KER Provinsi Sulawesi Utara Q3-2008 - bi.go.id · World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 dan...

99
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III – 2008 Kantor Bank Indonesia Manado

Transcript of KER Provinsi Sulawesi Utara Q3-2008 - bi.go.id · World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 dan...

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III – 2008 Kantor Bank Indonesia Manado

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank.

Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank

Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai

”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi

ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan

masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter

yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun

dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan

analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan

dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 30 September 2008

BANK INDONESIA MANADO

UJeffrey KairupanU

Pemimpin

2

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 22

Analisis LQ (Location Quatient) halaman 33

Boks. 1 World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 dan Dampaknya Bagi

Perekonomian Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua)

halaman 35

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 38

Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 38

Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 39

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43

Fungsi Intermediasi halaman 43

Risiko Kredit halaman 54

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 58

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61

Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 62

Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 65

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 69

Penemuan Uang Palsu halaman 73

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 74

RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 74

Boks. 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado

Menjelang dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H

halaman 76

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 78

Pengangguran halaman 78

Kemiskinan halaman 80

Rasio Gini halaman 82

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 83

3

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 85

Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 85

Prakiraan Inflasi halaman 93

LAMPIRAN halaman 95

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 97

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]

4

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar

keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia.

Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa

negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging

markets termasuk Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya

fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang

ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing

keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar

rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai

tukar rupiah melemah. Walaupun secara nasional dampak krisis

keuangan AS mulai dirasakan namun khusus Sulawesi Utara

pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008

yang tumbuh 7,06% (y.o.y).

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama

didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja

ekspor khususnya ekspor antar negara didorong oleh

meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertanian antara

lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra).

Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong

oleh terus meningkatnya aktivitas permbangunan berbagai sarara

dan prasarana fisik penunjang World Ocean Conference (WOC)

baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh

seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan

yang sama tahun sebelumnya kecuali sektor pertanian. Tercatat,

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008 tumbuh 7,06% (y.o.y)...

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi...

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada...

5

dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang

dominan dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara.

Dibandingkan periode-periode sebelumnya, struktur ekonomi

Sulawesi Utara dalam triwulan laporan sedikit mengalami

pergeseran dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi

tulang punggung perekonomian namun dalam triwulan ini

pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y).

Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh

kontraksi sub sektor tanaman perkebunan yang kemudian menarik

ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado

selama triwulan III - 2008 memperlihatkan peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008, inflasi

Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta

periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97% (y.o.y). Demikian pula

bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14%

(y.o.y) maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi.

Secara akumulasi, hingga Septmber 2008 inflasi Kota Manado

tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).

Berdasarkan sumber tekananannya, laju inflasi selama triwulan

laporan terutama didorong oleh menguatnya permintaan domestik

berkenaan dengan persiapan perayaan hari raya keagamaan Idul

Fitri dan Lebaran Ketupat. Berdasarkan kelompok barang dan jasa,

laju inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau. Beberapa komoditas yang

mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya

adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras

Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado memperlihatkan peningkatan...

...struktur perekonomian Sulawesi Utara mengalami pergeseran...

Berdasarkan sumber tekanannya, laju inflasi didorong oleh menguatnya permintaan domestik...

6

dan telur ayam ras. Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur

ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan oleh faktor kenaikan

harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan

baku pakan ternak.

Perkembangan Perbankan Daerah

Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan yang disebabkan

oleh sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal

ini dipicu oleh bergugurannya beberapa lembaga pembiayaan

dunia sebagai dampak krisis subprime mortgage di AS sehingga

perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan.

Kondisi serupa juga tercermin pada perbankan Sulawesi Utara

tercermin dari meningkatnya persaingan bank-bank dalam

merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang

lebih tinggi kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend

kenaikan suku bunga simpanan sudah dimulai sejak April 2008.

Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga

deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi

likuiditas perbankan yang ketat juga tercermin dari mulai

melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008

walaupun masih tetap tumbuh positif.

Namun demikian, secara umum kinerja perbankan di Sulawesi

Utara masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset,

kredit dan dana pihak ketiga, dengan disertai membaiknya

berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL).

Total aset perbankan di Sulawesi Utara hingga akhir triwulan

laporan mencapai Rp 11.222 milliar naik 13,29% (y.o.y). Kenaikan

total aset ini terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah

kredit yang berhasil disalurkan dari Rp6.079 milliar di akhir Q3 –

2007 menjadi Rp8.258 milliar pada Q3 -2008 atau naik 35,85%

(y.o.y).

...fungsi intermediasi dan kualitas kredit mengalami perbaikan...

Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan...

Kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih cukup baik....

7

Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil

dihimpun mencapai Rp7.765 milliar atau naik 20,65% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan

dana ini lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Salah satu

faktornya adalah terus meningkatnya biaya hidup akibat kenaikan

harga BBM yang memaksa masyarakat untuk mengurangi saving

yang selama ini dilakukannya. Sementara itu, fungsi intermediasi

perbankan berjalan baik tercermin dari peningkatan rasio LDR

(Loan to Deposit Ratio) dari dari 93,46% di triwulan III – 2007

menjadi 108,04% pada triwulan III – 2008. Peningkatan rasio LDR

ini lebih disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih

significant dibandingkan pertumbuhan dana. Seiring dengan

membaiknya fungsi intermediasi perbankan, kualitas kredit juga

mengalami perbaikan tercermin dari penurunan rasio NPL (Non

Performing Loan) dari 6,29% di triwulan III – 2007 menjadi 3,88%

pada triwulan III – 2008.

Kinerja BPR cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset

mencapai jumlah Rp191,4 milliar, DPK mencapai Rp142,5 milliar,

dan kredit mencapai Rp150,2 milliar serta membaiknya kualitas

kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL dari 4,2% di triwulan

III – 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III – 2008. Membaiknya

kinerja BPR diiringi pula dengan peningkatan fungsi intermediasi

tercermin dari rasio LDR yang naik dari 109,3% di triwulan III -

2007 menjadi 111,1% pada triwulan III – 2008.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat. Secara

total, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi,

kabupaten dan kota di Sulawesi Utara pada Tahun 2008 mencapai

Rp4,33 Triliun atau naik 16,54% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tingkat provinsi, target penerimaan APBD di Tahun 2008

ditetapkan sebesar Rp847,28 milliar sedangkan target pengeluaran

Kinerja BPR cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, DPK dam kredit serta membaiknya NPL dan LDR..

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat...

8

sebesar Rp885,58 milliar. Sampai dengan Q2 – 2008, kinerja

keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil yang

menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase realisasi

penerimaan dan pengeluaran dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan daerah sampai dengan

Q3–2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dibandingkan

target awal Tahun 2008. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 74,11%.

Sedangkan realisasi pengeluaran daerah sampai dengan Q3 – 2008

mencapai jumlah Rp559,79 milliar atau 63,27% dibandingkan

target awal tahun. Pencapaian ini juga masih lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar

55,90%.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado

pada triwulan III - 2008 berada pada kondisi net outflow sebesar

Rp268 milliar yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih

besar dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah

satu indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah

walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah mengeluarkan

kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%.

Beberapa faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan

uang kartal selama triwulan laporan adalah (1) Berlangsungnya

masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi para

siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong

peningkatan permintaan secara umum, (2) Berlangsungnya bulan

suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1429 H

pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong

meningkatnya permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan

masyarakat (aggregat demand) selama triwulan laporan

selanjutnya ditransmisikan pada meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan III – 2008 berada pada kondisi net outflow...

9

uang kartal pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi net outflow

selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.

Sementara itu, Bank Indonesia berupaya memelihara kualitas uang

kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang

sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB

terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi

tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar

atau naik 87,30% dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Kegiatan liring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement)

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dari waktu ke

waktu. Sampai dengan triwulan III – 2008, jumlah rata-rata harian

lembar warkat yang dikliringkan tercatat 1.386 lembar atau turun

1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun demikian, secara nominal terjadi peningkatan jumlah rata-

rata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III – 2007 naik

menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat

12,76% (y.o.y). Sama halnya dengan perkembangan kliring lokal,

RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai

juga memperlihatkan peningkatan aktivitas transaksi. Selama

triwulan I - 2008, perkembangan total volume transaksi melalui

RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau

meningkat 18,38% (y.o.y). Demikian pula dengan nilai nominal

penyelesaiannya yang secara tahunan tumbuh 29,50% mencapai

jumlah Rp26,2 Triliun. Peningkatan jumlah nominal dan volume

transaksi melalui kliring dan RTGS tersebut semakin menegaskan

bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan

yang positif.

Kegiatan kliring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement) memperlihatkan peningkatan aktivitas...

10

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat

Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada posisi

Maret 2008 tidak mengalami perbedaan dibandingkan periode

Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari rasio TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) sebesar 12,35% mencapai jumlah

129.302 orang atau sama dengan rasio TPT periode Agustus 2007.

Namun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

terdapat sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%.

Menurut sebarannya, TPT penduduk perkotaan lebih tinggi

dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya angka

ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka

kemiskinan untuk posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau

berjumlah 223,5 ribu orang. Angka kemiskinan ini lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%.

Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di

Provinsi Sulawesi Utara (67,51%) berdomisili di daerah pedesaan

sedangkan sisanya berada di perkotaan. Beberapa sektor/lapangan

usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja

diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan angkutan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih

dapat tumbuh tinggi di kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor

pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja yang tinggi

selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga

komoditas serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara

berkembang dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat.

Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata

tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi

diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh

investasi bangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi

swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor

...TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Sulawesi Utara pada Maret 2008 mengalami penurunan...

Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diperkirakan tumbuh 7,0 – 7,2% (y.o.y)...

11

pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi seiring

dengan konsumsi swasta yang lebih kuat.

Outlook Inflasi Regional

Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada

kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y). Namun demikian tekanan inflasi pada

triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih rendah

dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan

mendatang terutama didorong oleh meningkatnya permintaan

masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2009.

Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut

diperkirakan akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah

dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama-sama

dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung

dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu,

para pelaku usaha khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam

beberapa kesempatan / pertemuan mengatakan bahwa stok

barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi

kebutuhan masyarakat hingga 3-4 bulan yang akan mendatang.

Selain itu, kecenderungan penurunan harga-harga komoditas

internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-negara

mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap

turunnya inflasi domestik.

Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y)...

12

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global serta

dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah

dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging

markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari

terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya

fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang ditimbulkan dari krisis telah

mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan

nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah

melemah.

Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia,

perekonomian Indonesia pada triwulan III - 2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi.

PDB triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3% (y.o.y), setelah mencatat

pertumbuhan sebesar 6,4% (y.o.y) pada triwulan II - 2008. Kegiatan konsumsi rumah

tangga diperkirakan menjadi motor pertumbuhan tersebut. Masih tingginya pertumbuhan

konsumsi tersebut ditopang oleh masih kuatnya daya beli dan meningkatnya sumber

pembiayaan konsumsi. Komponen permintaan domestik lainnya, yaitu investasi, juga

menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, terutama pada investasi non bangunan. Namun,

melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia berimbas pada melemahnya pertumbuhan

ekspor Indonesia walaupun masih dalam level yang tinggi. Sementara itu, impor

diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan

kebutuhan ekspor. Walaupun secara nasional dampak krisis keuangan AS mulai dirasakan

namun khusus Sulawesi Utara pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh 7,06% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,53% (y.o.y).

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008

terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja ekspor

khususnya ekspor antar negara diakibatkan oleh meningkatanya permintaan terhadap

komoditas pertanian antara lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra).

13

Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong oleh terus meningkatnya

aktivitas permbangunan berbagai sarara dan prasarana fisik penunjang World Ocean

Conference (WOC) baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.

Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Q3 Kontribusi Q3*) KontribusiKonsumsi 2.40 2.56 2.44 1.74 2.91 2.00

Konsumsi Swasta 2.19 2.85 2.47 1.20 2.30 1.07Konsumsi Pemerintah 2.80 2.01 2.37 0.55 4.20 0.93

PMTB 14.70 19.08 24.75 5.05 12.10 2.89

Stok 81.72 15.35 113.08 0.99 50.24 0.88

Ekspor 19.46 5.76 -1.14 -0.55 72.87 32.54

Impor 21.54 5.23 1.71 0.70 80.00 31.25

PDRB 6.18 6.47 6.53 6.53 7.06 7.06

Jenis Penggunaan 2006 20072007 2008

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

1. Konsumsi

Gejolak perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional dan regional

diperkirakan akan membawa dampak pada penurunan kegiatan konsumsi akibat

menurunnya daya beli masyarakat. Belum hilang dari ingatan dampak kebijakan pemerintah

untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu, saat ini masyarakat

dihadapkan pada potensi penurunan daya beli akibat menurunnya pendapatan serta

tingginya tekanan inflasi. Walaupun demikian, hingga akhir triwulan laporan, kegiatan

konsumsi di Sulawesi Utara masih tumbuh 2,91% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 2%

terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Beberapa even yang mendorong

meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat selama triwulan laporan diantaranya adalah

berlangsungnya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru serta persiapan perayaan hari

raya Idul Fitri 1429 H yang jatuh pada awal Oktober 2008. Selain itu meningkatnya realisasi

belanja pemerintah daerah yang hingga triwulan III – 2008 telah mencapai 63,27% dari

target awal tahun juga turut memberikan andil bagi peningkatan kegiatan konsumsi

khususnya konsumsi pemerintah.

Menurut komponen pembentuknya, peningkatan konsumsi terjadi baik pada kegiatan

konsumsi swasta (masyarakat dan perusahaan) maupun konsumsi pemerintah yang masing-

masing tumbuh 2,30% (y.o.y0 dan 4,20% (y.o.y). Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi

melalui hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado yang menunjukkan indeks kondisi

ekonomi saat ini kembali berada pada level optimis (indeks > 100) yaitu 105,33 setelah

14

sebelumnya sejak Mei hingga Agustus 2008 selalu berada pada level pesimis ( indeks <

100). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu

masyarakat Kota Manado menilai bahwa kondisi perekonomian saat ini lebih baik

dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Namun demikian walaupun indeks kondisi ekonomi

mengalami perbaikan, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, posisi indeks

pada September 2008 relatif masih lebih rendah. Menurut komponen pembentuknya,

indeks penghasilan saat ini dan indeks pembelian barang tahan lama mencatat kenaikan

dan telah berada pada level optimis sedangkan indeks ketersediaan lapangan kerja masih

berada pada kondisi pesimis.

.

2. Investasi

Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan energi, dan meningkatnya tekanan

inflasi, kegiatan investasi selama triwulan III – 2008 masih tetap tumbuh positif. Kegiatan

investasi yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh

12,10% (y.o.y) dengan kontribusi 2,89% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara

umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dengan

perkembangan indeks bahan bangunan berdasarkan hasil Survey Penjualan Eceran (SPE)

Kota Manado yang memperlihatkan trend kenaikan dari 187,1 pada September 2007

meningkat menjadi 239,6 atau tumbuh 28%.

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

nado

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

80

90

100

110

120

130

140

150

J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S

2005 2006 2007 2008

Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi Konsumen

40

60

80

100

120

140

160

J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2005 2006 2007 2008

Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini

Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja

15

Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan dan Kredit Konstruksi

(20)

-

20

40

60

80

100

120

140

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2006 2007 2008

Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan (y.o .y)

Pertumbuhan Kredit Konstruksi (y.o .y)

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean

Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan,

jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju

pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Melalui penyelenggaraan WOC

diperkirakan Sulawesi Utara akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun baik yang

berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian sebagai berikut :

1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi bagi suksesnya penyelenggaraan WOC

yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun.

2. Alokasi dana APBN melalui beberapa instansi vertikal seperti departemen pekerjaan

umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total jumlah

dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1.2.

Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC K E G I A T A N TARGET Rencana Biaya

(dlm Milliar Rp)Pekerjaan UmumPembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0 Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0 Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0 Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0 Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5 Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km 7.5 Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4 Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5 Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0 Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0 Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7 Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0 Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0 Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0

859.99 TOTAL

16

3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi

Sulawesi Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru

dengan nilai investasi sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand

Kawanua International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu

pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008 dan saat ini sedang dalam proses

pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City tersebut nantinya akan

mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan prasarana

pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre

yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis

serta Hotel Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai

tambah yang cukup besar bagi kegiatan investasi.

Tabel 1.3. Pembangunan Hotel – Hotel Baru Pendukung WOC

Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan

investasi masih relatif kecil. Namun, trend yang ada menunjukkan perkembangan yang

positif di mana pada akhir triwulan laporan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang

berhasil disalurkan mencapai Rp4,32 Triliun atau meningkat 51,07% dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur

impor Sulawesi Utara dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain

dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sejak Januari s.d. Agustus 2008, nilai

impor barang modal tercatat sebesar USD 8,72 juta dengan volume sebesar 6,18 ribu ton.

No. Nama Hotel Investasi Kapasitas Kamar

Ket Alamat

1 Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 * 5 Jl. Sudirman 2 Novotel Rp 98 Milliar 250 * 5 Jl. A. Maramis Kayuwatu3 Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 * 4 Jl. Sudirman4 Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 * 4 Jl. Sudirman 5 Accord Ibis/Formula I Rp 360 Milliar 200 * 5 Jl. Boelevard6 Gran Central 2/Travello Rp 30 Milliar 100 * 4 Jl. Sudirman7 Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 * 5 Kalawat Minut8 Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi

Rp 968 Milliar 1,500 Total

17

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

3. Ekspor – Impor

Nilai tambah kegiatan ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 tumbuh significant

sebesar 72,87% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang justru

mengalami kontraksi 1,14% (y.o.y). Berdasarkan komponen penyusunnya, membaiknya

kinerja ekspor terutama disumbangkan oleh ekspor antar negara yang meningkat 115,97%

(y.o.y), sedangkan ekspor antar pulau/provinsi hanya tumbuh 13,71% (y.o.y). Tercatat total

ekspor pada periode Januari – Agustus 2008 sebesar USD 514,9 Juta atau meningkat

44,78% (y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007.

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok

bahan makanan dan kelompok minyak nabati dan hewani (animal or vegetable fats and

Grafik 1.4. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)

Grafik 1.5. Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD)

Grafik 1.6. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

Vo lume (Ribu Ton) Nilai (Juta USD)

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08*

Volume (Ribu Ton)

Nilai (Juta USD)

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2006 2007 2008

(%)

5

0

-

-

951

-

4,046

6,238

36,907

60,821

8,676

44

119

6

180

- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

2004

2005

2006

2007

2008*)

M anufaktur / Barang M odal

Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

18

oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil (VCO) dan ikan dengan negara

tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat, dan China. Krisis keuangan yang terjadi di

Amerika Serikat diperkirakan akan menurunkan kinerja perekonomian negara tersebut yang

berimbas pada menurunnya permintaan akan produk impor termasuk produk yang berasal

dari Indonesia. Namun, dominasi AS sebagai negara tujuan utama ekspor Sulawesi Utara,

sedikit demi sedikit mulai bergeser ke Australia dan pasar negara berkembang seperti

China, Korea Selatan dan India. Sehingga dampak krisis keuangan AS diharapkan tidak

berpengaruh significant pada kinerja ekspor Sulawesi Utara. Hal yang perlu diantisipasi dan

mendapat perhatian adalah perkiraan meluasnya dampak krisis keuangan di AS yang tidak

hanya memukul kinerja perekonomian AS namun juga negara lainnya.

Tabel 1.4. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

(dalam ribu USD)

KELOMPOK 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

Food & Live Animals 59,488 95,367 112,762 68,547 128,552 104,683

Beverages & Tobacco - 39 - 6 - -

Crude Materials, Inedible 4,757 7,624 13,127 4,280 2,107 1,382

Mineral Fuels, Lubricants, etc - - - - - -

Animal & Vegetable Oils & Fats 69,520 142,611 245,181 186,296 421,595 399,475

Chemical 420 165 2,436 2,492 4,211 3,032

Manufactured Goods 500 1,999 1,094 1,611 566 292

Machinery & Transport Eqp 56 125 25 87 145 81

Misc. Manufactured Articles 253 225 378 234 182 223

Commodities & Transaction Nes - - 7,290 9,810 - 5,772

TOTAL 134,995 248,155 382,294 273,363 557,359 514,940 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. Agustus 2008

Grafik 1.7. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara

Tujuan 2005 2006 2007 2008*)

Nilai Ekspor 382,294 273,363 557,359 514,940

Belanda 22.61 15.98 38.52 31.70

Amerika Serikat 25.41 17.18 14.93 14.90

China 17.91 28.61 12.98 10.14

Korea Selatan 2.00 4.68 9.52 12.12

India 3.58 5.49 4.81 7.83

Negara Lainnya 28.50 28.06 19.23 23.31

Total 100.00 100.00 100.00 100.00

Pangsa Pasar

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. Agustus 2008

Sementara itu, kegiatan impor tumbuh 80% (y.o.y), naik tajam dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang hanya tumbuh 1,71% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya,

19

impor antar pulau/provinsi merupakan penyumbang utama tercermin dari laju

pertumbuhannya sebesar 91,02% (y.o.y) sedangkan impor antar negara cenderung turun

bahkan kontraksi. Secara netto, neraca perdagangan berada pada kondisi surplus yang

berasal dari transaksi perdagangan luar negeri. Sedangkan untuk transaksi perdagangan

antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena

hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari

Kota Makasar dan Kota Surabaya (seperti beras, bawang merah dan cabe).

Selama periode Januari s.d Agustus 2008, nilai impor luar negeri tercatat USD 8,72 juta

dengan total volume 6,18 ribu ton. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 53,93 juta. Di satu sisi, besarnya

nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap barang/jasa

yang berasal dari negara lain namun berdasarkan strukturnya, ternyata sebagian besar

barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal yang diperlukan dalam kegiatan

investasi.

-

10

20

30

40

50

60

70

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

Nilai (Juta USD)

Volume (Ribu Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. Agustus 2008

Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Agustus 2008 memiliki

perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode

sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan

makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan

untuk periode awal Tahun 2006 hingga Agustus 2008 lebih didominasi oleh barang-barang

modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor

dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya

kegiatan investasi di Sulawesi Utara.

Grafik 1.8. Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara

20

16.47

10.61

7.81 59.46

3.392.25

China

Thailand

Australia

Filipina

Singapore

Negara Lainnya

Tabel 1.5.

Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)

KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

Food and Live Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 1,458 Beverages and Tobacco 0 - - - 1 - Crude Materials, Ineble 26 114 0 6 964 44 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 1,194 15 160 717 - - Chemical 445 340 166 975 1,347 578 Manufactured Goods 1,842 297 101 7,678 349 333 Machinery & Transport Eqp 1,475 803 715 21,833 52,472 5,872 Misc. Manufactured Articles 179 185 65 643 418 435 Commodities & Transaction Nes - - - - - -

TOTAL 11,363 4,165 6,242 36,912 61,952 8,719 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d.Agustus 2008

Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari

negara China dan Thailand, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana impor

lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara netto, nilai

perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor masih jauh

lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Agustus 2008, total

surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD506,2 juta.

Grafik 1.9.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. Agustus 2008

Tahun 2006

31.01%

13.84%

4.58%3.45%

1.72%

45.40%

Filipina

M alaysia

Vietnam

Australia

Jerman

Negara Lainnya

Tahun 2007

68.21%

12.98%

6.42%

3.89%

2.36% 6.13%

Amerika Serikat

Perancis

Vietnam

Thailand

Singapore

Negara Lainnya

Total USD 36,91 juta Total USD 61,95 Juta

Total USD 8,72 juta

21

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008

Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas

ekspor - impor serta kegiatan bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang

walaupun sepintas menunjukkan perkembangan yang melambat namun ternyata hal ini

lebih disebabkan periode pengamatan yang baru berjalan 2 (dua) bulan. Secara umum,

aktivitas perdagangan hingga akhir triwulan laporan diperkirakan akan mengalami

peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 1.6.

Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung 2007 2008

Q2 Q2*)

1 Perdagangan Luar Negeri

a. Impor Ton 57,180 51,368 28,807 25,002

b. Ekspor Ton 447,500 413,285 144,217 106,766

Jumlah Ton 504,680 464,653 173,024 118,446

2 - a. Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 730,104 869,745

b. Muat Ton 803,014 950,690 216,884 209,388

Jumlah Ton 3,113,409 3,649,052 946,988 1,066,940

3,618,089 4,113,705 1,120,012 1,185,386 Total

Perdagangan Dalam Negeri

No. 20072006Jenis Kegiatan

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *)Angka Sementara

Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi

oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk

perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan

kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi

Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat

Grafik 1.10.Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri Provinsi Sulawesi

-

100

200

300

400

500

600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*-

10

20

30

40

50

60

70

Nilai Ekspor

Nilai Impor

22

ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara

masih cukup tinggi.

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III - 2008 disumbangkan oleh

seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya kecuali sektor pertanian. Berdasarkan sektornya, sebagian besar sektor selama

triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Tercatat, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran (PHR) dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang dominan

dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara. Dibandingkan periode-periode sebelumnya,

struktur ekonomi Sulawesi Utara dalam triwulan laporan sedikit mengalami pergeseran

dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi tulang punggung perekonomian

namun dalam triwulan ini pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y).

Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh kontraksi sub sektor

tanaman perkebunan yang kemudian menarik ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian

secara keseluruhan.

Tabel 1.7.

Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara

Q3 Kontribusi Q3 Kontribusi

Pertanian 4.70 6.80 5.27 1.41 1.72 0.38

Pertambangan & Penggalian 7.32 8.93 9.04 0.48 10.67 0.58

Industri Pengolahan 6.86 6.33 6.59 0.53 7.84 0.63

Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.31 6.43 0.05 6.68 0.05

Bangunan 7.82 7.89 8.01 1.32 11.29 1.88

PHR 6.72 6.92 7.39 1.08 10.06 1.44

Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.30 8.98 0.65 10.17 1.06

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 10.28 6.25 6.69 0.46 6.81 0.47Jasa-Jasa 4.31 3.68 3.51 0.56 3.68 0.57

PDRB 6.18 6.47 6.53 6.53 7.06 7.06

Lapangan Usaha 2006 20072007 2008

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

1. Pertanian

Sektor pertanian tumbuh terbatas selama triwulan laporan sebesar 1,72% (y.o.y). Kinerja

tersebut merupakan yang terendah selama kurun waktu beberapa triwulan sebelumnya.

Berdasarkan sub sektornya, perlambatan pertumbuhan terutama disumbangkan oleh sub

sektor tanaman perkebunan yang mengalami kontraksi sebesar 1,46% (y.o.y) dan

perlambatan sub sektor tabama (tanaman bahan makanan) yang hanya tumbuh 3,47%

(y.o.y). Terkontraksinya sub sektor perkebunan sebagai akibat dari hampir tidak adanya

23

panen komoditi cengkeh dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu

sebagai akibat terserang hama dan banyaknya tanaman yang sudah tua. Sementara

melambatnya pertumbuhan sub sektor tabama disebabkan menurunnya produktivitas padi

palawija walaupun dari sisi luas panen masih tetap mengalami peningkatan. Sedangkan sub

sektor perikanan yang dikhawatirkan akan menurun produksinya sebagai efek kenaikan

BBM, masih tetap tumbuh walaupun melambat. Hal ini disebabkan adanya program

pemberian subsidi BBM bagi nelayan oleh pemerintah daerah.

Perkembangan sub sektor tabama juga dapat dikonfirmasi dengan data produksi beras dan

jagung. Pada Q3 – 2008, jumlah produksi beras diperkirakan mengalami kenaikan sebesar

98% (y.o.y) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencapai

jumlah 159 ribu ton. Demikian pula halnya dengan komoditi jagung yang selama triwulan

laporan mengalami peningkatan produksi sebesar 98,83% (y.o.y) mencapai jumlah 266 ribu

ton.

Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras

2007 2008

Q3 Q3Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 103,189 27,702 42,570 53.67 Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 494,950 140,368 241,496 72.05

Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 276,604 80,280 159,748 98.99

2007 Y.o.Y20062005

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung

2007 2008Q3 Q3

Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 121,716 38,112 58,327 53.04

Produksi Pipilan Kering (Ton) 195,305 242,711 403,127 134,270 266,973 98.83

2007 Y.o.Y2005 2006

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif

terbatas sebesar Rp530 milliar atau hanya 6,27% dari total kredit yang disalurkan. Belum

terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih relatif

tingginya resiko usaha di sektor tersebut. Walaupun demikian, laju pertumbuhan kredit di

sektor pertanian masih cukup tinggi yaitu mencapai 101,13% (y.o.y) pada posisi September

2008.

24

-20

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2006 2007 2008

(%)

Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)

2. Sektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Selama triwulan laporan sektor bangunan tumbuh 11,29% (y.o.y)

dengan kontribusi sebesar 1,88% terhadap laju pertumbuhan secara umum atau yang

tertinggi dari seluruh sektor ekonomi yang ada. Perkembangan sektor ini tercermin dari

meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town

Square, Mal Boulevard, ITC (Pusat Penjualan Elektronika), perhotelan, ruko dan komplek

perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan

pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran

(SPE) Kota Manado. Berdasarkan trendnya, pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan

masih terus bergerak naik walaupun sempat melambat pada Agustus 2008. Tercatat indeks

penjualan bangunan pada akhir triwulan berada pada level 239,6 atau naik sebesar 28%

dibandingkan akhir triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi pembiayaan,

penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp423 milliar atau meningkat 58,36%

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor

bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan

di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor

properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor

perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.

Grafik 1.11.Pertumbuhan Kredit Pertanian

25

(20)

-

20

40

60

80

100

120

140

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2006 2007 2008

Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan (y.o .y)

Pertumbuhan Kredit Konstruksi (y.o .y)

Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat laju pertumbuhan yang

cukup tinggi. Pada triwulan III - 2008, laju pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 10,06%

(y.o.y) dengan kontribusi 1,44% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum (kedua

terbesar setelah sumbangan sektor bangunan). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan

sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan kontribusi tertinggi

diberikan oleh sub perdagangan besar dan eceran, berikutnya adalah sub sektor hotel dan

sub sektor restoran. Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain

dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran dari hasil Survey Penjualan Eceran yang

terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 143,9 di akhir triwulan III – 2007

naik menjadi 175,8 di akhir triwulan III – 2008 atau meningkat sebesar 22,2% (y.o.y).

Berdasarkan komponen pembentuknya seluruh kelompok mengalami kenaikan yaitu

kelompok bangunan, tekstil, alat tulis, kendaraan, dan makanan terkecuali kelompok rumah

tangga yang justru mengalami kontraksi.

Grafik 1.12. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan

dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)

26

Grafik 1.13. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2006 2007 2008

Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan

wisatawan. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

sampai dengan triwulan III - 2008, tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara

(wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) mencapai 170.674 orang atau telah

mencapai 48,80% dari pencapaian tahun lalu dan diperkirakan akan terus meningkat

seiring gencarnya promosi yang dilakukan pemerintah daerah khususnya menjelang

pelakasanaan World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 serta maraknya

penyelenggaraan berbagai kegiatan/even pada tingkat nasional maupun internasional di

Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, perkembangan sub sektor restoran antara lain

sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya

di pusat Kota Manado.

Tabel 1.10.

Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara

2006 2007 2008*)Pencapaian

2008 vs 2007

Wisatawan Manca Negara 22,328 25,141 9,519 37.86

Wisatawan Nusantara 316,542 324,587 161,155 49.65

Total 338,870 349,728 170,674 48.80 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui

peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di

pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi

selama triwulan II – 2008 menjadi 1,06 juta kegiatan dari sebelumnya 946 ribu kegiatan di

triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 12,67% (y.o.y).

27

Tabel 1.10. Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri

Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara

2007 2008Q2 Q2*)

Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 730,104 869,745 Muat Ton 803,014 950,690 216,884 209,388

3,113,409 3,649,052 946,988 1,066,940

20072006Jenis Kegiatan

Jumlah Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

*) s.d. Juni 2008

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor

konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,59 triliun

atau meningkat 42,71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.

Grafik 1.14.

Perkembangan Kredit Sektor PHR

-

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2006 2007 2008

(%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III - 2008 tumbuh 10,17% (y.o.y)

dengan kontribusi sebesar 1,06% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.

Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh

8,98% (y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-

masing tumbuh 8,85% (y.o.y) dan 17,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor pengangkutan

antara lain terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor selama triwulan

laporan yang mencapai jumlah 52.580 unit kendaraan atau meningkat 12,52% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

28

Tabel 1.11. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara

No Rincian Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08*)

A RODA 4

1 Milik Instansi Pemerintah 334 495 408 332 299 443

2 Milik Pribadi/Perorangan 11,103 10,955 11,406 13,034 12,292 12,128

3 Milik Perusahaan Swasta 2,254 2,363 2,475 2,468 2,386 2,501

Jumlah Roda 4 13,691 13,813 14,289 15,834 14,977 15,073

B RODA 2 dan 3

1 Milik Instansi Pemerintah 622 877 984 722 504 711

2 Milik Pribadi/Perorangan 28,661 32,037 33,147 32,802 32,919 36,797

3 Milik Perusahaan Swasta - - - 6 1

Jumlah Roda 2 dan 3 29,283 32,914 34,131 33,530 33,424 37,507

42,974 46,727 48,420 49,364 48,401 52,580 Total Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Perkembangan sub sektor angkutan ini juga dapat dikonfirmasikan dengan indeks

penjualan kendaraan melalui Survey Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks

walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis yaitu dari 42,7 di akhir triwulan III - 2007 naik

menjadi 54,9 pada akhir triwulan III – 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 28,7%

(y.o.y).

Grafik 1.15. Indeks Penjualan Kendaraan

(100)

(50)

-

50

100

150

200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2006 2007 2008

Pertumbuhan Indeks Kendaraan (y.o.y)

Pertumbuhan Kredit Angkutan (y.o.y)

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian

bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan laporan, tercatat

penggunaan BBM non industri sebesar 136,55 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar

74,87% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar

78,08 ribu Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan konsumsi BBM tertinggi

dialami oleh jenis solar yaitu sebesar 121,17% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis

minyak tanah 41,26% (y.o.y).

29

Tabel 1.12. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Industri

(dalam KL)

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Y.o.Y

1 Premium 43,741 46,261 33,011 51,919 48,437 51,123 52,823 60.02 2 Minyak Tanah 26,979 28,013 19,987 31,219 29,098 28,817 28,234 41.26 3 Solar 38,273 54,729 25,091 60,356 51,102 58,296 55,495 121.17

108,993 129,003 78,089 143,494 128,637 138,236 136,551 74.87 Total

Jenis

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh

masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain

tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan

Esia serta pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di

beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan

pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan

fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa

telekomunikasi.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2006 2007 2008

(%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung

pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut yang dari waktu ke waktu terus menunjukkan

peningkatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan

telekomunikasi mencapai Rp85,6 milliar, meningkat 26,46% (y.o.y) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total

kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang mencapai jumlah Rp8,45

triliun.

Grafik 1.16. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi

30

5. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh 3,68% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan

triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 3,51% (y.o.y). Menurut komponen

pembentuknya, sub sektor jasa pemerintah tumbuh 1,95% (y.o.y) sedangkan sub sektor

jasa swasta tumbuh 7,66% (y.o.y). Perkembangan sub sektor jasa pemerintahan seiring

dengan meningkatnya persentase realisasi PAD hingga akhir triwulan laporan yang

mencapai 99,47% dari target awal tahun atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang hanya sebesar 77,27%. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor

jasa swasta antara lain tercermin dari meningkatnya aktivitas hiburan dan rekreasi seiring

dengan berlangsungnya musim liburan sekolah selama triwulan laporan.

6. Sektor Lainnya

Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap

perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan III – 2008, sektor industri

pengolahan tumbuh 7,84% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh 6,59% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri pengolahan antara

lain didukung oleh berkurangnya beban pelaku usaha seiring dengan terus menurunnya

harga BBM Industri. Perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan

non migas tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara hingga akhir

triwulan laporan (periode Januari s.d. Agustus 2008) telah mencapai 514,9 ribu ton.

Tabel 1.13.

Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri (dalam KL)

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Y.o.Y

1 Premium 93 92 73 125 106 120 114 56.162 Minyak Tanah 35 35 185 145 69 164 132 -28.653 Solar 27,965 11,839 19,200 11,910 12,041 15,042 14,057 -26.79

28,093 11,966 19,458 12,179 12,216 15,326 14,303 -26.49

Jenis

Total Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh

perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada

sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir

triwulan laporan sebesar 51,18% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp208,43 milliar.

31

Grafik 1.17. Perkembangan Kredit Sektor Industri

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2006 2007 2008

(%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sementar itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,68% (y.o.y) selama triwulan

laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

(PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub

sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini disumbangkan baik oleh sub sektor listrik

maupun sub sektor air bersih yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,93%

(y.o.y) dan 5,76% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi

melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan II – 2008 mencapai 178 MW (Mega

Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan

pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.18.

Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara (dalam Mega Watt)

135

140

145

150

155

160

165

170

175

180

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

2006 2007 2008

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

32

Tabel 1.14. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 1,080

Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 38,916

2006 2007 2008

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit

bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain

tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik

yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN

untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya

pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada

Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar

Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang

hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk

menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak

yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal

kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya

pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya

biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang

dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,67% (y.o.y) selama triwulan laporan

dengan kontribusi sebesar 0,48%.. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini

disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas,

pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian,

berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh

penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,81% (y.o.y) selama triwulan

laporan meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,69%

(y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, percepatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank

dan sub sektor sewa bangunan sedangkan sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan

sub sektor jasa perusahaan justru mengalami perlambatan pertumbuhan walupun masih

tetap positif. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya

33

pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor

cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk

baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam

bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat

dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur

perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur

perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara

penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan

salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan

kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu

wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi

sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,

pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.

Tabel 1.15.

Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007

S E K T O RSulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Gorontalo Sulampua

Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80

Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62

Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13

Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68

Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50

Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05

Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76

Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84

T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00

Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua

(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA

berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian

(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan

sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-

masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.

34

Tabel 1.16. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara

Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)

Lapangan UsahaSulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Gorontalo

Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB

ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-

sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.

Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan

sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor

pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan

dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis

tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis

yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu

sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat

lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.

35

BOX 1. WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC) TAHUN 2009 DAN

DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN SULAMPUA (SECARA UMUM)

Pengantar

World Ocean Conference (WOC) atau Konferensi Kelautan Dunia merupakan ajang pertemuan antar

negara untuk membahas masalah-masalah kelautan dan maritim. Pertemuan ini rencananya akan

dihadiri oleh ± 150 perwakilan kepala negara, para menteri dan pemimpin dunia lainnya dengan

jumlah peserta mencapai 3.000 orang, berlangsung mulai tangga 11 – 15 Mei 2009.

Latar Belakang Penyelenggaraan WOC

1. Bentuk keinginan politik di dalam menghasilkan keputusan mengenai persoalan laut dunia.

Pelaksanaan WOC 2009 akan menghasilkan plat form dimana para pemimpin dunia dan

stakeholders kelautan akan menyatukan komitmen bagi pengembangan sumber daya laut

sekaligus memberikan fakta bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan

biodiversitas hayati laut yang tinggi dimana pelaksanaan WOC 2009 sekaligus memantapkan

peranan Indonesia baik dipentas regional maupun forum internasional.

2. Penurunan gradual sumber daya laut akibat over-fishing, polusi, dan perubahan ikilm dunia telah

menjadi perhatian baik nasional maupun Internasional. Dukungan pun datang dari Presiden

Republik Indonesia dan Kabinet Indonesia Bersatu, UNEP, Un Habitat Unesco, Global Forum On

Oceans, Coasts, And Islands, WWF. TNC, CL, NOAA, NSF, ADB, ONR and L’deo-University Of

Columbia, dll.

Sasaran Penyelenggaraan WOC 2009

Memposisikan Indonesia sebagai "Pemain Dunia" di bidang kebaharian

Indonesia menjadi center of excellence untuk penelitian kebaharian

Indonesia dapat menjadi tuan rumah World Summit Rio Tahun 2012

Menjadikan Sulawesi Utara Indonesia sebagai tempat pertemuan kelautan tingkat Internasional

pasca 2009

Sulawesi Utara dikenal dunia dan nasional sebagai salah satu tujuan wisata bahari.

Peningkatan industri pariwisata sebagai salah satu sektor penggerak ekonomi daerah dan

nasional melalui MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat Sulut.

36

Multiplier Efek Penyelenggaraan WOC Terhadap Perekonomian Sulawesi Utara

Penyelenggaraan WOC diperkirakan akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun masuk ke

Provinsi Sulawesi Utara baik yang berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian

sebagai berikut :

1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara bagi suksesnya penyelenggaraan

WOC (World Ocean Conference) yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun.

2. Alokasi dana APBN ke Provinsi Sulawesi Utara melalui beberapa instansi vertikal seperti

departemen pekerjaan umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total

jumlah dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1.2.

Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC

K E G I A T A N TARGET Rencana Biaya (dlm Milliar Rp)

Pekerjaan UmumPembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0 Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0 Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0 Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0 Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5 Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km 7.5 Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4 Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5 Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0 Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0 Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7 Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0 Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0 Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0

859.99 TOTAL

3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi Sulawesi

Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru dengan nilai investasi

sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand Kawanua International City dengan nilai

investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008

dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City

tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan

prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre

yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis serta Hotel

Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang cukup

besar bagi kegiatan investasi.

37

Tabel 1.3. Pembangunan Hotel Baru Dalam Rangka WOC

No. Nama Hotel Investasi Kapasitas Kamar

Ket Alamat

1 Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 * 5 Jl. Sudirman 2 Novotel Rp 98 Milliar 250 * 5 Jl. A. Maramis Kayuwatu3 Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 * 4 Jl. Sudirman4 Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 * 4 Jl. Sudirman 5 Accord Ibis/Formula I Rp 360 Milliar 200 * 5 Jl. Boelevard6 Gran Central 2/Travello Rp 30 Milliar 100 * 4 Jl. Sudirman7 Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 * 5 Kalawat Minut8 Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi

Rp 968 Milliar 1,500 Total

Aktifitas WOC 2009 Topik Pembahasan WOC 2009

• Seminar and Workshop • Dampak Perubahan Iklim Dunia

• Working Group Discussion • Mega biodiversity Sumber Daya Laut

• Senior Official Meeting • Industri and Jasa Kelautan

• Exhibition • Penanggulangan Bencana Alam Laut

• Side Event • Laut sebagai masa depan

• Excursion

38

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan III - 2008

memperlihatkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008,

inflasi Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan lalu

yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97%

(y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14% (y.o.y)

maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi. Secara akumulasi, hingga

Septmber 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).

A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)

Sepanjang triwulan III - 2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutama

disebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari raya

keagamaan Idul Fitri dan penyelenggaraan Lebaran Ketupat. Secara tahunan, laju inflasi

pada akhir triwulan III - 2008 mencapai 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 11,03% (y.o.y). Namun demikian, pada September

2008 inflasi bulanan Kota Manado tercatat sebesar 0,03% (m.t.m) atau terendah

dibandingkan angka inflasi 66 kota di Indonesia yang menjadi objek survei. Sementara itu,

berdasarkan kelompok barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan III - 2008

terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

2007 2008

% (mtm)

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0% (yoy)

M .t.M M anadoY.o.Y M anado

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

2007 2008

% (mtm)

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0% (yoy)

M .t.M Nasional

Y.o.Y Nasional

Grafik 2.2. Laju Inflasi Nasional

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado

39

Laju inflasi IHK Kota Manado disebabkan oleh faktor non fundamental berupa

meningkatnya tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor

fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan

dan ouput gap. Tekanan dari volatile food sejalan dengan masih tingginya harga komoditas

pangan internasional serta pola musiman puasa dan lebaran. Sementara itu, tekanan inflasi

yang berasal dari faktor fundamental seperti tercermin pada perkembangan laju inflasi inti

juga masih tinggi.

Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompk Barang/Jasa (Y.o.Y)

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep1 Bahan Makanan 13.33 12.89 14.05 21.14 13.58 27.35 26.692 Makanan Jadi 7.90 6.62 7.75 4.52 2.33 3.45 5.293 Perumahan 2.94 2.38 4.78 5.34 6.89 13.01 11.774 Sandang 3.59 2.19 3.92 7.39 10.31 9.13 8.025 Kesehatan 7.39 8.87 10.13 12.12 10.08 13.32 13.136 Pendidikan 2.18 1.70 1.61 3.15 2.34 1.83 2.027 Transportasi 0.90 1.16 1.17 1.18 0.52 9.91 9.95

6.98 6.97 7.82 10.13 7.68 13.18 13.15

2008

Umum

KelompokNo. 2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya

adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras dan telur ayam ras.

Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan

oleh faktor kenaikan harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan baku

pakan ternak. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah : cabe rawit,

cabe merah, deho, cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang

panjang dan bawang merah. Khusus untuk kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah,

cabe merah, tomat sayur) yang mengalami deflasi sehubungan dengan masih tercukupinya

pasokan. Sementara itu, meskipun panen raya telah berakhir, harga beras realtif stabil,

terkait dengan terjaganya stok beras Bulog yang siap melalukan operasi pasar apabila

kenaikan harga di luar batas yang wajar.

B. INFLASI BULANAN (M.t.M)

Sama halnya dengan perkembangan harga secara tahunan (y.o.y). Laju perubahan harag

secara bulanan (m.t.m) Kota Manado selama triwulan III - 2008 juga masih berada pada

level yang cukup tinggi walaupun terdapat kecenderungan menurunan. Dampak putaran

kedua (Second Round Effect) dari kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada akhir Mei

2008 lalu mulai dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya

40

tekanan inflasi pada kelompok barang dan jasa non transportasi, khususnya pada Bulan Juli

dan Agustus 2008. Sementara itu, tekanan harga pada Bulan September 2008 cenderung

menurun walaupun dibayang-bayangi oleh meningkatnya permintaan masyarakat

berkenaan dengan berbagai persiapan berkaitan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri pada

awal Oktober 2008. Hal ini tak terlepas dari sinergitas upaya yang dilakukan oleh

pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pelaku usaha dalam menjamin ketersediaan stok

dan mengamankan jalur distribusi.

Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Kota Manado

Jul Ags Sep Jun Jul Ags Sep1 Bahan Makanan 0.77 3.79 2.72 3.62 7.70 1.82 -2.892 Makanan Jadi 0.03 0.46 0.69 1.33 0.82 0.24 2.053 Perumahan 0.32 2.23 0.06 1.12 0.47 0.59 1.374 Sandang 0.41 1.02 0.49 -0.06 0.71 -1.31 1.815 Kesehatan 0.76 0.94 -0.10 2.07 0.74 0.45 0.376 Pendidikan 0.09 0.14 0.00 -0.14 0.27 0.05 0.007 Transportasi 0.04 0.00 0.00 14.21 0.00 0.10 0.00

0.40 1.93 1.09 3.63 2.33 0.65 0.03

2008No. Kelompok

Umum

2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Inflasi Juli 2008

Tekanan harga pada Juli 2008 masih berada pada level yang cukup tinggi walaupun

menunjukkan kecenderungan menurun bila dibandingkan Bulan Juni lalu. Tercatat

inflasi bulanan Kota Manado pada Juli 2008 sebesar 2,33% (m.t.m), lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,66% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang

dan jasa, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar

7,70% (m.t.m) sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar

0,27% (m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang tidak mengalami

perubahan harga adalah kelompok transportasi. Masih berlanjutnya tekanan harga

setelah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akhir Mei 2008 lalu menunjukkan

bahwa dampak putaran kedua (Second Round Effect) dari kenaikan BBM sudah mulai

dirasakan oleh masyarakat terbukti dari tingginya laju inflasi pada kelompok bahan

makanan selama bulan laporan sedangkan pada kelompok transportasi cenderung tidak

mengalami perubahan harga. Second Round Effect dari kenaikan harga BBM ini

diperkirakan akan masih berlanjut dan dirasakan hingga 2-3 bulan mendatang.

41

Inflasi Agustus 2008

Laju inflasi Kota Manado pada Agustus 2008 menunjukkan kecenderungan menurun

walaupun pada level yang masih cukup tinggi. Tercatat laju inflasi bulanan Kota

Manado pada Agustus 2008 sebesar 0,65% (m.t.m), jauh lebih rendah dibandingkan

bulan lalu yang sebesar 2,33% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa,

kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,82% (m.t.m)

sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,05%

(m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan harga

(deflasi) adalah kelompok sandang sebesar 1,31% (m.t.m). Penurunan tekanan harga

selama Agustus 2008 menunjukkan bahwa dampak putaran kedua (second round

effect) dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu mulai

melemah bila dibandingkan bulan sebelumnya, tercermin dari semakin kecilnya tekanan

harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Beberapa komoditas yang

mengalami kenaikan harga selama Agustus 2008 diantaranya adalah : beras, cabe rawit,

minyak goreng, daging ayam ras, cabe merah, kangkung, cakalang asap, tomat sayur,

pisang, dan mujair. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga

diantaranya adalah : deho, emas perhiasan, bawang merah, malalugis, telur ayam ras,

nike, tude, buncis, jahe dan gula pasir.

Inflasi September 2008

Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado pada September 2008 menunjukkan

kecenderungan menurun di tengah-tengah meningkatnya permintaan masyarakat

berkenenaan dengan persiapan perayaan hari raya Idul Fitri. Tercatat laju inflasi bulanan

pada September 2008 sebesar 0,03% (m.t.m), lebih rendah dibandingkan bulan lalu

sebesar 0,65% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga

tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 2,05% (m.t.m) sedangkan

kenaikan terendah terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,37% (m.t.m). Kelompok

barang dan jasa yang tidak mengalami perubahan harga adalah kelompok pendidikan

dan kelompok transportasi. Sementara satu-satunya kelompok yang mengalami

penurunan harga (deflasi) adalah kelompok bahan makanan. Penurunan tekanan harga

selama September 2008 selain disebabkan oleh semakin kecilnya dampak putaran

kedua (second round effect) dari kenaikan harga BBM juga cukup efektifnya upaya

pemerintah provinsi/kab/kota bersama-sama dengan pelaku usaha dalam

mengamankan jalur distribusi dan menjamin ketersediaan pasokan barang khususnya

42

bahan kebutuhan pokok menjelang hari raya idul fitri pada awal Oktober 2008.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September 2008

diantaranya adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, telur ayam ras, martabak,

bahan bakar rumah tangga, sepatu dan cakalang asap. Sedangkan komoditas yang

mengalami penurunan harga diantaranya adalah : cabe rawit, cabe merah, deho,

cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang panjang, dan bawang

merah.

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 (posisi Agustus 2008)

masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, kredit dan dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan

kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit

yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana sedangkan membaiknya kualitas

kredit lebih didorong oleh meningkatnya realisasi kredit baru selain upaya restrukturisasi

kredit bermasalah. Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan III - 2008,

namun pertumbuhan dana tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu

faktor pemicunya adalah terus meningkatnya biaya hidup seiring dengan dampak kenaikan

harga BBM pada akhir Mei 2008 yang lalu yang memaksa masyarakat untuk mengurangi

saving yang selama ini dilakukan. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah

daerah juga mendorong penurunan dana khususnya yang disimpan dalam bentuk giro.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

Total Aset 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 11,222

Tumbuh Y.o.Y (%) 20.76 17.76 21.67 19.59 20.48 25.45 13.29 DPK (Rp Miliar) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,644

Tumbuh Y.o.Y (%) 18.14 20.88 19.34 17.49 20.12 20.65 17.52

Kredit (Rp Miliar) 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,852 8,258

Tumbuh Y.o.Y (%) 20.25 22.04 26.85 29.70 31.74 39.27 35.85 LDR (%) 86.53 87.61 93.46 93.02 94.90 101.13 108.04

NPL (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4.86 4.88 3.88

Share UMKM 62.19 64.42 63.86 61.79 63.09 64.68 64.61

NPL UMKM (%) 8.23 7.62 7.11 5.67 6.01 5.69 4.91

2008Komponen

2007

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

A. FUNGSI INTERMEDIASI

1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Periode Q3-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan AS yang

menyebar secara global serta berdampak pada perekonomian Indonesia. Perlambatan

ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai

merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar

global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia.

Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang

Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

44

ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi

tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan

tajam hingga ke level 1.800 pada akhir triwulan serta nilai tukar rupiah yang terdepresiasi

hingga pada level Rp9.378 per USD atau turun 1,66% dibandingkan akhir triwulan

sebelumnya. Kedua hal tersebut berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek

perekonomian domestik.

Sumber : HTUhttp://finance.yahoo.com/ UTH Sumber : www.bi.go.id

Selain itu, likuiditas perbankan nasional juga mengalami tekanan yang disebabkan oleh

sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal ini dipicu oleh bergugurannya

beberapa lembaga pembiayaan dunia sebagai dampak krisis sub prime mortgage di AS

sehingga perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan. Kondisi serupa juga

tercermin pada perbankan Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya persaingan bank-

bank dalam merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi

kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend kenaikan suku bunga simpanan

sudah dimulai sejak April 2008. Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga

deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat

juga tercermin dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008

(walaupun masih tetap tumbuh positif). Tercatat total kredit yang berhasil disalurkan di

Provinsi Sulawesi Utara pada September 2008 mencapai Rp8,45 Triliun atau naik sebesar

39,08% (y.o.y). Sementara itu, laju pertumbuhan dana relatif tidak terlalu bervariasi yaitu

pada kisaran 15 – 22% (y.o.y). Pada September 2008, jumlah dana yang berhasil dihimpum

tercatat Rp7,93 Triliun.

8800

8900

9000

9100

9200

9300

9400

9500

9600

Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

45

Perilaku berjaga-jaga perbankan dalam menghadapi peningkatan permintaan uang kartal

menjelang hari raya keagamaan dan masih rendahnya ekspansi rekening pemerintah

semakin menambah ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Namun, keketatan likuiditas

tersebut diperkirakan lebih bersifat temporer. Keketatan kondisi likuiditas ini diperkirakan

akan berkurang setelah berakhirnya periode lebaran yang ditandai dengan kembalinya uang

kartal ke sistem perbankan dan cenderung ekspansinya rekening pemerintah di triwulan IV-

2008. Guna mengatasi permasalahan ketatnya kondisi likuiditas tersebut, Bank Indonesia

telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui penyempurnaan pelaksanaan operasi

moneter.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Selain itu, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan koordinasi kebijakan

serta senantiasa memonitor perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu. Dalam

kondisi yang masih diselimuti berbagai permasalahan tersebut, inflasi dan stabilitas ekonomi

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

12.0

13.0

14.0

15.0

16.0

17.0

18.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

Modal KerjaInvestasiKonsumsi

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

Grafik 3.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit 1 Bulan

Grafik 3.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan

Grafik 3.5. Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut

Jenis Penggunaan

46

tetap menjadi fokus utama Bank Indonesia. Upaya untuk menyeimbangkan antara

pengendalian inflasi dan risiko ketidakstabilan di pasar uang secara umum terus menerus

dilakukan. Untuk mengendalikan inflasi, Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan

moneter dengan menaikkan BI Rate sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 menjadi 9,25%

serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia.

2. Penyerapan Dana Masyarakat

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate dari Juli s.d September 2008 yaitu

masing-masing sebesar 25 bps menjadi 9,25%, ternyata belum terlalu berdampak pada

peningkatan dana yang dihimpun perbankan khususnya di Sulawesi Utara. Hingga periode

triwulan III - 2008, total dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp7.644

milliar atau naik 17,52% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan

jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis tabungan yang meningkat

26,52%(y.o.y), berikutnya adalah jenis deposito sebesar 13,47% (y.o.y) dan jenis giro yang

peningkatannya relatif terbatas sebesar 4,09% (y.o.y).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih tetap didominasi

oleh jenis simpanan tabungan sebesar 49,62% dari total keseluruhan DPK (dana pihak

ketiga) yang berhasil dihimpun, disusul deposito (31,79%) dan giro (18,58%). Secara

umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem

perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat

Grafik 3.6. Perkembangan Dana Pihak Ketiga

(Persen)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Tabungan Deposito Giro

47

menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil

dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya.

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 62,76% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (37,24%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh 15,45% (y.o.y) sedangkan dana di

bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 21,17% (y.o.y). Hal ini tak lepas dari

gencarnya promosi yang dilakukan perbankan swasta di Manado dalam menjaring para

nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik

provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp743 milliar atau turun sebesar 20,72% (y.o.y)

dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru

mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.900 milliar atau naik sebesar 23,96% (y.o.y).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga

yang dihimpun, sebesar 76,12% atau Rp5.472 milliar berasal dari dari bank-bank yang

berlokasi di Kota Manado, selanjutnya adalah Kota Bitung (7,92%), Kabupaten Minahasa

(6,35%), Kabupaten Bolaang Mongondow (5,33%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud

(4,28%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan

jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu

sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas

pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp.

Milliar)

Grafik 3.8. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan

(Rp. Milliar)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Bank SwastaBank Pemerintah

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

SwastaPemerintah

48

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan wilayah administratifnya, sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi

Utara mengalami pertumbuhan yang positif dengan kenaikan tertinggi dialami oleh Kota

Manado sebesar 21,64% (y.o.y) mencapai jumlah Rp5.939 milliar. Berikutnya adalah

Kabupaten Minahasa yang tumbuh 19,94% (y.o.y) dengan jumlah Rp536 milliar.

Pertumbuhan dana terendah terjadi di Kabupaten Bitung yang hanya tumbuh 4,03%

(y.o.y). Sementara itu, wilayah yang mengalami penurunan dana pihak ketiga adalah

Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Bolmong yang turun masing-masing sebesar

6,57% (y.o.y) dan 1,67% (y.o.y).

3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Fungsi intermediasi perbankan di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus mencatat

kemajuan, tercermin dari terus meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan. Hingga

triwulan III - 2008, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp8.258 milliar atau tumbuh

35,85% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling significant

dialami oleh kredit modal kerja yang sejak awal Tahun 2007 hingga saat ini terus

mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp3.347 milliar atau naik lebih dari 49,11%. Hal

ini seiring pula dengan membaiknya kinerja kredit investasi dan kredit konsumsi yang

masing-masing tumbuh pada kisaran 36% dan 26% (y.o.y).

Grafik 3.9. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.10. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (%)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08

M inahasa BolmongSangihe Talaud M anadoBitung

37.51

21.37

28.99

25.83

12.38

-0.15

19.94

-1.67

4.03

19.95

17.10

29.05

21.43

-6.57

21.64

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

BitungQ3-08*)

Q2-08

Q3-07

\

49

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Persen)

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

gKredit gInvestasi

gM K gKonsumsi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit modal kerja baru sebesar 40,53% dari total kredit

yang disalurkan, atau masih lebih kecil dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya

mencapai 49,22%. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya

10,25% dari total kredit yang disalurkan.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian

besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.498

milliar dengan pangsa sebesar 30,26% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada

sektor pertanian dan sektor konstruksi masing-masing dengan pangsa 6,44% dan 5%.

Dominasi penyaluran kredit pada sektor PHR, selain didorong oleh tingginya tingkat

Grafik 3.12. Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara

(Rp. Milliar)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Konsumsi Investasi M odal Kerja

50

konsumsi masyarakat juga meningkatnya minat wisatawan asing dan domestik untuk

berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus

berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru) sehingga pihak perbankan sangat tertarik

untuk membiayai sektor ini.

Sementara itu, berdasarkan pencapaiannya, peningkatan kredit paling significant terjadi di

pertambangan yang tumbuh 788% (y.o.y) mencapai jumlah Rp32 milliar. Berikutnya adalah

sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang tumbuh 276% (y.o.y) dengan outstanding kredit

sebesar Rp57 milliar. Sementara itu, penyaluran kredit di sektor PHR dan sektor pertanian

pada akhir triwulan laporan tumbuh masing-masing sebesar 37,64% dan 101,69%.

Meningkatnya penyaluran kredit di sektor pertanian merupakan bentuk keberhasilan

program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada

Tahun 2007 lalu yang mendapat dukungan perbankan. Tercatat hingga akhir Tahun 2007,

jumlah kredit revitalisasi pertanian yang berhasil disalurkan oleh perbankan selama Tahun

2007 mencapai jumlah Rp11 milliar. Di samping sektor-sektor yang mengalami peningkatan

jumlah kredit, terdapat pula beberapa sektor yang pembiayaannya justru mengalami

kontraksi yaitu sektor listrik, gas dan air sebesar 22,49% (y.o.y).

174 199 264 309 307 402 532210 250 267 294 309 397 413

542 501 510584 653

756 735

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Pertanian KonstruksiPHR Sektor Produktif LainnyaLainnya (Konsumsi)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah

masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta

nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp5.984 milliar atau mencapai

pangsa pasar 72,46% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.274 milliar

dengan pangsa pasar 27,54%. Selain itu, dominasi pembiayaan oleh bank umum

Grafik 3.13.Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

(Rp Milliar)

51

pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh

sebesar 36,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh

kelompok bank swasta sebesar 34,80% (y.o.y).

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Bank SwastaBank Pemerintah

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar R8.258 milliar, sebesar

67,21% atau sebesar Rp5.550 milliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini tidak lepas

dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa

dengan pangsa pasar sebesar 11,68% (Rp964 milliar), Kabupaten Bolaang Mongondow

sebesar 8,96% (Rp740 milliar), Kota Bitung 6,40% (Rp529 milliar) dan Kabupaten Sangihe –

Talaud sebesar 5,75% (Rp475 milliar). Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, sebagian

besar kabupaten dan kota mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan posisi

akhir triwulan sebelumnya. Wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota

Manado yaitu sebesar 41,58% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Bitung sebesar

9,82% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi

sehubungan dengan ketatnya kondisi likuiditas perbankan saat ini sehingga bank

cenderung menahan ekspansi kreditnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh perbankan

untuk menjamin kecukupan likuiditasnya adalah dengan berusaha menarik dana

masyarakat sebesar-besar melalui penawaran bunga yang menggiurkan. Akibatnya perang

tarif bunga simpanan pada saat ini tak dapat dihindarkan.

Grafik 3.14.Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

(Rp. Milliar)

52

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ration

(LDR) yang naik dari 93,46% di triwulan III – 2007 menjadi 108,04% di triwulan III - 2008.

Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang jauh lebih significant

dibandingkan pertambahan dana. Berdasarkan wilayah administrasinya, rasio LDR tertinggi

dialami oleh Kabupaten Bolmong sebesar 250,53%, disusul oleh Kabupaten Minahasa

sebesar 179,88%. Adapun wilayah dengan rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado

yaitu sebesar 93,44%.

162.2

155.4

122.8

80.3

96.9

175.0

167.9

141.5

88.3

94.5

179.9

205.5

163.1

93.4

102.3

- 50 100 150 200 250

M inahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

M anado

BitungQ3-08Q2-08Q3-07

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya

terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan

Grafik 3.15. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.17. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan

Kabupaten/Kota (%)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08

M inahasa BolmongSangihe Talaud M anadoBitung

27.2

20.2

22.1

28.0

29.1

30.7

33.8

29.9

42.7

38.2

33.0

30.1

24.0

41.6

9.8

- 10 20 30 40 50

M inahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

M anado

Bitung

Q3-08

Q2-08Q3-07

53

konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko

yang cukup tinggi di beberapa sektor.

4. Kredit UMKM

Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan

yang cukup baik bahkan dengan laju pertumbuhannya yang lebih tinggi dibandingkan laju

pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III - 2008, jumlah kredit MKM

yang berhasil disalurkan mencapai Rp5.336 milliar dengan laju pertumbuhan sebesar

37,46% (y.o.y). Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara

umum yang di akhir triwulan laporan tumbuh 35,85% (y.o.y).

Grafik 3.18.

Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2007 2008

(%)

gKredit gUM KM

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Menurut pangsanya, sebagian besar atau 62,51% dari total kredit MKM merupakan jenis

kredit menengah sedangkan sisanya 32,06% merupakan jenis kredit kecil dan baru

sebagian kecil atau hanya 5,43% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro

dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua

jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 17,32% dan 6,18%, jauh dari batas

toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik

yaitu sebesar 3,18%.

54

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit MKM masih belum merata dan lebih banyak

terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 68,36% dari total

kredit MKM yang disalurkan, diikuti kota dan kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki

pangsa pada kisaran 6,4% – 9,3%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan

kredit MKM di Kabupaten Minahasa merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 61,39% (y.o.y)

sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kota Manado

yang tumbuh 41,87% (y.o.y).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

B. RISIKO KREDIT

1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III - 2008

memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat rasio

Grafik 3.19. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Rp. Milliar)

Grafik 3.20. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)

Grafik 3.21. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota

(Persen)

Grafik 3.22. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota

(Persen)

216 372 237 248 261 279 289-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

M enengahKecilM ikro

47 49 50 46 48 49 50

112 114

222

99119 106 106

106 114

105

86

106 104 106

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

M enengahKecilM ikro

]

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08

M inahasa BolmongSangihe-Talaud M anadoBitung

29.67

50.57

34.62

41.91

32.61

24.27

27.93

88.82

23.09

46.46

36.00

49.41

61.39

41.87

48.94

0 20 40 60 80 100

M inahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

M anado

Bitung

Q3-07 Q2-08 Q3-08

(%)

55

kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 9,89% meningkat dibandingkan triwulan

lalu yang hanya sebesar 9,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan telah menjalankan

fungsi intermediasi perbankannya dengan baik namun masih sedikit terkendala oleh kondisi

sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya

beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit. Tercatat

jumlah kredit yang telah diambil dan dipergunakan oleh debitur hingga triwulan laporan

mencapai 90,11% dari total plapond kredit yang disetujui sebesar Rp8.460 milliar. Adapun

dari dari total plapond tersebut baru sebesar Rp326 milliar dilunasi.

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000M illiar

-

2

4

6

8

10

12%

Plafond 5,745 6,045 6,603 7,328 7,774 8,460 9,478

Outstanding 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,297 7,297

Rasio UL (%) 7.64 6.96 6.70 6.70 9.03 9.89 9.89

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

2. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) adalah varial yang mengukur saldo bersih pendapatan bunga

dikurangi biaya bunga. Pada awal tahun nilai NIM akan kembali menurun dan terus

meningkat hingga akhir tahun. Pada akhir triwulan III - 2008, total NIM tercatat sebesar

Rp377 milliar atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp416 milliar. Namun demikian secara umum, nilai

NIM masih tetap positif yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam

bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga

(antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito). Hal ini seiring dengan

peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga

berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan

suku bunga acuan (BI rate) hingga akhir 2008 yang lalu ternyata lebih cepat diikuti oleh

pergerakan suku bunga simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga

yang ditanggung bank relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan

Grafik 3.23.Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

(milliar)

56

moneter lebih dinikmati oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga

kredit relatif lambat.

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

NIMBiaya Bunga

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

3. Rasio BOPO

Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami sedikit

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara

biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan akhir triwulan III - 2008,

tingkat efisiensi operasional perbankan sedikit mengalami penurunan tercermin dari rasio

BOPO bank umum yang turun menjadi 72,54% dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang tecatat sebesar 76,60%.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

4. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III - 2008, rasio

Grafik 3.24. Net Interest Margin Bank Umum

Grafik 3.25. Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400M iliar

64

66

68

70

72

74

76

78%

BO 210 436 637 850 231 571 686

PO 281 569 874 1,188 316 831 931

Rasio 74.81 76.60 72.83 71.56 73.21 68.71 73.66

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2007 2008

57

ROA bank umum tercatat sebesar 1,33%, lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41%. Penurunan rasio ROA ini disebabkan

oleh lebih tingginya persentase kenaikan total aset dibandingkan kemampuan bank untuk

menghasilkan laba.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

Aset (Rp Juta) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 11,222

L/R (Rp Juta) 72 132 244 221 79 174 234

ROA (Persen) 0.81 1.41 2.46 2.09 0.73 1.49 2.09

20082007

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

5. Sensitivitas Resiko Pasar

Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti

ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset

dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan

suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain :

jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang

tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga

dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas

tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu

mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat

digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit

dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko

pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan

untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.

Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening

administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional

tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap

position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position

maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap

yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga

(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud

(degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite).

Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan

Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum

58

suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat

sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada

karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain

jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Penempatan pada Bank Indonesia 875,527 695,867 594,361 335,133 495,073 285,011 268,989

2 Penempatan pada Bank Lain 218,982 179,788 325,513 537,735 303,272 514,885 736,439

3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,995 21,515 20,964 20,000 9,406 47,065 30,503

4 Kredit yang Diberikan 5,178,783 5,638,381 6,078,692 6,576,952 6,572,753 7,852,343 8,454,101

5 Tagihan Lainnya 2,829 2,777 2,823 2,846 2,773 1,255 1,437

6,286,116 6,538,328 7,022,353 7,472,666 7,383,277 8,700,559 9,491,469 RSA

No. Aktiva2007 2008

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Giro 2,144,720 1,311,101 1,364,753 1,189,195 1,282,087 1,536,988 1,383,487

2 Tabungan 2,738,769 2,994,238 2,998,019 3,724,885 3,564,430 4,021,549 3,803,628

3 Simpanan Berjangka 2,144,720 2,130,479 2,141,467 2,156,324 2,208,649 2,206,430 2,742,030

4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 4,991 5,091 5,102 4,812 4,774 4,779 4,491

5 Kewajiban kepada Bank Lain 118,066 176,283 217,312 697,268 275,456 482,334 620,490

6 Surat Berharga yang Diterbitkan 208,094 208,732 211,454 170,124 169,434 171,530 168,801

7 Pinjaman yang Diterima 11,621 12,265 12,062 11,242 11,329 9,430 9,589

8 Kewajiban Lainnya 66,914 62,041 54,701 67,661 50,643 70,695 87,197

9 Setoran Jaminan 11,871 9,950 10,368 13,357 10,833 10,586 12,364

7,449,766 6,910,180 7,015,238 8,034,868 7,577,635 8,514,321 8,832,077

-1,163,650 -371,852 7,115 -562,202 -194,358 186,238 659,392

RSL

GAP

No. Passiva2007 2008

Sumber : Laporan Bank Umum (LBU)

Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan III - 2008 berada pada kondisi positif

gap yang berarti RSA > RSL. Dengan demikian, bila diasumsikan pada triwulan mendatang

terjadi kenaikan BI rate maka diperkirakan pendapatan bank akan meningkat, hal ini

disebabkan oleh peningkatan interest income yang lebih besar dari pada peningkatan

interest expense.

C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja

Bank Indonesia Manado sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional

dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 37 unit beroperasi di Sulawesi Utara

sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.

Tabel 3.3. Portofolio Interest Instrument Perbankan

di Sulawesi Utara

59

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

Aset 144.7 148.8 152.3 170.6 177.2 186.6 191.4 25.7

DPK 102.4 111.2 116.0 125.9 132.8 135.5 142.5 22.8

Deposito 76.4 80.8 82.9 86.5 96.0 95.4 100.9 21.7

Tabungan 26.0 30.4 33.1 39.5 36.8 40.1 41.6 25.5

Kredit 110.6 121.7 126.9 130.8 139.8 157.8 158.2 24.7

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 25.8 25.7 28.7 29.1 32.5 35.4 36.8 28.3

Investasi 11.1 11.8 11.7 12.0 12.2 12.4 14.5 23.3

Konsumsi 73.7 84.2 86.5 89.8 95.1 110.1 107.0 23.7

Sektoral

Pertanian 1.9 2.3 2.7 3.1 3.0 2.9 3.4 26.1

Perindustrian 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.4 0.4 -27.5

PHR 19.3 18.9 20.5 21.0 24.3 26.9 27.5 34.4

Jasa-jasa 12.8 12.5 13.1 11.5 10.8 11.3 12.2 -7.1

Lain-lain 75.8 87.3 90.0 94.7 101.0 116.3 114.7 27.4

LDR (Persen) 108.0 109.4 109.3 103.9 105.3 116.5 111.1

NPL (Persen) 4.3 4.5 4.2 3.4 3.5 3.1 3.2

Y.o.YKomponen2007 2008

Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Kinerja BPR selama triwulan III - 2008 cukup menggembirakan tercermin dari meningkatnya

total asset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total asset BPR tercatat Rp191,4

milliar atau naik 25,7% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 22,8% (y.o.y) mencapai jumlah

Rp142,5 milliar dan kredit naik 24,7% (y.o.y) mencapai Rp158,2 milliar. Berdasarkan

jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa

70,80% atau sebesar Rp100,9 milliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan.

Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi

dengan pangsa 75,08%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 25,81% dan

sisanya kredit investasi 10,16%.

Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, jenis kredit modal kerja mencatat

pertumbuhan tertinggi sebesar 28,3% (y.o.y) berikutnya kredit konsumsi (23,7%) dan kredit

invetasi (23,3%). Peningkatan kredit modal kerja hingga akhir triwulan laporan ini sangat

menggembirakan, mengingat besarnya porsi kredit konsumsi oleh BPR selama ini. Namun

demikian kenaikan kredit konsumsi ini juga merupakan suatu konsekuensi logis dari

dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh

berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank

umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Di Sulawesi Utara (Rp Milliar)

60

intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR yang

mencapai 111,1%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

berada pada kisaran 109%. Membaiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula

dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing

Loan) dari 4,2% pada triwulan III - 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III - 2008.

61

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke

waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali

Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di

tingkat provinsi yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar, sedangkan

persentase penurunan terendah dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan

komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana

dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33

Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%.

Tabel 4.1 Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008

*) Daerah Pemekaran Tahun 2007

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2008, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi yaitu sebesar 13,97% dengan jumlah

Rp604 milliar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,17%. Berikutnya

adalah Kota Manado sebesar 11,65% dan Kota Bitung sebesar 7,57%. Alokasi dana

terendah diperoleh oleh Kab. Bolmut (Bolaang Mongondow Utara) dengan pangsa 2,14%

dari total dana perimbangan di Sulawesi Utara atau sebesar Rp92 milliar.

Total Dana Perimbangan

(J t R )

Naik/Turun (Persen)

Pemprov 608.33 33.77Manado 504.13 10.52Bitung 327.74 2.84Tomohon 293.07 16.67Minahasa 459.47 14.52Minsel 316.74 -12.94Minut 361.32 14.52Bolmong 406.96 -16.88Talaud 326.03 11.65Sangihe 297.18 -20.50Kotamobagu *) 94.66 n.a.Bolmut*) 92.74 n.a.Sitaro*) 120.89 n.a.Mitra*) 122.79 n.a.TOTAL 4,332.07 16.54

62

Grafik 4.1. Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2007 Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2008

A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI

Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar

Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari

sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan

sebelumnya. Sampai dengan triwulan III – 2008, kinerja keuangan daerah di tingkat

provinsi menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik dari sisi penerimaan

maupun pengeluaran. Dari sisi penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan

triwulan III - 2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dari target penerimaan sebesar

Rp847,28 milliar. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang hanya sebesar Rp586,75 milliar atau 74,11% dari target penerimaan

sebesar Rp791,77 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran

mencapai Rp559,79 milliar atau 63,27% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp884,71

milliar. Pencapaian ini pun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang hanya sebesar Rp458,99 milliar atau 55,90% dari total rencana pengeluaran sebesar

Rp821,06 milliar.

13.97%

11.65%

7.57%

6.77%

10.62%7.32%

8.35%

9.40%

7.53%

6.87%

2.14%

2.19%

2.79%

2.84%

Pemprov

Manado

Bitung

Tomohon

Minahasa

Minsel

Minut

Bolmong

Talaud

Sangihe

Kotamobagu

Bolmut

Sitaro

Mitra

12.28%

8.58%

6.76%

10.80%9.80%

8.49%

13.18%

7.86%

10.06% 12.17%Pemprov

Manado

Bitung

Tomohon

Minahasa

Minsel

Minut

Bolmong

Talaud

Sangihe

Total : Rp 3,71 Triliun Total : Rp 4,33 Triliun

63

Tabel 4.2. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp)

Nominal % Nominal % A. Penerimaan 791.77 586.75 74.11 847.28 667.55 78.79

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 240.20 185.59 77.27 238.95 237.68 99.471. Pajak Daerah 199.79 149.76 74.96 199.60 213.37 106.902. Retrebusi 5.31 3.51 66.18 4.99 3.93 78.843. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 26.87 26.91 100.16 27.00 12.90 47.794. Lain-lain 8.23 5.41 65.68 7.35 7.47 101.52Dana Perimbangan 488.57 393.66 80.57 608.33 429.88 70.661. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 41.57 21.13 50.83 46.52 21.27 45.722. Dana Alokasi Umum 447.00 372.53 83.34 532.92 399.69 75.003. Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 28.08 8.42 30.004. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.00 0.00 0.82 0.50 61.12Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63.00 7.50 11.90 0.00 0.50

B. Pengeluaran 821.06 458.99 55.90 884.71 559.79 63.27Konsumsi Pemerintah 669.27 408.89 61.10 738.65 495.31 67.061. Belanja Pegawai 311.99 207.93 66.65 373.02 271.36 72.752. Belanja Barang dan Jasa 205.33 98.56 48.00 187.17 104.92 56.063. Belanja Bantuan Sosial 64.98 45.49 70.01 53.95 38.73 71.784. Belanja Bagi Hasil 70.95 48.08 67.77 90.50 62.49 69.055. Belanja Bantuan Keuangan 11.00 6.00 54.55 20.00 12.00 60.006. Belanja Tidak Terduga 5.02 2.82 56.22 6.00 0.34 5.627. Belanja Hibah 0.00 0.00 8.00 5.47 68.41Pembentukan Modal Tetap Bruto 151.80 50.10 33.00 146.06 64.48 44.14

D. Surplus / Defisit -29.29 127.76 -37.43 107.76C. Pembiayaan Daerah 29.29 37.43 -59.00D. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

(SILPA)0.00 0.00 48.76

U R A I A NAPBD-P

2007

Realisasi s.d. 30 Sep 2008

Realisasi s.d. 30 Sep 2007 APBD 2008

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara

1. Penerimaan Daerah

Realisasi penerimaan daerah sampai dengan triwulan III – 2008 mencapai Rp667,55 milliar.

Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama berasal dari dana

perimbangan dengan pangsa 64,39%, Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa

35,61% serta sisanya yang merupakan penerimaan lain-lain. Kinerja pemerintah provinsi

dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli

Daerah (PAD) yang hingga triwulan laporan persentase realisasinya telah lebih dari 75%

atau sebesar 99,47% dari target di Tahun 2008 sebesar Rp238,95 milliar. Namun demikian,

target PAD tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan

tercermin dari masih realatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah atau perbandingan

PAD terhadap total belanja (hanya sebesar 27,01%) yang berarti kegiatan ekonomi dan

sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat.

64

2. Pengeluaran Daerah

Realisasi pengeluaran daerah sampai dengan triwulan III - 2008 mencapai jumlah Rp559,79

milliar. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan lebih besar dikarenakan masih terdapatnya

pengeluran yang belum sempat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Menurut

komponen pembentuknya, realisasi pengeluaran daerah terutama berasal dari konsumsi

pemerintah sebesar 88,48% sedangkan sisanya merupakan belanja modal. Walaupun

secara umum kinerja pengeluaran daerah hingga triwulan laporan masih lebih baik

dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun sama halnya seperti periode-periode

sebelumnya, pangsa belanja modal di Tahun 2008 masih relatif kecil yaitu hanya sebesar

16,51% selain proses realisinya sering kali terhambat. Hal antara lain disebabkan oleh masih

terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan

penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan

proyek berjalan lambat. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih

diperuntukkan bagi belanja pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.

3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi

terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel

PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi

sebesar 2,61% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi

belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,34%. Relatif rendahnya dampak stimulus

fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data APBD secara detail dan

lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan

kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.

Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi hanya memberikan

kontribusi sebesar 2,95% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu,

dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan Q3 –

2008 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih besar

dibandingkan pengeluarannya.

65

Tabel 4.3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp)

Nominal % Realisasi % thd PDRB

A. PENERIMAAN RUPIAH 667.55 78.79 3.52Pendapatan Asli Daerah 237.68 99.47 1.251. Pajak Daerah 213.37 106.90 1.122. Retrebusi 3.93 78.84 0.023. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12.90 47.79 0.074. Lain-lain 7.47 101.52 0.04Dana Perimbangan 429.88 70.66 2.271. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 21.27 45.72 0.112. Dana Alokasi Umum 399.69 75.00 2.113. Dana Alokasi Khusus 8.42 30.00 0.044. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.50 61.12 0.00Lain-Lain Pendapatan Sah 0.50 0.00

B. PENGELUARAN RUPIAH 559.79 63.27 2.95Konsumsi Pemerintah 495.31 67.06 2.611. Belanja Pegawai 271.36 72.75 1.432. Belanja Barang dan Jasa 104.92 56.06 0.553. Belanja Bantuan Sosial 38.73 71.78 0.204. Belanja Bagi Hasil 62.49 69.05 0.335. Belanja Bantuan Keuangan 12.00 60.00 0.066. Belanja Tidak Terduga 0.34 5.62 0.007. Belanja Hibah 5.47 68.41 0.03Pembentukan Modal Tetap Bruto 64.48 44.14 0.34

D. SURPLUS/ (DEFISIT) 107.76 -287.89

C. PEMBIAYAAN DAERAH -59.00 -157.61E. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 48.76

Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2008URAIAN

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara

B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI

DI SULAWESI UTARA

Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi

Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota

Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab.

Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.

1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006

Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah

mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan

sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan

daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang

terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.

66

Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi

penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa

yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab.

Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya

sebesar 88,85%.

Grafik 4.3. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006

Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

-100200300400

500600700800

Prov

. Sul

ut

Kot

a M

anad

o

Kot

a Bi

tung

*)

Kot

a To

moh

on *

)

Kab

. Min

ahas

a

Kab

. Min

sel *

)

Kab

. Min

ut

Kab

. Bol

mon

g

Kab

. Tal

aud

*)

Kab

. San

gihe

*)

Miliar Rp

80

85

90

95

100

105

110%Target Realisasi %

Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh

kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau

92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785

milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,

belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi

Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan

yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar.

Grafik 4.4.

Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

-

100200

300400

500

600700

800

Prov

. Sul

ut

Kot

a M

anad

o

Kot

a Bi

tung

*)

Kot

a To

moh

on *

)

Kab

. Min

ahas

a

Kab

. Min

sel *

)

Kab

. Min

ut

Kab

. Bol

mon

g

Kab

. Tal

aud

*)

Kab

. San

gihe

*)

Miliar Rp

-

20

40

60

80

100

120%Target Realisasi %

Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

67

2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007

Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi

mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat

maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain

menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab

dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara,

dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun

2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%.

Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi

dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02%

dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan

Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran

belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing

sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong

dan Kabupaten Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan

membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi

untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat

sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh

besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan

belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi),

besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun

dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan

sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.

68

Tabel 4.4. Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

(dalam Milliar Rp)

2006 2007

1 Prov. Sulut 644.08 733.08 13.82

2 Kota Manado 468.69 546.52 16.61

3 Kota Bitung 270.42 322.29 19.18

4 Kota Tomohon 221.81 267.79 20.73

5 Kab. Minahasa 358.98 444.71 23.88

6 Kab. Minsel 339.6 407.17 19.9

7 Kab. Minut 290.47 342.7 17.98

8 Kab. Bolmong 481.59 540.35 12.2

9 Kab. Talaud 249.59 351.97 41.02

10 Kab. Sangihe 350.37 427.56 22.03

3,675.58 4,384.14 19.28

APBDPenerimaan

% Kenaikan

Total Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

Tabel 4.5.

Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam milliar Rp)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

2006 2007

1 Prov. Sulut 677.21 778.84 15.01

2 Kota Manado 470.11 546.52 16.26

3 Kota Bitung 264.77 321.23 21.33

4 Kota Tomohon 224.98 269.82 19.93

5 Kab. Minahasa 360.18 458.76 27.37

6 Kab. Minsel 340.26 407.17 19.67

7 Kab. Minut 299.37 354.96 18.57

8 Kab. Bolmong 496.98 567.33 14.15

9 Kab. Talaud 276.97 355.31 28.28

10 Kab. Sangihe 375.07 430.1 14.67

3,785.89 4,490.04 18.60Total

APBDBelanja

% Kenaikan

69

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

A. Perkembangan Aliran Uang Kartal

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III - 2008

berada pada kondisi net outflow yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih besar

dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa

perekonomian Sulut kembali bergairah walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah

mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%. Beberapa

faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan uang kartal selama triwulan laporan

adalah (1) Berlangsungnya masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi

para siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong peningkatan permintaan

secara umum, (2) Berlangsungnya bulan suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1

Syawal 1429 H pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong meningkatnya

permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan masyarakat (aggregat demand) selama

triwulan laporan selanjutnya ditransmisikan pada meningkatnya kebutuhan masyarakat

akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran uang kartal pada tahun-tahun

sebelumnya, kondisi net outflow selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.

Secara historis, jumlah aliran uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia

Manado khususnya sejak awal Tahun 2007 sampai dengan saat ini mengalami penurunan.

Hal ini dikarenakan sejak Desember Tahun 2006, Bank Indonesia telah

mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya uang lusuh dan tidak layak

edar saja yang dapat ditukarkan ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang masih layak edar

dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan akan terjadi

interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas manajemen

pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.

Jumlah aliran uang masuk turun dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama

tahun lalu, sedangkan aliran uang keluar meningkat significant. Aliran uang masuk turun

1,90% (y.o.y) atau sebesar Rp2 milliar sebaliknya aliran uang keluar naik lebih dari 120%

(y.o.y) atau sebesar Rp202 milliar. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan

berada pada kondisi outflow sebesar Rp268 milliar jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp63 milliar. Secara bulanan, net outflow

70

tertinggi terjadi di Bulan September 2008 sebesar Rp217 milliar, berikutnya di Bulan Juli

2008 sebesar Rp81 milliar. Sedangkan di Bulan Agustus 2008, aliran uang kartal di

khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp31 milliar.

-1,000

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

1,000 Inflow

Outflow

Net Flow

Inflow 428 129 105 253 592 119 103

Outflow -29 -453 -168 -928 -87 -337 -370

Net Flow 400 -324 -63 -676 505 -218 -268

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008

IN F LOW

OUT F LOW

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan

kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan

terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap

aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang

diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar atau naik

87,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, untuk memenuhi

kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to

transaction) yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara

berkala melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan

salah satu bank umum di wilayah tersebut.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

(Rp Milliar)

71

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

(Persen)

-

100

200

300

400

500

600

700

M iliar

-

20

40

60

80

100

120

140

160

% Inflow PTTB Rasio

Inflow 428 129 105 253 592 119 103

PTTB 255 118 63 4 305 169 118

Rasio 59.56 91.75 60.02 1.48 51.44 142.50 114.74

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Sama halnya dengan kondisi perkasan di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado maka

kondisi perkasan di Provinsi Gorontalo yang diwakilkan oleh keberadaan kas titipan di salah

satu bank umum juga mengalami net outflow sebesar Rp53 milliar yang berarti aliran uang

kartal keluar lebih besar dibandingkan aliran uang kartal masuk. Kondisi tersebut sama

halnya dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang juga mengalami net out flow

sebesar Rp28 milliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan laporan mengindikasikan

bahwa even liburan sekolah dan tahun ajaran baru di awal triwulan laporan serta persiapan

perayaan idul fitri pada akhir triwulan laporan telah mendorong peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan peningkatan penggunaan uang kartal.

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

Inflow 366 413 437 549 533 516 702

Outflow -284 -404 -466 -557 -463 -672 -755

Netflow 82 9 -28 -8 70 -156 -53

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008

.

IN FLOW

OUT FLOW

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

(Rp Milliar)

72

Selain di Provinsi Gorontalo, keberadaan kas titipan juga terdapat di salah satu bank umum

di Kota Tahuna - Kabupaten Sangihe (wilayah terluar Provinsi Sulawesi Utara yang

berbatasan dengan negara tetangga yaitu Filipina). Keberadaan kas titipan di wilayah terluar

tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan Clean Money

Policy khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara

historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal

tahun). Selama triwulam laporan, kas titipan Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp32

milliar atau turun 5,88% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya

dengan kondisi perkhasan di Provinsi Gorontalo, net outflow yang terjadi di khasanah

titipan di Tahuna mengindikasikan cukup bergairahnya perekonomian di daerah tersebut

antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

Inflow 48 12 28 37 51 19 21

Outflow -34 -74 -62 -107 -31 -67 -53

Netflow 14 -62 -34 -69 20 -48 -32

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008

IN FLOW

OUT FLOW

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan

tercatat sebesar Rp595 milliar atau turun dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.152 milliar. Penurunan posisi kas gabungan

ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan

meningkatnya aktivitas perekonomian selama triwulan laporan. Berdasarkan perhitungan

rata-rata outflow dan kegiatan PTTB selama Tahun 2007 dan dengan mengambil asumsi

tidak ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado, posisi kas gabungan tersebut

diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 1 sampai 2 bulan mendatang.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna

(Rp Milliar)

73

B. Penemuan Uang Palsu

Bila pada triwulan sebelumnya, jumlah penemuan uang palsu yang dilaporkan kepada Bank

Indonesia mengalami peningkatan yang significant akibat terungkapnya jaringan pembuat

dan pengedar uang palsu beberapa waktu lalu, maka selama jumlah penemuan uang palsu

selama triwulan laporan relatif kecil. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke

Bank Indonesia Manado pada Q3-2008 sebanyak 33 lembar, dimana menurut jenis

pecahannya, pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling

banyak dipalsukan. Meningkatnya temuan uang palsu dalam beberapa waktu terakhir ini

patut diwaspadai seiring dengan maraknya penyelenggaraan Pilkada (pemilihan kepada

daerah) di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara serta persiapan

penyelenggaraan pesta demokrasi yaitu pemilu Tahun 2009. Untuk itu, berbagai upaya

telah dan terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk meminimalisir pergerakan pelaku

pemalsuan uang diantara dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap

ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi. Selain itu, peran serta aktif

masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah kasus

pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado

telah secara berkala melaksanakan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan, instansi pemerintah, pelaku usaha

dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah sehingga diharapkan memiliki

kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah asli dan yang dipalsukan. Melalui

kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun mendatang, diharapkan tingkat

peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan dengan proses penanganan

hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama dengan instansi penegak

hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

(Lembar)

Q1 Q2 Q3

- Rp100.000,- 3 16 529 44 36 2 1,014 14

- Rp50.000,- 9 73 480 87 162 17 19 16

- Rp20.000,- 4 6 10 74 31 6 - 1

- Rp10.000,- - - 4 13 15 - 2 2

- Rp5.000,- - - 1 2 1 - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - -

Total 16 95 1,024 220 245 25 1,035 33

20082003 200720052004Pecahan 2006

74

C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)

Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat yang

dikliringkan selama triwulan III - 2008 tercatat sebesar 1.386 lembar atau turun sebesar

1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian secara

nominal terjadi peningkatan jumlah rata-rata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III

– 2007 naik menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat 12,76%

(y.o.y). Peningkatan rata-rata harian jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan

bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama

triwulan laporan tercatat 0,75% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau naik

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,29%. Demikian

pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,38% pada Q3 - 2007 menjadi

0,70% pada Q3 – 2008 dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Lembar 75,010 84,817 90,390 75,426 76,386 85,075 87,329

Nominal (Rp Milliar) 1,354 1,428 1,625 1,425 1,634 1,704 1,804

Lembar 1,209 1,368 1,412 1,347 1,273 1,350 1,386

Nominal (Rp Milliar) 21.88 23.02 25.39 25.45 27.24 27.04 28.63

Lembar (%) 0.37 0.29 0.29 0.49 0.53 0.56 0.75

Nominal (%) 0.35 0.28 0.38 0.54 0.88 0.86 0.70

Perputaran Kliring

Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong

Rata-Rata Harian

20082007KETERANGAN

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

D. RTGS (Real Time Gross Settlement)

RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan

perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI -

RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko

settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan I -

2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado)

mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS

yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.

Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado

75

Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

(Milliar)

Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia

2008

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Nilai 11,738 13,437 11,565 13,433 15,976 36.10

Volume 6,770 7,478 8,731 14,251 7,225 6.72

Nilai 4,846 6,615 7,549 7,046 6,369 31.42

Volume 5,007 5,944 7,175 12,356 6,481 29.44

Nilai 3,648 4,971 5,615 4,682 3,856 5.71

Volume 1,936 2,553 3,077 7,681 2,527 30.53

NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 26,200 29.50

Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 16,233 18.38

TOTAL TRANSAKSI

2007Y.o.Y

Dalam Kota

Ke Manado

Dari Manado

76

BOX 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado Menjelang

dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H

Selama Bulan September 2008, perkembangan sistem pembayaran tunai yang tercemin dari aliran

uang kartal melalui khasanah dan kas titipan Bank Indonesia Manado untuk wilayah Provinsi Sulawesi

Utara dan Gorontalo berada pada posisi net outflow sebesar Rp343,06 milliar berbeda dibandingkan

bulan sebelumnya yang justru mengalami net inflow. Net outflow berarti lebih banyak uang yang

keluar dari khasanah BI Manado dibandingkan uang yang masuk ke khasanah BI Manado sedangkan

net inflow sebaliknya. Menurut rinciannya, uang kartal yang keluar dari sistem perbankan tercatat

sebesar Rp602,44 milliar dan hanya Rp259,38 milliar masuk ke dalam sistem perbankan. Beberapa

even yang mendorong meningkatnya kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara akan uang kartal selama

Bulan September ini adalah datangnya Bulan Suci Ramadhan dan persiapan mejelang hari raya idul

fitri pada awal Oktober. Selain itu persiapan penyelenggaraan pesta lebaran ketupat di beberapa

wilayah (umumnya dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah perayaan idul fitri) turut pula memberikan

andil bagi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang kartal.

Tabel 1.

Perkembangan Aliran Uang Kartal di Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (dalam milliard Rp)

Khasanah BI Manado

Kas Titipan Gorontalo

Kas Titipan Tahuna

Total

Setoran 30.40 221.18 7.80 259.38

Bayaran 248.04 315.28 39.13 602.45

Net Outflow 217.64 94.09 31.33 343.06

Khusus untuk aliran uang kartal yang melalui khasanah Bank Indonesia Manado, selama September

2008 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp217,64 milliar dengan rincian sebanyak Rp248,04

milliar keluar dan hanya sebesar Rp30,40 milliar masuk ke dalam khasanah. Fenomena meningkatnya

kebutuhan masyarakat akan uang kartal tercermin pula di Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Tahuna

tempat keberadaan kas titipan Bank Indonesia di salah satu bank umum nasional di wilayah tersebut.

Tercatat, kas titipan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo selama September 2008 berada pada posisi

net outflow Rp94,09 milliar dengan rincian Rp315,27 milliar keluar dari khasanah kas titipan di

Gorontalo dan Rp221,18 milliar kembali masuk ke dalam khasanah. Demikian pula halnya dengan

kondisi kas titipan Bank Indonesia salah satu bank umum nasional di Kabupaten Tahuna yang

mengalami net outflow sebesar Rp31,32 milliar.

Dibandingkan tahun sebelumnya, kebutuhan masyarakat akan uang kartal menjelang hari raya idul

fitri tahun ini ternyata memperlihatkan peningkatan. Hal ini terindikasi dari data perkembangan

77

bayaran bank seminggu menjelang lebaran yang mencapai jumlah Rp236,56 milliar pada tahun ini

atau meningkat sebesar 38,51% dibandingkan kondisi yang sama tahun lalu yang hanya sebesar

Rp170,79 milliar. Menurut jenisnya, uang pecahan nominal Rp10.000,- mengalami peningkatan

permintaan yang significant sebanyak 1467%, berikutnya adalag pecahan Rp5.000,- yang naik

145,87% dan pecahan Rp1.000 yang meningkat 215,55%.

Tabel 2

Perkembangan Bayaran Bank Seminggu Menjelang Lebaran (dalam Jutaan Rupiah)

2007 2008 NOMINAL %100,000 65,361 54,018 (11,342) -17.35%50,000 103,142 180,071 76,929 74.59%20,000 1,942 881 (1,061) -54.65%10,000 52 820 767 1467.75%

5,000 214 526 312 145.87%1,000 80 253 173 215.55%

SUB JUMLAH 170,791 236,569 65,778 38.51%

PECAHANPERIODE DEVIASI

Sementara itu, perkembangan sistem permbayaran non tunai menjelang lebaran juga

memperlihatkan peningkatan, tercemin dari kenaikan jumlah lembar dan nominal warkat yang

kliringkan. Tercatat jumlah lembar warkat selama September 2008 sebanyak 29 ribu dengan nilai

nominal sebesar Rp609 milliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 28

ribu lembar warkat dengan nilai nomial Rp582 milliar. Tingginya kebutuhan masyarakat Sulawesi

Utara akan uang kartal sebelum dan saat hari raya idul fitri tahun ini ternyata benar-benar telah

diantisipasi oleh perbankan dan Bank Indonesia Manado. Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan

oleh Bank Indonesia Manado diantaranya adalah :

(1) Tetap buka dan beroperasinya perbankan pada saat libur lebaran tanggal 29 September 2008

lalu.

(2) Tetap dibukanya loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Manado pada tanggal 29

September 2008.

(3) Meningkatkan frekuensi kegiatan kas keliling oleh KBI Manado di samping beroperasinya

Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang selama September 2008 tercatat

sebanyak 8 kali dengan rincian 7 kali dilaksanakan di dalam kota dan 1 kali dilaksanakan di luar

kota (Gorontalo).

78

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Maret 2008 tidak

mengalami perbedaan dibandingkan periode Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari

rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 12,35% atau sama dengan periode

Agustus 2007. Namun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat

sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%. Menurut sebarannya, TPT

penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya

angka ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka kemiskinan untuk

posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau berjumlah 223,5 ribu orang. Pencapaian ini

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%.

Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di Provinsi Sulawesi Utara

(67,51%) berdomisili di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan.

A. PENGANGGURAN

Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2008 tidak terlalu berbeda bila

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,

jumlah angkatan kerja tercatat 1,04 juta orang (63,12%) masih lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 611 ribu orang. Jumlah angkatan kerja ini

turun sedikit yaitu sebesar 3,65% (y.o.y) atau sebanyak 39.616 orang dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya.

. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan

Periode Februari 2006 – Februari 2008

Kota Desa LK PR

Penduduk 15 Thn ke atas 1,621,331 1,654,863 1,658,299 635,024 1,023,275 845,795 812,504

Angkatan Kerja 990,759 1,086,281 1,046,665 409,668 636,997 731,869 314,796

Bekerja 855,300 944,635 917,363 340,517 576,846 680,349 237,014

Mencari Kerja 135,459 141,646 129,302 69,151 60,151 51,520 77,782

Bukan Angkatan Kerja 630,572 568,582 611,634 225,356 386,278 113,926 497,708

Sekolah 134,119 126,474 127,274 69,121 58,153 60,094 67,180

Mengurus Rumah Tangga 407,173 359,201 406,055 118,417 287,638 10,741 395,314

Lainnya 89,280 82,907 78,305 37,818 40,487 43,091 35,214

TPAK (persen) 61.10 65.60 63.12 64.51 62.25 86.53 38.74

TPT (persen) 13.70 13.00 12.35 16.88 9.44 7.04 24.71

Setengah Pengangguran 296,780 269,657 214,237 57,385 156,852 125,654 88,583Setengah Pengangguran Terpak 138,683 125,402 124,522 18,418 71,297 47,567 42,148

Setengah Pengangguran Sukare 158,097 144,255 89,715 38,967 85,555 78,087 46,435

Feb-06 Feb-08Feb-07Jenis KelaminDaerah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

79

Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data

terakhir (Februari 2008) mengalami penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja

berjumlah 917 ribu orang, turun 2,89% (y.o.y) atau sebanyak 27 ribu orang dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Namun pada sisi yang lain, jumlah pengangguran mengalami

penurunan yaitu dari 141 ribu orang pada Februari 2007 turun 8,71% (y.o.y) menjadi 129

ribu orang pada Februari 2008.

.

Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2007 – Februari 2008

mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara

mengalami penurunan dari 65,6% menjadi 63,12%. TPAK sebesar 63,12% tersebut dapat

diartikan bahwa sekitar 63 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari

pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia

kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2008 sebesar

12,35%, merupakan yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2008. Hal ini

menunjukkan bahawa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan

kerja hanya 12 – 13 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.

Berdasarkan lokasinya, pada periode Februari 2008, TPT penduduk perkotaan tercatat

sebesar 16,88% lebih besar dibandingkan TPT penduduk pedesaan yang hanya sebesar

9,44%. Jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah perkotaan tidak sebanding

dengan jumlah orang pencari kerja yang datang dari daerah di luar perkotaan, sehingga

menyebabkan angka TPT perkotaan lebih tinggi daripada TPT pedesaan. Bila dilihat dari sisi

gender, TPAK perempuan (38,74%) cenderung lebih rendah dari TPAK laki-laki (86,53%).

Penduduk perempuan lebih banyak masuk ke dalam kategori bukan angkatan kerja yang

sebagian besar kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, keadaan ini

menyebabkan angka TPAK perempuan biasanya lebih rendah dari pada TPAK laki-laki.

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utara

Periode Februari 2006 – Februari 2008

Kota Desa LK PR

Pertanian 403,179 378,631 363,771 36,389 327,382 291,553 72,218

Pertambangan 4,756 18,229 14,806 3,040 11,766 14,336 470

Industri 49,813 65,290 61,270 28,100 33,170 45,051 16,219

Listrik, Gas & Air Bersih 3,123 2,872 3,223 2,321 902 2,071 1,152

Konstruksi 40,168 54,819 56,406 33,608 22,798 54,826 1,580

Perdagangan 154,952 174,127 144,155 87,856 56,299 60,259 83,896

Angkutan 73,350 89,220 136,047 72,023 64,024 130,568 5,479

Keuangan 12,254 12,900 10,127 5,564 4,563 6,930 3,197

Jasa 113,705 148,547 127,558 71,616 55,942 74,755 52,803

TOTAL 855,300 944,635 917,363 340,517 576,846 680,349 237,014

Feb-08Feb-06 Feb-07Daerah Jenis Kelamin

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

80

Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari

2008 relatif sama bila dibandingkan Februari 2007. Sektor lapangan pekerjaan utama

penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 363 ribu

orang (39,7%). Namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2007, mengalami

penurunan sebanyak 14 ribu orang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak petani

penggarap yang berpindah lapangan pekerjaan ke sektor angkutan sebagai tukang ojek.

Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan,

keuangan dan jasa. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor

pertambangan, listrik-air-gas, dan angkutan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya

peningkatan maupun penurunan penduduk yang bekerja di masing-masing sektor lebih

disebabkan oleh siklus atau perputaran perekonomian penduduk.

Seperti terlihat pada tabel 6.2, lapangan pekerjaan utama penduduk daerah pedesaan lebih

didominasi oleh sektor pertanian (56,8%). Daerah pedesaan merupakan daerah lahan

pertanian sehingga lapangan pekerjaan utama penduduknya lebih banyak diwarnai sektor

pertanian. Berbeda dengan penduduk daerah pedesaan, penduduk di daerah perkotaan

lapangan pekerjaan utamanya lebih banyak terkonsentrasi di sektor perdagangan (25,8%)

dan sektor jasa (21,0%).

B. KEMISKINAN

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2004 – 2008 di Provinsi Sulawesi

Utara berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 –

Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret 2008.

Tabel 6.3. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa

Periode Februari 2004 – Maret 2008

Kota Desa Total Kota Desa Total

Sulawesi Utara 36 156,3 192 4.37 11.76 8.93

Indonesia 11,369 24,778 36,147 12.13 20.11 16.66

Sulawesi Utara 46,6 155 202 4.96 12.70 9.34

Indonesia 13,297 23,505 36,801 12.48 20.63 16.69

Sulawesi Utara 61,2 171 233 6.52 14.01 10.76

Indonesia 13568,4 23,821 37,389 12.68 20.84 16.90

Sulawesi Utara 79 171 250 8.31 13.80 11.42

Indonesia 13559,3 23,609 37,168 12.52 20.37 16.58

Sulawesi Utara 73 151 224 7.56 12.04 10.10

Indonesia 12,769 22,195 34,963 11.65 18.93 15.42

Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)

Persentase Penduduk MiskinTahun

Maret 2008

Februari 2004

Juli 2005

Juli 2006

Maret 2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

81

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 223,5 ribu (10,10%). Terjadi penurunan

jumlah maupun persentase penduduk miskin baik di perkotaan maupun pedesaan.

Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 250,1 ribu

(11,42%), berarti jumlah penduduk miskin menurun sebesar 26,6 ribu orang. Selama

periode Maret 2007 – Maret 2008, penduduk miskin di daerah perkotaan terjadi penurunan

sekitar 6,3 ribu orang, sementara di daerah pedesaan terjadi penurunan sekitar 20,2 ribu

orang.

Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 36,14 juta orang di

Tahun 2004 menjadi 34,96 juta orang pada Maret 2008. Dari periode Februari 2004 sampai

Juli 2006 terus terjadi peningkatan penduduk miskin, baik jumlah maupun persentasenya.

Namun dari periode Juli 2006 – Maret 2008 terus terjadi penurunan jumlah dan persentase

penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Juli 2006 sebesar 16,9%

dan terus menurun hingga mencapai 15,42% pada Maret 2008.

Tabel 6.4.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara

Periode Maret 2007 – Maret 2007

MakananBukan

MakananTotal

PERKOTAAN

Maret 2007 122,841 42,983 165,824 79.00 8.31

Maret 2008 131,456 44,173 175,628 72.70 7.56

PERDESAAN

Maret 2007 117,516 31,924 149,440 171.00 13.80

Maret 2008 128,498 33,935 162,433 150.90 12.04

KOTA & DESA

Maret 2007 119,827 36,723 156,550 250.10 11.42

Maret 2008 129,781 38,378 168,160 223.50 10.10

Jumlah Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin

TahunGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena

penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak

penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2007 – Maret

2008, garis kemiskinan naik sebesar 7,41% yaitu dari Rp.156.550,- per kapita per bulan

pada Maret 2007 menjadi Rp168.160,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Dengan

memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan

komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

82

(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2007, sumbangan GKM

terhadap GK sebesar 76,54%, tetapi pada Maret 2008, peranannya meningkat sampai

77,18%. Meningkatnya peranan GKM terhadap GK ini sebagian besar akibat naiknya harga

barang-barang kebutuhan pokok yang juga digambarkan oleh inflasi umum selama periode

Maret 2007 – Maret 2008.

Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic

poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang

berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang

cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk

miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam

ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat

dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.

C. Rasio Gini

Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan

membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis

diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka

tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan

apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.

Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.

Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya,

persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi

menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi

peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan

kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah

terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah

dan 20% teratas.

83

Tabel 6.5. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara

40% populasi dengan pendapatan terendah

40% populasi dengan pendapatan moderat

20% populasi dengan pendapatan tertinggi

Rasio Gini 40% populasi dengan pendapatan terendah

40% populasi dengan pendapatan moderat

20% populasi dengan pendapatan tertinggi

Rasio Gini

Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32

Provinsi 2005 2007

D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah

sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini

ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan rata-

rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen

penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah

dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.

Tabel 6.6.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara

Komponen IPM 2002 2004 2005 2006

Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8

Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3

Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8

Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9

IPM 71.3 73.4 74.2 74.4

Peringkat Nasional 2 2 2 2

Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di

Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan

terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.

Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata

99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di

bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan

Talaud.

Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun

sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.

Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623

ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.

84

Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara

kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi

Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.

Tabel 6.7.

Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005

2004 2005 2004 2005

Bolaang Mongondow 70.7 71.6 121 105

Minahasa 73.5 74.0 47 46

Minahasa Selatan 71.2 71.5 96 113

Minahasa Utara 72.7 73.7 69 57

Kepulauan Sangihe 72.8 73.4 67 64

Kepulauan Talaud 71.8 72.3 80 87

Manado 75.9 76.3 8 12

Bitung 73.2 73.6 56 59

Tomohon 72.9 73.3 63 67

Sulawesi Utara 73.4 74.2 2 2

Indonesia 68.7 69.6

KAB/KOTAIPM Ranking Nasional

85

BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di

kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja

yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas serta

tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan konsumsi rumah tangga

yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata

tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi diprakirakan mengalami

peningkatan terutama didorong oleh investasi bangunan seiring dengan kuatnya

pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor

pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula

seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat. Untuk Tahun 2009, perekonomian

Sulawesi Utara diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan terutama

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa sejalan dengan kondisi

eksternal yang kurang kondusif. Sementara itu, sisi permintaan domestik tetap kuat.

Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang

didorong oleh berlangsungnya kegiatan Pemilu, inflasi yang menurun, serta kebijakan

pemerintah di bidang pajak penghasilan.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dimotori oleh sektor pertanian,

sektor bangunan dan sektor PHR. Dari sisi harga, inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai

9,0 - 11,0% (y.o.y). Tekanan inflasi diprakirakan menurun pada Triwulan IV-2008.

Menurunnya tekanan inflasi terkait dengan tingginya pengadaan beras Bulog yang

diharapkan dapat membawa inflasi volatile food lebih rendah dibandingkan rata-rata

historisnya. Selanjutnya di tahun 2009, inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5%

(y.o.y). Menurunnya inflasi antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan moneter

serta kebijakan Pemerintah yang diprakirakan akan cenderung melakukan stabilisasi harga

terkait pelaksanaan Pemilu.

A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan sekitar 7,0 - 7,2% (y.o.y) pada 2008.

Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja ekspor karena mencatat pertumbuhan yang

signifikan hingga Agustus 2008 yang diprakirakan memberi kontribusi lebih tinggi

86

dibandingkan dengan kontribusi konsumsi swasta dan investasi. Kinerja ekspor hingga

triwulan III - 2008, didorong oleh kenaikan harga komoditas non migas. Sementara itu,

konsumsi swasta diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan dampak kenaikan harga BBM

terhadap konsumsi swasta yang tidak sedalam prakiraan semula. Selain hal tersebut,

rangkaian proses Pemilu yang telah dimulai pada pertengahan 2008 juga akan memberi

multiplier effect ke konsumsi swasta untuk tumbuh meningkat pada triwulan terakhir 2008.

Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008

didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan ekspor karena perkembangan harga

komoditas non migas yang melambat serta menurunnya permintaan berkaitan dengan

menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia (khususnya negara tujuan ekspor Sulawesi

Utara). Dari sisi domestik, konsumsi swasta akan kembali menjadi motor pertumbuhan

seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya multiplier effect

kegiatan Pemilu. Faktor lainnya yang diprakirakan memberi dampak positif terhadap

konsumsi swasta adalah penurunan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif pajak

bagi UMKM, Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan peningkatan gaji

PNS/TNI/POLRI. Kuatnya konsumsi swasta akan mendorong investasi untuk tetap tumbuh

tinggi pada 2009, walaupun sedikit menurun dibanding tahun 2008 karena melambatnya

pertumbuhan ekspor.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah swasta tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8 - 3,0% (y.o.y),

lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi

ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang

lebih tinggi dari prakiraan memberikan income effect lebih tinggi ke konsumsi swasta.

Kedua, tingkat suku bunga yang relatif rendah mendorong peningkatan kredit konsumsi.

Ketiga, pengaruh kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan

konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula.

87

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi

Konsumsi 2.40 2.56 3.95 2.67 3.96 2.59 3.2 - 3.4Konsumsi Swasta 2.19 2.85 4.37 1.90 4.38 1.85 2.8-3.0

Konsumsi Pemerintah 2.80 2.01 3.20 0.77 3.20 0.74 3.9 - 4.1PMTB 14.70 19.08 23.35 4.59 23.35 5.28 13.0 - 15.0Stok 81.72 15.35 88.02 0.55 11.28 0.12 11.0 - 13Ekspor 19.46 5.76 0.43 0.21 0.43 0.19 45.0 - 47.0Impor 21.54 5.23 2.14 0.77 2.14 0.74 54.0 - 56.0

PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2

2008Jenis Penggunaan 2006 20072007 2008

*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing

Dampak kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan

konsumsi swasta berbeda dibanding saat kenaikan harga BBM Oktober 2005. Masih

kuatnya konsumsi swasta antara lain didukung oleh beberapa indikator diantaranya adalah

perkembangan kredit. Pada triwulan III-2008, penyaluran kredit konsumsi masih

menunjukkan tren yang meningkat. Pada September 2008, kredit konsumsi di Sulawesi

Utara tumbuh sebesar 28,4% (y.o.y). Selain itu aktivitas konsumsi swasta khususnya rumah

tangga antara lain juga dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK)

Kota Manado yang menunjukan trend peningkatan rasa optimisme terhadap

perkembangan perekonomian pada triwulan mendatang. Tercatat pada September 2008,

indeks ekspektasi konsumen berada pada level 109 (optimis) atau mengalami peningkatan

dibandingkan 5 bulan terakhir yang berada pada level pesimis. Menurut komponen

pembentuknya, hal yang masih dinilai pesimis oleh responden adalah menyangkut

ketersediaan lapangan pekerjaan dimana sebagian besar responden merasa bahwa jumlah

lapangan pekerjaan di triwulan mendatang tidak lebih baik dibandingkan saat ini.

Grafik 7.1.

Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

40

60

80

100

120

140

160

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2005 2006 2007 2008

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

88

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,9-

4,1% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi

pemerintah seiring dengan bertambahnya jumlah alokasi dana pusat ke daerah (dana

perimbangan) seiring dengan munculnya wilayah administratif baru di Sulawesi Utara.

Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh 13,0 - 15,0% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

tahun 2007 maupun proyeksi sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi seiring dengan

terus berjalannya pembangunan infrastuktur fisik terkait dengan persiapan

penyelenggaraan WOC Tahun 2009 yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak

swasta (berupa pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan baru). Pertumbuhan konsumsi

swasta yang kuat ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan investasi non bangunan.

Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana mandiri juga

berasal dari pemerintah baik melalui APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan

non bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang

disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang

dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah

Rp673 milliar atau meningkat 15,56% (y.o.y) dibandingkan alokasi tahun sebelumnya.

Sementara itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan

investasi yang rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga

cukup memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih

baik.

Tabel 7.2. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008

No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share

1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06

2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00

3 Kependudukan - 11.03 1.64

4 Jalan 93.92 128.97 19.15

5 Irigasi 43.05 65.88 9.78

6 Air Minum & Penyehatan Lingkunga 27.28 32.18 4.78

7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57

8 Pertanian 46.94 46.94 6.97

9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17

10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28

11 Kehutanan - 4.08 0.61

501.63 673.50 100.00 Total Sumber : DPJPKPD, Depkeu

Dari sisi eksternal, ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 45,0 - 47,0% (y.o.y) pada

2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja ekspor yang menggembirakan

tersebut didorong oleh perkembangan harga komoditas internasional yang tinggi pada

89

paling tidak hingga triwulan III - 2008 dan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor Sulawesi

Utara ke negara-negara berkembang, khususnya di Asia. Komoditas ekspor yang tumbuh

tinggi diprakirakan berbasis komoditas primer. Sementara itu, impor barang dan jasa pada

2008 diprakirakan tumbuh sekitar 54,0 - 56,0% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun 2007 maupun prakiraan terdahulu. Kenaikan impor tersebut sejalan

dengan kenaikan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.

Prospek Penawaran Agregat

Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008 diprakirakan tetap didorong oleh tiga sektor utama,

yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Sektor pertanian diprakirakan

tumbuh mencapai 6,2-6,4% (y.o.y) pada 2008. Di sektor pertanian, peran subsektor

tanaman bahan makanan - khususnya padi – sangat besar. Angka Ramalan II-BPS

memprakirakan adanya peningkatan baik dari produksi, luas panen maupun produktivitas.

Kebijakan pemerintah daerah berupa program revitalisasi pertanian menjadi pendorong

penting pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan. Untuk mendukung kebijakan

tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan kenaikan alokasi pupuk

bersubsidi dari 20.077 ton di Tahun 2008 menjadi 24.000 ton di Tahun 2009.

Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi

Pertanian 4.70 6.80 7.47 1.51 6.35 1.29 6.2 - 6.4

Pertambangan & Penggalian 7.32 8.93 9.30 0.49 10.47 0.56 9.2 - 9.4

Industri Pengolahan 6.86 6.33 8.45 0.61 5.88 0.43 5.3 - 5.5

Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.31 6.58 0.05 7.47 0.05 6.5 - 6.7

Bangunan 7.82 7.89 8.92 1.40 8.32 1.33 7.7 - 7.9

PHR 6.72 6.92 8.03 1.33 9.00 1.50 9.4 - 9.6

Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.30 6.63 0.87 8.91 1.17 7.2 - 7.4

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 10.28 6.25 6.69 0.42 7.29 0.46 6.5 - 6.7

Jasa-Jasa 4.31 3.68 3.79 0.56 4.68 0.67 2.8 - 3.0

PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2

2008Lapangan Usaha 2006 20072007 2008

*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima

90

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaskan Provinsi Sulut

Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008

tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana

irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun

APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan

dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan

sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD

kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.

Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y

Produksi (Ton)

Padi Sawah 441,573 473,940 7.33 484,477 2.22

Padi Ladang 13,329 21,010 57.63 21,630 2.95

Padi (Sawah + Ladang) 454,902 494,950 8.80 506,107 2.25

Jagung 242,714 406,759 67.59 462,565 13.72

Kedelai 4,875 4,562 -6.42 6,222 36.39

Kacang Tanah 7,205 7,553 4.83 8,232 8.99

Kacang Hijau 2,078 2,153 3.61 2,057 -4.46

Ubi Kayu 82,416 74,406 -9.72 81,163 9.08

Ubi Jalar 37,345 35,485 -4.98 40,790 14.95

Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y

Produktivitas (Ku/Ha)

Padi Sawah 49.53 50.14 1.23 50.44 0.60

Padi Ladang 23.98 24.24 1.08 24.49 1.03

Padi (Sawah + Ladang) 48.03 47.97 -0.12 48.26 0.60

Jagung 29.53 35.17 19.10 35.35 0.51

Kedelai 14.68 17.14 16.76 13.91 -18.84

Kacang Tanah 12.38 13.12 5.98 13.14 0.15

Kacang Hijau 13.8 13.34 -3.33 13.31 -0.22

Ubi Kayu 136.86 130.33 -4.77 130.38 0.04

Ubi Jalar 99.45 98.08 -1.38 98.08 0.00

Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija

di Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija

Tabel 7.6. Rencana Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2009

No. Kabupaten/Kota Alokasi (Ton)

1 Minahasa 4,2302 Minut 1,8293 Minsel 4,1144 Minteng 2,1315 Bolmong 4,7986 Bolmut 2,3997 Sangihe 8268 Talaud 3069 Sitaro 34410 Manado 16611 Bitung 40312 Tomohon 1,35613 Kotamobagu 1,098

24,000Jumlah

1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94 3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650 4 Ranombolay 1157 Tombatu 430 5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400 6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190 7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170 8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250 9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150 10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250

1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342 3,564

LokasiLuas (Ha) Volume (Ha)No.

Total

Rehabilitasi

Peningkatan

Kegiatan

Tabel 7.7. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum)

91

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Kebutuhan M asyarakatProyek SwastaProyek Pemerintah

Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan meningkat di 2008, mencapai 7,9 - 8,1%

(y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan terus berjalannya aktivitas pembangunan

infrastuktur fisik terkait dengan rencana penyelenggaraan WOC baik yang dilaksanakan

oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta. Proses pembangunan 8 hotel berbintang 3-

5 di Kota Manado merupakan salah satu contoh kontribusi pihak swasta dalam mendukung

kesuksesan pelaksanaan even internasional tersebut. Belum lagi maraknya pembangunan

properti residential akhir-akhir ini tentunya semakin menambah tingginya permintaan

masyarakat dan pelaku usaha akan komoditi semen. Berdasarkan prognosa yang dibuat

oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan tingkat

kebutuhan semen tertinggi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus.

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Namun demikian, perkembangan sektor bangunan ini diperkirakan akan sedikit mengalami

hambatan sehubungan dengan meningkatnya harga material bangunan yang menyebabkan

margin keuntungan kontraktor kian menipis, bahkan mulai banyak yang merugi. Selain itu,

kebijakan Bank Indonesia dengan menaikan BI Rate pada besaran 9,25% pada September

2008 guna meredam tekanan inflasi inflasi diperkirakan akan mendorong bergerak naiknya

tingkat suku bunga kredit yang akan membebani pelaku usaha. Kondisi ini dipertegas lagi

dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado dimana sebagian responden

pesimis bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami

penurunan (level indeks > 100 berarti suku bunga optimis naik).

Sektor PHR diprakirakan tumbuh sekitar 9,4 - 9,6% (y.o.y) pada tahun 2008. Membaiknya

daya beli masyarakat memberikan dorongan positif terhadap kinerja di sektor-sektor

penghasil barang. Hal tersebut pada gilirannya berdampak pada peningkatan aktivitas

Grafik 7.2. Prognosa Kebutuhan Semen Sepanjang Tahun 2008

(dalam ton)

Grafik 7.3. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2007 2008

3 bulan yad 6 bulan yad

92

perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini akan semakin meningkat manakala kegiatan

terkait Pemilu mulai dilakukan. Meningkatnya aktivitas bisnis masyarakat akan mendorong

nilai tambah subsektor hotel dan restoran.Perkembangan sektor PHR ini antara lain dapat

dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi penjualan dalam 3 - 6 bulan y.a.d dimana masih

memperlihatkan tingkat optimisme (level indeks > 100), bahkan cenderung meningkat bila

dibandingkan triwulan sebelumnya (khususnya untuk indeks ekspektasi penjulan 3 bulan

yang akan datang).

Grafik 7.4. Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d

80

100

120

140

160

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2007 2008

3 bln yad 6 bln yad

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisar 7,2 -7,4%

(y.o.y) pada 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh relatif tinggi

terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Daya beli yang memadai didukung

oleh layanan selular yang makin luas dan murah. Meskipun tumbuh tetap tinggi, namun

tren pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi berpotensi melambat. Hal tersebut

terjadi karena persaingan di industri selular semakin ketat seiring dengan meningkatnya

pelaku bisnis di sektor tersebut. Dengan semakin banyak pelaku bisnis di sektor tersebut,

margin yang dinikmati setiap pelaku bisnis lambat laun menurun. Sektor industri

pengolahan pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3 - 5,5% (y.o.y). Kegiatan

dalam rangka persiapan Pemilu diprakirakan akan mendorong aktivitas subsektor industri

makanan dan minuman, kertas dan barang cetakan, serta tekstil, barang kulit dan alas kaki.

Meningkatnya pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman tersebut

dikonfirmasi oleh pertumbuhan impor bahan baku untuk industri makanan dan minuman

yang cenderung meningkat.

Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 6,5-6,7% (y.o.y).

Saat ini perbankan menghadapi likuiditas yang ketat. Untuk dapat menarik dana pihak

93

Grafik 7.5. Ekspektasi Harga Menurut Penjual

Grafik 7.6. Ekspektasi Harga Menurut Konsumen

ketiga, bank-bank berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya, yang akhirnya

memperkecil selisih antara bunga pinjaman dan simpanan. Dengan kondisi likuiditas yang

ketat, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga ekspansi

perbankan menjadi terbatas.

B. PRAKIRAAN INFLASI

Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9 – 11% (y.o.y).

Namun demikian tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih

rendah dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang terutama

didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun

Baru 2009. Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut diperkirakan

akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan

Perdagangan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung

dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu, para pelaku usaha

khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam beberapa kesempatan / pertemuan

mengatakan bahwa stok barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi

kebutuhan masyarakat hingga 3 - 4 bulan yang akan mendatang. Selain itu, kecenderungan

penurunan harga-harga komoditas internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-

negara mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap turunnya inflasi

domestik. Kecenderungan menurunnya tekanan inflasi sejalan dengan hasil survei yang

dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau

konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3 - 6 bulan mendatang akan mengalami

kenaikan namun dengan level yang lebih sama / lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado

80

100

120

140

160

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2007 2008

3 bulan yad 6 bulan yad 80

100

120

140

160

180

200

220

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2007 2008

3 bulan yad 6 bulan yad

94

Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-7,5%.

Pendorong utama inflasi masih tetap berasal dari inflasi inti dan administered. Dari sisi inflasi

inti, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang cukup besar dari 2008 diprakirakan masih

berlanjut di 2009, terkait proses penyiapan Pemilu. Tekanan inflasi dari sisi administered

diprakirakan masih akan tinggi, terkait konversi minyak tanah ke LPG dan kemungkinan

kenaikan barang administered lainnya setelah dibentuknya pemerintahan baru. Di tahun

2009, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Dari sisi komponen

pembentuk inflasi, ekspektasi inflasi diprakirakan cenderung menurun meskipun masih

cukup tinggi. Membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat terutama sejalan dengan

kecenderungan inflasi yang cenderung menurun. Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut

terutama terjadi pada konsumen dan pedagang. Dari sisi interaksi permintaan dan

penawaran, terdapat indikasi peningkatan permintaan walaupun dampaknya terhadap

inflasi ditengarai masih relatif minimal. Namun demikian, tingginya pertumbuhan investasi

sejak Q3-2007 diharapkan dapat merespon peningkatan permintaan sehingga dampaknya

terhadap inflasi diprakirakan minimal.

Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan akan mereda. Meredanya tekanan inflasi dari

sisi eksternal dipicu oleh turunnya harga minyak dan harga komoditas lainnya. Penurunan

harga-harga komoditas internasional tersebut berakibat pada lebih rendahnya tekanan

inflasi di negara-negara mitra dagang yang pada gilirannya diprakirakan akan mengurangi

tekanan inflasi di dalam negeri melalui harga-harga barang impor. Tekanan inflasi dari sisi

administered diprakirakan masih akan tinggi. Tingginya inflasi administered terutama terkait

program konversi minyak tanah ke LPG yang masih akan berlanjut sampai 2009. Di luar hal

tersebut, pemerintah diprakirakan tidak akan meningkatkan harga barang-barang

administered sampai dengan terbentuknya pemerintah baru pada Triwulan III - 2009.

Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Kecenderungan

penurunan harga minyak dan komoditas lainnya akan berdampak positif terhadap

terkendalinya inflasi volatile food. Di tahun 2009, tingginya produksi bahan makanan di

dalam negeri diharapkan dapat berlanjut sejalan dengan program peningkatan produktivitas

pertanian melalui pemberian benih hibrida, pupuk bersubsidi, dan perbaikan infrastruktur

pertanian.

95

LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)MAKRO EKONOMI

IHK Kota Manado 99.09 98.64 101.64 105.01 105.01 106.51 111.64 115.01 Laju Inflasi Kota Manado (Y.o.Y) 6.98 6.97 7.82 10.13 10.13 7.68 13.18 13.15

PDRBADHK (Milliar Rp) 3,189 3,507 3,563 4,148 14,407 3,411 3,760 3,814 Pertumbuhan Ekonomi (y.o.y %) 5.46 6.41 6.53 7.25 6.47 6.96 7.19 7.06

Jenis Penggunaan-Konsumsi 2,098 2,358 2,450 2,712 9,619 2,187 2,408 2,522

- Konsumsi RT 1,300 1,486 1,546 1,631 5,963 1,351 1,507 1,581 - Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit 98 111 116 120 444 103 108 118 - Konsumsi Pemerintah 700 761 789 961 3,212 733 793 822

- Pembentukkan Modal Tetap Bruto 633 731 851 939 3,154 681 797 954 - Perubahan Stok 47 56 62 45 211 54 91 94 - Ekpor 1,424 1,600 1,591 1,878 6,493 2,173 2,674 2,750 - Impor 1,013 1,237 1,392 1,426 5,069 1,686 2,210 2,505

Sektoral- Pertanian 676 796 783 843 3,098 712 851 797 - Pertambangan & Penggalian 169 190 194 222 775 180 209 215 - Industri Pengolahan 257 264 286 303 1,110 277 278 308 - Listrik, Gas, & Air Bersih 26 26 27 29 108 27 28 29 - Bangunan 513 536 594 663 2,307 547 583 661 - Perdagangan, Hotel & Restoran 417 503 509 690 2,119 471 551 560 - Pengangkutan & Komunikasi 380 390 372 543 1,685 415 423 410 - Keuangan, Persewaan & Jasa 215 234 243 259 951 230 250 260 - Jasa 536 568 554 595 2,253 551 586 574 Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 9.23 16.06 388.98 143.09 557.36 143.57 257.20 114.17 Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 13.61 22.46 703.56 194.62 934.25 175.22 282.50 105.86 Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 0.03 52.13 4.43 2.33 58.92 1.98 1.28 4.11 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 0.00 0.15 11.30 15.41 26.87 3.72 1.23 1.23

2007 2008INDIKATOR 2007

96

LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)PERBANKAN

Bank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,548 10,793 11,691 11,222 DPK (Rp Triliun) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,070 7,189 7,765 7,644

- Tabungan (Rp Triliun) 2,739 2,994 2,998 3,725 3,725 3,594 4,022 3,793 - Giro (Rp Triliun) 1,102 1,311 1,365 1,189 1,189 1,305 1,537 1,421 - Deposito (Rp Triliun) 2,145 2,130 2,141 2,156 2,156 2,291 2,206 2,430

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelapor 5,179 5,638 6,079 6,577 6,577 6,823 7,852 8,258 - Modal Kerja 1,883 2,014 2,245 2,540 2,540 2,734 3,274 3,347 - Konsumsi 2,742 3,024 3,215 3,363 3,363 3,420 3,777 4,065 - Investasi 554 601 619 674 674 669 802 846

LDR 86.52 87.61 93.46 93.02 93 95 101 108 NPL Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 3.77 4.86 4.88 3.88 Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,221.01 3,632.38 3,881.77 4,063.91 4,064 4,305 5,079 5,336 Kredit Mikro ( < Rp50 juta) 216.24 372.20 237.45 248.10 248 261 279 289 Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) 1,026.16 1,116.48 1,355.41 1,344.45 1,344 1,445 1,600 1,711 Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 millia 1,978.61 2,143.70 2,288.91 2,471.35 2,471 2,599 3,201 3,336 NPL UMKM Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 3.77 6.34 5.11 4.91

BPR :Total Aset (Rp Triliun) 145 149 152 171 171 177 187 191 DPK (Rp Triliun) 102 111 116 126 126 133 136 142

- Tabungan (Rp Triliun) 26 30 33 39 39 37 40 42 - Deposito (Rp Triliun) 76 81 83 86 86 96 95 101

Kredit (Rp Trilun) 111 122 127 131 131 140 158 158 - Modal Kerja 26 26 29 29 29 33 35 37 - Konsumsi 74 84 86 90 90 95 110 107 - Investasi 11 12 12 12 12 12 12 14

Kredit UMKM (Rp Triliun) 111 122 127 131 131 131 131 131 Rasio NPL Gross (%) 4.27 4.52 4.18 3.38 3.38 3.46 3.13 3.18 LDR 108.03 109.39 109.34 103.88 103.88 105.27 116.47 111.06

2008INDIKATOR 2007 2007

97

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan

98

kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.