ha dan laut 1.800 ha. Di Kecamatan Posigadan terdapat 14 desa. Potensi penangkapan ikan di sungai 45 ha, potensi budidaya di kolam 45 ha, sawah/mina padi 60 ha, tambak 30 ha dan laut 1.500 ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow, 2007).

Produksi PerikananProduksi perikanan tangkap di perairan Teluk Tomini, Bolaang Mongondow tahun 2004 sebesar 10.588,4 ton, 2005 sebesar 8.787,5 ton dan 2006 sebesar 8.633,6 ton. Di kabupaten ini terdapat infrastruktur pelabuhan/TPI/PPI yaitu TPI Pinolosian, TPI Popodu, TPI Salongo dan PPI Dodepo (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow, 2007).Menurut hasil kajian oleh Kepel (2007) melalui SUSCLAM Project (IUCN-CIDA) menunjukkan bahwa di semua kecamatan di kabupaten ini memiliki potensi kelautan dan perikanan yang prospektif untuk dapat dikembangkan. Perahu yang digunakan umumnya perahu kecil dengan menggunakan dayung dan layar dan ada pula yang sudah bermotor. Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan yaitu soma pajeko (small purse seine), jaring insang hanyut dengan perahu pamo, jaring insang tetap, jaring insang lingkar dengan perahu londe, pancing tonda, pancing tuna, dan pancing tegak dengan perahu londe. Ikan-ikan hasil tangkapan antara lain malalugis, tongkol, kembung, selar, ikan terbang, cendro, kerapu, kuwe, lolosi, kakap merah, kakap putih, cakalang, dan madidihang.Di Kecamatan Pinolosian Timur, aktivitas perikanan tangkap yang paling besar terdapat di Desa Matandoi dengan jumlah nelayan 40 orang. Di desa ini terdapat 32 unit bagan, 8 unit pajala (jaring kantung), 80 perahu dan rumpon (rakit) 60 unit. Rumpon-rumpon tersebut digunakan untuk menangkap ikan malalugis, deho dan tuna. Saat ini, produksi tuna sekitar 400-500 ton/tahun. Adapun aktivitas budidaya yaitu karamba jaring apung (KJA) untuk ikan kerapu di Pulau Pondang Kecil yang dikelola oleh perusahaan. Jumlah KJA 32 unit dengan areal budidaya seluas 3 ha.Di Kecamatan Pinolosian Tengah, usaha perikanan tangkap yang paling besar terdapat di Desa Torosik dengan jumlah nelayan 125 orang. Di desa ini terdapat 72 perahu, 22 unit bagan, sekitar 100 unit pancing dan 15 unit jaring insang tetap untuk menangkap ikan batu. Di desa ini juga terdapat budidaya KJA 2 unit yang dikelola oleh 25 orang dengan produksi 6.000 ekor/panen.Di Kecamatan Pinolosian, kegiatan penangkapan ikan yang paling besar terdapat di Desa Linawan dengan jumlah nelayan 140 orang. Di desa ini terdapat 140 katinting, 12 unit jaring insang tetap, 5 unit soma giop, 45 unit pancing tuna dan alat tangkap nener. Di Desa Tabilaa terdapat 16 unit bagan untuk menangkap ikan teri. Di Desa Linawan terdapat budidaya KJA untuk ikan kerapu dan juga memiliki pengolahan ikan roa gepe dengan 30 pekerja. Setiap hari menghasilkan sekitar 100 gepe (jepit) dimana 1 gepe terdapat 20 ekor ikan. Penjualan ikan yaitu ke pedagang pengumpul di Molibagu dan selanjutnya dijual ke Manado. Di Desa Lungkap ada 1 unit pengolahan ikan roa gepe dengan 12 pekerja dan di Desa Pinolantungan ada 1 unit pengolahan ikan roa gepe dengan 30 pekerja. Di Desa Tabilaa memiliki pengolahan ikan asin dan ikan kering yaitu ikan teri. Selain itu ikan asin diproduksi di Desa Matandoi, Desa Posilagon dan Desa Tobayaga sebanyak 100 kg/hari.Di Kecamatan Bolaang Uki, penangkapan ikan yang paling besar dilakukan di Desa Dodepo dengan jumlah nelayan 128 orang. Jumlah katinting 82 unit yang menggunakan jukung/perahu pelang kecil dan perahu yang masih menggunakan dayung yaitu 6 unit. Ikan yang ditangkap adalah malalugis dengan menggunakan pajeko sebanyak 5 unit. Satu unit pajeko memiliki 20-35 masanae. Pajeko tersebut memiliki rumpon dan untuk 1 pajeko memiliki 6 rumpon. Di desa ini terdapat 1 pabrik es dengan kapasitas produksi 5 ton (500 balok es/hari). Selain itu di desa ini ada 2 kelompok pembudidaya rumput laut dimana masing-masing kelompok terdapat 10 orang.Di Kecamatan Posigadan, penangkapan ikan yang paling besar dilakukan di Desa Mamalia 1 dengan 3 kelompok nelayan yang masing-masing 10 orang. Untuk Desa Mamalia I, Desa Mamalia II dan Dewa Luwoo jumlah nelayan total sebanyak 100 orang. Jenis-jenis alat tangkap yang digunakan adalah soma pajeko 3 unit, jaring insang hanyut 19 unit dengan perahu pamo, jaring insang tetap 27 unit, jaring insang lingkar 15 unit, pancing tonda 38 unit, pancing tuna 24 unit, dan pancing tegak 34 unit dengan perahu londe. Selain itu terdapat pancing tuna dan 10 unit rumpon yang dimiliki 5 orang untuk menangkap malalugis. Pengambilan teripang dilakukan di sepanjang pesisir kecamatan ini.

PermasalahanMasalah yang dihadapi oleh nelayan di sepanjang pesisir kabupaten ini yaitu adanya penurunan ukuran ikan hasil tangkapan dimana pada November hingga Desember yang ditangkap adalah juvenil sedangkan pada Februari hingga Juni yang ditangkap adalah ikan yang berukuran 6-9 ekor/kg, serta ditangkapnya ikan cakalang berukuran kecil (baby cakalang/maesang) dan tuna berukuran kecil (babida) dengan berat 8-10 kg/ekor.Selain itu ada juga permasalahan lainnya yaitu kecilnya modal usaha untuk pengembangan usaha penangkapan ikan/operasi penangkapan, sangat terbatasnya rantai dingin/pabrik es, relatif jauhnya pangkalan bahan bakar minyak (BBM) untuk minyak tanah, dan relatif tingginya harga minyak tanah dimana 98% nelayan masih menggunakan bahan bakar tersebut.Isu dan Strategi Pengelolaan Isu pokok dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan antara lain masalah kemiskinan yang juga merupakan fenomena yang ada pada sebagian besar nelayan di negara kita. Untuk itu perlu diperkuat terus pemberdayaan masyarakat nelayan guna dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui penguatan kelembagaan dan memberikan kemudahan untuk dapat mengakses terhadap modal, teknologi, informasi dan pasar.Sebagai kabupaten baru, data merupakan isu penting dalam menunjang pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Saat ini basis data belum memadai karena riset yang telah dilakukan masih bersifat parsial dan belum menyeluruh, komprehensif, bersifat time-series dan basis data tersebut tersebar pada berbagai institusi. Untuk itu diperlukan review dan kompilasi terhadap data yang ada. Basis data sangat penting sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan strategis dalam rangka pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.Riset dan informasi merupakan isu yang penting karena masih belum memadai data dan informasi yang tersedia. Untuk itu perlu dilaksanakan riset serupa pengumpulan data penangkapan dan usaha dalam kaitannya dengan pengkajian stok (jenis-jenis, jumlah, nilai komersial, dan kemampuan untuk eksploitasi), eksplorasi sumberdaya perikanan baru, kondisi oseanografi dan meteorologi, serta dasar laut (batimetri, tipe substrat, produktivitas primer dan sebagainya). Jadi perlu dilakukan riset terpadu serta langkah-langkah pemanfaatannya bagi kepentingan masyarakat pesisir.Isu yang tidak kalah pentingnya adalah operasional pengelolaan yang terdiri dari penataan kewenangan, prasarana dan sarana, dan pembinaan. Sampai saat ini masih sering terjadi interpretasi yang keliru terhadap kewenangan terhadap pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Jadi perlu adanya penyempurnaan perangkat perundang-undangan dan sosialisasi peraturan yang ada kepada semua pihak yang terkait. Selain itu diperlukan prasarana dan sarana dalam menyediakan modal usaha, sarana penangkapan dan prasarana pendukung lainnya. Pembinaan bagi masyarakat nelayan sangat dibutuhkan, berupa pelatihan, penyuluhan dan magang.Tata ruang wilayah juga merupakan isu penting mengingat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan tergantung dari upaya pemanfaatan ruang secara optimal dengan penetapan batas yang jelas bagi berbagai kegiatan dan mengutamakan orientasi pasar dengan dukungan kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk. Untuk itu upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah menetapkan batas-batas yang jelas untuk pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan kawasan lindung, mengembangkan pusat pelayanan yang disinergikan dengan pengembangan pusat ekonomi, meningkatkan aksesibilitas, meningkatkan kerjasama dengan kawasan lain untuk pemasaran dan perdagangan produk perikanan, memanfaatkan gugus pulau untuk pemanfaatan terbatas (wisata bahari), mengembangkan sentra-sentra usaha perikanan yang berpotensi dan berorientasi pasar, mengembangkan prasarana dan sarana wilayah, meningkatkan arus investasi dalam dan luar negeri dengan menciptakan iklim usaha dan jaminan keamanan berinvestasi, serta mengembangkan kawasan prioritas yang diharapkan menjadi prime mover.Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan juga merupakan isu penting yang mencakup relatif besarnya potensi sumberdaya tersebut, kemiskinan nelayan dan keberpihakan kepada masyarakat pesisir. Potensi sumberdaya ini berkaitan dengan pemanfaatan secara optimal karena jika tidak demikian maka dapat terjadi degradasi sumberdaya ini bahkan menyebabkan tangkap lebih. Jadi perlu dijaga kelestarian sumberdaya tersebut yang sesuai dengan Kode Etik Perikanan yang Bertanggung Jawab.Faktor sumberdaya manusia yang berkaitan dengan pengawasan juga merupakan isu penting karena terbatasnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia (SDM) pengawas. Jadi perlu diangkatnya tenaga pengawas yaitu Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) serta peningkatan kualitas SDM. Kearifan lokal juga merupakan faktor penentu dalam pengawasan. Isu yang berkaitan dengan aspek ini adalah terbatasnya informasi mengenai kearifan lokal yang hidup di masyarakat.Selanjutnya isu industri perikanan mencuat ke permukaan yang terdiri dari antisipasi peningkatan daya saing, terbatasnya kemampuan SDM dan informasi pasar yang kurang transparan. Untuk menanggulangi berbagai isu tersebut maka diperlukan akreditasi karena dengan demikian produk-produk perikanan yang bersertifikat dari laboratorium yang terakreditasi memiliki jaminan dan daya saing yang lebih besar, terutama untuk ekspor.Selain itu perlu dilakukan pemeliharaan lingkungan laut dan pengelolaan wilayah pesisir dari degradasi sebagai isu lingkungan. Pencegahan dan penindakan dilakukan bagi penangkapan ikan yang dilarang, seperti penggunaan sianida, bahan peledak, dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah.Perlu juga dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan isu potensi konflik karena isu tersebut sangat mempengaruhi pola bisnis dan investasi. Juga upaya-upaya untuk mengubah potensi konflik tersebut menjadi arena kerjasama dengan menggunakan fasilitas berupa kegiatan-kegiatan edukasi, sosialisasi, negosiasi, koordinasi, integrasi, dan regulasi.Isu yang lain adalah masih cukup luasnya perairan pesisir yang dapat dikembangkan untuk budidaya laut, kawasan pesisir untuk budidaya tambak, dan masih cukup tersedianya benih dari biota-biota yang dapat dibudidayakan. Pengembangan budidaya laut, antara lain ikan kerapu, kuwe, beberapa jenis kerang, teripang, dan rumput laut. Untuk budidaya tambak adalah ikan bandeng, udang windu dan kepiting. Sebagian dari komoditas-komoditas yang dibudidayakan tersebut diarahkan untuk tujuan ekspor.

Konsep Agrotechnopreneurship dan Ekonomi LokalDalam rangka memajukan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menjadi kabupaten yang maju, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pengembangan kewirausahaan melalui penerapan Konsep Agrotechnopreneurship. Konsep ini didasarkan pada basis ekonomi antara lain kelautan dan perikanan. Pengembangannya berbasis pada sumberdaya terbarukan, adanya peluang keberlanjutan yang tinggi, memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lain, berpusat di wilayah pesisir, dan memenuhi kebutuhan dasar manusia.Penerapan konsep ini dilakukan dengan menetapkan klaster komoditas sehingga penanganannya dilakukan secara komprehensif mulai dari produksi, penanganan dan pengolahan pasca panen, pemasaran, termasuk jaringan distribusi. Hal ini dilakukan karena dapat memberikan nilai tambah, efisiensi, produktivitas, kontinuitas, dan daya tarik untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. Jaringan kerja dalam konsep ini terkait dengan network ventura (pemerintah daerah, industri, dan bank), perguruan tinggi, dan tenaga kerja baru.Hal ini yang mendorong pengembangan ekonomi lokal yang didasarkan pada pendayagunaan sumber daya (manusia, alam, dan kelembagaan) lokal. Pengembangan ekonomi lokal juga menitikberatkan pada pembangunan ekonomi daerah dan penciptaan lapangan kerja yang dirancang dan dilaksanakan secara berbeda-beda untuk setiap wilayah, sesuai dengan kondisi dan potensi dari masing-masing wilayah, serta peran aktif dari masyarakat, pemerintah lokal, dan swasta.Jadi dengan adanya potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup tinggi di daerah ini, yang ditunjang dengan identifikasi isu dan penetapan strategi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan menerapkan konsep agrotechnopreneurship dalam rangka mengembangkan ekonomi lokal maka kontribusi nyata dari hasil pengelolaan sumberdaya tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Untuk itu diperlukan kesepakatan dan komitmen dari semua pihak agar supaya dengan adanya sinergitas dari pihak-pihak tersebut maka diharapkan akan diperoleh manfaat yang sebesar-besar bagi kesejahteraan masyarakat di kabupaten yang baru terbentuk ini.#

Sumber :Rene Charles Kepel(Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Dosen Program Pascasarjana Unsrat)http://mdopost.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=7282&Itemid=921 Oktober 2008Diposkan olehhasil blogdi05.13Tidak ada komentar:Kab Bolaang Mongondow Utaraa. Kondisi Umuma). Luas Wilayah : 1.843,92 km2b). Jumlah Penduduk : 81.879 jiwac). Kedudukan Ibukota : Boroko Kec. Kaidipangd). Jumlah Kecamatan : 6 Kecamatane). Jumlah Desa : 52 Desaf). Jumlah Kelurahan : 1 Kelurahan

b. Ekonomia). Pendapatan Asli Daerah :1). Kabupaten Induk : Rp. 10.837.000.000,-2). Calon Kab. Bolmong Utara : Rp. 9.883.000.000,-b). PDRB Perkapita:1). Kabupaten Induk : Rp. 4.157.357,-2). Calon Kab . Bolmong Utara : Rp. 4.271.452,-c). Pertumbuhan Ekonomi :1). Kabupaten Induk : 5,55%2). Calon Kab. Bolmong Utara : Rp. 6,17%c. Potensi geografis:1). Berada pada jalur Trans Sulawesi2). Berada di tepian pasifik3). Berbatasan dengan Propinsi Gorontalod. Sumberdaya Alam1). Pertanian (padi sawah 6.268 Ha, jagung 2.689 Ha, dan berbagai tanaman hortikultura seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai)2). Perkebunan (kelapa, vanili dsb, dengan luas 14.771 Ha3). Perikanan (perikanan laut, dan perikanan darat)4). Pertambangan (emas, granit dsb)5). Pariwisata (wisata alam, wisata bahari dan wisata budaya)e. Infrastruktur:a). Bank : 5 buahb). Lembaga keuangan non bank : 38c). Kelompok Pertokoan : 14d). Pasar/swalayan/supermarket : 12e). Sekolah Dasar : 87f). SLTP : 17g). SLTA : 3h). Sarana Kesehatan : 25i). Kantor Pos, Wartel, Warnet : 4j). Panjang Jalan : 554 Kmk). Obyek Wisata Alam : 14f. Sosial Budayaa). Tempat Ibadah:o Masjid : 98o Gereja : 19o Pura : -o Vihara : -

b). Tempat Pementasan Seni : 6c). Gedung Serba Guna : 10d). Lapangan Olahraga : 475g. Politika). Organisasi Pemuda : 40b). Organisasi Profesi : 2c). Organisasi Masyarakat : 20d). Partai Politik : 23e). Penduduk yang mempunyai hak pilih : 37.845f). Penduduk yang menggunakan hak pilih : 37.574

Sumber :http://www.sulut.go.id/dataweb/kabbolmut.pdf

Diposkan olehhasil blogdi04.54Tidak ada komentar:Kabupaten Bolaang MongondowKabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara, yang beribukota Kotamobagu. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Sulawesi di sebelah Utara, dengan Teluk Tomini di sebelah Selatan, dengan Propinsi Gorontalo di sebelah Barat, dan dengan Kabupaten Minahasa di sebelah Timur. Luas wilayah daerah ini sekitar 8.358.04 km2 terbagi dalam 15 kecamatan.

Daerah Mongondow sangat kaya akan tanaman kelapa. Lambaian daun nyiur banyak dijumpai di perkebunan-perkebunan yang menghampar di sebagian besar wilayah paling Barat Sulawesi Utara ini. Kabupaten ini, bersama dengan Kabupaten Minahasa, merupakan sentra produksi kelapa di Sulawesi Utara. Komoditas perkebunan Bolaang Mongondow terdiri atas 8 jenis yaitu kelapa, cengkeh, kopi, kakao, pala, vanilli, lada dan jambu mete. Daerah agraris ini juga mengandalkan cengkeh. Emas hitam untuk sebutan yang satu ini adalah komoditas andalan Sulawesi Utara. Harganya yang tinggi membuat petani tak pernah bosan menanamnya.

Untuk sektor pertanian, bahan tanaman pangan menjadi komoditi utama yang dihasilkan daearh ini meliputi; tanaman padi, jagung, kentang, kacang-kacangan, asparagus, dan pisang abaca. Selain bertani, penduduk disini juga bermatapencaharian sebagai peternak, populasi ternak daerah ini berupa Sapi, Kerbau, Kuda, Ayam Ras, dan Itik.

Etnis Mayoritas di kabupaten ini adalah Suku Mongondow. Wilayah Kabupaten ini telah mengalami sejumlah pemekaran.Tahun 2007, dimekarkan Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Pada tahun 2008, dimekarkan lagi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Pengembangan potensi wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow tak dapat dipisahkan sebagai bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah serta sosial ekonomi masyarakatnya menekankan pengembangan pembangunan pada pertanian, jasa-jasa, bangunan dan kontruksi.

Populasi penduduk di kebupaten ini mencapai 472.890 jiwa dimana 245.576 adalah pria dan 227.314 wanita. Sebaran penduduk di Bolaang Mongondow relatif merata dengan tingkat kepadatan 57,41 jiwa per kilometer persegi. Ibukota Kabupaten di Kotamobagu dihuni 20 persen dari total penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow.

Terdapat 17 Gunung di Bolaang Mongondow. Yang tertinggi adalah Gunung Batu Bulawan dengan ketinggian 1.970 m, sedangkan yang paling rendah Gunung Mongaladia dengan ketinggian 1.325 m, keduanya terletak di Kecamatan Bolaang Uki. Tercatat ada satu Gunung Berapi pernah meletus tahun 1939, Gunung Ambang dengan ketinggian mencapai 1.689 m.

Kabupaten ini memiliki 18 sungai. Sungai terpanjang adalah sungai Dumoga, mengalir sepanjang 87 Km dan terpendek adalah sungai Salongo panjangnya 9,1 Km. Keberadaan sungai itu sangat bermanfaat bagi sektor pertanian sehingga sektor ini merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk di sana. Selain sungai, terdapat 8 buah danau, yang terluas Danau Moat luasnya 617 Ha dan terkecil Danau Tondok seluas 10 Ha.

Kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDRB Bolaang Mongondow mencapai 40,92 persen dengan nilai ekonomi mencapai Rp 230 milyar lebih. Dengan luas areal panen sebesar 52.036 Ha dan rata-rata produksi sebesar 265.268 ton/tahun, komoditi padi sawah merupakan salah satu unggulan di sektor ini. Sentral-sentral padi berada di Kecamatan Dumoga Barat, Dumoga Timur, Dumoga Utara, Loyanan, Bintuanar dan Poigar. Daerah ini juga penghasil tanaman palawija seperti jagung yang banyak terdapat di Kecamatan Passi Barat dan Dumoga Timur dan ubi kayu yang banyak terdapat di Kaidipang dan Ponolaguman.

Di sektor perkebunan, kelapa, cengkeh dan kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan. Jumlah produksi kelapa mencapai 566.658,91 ton, cengkeh 12.680,36 ton dan kopi 8396 ton. Selain sebagai penghasil kelapa, kopi dan cengkeh, Kabupaten ini merupakan penghasil Kemiri mencapai 333 ton, lada mencapai 357 ton, jambu mete sekitar 222 ton dan kakao 5.501 ton. Kelapa banyak terdapat di K